• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Suami dengn Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Dukungan Suami dengn Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN

IBU NIFAS DALAM PERAWATAN BAYI BARU LAHIR

DI RUMAH SAKUT UMUM SUNDARI MEDAN

RIZKI AFRIYANTI SIREGAR

145102125

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

LEMBAR PERNYATAAN

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU NIFAS DALAM PERAWATAN BAYI BARU LAHIR

DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI MEDAN TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam karya tulis ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2015 Yang Menyatakan

(4)

Hubungan Dukungan Suami Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir

Di Rumah Sakut Umum Sundari Medan

ABSTRAK

Rizki Afriyanti Siregar

Latar belakang : Dalam merawat bayi butuh perhatian khusus dan penuh kasih sayang, untuk itu diperlukan penerimaan yang dalam dan memang benar-benar diinginkan ibu sendiri untuk merawat bayinya. Dukungan suami dapat memberi pengaruh tertentu terhadap perempuan dalam menghadapi hari-harinya terutama dalam memberi pengaruh dalam merawat bayi, serta dukungan suami sangat dibutuhkan karena suami merupakan orang terdekat dengan istri.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 56 orang. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015. Analisa data dengan uji Rank Spearman.

Hasil : Berdasarkan penelitian diperoleh hasil mayoritas suami mendukung yaitu sebanyak 37 orang (66,1%) dan tidak mendukung sebanyak 19 orang (33,9%). Dan mayoritas responden tidak mengalami kecemasan yaitu sebanyak 34 orang (60,7%), mengalami kecemasan ringan sebanyak 18 orang (32,1%) dan mengalami kecemasan sedang sebanyak 4 orang (7,1%).Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,001 yang artinya ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir.

Kesimpulan dan saran : berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dukungan suami berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu nifas. Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar memberikan penyuluhan tentang pentingnya dukungan suami maupun dukungan dari keluarga pada ibu bersalin maupun masa nifas agar tidak terjadi kecemasan yang lebih tinggi pada ibu nifas.

(5)

Relationships Support’s Husband With Anxiety Levels Mother Postpartum In Newborn Care The House Public Moloch Sundari Medan 2015

ABSTRACT

Rizki Afriyanti Siregar

Background: In treating babies need special attention and loving, it is necessary for acceptance in and really wanted his own mother to care for her baby. Support’s husband can give a certain influence on women in the face of day-to-day, especially in giving effect in treating infants, as well as the support’s husband is needed because the husband is the closest person to the wife.

Objective: To determine the relationship of husband support to maternal postpartum anxiety levels in newborn care at the General Hospital Medan Sundari 2015.

Methodology: This study used a descriptive correlation design. The number of samples in this study were 56 people. This research was conducted at the General Hospital Medan Sundari Year 2015. Data analysis by Spearman Rank test. Results: Based on the research results husband majority support as many as 37 people (66.1%) and do not support as many as 19 people (33.9%). And the majority of respondents did not experience anxiety as many as 34 people (60.7%), experienced mild anxiety as many as 18 people (32.1%) and anxiety were as many as four people (7.1%). Based on test results obtained statistical p-value of 0.001, which means there is a relationship between husband support the level of anxiety in the puerperal women newborn care.

Conclusion and suggestions : Based on the results of this study concluded that the husband's support associated with postpartum maternal anxiety levels. Expected to health professionals in order to provide education on the importance of the support of the husband and the support of families in maternal and postnatal anxiety in order to avoid higher in postpartum mothers.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala curahan

nikmat dan rahmat-Nya, memberikan kekuatan lahir dan batin, kejernihan hati dan

pikiran, serta kemudahan kepada penulis sehingga masih diberi kesempatan untuk

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Dukungan Suami

dengn Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah

Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015” guna memenuhi salah satu syarat dalam

menempuh penelitian selanjutnya.

Keberhasilan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, tidak lepas dari

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan tulus membantu dalam

proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini dari awal hingga akhir. Atas dasar alasan

tersebut, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Program D-IV Bidan Pendidik

Fakultas Keperawatan Sumatera Utara yang telah memberikan pengarahan

dan petunjuk selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Nur Asnah Sitohang, S. Kep, Ns, M. Kep selaku Ketua Pelaksana Program

D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara yang telah

memberikan pengarahan dan petunjuk selama menyusun Karya Tulis Ilmiah

ini.

3. Diah Lestari Nasution, SST, M.Keb selaku Pembimbing yang telah

memberikan segenap arahan, bimbingan dan petunjuk serta waktu luang

selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

4. dr. Juliandi Harahap, MA selaku dosen penguji I yang telah memberikan

(7)

5. Idau Ginting, SST, M. Kes, selaku dosen penguji II yang telah memberikan

masukan dan saran demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Kepala Rumah Sakit Umum Sundari Medan yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Seluruh Staf Dosen Karyawan/i Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan Sumatera Utara yang telah banyak memberi pengetahuan dan

dorongan serta motivasi kepada penulis.

8. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, semangat dan motivasi

serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih belum

sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan peneliti. Untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan

Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

kepada kita semua. Amin.

Medan, Juli 2015

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Dukungan Suami ... 5

1. Pengertian Dukungan Suami ... 5

2. Dukungan Suami kepada Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir ... 5

B. Masa Nifas ... 6

1. Pengertian ... 6

2. Perubahan Fisiologis pada Ibu Nifas ... 6

a. Perubahan Sistem Reproduksi ... 6

b. Perubahan Sistem Perkemihan ... 8

c. Perubahan Sistem Musculoskeletal ... 8

d. Perubahan Sistem Endokrin ... 9

e. Perubahan Tanda Vital ... 9

f. Perubahan Sistem Kardiovaskular ... 10

g. Perubahan Sistem Hematologi ... 10

3. Adaptasi Psikologis Ibu Nifas ... 11

a. Fase Taking In ... 11

b. Fase Taking Hold ... 11

c. Fase Letting Go ... 11

C. Perawatan Bayi Baru Lahir ... 11

a. Memandikan Bayi ... 12

b. Perawatan Bayi Baru Lahir ... 12

c. Makanan ... 12

d. Imunisasi ... 13

e. Popok ... 13

f. Perawatan Mata, Hidung, dan Telinga ... 13

g. Perawatan Alat Kelamin ... 14

D. Kecemasan ... 15

(9)

2. Tingkat Kecemasan ... 15

3. Respon Kecemasan ... 16

4. Alat Ukur Kecemasan ... 17

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 19

A. Kerangka Konsep ... 19

B. Hipotesis ... 19

C. Defenisi Operasional ... 20

BAB IV METODE PENELITIAN ... 21

A. Desain Penelitian ... 21

B. Populasi dan Sampel ... 21

1. Populasi ... 21

2. Sampel ... 21

C. Tempat Penelitian ... 22

D. Waktu Penelitian ... 22

E. Etika Penelitian ... 23

F. Alat Pengumpulan Data ... 23

1. Data Demografi ... 24

2. Dukungan Suami ... 24

3. Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir .. 24

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 25

1. Uji Validitas ... 25

2. Uji Reliabelitas ... 25

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 25

I. Pengolahan Data... 26

J. Rencana Analisa Data ... 26

1. Analisis Univariat ... 27

2. Analisis Bivariat ... 27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Hasil Penelitian ... 29

1. Karakteristik Responden ... 29

2. Dukungan Suami ... 30

3. Tingkat Kecemasan Ibu Nifas ... 33

4. Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir ... 36

B. Pembahasan ... 37

1. Karakteristik Responden ... 37

2. Dukungan Suami ... 38

3. Tingkat Kecemasan Ibu Nifas ... 40

4. Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir ... 41

C. Keterbatasan Penelitian ... 42

D. Implikasi Terhadap Pelayanan dan Penelitian ... 42

1. Implikasi terhadap Pelayanan ... 43

(10)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 44

A. Kesimpulan ... 44 B. Saran ... 44

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 : Defenisi Operasional ... ... 20

Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Rumah

Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015 ... ...29

Tabel 5.2 : Distribusi Jawaban berdasarkan Dukungan Suami di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015 ... 30

Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Dukungan Suami di Rumah Sakit Umum Sundari Medan

Tahun 2015 ... 32

Tabel 5.4 : Distribusi Jawaban Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015 ... 33

Tabel 5.5 : Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir

di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015 ... 35

Tabel 5.6 : Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit

(12)

DAFTAR SKEMA

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Survey Pendahuluan Dari Fakultas Keperawatan USU

Lampiran 2 : Surat Balasan Survey Dari RSU Sundari Medan

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data dari F.Kep USU

Lampiran 4 : Surat Balasan Izin Penelitian dari RSU.Sundari Medan

Lampiran 5 : Lembar Content Validity Indeks (CVI)

Lampiran 6 : Lembar Penjelasan Kepada Responden

Lampiran 7 : Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 8 : Lembar Kuesioner

Lampiran 9 : Master Data Penelitian

Lampiran 10 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

(14)

Hubungan Dukungan Suami Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir

Di Rumah Sakut Umum Sundari Medan

ABSTRAK

Rizki Afriyanti Siregar

Latar belakang : Dalam merawat bayi butuh perhatian khusus dan penuh kasih sayang, untuk itu diperlukan penerimaan yang dalam dan memang benar-benar diinginkan ibu sendiri untuk merawat bayinya. Dukungan suami dapat memberi pengaruh tertentu terhadap perempuan dalam menghadapi hari-harinya terutama dalam memberi pengaruh dalam merawat bayi, serta dukungan suami sangat dibutuhkan karena suami merupakan orang terdekat dengan istri.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 56 orang. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015. Analisa data dengan uji Rank Spearman.

Hasil : Berdasarkan penelitian diperoleh hasil mayoritas suami mendukung yaitu sebanyak 37 orang (66,1%) dan tidak mendukung sebanyak 19 orang (33,9%). Dan mayoritas responden tidak mengalami kecemasan yaitu sebanyak 34 orang (60,7%), mengalami kecemasan ringan sebanyak 18 orang (32,1%) dan mengalami kecemasan sedang sebanyak 4 orang (7,1%).Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,001 yang artinya ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir.

Kesimpulan dan saran : berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dukungan suami berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu nifas. Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar memberikan penyuluhan tentang pentingnya dukungan suami maupun dukungan dari keluarga pada ibu bersalin maupun masa nifas agar tidak terjadi kecemasan yang lebih tinggi pada ibu nifas.

(15)

Relationships Support’s Husband With Anxiety Levels Mother Postpartum In Newborn Care The House Public Moloch Sundari Medan 2015

ABSTRACT

Rizki Afriyanti Siregar

Background: In treating babies need special attention and loving, it is necessary for acceptance in and really wanted his own mother to care for her baby. Support’s husband can give a certain influence on women in the face of day-to-day, especially in giving effect in treating infants, as well as the support’s husband is needed because the husband is the closest person to the wife.

Objective: To determine the relationship of husband support to maternal postpartum anxiety levels in newborn care at the General Hospital Medan Sundari 2015.

Methodology: This study used a descriptive correlation design. The number of samples in this study were 56 people. This research was conducted at the General Hospital Medan Sundari Year 2015. Data analysis by Spearman Rank test. Results: Based on the research results husband majority support as many as 37 people (66.1%) and do not support as many as 19 people (33.9%). And the majority of respondents did not experience anxiety as many as 34 people (60.7%), experienced mild anxiety as many as 18 people (32.1%) and anxiety were as many as four people (7.1%). Based on test results obtained statistical p-value of 0.001, which means there is a relationship between husband support the level of anxiety in the puerperal women newborn care.

Conclusion and suggestions : Based on the results of this study concluded that the husband's support associated with postpartum maternal anxiety levels. Expected to health professionals in order to provide education on the importance of the support of the husband and the support of families in maternal and postnatal anxiety in order to avoid higher in postpartum mothers.

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Masa nifas merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan ibu ataupun

bayi, diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah

persalinan dan 40 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama

(Nurjanah, 2013).

Perubahan psikologi sebenarnya sudah terjadi pada saat kehamilan.

Menjelang persalinan, perasaan senang dan cemas bercampur menjadi satu. Perasaan

senang timbul karena akan berubah peran menjadi seorang ibu dan segera bertemu

dengan bayi yang telah lama dinanti-nantikan. Minggu-minggu pertama masa nifas

merupakan masa yang rentan bagi seorang ibu. Pada saat yang sama, ibu baru

(primipara) mungkin frustasi karena merasa tidak kompeten dalam merawat bayinya

dan tidak mampu mengontrol situasi. Semua wanita akan mengalami perubahan ini,

namun penanganan atau mekanisme koping yang dilakukan dari setiap wanita untuk

mengatasinya pasti akan berbeda (Maritalia, 2012).

Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan

hadirnya bayi baru lahir, dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya

merupakan dukungan positif bagi ibu. Banyak ketakutan dan kekhawatiran pada ibu

yang baru melahirkan terjadi akibat persoalan yang sederhana dan dapat diatasi

dengan mudah atau sebenarnya dapat dicegah oleh tenaga kesehatan, pengunjung

dan suami, bidan dapat mengantisipasi hal-hal yang bisa menimbulkan stress

psikologi (Nurjanah, 2013).

Perlu diingat bahwa setiap wanita membutuhkan kasih sayang, pengakuan

(17)

mendapat dukungan dari orang lain, keluarga dan teman terutama setelah melahirkan

dimana periode ini cukup sering seorang ibu menunjukkan depresi ringan beberapa

hari setelah melahirkan (Sari, 2014).

Walaupun perubahan-perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu sebaiknya tetap

menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam kandungan bayi

hanya mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman sehingga stress yang

dialaminya tidak bertambah berat (Sari, 2014).

Di negara Indonesia semula diperkirakan bahwa angka kejadian kecemasan

pascapersalinan lebih rendah dari negara-negara lain, mengingat salah satu

kepribadian bangsa Indonesia yang lebih sabar. Namun dari beberapa penelitian

yang pernah dilakukan di berbagai tempat di Indonesia, pada tahun 1998-2001

antara lain di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya, ditemukan 11-30% ibu yang

mengalami depresi atau kecemasan (Faeni, 2013).

