• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Musim Tangkap Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) yang didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Musim Tangkap Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) yang didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

POLA MUSIM TANGKAP IKAN KAKAP MERAH (

Lutjanus

sp.)

YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN

KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN

HARIYANTO

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pola Musim Tangkap Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) yang Didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

(4)

ABSTRAK

HARIYANTO. Pola Musim Tangkap Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) yang Didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Dibimbing oleh ACHMAD FAHRUDIN.

Informasi sumberdaya perikanan secara kuantitatif dan musim penangkapan diperlukan oleh para perencana perikanan dalam pembangunan perikanan yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi lestari dan upaya optimal ikan kakap merah, sebaran spasial, pola musim penangkapan, serta menentukan alternatif pengelolaan kakap merah (Lutjanus sp.) dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Desember 2013 sampai bulan Januari 2014 di PPP Labuan, Banten. Hasil penelitian menunjukkan daerah tangkapan berada di sekitar perairan selat sunda dan perairan Lampung sebelah timur. Berdasarkan nilai IMP puncak penangkapan ikan kakap merah terjadi pada bulan Januari, Maret, Juni, Juli, November dan Desember. Sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan Agustus. Selat Sunda belum mengalami biologic overfishing karena nilai effort yang masih di bawah nilai effort pada rezim MSY. Berdasarkan hasil analisis, alternatif pengelolaan perikanan yang dapat diterapkan adalah meningkatkan hasil tangkapan dengan menambah jumlah armada dan melakukan penangkapan dengan intensitas penangkapan yang cukup banyak pada musim puncak.

Kata kunci: Kakap Merah, Pola Musiman, PPP Labuan, Selat Sunda

ABSTRACT

HARIYANTO. Fishing Seasonal patterns of red snapper (Lutjanus sp.) landed in PPP Labuan, Pandeglang, Banten. Supervised by ACHMAD FAHRUDIN

Quantitative information of fishery resource and fishing season are needed by planners fisheries in sustainable fisheries development. This study are aims to determine the optimal sustainable production and effort of red snapper (Lutjanus sp.), spatial distribution, pattern of fishing season, and determine alternative management of red snapper (Lutjanus sp.) by using purposive sampling method. This study was conducted from December 2013 to January 2014 in the PPP Labuan, Banten. The results showed the water catchment areas located around the Sunda Strait and the waters of east Lampung. Based on the value of IMP, red snapper arrests occurred in January, March, June, July, November and December, while the famine season was in August. Red snapper around the Sunda Strait has not under biological overfishing because the value of effort is still below the value of effort at MSY regime. Based on the analysis, an alternative fishery management that can be applied is to increase the catch by increasing the fisher and intensively fishing during a peak season

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

POLA MUSIM TANGKAP IKAN KAKAP MERAH (

Lutjanus

sp.)

YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN

KABUPATEN PANDENGLANG, BANTEN

HARIYANTO

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pola Musim Tangkap Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) yang didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten Nama : Hariyanto

NIM : C24080062

Program Studi : Manajemen Sumber Daya Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Achmad Fahrudin, MSc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir M.Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini ialah pengelolaan sumber daya perikanan, dengan judul Pola Musim Tangkap Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) yang Didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. IPB yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk menempuh pendidikan di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan.

2. Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir yang telah memberikan Beasiswa pendidikan.

3. Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penyelesain penulisan skripsi ini.

4. Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi selaku Komisi pendidikan S1 telah memberikan masukan dan arahan dalam penyelesain penulisan skripsi ini.

5. Dr Ir Ridwan Affandi, DEA selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran selama perkuliahan.

6. Prof. Dr. Ir Sulistiono, M.sc selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Staf Tata Usaha Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Bapak

Didin dan staf TPI Labuan.

8. Orang tua, Nenek Bainah, Tante Romawati, Kak Susi, Iva yang merupakan wanita-wanita luar biasa menghadapi semua keluhan dan memberikan bantuan dan dukungan, serta adik-adik dan seluruh keluarga yang telah memberikan do’a dan semangat dan dukungan selama ini.

9. Teman-teman selama perkuliahan yang tidak mungkin bisa disebutkan satu persatu.

Demikianlah skripsi ini disusun agar dapat memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana. Saran dan kritik atas penelitian ini sangat diharapkan demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

(9)

.

