• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Retardai Mental Ringan terhadap Tingkat Kemandirian Anak Kelas 4-6 di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Kedungkandang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Retardai Mental Ringan terhadap Tingkat Kemandirian Anak Kelas 4-6 di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Kedungkandang"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI

ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN TERHADAP

TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK KELAS 4-6 DI SEKOLAH

DASAR LUAR BIASA (SDLB) NEGERI KEDUNGKANDANG

MALANG

SKRIPSI

Disusun Oleh : ENDANG HARTATI

201010420311066

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

HUBUNGAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI

ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN TERHADAP

TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK KELAS 4-6 DI SEKOLAH

DASAR LUAR BIASA (SDLB) NEGERI KEDUNGKANDANG

MALANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan ( S.Kep ) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang

Disusun Oleh : ENDANG HARTATI

201010420311066

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan-Nya saya

dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Hubungan Resiliensi pada Ibu

yang Memiliki Anak Retardasi Mental Ringan terhadap Tingkat Kemandirian Anak Kelas 4-6 di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Kedungkandang Malang”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat:

1. Yoyok Bekti Prasetyo S.Kep Ns. M.Kep Sp Kom, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Nurul Aini, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Tutu April A. S.Kep. M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dukungan, dan motivasi dalam menyusun skripsi ini.

4. Sunardi, S.Kep. Ns. M.Kep, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 5. Kedua orang tua serta adik-adik yang selalu mendoakan dan memberikan

dukungan moril dan materil bagi terselesaikannya skripsi ini.

(6)

7. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmunya.

8. H. Iskandar, S.Pd, M. Pd, selaku Kepala SDLBN Kedungkandang yang telah memberi ijin dalam penelitian ini.

9. Ibu yang memiliki anak retardasi mental ringan di SDLBN Kedungkandang Malang yang bersedia menjadi responden.

10. Teman-teman PSIK B 2010 dan semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhir penyelesaian skripsi ini

Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah saya perbuat. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugerahkan berkat-Nya untuk kita semua. Amin.

Malang, Oktober 2014

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR. ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 6

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Umum... 7

1.3.2 Tujuan Khusus... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Bagi Peneliti ... 7

1.4.2 Bagi Instasi Kesehatan... 8

1.4.3 Bagi Ibu ... 8

1.4.4 Bagi Peneliti Lain ... 8

1.4.5 Bagi Keluarga dan Penilitian ... 8

1.4.6 Bagi Peneliti Lain ... 8

1.5 Keaslian Penelitian ... 9

(8)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Konsep Resiliensi ... 12

2.1.1 Definisi Resiliensi ... 12

2.1.2 Sejarah Resiliensi ... 12

2.1.3 Manfaat Resiliensi... 17

2.1.4 Aspek-Aspek Resiliensi ... 18

1. Pengaturan Emosi ... 19

2. Kontrol terhadap Impuls ... 20

3. Optimise ... 20

4. Kemampuan menganalisis Masalah ... 21

5. Empati ... 22

6. Efikasi diri. ... 22

7. Pencapaian ... 23

2.1.5 Faktor-Faktor yang MembentukResiliensi ... 23

2.1.6 Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Resiliensi ... 26

2.1.7 Karakteristik Individu yang Resiliensi ... 29

2.1.8 Meningkatkan Resiliensi ... 29

2.2 Retardasi Mental ... 31

2.2.1 Definisi Retardasi Mental ... 31

2.2.2 Ciri-ciri Retardasi Mental ... 32

2.2.3 Klasifikasi Retardasi Mental... 33

2.2.4 Etiologi ... 36

2.2.5 Pencegahan Retardasi Mental ... 37

2.2.6 Kelainan yang Menyertai Retardasi Mental ... 38

2.2.7 Masalah Psikiatrik dan Perilaku pada Retardasi Mental ... 38

2.2.8 Latihan dan Pendidikan yang Dapat Diterima Anak Retardasi Mental ... 39

(9)

