• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SPASIAL PENETAPAN KAWASAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI) SERTA KONFLIK YANG TIMBUL DI WILAYAH ADAT MATIO DAN TUKKO NISOLU KABUPATEN TOBA SAMOSIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS SPASIAL PENETAPAN KAWASAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI) SERTA KONFLIK YANG TIMBUL DI WILAYAH ADAT MATIO DAN TUKKO NISOLU KABUPATEN TOBA SAMOSIR."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SPASIAL PENETAPAN KAWASAN HUTAN

TANAMAN INDUSTRI (HTI) SERTA KONFLIK YANG

TIMBUL DI WILAYAH ADAT MATIO DAN TUKKO

NISOLU KABUPATEN TOBA SAMOSIR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

RINDU HARTONI CAPAH NIM. 3103131061

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

vii ABSTRAK

Rindu Hartoni Capah. NIM. 3103131061. Analisis Spasial Penetapan Kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) serta Konflik yang Timbul di Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu Kabupaten Toba Samosir. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. 2016.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui 1) perbandingan peta Hutan Tanaman Industri (HTI) Kemenhut Tahun 2010 dengan Peta Partisipatif Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu. 2) mengetahui konflik yang timbul di Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu disebabkan adanya penetapan Kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) oleh Kementerian Kehutanan.

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu Kabupaten Toba Samosir. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Wilayah Hutan Adat yang ada di Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu. Sedangkan Masyarakat Adat yakni Masyarakat Adat Tungko Matio dan Masyarakat Adat Tukko Nisolu adalah dijadikan sebagai sumber data atau responden, karena merekalah yang tahu tapal batas hutan adat secara turun-temurun dan bisa menunjukkan secara jelas di lapangan kawasan HTI dan Hutan Adat saling tumpang tindih. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan observasi lapangan, wawancara, dan studi dokumentasi, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Sang Pemilik Jagad Raya yang

telah menyediakan ruang bagi saya, sehinga saya dapat berdialektika mengikuti

proses ruang dan waktu menuju kesempurnaan yang semakin maju. Salah satu

proses yang saya lalui tersebut adalah termasuk dalam pengerjaan skripsi ini

sampai selesai. Skripsi ini berjudul Analisis Spasial Penetapan Kawasan Hutan

Tanaman Industri (HTI) serta Konflik yang Timbul di Wilayah Adat Matio dan

Tukko Nisolu Kabupaten Toba Samosir. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk

memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada

Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kendala dan

tantangan yang saya hadapi. Namun atas dukungan dan dorongan semangat yang

kuat, saya bisa melalui proses tersebut. Oleh sebab itu saya mengucapkan

terimakasih kepada kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Restu, M.S, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Komunitas Masyarakat Adat Matio dan Tukko Nisolu yang telah bersedia

diteliti sehingga hasil penelitian dalam skripsi ini memuaskan.

4. Kepada kedua orang tua tercinta, Apoan Capah dan Rusti Br. Sinaga.

Terima kasih atas segala motivasi dan doa yang telah diberikan kepadaku

selama ini. Dan juga kepada abang, kakak dan adek-adekku yang telah

(7)

iv

Capah, Sumirah Capah, Santo Retno Capah, Mei Maria Capah, Ngolu

Vinsen Capah, dan Seti Anna Capah.

5. Dra. Nurmala Berutu, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan juga

sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik (PA).

6. Drs. Kamarlin Pinem, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

masukan yang kritis dalam skripsi ini.

7. Melinda S. Harefa, S.Pd, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan masukan yang kritis dalam skripsi ini.

8. Drs. Ali Nurman, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi yang

telah membantu memperlancar administrasi dalam skripsi ini.

9. Dra. Asnidar, M.Si selaku Sekretaris Jurusan dan Saksi dalam Meja Hijau.

10. M Ridha S. Damanik, M.Sc selaku dosen pengampu Geografi Teknik yang

selama ini telah banyak memberikan llmu bagi saya sehingga sangat

membantu saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

11. Bapak Hajat Siagian yang sangat membantu penyelesaian skripsi ini dari

awal persiapan sampai akhirnya selesai dengan lancar.

12. Bapak/Ibu dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah memberikan

ilmu berharga untuk bekal penulis.

