PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANGTUA TENTANG
PENANGANAN DARURAT TRAUMA AVULSI GIGI
PERMANEN ANAK DI KECAMATAN MEDAN
PETISAH DAN KECAMATAN MEDAN
PERJUANGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
ELSI MARGARETHA SILALAHI
NIM: 110600122
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Kedokteran Gigi Anak
Tahun 2015
Elsi Silalahi
Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi
Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan
Perjuangan.
xi + 62 halaman
Kasus trauma gigi merupakan masalah serius pada kesehatan gigi dan anak
yang sebagian besar bersifat irreversibel sehingga membutuhkan perawatan
berkelanjutan sepanjang hidup pasien. Salah satu jenis trauma gigi yang paling serius
adalah trauma avulsi pada gigi permanen yang mencapai 0,5%-16% dari seluruh jenis
trauma gigi yang melibatkan gigi permanen. Prognosis perawatan trauma avulsi
sangat dipengaruhi penanganan darurat trauma gigi oleh orang terdekat anak
diantaranya adalah orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
tingkat pendidikan dan sosioekonomi terhadap pengetahuan dan sikap orangtua serta
hubungan pengetahuan terhadap sikap orangtua mengenai penanganan darurat trauma
avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan
Perjuangan.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian
cross sectional terhadap 284 orangtua dari Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan
Medan Perjuangan. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang disampaikan
kepada orangtua melalui murid sekolah dasar dan dianalisis secara statistik
menggunakan uji Chi-Square pada α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan
bermakna terhadap pengetahuan (p=0,001) dan sikap (p=0,001) orangtua tentang
penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah
bermakna terhadap pengetahuan (p=0,854) dan sikap (0,947) orangtua tentang
penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah
dan Kecamatan Medan Perjuangan. Pengetahuan tentang penanganan darurat trauma
avulsi gigi permanen anak memiliki hubungan yang bermakna (p=0,00) terhadap
sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di
Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.
Tingkat pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma gigi dan
mulut terutama avulsi gigi sangat rendah namun demikian orangtua menunjukkan
sikap positif terhadap keinginan untuk meningkatkan pengetahuannya. Pelayanan
kesehatan setempat terutama dokter gigi perlu melakukan program edukasi dan
publikasi untuk meningkatkan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat
trauma avulsi gigi permanen anak.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 2 Juli 2015
Pembimbing: Tanda Tangan
Ami Angela Harahap, drg,. Sp. KGA., M.Sc ...
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 2 Juli 2015
TIM PENGUJI
KETUA : Yati Roesnawi, drg
ANGGOTA : 1. Essie Octiara, drg., Sp. KGA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi
permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Selama
penulisan proposal ini, penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan serta doa dari
berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih setulusnya kepada Ayahanda C.
Silalahi SE dan Ibunda R. Gultom S.Pd, abang saya Modest D. Silalahi S.Sos, adik
saya Afriani Silalahi dan Septian Silalahi yang telah memberi dukungan tak terhingga
selama penulis mendapatkan pendidikan akademik dan menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Nazruddin, drg., C. Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Yati Roesnawi, drg., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak
(IKGA).
3. Ami Angela Harahap, drg., Sp.KGA., M.Sc selaku dosen pembimbing yang
telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing
penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara, khususnya staf pengajar dan staf administrasi departemen IKGA yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis.
5. Kepala Sekolah, staf pengajar, murid-murid dan orangtua murid SDN
060841, SDN 060856. SD Sw Kalam Kudus, SD Sw RK Budi Murni 6 yang telah
6. Sahabat-sahabat terbaikku; angkatan 2011, KK Integrity dan ALBUMED
terkhusus Tiurma, Yohana, Rikha, Lilanti yang banyak memotivasi dan membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulis masih dalam proses pembelajaran sehingga
skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak guna penyempurnaan skripsi ini. Penulis
mengharapkan skripsi ini dapat digunakan dan memberikan manfaat serta sumbangan
pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu kedokteran gigi dan
masyarakat.