Dalam hal perawatan bayi terutama pada bayi baru lahir, pada awalnya

sangat dibutuhkan kesabaran yang tinggi. Selain itu, diperlukan juga pengetahuan

tentang bagaimana sebenarnya perawatan bayi yang benar. Merawat bayi memang

akan segera menjadi sifat yang alami. Perawatan bayi juga merupakan cara mencari

apa sebenarnya yang paling cocok untuk ibu dan bayi itu sendiri. Dalam merawat

bayi butuh perhatian khusus dan penuh kasih sayang, untuk itu diperlukan

penerimaan yang dalam dan memang benar-benar diinginkan ibu sendiri untuk

merawat bayinya (Linda, 2009).

Maka peningkatan dukungan mental atau dukungan keluarga terutama suami

sangat diperlukan dalam mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan

masa nifas. Dukungan suami merupakan faktor eksternal yang paling baik dalam

(18)

Suami adalah orang pertama yang menyadari akan adanya perubahan dalam diri

pasangannya. Dukungan suami dapat memberi pengaruh tertentu terhadap

perempuan dalam menghadapi hari-harinya terutama dalam memberi pengaruh

dalam merawat bayi, serta dukungan suami sangat dibutuhkan karena suami

merupakan orang terdekat dengan istri. Dukungan suami bisa terwujud seperti selalu

memberi semangat, kasih sayang dan selalu memberi pendampingan kepada

istrinya (Lianawati dalam Megawati, 2014).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “ Hubungan antara Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan

Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan

Tahun 2014”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan

antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi

baru lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan

ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui dukungan suami pada ibu nifas dalam perawatan

(19)

b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi

baru lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan.

c. Untuk menganalisis hubungan dukungan suami dengan tingkat

kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir di Rumah Sakit

Umum Sundari Medan.

D. Manfaat Penelitian 1. Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pelayanan

kebidanan sehingga pelayanan kebidanan dapat juga berperan memberikan

dukungan, penyuluhan atau pendidikan kesehatan dalam masa nifas dan

perawatan bayi baru lahir.

2. Perkembangan Ilmu Kebidanan khususnya Asuhan Kebidanan

Sebagai bahan masukan yang dapat menambah pengetahuan ilmu kebidanan

yang berkaitan dengan dukungan suami dengan tingkat kecemasan selama

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dukungan suami

1. Pengertian Dukungan Suami

Dukungan suami adalah dukungan yang diberikan oleh suami kepada istri

untuk menunjang melakukan sesuatu. Dukungan suami kepada ibu nifas dalam

merawat bayi baru lahir dipengaruhi dalam beberapa faktor yaitu tingkat pendidikan,

pengetahuan tentang merawat bayi baru lahir dan budaya setempat

(Kodrat, 2010 dalam Megawati, 2014).

2. Dukungan Suami Kepada Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir

Dukungan suami merupakan salah satu sumber dukungan sosial yang

berasal dari dukungan keluarga. Dukungan sosial memiliki empat jenis yang berbeda

yang disesuaikan dengan situasi yang dibutuhkan, yaitu :

a. Dukungan emosional

Mencakup ungkapan simpati, kepedulian dan perhatian terhadap orang

yang membutuhkan sehingga dukungan tersebut memberikan rasa aman dan rasa

mengasihi.

b. Dukungan informasional

Suami sebagai pencari informasi yang berhubungan dengan merawat

bayi dari tenaga kesehatan, dan berkonsultasi, serta mencari informasi dari media

cetak maupun sumber lain yang mendukung.

c. Dukungan instrumental

Dukungan ini meliputi bantuan secara langsung sesuai yang dibutuhkan

(21)

d. Dukungan penilaian

Dukungan berupa pemberian penghargaan atas usaha yang dilakukan,

penilaian, memberikan umpan balik mengenai hasil atau prestasinya,

membimbing dan menengahi pemecahan masalah, memberikan support,

penghargaan positif, perhatian, semangat, memberikan persetujuan terhadap

pendapat ibu.

B. Masa Nifas 1. Pengertian

Masa nifas dimulai setelah 2 jam post partum dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6

minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologis maupun

psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan (Nurjanah, 2013).

2. Perubahan Fisiologis Ibu Nifas a. Perubahan Sistem Reproduksi

1) Uterus

Involusio uteri atau pengerutan uterus merupakan suatu proses yang

menyebabkan uterus kembali pada posisi semula seperti sebelum hamil dengan

bobot hanya 60 gram. Involusio uteri dapat juga dikatakan proses kembalinya

uterus pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil. Involusio uterus

melibatkan reorganisasi dan penanggalan decidua/endometriun dan

pengelupasan lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurun

ukuran dan berat serta perubahan tempat uterus, warna dan jumlah lochea

(22)

2) Servik

Serviks merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit

sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Servik menghubungkan uterus

dengan saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dari uterus menuju

saluran vagina pada saat persalinan. Segera setelah persalinan bentuk serviks

akan menganga seperti corong. Hal ini dapat disebabkan oleh korpus uteri yang

berkontraksi sedangkan serviks berubah menjadi merah kehitaman karena

mengandung banyak pembuluh darah dengan konsistensi lunak

(Maritalia, 2012).

3) Vulva, Vagina dan Perineum

Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam

keadaan kendor. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan

saat sebelum persalinan pertama. Perubahan pada perineum pasca melahirkan

terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi

secara spontan ataupun dapat dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu

(Nugroho, 2014).

4) Payudara

Setelah proses persalinan selesai, pengaruh hormon estrogen dan

progesterone terhadap hipofisis mulai menghilang. Hipofisis mulai mensekresi

hormone kembali yang salah satu diantaranya adalah lactogenic hormone atau

hormone prolaktin. Selama kehamilan hormone prolaktin dari plasenta

meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormone estrogen yang

masih tinggi. Kadar estrogen dan progesterone akan menurun pada saat hari

(23)

ASI mengandung banyak kolostrum, yaitu cairan berwarna kuning dan sedikit

lebih kental dari ASI yang disekresi setelah hari ketiga post partum

(Maritalia, 2012).

b. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini

disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang

menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu

persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.

Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat,

peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari

dapat diberikan obat laksansia. Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia

akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan

sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu

makan (Sulistyawati, 2009).

c. Perubahan Sistem Perkemihan

Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang

berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan

kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal

kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam

jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 - 36 jam sesudah

melahirkan (Nugroho, 2014).

d. Perubahan Sistem Musculoskeletal

Otot – otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh – pembuluh

yang berada diantara anyaman otot – otot uterus akan terjepit. Proses ini akan

(24)

pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur

menjadi ciut dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi

kendor (Sari, 2014).

e. Perubahan Sistem Endokrin

Setelah melahirkan sistem endokrin kembali kepada kondisi seperti ibu

hamil. Hormon kehamilan mulai menurun segera setelah plasenta keluar. Turunnya

estrogen dan progesteron menyebabkan peningkatan prolaktin menstimulasi air susu.

Perubahan fisiologis yang terjadi pada wanita setelah melahirkan melibatkan

perubahan yang progresif atau pembentukan jaringan-jaringan baru. Selama proses

kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada

hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut (Sari, 2014).

f. Perubahan Tanda Vital 1) Suhu Badan

Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5oC-38oC)

sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan atau dehidrasi

dan kelelahan karena adanya bendungan vaskuler dan limpatik. Biasanya pada

hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, payudara

menjadi bengkak berwarna merah karna banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun

kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus genitalis atau

system lain.