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Pengumpulan Data 3

Data primer 3

Data sekunder 4

Analisis Data 4

Analisis sebaran spasial 4

Standarisasi alat tangkap 5

Surplus produksi 5

Jumlah tangkapan yang diperbolehkan 6

Analisis pola musiman 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Analisi spasial 8

Surplus produksi 8

Pola musim penangkapan ikan 10

Pembahasan 10

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 16

(10)

DAFTAR TABEL

1 Rangkuman kebutuhan dan analisis data 4

2 Produksi aktual rata-rata dan upaya aktual rata-rata sumberdaya ikan

kakap merah di PPP Labuan 12

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi penelitian 3

2 Pemetaan partisipatif daerah penangkapan ikan kakap merah di

perairan selat sunda 8

3 Grafik hubungan effort dan CPUE 9

4 Grafik hubungan effort dan ln CPUE 9

5 Nilai indeks musiman ikan kakap merah 10

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kabupaten Pandeglang berbatasan langsung dengan Selat Sunda dan Samudera Hindia. Posisi tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Pandeglang memiliki peluang yang cukup besar dalam pengembangan usaha perikanan. Daerah yang memiliki potensi besar disektor perikanan salah satunya berada di kecamatan Labuan yang terdapat Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan yang berhadapan langsung dengan Selat Sunda di sebelah Barat.

Ikan kakap merah (Lutjanus sp.) merupakan ikan yang mempunyai nilai ekonomi penting. Berdasarkan survei data lapang, tercatat data produksi ikan kakap merah PPP Labuan pada tahun tahun 2012 mencapai 7169.6 kg dengan nilai produksi Rp.286.477.000 dan pada tahun 2013 produksi meningkat menjadi 10838.3 kg dengan nilai produksi Rp.452.900.000.

Pengetahuan yang tepat tentang sumberdaya ikan dan kemampuan yang memadai dari sumberdaya manusia sangat menentukan keberhasilan pengelolaan perikanan (Widodo 2006). Analisa tentang musim penangkapan yang tepat serta tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan kakap merah dapat mempermudah nelayan dalam melakukan penangkapan secara efektif dan efisien. Informasi mengenai perikanan secara kuantitatif sangat diperlukan oleh perencana pembangunan perikanan baik sekarang maupun yang akan datang. Informasi sumberdaya ikan secara kuantitatif seperti angka potensi sangat ditentukan oleh ada tidaknya informasi dasar dari hasil survei kapal-kapal penelitian maupun dari informasi yang terkumpul melalui sistem pemantauan berkala, khususnya data tangkapan dan upaya tangkap, musim penangkapan dan penyebaran untuk jenis ikan tertentu di masing-masing wilayah perairan.

Agar pengelolaan tersebut dapat berjalan dengan baik maka diperlukan informasi mengenai pola musim penangkapan ikan. Pengetahuan mengenai pola musim penangkapan ikan merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan eksploitasi sumberdaya ikan kakap merah. Hal tersebut diharapkan dapat mempermudah jalannya operasi penangkapan ikan, terutama dalam hal menentukan waktu yang tepat untuk meningkatkan intensitas penangkapan. Dengan demikian, diharapkan hasil tangkapan yang didapat oleh nelayan lebih optimal dan juga dapat menjaga kelestarian sumberdaya ikan kakap merah tersebut. Selain itu juga perlu dilakukan pendugaan stok ikan di suatu perairan agar dapat mengendalikan usaha-usaha penangkapan yang melebihi batas penangkapan lestari di perairan tersebut.

Perumusan Masalah

(12)

2

pengetahuan nelayan terhadap pengelolaan perikanan menyebabkan terjadinya over eksploitasi sehingga stok ikan tersebut akan menurun sampai akhirnya habis. Selain itu juga dalam melakukan proses penangkapan ikan, nelayan tradisional sering menghadapi ketidakpastian dalam proses penangkapan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan nelayan tradisional dalam operasi penangkapan ikan, juga karena adanya keterbatasan informasi mengenai pola musim penangkapan ikan sehingga nelayan hanya mengandalkan pengalaman saja. Maka dari itu diperlukan informasi mengenai potensi lestari dan pola musim penangkapan untuk menjamin keberlanjutan ikan kakap merah dan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menambah nilai ekonomis bagi nelayan setempat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan daerah penangkapan di perairan Selat Sunda, menentukan pola musiman di perairan Selat Sunda, mengestimasi produksi lestari dan upaya di perairan Selat Sunda serta menentukan alternatif pengelolaan sumberdaya ikan kakap merah di perairan Selat Sunda agar tetap lestari dan berkelanjutan sehingga dapat dimanfaatkan untuk generasi masa kini maupun masa yang akan datang.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada nelayan dalam menentukan seberapa besar potensi lestari yang ada di daerah penelitian sehingga memberikan informasi tentang seberapa besar jumlah tangkapan maksimum yang diperbolehkan agar sumberdaya yang ada tetap lestari. Manfaat lain yaitu dapat memberikan informasi tentang kapan waktu penangkapan yang tepat untuk ikan kakap merah sehingga tingkat keuntungan yang diperoleh nelayan dapat optimal.