Medan, Juni 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Hipotesis Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan ... 6
2.1.1 Pengetahuan ... 6
2.1.2 Sikap... 7
2.1.3 Tindakan... 8
2.2 Pengertian dan Klasifikasi Trauma Gigi ... 8
2.3 Trauma Avulsi ... 9
2.3.1 Etiologi Trauma Avulsi ... 10
2.3.2 Prevalensi Trauma Avulsi ... 11
2.3.3 Efek Trauma Avulsi ... 11
2.4 Penanganan Darurat Trauma Avulsi ... 12
2.4.2 Waktu Ekstra-Alveolar ... 14
3.5.1 Definisi Operasional Faktor Risiko ... 24
3.5.2 Definisi Operasional Pengetahuan Orangtua ... 26
3.5.3 Definisi Operasional Sikap Orangtua ... 31
3.6 Metode Pengumpulan Data dan Pelaksanaan Penelitian ... 33
3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 34
3.7.1 Pengolahan Data... . 35
3.7.2 Analisis Data ... 35
3.8 Etika Penelitian... . 35
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden ... 37
4.2 Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 39
4.3 Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 41
4.4 Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan ... 44
4.5 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Pengetahuan .... 44
4.7 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Sikap ... 45
4.8 Hasil Analisi Statistik Pengetahuan dengan Sikap ... 46
BAB 5 PEMBAHASAN ... 47
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
6.1 Kesimpulan ... 57
6.2 Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Definisi Operasional Faktor Risiko... . 24
2. Definisi Operasional Pengetahuan Orangtua... 27
3. Definisi Operasional Sikap Orangtua ... 31
4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia 37
5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 38
6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Sosioekonomi ... 39
7. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang
Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 40
8. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Orangtua ... 41
9. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap tentang
Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 42
10. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Sikap
Orangtua ... 43
11. Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan
Pengetahuan ... 44
12. Distribusi Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Pengetahuan .. 44
13. Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Sikap ... 45
14. Distribusi Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Sikap ... 45
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambaran Klinis Gigi Avulsi ... 10
2. Gambaran Radiografi Gigi Avulsi... 10
3. Mencuci Gigi Avulsi dengan Air Mengalir... 12
4. Replantasi Gigi Avulsi... 14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Lembar Penjelasan Kepada Orangtua
2. Lembar Persetujuan setelah Penjelasan (Informed Concent)
3. Kuesioner
4. Daftar Hasil Penelitian
5. Surat Persetujuan Pelaksanaan Penelitian dari Komisi Etik
6. Surat Izin Melakukan Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Medan
7. Surat Selesai Melakukan Penelitian dari SDN 060856
8. Surat Selesai Melakukan Penelitian dari SDN 060841
9. Surat Selesai Melakukan Penelitian dari SD Sw Kalam Kudus
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Kedokteran Gigi Anak
Tahun 2015
Elsi Silalahi
Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi
Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan
Perjuangan.
xi + 62 halaman
Kasus trauma gigi merupakan masalah serius pada kesehatan gigi dan anak
yang sebagian besar bersifat irreversibel sehingga membutuhkan perawatan
berkelanjutan sepanjang hidup pasien. Salah satu jenis trauma gigi yang paling serius
adalah trauma avulsi pada gigi permanen yang mencapai 0,5%-16% dari seluruh jenis
trauma gigi yang melibatkan gigi permanen. Prognosis perawatan trauma avulsi
sangat dipengaruhi penanganan darurat trauma gigi oleh orang terdekat anak
diantaranya adalah orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
tingkat pendidikan dan sosioekonomi terhadap pengetahuan dan sikap orangtua serta
hubungan pengetahuan terhadap sikap orangtua mengenai penanganan darurat trauma
avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan
Perjuangan.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian
cross sectional terhadap 284 orangtua dari Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan
Medan Perjuangan. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang disampaikan
kepada orangtua melalui murid sekolah dasar dan dianalisis secara statistik
menggunakan uji Chi-Square pada α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan
bermakna terhadap pengetahuan (p=0,001) dan sikap (p=0,001) orangtua tentang
penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah
bermakna terhadap pengetahuan (p=0,854) dan sikap (0,947) orangtua tentang
penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah
dan Kecamatan Medan Perjuangan. Pengetahuan tentang penanganan darurat trauma
avulsi gigi permanen anak memiliki hubungan yang bermakna (p=0,00) terhadap
sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di
Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.