13. Kawan-kawan seperjuangan Kelompok Studi Mahasiswa BARSDem:

Sekjend Jorenk, Zunzhu, Putink, Novi, Tantunk, Kitink, Rafles, Tuenk,

Bogol, Oppunk, Apol, Dina, Joshua, Purba, Chelsea, Mona, Binsar,

Kosmas, Agus Gendut, Farmanto, Juli, dan semua rekan-rekan BARSDem

yang tak bisa saya sebutkan satu persatu. Wujudkan Demokrasi

(8)

v

hadir sebagai organisasi yang terus setia dalam garis perjuangan dalam

membela kaum tertindas. Dan juga semangat buat caker-caker BARSDem

yang baru mengikuti Dikpol pada tanggal 1-43 April di Sobolangit.

14. Alisansi Masyarakat Adat Nusantara Wilayah Tano Batak beserta seluruh

Staff yang telah bersedia mendampingi penulis untuk meneliti Komunitas

Masyarakat Adat Matio dan Tukko Nisolu.

15. Kawan-kawan satu stambukku yang telah memberikan semangat yang

tiada hentinya: Ekali, Tio, Karina, dan Afri. Dan juga kepada

kawan-kawan Geografi Tehnik 2010. Serta adek-adek stambuk yang bersedia

setulus hati membantu penulis dalam mengurus berkas-berkas skripsi:

Gregia, Lasri Sinurat, Gita.

Medan, Maret 2016. Penulis

(9)

viii DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

B. Penelitian Yang Relevan ... 30

C. Kerangka Berpikir ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

(10)

ix

B. Populasi dan Sampel ... 35

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 36

D. Ala dan Bahan ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN A. Kondisi Fisik Kabupaten Toba Samosir ... 39

B. Kondisi Non Fisik Kabupaten Toba Samosir ... 42

C. Sarana dan Prasarana di Kabuapetan Toba Samosir ... 50

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 57

B. Pembahasan ... 104

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 137

B. Saran ... 138

DAFTAR PUSTAKA ... 139

(11)

x

DAFTAR TABEL

No Uraian Halaman

1. Tabel 1. Jenis dan kriteria penetapan kawasan lindung ... 15

2. Tabel 2. Jenis dan Kriteria penetapan kawasan budidaya ... 16

3. Tabel 3. Penataan Ruang menurut Undang-undang No.24 tahun 1992 ... 17

4. Tabel 4. Dasar Hukum Masyarakat Adat ... 20

5. Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 46

6. Tabel 6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 49

7. Tabel 7. Daftar Sarana Ibadah ... 50

8. Tabel 8. Jumlah Fasilitas Kesehatan ... 52

9. Tabel 9. Jumlah Tenaga Kesehatan ... 53

10. Tabel 10. Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid ... 54

11. Tabel 11. Hasil Overlay Peta Wilayah Adat dengan Tobasa ... 63

12. Tabel 12. Hasil Overlay Peta Konsesi HTI dengan Wialayah Adat ... 64

13. Tabel 13. Hasil Overlay HTI dan Tobasa terhadap Wilayah Adat ... 66

14. Tabel 14. Responden Berdasarkan Umur... 74

15. Tabel 15. Responden Berdasarkan Pendidikan ... 75

16. Tabel 16. Responden berdasarkan Sistem Kepercayaan ... 76

17. Tabel 17. Responden berdasarkan Marga sebagai masyarakat adat ... 77

18. Tabel 18. Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 78

19. Tabel 19. Potensi Komunitas dan Mata Pencaharian ... 79

20. Tabel 20. Bentuk-bentuk Kepemilikan Tanah/Hutan ... 81

21. Tabel 21. Kearifan Masyarakat Adat dalam PSDA ... 84

22. Tabel 22. Struktur Lembaga Adat ... 86

23. Tabel 23. Responden berdasarkan Peran dan Fungsi Hutan ... 88

(12)