METODE PENELITIAN

(13)

3

Gambar 1 Lokasi penelitian

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data ini diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuisioner kepada nelayan, petugas PPP Labuan dan dinas perikanan setempat. Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya melalui proses interaksi dan komunikasi langsung kepada responden (Singarimbun 1979 in Anjani 2010). Kegiatan wawancara dilakukan terhadap nelayan dengan menggunakan media kuisioner (daftar pertanyaan).

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data produksi harian, bulanan, dan tahunan dan upaya penagkapan ikan kakap merah selama 4 tahun terakhir (2010-2013). Data yang dikumpulkan meliputi data produksi dan upaya tangkap ikan kakap merah dalam tahunan, bulanan dan harian yang diperoleh melalui instansi terkait yaitu PPP Labuan khususnya TPI 1 dan Dinas Kelautan dan Perikanan Pandeglang.

Data Primer

(14)

4

primer adalah metode purposive sampling, artinya penentuan contoh mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian (Suharsimi 2010). Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah nelayan yang menangkap dan mendaratkan ikan kakap merah di PPP Labuan. Dalam pengumpulan data primer, teknik yang digunakan adalah wawancara. Wawancara dilakukan terhadap beberapa responden nelayan yang menangkap ikan kakap merah. Wawancara terhadap nelayan bertujuan untuk mengetahui daerah pengangkapan ikan, lama trip penangkapan ikan, kondisi kapal dan alat tangkap.

Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari PPP Labuan, Provinsi Banten. Data yang dikumpulkan meliputi data produksi dan data upaya penangkapan ikan (trip) ikan kakap merah selama 4 tahun terakhir (2010-2013). Rangkuman kebutuhan dan analisis data disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rangkuman kebutuhan dan analisis data

Jenis data Data Analisis Sumber

Primer -Informasi daerah

penangkapan ikan

Analisis sebaran hasil tangkapan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang memaparkan situasi atau peristiwa tertentu secara aktual dan cermat. Metode kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan dari narasumber yang diwawancarai. Penelitian deskriptif menggambarkan dinamika sumberdaya ikan.

(15)

5

Standarisasi Alat Tangkap

Standarisasi dilakukan karena alat tangkap yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap target sumberdaya perikanan beragam, sehingga sangat dimungkinkan satu spesies ikan tertangkap oleh dua alat tangkap yang memiliki produktivitas tinggi (dominan). Sumberdaya perikanan yang menjadi objek penelitian atau memiliki nilai rata-rata catch per unit effort (CPUE) terbesar pada suatu periode waktu dan memiliki nilai faktor daya tangkap sama dengan satu. Standarisasi dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut (Prasetya 2010 in Sulistiyawati 2010) :

1. Upaya dan hasil tangkapan dihitung masing-masing hingga tahun ke-1, yang mana i =1,2,3………,n

2. CPUE dihitung untuk masing-masing upaya

3. Total upaya terbesar dari beberapa jenis upaya dipilih sebagai standar dalam menghitung fishing power index (FPI)

4. Jika upaya yang diperoleh terbesar misalkan alat tangkap pancing rawe, maka FPI pancing rawe adalah 1 dan FPI cantrang adalah begitu juga sebaliknya

5. Upaya standar dihitung melalui persamaan berikut:

Upaya Standar = (upaya rawe ke-i x FPI rawe) + (upaya cantrang tahun ke-i x FPI cantrang).

Surplus Produksi

Model surplus produksi yang digunakan adalah model Schaefer dan Fox. Pada model Schaefer menggambarkan pengaruh dari upaya tangkapan terhadap hasil tangkapan per trip upaya penangkapan (CPUE). Adapun perumusan model Schaefer sebagai berikut (King 1995).

Model berikutnya adalah model Fox. Model ini akan menghasilkan garis lengkung bila Y/f diplot dalam bentuk logaritma terhadap upaya maka akan menghasilkan garis lurus. Adapun perumusan model Fox sebagai berikut (King 1995).

Keterangan :

(16)

6

Jumlah tangkapan yang di Perbolehkan

Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (TAC) adalah 80% dari potensi maksimum lestrasinya (MSY) (FAO).