Tingkat pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma gigi dan
mulut terutama avulsi gigi sangat rendah namun demikian orangtua menunjukkan
sikap positif terhadap keinginan untuk meningkatkan pengetahuannya. Pelayanan
kesehatan setempat terutama dokter gigi perlu melakukan program edukasi dan
publikasi untuk meningkatkan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat
trauma avulsi gigi permanen anak.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kasus trauma gigi merupakan masalah serius pada kesehatan gigi anak.1 Trauma gigi diprediksi akan melampaui karies gigi dan penyakit periodontal sebagai
masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling signifikan pada anak.2 Trauma pada wajah sebagian besar bersifat irreversibel sehingga membutuhkan perawatan yang
berkelanjutan sepanjang hidup pasien.3
Studi pustaka pada tahun 1995-2007 dari berbagai negara menunjukkan
bahwa 25% dari seluruh anak sekolah dan 33% orang dewasa mengalami trauma gigi
permanen dengan berbagai variasi prevalensi berbeda disetiap negara.3,4 Salah satu jenis trauma gigi yang paling serius dari seluruh jenis trauma gigi yang terjadi adalah
trauma avulsi pada gigi permanen.2 Penelitian Dua dan Sharma menunjukkan dari 880 anak ditemukan kasus trauma gigi sebesar 14,5% dengan kasus trauma avulsi
sebesar 4,6%.5 Literatur menyebutkan kasus trauma avulsi terjadi sebanyak 0,5% -16% dari seluruh jenis trauma gigi yang melibatkan gigi permanen.6,7,8
Gigi yang paling banyak terlibat adalah gigi insisivus sentralis dan insisivus
lateralis atas yang dapat mengakibatkan kehilangan fungsinya sehingga menimbulkan
dampak negatif terhadap kualitas hidup, gangguan psikologis dan sosial.3,5,9 Berdasarkan tempat terjadinya trauma gigi, lokasi terjadinya cedera paling banyak
ditemukan di rumah (52%) dan di sekolah (41%) dari seluruh lokasi kejadian.5,10 Avulsi gigi ditandai dengan lepasnya gigi dari soket disertai kerusakan
struktur ligamen periodontal, pembuluh darah dan saraf yang parah dengan atau tanpa
disertai fraktur tulang alveolar.6,11 Prognosis gigi avulsi tergantung pada periode waktu antara kejadian trauma dengan replantasi, tipe dan kondisi media
penyimpanan, tahap pembentukan akar gigi dan kontaminasi benda asing.11,12
Penanganan trauma avulsi sangat dipengaruhi oleh peran orang di sekitar anak
menunjukkan bahwa 56,7% orangtua tidak mengetahui bahwa replantasi merupakan
perawatan pertama terhadap trauma avulsi.11 Idealnya, gigi avulsi harus direplantasikan segera kedalam soket untuk menghindari kerusakan jaringan
periodontal yang lebih parah. Penanganan darurat yang cepat dan tepat sangat penting
untuk mendapatkan prognosis terbaik dalam jangka panjang akibat avulsi terutama
pada anak.11,12
Perbedaan pengetahuan dan sikap orangtua terhadap penanganan tersebut
dipengaruhi oleh latar belakang berbeda seperti jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, daerah tempat tinggal dan sosioekonomi.1,12 Salah satu faktor tersebut tersebut dibuktikan Murali K et.al terhadap ibu di India bahwa ibu dengan latar
belakang pendidikan tinggi memiliki pengetahuan lebih baik tentang penanganan
darurat trauma avulsi (p<0,005) yaitu segera mengunjungi dokter gigi (49,2%) setelah
kejadian trauma (48,8%) dengan membawa gigi yang diselamatkan (58,2%).13 Penelitian serupa dilakukan Loo et.al namun tidak menemukan hubungan antara
tingkat pendidikan dengan pengetahuan (p=0,168).11 Beberapa literatur lainnya menunjukkan pengetahuan orangtua mengenai trauma avulsi tidak dipengaruhi oleh
latar belakang orangtua.8,12 Secara teori pengetahuan seseorang yang berbeda terhadap suatu objek akan menunjukkan sikap berbeda terhadap objek tersebut.14
Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti tertarik ingin mengetahui tingkat
pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi
permanen anak di Indonesia terutama di Kotamadya Medan.
1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Rumusan Umum
a. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dan sosioekonomi dengan
pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak
di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan?
b. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dan sosioekonomi dengan
sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di
c. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap orangtua tentang
penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah
dan Kecamatan Medan Perjuangan?
1.2.2 Rumusan Khusus
a. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan
orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan
Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan?
b. Apakah ada hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua
tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan
Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan?
c. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap orangtua
tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak Kecamatan Medan
Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan?
d. Apakah ada hubungan antara sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang
penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah
dan Kecamatan Medan Perjuangan?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan sosioekonomi
dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi
permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.
b. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan sosioekonomi
dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak
di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.
c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap orangtua
tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan
orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di
Kecamatan Medan Petisah dan Medan Perjuangan.
b. Untuk mengetahui hubungan sosioekonomi keluarga dengan pengetahuan
orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di
Kecamatan Medan Petisah dan Medan Perjuangan.
c. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan sikap orangtua
tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan
Medan Petisah dan Medan Perjuangan.
d. Untuk mengetahui hubungan sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang
penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan
Petisah dan Medan Perjuangan.
