HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN
IBU NIFAS DALAM PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
DI RUMAH SAKUT UMUM SUNDARI MEDAN
RIZKI AFRIYANTI SIREGAR
145102125
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS KEPERAWATAN
LEMBAR PERNYATAAN
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU NIFAS DALAM PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI MEDAN TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam karya tulis ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2015 Yang Menyatakan
Hubungan Dukungan Suami Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir
Di Rumah Sakut Umum Sundari Medan
ABSTRAK
Rizki Afriyanti Siregar
Latar belakang : Dalam merawat bayi butuh perhatian khusus dan penuh kasih sayang, untuk itu diperlukan penerimaan yang dalam dan memang benar-benar diinginkan ibu sendiri untuk merawat bayinya. Dukungan suami dapat memberi pengaruh tertentu terhadap perempuan dalam menghadapi hari-harinya terutama dalam memberi pengaruh dalam merawat bayi, serta dukungan suami sangat dibutuhkan karena suami merupakan orang terdekat dengan istri.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 56 orang. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015. Analisa data dengan uji Rank Spearman.
Hasil : Berdasarkan penelitian diperoleh hasil mayoritas suami mendukung yaitu sebanyak 37 orang (66,1%) dan tidak mendukung sebanyak 19 orang (33,9%). Dan mayoritas responden tidak mengalami kecemasan yaitu sebanyak 34 orang (60,7%), mengalami kecemasan ringan sebanyak 18 orang (32,1%) dan mengalami kecemasan sedang sebanyak 4 orang (7,1%).Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,001 yang artinya ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir.
Kesimpulan dan saran : berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dukungan suami berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu nifas. Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar memberikan penyuluhan tentang pentingnya dukungan suami maupun dukungan dari keluarga pada ibu bersalin maupun masa nifas agar tidak terjadi kecemasan yang lebih tinggi pada ibu nifas.
Relationships Support’s Husband With Anxiety Levels Mother Postpartum In Newborn Care The House Public Moloch Sundari Medan 2015
ABSTRACT
Rizki Afriyanti Siregar
Background: In treating babies need special attention and loving, it is necessary for acceptance in and really wanted his own mother to care for her baby. Support’s husband can give a certain influence on women in the face of day-to-day, especially in giving effect in treating infants, as well as the support’s husband is needed because the husband is the closest person to the wife.
Objective: To determine the relationship of husband support to maternal postpartum anxiety levels in newborn care at the General Hospital Medan Sundari 2015.
Methodology: This study used a descriptive correlation design. The number of samples in this study were 56 people. This research was conducted at the General Hospital Medan Sundari Year 2015. Data analysis by Spearman Rank test. Results: Based on the research results husband majority support as many as 37 people (66.1%) and do not support as many as 19 people (33.9%). And the majority of respondents did not experience anxiety as many as 34 people (60.7%), experienced mild anxiety as many as 18 people (32.1%) and anxiety were as many as four people (7.1%). Based on test results obtained statistical p-value of 0.001, which means there is a relationship between husband support the level of anxiety in the puerperal women newborn care.
Conclusion and suggestions : Based on the results of this study concluded that the husband's support associated with postpartum maternal anxiety levels. Expected to health professionals in order to provide education on the importance of the support of the husband and the support of families in maternal and postnatal anxiety in order to avoid higher in postpartum mothers.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala curahan
nikmat dan rahmat-Nya, memberikan kekuatan lahir dan batin, kejernihan hati dan
pikiran, serta kemudahan kepada penulis sehingga masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Dukungan Suami
dengn Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah
Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015” guna memenuhi salah satu syarat dalam
menempuh penelitian selanjutnya.
Keberhasilan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, tidak lepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan tulus membantu dalam
proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini dari awal hingga akhir. Atas dasar alasan
tersebut, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Program D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Sumatera Utara yang telah memberikan pengarahan
dan petunjuk selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Nur Asnah Sitohang, S. Kep, Ns, M. Kep selaku Ketua Pelaksana Program
D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara yang telah
memberikan pengarahan dan petunjuk selama menyusun Karya Tulis Ilmiah
ini.
3. Diah Lestari Nasution, SST, M.Keb selaku Pembimbing yang telah
memberikan segenap arahan, bimbingan dan petunjuk serta waktu luang
selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
4. dr. Juliandi Harahap, MA selaku dosen penguji I yang telah memberikan
5. Idau Ginting, SST, M. Kes, selaku dosen penguji II yang telah memberikan
masukan dan saran demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Kepala Rumah Sakit Umum Sundari Medan yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Seluruh Staf Dosen Karyawan/i Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Sumatera Utara yang telah banyak memberi pengetahuan dan
dorongan serta motivasi kepada penulis.
8. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, semangat dan motivasi
serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih belum
sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan peneliti. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua. Amin.
Medan, Juli 2015
Penulis
DAFTAR ISI
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Dukungan Suami ... 5
1. Pengertian Dukungan Suami ... 5
2. Dukungan Suami kepada Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir ... 5
B. Masa Nifas ... 6
1. Pengertian ... 6
2. Perubahan Fisiologis pada Ibu Nifas ... 6
a. Perubahan Sistem Reproduksi ... 6
b. Perubahan Sistem Perkemihan ... 8
c. Perubahan Sistem Musculoskeletal ... 8
d. Perubahan Sistem Endokrin ... 9
e. Perubahan Tanda Vital ... 9
f. Perubahan Sistem Kardiovaskular ... 10
g. Perubahan Sistem Hematologi ... 10
3. Adaptasi Psikologis Ibu Nifas ... 11
a. Fase Taking In ... 11
b. Fase Taking Hold ... 11
c. Fase Letting Go ... 11
C. Perawatan Bayi Baru Lahir ... 11
a. Memandikan Bayi ... 12
b. Perawatan Bayi Baru Lahir ... 12
c. Makanan ... 12
d. Imunisasi ... 13
e. Popok ... 13
f. Perawatan Mata, Hidung, dan Telinga ... 13
g. Perawatan Alat Kelamin ... 14
D. Kecemasan ... 15
2. Tingkat Kecemasan ... 15
3. Respon Kecemasan ... 16
4. Alat Ukur Kecemasan ... 17
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 19
A. Kerangka Konsep ... 19
B. Hipotesis ... 19
C. Defenisi Operasional ... 20
BAB IV METODE PENELITIAN ... 21
A. Desain Penelitian ... 21
B. Populasi dan Sampel ... 21
1. Populasi ... 21
2. Sampel ... 21
C. Tempat Penelitian ... 22
D. Waktu Penelitian ... 22
E. Etika Penelitian ... 23
F. Alat Pengumpulan Data ... 23
1. Data Demografi ... 24
2. Dukungan Suami ... 24
3. Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir .. 24
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 25
1. Uji Validitas ... 25
2. Uji Reliabelitas ... 25
H. Prosedur Pengumpulan Data ... 25
I. Pengolahan Data... 26
J. Rencana Analisa Data ... 26
1. Analisis Univariat ... 27