2.2.10 Peran Ibu dalam Intervensi terhadap Anak

Berkebutuhan Khusus ... 41

2.3 Konsep Mandiri ... 43

2.3.1 Definisi Kemandirian ... 43

2.3.2 Ciri- Ciri Kemandirian ... 43

2.3.3 Faktor-faktor Yang MempengaruhiKemandirian ... 44

2.3.4 Kemandirian Anak Retardasi Mental ... 44

2.3.5 Upaya Mencapai Kemandirian Anak Retardasi Mental ... 45

2.3.6 Tingkat Kemandirian ... 48

2.3.7 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus ... 48

2.3.8 Kurulum Sekolah Luar Biasa sebagai Media Penilaian Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus ... 49

2.3.9 HubunganResiliensi Ibu dengan Kemandirian Anak ... 53

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 54

3.1 Kerangka Konseptual ... 54

3.2 Hipotesis Penelitian ... 55

BAB IV METODE PENELITIAN ... 56

4.1 Desain Penelitian ... 56

4.2 Kerangka Penelitian ... 57

4.3 Populasi, Sampel, dan Sampling ... 57

4.3.1 Populasi ... 57

4.3.2 Teknik Sampling ... 58

4.3.3 Sampel ... 58

4.4 Variabel Penelitian ... 58

4.4.1 Variabel Independen ... 59

4.4.2 Variabel Dependen ... 59

4.4.3 Variabel Kendali ... 59

4.5 Definisi Operasional ... 59

4.6 Prosedur Penelitian ... 60

4.7 Instrumen Penelitian ... 61

(10)

4.9 Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 63

4.10 Etika Penelitian ... 65

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA ... 66

5.1 Karateristik Responden berdasarkan Usia Ibu, Pendidikan, Pekerjaan, Kelas Anak, Jenis Kelamin Anak ... 66

5.2 Analisa DataUnivariat/Data Khusus ... 69

5.2.1 Gambaran Resiliensi Ibu yang Memiliki Anak Retradasi Mental...69

5.2.2 GambaranTingkat Kemandirian Anak...70

5.3 Analisis Data Bivariat...72

BAB VI PEMBAHASAN ... 73

6.1 Gambaran Resiliensi Ibu ... 73

6.2 Gambaran Tingkat Kemandirian Anak ... 77

6.3 Hubungan Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Retardasi Mental Terhadap Tingkat Kemandirian Anak ... 78

6.8 Keterbatasan Penelitian ... 80

6.9 Implikasi Keperawatan ... 84

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

7.1 Kesimpulan... 85

7.2 Saran ... 86

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Ibu ... 67

5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 67

5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 68

5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas Anak ... 68

5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak ... 69

5.6 Gambaran Resiliensi Ibu yang Memiliki Anak Retardasi Mental Ringan ... 69

5.7 Gambaran Tingkat Kemandirian Anak ... 70

5.8 Analisa Hubungan Resiliensi dengan Kemandirian Anak ... 71

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Pengisian Kuesioner ... 119

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lembar Permohonan Study Pendahuluan dan Penilitian ... 101

2. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penilitian ... 102

3. Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi Pembimbing 1 ... 103

4. Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi Pembimbing 2 ... 104

5. Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 108

6. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 109

7. Lembar Kuesioner ... 110

8. Hasil Kuesioner ... 111

9. Standar Competensi Dasar SDLB C “Retardasi Mental Ringan”... 112

10.Hasil Study Dokumenter ... 115

11.Hasil Analisa Data, Spearman Rank Tabel, Uji Validitas, Uji Reliabilitas ... 116

12.Data Hasil Responden... 118

13.Dokumentasi Gambar ... 119

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, R, G. 2012. Hubungan Religius dengan Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak RetardasiMental. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacan

Agustiani, Hendrianti (2006). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Remaja. Bandung: Refik Aditama.