1.4 Hipotesis Penelitian
a. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang
penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah
dan Medan Perjuangan.
b. Ada hubungan sosioekonomi keluarga dengan pengetahuan orangtua
tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan
Petisah dan Medan Perjuangan.
c. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang
penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah
dan Medan Perjuangan.
d. Ada hubungan sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan
darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Medan
Perjuangan.
e. Ada hubungan pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat
trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Medan
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis
a. Diharapkan dapat menggambarkan besarnya tingkat pengetahuan dan sikap
orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak khususnya di
Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.
b. Memberikan informasi kepada orangtua mengenai penanganan darurat
trauma avulsi gigi permanen anak dan orangtua termotivasi untuk mewaspadai
aktivitas anak yang dapat menyebabkan trauma.
1.5.2 Manfaat Teoritis
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk penelitian
selanjutnya dan juga dapat menambah pengetahuan peneliti dalam melakukan
penelitian khususnya terhadap anak.
b. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pihak praktisi gigi untuk
memberikan informasi dan saran bagi tenaga kesehatan dalam memberikan edukasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta
lingkungan. Batasan ini memiliki dua unsur pokok yaitu respon pasif (pengetahuan,
persepsi dan sikap) maupun aktif (tindakan nyata atau praktis).14
Faktor-faktor yang memengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi
dua, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup pengetahuan,
kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah
rangsangan dari luar. Faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun
non-fisik seperti iklim, manusia, sosial, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.
Menurut Benyamin Bloom, perilaku diukur dari 3 aspek yaitu pengetahuan, sikap dan
tindakan.14
2.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang
tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan
terhadap masalah yang dihadapi. Pengetahuan dapat diperoleh secara alami dari
pengalaman langsung atau orang lain yang sampai kepada seseorang maupun secara
terencana melalui proses pendidikan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin
diukur dari subjek penelitian atau responden.14
Pengetahuan merupakan ranah kognitif yang mempunyai tingkatan, yaitu:14 1. Tahu, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang diperoleh atau rangsangan yang
diterima.
2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4. Analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis, yaitu kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian ke dalam
suatu bentuk keseluruhan tertentu yang baru.
6. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
2.1.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologi
sosial, menyatakan bahwa sikap merupakan suatu kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Pengetahuan, keyakinan dan emosi
memegang peranan penting dalam membentuk sikap. Pengukuran sikap dapat
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan
bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak
langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian
ditanyakan pendapat responden.14
Allport menjelaskan bahwa sikap memiliki tiga komponen pokok, yakni:14 a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:
1) Menerima, yakni orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).
2) Merespon, yakni memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan.
3) Menghargai, yakni mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.
4) Bertanggung jawab, yakni kemampuan bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko.
2.1.3 Tindakan
Suatu sikap belum tentu terwujud secara langsung dalam suatu tindakan.
Supaya sikap dapat terwujud menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan faktor
dukungan. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan
yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung dengan mengobservasi
tindakan atau kegiatan responden.14
2.2 Pengertian dan Klasifikasi Trauma Gigi
Secara umum trauma adalah luka atau cedera pada jaringan.Trauma dengan
kata lain disebut injuri, dapat diartikan sebagai kerusakan atau luka yang biasanya
disebabkan oleh tindakan-tindakan fisik dengan terputusnya kontinuitas normal suatu
struktur.15 Trauma gigi dapat diartikan sebagai kerusakan jaringan keras gigi dan atau periodontal karena terjadi kontak yang keras dengan suatu benda yang tidak terduga
sebelumnya pada gigi.16
Klasifikasi trauma gigi dilakukan untuk mendeskripsikan trauma sehingga
dokter gigi dapat mengenali jenis trauma dan dapat memberikan perawatan sesuai
dengan pengobatan yang direkomendasikan. Klasifikasi trauma gigi yang
World Health Organization (WHO) yang digunakan oleh International Association
of Dental Traumatology:17,18
a) Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa yang meliputi: retak
mahkota (crown infraction), fraktur enamel (enamel fracture), fraktur enamel-dentin
(uncomplicated crown fracture), fraktur mahkota kompleks (complicated crown
fracture), fraktur mahkota-akar kompleks (complicated crown-root fracture), fraktur
mahkota-akar tidak kompleks (uncomplicated crown-root fracture), fraktur hingga
akar (root fracture).
b) Kerusakan jaringan periodontal yang meliputi: konkusi, subluksasi, luksasi
ekstrusi, luksasi lateral, luksasi intrusi dan luksasi kompleks (avulsi).
c) Kerusakan pada gingiva dan mukosa mulut yang meliputi: laserasi,
kontusio dan luka abrasi.
d) Kerusakan pada jaringan tulang pendukung: kominusi soket alveolar
rahang atas dan rahang bawah, fraktur soket alveolar rahang atas dan alveolar rahang
bawah, fraktur prosesus alveolar rahang atas dan rahang bawah, fraktur korpus
rahang atas dan rahang bawah.