2. Analisis Bivariat ... 27
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
A. Hasil Penelitian ... 29
1. Karakteristik Responden ... 29
2. Dukungan Suami ... 30
3. Tingkat Kecemasan Ibu Nifas ... 33
4. Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir ... 36
B. Pembahasan ... 37
1. Karakteristik Responden ... 37
2. Dukungan Suami ... 38
3. Tingkat Kecemasan Ibu Nifas ... 40
4. Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir ... 41
C. Keterbatasan Penelitian ... 42
D. Implikasi Terhadap Pelayanan dan Penelitian ... 42
1. Implikasi terhadap Pelayanan ... 43
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 44
A. Kesimpulan ... 44 B. Saran ... 44
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 : Defenisi Operasional ... ... 20
Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Rumah
Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015 ... ...29
Tabel 5.2 : Distribusi Jawaban berdasarkan Dukungan Suami di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015 ... 30
Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Dukungan Suami di Rumah Sakit Umum Sundari Medan
Tahun 2015 ... 32
Tabel 5.4 : Distribusi Jawaban Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015 ... 33
Tabel 5.5 : Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir
di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015 ... 35
Tabel 5.6 : Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Survey Pendahuluan Dari Fakultas Keperawatan USU
Lampiran 2 : Surat Balasan Survey Dari RSU Sundari Medan
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data dari F.Kep USU
Lampiran 4 : Surat Balasan Izin Penelitian dari RSU.Sundari Medan
Lampiran 5 : Lembar Content Validity Indeks (CVI)
Lampiran 6 : Lembar Penjelasan Kepada Responden
Lampiran 7 : Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 8 : Lembar Kuesioner
Lampiran 9 : Master Data Penelitian
Lampiran 10 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Hubungan Dukungan Suami Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir
Di Rumah Sakut Umum Sundari Medan
ABSTRAK
Rizki Afriyanti Siregar
Latar belakang : Dalam merawat bayi butuh perhatian khusus dan penuh kasih sayang, untuk itu diperlukan penerimaan yang dalam dan memang benar-benar diinginkan ibu sendiri untuk merawat bayinya. Dukungan suami dapat memberi pengaruh tertentu terhadap perempuan dalam menghadapi hari-harinya terutama dalam memberi pengaruh dalam merawat bayi, serta dukungan suami sangat dibutuhkan karena suami merupakan orang terdekat dengan istri.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 56 orang. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015. Analisa data dengan uji Rank Spearman.
Hasil : Berdasarkan penelitian diperoleh hasil mayoritas suami mendukung yaitu sebanyak 37 orang (66,1%) dan tidak mendukung sebanyak 19 orang (33,9%). Dan mayoritas responden tidak mengalami kecemasan yaitu sebanyak 34 orang (60,7%), mengalami kecemasan ringan sebanyak 18 orang (32,1%) dan mengalami kecemasan sedang sebanyak 4 orang (7,1%).Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,001 yang artinya ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir.
Kesimpulan dan saran : berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dukungan suami berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu nifas. Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar memberikan penyuluhan tentang pentingnya dukungan suami maupun dukungan dari keluarga pada ibu bersalin maupun masa nifas agar tidak terjadi kecemasan yang lebih tinggi pada ibu nifas.
Relationships Support’s Husband With Anxiety Levels Mother Postpartum In Newborn Care The House Public Moloch Sundari Medan 2015
ABSTRACT
Rizki Afriyanti Siregar
Background: In treating babies need special attention and loving, it is necessary for acceptance in and really wanted his own mother to care for her baby. Support’s husband can give a certain influence on women in the face of day-to-day, especially in giving effect in treating infants, as well as the support’s husband is needed because the husband is the closest person to the wife.
Objective: To determine the relationship of husband support to maternal postpartum anxiety levels in newborn care at the General Hospital Medan Sundari 2015.
Methodology: This study used a descriptive correlation design. The number of samples in this study were 56 people. This research was conducted at the General Hospital Medan Sundari Year 2015. Data analysis by Spearman Rank test. Results: Based on the research results husband majority support as many as 37 people (66.1%) and do not support as many as 19 people (33.9%). And the majority of respondents did not experience anxiety as many as 34 people (60.7%), experienced mild anxiety as many as 18 people (32.1%) and anxiety were as many as four people (7.1%). Based on test results obtained statistical p-value of 0.001, which means there is a relationship between husband support the level of anxiety in the puerperal women newborn care.
Conclusion and suggestions : Based on the results of this study concluded that the husband's support associated with postpartum maternal anxiety levels. Expected to health professionals in order to provide education on the importance of the support of the husband and the support of families in maternal and postnatal anxiety in order to avoid higher in postpartum mothers.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
Masa nifas merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan ibu ataupun
bayi, diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan dan 40 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama
(Nurjanah, 2013).
Perubahan psikologi sebenarnya sudah terjadi pada saat kehamilan.
Menjelang persalinan, perasaan senang dan cemas bercampur menjadi satu. Perasaan
senang timbul karena akan berubah peran menjadi seorang ibu dan segera bertemu
dengan bayi yang telah lama dinanti-nantikan. Minggu-minggu pertama masa nifas
merupakan masa yang rentan bagi seorang ibu. Pada saat yang sama, ibu baru
(primipara) mungkin frustasi karena merasa tidak kompeten dalam merawat bayinya
dan tidak mampu mengontrol situasi. Semua wanita akan mengalami perubahan ini,
namun penanganan atau mekanisme koping yang dilakukan dari setiap wanita untuk
mengatasinya pasti akan berbeda (Maritalia, 2012).
Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan
hadirnya bayi baru lahir, dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya
merupakan dukungan positif bagi ibu. Banyak ketakutan dan kekhawatiran pada ibu
yang baru melahirkan terjadi akibat persoalan yang sederhana dan dapat diatasi
dengan mudah atau sebenarnya dapat dicegah oleh tenaga kesehatan, pengunjung
dan suami, bidan dapat mengantisipasi hal-hal yang bisa menimbulkan stress
psikologi (Nurjanah, 2013).
Perlu diingat bahwa setiap wanita membutuhkan kasih sayang, pengakuan
mendapat dukungan dari orang lain, keluarga dan teman terutama setelah melahirkan
dimana periode ini cukup sering seorang ibu menunjukkan depresi ringan beberapa
hari setelah melahirkan (Sari, 2014).
Walaupun perubahan-perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu sebaiknya tetap
menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam kandungan bayi
hanya mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman sehingga stress yang
dialaminya tidak bertambah berat (Sari, 2014).
Di negara Indonesia semula diperkirakan bahwa angka kejadian kecemasan
pascapersalinan lebih rendah dari negara-negara lain, mengingat salah satu
kepribadian bangsa Indonesia yang lebih sabar. Namun dari beberapa penelitian
yang pernah dilakukan di berbagai tempat di Indonesia, pada tahun 1998-2001
antara lain di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya, ditemukan 11-30% ibu yang
mengalami depresi atau kecemasan (Faeni, 2013).