TAC = 80% x MSP Keterangan :

MSY Jumlah Tangkapan maksimum lestari (kg); dan TAC Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (kg)

Analisis Pola Musim Penangkapan

Pola musim penangkapan dianalis dengan menggunakan pendekatan metode rata-rata bergerak (moving average) seperti yang dikemukan oleh Dajan (1986) dengan tahapan sebagai berikut.

a) Menyusun deret CPUEi dalam kurun waktu tertentu CPUEi= ni

CPUEi adalah CPUE urutan ke-i sedangkan ni adalah CPUE urutan ke-i dan i adalah 1, 2, 3, ...., dst.

b) Menyusun rata-rata bergerak CPUE selama 12 bulan (RGi)

RGi adalah rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke-i, CPUEi adalah CPUE urutan ke-i dan i adalah 7, 8, 9, .... n-5

c) Menyusun rata-rata bergerak CPUE terpusat (RGPi)

RGPi adalah rata-rata bergerak CPUE terpusat ke-i, RGi adalah rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke-i dan i adalah 7, 8, 9, .... , n-5

(17)

7

Rbi adalah rasio rata-rata bulan urutan ke-i, CPUEi adalah CPUE urutan ke-I dan RGPi adalah rata-rata bergerak CPUE terpusat urutan ke-i.

e) Menyusun nilai rata-rata dalam suatu matriks berukuran i x j yang disusun untuk setiap bulannya, dimulai dari bulan Juni-Juli. Kemudian menghitung nilai total rasio rata-rata tiap bulan (Rbbi) dengan menggunakan rumus

RBBi adalah rata-rata Rbij untuk bulan ke-i, Rbij adalah rasio rata-rata bulanan dalam matriks ukuran i x j, i adalah 1, 2, 3, ... , 12 dan j adalah 1, 2, 3 ... , n.

f ) menghitung jumlah rasio rata-rata bulanan (JRBB)

JRBB adalah jumlah rasio rata-rata bulanan, RBBi adalah rata-rata RBij untuk bulan ke-i dan i adalah 1, 2, 3..., 12.

g) Indek Musim Penangkapan (IMP)

Idealnya jumlah rasio rata-rata bulanan (JRBB) sama dengan 1200. Namun banyak faktor yang menyebabkan sehingga JRBB tidak selalu sama dengan 1200. Oleh karena itu, nilai rasio rata-rata bulanan harus dikoreksi dengan suatu nilai koreksi yang disebut dengan nilai Faktor Koreksi (FK). Rumus untuk memperoleh nilai Faktor Koreksi:

FK adalah nilai faktor koreksi dan JRBB adalah jumlah rasio rata-rata bulanan. Indeks Musim Penangkapan (IMP) dihitung dengan menggunakan rumus:

IMPi adalah indeks musim penangkapan bulan ke-i, RBBi adalah rasio rata-rata untuk bulan ke-i, FK adalah nilai faktor koreksi dan i adalah

(18)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Analisis Sebaran Spasial

Informasi daerah penangkapan ikan kakap merah hasil wawancara terhadap nelayan pancing rawe dan cantrang disajikan pada Gambar 2. Contoh hasil wawancara disajikan pada Lampiran 2. Wawancara dilakukan terhadap 6 nelayan rawe dan 4 nelayan cantrang yang merupakan alat tangkap yang paling dominan menangkap ikan kakap merah di Labuan.

Gambar 2 Pemetaan partisipatif daerah penangkapan ikan kakap merah di Perairan Selat Sunda

Berdasarkan Gambar 2 telihat bahwa daerah penangkapan ikan kakap merah yang dilakukan oleh nelayan Labuan masih di sekitar perairan Selat Sunda. Daerah penangkapan ikan kakap merah berada di daerah sekitar pantai Peucang, Binuangeun, Rakata, Sebesi, Sebuku, sangiang, Panimbang, Panaitan, Batu Hideung, Tanjung Lesung, Pulau Papole dan Pulau Sumur yang teretak antara 5.91 -6.83 lintang selatan dan 105.82-105.47 Bujur Timur.

Surplus Produksi

(19)

9 Gambar 4. Pendekatan Schaefer merupakan hasil regresi dari upaya penangkapan dengan hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE).

Gambar 3 Hubungan effort dengan CPUE

Pendekatan Fox merupakan hasil regresi dari upaya penangkapan dengan logaritma natural dari CPUE. Grafik hubungan pendekatan Fox adalah sebagai berikut :

Gambar 4 Hubungan effort dengan ln CPUE

(20)

10

533.333 trip serta jumlah tangkapan yang diperbolehkan 13.653,3 kg/tahun. berdasarkan perhitungan TAC.

Pola Musim Penangkapan Ikan

Analisis pola musiman penangkapan ikan kakap merah menggunakan metode rata-rata bergerak (moving average) dengan menghitung nilai indeks musim penangkapan (IMP) pada setiap bulan. Nilai IMP lebih 100% menunjukkan bahwa pada bulan tersebut merupakan musim penangkapan ikan kakap merah (Dajan 1998 in Taeran 2007).