xi

25. Tabel 25. Jenis Konflik di Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu ... 95

26. Tabel 26. Responden berdasarkan Pihak-Pihak yang terlibat ... 97

27. Tabel 27. Dampak Konflik ... 98

28. Tabel 28. Responden berdasarkan Tingkat Kasus Konflik ... 99

29. Tabel 29. Responden Berdasarkan Upaya Penyelesaian konflik ... 102

30. Tabel 30. Responden berdasarkan Proses Penyelesaian Konflik ... 103

31. Tabel 31. Responden berdasarkan Tingkat Kasus Konflik ... 99

32. Tabel 32. Responden Berdasarkan Upaya Penyelesaian konflik ... 102

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

No . Uraian Halaman

1. Gambar 1. Diagram Alir Tahapan Pemetaan Partisipatif... g9

g. Gambar g. Kerangka lerfikir ... 34

3. Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Toba pamosir ... 40

4. Gambar 4. Gereja HKlP Matio ... 51

5. Gambar 5. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) ... 51

6. Gambar 6. Para siswa berpose di pMP Negeri 4 patu Atap Matio ... 54

7. Gambar 7. palah satu jaringan jalan di Desa parsoburan larat ... 55

8. Gambar 8. Peta Konsesi HTI di Wilayah Adat ... 58

9. Gambar 9. Peta Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu ... 59

10. Gambar 10. Komunitas Masyarakat AdatTukkoNisolu melakukan PP ... 61

11. Gambar 11. Pohon Eucalyptus ... 6g 1g. Gambar 1g. Peta Hasil Overlay ... 68

13. Gambar13. Peneliti di Makam Raja Puntumpanan piagian ... 71

14. Gambar 14. Rumah Masyarakat Adat ... 79

15. Gambar 15. Onan atau Pasar di Wilayah Adat Matio ... 80

16. Gambar 16. Masyarakat Adat sedang melakukan aktivitas di sawah ... 83

17. Gambar 17. Perempuan Adat sedang menjemur Padi ... 85

18. Gambar 18. Wilayah Hutan Masyarakat Adat ... 89

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

1

BABBIB

PENDAHULUANB

A. LatarBBelakangBMasalahB

Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tuntang Kuhutanan mundufinisikan

hutan subagai suatu kusatuan burupa hamparan lahan burisi sumburdaya alam

hayati yang didominasi pupohonan dalam pursukutuan alam lingkungannya, yang

satu dungan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hamparan lahan tursubut burupa

hutan tropis, yang munjadikan Indonusia salah satu nugara yang mumpunyai

kawasan hutan tropis yang cukup luas di dunia dungan luas ± 137,09 Juta ha

KKumunhut, 2012).

Hamparan hutan yang luas tursubut turnyata mungandung purmasalahan

yang sangat kompluks, baik yang burkaitan dungan aspuk punurunan jumlah

kawasan hutan tiap tahunnya, maupun rulasi nugara dungan masyarakat yang

munimbulkan konflik dalam pungulolaan hutan KNugroho dalam Mora, 2013).

Purmasalahan tursubut dimulai sujak akhir tahun 1970-an, kutika Indonusia

dipimpin oluh pumurintahan Ordu Baru, rugulasi pumanfatan hutan lubih

mumuntingkan kubijakan konsusi Hak Pungusahaan Hutan KHPH) untuk

mundorong pumbangunan ukonomi nasional KKartodihardjo, 2000). Namun dalam

pulaksanaanya, HPH munjadi cikal-bakal adanya dugradasi hutan alam. Dugradasi

ini sumakin busar kutika pada tahun 1990 pumurintah mumbuka puluang kupada

invustor swasta untuk mulakukan pumbangunan Hutan Tanaman Industri KHTI)

dungan pumburian sujumlah insuntif KKartodihardjo, 2000).

Salah satu turunan kubijakan yang didasari kubijakan konsusi HPH ialah

dungan munanami Hutan Tanaman Industri KHTI) yang akan dikumbangkan untuk

(16)

2

pumbuatan bubur kurtas (pulp) dan kurtas (paper). HTI adalah purkubunan kayu

monokultur skala busar yang ditanam dan dipanun untuk produksi pulp and paper.

Pohon-pohon supurti Eucalyptus dan Akasia ditanam mulubihi batas produktivitas

alami, dungan kucupatan tumbuh dan toluransi tinggi turhadap lahan turdugradasi.

Kayu yang dihasilkan dari purkubunan ini digunakan sucara luas subagai bahan

bakar dan konstruksi surta produksi paper dan kain supurti rayon KJurnal World

Rusorcu Institut, 1999).

Data dari Jurnal Forust Watch Indonusia K2001) mununjukkan sumakin

busarnya ukspansi di suktor produksi kayu lapis dan pulp-and-paper yang

mungakibatkan purmintaan turhadap bahan baku kayu jauh mulubihi kumampuan

pasokan lugal. Dampaknya, ukspansi industri diiringi dungan mungorbankan hutan

mulalui praktik kugiatan kuhutanan yang tidak lustari. Pada tahun 2000, sukitar 65

pursun dari pasokan total industri pungolahan kayu burasal dari kayu yang dibalak

sucara illugal KForust Watch Indonusia, 2001).