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa anta 60-80 x/menit atau 50-70

x/menit. Sesudah melahirkan denyut nadi akan lebih cepat nadi yang melebihi

(25)

3) Tekanan Darah

Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg sistol dan 10 mmHg

diastol. Biasanya setelah bersalin tidak berubah atau normal, kemungkinan tekan

darah akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah

tinggi pada post partum akan menandakan terjadinya pre eklamsi pada saat post partum.

4) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut

nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali

apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas contohnya pada penyakit asma.

Bila pernafasan pada post partum menjadi lebih cepat kemungkinan ada

tanda-tanda syok (Nurjanah, 2013).

g. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba volume darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan

akan menimbulkan decompensatiocordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya

haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia kala.Umumnya, ini

terjadi pada 3 – 5 hari post partum (Sulistyawati, 2009).

h. Perubahan Sistem Hematologi

Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritosit sangat

bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume

darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi

dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari

(26)

dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2 persen kurang lebih

sama dengan kehilangan darah 500 ml darah (Nugroho, 2014).

3. Adaptasi Psikologi Ibu Nifas

Menurut Maritalia (2012) fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa

nifas antara lain adalah sebagai berikut :

a. Fase Taking In

Merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai

hari kedua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri sehingga

cenderung pasif terhadap lingkungannya.

b. Fase Taking Hold

Merupakan fase yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu

merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam

perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung.

Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan

pemberian penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang perwatan diri dan

bayinya.

c. Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya

sebagai seorang ibu. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.Ibu

sudah siap dalam menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya dan

siap jadi pelindung bagi bayinya.

C. Perawatan Bayi Baru Lahir

Menurut Nurjanah (2013), ada beberapa perawatan yang diberikan pada bayi

(27)

1. Memandikan Bayi

Memandikan bayi merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga agar

tubuh bayi bersih, terasa segar dan mencegah kemungkinan adanya infeksi. Prinsip

dalam memandikan bayi yang harus diperhatikan adalah menjaga bayi jangan sampai

kedinginan serta masuk air ke hidung, mulut dan telinga yang dapat mengakibatkan

aspirasi. Sesuai dengan umur, ada cara untuk memandikan bayi. Mandi spons,

apabila tali pusatnya belum lepas, bayi cukup dibersihkan dengan menggunakan

spons, tidak perlu dimandikan dalam bak mandi. Apabila tali pusat bayi telah lepas,

bayi bisa mulai dimandikan di dalam bak mandi. Bak mandi yang digunakan

disesuaikan ukurannya dengan bayi jangan terlalu besar dan terlalu kecil. Bak mandi

diisi dengan air hangat atau suhunya 75-89oC.

2. Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat merupakan asuhan kebidanan yang bertujuan merawat

tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi. Tali

pusat yang belum lepas perlu dbersihkan paling sedikit dua kali sehari. Perawatan

dilakukan dengan cermat dan hati-hati, apalagi bagi pusar bayi masih berwarna

merah. Beberapa langkah perawatan yang dapat dilakukan sesudah bayi selesai

dimandikan, pusar bayi dibersihkan dengan cotton buds atau kasa. Caranya,

mengangkat sisa tali pusat agar bagian disekiling tali pusat dapat dibersihkan dan

jangan dibubuhi apapun agar tali pusat cepat kering dan terlepas.

3. Makanan

Makanan yang lebih baik, sehat, dan sempurna untuk bayi adalah ASI. ASI

memiliki komposisi protein, karbohidrat, lemak, zat gula dan vitamin benar-benar

proporsional untuk pertumbuhan bayi yang ideal. Didalam ASI mendapat

(28)

4. Imunisasi

Tujuan pemberian imunisasi adalah membentuk kekebalan tubuh terhadap

serangan penyakit terutama penyakit polio, cacar, gondok, rubella, pertusis, difteri,

tetanus, infeksi Haemophilus dan Hepatitis B dengan memberikan vaksin pada bayi.

Jadwal pemberian imunisasi pada bayi dimulai dari umur 0 bulan. Imunisasi DPT

dilakukan tiga kali. DPT pertama diberikan saat bayi saat bayi berusia dua bulan,

DPT ketiga pada saat bayi berusia enam bulan. Imunisasi polio untuk menghindari

anak untuk menghindari anak dari penyakit kelumpuhan, diberikan tiga kali pada

saat bayi berusia dua bulan, empat bulan dan bulan. Imunisasi campak diberikan

setelah bayi berusia sembilan bulan. Imunisasi hepatitis B diberikan dua kali pada

saat bayi baru lahir dan usia satu bulan. Imunisasi harus diberikan pada bayi yang

kondisi tubuhnya sehat, tidak dibenarkan berikan pada bayi yang sedang menderita

penyakit ataupun bayi sedang menderita panas tinggi. Batas aman suhu badan anak

yang akan mendapat imunisasi harus berkisar 37oC.

5. Popok

Pada bulan pertama, ibu akan sering mengganti popok hingga terkadang

satu jam sekali. Meskipun merepotkan, penggantian popok sesering mungkin

berguna untuk menghindari gatal-gatal dan merah pada kulit bayi yang masih peka.

Ada dua jenis popok bayi yaitu popok kain dan popok sekali pakai atau diapers.

6. Perawatan Mata, Hidung dan Telinga

Mata, hidung dan telinga adalah bagian tubuh yang sangat sensitive. Untuk

merawat telinga, bagian luar dibasuh dengan lap atau kapas. Jangan memasukkan

benda apa pun ke lubang telinga, termasuk cotton buds atau pun jari. Bagian dalam

hidung mempunyai mekanisme membersihkan sendiri. Jika ada cairan atau kotoran

(29)

tisu yang digulung kecil. Jika menggunakan jari maka jari benar-benar bersih. Jika

hidung bayi mengeluarkan lendir sangat banyak karena pilek, sedotlah keluar dengan

penyedot hidung atau bayi yang diletakkan dengan posisi tengkurap untuk

mengeluarkan cairan tersebut. Mata dibersihkan dengan menggunakan kapas yang

dibasahi air hangat. Kapas yang digunakan harus lembut. Jangan memaksa

mengeluarkan kotoran dimata jika sulit. Jika sudah dibersihkan, mata bayi dipastikan

bersih dari sisa kapas.

7. Perawatan Alat Kelamin Bayi

Setiap kali mengganti popok bayi laki-laki, alat kelamin dan pantat bayi

harus dibersihkan. Bila tidak dibersihkan, sisa air seni dapat menyebabkan iritasi.

Adapun cara membersihkan alat kelamin bayi laki-laki yaitu alat kelamin

dibersihkan dengan menggunakan sabun dan air. Untuk membersihkan penis dan

lipatan-lipatannya digunakan kapas basah, tidak memaksa menarik kulit luar dan

membersihkna bagian dalam penis atau menyemprotkan antiseptik karena sangat

berbahaya, kecuali jika kulit luar sudah terpisah dari glan, sesekali ibu biasa menarik

dan membersihkan bagian bawahnya.