Gambar 5 Indeks musim penangkapan ikan kakap merah Tahun 2013 Berdasarkan Gambar 5, menujukkan bahwa terdapat pola musim penangkapan ikan kakap merah yaitu pada bulan Maret, Juni, Juli, November, Desember, Januari dan Februari. Puncak musim dicapai pada bulan Januari sebesar 134,72 dan musim terendah adalah pada bulan Agustus dengan nilai indek musim penangkapan sebesar 70,20.

Pembahasan

Nelayan Labuan termasuk nelayan kecil yang masih melakukan penangkapan ikan khususnya ikan kakap dengan cara tradisional dan sangat tergantung pada kondisi alam. Kapal yang digunakan oleh nelayan tersebut untuk melaut merupakan kapal-kapal yang berukuran sedang dan operasi penangkapan ikannya pun dilakukan hanya di sekitar wilayah perairan Selat Sunda. Ikan kakap merah dapat ditangkap dengan menggunakan alat tangkap rawe dan cantrang. Kapal dengan alat tangkap rawe memiliki ukuran sebesar 5-7 GT, kapal dengan alat tangkap cantrang memiliki ukuran kapal sebesar 10-24 GT. Berdasarkan hasil wawancara terdapat 12 kapal pancing rawe yang aktif, sedangkan kapal cantrang yang aktif berjumlah 8. Kedua alat tangkap ini memiliki lama trip atau lama penangkapan berbeda. Nelayan dengan alat tangkap pancing rawe melakukan penangkapan selama 5-7 hari, sedangkan nelayan dengan alat tangkap cantrang sekali berangkat lamanya adalah 3-4 hari.

104,16

jul agu sep okt nov des jan feb mar apr mei jun

IM

P

(21)

11 Biasanya nelayan di TPI Labuan, setiap berangkat menangkap ikan, akan melakukan penangkapan di daerah yang sama. Namun, jika di tempat tersebut tidak ada ikan, maka nelayan akan pindah tempat ke suatu tempat dimana terdapat banyak ikannya. Jika pada musim paceklik dimana tidak terdapat ikan maka banyak nelayan yang melakukan andon, yaitu nelayan berangkat melaut ke suatu daerah dengan lama yang tidak ditentukan. Biasanya, nelayan melakukan andon ke daerah Binuangen atau Lampung dengan lama yang tidak ditentukan biasanya selama 8-30 hari.

Tujuan penggunaan model surplus produksi adalah untuk menentukan tingkat upaya optimum, yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu hasil tangkapan maksimum yang lestari tanpa mempengaruhi produktivitas stok secara jangka panjang. Model yang biasa digunakan untuk menduga hasil tangkapan lestari dan upaya penangkapan optimal adalah model Schaefer dan Fox. Model Schaefer dan Fox merupakan model yang sering digunakan karena sederhana dan data yang diperlukan juga lebih sedikit, tidak memerlukan data kelompok umur (Sparre & Venema 1999).

Berdasarkan hasil regresi yang dilakukan dengan menggunakan model Schaefer dan Fox dapat diketahui hasil tangkapan lestari atau sering disebut dengan maximum sustainable yield (MSY) dan upaya penangkapan optimal (Fmsy). Berdasarkan hasil kedua regresi model diatas dapat dilihat bahwa model Schaefer merupakan model yang lebih tepat untuk digunakan, hal ini dikarenakan koefisien determinasi dari model Schaefer lebih besar daripada model fox, yaitu 0.121 sedangkan model fox 0.089. Jadi dalam proes penentuan selanjutnya digunakan hasil analisis model Schaefer. Hasil tangkapan lestari yang didapat adalah 17066.67 kg pertahun dan upaya penangkapan optimal setiap tahunnya adalah 533.333 trip serta jumlah tangkapan yang diperbolehkan 13.653,3 kg/tahun. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan kakap merah dapat diketahui setelah didapatkan MSY. Tingkat pemanfaatan dihitung dengan cara mempersenkan jumlah hasil tangkapan pada tahun tertentu terhadap nilai TAC (Total Allowable Catch) atau jumlah tangkapan yang diperbolehkan. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) tersebut adalah 80% dari potensi maksimum lestarinya (MSY) (Dahuri 2010).