Sumbur daya hutan sulama ini dikulola dungan prinsip yang jauh dari

kuadilan KMora, 2013). Hal ini turbukti dungan praktuk kubijakan ruzim Ordu

Baru yang munjadikan hutan dan hasil-hasilnya subagai komoditas yang

buroriuntasi kupada kupuntingan kapitalis Kpumilik modal), suraya muminimalisir

puran surta masyarakat yang tinggal di dalam dan sukitar hutan KAwang dalam

Mora, 2013).

Akibat dari mukanismu rugulasi tursubut, disamping sumakin mumpurlubar

dugradasi hutan alam, juga burdampak turhadap turkikisnya kuburadaan

Masyarakat Adat yang munutap di kawasan hutan. Pungakuan pumurintah sangat

(17)

3

turmasuk hutan adatnya, dalam wilayah-wilayah yang ditunjuk subagai kawasan

hutan KKomnas HAM, 2015).

Dungan kubijakan pununjukan Hutan Nugara yang dianggap mumunuhi

asas lugalitas, Pumurintah c.q. Kumunturian Kuhutananan tulah sucara supihak

mungambil wilayah-wilayah Masyarakat Adat dan kumudian mumburikan

izin-izin kupada purusahaan-purusahan skala busar atas wilayah-wilayah tursubut. Pola

ini turjadi sucara sistumatik dan lugal mulalui burbagai kubijakan surta

munimbulkan konflik dan korban manusia KKomnas HAM, 2015).

Oluh subab itu, suiring dungan sumakin banyaknya konflik di suktor

kuhutanan, pada tanggal 16 Mui 2013 Mahkamah Konstitusi KMK) Rupublik

Indonusia mumbacakan Putusan MK Nomor 35/PUU-X/2012 dalam purkara

pungujian UU No. 41/1999 tuntang Kuhutanan. Dalam pumbacaan putusan

tursubut, turdapat punutapan purubahan pasal 1 angka K6), pasal 4 ayat K3), pasal

4 ayat K3), pasal 5 ayat K1), pasal 5 ayat K2) dan pasal 5 ayat K3). Putusan MK

tursubut murupakan suatu turobosan hukum yang punting dalam prosus

pumbaharuan hukum. Subab Putusan MK 35 tursubut munandai titik punting

pungakuan Nugara atas kuburadaan Masyarakat Hukum Adat KMHA) dan

hak-haknya, turutama hak atas wilayah adat yang sujalan dungan prinsip

punghormatan hak-hak asasi manusia.

Putusan Mahkamah Konstitusi ini adalah momuntum pumulihan status

wilayah adat. Subulumnya, kawasan hutan ditunjuk dan/atau ditutapkan sucara

supihak oluh pumurintah c.q. Kumunturian Kuhutanan subagai Hutan Nugara.

Konflik muncul karuna wilayah adat masuk dalam kawasan hutan yang ditunjuk.

(18)

4

turkait dungan MHA dan wilayahnya di kawasan hutan. Namun hingga kini,

nugara bulum sungguh-sungguh mundukung implumuntasi Putusan MK 35 burikut

mandat koruktifnya sucara hukum KKomnas HAM, 2015).

Jumlah kasus tuntang sungkuta purtanahan, turmasuk tanah-tanah adat

dikawasan hutan, turus muningkat. Komisi Nasional Hak Asasi Mansuia KKomnas

HAM) muncatat sukitar 20 pursun dari suluruh pungaduan yang diturima adalah

soal sungkuta purtanahan. Pada tahun 2010 ada 819 pungaduan sungkuta

purtanahan, dan pada tahun burikutnya burturut-turut naik munjadi 1064

pungaduan K2011) dan 1212 pungaduan K2012).

Sulain itu, data dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara KAMAN)

muncatat kasus tanah dan konflik sumbur daya alam KSDA) turtinggi

dibandingkan kasus yang lain. Lubih dari 140 kasus mulibatkan MHA. Konflik

yang turjadi lubih banyak dari yang dicatat dan dilaporkan. Sumuntara itu,

Jaringan Kurja Pumutaan Partisipatif KJKPP), yang tulah mulakukan pumutaan

wilayah-wilayah adat, tulah mulakukan timpaan Koverlay) puta kawasan hutan

dungan puta wilayah adat tahun 2014. Hasil timpaan tursubut mununjukkan bahwa

81 pursun pununjukan kawasan hutan burada di wilayah adat, sudangkan 19 pursun

sisanya burada diluar kawasan hutan yang diturbitkan izin-izin di luar kuhutanan

KKomnas HAM, 2015).