Sewaktu mengganti popok bayi perempuan, pantatnya dibersihkan dengan

baik. Vagina dalam alat kelaminnya tidak perlu dibersihkan karena didaerah ini tidak

terdapat banyak kotoran dan jika dibuka dapat mengakibatkan terjadinya infeksi.

Membersihkan selalu dari depan ke belakang sehingga tidak menyebabkan bakteri

masuk dari anus ke vagina. Untuk bayi laki-laki dan perempuan dengan kapas baru,

anus dan bagian bokong dibersihkan dari arah anus ke luar. Lalu dikeringkan dengan

tissue lembut dan dibiarkan terkena udara sejenak sebelum memakai popok dan

(30)

D. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak

menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari

(Suliswati, 2005)

Menurut Rufaidah (2003) dalam Megawati (2014) faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan antara lain faktor fisik, trauma atau konflik dan

lingkungan awal yang tidak baik.

2. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (1998) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu :

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa ataupun

kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu

akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan

menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

b. Kecemasan sedang

Pada tingkat ini memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang

lebih terarah.

c. Kecemasan berat

Pada kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan

(31)

d. Panik

Pada tingkat ini berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror.

Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak

mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Dengan panik,

terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain.

3. Respon kecemasan

Macam-macam respon kecemasan yaitu (Stuart, 1998) :

a. Respon Fisiologis

1) Sistem kardiovaskuler : palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah

meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan, tekanan darah menurun dan

denyut nadi menurun.

2) Sistem pernafasan : nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas

dangkal, sensasi tercekik dan terengah-engah.

3) Sistem neuromuscular : reflex ,meningkat, reaksi terkejut, mata

berkedip-kedip, insomnia, tremor, gelisah, dan wajah tegang.

4) Sistem gastrointestinal : kehilangan nafsu makan, rasa tidak nyaman

pada abdomen, mual, nyeri ulu hati dan diare.

5) Sistem perkemihan : tidak dapat menahan kencing dan sering berkemih.

6) Kulit : wajah kemerahan, telapak tangan berkeringat, gatal, wajah pucat

dan berkeringat seluruh tubuh.

b. Respon perilaku : gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik

diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah,

(32)

c. Respon kognitif : perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir,

lapang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun,

bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut

kehilangan kendali, takut pada gambar visual, takut cedera atau

kematian, kilas balik dan mimpi buruk.

d. Respon afektif : mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa,

rasa bersalah dan malu.

4. Alat ukur kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali orang menggunakan alat ukur (instrument) yang

dikenal dengan nama Zung Self-Rating Scale (ZSRS). Alat ukur ini terdiri dari 20

kelompok gejala yaitu (Nursalam, 2012)

Adapun hal –hal yang dinilai dalam alat ukur Zung-Self Rating Scale (ZS-RS) ini adalah sebagai berikut :

1. Saya merasa lebih cemas dari biasanya

2. Saya merasa takut tanpa alasan sama sekali

3. Saya mudah merasa panik

4. Saya merasa seperti jatuh terpisah dan akan hancur berkeping-keping

5. Saya merasa semuanya baik-baik saja dan tidak ada hal buruk akan terjadi

6. Lengan dan kaki saya gemetar

7. Say terganggu oleh nyeri kepala leher dan nyeri punggung.

8. Saya merasa lemas dan mudah lelah.

(33)

10.Saya merasakan jantung saya berdebar-debar

11.Saya merasa pusing tujuh kelililing

12.Saya telah pingsan atau merasa seperti itu.

13.Saya dapat bernafas dengan mudah.

14.Saya merasa jari-jari tangan dan kaki mati rasa dan kesemutan

15.Saya terganggu oleh nyeri lambung atau gangguan pencernaan

16.Saya sering buang air kecil.

17.Tangan saya biasanya kering dan hangat.

18.Wajah saya terasa panas dan merah merona.

19.Saya mudah tertidur dan dapat istirahat malam dengan baik.

(34)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian tentang “Hubungan Dukungan Suami

dengan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah

Sakit Umum Sundari Tahun 2015 ” adalah sebagai berikut :

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

B. Hipotesis

Hipotesis didalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,

patukan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah :

Ha : Ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan

ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir Dukungan Suami

• Dukungan emosional

• Dukungan

informasional

• Dukungan

instrumental

• Dukungan penilaian

(35)

C. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau

tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini akan diteliti tentang dukungan suami dengan tingkat

kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir.

Variabel Defenisi

Operasinal Cara Ukur Kategori Skala

Dukungan

Kuesioner 1. Mendukung

2. Tidak

Kuesioner 1. Tidak ada

(36)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat Deskiptif korelasi dimana penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel bebas (dukungan suami) dan variabel terikatnya (tingkat kecemasan ibu

nifas dalam perawatan bayi baru lahir) hanya satu kali pada satu saat

(Nursalam, 2009).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang bersalin

normal di Rumah Sakit Umum Sundari Medan. Berdasarkan data yang diperoleh 1

bulan terakhir pada bulan Desember jumlah ibu bersalin secara spontan adalah 126

orang data yang diperoleh dari rekam medik.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

penelitian (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

primiparayang bersalin Rumah Sakit Umum Sundari sebanyak 56 orang.

a. Kriteria Sampel 1) Kriteria inklusi

a) Ibu primipara yang mau menjadi responden

b) Ibu primipara yang bersalin secara normal/spontan

c) Ibu primipara yang tidak buta huruf dan bisa membaca

(37)

e) Ibu primipara yang mempunyai suami

2) Kriteria eksklusi

a) Ibu primipara yang tidak mau menjadi responden

b) Ibu primipara yang buta huruf dan tidak bisa membaca

c) ibu primipara yang tidak bisa menulis

d) ibu primipara yang tidak mempunyai suami

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Sundari Medan, Jln. Jend. T.B.

Simatupang (Jalan Pinang Baris) No. 31. Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini

sebagai tempat penelitian adalah :

1. Menghemat waktu dan biaya dalam penelitian karena tempat penelitian

tidak jauh dari tempat tinggal peneliti.

2. Rumah Sakit Umum Sundari Medan merupakan Rumah Sakit tempat

praktek saat D III sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan

penelitian.

3. Jumlah ibu nifas cukup banyak untuk dijadikan sampel.

4. Pada tempat penelitian belum ada penelitian tentang hubungan dukungan

suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan melakukan persiapan yaitu penyusunan proposal

penelitian sampai pengolahan hasil yang dimulai dari bulan Oktober 2014 sampai

(38)

2014-Februari 2015, penelitian dan pengolahan hasil penelitian dilakukan dari bulan

Maret-Juni 2015.

E. Pertimbangan Etika Penelitian

Etika penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan persetujuan dari

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Direktur Rumah Sakit Umum

Sundari Medan. Untuk melindungi hak-hak subjektif dan menjamin karahasiaan

identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden namun pada

lembar pengumpulan data yang diisi namun hanya mencantumkan kode pada data

oleh peneliti. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipisahkan untuk

menandatangai informed consent tetapi jika calon responden tidak bersedia maka calon reponden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses

pengumpulan data berlangsung. Informasi yang akan disampaikan penulis nantinya

akan dikembalikan lagi kepada pihak rumah sakit.

Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden

baik resiko fisik maupun psikologi. Data - data yang telah diperoleh dari hanya akan

digunakan untuk kepentingan peneliti. Adapun hasil dari penelitian ini telah

mendapat persetujuan oleh komisi etik penelitian kesehatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

F. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

yang akan diberikan kepada responden oleh peneliti. Yang terdiri dari pertanyaan

tentang data demografi responden, pernyataan dukungan suami dan pertanyaan

tentang tingkat kecemasan ibu nifas.

(39)

Untuk data demografi terdiri dari pertanyaan nama (inisial), usia, agama,

suku bangsa, pendidikan, dan pekerjaan.

2. Dukungan Suami

Untuk pernyataan dukungan suami menggunakan Skala Guttman dengan interpretasi penilaian apabila skor 1 mendukung dan skor 0 tidak mendukung

yang dibuat sendiri oleh peneliti. Masing-masing pernyataan terdiri dari

pernyataan dukungan emosional (1-5), pernyataan dukungan informasional

(6-10), pernyataan dukungan instrumental (11-15) dan pernyataan dukungan

penilaian (16-20). Pengukuran atau penilaian dukungan responden dapat

diinterpretasikan dengan perhitungan nilai rata-rata atau mean dari hasil

jawaban responden. Dengan kategori mendukung : skor ≥ nilai mean, dan

tidak mendukung : skor < nilai mean dengan jumlah kuesioner 20 buah.

3. Tingkat Kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir

Untuk pertanyaan tingkat kecemasan ibu nifas terdiri 20 pernyataan. Dalam

penelitian ini menggunakan ukur kecemasan menggunakan Zung-Self Rating Scale yang terdiri atas 20 kelompok gejala, masing – masing kelompok gejala diberi penilaian antara 1- 4 dengan penilaian sebagai berikut :

1 : Tidak pernah

2 : Kadang-kadang

3 : Sebagian waktu

4 : Hampir setiap waktu

Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokkan antara lain :

Nilai (score) skor 20-44 = normal/tidak cemas 45-59 = kecemasan ringan

(40)

75-80 = kecemasan berat

G. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Uji Validitas dimaksudkan agar pernyataan yang termuat dalam kuesioner

bisa mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh instrumen atau kuesioner

tersebut. Suatu pernyataan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel

penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya (CVI > 0,75 ). Uji

validitas dilakukan dengan content validity oleh dosen dari Fakultas

keperawatan Universitas Sumatra Utara. Untuk nilai CVI pernyataan dukungan suami didapatkan hasilnya 0,755 dan untuk pernyataan tingkat

kecemasan tidak dilakukan uji validitas karena pernyataan kecemasan

mengggunakan Zung Self-Rating Scale.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan

menggunakan alat ukur yang sama. Dengan interpretasi nilai reliabilitas

alpha Cronbach’s yaitu ≥0,6

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan memakai kuesioner sebagai instrumen

penelitian. Adapun prosedur pengumpulan data sebagai berikut :

1. Peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Fakultas

(41)

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian peneliti

memberikan surat permohonan izin lagi kepada Direktur Rumah Sakit

Umum Sundari Medan, untuk melaksanakan penelitian

2. Setelah peneliti mendapatkan izin untuk meneliti, peneliti mengucapkan

salam kemudian menjelaskan tujuan penelitian serta meminta persetujuan

untuk menjadi responden, menjelaskan cara mengisi kuesioner dan

mendampingi ibu saat mengisi kuesioner.

3. Peneliti mengingatkan kembali pengisisan kepada responden secara teliti dan

cermat dalam pengisian sesuai data dirinya dan tidak melihat dari responden

lainnya serta menanyakan langsung kepada peneliti jika ada yang kurang

jelas atau tidak mengerti.

4. Setelah mengisi kuesioner, kemudian peneliti mengumpulkan dan

memeriksa kembali kelengkapan kuesioner bila ada yang kurang lengkap

maka saat itu juga responden melengkapinya sehingga dalam pengolahan

data tidak terjadi kesalahan.

I. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang akan dilakukan berikutnya

adalah pengolahan data. Proses pengolahan data ini terdiri atas langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Editing (Penyuntingan)

Upaya untuk memeriksa kembali kabenaran data yang diperoleh atau

dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau

setelah data terkumpul.

(42)

Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri dari

beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan

analisa data menggunakan komputer.

3. Data Entry (Memasukkan data)

Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau

database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi (Hidayat, 2010 : 95).

4. Tabulating

Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang

diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010)

J. Analisis Data

1. Analisis Univariat (Analisis Deskriptif)

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripkan setiap

variabel penelitian. Analisis data univariat dalam penelitian ini adalah data

demografi responden yang terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, dukungan

suami,dan tingkat kecemasan kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi dan dicari persentasenya.

2. Analisis Bivariat

Analisa penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara dua

variabel independent yaitu dukungan suami dan dependent yaitu tingkat

kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir. Untuk mengetahui

hubungan antara kedua variabel tersebut peneliti menggunakan uji parametrik

namun sebelumnya dilakukan uji normalitas terlebih dahulu apakah data

berskala ordinal berdistribusi normal atau tidak, apabila berdistribusi normal uji

(43)

berdistribusi normal maka digunakan uji kolerasi Rank Spearman dengan nilai signifikan syarat probabilitas (p) < 0,05 yang artinya Ha diterima dan Ho di

tolak berarti ada hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu

nifas dalam perawatan bayi baru lahir, dan bila nilai signifikan syarat

probabilitas (p) > 0,05 maka hipotesa menyatakan tidak ada hubungan

dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru

(44)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Dukungan Suami

dengan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah

Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015”, terhadap 56 responden, didapat hasil

distribusi responden berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, dukungan suami dan

tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru lahir yang selanjutnya

dilakukan analisa pembahasan dengan menggunakan rumusan sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden

Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan

dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini :

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum Sundari Medan

Tahun 2015 (n=56) Karakteristik

Responden

Frekuensi Persentase (%)

Umur 16-20 6 10,7

BerdasarkanTabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 56 responden mayoritas

(45)

ibu rumah tangga sebanyak 24 orang (42,9%), mayoritas responden berpendidikan

SMA sebanyak 23 orang (41,1%).

2. Dukungan Suami

Distribusi responden berdasarkan dukungan suami dapat dilihat pada tabel

5.2 berikut ini :

Tabel 5.2

Distribusi Jawaban berdasarkan Dukungan Suami di Rumah Sakit Umum Sundari Medan

Tahun 2015 (n=56) No

Pernyataan Ya Tidak

f % f %

Dukungan emosional

1. Suami menyakinkan ibu bahwa ibu bisa memandikan bayi dengn mandiri walaupun bayi pertama.

46 82,15 10 17,85

2. Suami menyarankan ibu untuk menyusui bayi. 53 94,65 3 5,35

3. Suami semakin rajin merawat bayi termasuk menggendong bayi

46 82,15 10 17,85

4. Suami mengingatkan ibu apabila popok bayi sudah basah.

49 87,5 7 12,5

5. Suami perhatian dengan perawatan bayi baru lahir dan menyuruh ibu istirahat ketika bayi sedang tidur.

45 80,35 11 19,65

Dukungan informasional

6. Suami memberikan bacaan tentang perawatan bayi baru lahir misalnya buku, majalah, tabloid dll.

18 32,14 38 67,86

7. Suami memberikan informasi tentang

menyusui bayi sampai usia 6 bulan secara Eksklusif tanpa makanan tambahan.