(22)

12

Tabel 2 Produksi Aktual rata-rata sumberdaya kakap merah di PPP Labuan Tahun Produksi aktual aktual

rata-Menurut Dajan (1998) musim ikan dibedakan kedalam tiga kelompok yaitu musim biasa, musim puncak dan musim paceklik. Berdasarkan nilai IMP maka dapat diketahui kecendrungan musim penangkapan sehingga dapat ditentukan waktu penangkapan yang tepat (Syahrir et al. 2010). Pola musim yang berlangsung di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh pola arus yang terjadi karena interaksi antara udara dan laut (Nontji 2007). Sistem angin musim sangat mempengaruhi kondisi musim di perairan Indonesia. Di Indonesia terdapat empat musim yang mempengaruhi kegiatan penangkapan ikan, yaitu Musim Barat (Desember, Januari, Februari), Musim Peralihan I (Maret, April, Mei), Musim Timur (Juni, Juli, Agustus), dan Musim Peralihan II (September, Oktober, November).

Berdasarkan hasil perhitungan indeks musim penangkapan menunjukkan bahwa nilai indek diwilayah perairan Selat Sunda berkisar antara 70,20-134,72. Nilai IMP yang memiliki kisaran tertinggi dengan nilai diatas 100 (102,28-134,72) terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, Juni Juli, November, Desember, sedangkan nilai IMP yang memuliki kisaran rendah karena berada di bawah nilai 100 terjadi pada bulan Agustus, September, Oktober, April dan Mei (70.20-97.74). Hal ini mengindikasikan bahwa indeks musim di wilayah Selat Sunda relatif tinggi, walaupun musim puncak tidak terjadi sepanjang tahun. Hasil perhitungan IMP sesuai dengan hasil wawancara nelayan bahwa pada bulan Januari merupakan puncak musim penangkapan ikan kakap merah dan bulan Agustus merupakan musim paceklik bagi penangkapan ikan kakap merah. Pada Musim penangkapan ikan kakap merah tidak dipengaruhi oleh gelombang laut karena ikan kakap merah merupakan ikan demersal yang hidupnya didasar perairan sehingga gelombang laut tidak mempengaruhi ketersediaan dari ikan kakap merah.

Menurut Hutabarat (2002) in Mulyani et al. (2004), sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya yang bersifat dapat diperbaharui (renewable), namun dalam memperbaharui kembali dirinya berjalan secara lambat sekali. Jika dieksploitasi jauh melebihi dari kemampuan sumberdaya untuk membentuk diri kembali, mengakibatkan sumberdaya tersebut menjadi tidak dapat diperbaharui lagi (non renewable). Pengelolaan sumberdaya perikanan yang baik yaitu dengan memanfaatkan populasi ikan tanpa harus menguras habis sumberdaya perikanan tersebut. Jika pengelolaan sumberdaya perikanan dilakukan dengan cara melakukan penangkapan ikan secara terus menerus tanpa memperhitungkan kemampuan sumberdaya tersebut untuk memperbaharui, akan membahayakan bagi persediaan ikan (over fishing).

(23)

13 kelangsungan produktivitas sumberdaya, dan pencapaian tujuan perikanan lainnya. Berdasarkan informasi mengenai kondisi yang terjadi terhadap sumberdaya ikan kakap merah di PPP Labuan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka perlu adanya upaya untuk mengoptimalkan hasil tangkapan atau produksi ikan kakap merah tersebut. Hasil perhitungan nilai indeks musim penangkapan (IMP) menunjukkan bahwa ikan kakap merah memiliki produksi yang tinggi setiap bulannya hal ini dasarkan dari data sekunder yang didapat hanya ada satu bulan yang merupakan musim paceklik bagi ikan kakap merah. Hal ini mengindikasikan bahwa proses penangkapan ikan kakap merah dapat dilakukan sepanjang tahun yang diikuti dengan penanmbahan jumlah armada agar hasil yang didapat juga lebih optimal. Demikian pula dengan status pemanfaatan ikan kakap merah di Labuan, langkah pengelolaan yang tepat adalah dengan memperbanyak armada penangkapan ikan mencari daerah-daerah baru yang belum dieksploitasi untuk mengoptimalkan pendapatan nelayan.

Penelitian yang dilakukan tidak dapat dijadikan bahan referensi untuk pendugaan stok ikan kakap merah khususnya di perairan Selat Sunda dikarenakan banyak terjadi bias data. Bias data ini terjadi karena data yang diambil hanya satu tempat pendaratan ikan yaitu PPP Labuan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Daerah penangkapan ikan kakap merah yang didaratkan di PPP Labuan adalah perairan Tanjung Lesung, P. Rakata, P. Panaitan, P. Sebesi, P. Sangiang, P. Sebuku, Binuangeun dan Perairan Lampung yang terletak antara 5°91´-6°83´ Lintang Selatan dan 105°82´-105°47´ Bujur Timur. 2. Kisaran nilai IMP di perairan selat Sunda adalah 70,20-134,72. Musim

penangkapan yang baik terjadi pada bulan Januari, Maret, Juni, Juli, November dan Desember (102,28-134,72) dengan puncak musim terjadi pada bulan Januari (134,72). Musim yang kurang baik terjadi pada bulan April, Mei, September, dan Oktober (77,51-97,74) dan paceklik terjadi pada bulan Agustus (70,20).