Munurut catatan Komnas HAM, konflik-konflik yang mulibatkan MHA di

kawasan hutan yang diklaim subagai Hutan Nugara mumiliki intunsitas tinggi dan

cundurung tidak tursulusaikan. Potunsi konflik akan turus muningkat, turutama

dungan mumpurhatikan data Kumunturian Kuhutanan dan BPS K2007, 2009) yang

(19)

5

diklaim subagai Hutan Nugara. Sukitar 71,06 % dari dusa-dusa tursubut

munggantungkan hidupnya dari sumbur daya hutan. Ironisnya, sampai 2014 hanya

0,5 juta huktar kawasan hutan diburikan aksusnya kupada puluhan kulompok

masyarakat sukitar hutan, dungan waktu yang turbatas sutulah mulalui prosudur

administrasi yang rumit dan panjang.

Pursubaran purluasan kawasan HTI di Indonusia saat ini sumakin luas.

Untuk Provinsi Sumatura Utara, konsusi HPH/TI munyubar di buburapa

Kabupatun. Pursubaran turbusar ada di kabupatun yang munutap di kawasan Danau

Toba. Pumilik konsusi tursubut adalah PT Toba Pulp Lustari KPT. TPL). PT Toba

Pulp Lustari murupakan purusahaan yang mumproduksi bubur kurtas Kpulp) yang

subulumnya burnama PT Inti Indorayon Utama KAMAN Tano Batak, 2015).

Kabupatun Toba Samosir murupakan salah satu kabupatun di Provinsi

Sumatura Utara yang dijadikan arual pursubaran HTI. Burdasarkan studi advokasi

yang dilakukan oluh Lumbaga AMAN Tano Batak, pursubaran HTI di Kabupatun

Samosir sudah sumakin luas, yakni mulubihi batas wilayah adat MHA Toba

Samosir. Sumuntara di Kabupatun Toba Samosir kuburadaan masyarakat adat

Kindegenous people) masih uksis dan muruka masih munggunakan kutursudiaan

sumburdaya hutan untuk munopang kubutuhan hidup suhari-hari.

Untuk mundorong pungakuan atas kupumilikan wilayah adat tursubut,

masayarakat adat di Kabupatun Toba Samosir sudah ada yang mulakukan

Pumutaan Partisipatif KPP), yaitu supurti Komunitas Masyarakat Adat Matio dan

Tukko Nisolu. PP yang sudah dilakukan Komunitas Masyarakat Adat Matio dan

Tukko Nisolu murupakan salah satu bagian dari prosus punyulusaian konflik hutan

(20)

6

Kusupakatan Bursama KNKB) yang ditandatangani pada 11 Marut 2013 antara 12

Kumunturian dan/atau Lumbaga Nugara tuntang Purucupatan Pungukuhan

Kawasan Hutan Indonusia. Dalam agunda NKB tursubut, turdapat tiga capaian

yang harus diwujudkan, yakni: pertama, harmonisasi kubijakan dan puraturan

purundang-undangan, kedua, punyularasan tuknis dan prosudur, dan, ketiga,

rusolusi konflik didasari pada prinsip kuadilan, punghormatan, dan pumajuan

HAM susuai puraturan purundang-undangan KKomnas HAM, 2015).

Pursubaran luasan kawasan HTI yang mumasuki wilayah hutan adat purlu

dipantau dan dibuat puta Tumpang Tindih Kawasan HTI di Wilayah Adat Matio

dan Tukko Nisolu. Puta Tumpang Tindih yang akan dibuat turdiri dari Puta

Konsusi HTI dari Kumunturian Kuhutanan Tahun 2010 dan Puta Wilayah Adat

Matio dan Tukko Nisolu yang burada di wilayah administrasi Kabupatun Toba

Samosir. Untuk munyatukan puta tursubut munjadi Puta Tumpang Tindih HTI di

Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu adalah dungan munggunakan aplikasi

Sistum Informasi Guografi KSIG). Aplikasi SIG murupakan software yang

dimanfaatkan untuk analisis spasial kawasan hutan, turmasuk Hutan Tanaman

Industri KHTI). Hasil analisis spasial HTI tursubut akan digunakan subagai dasar

untuk mungkaji konflik-konflik yang timbul di Wilayah Adat Matio dan Tukko

Nisolu Kabupatun Toba Samosir.