Dalam hal perawatan bayi terutama pada bayi baru lahir, pada awalnya
sangat dibutuhkan kesabaran yang tinggi. Selain itu, diperlukan juga pengetahuan
tentang bagaimana sebenarnya perawatan bayi yang benar. Merawat bayi memang
akan segera menjadi sifat yang alami. Perawatan bayi juga merupakan cara mencari
apa sebenarnya yang paling cocok untuk ibu dan bayi itu sendiri. Dalam merawat
bayi butuh perhatian khusus dan penuh kasih sayang, untuk itu diperlukan
penerimaan yang dalam dan memang benar-benar diinginkan ibu sendiri untuk
merawat bayinya (Linda, 2009).
Maka peningkatan dukungan mental atau dukungan keluarga terutama suami
sangat diperlukan dalam mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan
masa nifas. Dukungan suami merupakan faktor eksternal yang paling baik dalam
Suami adalah orang pertama yang menyadari akan adanya perubahan dalam diri
pasangannya. Dukungan suami dapat memberi pengaruh tertentu terhadap
perempuan dalam menghadapi hari-harinya terutama dalam memberi pengaruh
dalam merawat bayi, serta dukungan suami sangat dibutuhkan karena suami
merupakan orang terdekat dengan istri. Dukungan suami bisa terwujud seperti selalu
memberi semangat, kasih sayang dan selalu memberi pendampingan kepada
istrinya (Lianawati dalam Megawati, 2014).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “ Hubungan antara Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan
Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan
Tahun 2014”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan
antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi
baru lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan
ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dukungan suami pada ibu nifas dalam perawatan
b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi
baru lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan.
c. Untuk menganalisis hubungan dukungan suami dengan tingkat
kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir di Rumah Sakit
Umum Sundari Medan.
D. Manfaat Penelitian 1. Pelayanan Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pelayanan
kebidanan sehingga pelayanan kebidanan dapat juga berperan memberikan
dukungan, penyuluhan atau pendidikan kesehatan dalam masa nifas dan
perawatan bayi baru lahir.
2. Perkembangan Ilmu Kebidanan khususnya Asuhan Kebidanan
Sebagai bahan masukan yang dapat menambah pengetahuan ilmu kebidanan
yang berkaitan dengan dukungan suami dengan tingkat kecemasan selama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dukungan suami
1. Pengertian Dukungan Suami
Dukungan suami adalah dukungan yang diberikan oleh suami kepada istri
untuk menunjang melakukan sesuatu. Dukungan suami kepada ibu nifas dalam
merawat bayi baru lahir dipengaruhi dalam beberapa faktor yaitu tingkat pendidikan,
pengetahuan tentang merawat bayi baru lahir dan budaya setempat
(Kodrat, 2010 dalam Megawati, 2014).
2. Dukungan Suami Kepada Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir
Dukungan suami merupakan salah satu sumber dukungan sosial yang
berasal dari dukungan keluarga. Dukungan sosial memiliki empat jenis yang berbeda
yang disesuaikan dengan situasi yang dibutuhkan, yaitu :
a. Dukungan emosional
Mencakup ungkapan simpati, kepedulian dan perhatian terhadap orang
yang membutuhkan sehingga dukungan tersebut memberikan rasa aman dan rasa
mengasihi.
b. Dukungan informasional
Suami sebagai pencari informasi yang berhubungan dengan merawat
bayi dari tenaga kesehatan, dan berkonsultasi, serta mencari informasi dari media
cetak maupun sumber lain yang mendukung.
c. Dukungan instrumental
Dukungan ini meliputi bantuan secara langsung sesuai yang dibutuhkan
d. Dukungan penilaian
Dukungan berupa pemberian penghargaan atas usaha yang dilakukan,
penilaian, memberikan umpan balik mengenai hasil atau prestasinya,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, memberikan support,
penghargaan positif, perhatian, semangat, memberikan persetujuan terhadap
pendapat ibu.
B. Masa Nifas 1. Pengertian
Masa nifas dimulai setelah 2 jam post partum dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologis maupun
psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan (Nurjanah, 2013).
2. Perubahan Fisiologis Ibu Nifas a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
Involusio uteri atau pengerutan uterus merupakan suatu proses yang
menyebabkan uterus kembali pada posisi semula seperti sebelum hamil dengan
bobot hanya 60 gram. Involusio uteri dapat juga dikatakan proses kembalinya
uterus pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil. Involusio uterus
melibatkan reorganisasi dan penanggalan decidua/endometriun dan
pengelupasan lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurun
ukuran dan berat serta perubahan tempat uterus, warna dan jumlah lochea
2) Servik
Serviks merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit
sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Servik menghubungkan uterus
dengan saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dari uterus menuju
saluran vagina pada saat persalinan. Segera setelah persalinan bentuk serviks
akan menganga seperti corong. Hal ini dapat disebabkan oleh korpus uteri yang
berkontraksi sedangkan serviks berubah menjadi merah kehitaman karena
mengandung banyak pembuluh darah dengan konsistensi lunak
(Maritalia, 2012).
3) Vulva, Vagina dan Perineum
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam
keadaan kendor. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan
saat sebelum persalinan pertama. Perubahan pada perineum pasca melahirkan
terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi
secara spontan ataupun dapat dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu
(Nugroho, 2014).
4) Payudara
Setelah proses persalinan selesai, pengaruh hormon estrogen dan
progesterone terhadap hipofisis mulai menghilang. Hipofisis mulai mensekresi
hormone kembali yang salah satu diantaranya adalah lactogenic hormone atau
hormone prolaktin. Selama kehamilan hormone prolaktin dari plasenta
meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormone estrogen yang
masih tinggi. Kadar estrogen dan progesterone akan menurun pada saat hari
ASI mengandung banyak kolostrum, yaitu cairan berwarna kuning dan sedikit
lebih kental dari ASI yang disekresi setelah hari ketiga post partum
(Maritalia, 2012).
b. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu
persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.
Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat,
peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari
dapat diberikan obat laksansia. Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia
akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan
sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu
makan (Sulistyawati, 2009).
c. Perubahan Sistem Perkemihan
Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang
berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan
kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal
kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam
jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 - 36 jam sesudah
melahirkan (Nugroho, 2014).
d. Perubahan Sistem Musculoskeletal
Otot – otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh – pembuluh
yang berada diantara anyaman otot – otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi
kendor (Sari, 2014).
e. Perubahan Sistem Endokrin
Setelah melahirkan sistem endokrin kembali kepada kondisi seperti ibu
hamil. Hormon kehamilan mulai menurun segera setelah plasenta keluar. Turunnya
estrogen dan progesteron menyebabkan peningkatan prolaktin menstimulasi air susu.