2.3 Trauma Avulsi
Avulsi merupakan lepasnya keseluruhan gigi dari soket disertai kerusakan
ligamen periodontal dengan atau tanpa fraktur alveolar.17 Avulsi pada gigi permanen merupakan trauma gigi paling serius karena menyebabkan kerusakan yang parah pada
jaringan pendukung, pembuluh darah dan saraf.6 Kerusakan pada pembuluh darah mengakibatkan gangguan suplai darah ke pulpa dan mengakibatkan nekrosis pada
Gambar 1. Gambaran klinis gigi avulsi21
Gambar 2. Gambaran radiografi gigi avulsi21
2.3.1 Etiologi Trauma Avulsi
Trauma gigi avulsi merupakan salah satu trauma gigi paling serius yang
disebabkan oleh berbagai etiologi. Usia 7-9 tahun merupakan usia paling rentan
terjadi kasus trauma avulsi yaitu saat masa gigi insisivus permanen erupsi dengan
ligamen periodontal yang masih longgar, akar gigi yang belum terbentuk sempurna
dan struktur tulang alveolar yang masih lemah.8
Penyebab terjadinya gigi avulsi antara lain terjatuh (36,4%), kecelakaan lalu
(13,6%).9 Faktor predisposisi penyebab trauma gigi adalah maloklusi Klas II divisi 1, gigi dengan overjet >3mm, keadaan yang memperlemah gigi seperti hipoplasia
enamel, anak penderita cerebral palsy dan anak dengan kebiasaan mengisap ibu jari
yang menyebabkan gigi anterior protrusif.10,22,23
2.3.2 Prevalensi Trauma Avulsi
Penelitian menunjukkan bahwa 25% dari seluruh anak sekolah dan 33% dari
remaja mengalami trauma pada gigi permanen.3 Kasus trauma avulsi terjadi sebanyak 0,5%-3% dari seluruh kasus trauma gigi dan sebanyak 0,5%-16% dari seluruh kasus
trauma gigi yang melibatkan gigi permanen.19,24
Berdasarkan tempat terjadinya trauma gigi, kejadian paling tinggi terjadi di
rumah sebanyak 43,87%-52% diikuti kejadian di sekolah, lapangan, pinggir jalan dan
tempat lainnya.5,10 Adapun gigi yang terlibat sebanyak 77% insisivus sentralis atas dan 11% insisivus lateralis atas.9 Trauma avulsi pada umumnya melibatkan satu gigi tetapi masih terdapat kemungkinan terjadi pada lebih dari satu gigi.8,9
2.3.3 Efek Trauma Avulsi
Trauma wajah dan gigi sering menimbulkan permasalahan khususnya pada
anak.22 Trauma pada bagian wajah berupa fraktur, perpindahan posisi, maupun kehilangan gigi dapat mengakibatkan dampak yang signifikan terhadap fungsi, estetik
dan psikologi pada anak.3,5 Kehilangan atau rusaknya gigi anterior pada anak juga menimbulkan masalah bagi orangtua karena anak akan menerima perawatan secara
berkelanjutan seumur hidupnya akibat kerusakan yang bersifat irreversibel sehingga
memengaruhi kualitas hidup anak.3
Avulsi pada gigi menimbulkan dampak negatif terhadap estetis, fungsi dan
psikologis baik pada anak maupun orangtua. Gigi permanen anterior memegang
peran penting terhadap perkembangan psikologis anak maupun remaja. Saat
keselarasan estetis dipengaruhi, anak-anak dan remaja cenderung menghindar untuk
tersenyum. Avulsi gigi juga menimbulkan dampak ekonomi karena melibatkan biaya
perawatan prostetik, ortodontik dan reimplantasi yang disertai dengan perawatan
endodontik.11
2.4 Penanganan Darurat Trauma Avulsi
Trauma avulsi pada gigi permanen merupakan salah satu dari beberapa situasi
darurat pada kedokteran gigi. Replantasi yang segera merupakan perawatan terbaik di
lokasi terjadinya trauma dan jika tidak dapat dilakukan replantasi dengan segera maka
terdapat alternatif seperti penggunaan berbagai media penyimpanan.6 Kesadaran masyarakat yang tinggi diperlukan dalam penanganan keparahan cedera yang tidak
terduga ini.Pastikan bahwa gigi yang mengalami avulsi bukan gigi sulung melainkan
gigi permanen. Replantasi tidak dilakukan pada gigi sulung karena dapat
memengaruhi pertumbuhan benih gigi permanen anak.24 Penanganan pertama gigi avulsi di tempat kejadian:24 1. Tenangkan pasien
2. Cari gigi yang terlepas dan ambil dengan memegang bagian mahkota gigi
(bagian yang paling putih). Hindarkan memegang pada bagian akar gigi.