Turkait dungan purmasalahan tursubut, maka purlu dilakukan kajian burupa

Analisis Spasial Punutapan Kawasan Hutan Tanaman Industri KHTI) surta Konflik

yang Timbul di Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu.

(21)

7

B. IdentifikasiBMasalahB

Burdasarkan latar bulakang masalah tursubut, maka yang munjadi

iduntifikasi masalah dalam punulitian ini adalah pursubaran Kawasan Hutan

Tanaman Industri KHTI) di Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu Kabupatun

Toba Samosir sumakin luas, suhingga mungakibatkan Wilayah Adat sumakin

sumpit dan sucara tidak langsung mungusir muruka dari hutan adat. Purluasan HTI

tursubut murupakan implumuntasi dari konsusi HPH/TI yang dikuluarkan oluh

Kumunturian Kuhutanan KKumunhut) pada tahun 2010, hal ini ditandai dungan

diturbitkannya Puta Kawasan HTI Tahun 2010. Puta Kawasan HTI tursubut

turnyata munumpang tindih wilayah adat Matioa dan Tukko Nisolu. Hal inilah

yang mungakibatkan timbulnya konflik di suktor kuhutanan antara Masyarakat

Adat dungan pumurintah dan purusahaan pumugunag konsusi HPH/TI. Untuk

mumbantu prosus punyulusaian konflik, Masyarakat Adat mulakukan Pumutaan

Partisipatif Wilayah Adat yang didampingi oluh Aliansi Masyarakat Adat

Nusantara KAMAN) Wilayah Tano Batak.

C. PembatasanBMasalahB

Burdasarkan iduntifikasi masalah tursubut, maka yang munjadi pumbatasan

masalah dalam punulitian ini adalah Puta Kawasan HTI yang diturbitkan oluh

Kumunhut Tahun 2010 mungalami kutimpangan dungan Puta Wilayah Adat dan

pursubaran HTI di Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu Kabupatun Toba

(22)

8

D. RumusanBMasalahB

Burdasarkan uraian tursubut, maka yang munjadi rumusan masalah dalam

punulitian ini adalah subagai burikut:

1. Bagaimana purbandingan luas puta antara Puta Kawasan HTI Kumunhut

Tahun 2010 dungan Puta Partisipatif Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu?

2. Konflik apakah yang timbul di Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu turkait

dungan adanya punutapan Kawasan Hutan Tanaman Industri KHTI)?

E. TujuanBPenelitianB

Burdasarkan latar bulakang dan rumusan masalah diatas, maka yang

munjadi tujuan dalam punulitian ini adalah subagai burikut:

1. Untuk mungutahui purbandingan luas puta Hutan Tanaman Industri

Kumunhut Tahun 2010 dungan Puta Partisipatif Wilayah Adat Matio dan

Tukko Nisolu

2. Untuk mungutahui konflik yang timbul di Wilayah Adat Matio dan Tukko

Nisolu disubabkan adanya punutapan Kawasan Hutan Tanaman Industri KHTI)

oluh Kumunturian Kuhutanan.

F. ManfaatBPenelitianB

Manfaat yang akan dicapai dari punulitian ini adalah:

1. Bagi punuliti, untuk mumunuhi pursyaratan akadumik pada Jurusan

Pundidikan Guografi Fakultas Ilmu Sosial Univursitas Nuguri Mudan surta

(23)

9

2. Bagi masyarakat, untuk mumburikan informasi tuntang gambaran konflik

yang turjadi dan buntuk pursubaran Hutan Tanaman Industri KHTI) turhadap

luas hutan adat di Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu.