Azwar, Saifuddin.2009. Sikap Manusia Teori Dan Pengukuranya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bayat, M. 2005. Evidence of resilience in families of children with autism, Vol 51 Part 9.USA: Schoolof Education, Depaul University

Dewi, dkk. 2004. Hubungan antara Resiliensi dengan Depresi pada Perempuan PascaPengangkatan Peyudara (Mastektomi). Jurnal Psikologi, Vol. 2 No. 2. Jakarta: Universitas TarumanegaraJakarta

Heiman, T. 2002. Parents of Children With Disabilities: Resilience, Coping, and Future Expectations,Vol. 14, No. 2. Israel: Department of Education and Psychology, The OpenUniversity of Israel, Ramat Aviv, Tel Aviv, Israel Handerson, Crhristine (2005). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC. Hidayat, A. A. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 1. Jakarta:

Salemba Medika

Hidayat, A. A. 2008. Riset Keperawatan dan teknik Penulisan Ilmiah.Jakarta: Salemba Medika

Jevuska. 2010. Retardasi Mental. Diambil dari website: http://www.jevuska.com (diuduh padatangg 14 juli 2014)

Lie, A. dkk. 2004. 101 Cara Membina Kemandirian dan Tanggung Jawab Anak. Jakarta: Gramedia

Maramis,W, F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Pers Maslim, R. 2002. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC

Maulina dan Sutatminingsih. 2005. Stress Ditinjau dari Harga Diri pada Ibu yang Memiliki

Anak Retardasi Mental, Vol 1 No. 1. Sumatera Utara: Fakultas Kedoktera UniversitasSumatera Utara

(15)

Mu’tadin, Z. 2002. Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologi Pada Remaja. Jakarta: SalembaMedika

Nasution, S, M. 2011. Resiliensi: Daya Pegas Menghadapi Trauma Kehidupan. Medan: USUPress

Nixon, S, M. 2012. Gambaran Kemandirian Anak Penyandang Autis yang Mengikuti ProgramAktivitas Kehidupan Sehari Hari (AKS), Vol 10 No 2. Jakarta: Fakultas PsikologiUniversitas Esa Unggul

Norhidayah, dkk. 2013. Gambaran Kejadian Kecemasan pada Ibu Penderita Retardasi MentalSindomik di SLB-C Bajarmasin, Vol. 9 No. 1: Program Studi PendidikanKedokteran universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Notoatmodjo, S.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nur’aini. 2004. Intervensi Dini Bagi Anak yang Bermasalah. Jakarta: PT Rinaka Cipta

Nursalam. 2013. Metodologi Penilitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis, Edisi 3. Jakarta:Salemba Medika

Nursalam, S. P. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Infomedika

Pieter, H, Z, dkk. 2011. Pengantar Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Grup

Prasa, B, A. 2012. Stress dan Coping Orangtua dengan Anak Retardasi Mental. Yogyakarta:Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Rohmah, T. 2013. Meningkatkan Kemandirian Anak melalui Kegiatan Practical Life Kelompok-A diRA Al- Ikhlas Medokan Ayu Rungkut Surabaya, Vol 2 No 1. Surabaya: Program Studi PGPAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

Sari, dkk. 2013. Hubungan Konsep Diri Orangtua dengan Motivasi dalam Merawat AnakRetardasi Mental. Riau: program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau

Seltzer, M, M and Greenberg, S, J. 2001. Life Course Impacts of Parenting a Child With aDisability, Vol. 106, No. 3. America: University of Wisconsin-Madison

Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: KANISIUS

(16)

Sularyo, T, S dan Kadim, M. 2004. Retardasi Mental, Vol. 2 No. 3. Jakarta: FKUI-RSCM

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Anak merupakan karunia terbesar yang diberikan sang pencipta kepada manusia.

Dalam menciptakan manusia, tuhan mempunyai rahasia tersendiri, ada yang dilahirkan

normal dan ada pula yang dilahirkan tidak normal. Anak-anak yang dilahirkan tidak

normal dapat pula dikatakan dengan anak cacat. Anak cacat atau yang lebih familiar di

kehidupan masyarakat disebut sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK) karena mereka

berbeda dari kebanyakan anak diantara nya memiliki kekurangan seperti keterbelakangan

mental (retardasi mental), kesulitan belajar, gangguan emosional, keterbatasan fisik,

gangguan bicara dan bahasa, kerusakan pendengaran, kerusakan penglihatan, atau

memiliki keterbatasan khusus(Azwar, 1999: Maulina dan Sutatminingsih, 2005).