3. Bersihkan gigi apabila ditemukan dalam keadaan kotor sekitar 10 detik
dengan air dingin mengalir kemudian reposisikan gigi kembali ke soketnya. Gigit
saputangan/ kain jika gigi sudah berada di posisinya untuk menahan gigi tersebut agar
tetap berada di posisinya.
4. Letakkan gigi dalam segelas susu atau pada medium lainnya yang sesuai
dan bawa bersama pasien ke klinik darurat apabila dalam keadaan tidak
memungkinkan untuk dilakukan tindakan replantasi (misalkan pasien dalam keadaan
tidak sadar). Gigi juga dapat dibawa dengan disimpan didalam mulut, meletakkannya
di pipi bagian dalam atau di bawah lidah jika pasien dalam keadaan sadar. Pasien
yang masih sangat muda/ anak-anak ada kemungkinan gigi akan tertelan sehingga
sebaiknya ludah diletakkan dalam suatu wadah dan gigi ditaruh kedalamnya.
Hindarkan penyimpanan dengan menggunakan air.
5. Gunakan media penyimpanan atau transport yang khusus seperti Hanks
Balanced Storage Medium jika ketersediaannya memungkinkan.
6. Cari perawatan gigi darurat dengan segera.
2.4.1 Replantasi
Perawatan avulsi dilakukan untuk menghindari atau meminimalisir
komplikasi dari dua akibat utama yaitu kerusakan perlekatan dan infeksi pulpa gigi.
Suplai darah melalui apeks tidak dapat terjadi sebagaimana mestinya saat gigi dalam
keadaan avulsi sehingga untuk mengembalikan suplai darah tersebut dapat dilakukan
tindakan replantasi.7
Replantasi merupakan pilihan terhadap kebanyakan kasus avulsi gigi namun
tidak selalu dapat dilakukan secara langsung. Terdapat beberapa keadaan dimana
replantasi tidak dapat dilakukan diantaranya gigi dengan karies yang parah, terjadi
kekeringan pada gigi atau media penyimpanan yang digunakan tidak memadai,
fraktur pada tulang alveolar, gigi permanen belum sempurna dengan akar pendek dan
apeks terbuka lebar, memiliki penyakit periodontal, pasien yang tidak kooperatif dan
memiliki kondisi sistemik yang parah seperti imunosupresi dan penyakit jantung yang
Gambar 4. Replantasi gigi avulsi27
Replantasi pada gigi hendaknya selalu diupayakan meskipun hanya sebagai
solusi sementara karena sering terjadi resorpsi eksternal akibat inflamasi. Gigi masih
dapat bertahan selama beberapa tahun untuk mempertahankan jarak dan memelihara
tinggi dan lebar alveolar meskipun resorpsi tetap terjadi. Keberhasilan penyembuhan
setelah replantasi dapat terjadi jika terdapat kerusakan minimal pada pulpa dan
ligamen periodontal dengan jenis media penyimpanan ekstra-alveolar dan waktu
ekstra-alveolar sebagai faktor kritis.28
2.4.2 Waktu Ekstraalveolar
Keberhasilan replantasi sangat berhubungan dengan lamanya waktu gigi di
luar mulut. Semakin lama gigi berada di luar mulut semakin kecil kemungkinan
sel-sel jaringan ligamen periodontal untuk dapat bertahan hidup.Sebagaimana diketahui
fungsi ligamen periodontal adalah untuk mempertahankan gigi di dalam soket gigi,
menahan tekanan pengunyahan, melindungi pembuluh darah, limfe, dan saraf yang
menyuplai gigi, membantu menahan gigi agar tidak miring atau berputar.29
Replantasi sebaiknya dilakukan dalam waktu sesegera mungkin.13 Tindakan ini dilakukan dengan tujuan mencegah terjadinya kekeringan yang dapat
menyebabkan hilangnya kemampuan metabolisme fisiologis secara normal dan
morfologi sel ligamen periodontal. Penelitian menunjukkan bahwa ligamen
dan waktu paling optimal untuk dilakukan replantasi untuk memperoleh prognosis
terbaik adalah 5 menit pertama namun kenyataannya, upaya replantasi dilakukan pada
15-20 menit pertama.17,20,24
2.4.3 Media Penyimpanan
Perhatian utama pada perawatan awal avulsi adalah untuk mempertahankan
vitalitas jaringan periodontal pada pemukaan akar sehingga replantasi harus
dilakukan segera setelah terjadi cedera. Dibutuhkan kemampuan dan pengetahuan
yang memadai mengenai protokol perawatan avulsi gigi karena replantasi sesegera