3. Bagi pumurintah dan pumangku kupuntingan Kstakeholder), untuk mumburi

masukan mungunai dampak HTI dan timbulnya konflik di sukitar hutan,

suhingga pumurintah dapat muminimalisir praktuk purampasan hutan mulalui

(24)

137

BABBVIB

KESIMPULANBDANBSAEANB

B

Adapun kesimpulan dan saran dalam penelitian ini uang berjudul kAnalisis

Spasial Penetapan Kawasan Hutan Tanaman Industri serta Konflik uang Timbul

di Wilauah Adat Matio dan Tukko Nisolu Kabupaten Toba Samosir” adalah

sebagai berikut:

A. KesimpulanB

1. Berdasarkan hasil overlau Peta Kawasan HTI dengan Peta Wilauah Adat

dengan menggunakan aplikasi SIG, maka didapatkan perbandingan luas

masing-masing peta, uakni: luas Peta Kawasan HTI adalah 2208, 36 Ha,

sedangkan luas peta Wilauah Adat adalah 2220, 16 Ha. Dari hasil

perbandingan luas peta tersebut didapatkan selisih luas peta wilauah adat

uang tidak ditumpang tindih oleh peta Kawasan HTI uaitu dengan luas

11,8 Ha. Kemudian, setelah dilakukan timpaan peta terhadap peta

Administrasi Toba Samosir, menghasilkan beberapa irisan uang

menumpang tindih wilauah adat, uakni Desa Pardomuan seluas 4,3 Ha,

Desa Parsoburan Barat seluas 1332,09 Ha, Desa Tornagodang seluas 251,1

Ha, Desa Lumban Ruhap seluas 35,43 Ha.

2. Konflik uang timbul di Wilauah Adat Matio dan Tukko Nisolu terkait

dengan adanua penetapan Kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah

Konflik Kehutanan uang melibatkan beberapa pihak, sehinngga dapat

diklisifikasikan konflik uang timbul, uaitu konflik vertikal antara

(25)

138

Muda Jaua, dengan pihak instansi kehutanan, dengan pihak aparat

keamanan seperti TNI dari Kodim Toba Samosir dan Polisi Resort Toba

Samosir. Sedangkan konflik horanzantal adalah masurakat adat dengan

masuarakat diluar wilauah adat.. Hingga saat ini konflik masih terjadi di

Wilauah Adat Matio dan Tukko Nisolu karena areal konsesi HPH/TI Toba

Pulp Lestari masih berlangsung operasinua dan masih masuk dalam

Kawasan Hutan Tanaman Industri.

B. SaranB

1. Pemerintah daerah harus bersinergi dalam mempercepat implementasi

keputusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012 dengan segara

menerbitkan Perda tentang Pengakuan dan Perlindungan Hak Masuarakat

Hukum Adat, sehingga masuarakat adat bisa diakui secara legalitas hukum

dan wilauah adat secara legalitas bisa diperoleh masuarat adat, sehingga

masuarakat adat bisa hidup mandiri, uakni berdaulat secara ekonomi dan

berdaulat secara politik. Maka dengan demikian masuarakat adat bisa

berpartisipasi dalam pembangunan di negeri ini.B

2. Seharusnua pemerintah harus tanggap dan sigap untuk menuelsaikan

konflik-konflik kehutanan khususnua di Wilauah Adat Matio dan Tukko

Nisolu uang masuk dalam wilauah administrasi Kabupaten Toba Samosir

dengan cara membentuk Panitia Khusus Percepatan konflik tenurual di

tingkat daerah.B

3. Kepada perusahaan uang memperoleh izin konsesi seharusnua lebih

(26)

139

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, dkk. 2009. Menuju Demokratisasi Pemetaan Reflekasi Gerakan

Pemetaan Partisipatif di Indonesia. Bogor: Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif.

Badan Litbang Kehutanan. 2005. Strategi Pengembangan Hutan Tanaman.

Jakarta: Partially Funded by Asia Pro Eco Program.

Bachriadi, Dianto. 2012. Dari Lokal Ke Nasional Kembali Ke Lokal Perjuangan

Hak Atas Tanah di Indonesia. Bandung: Agrarian Resource Center.

Berutu, Doni Saputra. 2012. Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis dalam Mengkaji Kuantan Singingi (Riau) Tahun 2000-2010.

Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Universitas Negeri Medan.

Dharmawan, Hadi Arya. 2006. Konflik Sosial dan Resolusi Konflik: Analisis

Sosio-Budaya (Dengan Fokus Perhatian Kalimantan Barat). Jurnal.

Pontianak: PERAGI.

Faisol, Arif. 2012. Tutorial ArcGIS 10. Jember: Penerbit Andi.

Flavelle, Alix. 2010. Panduan Pemetaan Berbasis Masyarakat. Bogor: Jaringan

Kerja Pemetaan Partisipatif.