Anak yang mengalami retardasi mental dalam perkembangannya berbeda dengan

anak-anak normal. Bahkan, kemungkinan besar mereka adalah anak-anak yang akan

memiliki ketergantungan sangat tinggi terhadap lingkungannya terutama orang tua dan

saudara-saudaranya, karena anak dengan retardasi mental (GlobalDevelopmental Delay) akan

mengalami keterlambatan dalam semua area perkembangan berupa intelegensi yang

kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (Maramis, 2005).

Intelegensi ialah kemampuan seseorang untuk berfikir, mencari akal, membentuk

gagasan-gagasan, mengatasi masalah dan menghadapi perubahan-perubahan kondisi.

(18)

2

sampai taraf tertentu juga untuk anak normal dapat ditingkatkan dengan rangsangan dan

berkurang karena kurangnya rangsangan (Semiun, 2006). Retardasi mental merupakan

suatu proses patologik dari perkembangan otak dengan tanda-tanda karakteristik yaitu

fungsi intelektual yang kurang dari normal dan gangguan fungsi adaptif. Kemampuan

intelektual penderita retardasi mental umumnya tidak mungkin meningkat, oleh karena

itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri dengan

lingkungannya, dengan bantuan orang tua, guru dan masyarakat sekitar (Nuraini, 2004).

Menurut PBB hingga tahun 2012 diperkirakan sekitar 500 juta orang di dunia

mengalami kecacatan dan 80% dijumpai di negara-negara yang berkembang. Di Amerika

Serikat, setiap tahun nya sekitar 300- 500 anak menderita retardasi mental, sedangkan di

Indonesia data statistik tahun 2005 menunjukan bahwa sekitar 1-3% penduduknya

menderita retardasi mental (Maulina dan Sutatminingsih, 2005). Berdasarkan data

Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) tahun 2012 terdapat 4.253 anak

retardasi mental yang terdaftar pada seluruh sekolah luar biasa (Norhidayat, dkk 2013).

Dari data-data tersebut menggambarkan begitu banyak orang tua yang memiliki anak

retradasi mental tetapi mereka dapat bertahan hidup serta menyesuaikan diri dalam

mengasuh, merawat dan memdidik anak-anak nya.

Retardasi mental merupakan salah satu hal yang menimbulkan kecemasan pada

keluarga dan orang tua. Orang tua dengan anak retardasi mental akan mengalami banyak

permasalahan akibat keadaan anak tersebut, terutama seorang ibu, dapat mengalami

tingkat stres dandepresi yang sangat tinggi (Norhidayat, dkk 2013). Biasanya reaksi

umum yang terjadi pada ibu pertama kali adalah merasa kaget, mengalami goncangan

(19)

3

keadaan anaknya.Walaupun beberapa hal tersebut dapat membuat orang tua khususnya

ibu mengalami stress dan depresi ibu tetap harus menjalankan perannya.

Menurut Prasa (2012), peranan orang tua dalam membantu anak retardasi mental

untuk mencapai perkembangan dan pertumbuhan optimal sangat menentukan.Ibu

berperan mulai dari kehamilan, kelahiran, hingga membesarkan anak. Umumnya dalam

sebuah keluarga dijumpai para ibu yang berkonsentrasi pada kewajiban menjaga rumah

tangga dan terutama membesarkan ataupun mengasuh anak, sedangkan ayah

menyediakan kebutuhan keluarga (Heiman, 2002). Orang tua terutama ibu yang memiliki

anak retardasi mental memiliki tekanan dan beban yang lebih besar dibandingkan dengan

ibu yang memiliki anak normal dan sehat. Tekanan dan beban yang dialami dapat

berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ibu, juga cara pengasuhan seperti merawat dan

menangani anak retardasi mental. Semakin besar tekanan dan beban yang dialami ibu

maka dapat menurunkan kondisi kesehatan ibu dan kualitas pengasuhan yang dilakukan

ibu terhadap anak (Mawarda, dkk 2012).