mungkin tidak selamanya dapat dilakukan.20 Media penyimpanan diperlukan untuk mempertahankan gigi dari kekeringan selama waktu terlepas hingga akan dilakukan
replantasi.6
Mempertahankan gigi dilakukan pada media yang kelembabannya ideal untuk
dapat melindungi viabilitas sel pulpa dan ligamen periodontal pada permukaan akar
gigi selama mungkin.29 Penelitian mengarah kepada perkembangan media penyimpanan yang menghasilkan kondisi yang menyerupai lingkungan alveolar
sebenarnya. Beberapa persyaratan media yang ideal diantaranya adalah dapat
menghasilkan klon sel, mengandung antioxidan, tanpa atau minimal kontaminasi
mikroba, osmolalitas dan pH fisiologis yang sesuai serta mudah diperoleh dan
murah.6
2.4.3.1 Hank’s Balanced Salt Solution
Hank’s Balanced Salt Solution (HBSS) merupakan larutan salin standar, yang biasanya digunakan dalam penelitian biomedis untuk mendukung pertumbuhan
berbagai sel. Larutan HBSS bersifat biocompatible dengan sel-sel ligamen
periodontal karena mempunyai osmolalitas yang ideal yaitu 270-320 mOsm dan pH
yang seimbang, serta mengandung berbagi nutrien yang penting seperti kalsium,
fosfat, kalium dan glukosa yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme sel
ditemukan pada tempat-tempat kejadian trauma dan pada penggunaanya yang tidak
praktis dimana media ini harus digunakan pada inkubator terkontrol pada suhu 370C.6
Gambar 5. Hank’s Balanced Salt
Solution25
2.4.3.2 Susu
Susu memiliki beberapa karakteristik yang menguntungkan sebagai media
penyimpanan gigi avulsi. Susu merupakan cairan isotonik dengan pH yang hampir
netral dan osmolalitas yang fisiologis, tanpa atau minimal kontaminasi bakteri,
mengandung faktor pertumbuhan dan nutrisi sel yang essensial, paling mudah
ditemukan dimana saja dan murah. Susu mempunyai kemampuan dalam mendukung
kapasitas klonogenik sel-sel ligamen periodontal pada suhu ruang sampai 60 menit.6 Susu dapat mengurangi pembengkakan sel, meningkatkan viabilitas sel dan
perbaikan penyembuhan sel pada suhu yang lebih rendah. Penelitian fisiologis sel
menunjukkan kemampuan susu temperatur rendah untuk mendukung klonogenik sel
ligamen periodontal pada gigi avulsi lebih lama 45 menit dibandingkan dengan media
penyimpanan susu pada temperatur ruang.29 Susu yang efektif untuk digunakan adalah susu segar atau susu UHT yang dingin, sedangkan susu bubuk tidak
Beberapa penelitian menyatakan gigi yang disimpan dengan media susu dapat
bertahan sebanyak 70%-90%. International Association of Dental Traumatology dan
American Academy of Pediatric Dentistry menganjurkan penggunaan media susu
kepada dokter gigi maupun masyarakat umum sebagai media penyimpanan gigi yang
akan direplantasikan karena efek dan karakteristik yang menguntungkan serta mudah
diperoleh pada saat terjadi trauma.6
2.4.3.3 Salin Fisiologis
Salin memiliki osmolalitas dan pH yang fisiologis tetapi tidak terdapat ion
yang essensial dan glukosa yang merupakan kebutuhan fundamental untuk
mempertahankan metabolisme sel. Studi pustaka menyebutkan bahwa sel ligamen
periodontal tetap terjaga viabilitasnya selama 45 menit dengan tingkat mortalitas
20%. Salin fisiologis tidak lebih baik dibandingkan HBSS dan susu tetapi lebih baik
dibandingkan air dan saliva sehingga dapat disimpulkan bahwa salin fisiologis
bukanlah media yang adekuat untuk dijadikan sebagai media penyimpanan tetapi
masih dapat dijadikan sebagai media penyimpanan untuk waktu yang singkat.6
2.4.3.4 Air
Air memiliki karakteristik yang tidak adekuat sebagai media penyimpanan
karena terkontaminsi bakteri, hipotonis, pH dan osmolalitas tidak fisiologis yang
dapat menyebabkan lisis pada jaringan periodontal dan kematian jaringan secara
cepat. Air hanya dapat digunakan untuk menghindari gigi dari kekeringan tetapi tidak