35 62,5 21 37,5

8. Suami memberi informasi dari tenaga

kesehatan kepada ibu tentang cara perawatan tali pusat.

42 75 14 25

9. Suami menyarankan ibu untuk memandikan bayi dengan menggunakan air hangat.

44 78,57 12 21,43

10. Suami memberi informasi dari tenaga

kesehatan kepada ibu tentang pemberian imunisasi pada bayi.

38 67,86 18 32,14

Dukungan instrumental

11 Suami mau mengganti popok bayi saat buang air besar ataupun buang air kecil.

30 53,57 26 46,43

12. Suami mau melakukan perawatan tali pusat pada bayi.

(46)

13. Suami mau menemani ibu menyusui walaupun tengah malam

35 62,5 21 37,5

14. Suami mau memfasilitasi ibu ketika

memandikan bayi misalnya mempersiapkan pakaian bayi.

43 76,78 13 23,22

15. Suami mau menemani ibu ke ruangan bayi untuk mengimunisasi bayi.

44 78,57 12 21,43

Dukungan penilaian

16. Suami memberikan kata-kata pujian kepada ibu saat menyusui bayi.

47 83,92 9 16,08

17. Suami memberikan penghargaan positif

kepada ibu dalam perawatan bayi baru lahir.

49 87,5 7 12,5

18. Suami mengatakan ibu melakukan perawatan bayi baru lahir dengan baik.

45 80,5 11 19,65

19. Suami menanyakan ibu keluhan-keluhan yang ibu rasakan dalam perawatan bayi baru lahir.

47 83,2 9 16,08

20. Suami setuju dengan pendapat ibu dalam perawatan bayi baru lahir.

49 87,5 7 12,5

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari pernyataan dukungan

emosianal mayoritasresponden yang menjawab ya pada pernyataansuami

menyarankan ibu untuk menyusui sebanyak 53 orang (94,65%). Pernyataan

dukungan informasional mayoritas responden yang menjawab ya pada pernyataan

suami menyarakan ibu untuk memandikan bayi menggunakan air hangat sebanyak

44 orang (78,57%). Pernyataan dukungan instrumental mayoritas responden yang

menjawab ya pada pernyataan suami mau menemani ibu ke ruangan bayi untuk

mengimunisasi bayi sebanyak 44 orang (78,57%). Pernyataan dukungan penilaian

mayoritas responden yang menjawab ya pada suami memberikan penghargaan

positif kepada ibu dalam perawatan bayi baru lahir 49 sebanyak 11 orang (87,5%).

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Dukungan Suami di Rumah Sakit Umum Sundari Medan

Tahun 2015 (n=56)

Dukungan Suami Frekuensi Persentase (%)

Tidak Mendukung 19 33,9

(47)

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 56 responden,

mayoritassuami mendukung yaitu sebanyak 37 orang (66,1%).

3. Tingkat Kecemasan Ibu Nifas

Distribusi responden berdasarkan tingkat kecemasan ibu nifasdapat dilihat

pada tabel 5.4 berikut ini :

Tabel 5.4

Distribusi Jawaban Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan

Tahun 2015 (n=56)

1 Saya merasa lebih cemas dari biasanya saat saya merawat bayi baru lahir.

8 14,2 32 57,2 14 24 2 3,6

2 Saya merasa takut tanpa

alasan sama sekali ketika bayi saya akan diimunisasi.

12 21,5 30 53,5 10 17,8 4 7,2

3 Saya ketakutan ketika saya melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga akan dapat membahayakan bayi ibu.

15 26,7 24 42,9 15 26,7 2 3,7

4 Saya merasa panik disaat saya memberikan ASI malam hari pada bayi.

18 32,1 23 41,1 13 23,2 2 3,6

5 Saya merasa semuanya baik-baik saja dan merasa tidak ada hal buruk akan terjadi pada bayi saya.

21 37,5 19 33,9 7 12,5 9 16,1

6 Lengan dan kaki saya gemetar saat saya akan menyusui bayi saya.

21 37,5 23 41,1 11 19,6 1 1,8

7 Saya terganggu oleh nyeri kepala leher dan nyeri punggung pada saat saya melakukan perawatan tali pusat.

26 46,7 19 33,9 10 17,8 1 1,8

8 Saya merasa lemah dan mudah lelah saat saya mengganti popok bayi saya.

15 26,7 26 46,5 12 21,5 3 5,3

9 Saya merasa tenang dan dapat duduk diam dengan mudah

(48)

saat saya menyusui bayi saya. 10 Saya merasakan jantung saya

berdebar-debar saat bayi saya akan diimunisasi.

15 26,7 27 42,3 8 14,2 6 10,8

11 Saya merasa pusing saat saya saat saya mengganti popok bayi saya.

18 32,2 26 46,4 12 21,4 0 0

12 Saya merasa seakan-akan saya pingsan pada saat bayi saya akan dimandikan.

33 58,9 14 25 7 12,5 2 3,6

13 Saya dapat bernafas dengan mudah saat saya melakukan perawatan mata pada bayi saya.

16 28,5 13 23,3 11 19,7 16 28,5

14 Saya merasa jari-jari tangan saya dan kaki saya mati rasa dan kesemutan disaat saya menyusui bayi saya.

24 42,8 15 26,8 15 25,8 2 3,6

15 Saya terganggu dengan nyeri lambung saat saya melakukan perawatan alat kelamin bayi saya.

22 39,2 23 41,1 10 17,8 1 1,8

16 Saya sering buang air kecil saat melakukan perawatan tali pusat

16 28,5 23 41,1 16 28,6 1 1,8

17 Tangan saya biasanya kering dna hangat saat mengganti popok bayi

18 32.2 20 35,7 11 19,6 7 12,5

18 Wajah saya terasa panas dan merah merona saat melakukan perawatan bayi baru lahir

23 41,2 26 46,4 6 10,7 1 1,8

19 Saya mudah tertidur dan dapat beristirahat malam dengan baik

13 23,2 24 42,8 6 10,7 13 23,3

20 Saya mimpi buruk tentang bayi saya karena

ketidakmampuan saya merawatnya.

29 51,7 10 33,9 8 14,3 9 16,1

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa mayoritas responden

menjawabtidak ada pada pernyataan saya merasa seakan-akan saya pingsan pada saat

bayi saya akan dimandikan sebanyak 33 orang (58,9%), mayoritas responden yang

menjawab kadang-kadang pada pernyataan saya merasa lebih cemas dari biasanya

(49)

yang menjawab sering pada pernyataan saya sering buang air kecil saat melakukan

perawatan tali pusat sebanyak 16 orang (28,6%), dan mayoritas responden yang

menjawab sering sekali pada pernyataan saya dapat bernafas dengan mudah saat

saya melakukan perawatan bayi saya sebanyak 16 orang (28,6%).