Untuk mengatasi masalah yang membuat individu mengalami tekanan, trauma,

stresdan depresi seorang individu membutuhkan sikap resiliensi. Resiliensi merupakan

suatu kemampuan untuk mengatasi kesulitan, frustasi ataupun permasalahan yang

dialami individu (Janas, 2002: Dewi, dkk, 2004). Bertahan dalam keadaan tertekan, dan

bahkan berhadapan dengan kesengsaraan (adversity) atau trauma yang dialami dalam

kehidupannya.Dengan memiliki resiliensi, maka individu yang mengalamitrauma atau

permasalahan mampu bangkit dan mampu menangani masalah yang dihadapi (Reivich

dan Shatte, 2002: Nasution, 2011).

(20)

4

dihadapinya. Seseorang untuk dapat menjadi seorang individu yang resiliensi, seseorang

harus memiliki keahlian-keahlian yang disebutkan oleh Reivich dan Shatte, (2002)dengan

istilah tujuh faktor resiliensi. Tujuh faktor resiliensi yaitu pengaturan emosi, kontrol

terhadap impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan

pencapaian.

Resiliensi ibu yang memiliki anak retardasi mental berhubungan erat dengan

tingkat kemandirian anak.Anak retardasi mental karena mengalami keterbatasan

kemampuan yang banyak sehingga belum mampu merawat diri sendiri. Penyandang

retardasi mental yang belum mampu melakukan kegiatan sehari-hari atau kemandirian

dalam merawat diri sendiri bukan semata-mata karena ketunaanya melainkan karena

lingkungan yang kurang mendukung, maka diperlukan suatu bimbingan, orang tua

khususnya ibu yang diharapkan penderita retardasi mental memiliki kemampuan dalam

merawat diri sendiri, apabila kemampuan tersebut betul-betul dikuasai maka akan

memberikan keyakinan dan sebagai bekal untuk menghadapi masa depan pada penderita

retardasi mental tersebutsehingga dapat mengurangi beban keluarga khususnya ibudalam

membantu anak retardasi mental.

Kemandirian adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak bergantung kepada

otoritas dan tidak membutuhkan arahan secara penuh (Tuegeh, 2012). Kemanndirian

anak retardasi mental dapat dilihat dari standar kompetensi dan kompetensi dasar

kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Kedungkandang

yaitu berupa matapelajaran bahasa indonesia, pengetahuan sosial, kewarganegaraan,

kesehatan dan bina diri. Demikian halnya pada anak retradasi mental, kemandirian anak

(21)

5 dengan rasa penerimaan dan kasih sayang.

Ketika seorang ibu yang memiliki anak yang retardasi mental terus menerus

berusaha untuk meningkatkan kemampuan untuk resiliensi dalam dirinya, maka

bersamaan dengan itu kemampuan resiliensi yang dimiliki dengan sendirinya akan

meningkat (Krovets, 1999: Susanto, 2013). Dengan meningkatnya kemampuan resiliensi

maka permasalahan, tekanan atau trauma seseorang akan berkurang dan ibu akan mulai

menerima dan mengasuh anaknya. ibu akan berusaha untuk merawat dan menjaga anak.

Orang tua khususnya ibu membantu mengasuh dalam pengembangan dan pembentukan

kompetensi kemandirian dengan cara menjelaskan dan membimbing anak dalam

aktivitasnya dan pengalamannya dengan dunia sekitarnya (Ginanjar, 2003: Nixo dan

Mariyanti, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Darwis tentang peran orang tua

terhadap Kemandirian anakAutis pada tahun 2011Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)

Prof. DR. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Kota Jambi. Bahwa ada hubungan yang

bermakna antara peran orang tua dengan tingkat kemandirian anakAutis. Dimana 51,7%

peran orang tua baik dan selebihnya 41,7% peran orang tua tidak baik. Hal ini

disebabkan oleh peran orangtua yang tidak peduli atau tidak mengurus anak

menyebabkan anak kurang mandiri dan kurang percaya diri.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan wawancara yang dilakukan oleh peniliti

pada tanggal 7 April 2014 didapatkan data bahwa jumlah anak di Sekolah Dasar Luar