3. Berdasarkan perhitungan metode surplus produksi didapatkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan yaitu sebesar 13653 kg/tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa pemanfaataan sumberdaya ikan kakap merah masih bisa ditingkatkan .

4. Dari hasil analisis maka langkah pengelolaan perikanan untuk sumberdaya ikan kakap merah adalah dengan meningkatkan hasil tangkapan dan upaya penangkapan sehingga pemanfaatan ikan kakap merah menjadi optimal.

Saran

(24)

14

diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek bioekonomi ikan kakap merah di perairan Selat Sunda, selain itu di perlukan penelitian lanjutan juga khususnya di Selat Sunda dengan mengambil data hasil tangkapan dan upaya penangkapan kakap merah di tempat-tempat pendaratan ikan selain di PPP Labuan yang berada di sekitar perairan Selat Sunda.

DAFTAR PUSTAKA

Anjani B. 2010. Analisis ketidakpastian hasil tangkapan ikan tongkol (Auxis thazard) di TPI Cilauteureun Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Boer M dan Aziz KA. 1995. Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Melalui Pendekatan Bio-Ekonomi. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan DanPerikanan Indonesia. III: 109-119.

Dajan A. 1998. Pengantar metode statistika jilid I. Jakarta: Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi Sosial. 331-332 hlm.

Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. 2012. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia. Jakarta. Direktorat Jendral Perikanan Tangkap

Dahuri R. 2010. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Perikanan Secara Berkelanjutan. Majalah Samudra. Ed. 82 [Internet].[diunduh 2013 Des 21]. Tersedia pada: http://dahuri.wordpress.com/2010/02/13/meningkatkan kesejahteraan masyarakat-perikanan-secara-berkelanjutan/

[FAO] Food and Agriculture Organization. 1995. Code Of Conduct For Responsible Fisheries. FAO. Rome, Italy. 41P.

King M. 1995. Fisheries biology, assessment, and management. Fishing News Books. London, USA. 341 p.

Mulyani S, Subiyanto dan Bambang AN. 2004. Pengelolaan Ikan Teri dengan Alat Tangkap Payang Jabur Melalui Pendekatan Bio-Ekonomi di Perairan Tegal. [Jurnal]. 16 hlm.

Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 622 hlm Nontji. 2007. Laut Nusantara. Cetakan ke-5. Jakarta (ID): Djambatan.

Subani W & Barus HR. 1989.Alat penangkapan ikan dan udang laut di Indonesia. Jurnal Perikanan Laut Nomor: 50 Tahun 1988/1989. Jakarta: Balai Penelitian dan Perikanan Laut Departemen Pertanian. 248 hlm.

Sulistiyawati ET. 2011.Pengelolaan Sumberdaya Ikan Kakap Kurisi(Nemipterus furcosus) Berdasarkan Model Produksi Surplus di Teluk Banten, Kabuapaten Serang, Provinsi Banten. [Skripsi] Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.

Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis Buku I-Manual (Edisi Terjemahan). Kerjasama Organisasi Pangan, Perserikatan Bangsa-bangsa Dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 438 hlm.

(25)

15 Syahrir RM, Mulyono SB, Darmawan L, Ernani SW dan Eko. 2010. Pola Musim Penangkapan Ikan Pelagis di Teluk Apar. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. Vol 13 (1): 24-31

Taeran I. 2007. Tingkat pemanfaatan dan pola musiman penangkapan beberapa jenis ikan ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bogor. 126 hlm.

Wardani WA. 2010. Analisis ketidakpastian hasil tangkapan ikan layur (Lepturacanthus savala) di TPI Cilauteureun Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut

Widodo J dan Suadi. 2006. Pengelolaan sumberdaya perikanan laut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Widiyanto IN. 2008. Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Species Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. (Skripsi). Fakultas Perikannan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 94 hlm.