Perubahan fisiologis yang terjadi pada wanita setelah melahirkan melibatkan
perubahan yang progresif atau pembentukan jaringan-jaringan baru. Selama proses
kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada
hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut (Sari, 2014).
f. Perubahan Tanda Vital 1) Suhu Badan
Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5oC-38oC)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan atau dehidrasi
dan kelelahan karena adanya bendungan vaskuler dan limpatik. Biasanya pada
hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, payudara
menjadi bengkak berwarna merah karna banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun
kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus genitalis atau
system lain.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa anta 60-80 x/menit atau 50-70
x/menit. Sesudah melahirkan denyut nadi akan lebih cepat nadi yang melebihi
3) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg sistol dan 10 mmHg
diastol. Biasanya setelah bersalin tidak berubah atau normal, kemungkinan tekan
darah akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah
tinggi pada post partum akan menandakan terjadinya pre eklamsi pada saat post partum.
4) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali
apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas contohnya pada penyakit asma.
Bila pernafasan pada post partum menjadi lebih cepat kemungkinan ada
tanda-tanda syok (Nurjanah, 2013).
g. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba volume darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan
akan menimbulkan decompensatiocordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya
haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia kala.Umumnya, ini
terjadi pada 3 – 5 hari post partum (Sulistyawati, 2009).
h. Perubahan Sistem Hematologi
Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritosit sangat
bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume
darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi
dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari
dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2 persen kurang lebih
sama dengan kehilangan darah 500 ml darah (Nugroho, 2014).
3. Adaptasi Psikologi Ibu Nifas
Menurut Maritalia (2012) fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa
nifas antara lain adalah sebagai berikut :
a. Fase Taking In
Merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai
hari kedua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri sehingga
cenderung pasif terhadap lingkungannya.
b. Fase Taking Hold
Merupakan fase yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu
merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam
perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung.
Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan
pemberian penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang perwatan diri dan
bayinya.
c. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
sebagai seorang ibu. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.Ibu
sudah siap dalam menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya dan
siap jadi pelindung bagi bayinya.
C. Perawatan Bayi Baru Lahir
Menurut Nurjanah (2013), ada beberapa perawatan yang diberikan pada bayi
1. Memandikan Bayi
Memandikan bayi merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga agar
tubuh bayi bersih, terasa segar dan mencegah kemungkinan adanya infeksi. Prinsip
dalam memandikan bayi yang harus diperhatikan adalah menjaga bayi jangan sampai
kedinginan serta masuk air ke hidung, mulut dan telinga yang dapat mengakibatkan
aspirasi. Sesuai dengan umur, ada cara untuk memandikan bayi. Mandi spons,
apabila tali pusatnya belum lepas, bayi cukup dibersihkan dengan menggunakan
spons, tidak perlu dimandikan dalam bak mandi. Apabila tali pusat bayi telah lepas,
bayi bisa mulai dimandikan di dalam bak mandi. Bak mandi yang digunakan
disesuaikan ukurannya dengan bayi jangan terlalu besar dan terlalu kecil. Bak mandi
diisi dengan air hangat atau suhunya 75-89oC.
2. Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat merupakan asuhan kebidanan yang bertujuan merawat
tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi. Tali
pusat yang belum lepas perlu dbersihkan paling sedikit dua kali sehari. Perawatan
dilakukan dengan cermat dan hati-hati, apalagi bagi pusar bayi masih berwarna
merah. Beberapa langkah perawatan yang dapat dilakukan sesudah bayi selesai
dimandikan, pusar bayi dibersihkan dengan cotton buds atau kasa. Caranya,
mengangkat sisa tali pusat agar bagian disekiling tali pusat dapat dibersihkan dan
jangan dibubuhi apapun agar tali pusat cepat kering dan terlepas.
3. Makanan
Makanan yang lebih baik, sehat, dan sempurna untuk bayi adalah ASI. ASI
memiliki komposisi protein, karbohidrat, lemak, zat gula dan vitamin benar-benar
proporsional untuk pertumbuhan bayi yang ideal. Didalam ASI mendapat
4. Imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah membentuk kekebalan tubuh terhadap
serangan penyakit terutama penyakit polio, cacar, gondok, rubella, pertusis, difteri,
tetanus, infeksi Haemophilus dan Hepatitis B dengan memberikan vaksin pada bayi.
Jadwal pemberian imunisasi pada bayi dimulai dari umur 0 bulan. Imunisasi DPT
dilakukan tiga kali. DPT pertama diberikan saat bayi saat bayi berusia dua bulan,
DPT ketiga pada saat bayi berusia enam bulan. Imunisasi polio untuk menghindari
anak untuk menghindari anak dari penyakit kelumpuhan, diberikan tiga kali pada
saat bayi berusia dua bulan, empat bulan dan bulan. Imunisasi campak diberikan
setelah bayi berusia sembilan bulan. Imunisasi hepatitis B diberikan dua kali pada
saat bayi baru lahir dan usia satu bulan. Imunisasi harus diberikan pada bayi yang
kondisi tubuhnya sehat, tidak dibenarkan berikan pada bayi yang sedang menderita
penyakit ataupun bayi sedang menderita panas tinggi. Batas aman suhu badan anak
yang akan mendapat imunisasi harus berkisar 37oC.
5. Popok
Pada bulan pertama, ibu akan sering mengganti popok hingga terkadang
satu jam sekali. Meskipun merepotkan, penggantian popok sesering mungkin
berguna untuk menghindari gatal-gatal dan merah pada kulit bayi yang masih peka.
Ada dua jenis popok bayi yaitu popok kain dan popok sekali pakai atau diapers.
6. Perawatan Mata, Hidung dan Telinga
Mata, hidung dan telinga adalah bagian tubuh yang sangat sensitive. Untuk
merawat telinga, bagian luar dibasuh dengan lap atau kapas. Jangan memasukkan
benda apa pun ke lubang telinga, termasuk cotton buds atau pun jari. Bagian dalam
hidung mempunyai mekanisme membersihkan sendiri. Jika ada cairan atau kotoran
tisu yang digulung kecil. Jika menggunakan jari maka jari benar-benar bersih. Jika
hidung bayi mengeluarkan lendir sangat banyak karena pilek, sedotlah keluar dengan
penyedot hidung atau bayi yang diletakkan dengan posisi tengkurap untuk
mengeluarkan cairan tersebut. Mata dibersihkan dengan menggunakan kapas yang
dibasahi air hangat. Kapas yang digunakan harus lembut. Jangan memaksa
mengeluarkan kotoran dimata jika sulit. Jika sudah dibersihkan, mata bayi dipastikan
bersih dari sisa kapas.
7. Perawatan Alat Kelamin Bayi
Setiap kali mengganti popok bayi laki-laki, alat kelamin dan pantat bayi
harus dibersihkan. Bila tidak dibersihkan, sisa air seni dapat menyebabkan iritasi.