Biasa (SDLB) Negeri Kedungkandang kelas 1-6sebanyak 97orang. Dari keseluruhan

(22)

6

orang, autis 11 orang dan tunagrahita atau retardasi mental 67 orang. Mayoritas pekerjaan

orang tua anak di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Kedungkandang adalah

buruh dan ibu rumah tangga (URT). Hasil wawancara dengan ibu yang memiliki anak

retardasi mental ringan kelas 4-6 yang berjumlah 5 orang,3 diantaranya memiliki resiliensi

tinggi dan 2 memiliki resiliensi sedang. Dan hasil wawancara dengan guru di Sekolah

Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Kedungkandang bahwa anak retardasi mental ringan

kelas 4-6 yang berjumlah 21 orang, sudah ada yang mencapai standar kompetensi dasar

kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang ingin dikaji didalam

penelitian ini adalah hubungan resiliensi pada ibu yang memiliki anak retardasi mental

ringan terhadap tingkat kemandirian anak kelas 4-6 di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)

Negeri Kedungkandang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin mengetahui.

1.2.1 Bagaimana gambaran resiliensi ibu dengan anak retardasi mental ringankelas 4-6

di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Kedungkandang?

1.2.2 Bagaimana gambaran tingkat kemandirian anak retardasi mental ringankelas 4-6

di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Kedungkandang?

1.2.3 Bagaimanahubunganresiliensipadaibuyang memiliki anak retardasi

mentalringanterhadap tingkat kemandirian anak kelas 4-6 di Sekolah Dasar Luar

(23)

7 1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan resiliensi pada ibu yang memiliki anak retardasi mental

ringanterhadap tingkat kemandirian anak kelas 4-6 di Sekolah Dasar Luar

Biasa (SDLB) Negeri Kedungkandang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui resiliensi pada ibu yang memiliki anak retardasi mental

ringankelas 4-6 di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri

Kedungkandang.

2. Mengetahui tingkat kemandirian anak retardasi mental ringankelas 4-6 di

Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Kedungkandang.

3. Menganalisis hubungan resiliensi pada ibu yang memilki anak retardasi

mental ringanterhadap tingkat kemandirian anak kelas 4-6 di Sekolah

Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Kedungkandang.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Peneliti

Dengan mengetahui hubungan resiliensi ibu yang memiliki anak

retardasi mental terhadap kemandirian anak maka akan menambah

pengetahuan peneliti di bidang keperawatan, khususnya keperawatan anak

(24)

8 1.4.2 Institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran

dan acuan sebagai kajian yang lebih mendalammengetahui hubungan

resiliensi ibu yang memiliki anak retardasi mental terhadap kemandirian

anak.

1.4.3 Bagi Ibu

Sebagai saranapenambahwawasanuntukmemilihresiliensi yang

tepatdalammengatasipermasalahanpengasuhananak retardasi mental agar

dapatmerawat anak dan memandirikan anak, selain itu penilitian ini

diharapkan dapat merubah persepsi ibu tentang resiliensi sehingga mampu

menerapkan resiliensi yang tepat untuk masalah.

1.4.4 Bagi Instasi Kesehatan

Sebagai masukan kepada instasi kesehatan untuk

mempertimbangkan program khusus untuk membantu ibu yang memiliki

anak retardasi mental untuk menekan permasalahan dialami dan

memandirikan anak.

1.4.5 Bagi Keluarga atau Lingkungan

Penilitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keluarga atau

masyarakat di sekitar lingkungan anak dengan retardasi mental sehingga

mereka dapat menjadi support system (pendukung) sehingga menanggulangi

(25)

9 1.4.6 Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber kedua untuk

peneliti yang akan meneliti tentang resiliensi dan tingkatkemandirian anak

dimasa yang akandatang.

1.5 Keaslian Penelitian

Penilitian dengan tema hubungan resiliensi pada ibu yang memiliki anak retardasi

mental ringanterhadap tingkat kemandirian anak kelas 4-6 di Sekolah Dasar Luar Biasa

(SDLB) Negeri Kedungkandang belum pernah dilakukan. Penelitian yang memiliki

kesamaan variabel adalah penilitian yang dilakukan oleh:

1. Ayu (2012) menelititentangHubungan Religiusitas dengan Resiliensi pada Ibu yang Memilki

Anak Retardasi Mental. Sampel yang diambildalam penilitian ini adalah 30 orang ibu

yang memiliki anak retardasi mental dengan menggunakan teknik acedental sampling.

Teknik analisa data yang dipakai adalah teknik korelasi produk moment. Dari hasil analisa

diperoleh koefisiensi korelasi (r) 0,831 dengan p< 0,05 yang berarti ada hubungan

positif yang signifikan antarareligiusitas dan resiliensi pada ibu yang memiliki anak

retardasi mental. Makin tinggi religiusitas seseorang maka makin tinggi juga

resiliesinya.

2. Triwahyuni (2012) meneliti tentang Hubungan antara Resiliensi dengan Stres pada Pasien

Penyakit kronis di Rumah Sakit Advent Bandung. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode korelasi dengan populasi 80 pasien penyakit kronis di

Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Advent Bandung. Sampel penelitian berjumlah 48

orang yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang

(26)

10

bahwa resiliensi pada pasien penyakit kronis termasuk resiliensi tinggi (81,15%) dan

stres yang dialami pasien dengan penyakit kronis yaitu stres rendah (32,57%).

Hubungan antara resiliensi dengan stres pada pasien dengan penyakit kronis adalah

kuat. Semakin tinggi resiliensi seseorang maka stres yang dialami semakin rendah.

3. Rosyani (2012) meneliti tentang Hubungan antara Resiliensi dan Coping pada pasien

kanker. Sampel yang diambil dalam penilitian ini adalah 70 pasien kanker.. skor

terendah resiliensi adalah sebesar 36 dan yang tertinggi adalah 53, sementara itu

rata-rata skor menunjukkan skor 43,38, coping skor terendah adalah sebesar 57 dan yang

tertinggi adalah 87, sementara itu rata-rata skor menunjukkan skor 72,14. Dari hasil

penilitian didapatkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara resiliensi dan

coping pada paien kangker.

1.6 Batasan Penelitian

Penelitian ini hanya meniliti tentang hubungan resiliensi pada ibu yang memiliki

anak retardasi mental ringan kelas 4-6 di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri

Kedungkandang. Variabel resiliensi ini ditinjau dari tujuh faktor yaitu pengaturan emosi,

kontrol terhadap impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi

diri, dan pencapaian. Sedangkan variabel kemandirian anak dilihat daristandar

kompetensi dan kompetensi dasar kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar Luar Biasa

(SDLB) Negeri Kedungkandang yaitu berupa bahasa indonesia, pengetahuan sosial,

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dilakukan perhitungan mengenai pengaruh rain fading terhadap kualitas layanan HSDPA pada penggunaan video conference , berdasarkan parameter

Penelitian uji tanah penting dilakukan dengan tujuan: (a) membuat status hara K tanah yang berbeda pada tanah Andisol, (b) menguji beberapa metode ekstraksi K

Ini sesuai dengan hasil pengamatan dan pengalaman peneliti di lapangan mengenai pem- belajaran Mikro Ekonomi di program studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan

Prosentase tumbuh plantlet dihitung dari total plantlet yang hidup sehat dibagi planlet yang ditanam sesuai perlakuan kerapatan dikali 100%, pada tabel 2

Sikap Terhadap Merek (X 2 ) sikap terhadap merek menurut Assael dalam Arfian (2007 : 29) adalah kecenderungan yang dipelajari oleh konsumen untuk mengevaluasi merek dengan

Apakah dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division dalam materi segi empat pada siswa kelas VII SMP Negeri 10

2. Upaya BP4 dalam mengatasi problematika perceraian di wilayah Astanajapura dan Pangenan lebih memilih bersifat preventif yaitu sebagai pencegah dari pada

Data rata-rata waktu pertama jatuh mencit, jumlah kumulatif jatuh mencit selama (3x60) menit, dan persen proteksi pada penentuan dosis kafein.