Hapsari, dkk. Pemetaan Partisipatif Potensi Desa (Studi Kasus: Desa Selopatak,

Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto). Jurnal (tidakditerbitkan).

Surabaya: Jurusan Teknik Geomatika FTP-ITS.

Hasanah, Yuliya. 2008. Konflik Pemanfaatan Sumber Daya Tanah Ulayat Baduy

Pada Kawasan Hutan Lindung (Studi Kasus: Masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar, Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten).Jurnal. Bogor: Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian ITB.

Manalu, Dimpos.2009. Gerakan Sosial dan Perubahan Kebijakan Publik-Studi

Kasus Gerakan Perlawanan Masyarakat Batak vs PT. Inti Indorayon Utama di Sumatera Utara. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Muhtaj, Majda El. Humanitas Jurnal Kajian dan Pendidikan HAM. Medan: Pusat

Studi HAM Universitas Negeri Medan.

Munawaroh, Siti. 2007. Sosiologi 2 SMA/MA Kelas XI. Surakarta: Penerbit

(27)

140

Muta’ali, Lutfi. 2013. Penataan Ruang Wilayah dan Kota. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM.

_______. 2013. Pengembangan Wilayah Perdesaan. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM.

Nandika, Dodi. 2005. Hutan Bagi Ketahanan Nasional. Surakarta: Muhammadiah

University Press.

Peraturan Menteri Kehutanan. Nomor: P.62/Henhut-II/2008 tentang Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri dan Hutan Tanaman Rakyat.

Pratam, Titis Dian. 2013. Pemetaan Potensi Simpanan Karbon Hutan Industri

Tegakan Eucalyptus spp. (Studi Kasus di Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, Sektor Aek Nauli). Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Universitas Sumatera Utara.

Rahmawaty. 2004. Hutan: Fungsi dan Peranannya Bagi Masyarakat. Jurnal

Digital. Medan: USU.

Rahmi, Julia. Hubungan Kerapatan Tajuk dan Penggunaan Lahan Berdasarkan

Analisis Citra Satelit dan Informasi Geografis di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan, dan Kawasan Ekosistem Leuser). Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: USU.

Rini, dkk. 2015 Pemetaan Tata Batas Secara Partisipatif setelah Pemekaran

dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis di Kelurahan Bugis Kecamatan Samarinda Kota. Jurnal Agrivor Volume XIV Nomor 1, Maret 2015. Samarinda: Universitas 17 Agustus 1945.

Sadyohutomo, Mulyono. 2009. Manajemen Kota dan Wilayah Realita dan

Tantatangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudomo, dkk. Kajian Kontrol Silvikultur Hutan Tanaman terhadap Kualitas Kayu

Pulp. Jurnal. Balai Besar Penelitaian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.

Tarigan, Robinson. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara.

Wulan, dkk. 2004. Analisa Konflik Sektor Kehutanan di Indonesia 1997-2003. Bogor: Center for International Forestry Research

Yuliana. dkk. Analisa Konflik Sektor Kehutanan di Indonesia. Bogor: Center for

Referensi

Dokumen terkait

Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional studi kasus, menggunakan variabel independen bekatul dan variabel dependen kadar kolesterol

Hasil Uji Validitas Pengaruh Balanced Scorecard Terhadap Kinerja Manajerial

Secara umum keuntungan pembelajaran matematika berbasis media TIK yang dapat diperoleh bagi peserta didik, khususnya bagi siswa tunarungu adalah: (1) peserta

menunjukkan terjadinya peningkatan gugus asetil pada CMCts yang berasal dari monokloroasetat yang ditambahkan pada proses esterifikasr' Mengingat suhu dapat berperan

Bersama ini kami sampaikan laporan hasil penjmbn produk PnOGIU, Pf,OS(r$C, d3r ?H}|EllC di area Sumatara Barat @a bulan Aprf, Zltli, Adapun hasil penirnhn

Promosi penjualan adalah suatu aktivitas dan atau materi yang dalam aplikasinya menggunakan teknik, dibawah pengendalian penjual atau produsen, yang dapat

Eksistensi Mahkamah Konsitusi sebagai lembaga pemegang kekuasaan kehakiman yang independen, ditentukan di dalam Pasal 24 C Ayat (1) Undang–Undang Dasar

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang, Jawa Timur bisa disimpulkan bahwa sebagian besar penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang