• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANGTUA TENTANG

PENANGANAN DARURAT TRAUMA AVULSI GIGI

PERMANEN ANAK DI KECAMATAN MEDAN

PETISAH DAN KECAMATAN MEDAN

PERJUANGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

ELSI MARGARETHA SILALAHI

NIM: 110600122

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2015

Elsi Silalahi

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi

Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan

Perjuangan.

xi + 62 halaman

Kasus trauma gigi merupakan masalah serius pada kesehatan gigi dan anak

yang sebagian besar bersifat irreversibel sehingga membutuhkan perawatan

berkelanjutan sepanjang hidup pasien. Salah satu jenis trauma gigi yang paling serius

adalah trauma avulsi pada gigi permanen yang mencapai 0,5%-16% dari seluruh jenis

trauma gigi yang melibatkan gigi permanen. Prognosis perawatan trauma avulsi

sangat dipengaruhi penanganan darurat trauma gigi oleh orang terdekat anak

diantaranya adalah orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

tingkat pendidikan dan sosioekonomi terhadap pengetahuan dan sikap orangtua serta

hubungan pengetahuan terhadap sikap orangtua mengenai penanganan darurat trauma

avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan

Perjuangan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian

cross sectional terhadap 284 orangtua dari Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan

Medan Perjuangan. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang disampaikan

kepada orangtua melalui murid sekolah dasar dan dianalisis secara statistik

menggunakan uji Chi-Square pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan

bermakna terhadap pengetahuan (p=0,001) dan sikap (p=0,001) orangtua tentang

penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah

(3)

bermakna terhadap pengetahuan (p=0,854) dan sikap (0,947) orangtua tentang

penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah

dan Kecamatan Medan Perjuangan. Pengetahuan tentang penanganan darurat trauma

avulsi gigi permanen anak memiliki hubungan yang bermakna (p=0,00) terhadap

sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di

Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

Tingkat pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma gigi dan

mulut terutama avulsi gigi sangat rendah namun demikian orangtua menunjukkan

sikap positif terhadap keinginan untuk meningkatkan pengetahuannya. Pelayanan

kesehatan setempat terutama dokter gigi perlu melakukan program edukasi dan

publikasi untuk meningkatkan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat

trauma avulsi gigi permanen anak.

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 2 Juli 2015

Pembimbing: Tanda Tangan

Ami Angela Harahap, drg,. Sp. KGA., M.Sc ...

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 2 Juli 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Yati Roesnawi, drg

ANGGOTA : 1. Essie Octiara, drg., Sp. KGA

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi

permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Selama

penulisan proposal ini, penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan serta doa dari

berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih setulusnya kepada Ayahanda C.

Silalahi SE dan Ibunda R. Gultom S.Pd, abang saya Modest D. Silalahi S.Sos, adik

saya Afriani Silalahi dan Septian Silalahi yang telah memberi dukungan tak terhingga

selama penulis mendapatkan pendidikan akademik dan menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C. Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Yati Roesnawi, drg., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak

(IKGA).

3. Ami Angela Harahap, drg., Sp.KGA., M.Sc selaku dosen pembimbing yang

telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing

penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Utara, khususnya staf pengajar dan staf administrasi departemen IKGA yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis.

5. Kepala Sekolah, staf pengajar, murid-murid dan orangtua murid SDN

060841, SDN 060856. SD Sw Kalam Kudus, SD Sw RK Budi Murni 6 yang telah

(7)

6. Sahabat-sahabat terbaikku; angkatan 2011, KK Integrity dan ALBUMED

terkhusus Tiurma, Yohana, Rikha, Lilanti yang banyak memotivasi dan membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulis masih dalam proses pembelajaran sehingga

skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan

kritik yang membangun dari semua pihak guna penyempurnaan skripsi ini. Penulis

mengharapkan skripsi ini dapat digunakan dan memberikan manfaat serta sumbangan

pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu kedokteran gigi dan

masyarakat.

Medan, Juni 2015 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan ... 6

2.1.1 Pengetahuan ... 6

2.1.2 Sikap... 7

2.1.3 Tindakan... 8

2.2 Pengertian dan Klasifikasi Trauma Gigi ... 8

2.3 Trauma Avulsi ... 9

2.3.1 Etiologi Trauma Avulsi ... 10

2.3.2 Prevalensi Trauma Avulsi ... 11

2.3.3 Efek Trauma Avulsi ... 11

2.4 Penanganan Darurat Trauma Avulsi ... 12

(9)

2.4.2 Waktu Ekstra-Alveolar ... 14

3.5.1 Definisi Operasional Faktor Risiko ... 24

3.5.2 Definisi Operasional Pengetahuan Orangtua ... 26

3.5.3 Definisi Operasional Sikap Orangtua ... 31

3.6 Metode Pengumpulan Data dan Pelaksanaan Penelitian ... 33

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 34

3.7.1 Pengolahan Data... . 35

3.7.2 Analisis Data ... 35

3.8 Etika Penelitian... . 35

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden ... 37

4.2 Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 39

4.3 Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 41

4.4 Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan ... 44

4.5 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Pengetahuan .... 44

(10)

4.7 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Sikap ... 45

4.8 Hasil Analisi Statistik Pengetahuan dengan Sikap ... 46

BAB 5 PEMBAHASAN ... 47

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

6.1 Kesimpulan ... 57

6.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional Faktor Risiko... . 24

2. Definisi Operasional Pengetahuan Orangtua... 27

3. Definisi Operasional Sikap Orangtua ... 31

4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia 37

5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 38

6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Sosioekonomi ... 39

7. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang

Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 40

8. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Orangtua ... 41

9. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap tentang

Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 42

10. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Sikap

Orangtua ... 43

11. Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan

Pengetahuan ... 44

12. Distribusi Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Pengetahuan .. 44

13. Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Sikap ... 45

14. Distribusi Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Sikap ... 45

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambaran Klinis Gigi Avulsi ... 10

2. Gambaran Radiografi Gigi Avulsi... 10

3. Mencuci Gigi Avulsi dengan Air Mengalir... 12

4. Replantasi Gigi Avulsi... 14

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar Penjelasan Kepada Orangtua

2. Lembar Persetujuan setelah Penjelasan (Informed Concent)

3. Kuesioner

4. Daftar Hasil Penelitian

5. Surat Persetujuan Pelaksanaan Penelitian dari Komisi Etik

6. Surat Izin Melakukan Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Medan

7. Surat Selesai Melakukan Penelitian dari SDN 060856

8. Surat Selesai Melakukan Penelitian dari SDN 060841

9. Surat Selesai Melakukan Penelitian dari SD Sw Kalam Kudus

(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2015

Elsi Silalahi

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi

Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan

Perjuangan.

xi + 62 halaman

Kasus trauma gigi merupakan masalah serius pada kesehatan gigi dan anak

yang sebagian besar bersifat irreversibel sehingga membutuhkan perawatan

berkelanjutan sepanjang hidup pasien. Salah satu jenis trauma gigi yang paling serius

adalah trauma avulsi pada gigi permanen yang mencapai 0,5%-16% dari seluruh jenis

trauma gigi yang melibatkan gigi permanen. Prognosis perawatan trauma avulsi

sangat dipengaruhi penanganan darurat trauma gigi oleh orang terdekat anak

diantaranya adalah orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

tingkat pendidikan dan sosioekonomi terhadap pengetahuan dan sikap orangtua serta

hubungan pengetahuan terhadap sikap orangtua mengenai penanganan darurat trauma

avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan

Perjuangan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian

cross sectional terhadap 284 orangtua dari Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan

Medan Perjuangan. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang disampaikan

kepada orangtua melalui murid sekolah dasar dan dianalisis secara statistik

menggunakan uji Chi-Square pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan

bermakna terhadap pengetahuan (p=0,001) dan sikap (p=0,001) orangtua tentang

penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah

(15)

bermakna terhadap pengetahuan (p=0,854) dan sikap (0,947) orangtua tentang

penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah

dan Kecamatan Medan Perjuangan. Pengetahuan tentang penanganan darurat trauma

avulsi gigi permanen anak memiliki hubungan yang bermakna (p=0,00) terhadap

sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di

Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

Tingkat pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma gigi dan

mulut terutama avulsi gigi sangat rendah namun demikian orangtua menunjukkan

sikap positif terhadap keinginan untuk meningkatkan pengetahuannya. Pelayanan

kesehatan setempat terutama dokter gigi perlu melakukan program edukasi dan

publikasi untuk meningkatkan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat

trauma avulsi gigi permanen anak.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus trauma gigi merupakan masalah serius pada kesehatan gigi anak.1 Trauma gigi diprediksi akan melampaui karies gigi dan penyakit periodontal sebagai

masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling signifikan pada anak.2 Trauma pada wajah sebagian besar bersifat irreversibel sehingga membutuhkan perawatan yang

berkelanjutan sepanjang hidup pasien.3

Studi pustaka pada tahun 1995-2007 dari berbagai negara menunjukkan

bahwa 25% dari seluruh anak sekolah dan 33% orang dewasa mengalami trauma gigi

permanen dengan berbagai variasi prevalensi berbeda disetiap negara.3,4 Salah satu jenis trauma gigi yang paling serius dari seluruh jenis trauma gigi yang terjadi adalah

trauma avulsi pada gigi permanen.2 Penelitian Dua dan Sharma menunjukkan dari 880 anak ditemukan kasus trauma gigi sebesar 14,5% dengan kasus trauma avulsi

sebesar 4,6%.5 Literatur menyebutkan kasus trauma avulsi terjadi sebanyak 0,5% -16% dari seluruh jenis trauma gigi yang melibatkan gigi permanen.6,7,8

Gigi yang paling banyak terlibat adalah gigi insisivus sentralis dan insisivus

lateralis atas yang dapat mengakibatkan kehilangan fungsinya sehingga menimbulkan

dampak negatif terhadap kualitas hidup, gangguan psikologis dan sosial.3,5,9 Berdasarkan tempat terjadinya trauma gigi, lokasi terjadinya cedera paling banyak

ditemukan di rumah (52%) dan di sekolah (41%) dari seluruh lokasi kejadian.5,10 Avulsi gigi ditandai dengan lepasnya gigi dari soket disertai kerusakan

struktur ligamen periodontal, pembuluh darah dan saraf yang parah dengan atau tanpa

disertai fraktur tulang alveolar.6,11 Prognosis gigi avulsi tergantung pada periode waktu antara kejadian trauma dengan replantasi, tipe dan kondisi media

penyimpanan, tahap pembentukan akar gigi dan kontaminasi benda asing.11,12

Penanganan trauma avulsi sangat dipengaruhi oleh peran orang di sekitar anak

(17)

menunjukkan bahwa 56,7% orangtua tidak mengetahui bahwa replantasi merupakan

perawatan pertama terhadap trauma avulsi.11 Idealnya, gigi avulsi harus direplantasikan segera kedalam soket untuk menghindari kerusakan jaringan

periodontal yang lebih parah. Penanganan darurat yang cepat dan tepat sangat penting

untuk mendapatkan prognosis terbaik dalam jangka panjang akibat avulsi terutama

pada anak.11,12

Perbedaan pengetahuan dan sikap orangtua terhadap penanganan tersebut

dipengaruhi oleh latar belakang berbeda seperti jenis kelamin, usia, tingkat

pendidikan, daerah tempat tinggal dan sosioekonomi.1,12 Salah satu faktor tersebut tersebut dibuktikan Murali K et.al terhadap ibu di India bahwa ibu dengan latar

belakang pendidikan tinggi memiliki pengetahuan lebih baik tentang penanganan

darurat trauma avulsi (p<0,005) yaitu segera mengunjungi dokter gigi (49,2%) setelah

kejadian trauma (48,8%) dengan membawa gigi yang diselamatkan (58,2%).13 Penelitian serupa dilakukan Loo et.al namun tidak menemukan hubungan antara

tingkat pendidikan dengan pengetahuan (p=0,168).11 Beberapa literatur lainnya menunjukkan pengetahuan orangtua mengenai trauma avulsi tidak dipengaruhi oleh

latar belakang orangtua.8,12 Secara teori pengetahuan seseorang yang berbeda terhadap suatu objek akan menunjukkan sikap berbeda terhadap objek tersebut.14

Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti tertarik ingin mengetahui tingkat

pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi

permanen anak di Indonesia terutama di Kotamadya Medan.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Rumusan Umum

a. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dan sosioekonomi dengan

pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak

di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan?

b. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dan sosioekonomi dengan

sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di

(18)

c. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap orangtua tentang

penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah

dan Kecamatan Medan Perjuangan?

1.2.2 Rumusan Khusus

a. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan

orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan

Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan?

b. Apakah ada hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua

tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan

Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan?

c. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap orangtua

tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak Kecamatan Medan

Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan?

d. Apakah ada hubungan antara sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang

penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah

dan Kecamatan Medan Perjuangan?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan sosioekonomi

dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi

permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

b. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan sosioekonomi

dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak

di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap orangtua

tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan

(19)

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan

orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di

Kecamatan Medan Petisah dan Medan Perjuangan.

b. Untuk mengetahui hubungan sosioekonomi keluarga dengan pengetahuan

orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di

Kecamatan Medan Petisah dan Medan Perjuangan.

c. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan sikap orangtua

tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan

Medan Petisah dan Medan Perjuangan.

d. Untuk mengetahui hubungan sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang

penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan

Petisah dan Medan Perjuangan.

1.4 Hipotesis Penelitian

a. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang

penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah

dan Medan Perjuangan.

b. Ada hubungan sosioekonomi keluarga dengan pengetahuan orangtua

tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan

Petisah dan Medan Perjuangan.

c. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang

penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah

dan Medan Perjuangan.

d. Ada hubungan sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan

darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Medan

Perjuangan.

e. Ada hubungan pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat

trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Medan

(20)

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis

a. Diharapkan dapat menggambarkan besarnya tingkat pengetahuan dan sikap

orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak khususnya di

Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

b. Memberikan informasi kepada orangtua mengenai penanganan darurat

trauma avulsi gigi permanen anak dan orangtua termotivasi untuk mewaspadai

aktivitas anak yang dapat menyebabkan trauma.

1.5.2 Manfaat Teoritis

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk penelitian

selanjutnya dan juga dapat menambah pengetahuan peneliti dalam melakukan

penelitian khususnya terhadap anak.

b. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pihak praktisi gigi untuk

memberikan informasi dan saran bagi tenaga kesehatan dalam memberikan edukasi

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus

yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta

lingkungan. Batasan ini memiliki dua unsur pokok yaitu respon pasif (pengetahuan,

persepsi dan sikap) maupun aktif (tindakan nyata atau praktis).14

Faktor-faktor yang memengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi

dua, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup pengetahuan,

kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah

rangsangan dari luar. Faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun

non-fisik seperti iklim, manusia, sosial, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.

Menurut Benyamin Bloom, perilaku diukur dari 3 aspek yaitu pengetahuan, sikap dan

tindakan.14

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang

tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan

terhadap masalah yang dihadapi. Pengetahuan dapat diperoleh secara alami dari

pengalaman langsung atau orang lain yang sampai kepada seseorang maupun secara

terencana melalui proses pendidikan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin

diukur dari subjek penelitian atau responden.14

Pengetahuan merupakan ranah kognitif yang mempunyai tingkatan, yaitu:14 1. Tahu, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

(22)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang diperoleh atau rangsangan yang

diterima.

2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar.

3. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis, yaitu kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian ke dalam

suatu bentuk keseluruhan tertentu yang baru.

6. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek.

2.1.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologi

sosial, menyatakan bahwa sikap merupakan suatu kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Pengetahuan, keyakinan dan emosi

memegang peranan penting dalam membentuk sikap. Pengukuran sikap dapat

dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan

bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian

ditanyakan pendapat responden.14

Allport menjelaskan bahwa sikap memiliki tiga komponen pokok, yakni:14 a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

(23)

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:

1) Menerima, yakni orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek).

2) Merespon, yakni memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan.

3) Menghargai, yakni mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

4) Bertanggung jawab, yakni kemampuan bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko.

2.1.3 Tindakan

Suatu sikap belum tentu terwujud secara langsung dalam suatu tindakan.

Supaya sikap dapat terwujud menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan faktor

dukungan. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan

yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung dengan mengobservasi

tindakan atau kegiatan responden.14

2.2 Pengertian dan Klasifikasi Trauma Gigi

Secara umum trauma adalah luka atau cedera pada jaringan.Trauma dengan

kata lain disebut injuri, dapat diartikan sebagai kerusakan atau luka yang biasanya

disebabkan oleh tindakan-tindakan fisik dengan terputusnya kontinuitas normal suatu

struktur.15 Trauma gigi dapat diartikan sebagai kerusakan jaringan keras gigi dan atau periodontal karena terjadi kontak yang keras dengan suatu benda yang tidak terduga

sebelumnya pada gigi.16

Klasifikasi trauma gigi dilakukan untuk mendeskripsikan trauma sehingga

dokter gigi dapat mengenali jenis trauma dan dapat memberikan perawatan sesuai

dengan pengobatan yang direkomendasikan. Klasifikasi trauma gigi yang

(24)

World Health Organization (WHO) yang digunakan oleh International Association

of Dental Traumatology:17,18

a) Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa yang meliputi: retak

mahkota (crown infraction), fraktur enamel (enamel fracture), fraktur enamel-dentin

(uncomplicated crown fracture), fraktur mahkota kompleks (complicated crown

fracture), fraktur mahkota-akar kompleks (complicated crown-root fracture), fraktur

mahkota-akar tidak kompleks (uncomplicated crown-root fracture), fraktur hingga

akar (root fracture).

b) Kerusakan jaringan periodontal yang meliputi: konkusi, subluksasi, luksasi

ekstrusi, luksasi lateral, luksasi intrusi dan luksasi kompleks (avulsi).

c) Kerusakan pada gingiva dan mukosa mulut yang meliputi: laserasi,

kontusio dan luka abrasi.

d) Kerusakan pada jaringan tulang pendukung: kominusi soket alveolar

rahang atas dan rahang bawah, fraktur soket alveolar rahang atas dan alveolar rahang

bawah, fraktur prosesus alveolar rahang atas dan rahang bawah, fraktur korpus

rahang atas dan rahang bawah.

2.3 Trauma Avulsi

Avulsi merupakan lepasnya keseluruhan gigi dari soket disertai kerusakan

ligamen periodontal dengan atau tanpa fraktur alveolar.17 Avulsi pada gigi permanen merupakan trauma gigi paling serius karena menyebabkan kerusakan yang parah pada

jaringan pendukung, pembuluh darah dan saraf.6 Kerusakan pada pembuluh darah mengakibatkan gangguan suplai darah ke pulpa dan mengakibatkan nekrosis pada

(25)

Gambar 1. Gambaran klinis gigi avulsi21

Gambar 2. Gambaran radiografi gigi avulsi21

2.3.1 Etiologi Trauma Avulsi

Trauma gigi avulsi merupakan salah satu trauma gigi paling serius yang

disebabkan oleh berbagai etiologi. Usia 7-9 tahun merupakan usia paling rentan

terjadi kasus trauma avulsi yaitu saat masa gigi insisivus permanen erupsi dengan

ligamen periodontal yang masih longgar, akar gigi yang belum terbentuk sempurna

dan struktur tulang alveolar yang masih lemah.8

Penyebab terjadinya gigi avulsi antara lain terjatuh (36,4%), kecelakaan lalu

(26)

(13,6%).9 Faktor predisposisi penyebab trauma gigi adalah maloklusi Klas II divisi 1, gigi dengan overjet >3mm, keadaan yang memperlemah gigi seperti hipoplasia

enamel, anak penderita cerebral palsy dan anak dengan kebiasaan mengisap ibu jari

yang menyebabkan gigi anterior protrusif.10,22,23

2.3.2 Prevalensi Trauma Avulsi

Penelitian menunjukkan bahwa 25% dari seluruh anak sekolah dan 33% dari

remaja mengalami trauma pada gigi permanen.3 Kasus trauma avulsi terjadi sebanyak 0,5%-3% dari seluruh kasus trauma gigi dan sebanyak 0,5%-16% dari seluruh kasus

trauma gigi yang melibatkan gigi permanen.19,24

Berdasarkan tempat terjadinya trauma gigi, kejadian paling tinggi terjadi di

rumah sebanyak 43,87%-52% diikuti kejadian di sekolah, lapangan, pinggir jalan dan

tempat lainnya.5,10 Adapun gigi yang terlibat sebanyak 77% insisivus sentralis atas dan 11% insisivus lateralis atas.9 Trauma avulsi pada umumnya melibatkan satu gigi tetapi masih terdapat kemungkinan terjadi pada lebih dari satu gigi.8,9

2.3.3 Efek Trauma Avulsi

Trauma wajah dan gigi sering menimbulkan permasalahan khususnya pada

anak.22 Trauma pada bagian wajah berupa fraktur, perpindahan posisi, maupun kehilangan gigi dapat mengakibatkan dampak yang signifikan terhadap fungsi, estetik

dan psikologi pada anak.3,5 Kehilangan atau rusaknya gigi anterior pada anak juga menimbulkan masalah bagi orangtua karena anak akan menerima perawatan secara

berkelanjutan seumur hidupnya akibat kerusakan yang bersifat irreversibel sehingga

memengaruhi kualitas hidup anak.3

Avulsi pada gigi menimbulkan dampak negatif terhadap estetis, fungsi dan

psikologis baik pada anak maupun orangtua. Gigi permanen anterior memegang

peran penting terhadap perkembangan psikologis anak maupun remaja. Saat

keselarasan estetis dipengaruhi, anak-anak dan remaja cenderung menghindar untuk

tersenyum. Avulsi gigi juga menimbulkan dampak ekonomi karena melibatkan biaya

(27)

perawatan prostetik, ortodontik dan reimplantasi yang disertai dengan perawatan

endodontik.11

2.4 Penanganan Darurat Trauma Avulsi

Trauma avulsi pada gigi permanen merupakan salah satu dari beberapa situasi

darurat pada kedokteran gigi. Replantasi yang segera merupakan perawatan terbaik di

lokasi terjadinya trauma dan jika tidak dapat dilakukan replantasi dengan segera maka

terdapat alternatif seperti penggunaan berbagai media penyimpanan.6 Kesadaran masyarakat yang tinggi diperlukan dalam penanganan keparahan cedera yang tidak

terduga ini.Pastikan bahwa gigi yang mengalami avulsi bukan gigi sulung melainkan

gigi permanen. Replantasi tidak dilakukan pada gigi sulung karena dapat

memengaruhi pertumbuhan benih gigi permanen anak.24 Penanganan pertama gigi avulsi di tempat kejadian:24 1. Tenangkan pasien

2. Cari gigi yang terlepas dan ambil dengan memegang bagian mahkota gigi

(bagian yang paling putih). Hindarkan memegang pada bagian akar gigi.

3. Bersihkan gigi apabila ditemukan dalam keadaan kotor sekitar 10 detik

dengan air dingin mengalir kemudian reposisikan gigi kembali ke soketnya. Gigit

saputangan/ kain jika gigi sudah berada di posisinya untuk menahan gigi tersebut agar

tetap berada di posisinya.

(28)

4. Letakkan gigi dalam segelas susu atau pada medium lainnya yang sesuai

dan bawa bersama pasien ke klinik darurat apabila dalam keadaan tidak

memungkinkan untuk dilakukan tindakan replantasi (misalkan pasien dalam keadaan

tidak sadar). Gigi juga dapat dibawa dengan disimpan didalam mulut, meletakkannya

di pipi bagian dalam atau di bawah lidah jika pasien dalam keadaan sadar. Pasien

yang masih sangat muda/ anak-anak ada kemungkinan gigi akan tertelan sehingga

sebaiknya ludah diletakkan dalam suatu wadah dan gigi ditaruh kedalamnya.

Hindarkan penyimpanan dengan menggunakan air.

5. Gunakan media penyimpanan atau transport yang khusus seperti Hanks

Balanced Storage Medium jika ketersediaannya memungkinkan.

6. Cari perawatan gigi darurat dengan segera.

2.4.1 Replantasi

Perawatan avulsi dilakukan untuk menghindari atau meminimalisir

komplikasi dari dua akibat utama yaitu kerusakan perlekatan dan infeksi pulpa gigi.

Suplai darah melalui apeks tidak dapat terjadi sebagaimana mestinya saat gigi dalam

keadaan avulsi sehingga untuk mengembalikan suplai darah tersebut dapat dilakukan

tindakan replantasi.7

Replantasi merupakan pilihan terhadap kebanyakan kasus avulsi gigi namun

tidak selalu dapat dilakukan secara langsung. Terdapat beberapa keadaan dimana

replantasi tidak dapat dilakukan diantaranya gigi dengan karies yang parah, terjadi

kekeringan pada gigi atau media penyimpanan yang digunakan tidak memadai,

fraktur pada tulang alveolar, gigi permanen belum sempurna dengan akar pendek dan

apeks terbuka lebar, memiliki penyakit periodontal, pasien yang tidak kooperatif dan

memiliki kondisi sistemik yang parah seperti imunosupresi dan penyakit jantung yang

(29)

Gambar 4. Replantasi gigi avulsi27

Replantasi pada gigi hendaknya selalu diupayakan meskipun hanya sebagai

solusi sementara karena sering terjadi resorpsi eksternal akibat inflamasi. Gigi masih

dapat bertahan selama beberapa tahun untuk mempertahankan jarak dan memelihara

tinggi dan lebar alveolar meskipun resorpsi tetap terjadi. Keberhasilan penyembuhan

setelah replantasi dapat terjadi jika terdapat kerusakan minimal pada pulpa dan

ligamen periodontal dengan jenis media penyimpanan ekstra-alveolar dan waktu

ekstra-alveolar sebagai faktor kritis.28

2.4.2 Waktu Ekstraalveolar

Keberhasilan replantasi sangat berhubungan dengan lamanya waktu gigi di

luar mulut. Semakin lama gigi berada di luar mulut semakin kecil kemungkinan

sel-sel jaringan ligamen periodontal untuk dapat bertahan hidup.Sebagaimana diketahui

fungsi ligamen periodontal adalah untuk mempertahankan gigi di dalam soket gigi,

menahan tekanan pengunyahan, melindungi pembuluh darah, limfe, dan saraf yang

menyuplai gigi, membantu menahan gigi agar tidak miring atau berputar.29

Replantasi sebaiknya dilakukan dalam waktu sesegera mungkin.13 Tindakan ini dilakukan dengan tujuan mencegah terjadinya kekeringan yang dapat

menyebabkan hilangnya kemampuan metabolisme fisiologis secara normal dan

morfologi sel ligamen periodontal. Penelitian menunjukkan bahwa ligamen

(30)

dan waktu paling optimal untuk dilakukan replantasi untuk memperoleh prognosis

terbaik adalah 5 menit pertama namun kenyataannya, upaya replantasi dilakukan pada

15-20 menit pertama.17,20,24

2.4.3 Media Penyimpanan

Perhatian utama pada perawatan awal avulsi adalah untuk mempertahankan

vitalitas jaringan periodontal pada pemukaan akar sehingga replantasi harus

dilakukan segera setelah terjadi cedera. Dibutuhkan kemampuan dan pengetahuan

yang memadai mengenai protokol perawatan avulsi gigi karena replantasi sesegera

mungkin tidak selamanya dapat dilakukan.20 Media penyimpanan diperlukan untuk mempertahankan gigi dari kekeringan selama waktu terlepas hingga akan dilakukan

replantasi.6

Mempertahankan gigi dilakukan pada media yang kelembabannya ideal untuk

dapat melindungi viabilitas sel pulpa dan ligamen periodontal pada permukaan akar

gigi selama mungkin.29 Penelitian mengarah kepada perkembangan media penyimpanan yang menghasilkan kondisi yang menyerupai lingkungan alveolar

sebenarnya. Beberapa persyaratan media yang ideal diantaranya adalah dapat

menghasilkan klon sel, mengandung antioxidan, tanpa atau minimal kontaminasi

mikroba, osmolalitas dan pH fisiologis yang sesuai serta mudah diperoleh dan

murah.6

2.4.3.1 Hank’s Balanced Salt Solution

Hank’s Balanced Salt Solution (HBSS) merupakan larutan salin standar, yang biasanya digunakan dalam penelitian biomedis untuk mendukung pertumbuhan

berbagai sel. Larutan HBSS bersifat biocompatible dengan sel-sel ligamen

periodontal karena mempunyai osmolalitas yang ideal yaitu 270-320 mOsm dan pH

yang seimbang, serta mengandung berbagi nutrien yang penting seperti kalsium,

fosfat, kalium dan glukosa yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme sel

(31)

ditemukan pada tempat-tempat kejadian trauma dan pada penggunaanya yang tidak

praktis dimana media ini harus digunakan pada inkubator terkontrol pada suhu 370C.6

Gambar 5. Hank’s Balanced Salt

Solution25

2.4.3.2 Susu

Susu memiliki beberapa karakteristik yang menguntungkan sebagai media

penyimpanan gigi avulsi. Susu merupakan cairan isotonik dengan pH yang hampir

netral dan osmolalitas yang fisiologis, tanpa atau minimal kontaminasi bakteri,

mengandung faktor pertumbuhan dan nutrisi sel yang essensial, paling mudah

ditemukan dimana saja dan murah. Susu mempunyai kemampuan dalam mendukung

kapasitas klonogenik sel-sel ligamen periodontal pada suhu ruang sampai 60 menit.6 Susu dapat mengurangi pembengkakan sel, meningkatkan viabilitas sel dan

perbaikan penyembuhan sel pada suhu yang lebih rendah. Penelitian fisiologis sel

menunjukkan kemampuan susu temperatur rendah untuk mendukung klonogenik sel

ligamen periodontal pada gigi avulsi lebih lama 45 menit dibandingkan dengan media

penyimpanan susu pada temperatur ruang.29 Susu yang efektif untuk digunakan adalah susu segar atau susu UHT yang dingin, sedangkan susu bubuk tidak

(32)

Beberapa penelitian menyatakan gigi yang disimpan dengan media susu dapat

bertahan sebanyak 70%-90%. International Association of Dental Traumatology dan

American Academy of Pediatric Dentistry menganjurkan penggunaan media susu

kepada dokter gigi maupun masyarakat umum sebagai media penyimpanan gigi yang

akan direplantasikan karena efek dan karakteristik yang menguntungkan serta mudah

diperoleh pada saat terjadi trauma.6

2.4.3.3 Salin Fisiologis

Salin memiliki osmolalitas dan pH yang fisiologis tetapi tidak terdapat ion

yang essensial dan glukosa yang merupakan kebutuhan fundamental untuk

mempertahankan metabolisme sel. Studi pustaka menyebutkan bahwa sel ligamen

periodontal tetap terjaga viabilitasnya selama 45 menit dengan tingkat mortalitas

20%. Salin fisiologis tidak lebih baik dibandingkan HBSS dan susu tetapi lebih baik

dibandingkan air dan saliva sehingga dapat disimpulkan bahwa salin fisiologis

bukanlah media yang adekuat untuk dijadikan sebagai media penyimpanan tetapi

masih dapat dijadikan sebagai media penyimpanan untuk waktu yang singkat.6

2.4.3.4 Air

Air memiliki karakteristik yang tidak adekuat sebagai media penyimpanan

karena terkontaminsi bakteri, hipotonis, pH dan osmolalitas tidak fisiologis yang

dapat menyebabkan lisis pada jaringan periodontal dan kematian jaringan secara

cepat. Air hanya dapat digunakan untuk menghindari gigi dari kekeringan tetapi tidak

adekuat dalam melindungi gigi avulsi.6

2.4.3.5 Saliva (vestibulum bukal)

Sama halnya dengan air, saliva manusia digunakan sebagai media

penyimpanan karena ketersediaanya yang mudah didapatkan tetapi memiliki

karakteristik yang tidak menguntungkan seperti osmolalitas dan pH yang tidak

fisiologis, kontaminasi bakteri yang tinggi dan hipotonis. Studi menunjukkan bahwa

(33)

daripada membiarkan gigi dalam kondisi kering karena efek penyerapan akan lebih

parah seiring dengan bertambahnya waktu.6

2.4.3.6 Air Kelapa

Air kelapa merupakan minuman yang alami yang dikemas kedap udara secara

biologis di dalam buah kelapa dan banyak ditemukan di Indonesia. Komposisi

elektrolit dari air kelapa menyerupai cairan intraseluler. Air kelapa juga unggul dalam

pemeliharaan kelangsungan hidup sel-sel ligamen periodontal karena adanya berbagai

nutrisi di dalamnya seperti protein, asam amino, vitamin dan mineral.6 Penyimpanan gigi avulsi pada air kelapa selama 15-120 menit sama efektifnya dengan HBSS

namun resorpsi inflamasi lebih sering terjadi setelah disimpan pada media ini

dibandingkan dengan penyimpanan dalam media susu.6,29

2.5 Perawatan Lanjutan

Penanganan darurat trauma avulsi diharapkan mampu dilakukan oleh

masyarakat secara luas, namun penanganan trauma avulsi tidak dapat diserahkan

sepenuhnya kepada masyarakat. Kegagalan dalam melakukan perawatan dapat

memicu terjadinya kehilangan gigi dini yang mengakibatkan gangguan estetis,

psikologis dan fungsi.30

Gigi avulsi yang sudah direplantasikan perlu dilakukan pencatatan riwayat

terjadinya trauma untuk memperkirakan kemungkinan hasil yang akan didapatkan.

Posisi gigi yang direplantasikan perlu diperkirakan dan diperbaiki jika

dibutuhkan.20,26 Tindakan ini dilakukan oleh karena gigi yang direplantasikan sebelum tiba di klinik gigi longgar didalam soket dan kemungkinan akan lepas dari

soket. Evaluasi terhadap media yang digunakan dilakukan apabila gigi avulsi

disimpan dalam media penyimpanan dan bila perlu dipindahkan ke media yang lebih

tepat sambil mengumpulkan data riwayat trauma dan pemeriksaan klinis.12,31

Penting untuk melakukan pemeriksaan tambahan berupa radiografi periapikal

pada sekitar gigi yang mengalami trauma pada saat pasien sampai ke klinik gigi baik

(34)

memastikan tidak ada bagian dari akar yang tertinggal pada soket dan gigi telah

avulsi sempurna.26,31

2.6 Prognosis

Prognosis dari keberhasilan penanganan truma avulsi dipengaruhi oleh

kecepatan dan ketepatan dalam pemberian perawatan darurat dan perawatan lanjutan

dalam mempertahankan vitalitas jaringan periodontal. Keberhasilan tersebut

tergantung pada beberapa faktor seperti waktu ekstraalveolar, media penyimpanan,

kontaminasi dan perlindungan jaringan periodontal.6,11,21,24

Prognosis terbaik terjadi jika gigi dilakukan replantasi dengan segera. Jika

gigi tidak dapat dilakukan replantasi dalam waktu 5 menit maka perlu disimpan

dalam media yang yang dapat mempertahankan vitalitas jaringan periodontal berupa

media fisiologis sebagai media terbaik.20 Gigi permanen yang mengalami avulsi perlu dipertimbangkan risiko kemungkinan terjadinya nekrosis pulpa, resorpsi akar dan

ankylosis.6 Pengetahuan mengenai penanganan gigi avulsi oleh masyarakat seperti orangtua, guru, maupun pangasuh anak yang pada umumnya selalu hadir pada saat

kejadian trauma memegang peranan penting terhadap prognosis kasus trauma avulsi

(35)

2.7 Kerangka Teori

Klasifikasi Trauma Dental

Prevalensi

Etiologi Avulsi

Efek

Replantasi

Orangtua/ Penjaga

Anak

Dokter Gigi Guru

Prognosis Perawatan

Lanjutan Pengetahuan dan

Sikap orang terdekat

Penanganan Darurat

Waktu Ekstra-alveolar

(36)

2.8 Kerangka Konsep

Orangtua

Faktor risiko:

 Pendidikan

 Sosioekonomi

Pengetahuan orangtua

tentang penanganan

darurat trauma avulsi

gigi permanen anak.

Orangtua

Faktor risiko:

 Pendidikan

 Sosioekonomi

Sikap orangtua tentang

penanganan darurat

trauma avulsi gigi

permanen anak.

Pengetahuan orangtua

tentang penanganan

darurat trauma avulsi

gigi permanen anak.

Sikap orangtua tentang

penanganan darurat

trauma avulsi gigi

(37)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan

penelitian cross sectional.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 2 sekolah dasar di Kecamatan Medan Petisah

dan 2 sekolah dasar di Kecamatan Medan Perjuangan.

3.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian selama 2 bulan yaitu Februari - Juni 2015. Pengumpulan

data 2 minggu, pengolahan dan analisis data 1 bulan, penyusunan laporan 3 bulan.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh orangtua yang mempunyai anak dengan

gigi permanen usia 7-9 tahun di Kotamadya Medan.

3.3.2 Sampel

Penentuan sampel dilakukan dengan metode multistage cluster sampling.

Secara administrasi Kotamadya Medan terdiri dari 21 kecamatan yang

dikelompokkan menjadi 2 yaitu lingkar luar dan lingkar dalam. Lingkar dalam terdiri

atas 10 kecamatan yaitu: Kecamatan Medan Baru, Petisah, Barat, Helvetia, Polonia,

Medan Area, Medan Kota, Maimun, Medan Timur dan Medan Denai. Lingkar luar

terdiri atas 11 kecamatan yaitu: Kecamatan Medan Tuntungan, Selayang, Sunggal,

(38)

Berdasarkan metode yang digunakan diperoleh Kecamatan Medan Petisah dan

Kecamatan Medan Perjuangan dengan masing-masing jumlah sampel pada tiap

kecamatan 50% dari total sampel. Jumlah sampel diperoleh dengan menggunakan

rumus pengujian hipotesis untuk proporsi populasi tunggal:

keterangan:

n = besarnya sampel

Z /2 = nilai Z pada derajat kepercayaan 5% (1,96) Z1- = nilai Z pada kekuatan uji 90% (1,282) Po = proporsi yang telah diteliti 58,2%

Pa = proporsi alternatif/ taksiran proporsi yang sesungguhnya 48,2%

Pa-Po = dugaan selisih proporsi 10%

Besar minimum sampel untuk mewakili populasi adalah sebesar 259 orangtua.

Peneliti mengambil sampel dengan penambahan 1 menjadi 284 orangtua untuk

mengantisipasi terjadinya sampel drop-out sehingga masing-masing diperoleh 142

orangtua pada Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan untuk

mendapatkan distribusi data secara merata.

Sampel pada penelitian ini akan ditetapkan dalam dua kriteria, yaitu kriteria

inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah sampel yang dapat dimasukkan atau

layak untuk diteliti. Kriteria eksklusi adalah sampel yang sudah memenuhi kriteria

inklusi tapi dikeluarkan karena tidak dapat mengikuti penelitian.

Kriteria inklusi:

- Orangtua yang bertempat tinggal di Kecamatan Medan Petisah atau Medan

Perjuangan

- Orangtua yang memiliki anak dengan gigi permanen usia 7-9 tahun

- Orangtua dengan sehat jasmani dan rohani

(39)

Kriteria Eksklusi:

- Orangtua yang angket atau kuesionernya tidak dikembalikan kepada peneliti

- Orangtua yang tidak mengisi seluruh pertanyaan pada kuesioner

3.4 Variabel Penelitian

a) Variabel bebas/ independen: pendidikan dan sosioekonomi keluarga.

b) Variabel terikat/ dependen: pengetahuan dan sikap orangtua tentang

penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen.

c) Analisis hubungan pengetahuan dengan sikap orangtua: variabel bebas;

pengetahuan orangtua dan variabel terikat; sikap orangtua.

3.5 Defenisi Operasional

3.5.1 Defenisi Operasional Faktor Risiko

Tabel 1. Defenisi operasional faktor risiko

Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala Ukur

Jenis Kelamin Pembagian jenis seksual yang di-tentukan secara biologis dan anatomis

1. Laki-laki tinggi terakhir yang ditamatkan orangtua/ responden

( Menurut BPS 2014)

1. Pendidikan rendah (tamat SD, tamat SMP) 2. Pendidikan sedang

(tamat SMA)

3. Pendidikan tinggi (tamat diploma,tamat sarjana/ perguruan tinggi)

(40)

Lanjutan Tabel 1. Defenisi operasional faktor risiko

Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala

1. Pendidikan rendah (tamat SD, tamat

(41)

Lanjutan Tabel 1. Defenisi operasional faktor risiko

3.5.2 Defenisi Operasional Pengetahuan

Pengetahuan orangtua mengenai perawatan trauma avulsi gigi permanen anak

terdiri atas 2 pertanyaan pembuka; pengalaman memperoleh informasi serta sumber

memperoleh informasi cedera gigi dan mulut dan 9 pertanyaan inti pada Tabel 2.

Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala

(42)

Tabel 2. Defenisi operasional pengetahuan orangtua

No Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala

1. Menolong anak, bersihkan luka di bibir, suruh anak kumur-kumur dan berikan obat anti sakit. (0)

2. Menenangkan anak, hentikan perdarahan dengan menggigit kain selama beberapa jam hingga perdarahan berhenti dan anak disuruh beristirahat. (0)

3. Menenangkan anak, hentikan perdarahan dengan menggigit kain sambil membawa ke pelayanan medis. (1)

4. Menenangkan anak, bersihkan luka, dan kumur-kumur dengan obat anti kanan atas pada anak usia 9 tahun pada ilustrasi kasus

1. Gigi tetap/ permanen (1) 2. Gigi susu (0)

3. Tidak tahu (0)

(43)

Lanjutan Tabel 2. Defenisi operasional pengetahuan orangtua

No Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala langsung pergi mencari perawatan medis.(0) serta mencari perawatan medis. (0)

(44)

Lanjutan Tabel 2. Defenisi operasional pengetahuan orangtua

No Variabel Defenisi Operasional posisinya dan ter-jatuh ditempat kotor sebelum dikembali-kan ke posisinya semula

1. Membersihkan gigi dengan air mengalir selama 10 detik. (1)

2. Membersihkan gigi dengan sikat sampai bersih. (0)

3. Membersihkan gigi dengan menggunakan tangan atau tissue. (0) 4. Membersihkan gigi

dengan menggunakan sabun atau alkohol. (0) 5. Tidak tahu. (0) kantong berisi es. (0) 3. Membungkus gigi

kedalam plastik kering. (0)

4. Memasukkan gigi ke dalam kantong berisi susu. (1)

(45)

Lanjutan Tabel 2. Defenisi operasional pengetahuan orangtua

No Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala pada gigi yang lepas dari posisinya

1. Klinik dokter gigi (1) 2. Klinik dokter umum (0) 3. Bidan (0)

4. Rumah Sakit (0) 5. Tidak tahu (0)

Ordinal

Skala Pengukuran:

Tingkat pengetahuan diukur dengan setiap pertanyaan diberikan bobot nilai 1

jika benar dan 0 jika jawaban salah dengan nilai maksimal = 9 dan nilai minimal = 0.

Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden maka dapat dikategorikan tingkat

pengetahuan responden sebagai berikut: (Arikunto 2006)

a. Baik; apabila responden mampu menjawab dengan benar >75% dari

seluruh pertanyaan (skor 7-9).

b. Cukup; apabila nilai yang diperoleh responden berkisar 56%-75% dari

seluruh pertanyaan (skor 5-6).

c. Kurang; apabila nilai yang diperoleh responden <56% dari seluruh

pertanyaan (skor 0-4).

Pengubahan kategori pengetahuan kemudian dilakukan karena tidak sesuai

untuk pengolahan statistik sebagai berikut:

a. Baik; apabila responden mampu menjawab dengan benar ≥56% dari seluruh

pertanyaan (skor 5-9)

b. Kurang; apabila nilai yang diperoleh responden <56% dari seluruh

(46)

3.5.3 Defenisi Operasional Sikap Orangtua

Tabel 3. Defenisi operasional sikap orangtua

No Variabel Defenisi

Operasional Hasil ukur

Skala

5. Sangat Tidak Setuju (1)

Ordinal

5. Sangat Tidak Setuju (1)

Ordinal terlepas ke posisi-nya semula segera

5. Sangat Tidak Setuju (1)

Ordinal

5. Sangat Tidak Setuju (5)

(47)

Lanjutan Tabel 3. Defenisi operasional sikap orangtua

No Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala

5. Sangat Tidak Setuju (1)

Ordinal

5. Sangat Tidak Setuju (5)

Ordinal gigi ke dokter gigi.

1. Sangat Setuju (5) 2. Setuju (4)

3. Ragu-ragu (3) 4. Tidak Setuju (2)

5. Sangat Tidak Setuju (1)

Ordinal

5. Sangat Tidak Setuju (1)

Ordinal

Skala pengukuran:

Pengukuran sikap menggunakan Skala Likert untuk pernyataan benar dan

pernyataan salah. Pernyataan benar atau positif dengan jawaban sangat setuju diberi

skor 5, setuju diberi skor 4, ragu-ragu diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 serta

sangat tidak setuju diberi skor 1 dan untuk pernyataan salah atau negatif dengan

jawaban sangat setuju diberi skor 1, setuju diberi skor 2, ragu-ragu diberi skor 3, tidak

(48)

minimal = 8. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden maka dapat

dikategorikan tingkat sikap responden sebagai berikut: (Setiawan 2010)

a. Sangat baik; apabila nilai yang diperoleh responden 76%-100% dari

seluruh pertanyaan (skor 31-40).

b. Baik; apabila nilai yang diperoleh responden berkisar 51%-75% dari

seluruh pertanyaan (skor 21-30).

c. Tidak baik; apabila nilai yang diperoleh responden 26%-50% dari seluruh

pertanyaan (skor 11-20).

d. Sangat tidak baik; apabila nilai yang diperoleh responden < 26% dari

seluruh pertanyaan (skor 8-10).

Pengubahan kategori sikap kemudian dilakukan karena tidak sesuai untuk

pengolahan statistik sebagai berikut:

a. Sangat baik; apabila nilai yang diperoleh responden 76%-100% dari

seluruh pertanyaan (skor 31-40).

b. Baik; apabila nilai yang diperoleh responden berkisar 51%-75% dari

seluruh pertanyaan (skor 21-30).

c. Tidak baik; apabila nilai yang diperoleh responden ≤50% dari seluruh

pertanyaan (skor 8-20).

3.6 Metode Pengumpulan Data dan Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan angket atau

kuesioner. Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir

formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada

seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan

informasi yang diperlukan oleh peneliti. Angket atau kuesioer pada penelitian ini

berisi daftar pertanyaan dengan bentuk pertanyaan tertutup dan terbuka. Angket

tersebut diberikan kepada orangtua melalui murid sekolah dasar kelas III dan IV.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat pengetahuan dan sikap

(49)

Tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Kota Medan dibagi atas 2 bagian yaitu 10 kecamatan di lingkar dalam dan

11 kecamatan di lingkar luar kemudian dilakukan random sehingga diperoleh

Kecamatan Medan Petisah mewakili lingkar dalam dan Kecamatan Medan

Perjuangan mewakili lingkar luar.

2. Peneliti menentukan sekolah dasar yang akan dijadikan lokasi penelitian

dengan menggunakan teknik random, dimana setiap nama sekolah dasar negeri dan

swasta pada masing-masing kecamatan ditulis dikertas kemudian dilakukan random

sehingga diperoleh satu sekolah negeri dan satu sekolah swasta mewakili setiap

kecamatan. Setiap sekolah yang memiliki jenjang kelas III dan IV lebih dari satu

ruang kelas kemudian dilakukan random sehingga terpilih kelas yang akan dijadikan

sampel. Orangtua anak kelas III dan IV yang terpilih pada setiap sekolah dijadikan

subjek penelitian.

3. Peneliti mempersiapkan kelengkapan administrasi surat izin dari Komisi

Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran USU dan Dinas Pendidikan

Kota Medan untuk kemudian dibawa ke sekolah yang ditentukan dalam meminta izin

dan jadwal dilakukannya penelitian kepada pihak sekolah.

4. Peneliti memberikan lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian,

informed consent dan kuesioner yang ditujukan kepada orangtua melalui murid kelas

III dan IV yang terpilih pada sekolah tersebut pada waktu yang ditentukan. Angket

atau kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti pada hari keempat. Kuesioner yang

belum dikembalikan maka diberi tenggang waktu 2 hari berikutnya untuk dikumpul

kembali.

5. Kuesioner yang telah selesai dikumpul selanjutnya diolah dan dianalisis

oleh peneliti.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data menggunakan komputer dengan Statistical

(50)

3.7.1 Pengolahan Data

a. Editing (penyuntingan data). Editing adalah memeriksa dan meneliti

kembali kelengkapan jawaban kuesioner yang telah dikembalikan.

b. Coding (pengkodean data). Mengubah data yang telah terkumpul kedalam

bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.

c. Data Entry (pemasukan data). Data yang selesai di-coding selanjutnya

dimasukkan dalam tabulasi.

d. Saving (penyimpanan data). Data yang telah ditabulasi kemudian disimpan

sebelum diolah dan dianalisis.

d. Cleaning data (pembersihan data). Tahap ini data yang ada ditandai

diperiksa kembali untuk mengkoreksi kemungkinan suatu kesalahan yang ada.

3.7.2 Analisis Data 3.7.2.1 Analisis univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau

besarnya proporsi variabel yang diteliti.

3.7.2.2 Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen (tingkat pendidikan dan sosioekonomi) dengan variabel dependen

(pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi

permanen anak). Hasil analisis ini akan diketahui variabel independen yang bermakna

secara statistik dengan variabel dependen. Teknik analisis yang digunakan adalah uji

Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (p<0,05).

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut:

1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Peneliti meminta secara sukarela responden penelitian untuk berpartisipasi

(51)

menandatangani lembar persetujuan responden penelitian untuk berpartisipasi dalam

kegiatan penelitian.

2. Kerahasiaan (Confidentialty)

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiannya oleh peneliti,

karena itu data yang ditampilkan dalam bentuk kelompok bukan data pribadi

masing-masing responden.

3. Ethical Clearance

Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada

Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan berdasarkan ketentuan yang bersifat

(52)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini terdiri dari 284 orang yang berasal dari 2

kecamatan yaitu Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

Setiap kecamatan terdiri dari 142 orangtua. Karakteristik responden meliputi jenis

kelamin, usia, pendidikan terakhir dan sosioekonomi. Berdasarkan jenis kelamin

diperoleh responden dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 182 orang

(64,1%) dan jenis kelamin laki-laki 102 orang (35,9%). Berdasarkan usia, diketahui

bahwa usia paling banyak hingga paling sedikit adalah adalah usia 35-44 tahun

(64,8%), usia 45-54 tahun (21,8%), usia 25-34 tahun (9,5%) dan usia 55-64 tahun

(11%) (Tabel 4).

Tabel 4. Distribusi karakteristik responden berdasarakan jenis kelamin dan usia

No Karakteristik n (%)

1 Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan

102 (35,9) 182 (64,1)

2 Usia:

25-34 tahun 35-44 tahun 45-54 tahun 55-64 tahun

27 (9,5) 184 (64,8)

62 (21,8) 11 (3,9)

Total 284 (100)

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh bahwa

tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SMA dengan jumlah 132 orang

(46,5%) sedangkan responden dengan tingkat pendidikan SD paling sedikit yaitu 15

(53)

rendah sebanyak 164 orang (57,8%) dan pendidikan tinggi 120 orang (42,2%) (Tabel

5).

Tabel 5. Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan

No Pendidikan n(%)

1 Rendah SD SMP SMA

15 (5,3) 17 (6,0) 132 (46,5) 2 Tinggi

Perguruan Tinggi/Kuliah 120 (42,2)

Total 284 (100)

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan diperoleh bahwa jenis

pekerjaan paling banyak adalah wiraswasta/pedagang 128 (45,1%) dan jenis

pekerjaan paling sedikit yaitu petani sebanyak 2 orang (0,7%). Responden dapat

dikategorikan bekerja sebanyak 213 orang (75%) sedangkan responden yang tidak

bekerja sebanyak 71 orang (25%). Berdasarkan total pendapatan keluarga tiap bulan,

responden dengan perekonomian rendah sebanyak 68 orang (23,9%) dan

perekonomian tidak rendah sebanyak 216 orang (76,1%). Faktor sosioekonomi

responden ditentukan dengan penjumlahan skor pekerjaan dan penghasilan

sebagaimana telah ditentukan dalam metode penelitian sehingga diperoleh responden

dengan sosioekonomi baik sebanyak 159 orang (56,0%), sosioekonomi sedang

sebanyak 109 orang (38,4%) dan sosioekonomi kurang sebanyak 16 orang (5,6%)

(54)

Tabel 6. Distribusi karakteristik responden berdasarkan sosioekonomi

Tidak Bekerja 71(25,0)

2 Pendapatan Rendah

< Rp 1.500.000 (perkapita) Tinggi

≥ Rp .500.000 (perkapita)

68 (23,9)

4.2 Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Kuesioner penelitian pada bagian pengetahuan terdiri atas 11 pertanyaan

berkesinambungan meliputi 2 bagian yaitu pembuka dan inti. Pertanyaan pembuka

mengenai pengalaman pernah menerima informasi dan sumber informasi cedera gigi

dan mulut. Hasil penelitian menunjukkan dari 284 responden terdapat 144 orang

(50,7%) yang pernah menerima informasi mengenai cedera gigi dan mulut dan 140

orang (49,3%) yang tidak pernah menerima informasi cedera gigi dan mulut. Sumber

informasi paling banyak diperoleh responden yang pernah menerima informasi adalah

berasal dari dokter gigi yaitu 79 orang (54,9%), media cetak sebanyak 33 orang

(22,9%), media internet sebanyak 18 orang (12,5%), perawat/bidan sebanyak 8 orang

(5,5%) dan dokter umum sebanyak 6 orang (4,2%).

Pertanyaan inti terdiri atas 9 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang

penanganan darurat trauma avulsi pada gigi permanen anak. Persentase pengetahuan

(55)

dan mulut terjadi adalah 37,3% dan yang menjawab dengan benar mengenai jenis gigi

yang avulsi berdasarkan ilustrasi kasus yang diberikan adalah 29,6%. Pertanyaan

pengetahuan mengenai tindakan pertama yang dilakukan terhadap gigi yang

mengalami avulsi dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 6,0% dan waktu

terbaik melakukan perawatan gigi dan mulut pada cedera gigi permanen avulsi

dijawab dengan benar sebanyak 58,8%. Pertanyaan pengetahuan mengenai perlakuan

sebelum melakukan replantasi gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar oleh

responden sebanyak 32,7% dan cara membawa gigi yang mengalami avulsi dijawab

dengan benar sebanyak 7,7%. Pertanyaan pengetahuan mengenai media

penyimpanan gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar sebanyak 6,3% dan

waktu ekstra-alveolar gigi yang avulsi dijawab dengan benar sebanyak 12,3%.

Pertanyaan pengetahuan orangtua mengenai tempat yang tepat untuk mendapatkan

perawatan lanjutan dijawab dengan benar sebanyak 87,0% (Tabel 7).

Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak

No Pengetahuan

n (%)

Benar Salah

1 Tindakan pertama saat cedera gigi dan mulut terjadi

106 (37,3) 178 (62,7)

2. Jenis gigi yang avulsi berdasarkan ilustrasi kasus pada kuesioner

84 (29,6) 200 (70,4)

3. Tindakan pertama terhadap gigi avulsi 17 (6,0) 267 (94,0) 4. Waktu terbaik menerima perawatan gigi dan

mulut setelah terjadi avulsi

167 (58,8) 117 (41,2)

5. Perlakuan sebelum dilakukan replantasi pada gigi avulsi

93 (32,7) 191 (67,3)

Gambar

Tabel                                                                                                                  Halaman
Gambar 1. Gambaran klinis gigi avulsi21
Gambar 3.  Mencuci gigi avulsi  dengan air mengalir25
Gambar 4. Replantasi gigi avulsi27
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara Pendidikan dengan Sikap Responden tentang Penanganan Darurat Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia ..... Hubungan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan sosioekonomi terhadap pengetahuan dan sikap orangtua mengenai penanganan darurat trauma avulsi

Penanganan darurat yang dapat dilakukan pada avulsi gigi permanen adalah dengan menyimpan gigi avulsi tersebut ke dalam media penyimpanan yang fisiologis, kemudian anak

Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan bermakna terhadap pengetahuan ( p =0,001) dan sikap ( p =0,001) orangtua tentang

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian, risiko, keuntungan dan hak-hak saya sebagai subjek peneltian yang berjudul : “Pengetahuan dan Sikap Orang Tua Tentang

Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan bermakna terhadap pengetahuan (p=0,037) dan sikap (p=0,038) orangtua tentang penanganan

Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan bermakna terhadap pengetahuan (p=0,037) dan sikap (p=0,038) orangtua tentang penanganan

Hubungan antara Pendidikan dengan Sikap Responden tentang Penanganan Darurat Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia .... Hubungan