Adapun cara membersihkan alat kelamin bayi laki-laki yaitu alat kelamin
dibersihkan dengan menggunakan sabun dan air. Untuk membersihkan penis dan
lipatan-lipatannya digunakan kapas basah, tidak memaksa menarik kulit luar dan
membersihkna bagian dalam penis atau menyemprotkan antiseptik karena sangat
berbahaya, kecuali jika kulit luar sudah terpisah dari glan, sesekali ibu biasa menarik
dan membersihkan bagian bawahnya.
Sewaktu mengganti popok bayi perempuan, pantatnya dibersihkan dengan
baik. Vagina dalam alat kelaminnya tidak perlu dibersihkan karena didaerah ini tidak
terdapat banyak kotoran dan jika dibuka dapat mengakibatkan terjadinya infeksi.
Membersihkan selalu dari depan ke belakang sehingga tidak menyebabkan bakteri
masuk dari anus ke vagina. Untuk bayi laki-laki dan perempuan dengan kapas baru,
anus dan bagian bokong dibersihkan dari arah anus ke luar. Lalu dikeringkan dengan
tissue lembut dan dibiarkan terkena udara sejenak sebelum memakai popok dan
D. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak
menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari
(Suliswati, 2005)
Menurut Rufaidah (2003) dalam Megawati (2014) faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan antara lain faktor fisik, trauma atau konflik dan
lingkungan awal yang tidak baik.
2. Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart (1998) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu :
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa ataupun
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu
akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Kecemasan sedang
Pada tingkat ini memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal
yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang
lebih terarah.
c. Kecemasan berat
Pada kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
d. Panik
Pada tingkat ini berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror.
Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Dengan panik,
terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain.
3. Respon kecemasan
Macam-macam respon kecemasan yaitu (Stuart, 1998) :
a. Respon Fisiologis
1) Sistem kardiovaskuler : palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah
meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan, tekanan darah menurun dan
denyut nadi menurun.
2) Sistem pernafasan : nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas
dangkal, sensasi tercekik dan terengah-engah.
3) Sistem neuromuscular : reflex ,meningkat, reaksi terkejut, mata
berkedip-kedip, insomnia, tremor, gelisah, dan wajah tegang.
4) Sistem gastrointestinal : kehilangan nafsu makan, rasa tidak nyaman
pada abdomen, mual, nyeri ulu hati dan diare.
5) Sistem perkemihan : tidak dapat menahan kencing dan sering berkemih.
6) Kulit : wajah kemerahan, telapak tangan berkeringat, gatal, wajah pucat
dan berkeringat seluruh tubuh.
b. Respon perilaku : gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik
diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah,
c. Respon kognitif : perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir,
lapang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun,
bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut
kehilangan kendali, takut pada gambar visual, takut cedera atau
kematian, kilas balik dan mimpi buruk.
d. Respon afektif : mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa,
rasa bersalah dan malu.
4. Alat ukur kecemasan
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali orang menggunakan alat ukur (instrument) yang
dikenal dengan nama Zung Self-Rating Scale (ZSRS). Alat ukur ini terdiri dari 20
kelompok gejala yaitu (Nursalam, 2012)
Adapun hal –hal yang dinilai dalam alat ukur Zung-Self –Rating Scale (ZS-RS) ini adalah sebagai berikut :
1. Saya merasa lebih cemas dari biasanya
2. Saya merasa takut tanpa alasan sama sekali
3. Saya mudah merasa panik
4. Saya merasa seperti jatuh terpisah dan akan hancur berkeping-keping
5. Saya merasa semuanya baik-baik saja dan tidak ada hal buruk akan terjadi
6. Lengan dan kaki saya gemetar
7. Say terganggu oleh nyeri kepala leher dan nyeri punggung.
8. Saya merasa lemas dan mudah lelah.
10.Saya merasakan jantung saya berdebar-debar
11.Saya merasa pusing tujuh kelililing
12.Saya telah pingsan atau merasa seperti itu.
13.Saya dapat bernafas dengan mudah.
14.Saya merasa jari-jari tangan dan kaki mati rasa dan kesemutan
15.Saya terganggu oleh nyeri lambung atau gangguan pencernaan
16.Saya sering buang air kecil.
17.Tangan saya biasanya kering dan hangat.
18.Wajah saya terasa panas dan merah merona.
19.Saya mudah tertidur dan dapat istirahat malam dengan baik.
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFENISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian tentang “Hubungan Dukungan Suami
dengan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah
Sakit Umum Sundari Tahun 2015 ” adalah sebagai berikut :
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
B. Hipotesis
Hipotesis didalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,
patukan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010).
Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah :
Ha : Ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan
ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir Dukungan Suami
• Dukungan emosional
• Dukungan
informasional
• Dukungan
instrumental
• Dukungan penilaian
C. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau
tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).
Dalam penelitian ini akan diteliti tentang dukungan suami dengan tingkat
kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir.
Variabel Defenisi
Operasinal Cara Ukur Kategori Skala
Dukungan
Kuesioner 1. Mendukung
2. Tidak
Kuesioner 1. Tidak ada
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian bersifat Deskiptif korelasi dimana penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel bebas (dukungan suami) dan variabel terikatnya (tingkat kecemasan ibu
nifas dalam perawatan bayi baru lahir) hanya satu kali pada satu saat
(Nursalam, 2009).
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang bersalin
normal di Rumah Sakit Umum Sundari Medan. Berdasarkan data yang diperoleh 1
bulan terakhir pada bulan Desember jumlah ibu bersalin secara spontan adalah 126
orang data yang diperoleh dari rekam medik.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
penelitian (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
primiparayang bersalin Rumah Sakit Umum Sundari sebanyak 56 orang.
a. Kriteria Sampel 1) Kriteria inklusi
a) Ibu primipara yang mau menjadi responden
b) Ibu primipara yang bersalin secara normal/spontan
c) Ibu primipara yang tidak buta huruf dan bisa membaca
e) Ibu primipara yang mempunyai suami
2) Kriteria eksklusi
a) Ibu primipara yang tidak mau menjadi responden
b) Ibu primipara yang buta huruf dan tidak bisa membaca
c) ibu primipara yang tidak bisa menulis
d) ibu primipara yang tidak mempunyai suami
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Sundari Medan, Jln. Jend. T.B.
Simatupang (Jalan Pinang Baris) No. 31. Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini
sebagai tempat penelitian adalah :
1. Menghemat waktu dan biaya dalam penelitian karena tempat penelitian
tidak jauh dari tempat tinggal peneliti.
2. Rumah Sakit Umum Sundari Medan merupakan Rumah Sakit tempat
praktek saat D III sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan
penelitian.
3. Jumlah ibu nifas cukup banyak untuk dijadikan sampel.
4. Pada tempat penelitian belum ada penelitian tentang hubungan dukungan
suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir.