(26)

16

LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis Indeks Musim Penangkapan Ikan Kakap Merah

Tahun Bulan CPUE Rgi Rgpi Rbi

2011 Januari 77.10667 58.15962 59.18021 1.446383

Februari 85.59722 56.20783 57.18373 0.990011

2012 Januari 50.2375 46.77386 46.74012 1.51984

(27)

17

Juni 70.11333 73.43482 72.61038 1.20341

Juli 82.52308

Agustus 38.98

September 108.1

Oktober 100.1667

November 68.2

Desember 76.32

Bulan 2010-2011 2011-2012 2012-2013 Total RBI Rata-rata IMP

Jul 1.1099 0.9937 1.0239 3.13 1.04 104.16

Agu 0.6068 0.7357 0.7654 2.11 0.70 70.20

Sep 1.2789 1.0104 0.6455 2.93 0.98 97.74

Okt 0.7797 0.7473 0.8004 2.33 0.78 77.51

Nov 1.1164 1.0089 1.0742 3.20 1.07 106.55

Des 1.2757 1.0887 0.8624 3.23 1.08 107.46

Jan 1.4464 1.5198 1.0791 4.05 1.35 134.72

Feb 0.9900 0.7629 1.6882 3.44 1.15 114.60

Mar 0.8560 1.2325 0.9766 3.07 1.02 102.08

Apr 0.7327 0.9599 1.0580 2.75 0.92 91.61

Mei 0.6575 1.0368 0.9923 2.69 0.90 89.47

Jun 0.9133 1.0029 1.2034 3.12 1.04 103.89

JRBB 12.01

(28)

18

Lampiran 2 Contoh hasil wawancara dengan nelayan Ikan Kakap Merah 1. Biodata Nelayan

Nama : Yoga

Umur : 37 tahun Pekerjaan utama : Nelayan Pekerjaan sampingan : -

Alamat :Karangantu

Status :Menikah Pendidikan terakhir : SMA Sejak tahun 1993 menjadi nelayan.

2. Alat tangkap dan Hasil Tangkapan 1. Alat tangkap

a. Nama alat tangkap : rawe

b. Ukuran mata jaring : 1,5 inchi-6 inchi 2. Perahu

a. Jenis kapal : Kapal motor b. Bobot kapal : 6 GT

3. Tenaga kerja

a. Jumlah ABK : 4 orang

b. Upah : Rp 200.000/trip 4. Trip

a. Lama melaut 1 trip : 5-7 hari b. Istirahat antar trip : Hari Jumat 3. Musim penangkapan

a. Musim puncak : Bulan Januari dan Februari b. Musim paceklik : Bulan Juli

(29)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bagansiapiapi, 5 Juli 1990. Ayah bernama Ridwan dan Ibu bernama Megawati (Almh). Penulis merupakan anak kedua dari 6 bersaudara. Pendidikan formal ditempuh di TK Islam Aisyiah (1995), SDN 012 (2002), SMPN 1 Bagan Hulu (2005), dan SMAN 2 Bagan Hulu (2008). Tahun 2009, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Undangan Daerah IPB (BUD) dan diterima di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan (MSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai Ketua divisi Kewirausahaan Badan Eksekutif Mahasiswa, serta turut aktif mengikuti seminar maupun berpartisipasi dalam beberapa kepanitiaan di lingkungan kampus IPB. Di luar kampus, penulis juga aktif sebagai sekretaris Himpunan Mahasiswa dan Pelajar Rokan Hilir (HIPEMAROHIL)

Gambar

Gambar 1  Lokasi penelitian
Tabel 1  Rangkuman kebutuhan dan analisis data
Gambar 2  Pemetaan partisipatif daerah penangkapan ikan kakap merah di Perairan
Gambar 4. Pendekatan Schaefer merupakan hasil regresi dari upaya penangkapan dengan hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kajian Stok Ikan Kuniran Upeneus moluccensis (Bleeker, 1855) di Perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP

Tujuan dilaksanakan penelitian ini untuk mengkaji status stok ikan kembung lelaki ( Rastrelliger kanagurta ) di perairan Selat Sunda yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan

Disamping itu, lebih dari 70% ikan tembang yang tertangkap di perairan Selat Sunda memiliki panjang tubuh di bawah ukuran rata-rata mencapai matang gonad ( ) yang

Alternatif pengelolaan perikanan yang dapat diterapkan antara lain perbaikan dalam hal pencatatan data produksi dan nilai produksi untuk seluruh jenis sumber daya ikan

Hal ini akan berdampak pada penentuan daerah penangkapan ( fishing ground ) yang menjadi sasaran penangkapan. Daerah penangkapan ikan di Kecamatan Labuan adalah Selat

Alternatif pengelolaan perikanan yang dapat diterapkan antara lain perbaikan dalam hal pencatatan data produksi dan nilai produksi untuk seluruh jenis sumber daya ikan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji stok ikan pari (Neotrygon kuhlii) di perairan Selat Sunda yang meliputi rasio kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks

Hasil penelitian menunjukkan nilai Hasil tangkapan per upaya penangkapan atau CPUE ( Catch Per Unit Effort ) sumberdaya Kakap merah yang didaratkan di PPN Brondong tahun