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas di Rumah Sakit Umum Sundari Medan

Tahun 2015 (n=56)

Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)

Tidak ada 34 60,7

Kecemasan Ringan 18 32,1

Kecemasan Sedang 4 7,1

Berdasarkan Tabel 5.5diketahui bahwa dari 56 responden mayoritas

responden tidak mengalami kecemasan yaitu sebanyak 34 orang (60,7%),

4. Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahirdi Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015

Hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam

perawatan bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2015 dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5.6

Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir

(50)

Dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Rank Spearman’s dengan rata-rata skor dukungan suami yaitu 15 dan skor rata-rata tingkat kecemasan ibu

nifas dalam pearawatan bayi baru lahir yaitu 44. Hasil perhitungan uji statistik yang

dilakukan menunjukkan bahwa nilai p (0,001) < nilai α (0,05) sehingga Ha diterima

berarti ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas

dalam perawatan bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Sundari Medan tahun 2015.

Dimana nilai(r) = -0,617 menunjukkan bahwa pola hubungan negatif yang berarti

variabel dukungan suami dengan variabel tingkat kecemasan berbanding terbalik

artinya semakin tinggi dukungan suami maka semakin rendah tingkat kecemasan ibu

nifas dalam perawatan bayi baru lahir.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai “ Hubungan Dukungan Suami dengan

Tingkat Kecemasan Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit

Umum Sundari Medan Tahun 2015” yang meliputi karakteristik data demografi

responden, dukungan suami, tingkat kecemasan ibu nifas dalam perawatan bayi baru

lahir dan hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu nifas dalam

perawatan bayi baru lahir maka akan diuraikan pembahasannya sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 56 responden ditemukan

yang berumur 16-20 tahun sebanyak 6 orang (10,7%), 21-25 tahun sebanyak 41

orang (73,2%), 26-30 tahun sebanyak8 orang (14,3%) dan >30 tahun sebanyak 1

orang (1,8%). Pada penelitian ini terlihat lebih banyak ibu yang ada pada kategori

umur 21-25 tahun dan kategori 26-30 tahun dimana primipara sudah berada dalam

(51)

dengan pendapat Notoadmojo, (2003) bahwa umur seseorang berpengaruh terhadap

kehidupannya.

Karakteristik pekerjaan dari 56 responden, ditemukan sebagai IRT sebanyak

24 orang (42,9%), sebagai pedagang sebanyak 8 orang (14,3%), sebagai wiraswasta

sebanyak 13 orang (23,2%) dan sebagai PNS sebanyak 11 orang (19,6%). Menurut

Mubarak (2011), lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Karakteristik pendidikan dari 56 responden, ditemukan berpendidikan SD

sebanyak 1 orang (1,8%), berpendidikan SMP sebanyak 12 orang (21,4%),

berpendidikan SMA sebanyak 23 orang (41,1%) dan berpendidikan tinggi sebanyak

20 (35,7%). Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock, (2004) bahwa pendidikan

berperan penting dalam menentukan kualitas manusia, dan akan dianggap lebih

berpengetahuan apabila mengecap pendidikan.

Kecemasan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk beberapa

diantaranya usia, tingkat pendidikan, dukungan suami dan dukungan keluarga

(Nuryanti, 2009).

2. Dukungan Suami

Dukungan suami pada Ibu nifas dapat diukur dengan ketepatan responden

dalam menjawab pernyataan yang diberikan oleh peneliti. Pernyataan terkait

dukunganyang diberikan suami kepada istri meliputi dukungan emosional, dukungan

penghargan, dukungan fasilitas dan dukungan informasi.

Berdasarkan penelitian ini pada pernyataan dukungan emosional mayoritas

menjawab tidak pada pernyataan suami perhatian dengan perawatan bayi baru lahir

dan menyuruh ibu istirahat ketika bayi sedang tidur sebanyak 11 orang (19,65%).

(52)

dukungan yaitu dukungan emosional yaitu suami sebagai tempat yang aman dan

damai untuk istirahat danpemulihan. Dukungan emosional juga sebagai bentuk kasih

sayang, cinta, dan perhatian kepada istri pada masa nifas untuk membangun

kenyaman dan rasa percaya diri ibu dalam menjalani masa nifas tersebut.

Pada pernyataan dukungan informasional mayoritas responden yang

menjawab tidak pada pernyataan suami memberikan bacaan tentang perawatan bayi

baru lahir misalnya buku, majalah, tabloid, dll sebanyak 38 orang (67,86%).

Dukungan informasi dalam bentuk suami sebagai mencari dan memberi informasi

kepada istri tentang perawatan bayi baru lahir karena bisa menambah wawasan istri.

Dengan bertambahnya wawasan atau pengetahuan istri maka akan dapat mencegah

ibu mengalami kecemasan yang lebih tinggi lagi.

Pernyataan dukungan instrumental mayoritas responden yang menjawab

tidak pada pernyataan suami mau melakukan perawatan tali pusat pada bayi

sebanyak 28 orang (50%). Dukungan instrumental yaitu suami sebagai sebuah

sumber pertolongan praktis dan konkrit, dengan ikut serta suami membantu

melakukan perawatan bayi baru lahir ibu akan merasa dia tidak sendiri untuk

merawat bayinya sehingga ibu akan lebih baik lagi.

Pernyataan dukungan penilaian mayoritas responden yang menjawab tidak

pada suami mengatakan ibu melakukan perawatan bayi baru lahir dengan baik

sebanyak 11 orang (19,65%).Pada pernyataan dukungan penilaian dimana suami

bertindak membimbing dan menengahi permasalahan.

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 56 responden, mayoritas

suami mendukung yaitu sebanyak 37 orang (66,1%) . Salah satu perubahan

emosional ibu nifas 1-2 hari setelah melahirkan adalah rasa cemas merawat bayi baru

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Tabel 5.2 Distribusi Jawaban berdasarkan Dukungan Suami
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Dukungan Suami
Tabel 5.4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pengenalan internet merupakan salah satu cara memberikan informasi yang di tujukan untuk masyarakat khususnya anak-anak yang masih duduk di bangku TK dan SD untuk pengenalan

Meneruskan Informasi dari Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) RI perihal permintaan data terkait kegiatan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, bahwa BPK akan.

Dalam ketentuan ini yang termasuk pengertian keterangan-keterangan atau bukti-bukti yang tidak benar adalah apabila keterangan tersebut mengakibatkan kerugian pada Negara atau setelah

The structure of QMBB tree spatial index can only store ID number of 3D point as information pointer of real point coordinates and intensity, and point coordinate data stores

Dalam ketentuan ini yang termasuk pengertia n keterangan-keterangan atau bukti-bukti yang tidak benar adalah apabila keterangan tersebut mengakibatkan kerugian pada Negara atau

Clearance with measured railway infrastructure elements obtained from rail gauge measurements, at the background of the cloud of points from the Z+F Profiler 9000 system..

(2) Perlindungan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan

When azimuth angles and elevation angles are converted to column counts and row counts in the range data with adequate spatial angle resolution, a spherical panoramic image can