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan melakukan persiapan yaitu penyusunan proposal
penelitian sampai pengolahan hasil yang dimulai dari bulan Oktober 2014 sampai
2014-Februari 2015, penelitian dan pengolahan hasil penelitian dilakukan dari bulan
Maret-Juni 2015.
E. Pertimbangan Etika Penelitian
Etika penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan persetujuan dari
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Direktur Rumah Sakit Umum
Sundari Medan. Untuk melindungi hak-hak subjektif dan menjamin karahasiaan
identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden namun pada
lembar pengumpulan data yang diisi namun hanya mencantumkan kode pada data
oleh peneliti. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipisahkan untuk
menandatangai informed consent tetapi jika calon responden tidak bersedia maka calon reponden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses
pengumpulan data berlangsung. Informasi yang akan disampaikan penulis nantinya
akan dikembalikan lagi kepada pihak rumah sakit.
Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden
baik resiko fisik maupun psikologi. Data - data yang telah diperoleh dari hanya akan
digunakan untuk kepentingan peneliti. Adapun hasil dari penelitian ini telah
mendapat persetujuan oleh komisi etik penelitian kesehatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
F. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
yang akan diberikan kepada responden oleh peneliti. Yang terdiri dari pertanyaan
tentang data demografi responden, pernyataan dukungan suami dan pertanyaan
tentang tingkat kecemasan ibu nifas.
Untuk data demografi terdiri dari pertanyaan nama (inisial), usia, agama,
suku bangsa, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Dukungan Suami
Untuk pernyataan dukungan suami menggunakan Skala Guttman dengan interpretasi penilaian apabila skor 1 mendukung dan skor 0 tidak mendukung
yang dibuat sendiri oleh peneliti. Masing-masing pernyataan terdiri dari
pernyataan dukungan emosional (1-5), pernyataan dukungan informasional
(6-10), pernyataan dukungan instrumental (11-15) dan pernyataan dukungan
penilaian (16-20). Pengukuran atau penilaian dukungan responden dapat
diinterpretasikan dengan perhitungan nilai rata-rata atau mean dari hasil
jawaban responden. Dengan kategori mendukung : skor ≥ nilai mean, dan
tidak mendukung : skor < nilai mean dengan jumlah kuesioner 20 buah.
3. Tingkat Kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir
Untuk pertanyaan tingkat kecemasan ibu nifas terdiri 20 pernyataan. Dalam
penelitian ini menggunakan ukur kecemasan menggunakan Zung-Self Rating Scale yang terdiri atas 20 kelompok gejala, masing – masing kelompok gejala diberi penilaian antara 1- 4 dengan penilaian sebagai berikut :
1 : Tidak pernah
2 : Kadang-kadang
3 : Sebagian waktu
4 : Hampir setiap waktu
Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokkan antara lain :
Nilai (score) skor 20-44 = normal/tidak cemas 45-59 = kecemasan ringan
75-80 = kecemasan berat
G. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas
Uji Validitas dimaksudkan agar pernyataan yang termuat dalam kuesioner
bisa mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh instrumen atau kuesioner
tersebut. Suatu pernyataan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel
penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya (CVI > 0,75 ). Uji
validitas dilakukan dengan content validity oleh dosen dari Fakultas
keperawatan Universitas Sumatra Utara. Untuk nilai CVI pernyataan dukungan suami didapatkan hasilnya 0,755 dan untuk pernyataan tingkat
kecemasan tidak dilakukan uji validitas karena pernyataan kecemasan
mengggunakan Zung Self-Rating Scale.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan
menggunakan alat ukur yang sama. Dengan interpretasi nilai reliabilitas
alpha Cronbach’s yaitu ≥0,6
H. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan memakai kuesioner sebagai instrumen
penelitian. Adapun prosedur pengumpulan data sebagai berikut :
1. Peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Fakultas
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian peneliti
memberikan surat permohonan izin lagi kepada Direktur Rumah Sakit
Umum Sundari Medan, untuk melaksanakan penelitian
2. Setelah peneliti mendapatkan izin untuk meneliti, peneliti mengucapkan
salam kemudian menjelaskan tujuan penelitian serta meminta persetujuan
untuk menjadi responden, menjelaskan cara mengisi kuesioner dan
mendampingi ibu saat mengisi kuesioner.
3. Peneliti mengingatkan kembali pengisisan kepada responden secara teliti dan
cermat dalam pengisian sesuai data dirinya dan tidak melihat dari responden
lainnya serta menanyakan langsung kepada peneliti jika ada yang kurang
jelas atau tidak mengerti.
4. Setelah mengisi kuesioner, kemudian peneliti mengumpulkan dan
memeriksa kembali kelengkapan kuesioner bila ada yang kurang lengkap
maka saat itu juga responden melengkapinya sehingga dalam pengolahan
data tidak terjadi kesalahan.
I. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka langkah yang akan dilakukan berikutnya
adalah pengolahan data. Proses pengolahan data ini terdiri atas langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Editing (Penyuntingan)
Upaya untuk memeriksa kembali kabenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
setelah data terkumpul.
Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri dari
beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan
analisa data menggunakan komputer.
3. Data Entry (Memasukkan data)
Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau
database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi (Hidayat, 2010 : 95).
4. Tabulating
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang
diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010)
J. Analisis Data
1. Analisis Univariat (Analisis Deskriptif)
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripkan setiap
variabel penelitian. Analisis data univariat dalam penelitian ini adalah data
demografi responden yang terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, dukungan
suami,dan tingkat kecemasan kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan dicari persentasenya.
2. Analisis Bivariat
Analisa penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara dua
variabel independent yaitu dukungan suami dan dependent yaitu tingkat
kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir. Untuk mengetahui
hubungan antara kedua variabel tersebut peneliti menggunakan uji parametrik
namun sebelumnya dilakukan uji normalitas terlebih dahulu apakah data
berskala ordinal berdistribusi normal atau tidak, apabila berdistribusi normal uji
berdistribusi normal maka digunakan uji kolerasi Rank Spearman dengan nilai signifikan syarat probabilitas (p) < 0,05 yang artinya Ha diterima dan Ho di
tolak berarti ada hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu
nifas dalam perawatan bayi baru lahir, dan bila nilai signifikan syarat
probabilitas (p) > 0,05 maka hipotesa menyatakan tidak ada hubungan
dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Dukungan Suami
dengan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah
Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015”, terhadap 56 responden, didapat hasil
distribusi responden berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, dukungan suami dan
tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir yang selanjutnya
dilakukan analisa pembahasan dengan menggunakan rumusan sebagai berikut :
1. Karakteristik Responden
Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan
dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini :
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum Sundari Medan
Tahun 2015 (n=56) Karakteristik
Responden
Frekuensi Persentase (%)
Umur 16-20 6 10,7
BerdasarkanTabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 56 responden mayoritas
ibu rumah tangga sebanyak 24 orang (42,9%), mayoritas responden berpendidikan
SMA sebanyak 23 orang (41,1%).
2. Dukungan Suami
Distribusi responden berdasarkan dukungan suami dapat dilihat pada tabel
5.2 berikut ini :
Tabel 5.2
Distribusi Jawaban berdasarkan Dukungan Suami di Rumah Sakit Umum Sundari Medan
Tahun 2015 (n=56) No
Pernyataan Ya Tidak
f % f %
Dukungan emosional
1. Suami menyakinkan ibu bahwa ibu bisa memandikan bayi dengn mandiri walaupun bayi pertama.
46 82,15 10 17,85
2. Suami menyarankan ibu untuk menyusui bayi. 53 94,65 3 5,35
3. Suami semakin rajin merawat bayi termasuk menggendong bayi
46 82,15 10 17,85
4. Suami mengingatkan ibu apabila popok bayi sudah basah.
49 87,5 7 12,5
5. Suami perhatian dengan perawatan bayi baru lahir dan menyuruh ibu istirahat ketika bayi sedang tidur.
45 80,35 11 19,65
Dukungan informasional
6. Suami memberikan bacaan tentang perawatan bayi baru lahir misalnya buku, majalah, tabloid dll.
18 32,14 38 67,86
7. Suami memberikan informasi tentang
menyusui bayi sampai usia 6 bulan secara Eksklusif tanpa makanan tambahan.
35 62,5 21 37,5
8. Suami memberi informasi dari tenaga
kesehatan kepada ibu tentang cara perawatan tali pusat.
42 75 14 25
9. Suami menyarankan ibu untuk memandikan bayi dengan menggunakan air hangat.
44 78,57 12 21,43
10. Suami memberi informasi dari tenaga
kesehatan kepada ibu tentang pemberian imunisasi pada bayi.
38 67,86 18 32,14
Dukungan instrumental
11 Suami mau mengganti popok bayi saat buang air besar ataupun buang air kecil.
30 53,57 26 46,43
12. Suami mau melakukan perawatan tali pusat pada bayi.
13. Suami mau menemani ibu menyusui walaupun tengah malam
35 62,5 21 37,5
14. Suami mau memfasilitasi ibu ketika
memandikan bayi misalnya mempersiapkan pakaian bayi.
43 76,78 13 23,22
15. Suami mau menemani ibu ke ruangan bayi untuk mengimunisasi bayi.
44 78,57 12 21,43
Dukungan penilaian
16. Suami memberikan kata-kata pujian kepada ibu saat menyusui bayi.
47 83,92 9 16,08
17. Suami memberikan penghargaan positif
kepada ibu dalam perawatan bayi baru lahir.
49 87,5 7 12,5
18. Suami mengatakan ibu melakukan perawatan bayi baru lahir dengan baik.
45 80,5 11 19,65
19. Suami menanyakan ibu keluhan-keluhan yang ibu rasakan dalam perawatan bayi baru lahir.
47 83,2 9 16,08
20. Suami setuju dengan pendapat ibu dalam perawatan bayi baru lahir.
49 87,5 7 12,5
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari pernyataan dukungan
emosianal mayoritasresponden yang menjawab ya pada pernyataansuami
menyarankan ibu untuk menyusui sebanyak 53 orang (94,65%). Pernyataan
dukungan informasional mayoritas responden yang menjawab ya pada pernyataan
suami menyarakan ibu untuk memandikan bayi menggunakan air hangat sebanyak
44 orang (78,57%). Pernyataan dukungan instrumental mayoritas responden yang
menjawab ya pada pernyataan suami mau menemani ibu ke ruangan bayi untuk
mengimunisasi bayi sebanyak 44 orang (78,57%). Pernyataan dukungan penilaian
mayoritas responden yang menjawab ya pada suami memberikan penghargaan
positif kepada ibu dalam perawatan bayi baru lahir 49 sebanyak 11 orang (87,5%).
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Dukungan Suami di Rumah Sakit Umum Sundari Medan
Tahun 2015 (n=56)
Dukungan Suami Frekuensi Persentase (%)
Tidak Mendukung 19 33,9
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 56 responden,
mayoritassuami mendukung yaitu sebanyak 37 orang (66,1%).
3. Tingkat Kecemasan Ibu Nifas
Distribusi responden berdasarkan tingkat kecemasan ibu nifasdapat dilihat
pada tabel 5.4 berikut ini :
Tabel 5.4
Distribusi Jawaban Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan
Tahun 2015 (n=56)
1 Saya merasa lebih cemas dari biasanya saat saya merawat bayi baru lahir.
8 14,2 32 57,2 14 24 2 3,6
2 Saya merasa takut tanpa
alasan sama sekali ketika bayi saya akan diimunisasi.
12 21,5 30 53,5 10 17,8 4 7,2
3 Saya ketakutan ketika saya melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga akan dapat membahayakan bayi ibu.
15 26,7 24 42,9 15 26,7 2 3,7
4 Saya merasa panik disaat saya memberikan ASI malam hari pada bayi.
18 32,1 23 41,1 13 23,2 2 3,6
5 Saya merasa semuanya baik-baik saja dan merasa tidak ada hal buruk akan terjadi pada bayi saya.
21 37,5 19 33,9 7 12,5 9 16,1
6 Lengan dan kaki saya gemetar saat saya akan menyusui bayi saya.
21 37,5 23 41,1 11 19,6 1 1,8
7 Saya terganggu oleh nyeri kepala leher dan nyeri punggung pada saat saya melakukan perawatan tali pusat.
26 46,7 19 33,9 10 17,8 1 1,8
8 Saya merasa lemah dan mudah lelah saat saya mengganti popok bayi saya.
15 26,7 26 46,5 12 21,5 3 5,3
9 Saya merasa tenang dan dapat duduk diam dengan mudah
saat saya menyusui bayi saya. 10 Saya merasakan jantung saya
berdebar-debar saat bayi saya akan diimunisasi.
15 26,7 27 42,3 8 14,2 6 10,8
11 Saya merasa pusing saat saya saat saya mengganti popok bayi saya.
18 32,2 26 46,4 12 21,4 0 0
12 Saya merasa seakan-akan saya pingsan pada saat bayi saya akan dimandikan.
33 58,9 14 25 7 12,5 2 3,6
13 Saya dapat bernafas dengan mudah saat saya melakukan perawatan mata pada bayi saya.
16 28,5 13 23,3 11 19,7 16 28,5
14 Saya merasa jari-jari tangan saya dan kaki saya mati rasa dan kesemutan disaat saya menyusui bayi saya.
24 42,8 15 26,8 15 25,8 2 3,6
15 Saya terganggu dengan nyeri lambung saat saya melakukan perawatan alat kelamin bayi saya.
22 39,2 23 41,1 10 17,8 1 1,8
16 Saya sering buang air kecil saat melakukan perawatan tali pusat
16 28,5 23 41,1 16 28,6 1 1,8
17 Tangan saya biasanya kering dna hangat saat mengganti popok bayi
18 32.2 20 35,7 11 19,6 7 12,5
18 Wajah saya terasa panas dan merah merona saat melakukan perawatan bayi baru lahir
23 41,2 26 46,4 6 10,7 1 1,8
19 Saya mudah tertidur dan dapat beristirahat malam dengan baik
13 23,2 24 42,8 6 10,7 13 23,3
20 Saya mimpi buruk tentang bayi saya karena
ketidakmampuan saya merawatnya.
29 51,7 10 33,9 8 14,3 9 16,1
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa mayoritas responden
menjawabtidak ada pada pernyataan saya merasa seakan-akan saya pingsan pada saat
bayi saya akan dimandikan sebanyak 33 orang (58,9%), mayoritas responden yang
menjawab kadang-kadang pada pernyataan saya merasa lebih cemas dari biasanya
yang menjawab sering pada pernyataan saya sering buang air kecil saat melakukan
perawatan tali pusat sebanyak 16 orang (28,6%), dan mayoritas responden yang
menjawab sering sekali pada pernyataan saya dapat bernafas dengan mudah saat
saya melakukan perawatan bayi saya sebanyak 16 orang (28,6%).
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas di Rumah Sakit Umum Sundari Medan
Tahun 2015 (n=56)
Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)
Tidak ada 34 60,7
Kecemasan Ringan 18 32,1
Kecemasan Sedang 4 7,1
Berdasarkan Tabel 5.5diketahui bahwa dari 56 responden mayoritas
responden tidak mengalami kecemasan yaitu sebanyak 34 orang (60,7%),
4. Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahirdi Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015
Hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam
perawatan bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015 dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 5.6
Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir
Dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Rank Spearman’s dengan rata-rata skor dukungan suami yaitu 15 dan skor rata-rata tingkat kecemasan ibu
nifas dalam pearawatan bayi baru lahir yaitu 44. Hasil perhitungan uji statistik yang
dilakukan menunjukkan bahwa nilai p (0,001) < nilai α (0,05) sehingga Ha diterima
berarti ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas
dalam perawatan bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan tahun 2015.
Dimana nilai(r) = -0,617 menunjukkan bahwa pola hubungan negatif yang berarti
variabel dukungan suami dengan variabel tingkat kecemasan berbanding terbalik
artinya semakin tinggi dukungan suami maka semakin rendah tingkat kecemasan ibu
nifas dalam perawatan bayi baru lahir.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai “ Hubungan Dukungan Suami dengan
Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit
Umum Sundari Medan Tahun 2015” yang meliputi karakteristik data demografi
responden, dukungan suami, tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru
lahir dan hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam
perawatan bayi baru lahir maka akan diuraikan pembahasannya sebagai berikut :
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 56 responden ditemukan
yang berumur 16-20 tahun sebanyak 6 orang (10,7%), 21-25 tahun sebanyak 41
orang (73,2%), 26-30 tahun sebanyak8 orang (14,3%) dan >30 tahun sebanyak 1
orang (1,8%). Pada penelitian ini terlihat lebih banyak ibu yang ada pada kategori
umur 21-25 tahun dan kategori 26-30 tahun dimana primipara sudah berada dalam
dengan pendapat Notoadmojo, (2003) bahwa umur seseorang berpengaruh terhadap
kehidupannya.
Karakteristik pekerjaan dari 56 responden, ditemukan sebagai IRT sebanyak
24 orang (42,9%), sebagai pedagang sebanyak 8 orang (14,3%), sebagai wiraswasta
sebanyak 13 orang (23,2%) dan sebagai PNS sebanyak 11 orang (19,6%). Menurut
Mubarak (2011), lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Karakteristik pendidikan dari 56 responden, ditemukan berpendidikan SD
sebanyak 1 orang (1,8%), berpendidikan SMP sebanyak 12 orang (21,4%),
berpendidikan SMA sebanyak 23 orang (41,1%) dan berpendidikan tinggi sebanyak
20 (35,7%). Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock, (2004) bahwa pendidikan
berperan penting dalam menentukan kualitas manusia, dan akan dianggap lebih
berpengetahuan apabila mengecap pendidikan.
Kecemasan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk beberapa
diantaranya usia, tingkat pendidikan, dukungan suami dan dukungan keluarga
(Nuryanti, 2009).
2. Dukungan Suami
Dukungan suami pada Ibu nifas dapat diukur dengan ketepatan responden
dalam menjawab pernyataan yang diberikan oleh peneliti. Pernyataan terkait
dukunganyang diberikan suami kepada istri meliputi dukungan emosional, dukungan
penghargan, dukungan fasilitas dan dukungan informasi.
Berdasarkan penelitian ini pada pernyataan dukungan emosional mayoritas
menjawab tidak pada pernyataan suami perhatian dengan perawatan bayi baru lahir
dan menyuruh ibu istirahat ketika bayi sedang tidur sebanyak 11 orang (19,65%).
dukungan yaitu dukungan emosional yaitu suami sebagai tempat yang aman dan
damai untuk istirahat danpemulihan. Dukungan emosional juga sebagai bentuk kasih
sayang, cinta, dan perhatian kepada istri pada masa nifas untuk membangun
kenyaman dan rasa percaya diri ibu dalam menjalani masa nifas tersebut.
Pada pernyataan dukungan informasional mayoritas responden yang
menjawab tidak pada pernyataan suami memberikan bacaan tentang perawatan bayi
baru lahir misalnya buku, majalah, tabloid, dll sebanyak 38 orang (67,86%).
Dukungan informasi dalam bentuk suami sebagai mencari dan memberi informasi
kepada istri tentang perawatan bayi baru lahir karena bisa menambah wawasan istri.
Dengan bertambahnya wawasan atau pengetahuan istri maka akan dapat mencegah
ibu mengalami kecemasan yang lebih tinggi lagi.
Pernyataan dukungan instrumental mayoritas responden yang menjawab
tidak pada pernyataan suami mau melakukan perawatan tali pusat pada bayi
sebanyak 28 orang (50%). Dukungan instrumental yaitu suami sebagai sebuah
sumber pertolongan praktis dan konkrit, dengan ikut serta suami membantu
melakukan perawatan bayi baru lahir ibu akan merasa dia tidak sendiri untuk
merawat bayinya sehingga ibu akan lebih baik lagi.
Pernyataan dukungan penilaian mayoritas responden yang menjawab tidak
pada suami mengatakan ibu melakukan perawatan bayi baru lahir dengan baik
sebanyak 11 orang (19,65%).Pada pernyataan dukungan penilaian dimana suami
bertindak membimbing dan menengahi permasalahan.
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 56 responden, mayoritas
suami mendukung yaitu sebanyak 37 orang (66,1%) . Salah satu perubahan
emosional ibu nifas 1-2 hari setelah melahirkan adalah rasa cemas merawat bayi baru