adekuat dalam melindungi gigi avulsi.6
2.4.3.5 Saliva (vestibulum bukal)
Sama halnya dengan air, saliva manusia digunakan sebagai media
penyimpanan karena ketersediaanya yang mudah didapatkan tetapi memiliki
karakteristik yang tidak menguntungkan seperti osmolalitas dan pH yang tidak
fisiologis, kontaminasi bakteri yang tinggi dan hipotonis. Studi menunjukkan bahwa
daripada membiarkan gigi dalam kondisi kering karena efek penyerapan akan lebih
parah seiring dengan bertambahnya waktu.6
2.4.3.6 Air Kelapa
Air kelapa merupakan minuman yang alami yang dikemas kedap udara secara
biologis di dalam buah kelapa dan banyak ditemukan di Indonesia. Komposisi
elektrolit dari air kelapa menyerupai cairan intraseluler. Air kelapa juga unggul dalam
pemeliharaan kelangsungan hidup sel-sel ligamen periodontal karena adanya berbagai
nutrisi di dalamnya seperti protein, asam amino, vitamin dan mineral.6 Penyimpanan gigi avulsi pada air kelapa selama 15-120 menit sama efektifnya dengan HBSS
namun resorpsi inflamasi lebih sering terjadi setelah disimpan pada media ini
dibandingkan dengan penyimpanan dalam media susu.6,29
2.5 Perawatan Lanjutan
Penanganan darurat trauma avulsi diharapkan mampu dilakukan oleh
masyarakat secara luas, namun penanganan trauma avulsi tidak dapat diserahkan
sepenuhnya kepada masyarakat. Kegagalan dalam melakukan perawatan dapat
memicu terjadinya kehilangan gigi dini yang mengakibatkan gangguan estetis,
psikologis dan fungsi.30
Gigi avulsi yang sudah direplantasikan perlu dilakukan pencatatan riwayat
terjadinya trauma untuk memperkirakan kemungkinan hasil yang akan didapatkan.
Posisi gigi yang direplantasikan perlu diperkirakan dan diperbaiki jika
dibutuhkan.20,26 Tindakan ini dilakukan oleh karena gigi yang direplantasikan sebelum tiba di klinik gigi longgar didalam soket dan kemungkinan akan lepas dari
soket. Evaluasi terhadap media yang digunakan dilakukan apabila gigi avulsi
disimpan dalam media penyimpanan dan bila perlu dipindahkan ke media yang lebih
tepat sambil mengumpulkan data riwayat trauma dan pemeriksaan klinis.12,31
Penting untuk melakukan pemeriksaan tambahan berupa radiografi periapikal
pada sekitar gigi yang mengalami trauma pada saat pasien sampai ke klinik gigi baik
memastikan tidak ada bagian dari akar yang tertinggal pada soket dan gigi telah
avulsi sempurna.26,31
2.6 Prognosis
Prognosis dari keberhasilan penanganan truma avulsi dipengaruhi oleh
kecepatan dan ketepatan dalam pemberian perawatan darurat dan perawatan lanjutan
dalam mempertahankan vitalitas jaringan periodontal. Keberhasilan tersebut
tergantung pada beberapa faktor seperti waktu ekstraalveolar, media penyimpanan,
kontaminasi dan perlindungan jaringan periodontal.6,11,21,24
Prognosis terbaik terjadi jika gigi dilakukan replantasi dengan segera. Jika
gigi tidak dapat dilakukan replantasi dalam waktu 5 menit maka perlu disimpan
dalam media yang yang dapat mempertahankan vitalitas jaringan periodontal berupa
media fisiologis sebagai media terbaik.20 Gigi permanen yang mengalami avulsi perlu dipertimbangkan risiko kemungkinan terjadinya nekrosis pulpa, resorpsi akar dan
ankylosis.6 Pengetahuan mengenai penanganan gigi avulsi oleh masyarakat seperti orangtua, guru, maupun pangasuh anak yang pada umumnya selalu hadir pada saat
kejadian trauma memegang peranan penting terhadap prognosis kasus trauma avulsi
2.7 Kerangka Teori
Klasifikasi Trauma Dental
Prevalensi
Etiologi Avulsi
Efek
Replantasi
Orangtua/ Penjaga
Anak
Dokter Gigi Guru
Prognosis Perawatan
Lanjutan Pengetahuan dan
Sikap orang terdekat
Penanganan Darurat
Waktu Ekstra-alveolar
2.8 Kerangka Konsep
Orangtua
Faktor risiko:
Pendidikan
Sosioekonomi
Pengetahuan orangtua
tentang penanganan
darurat trauma avulsi
gigi permanen anak.
Orangtua
Faktor risiko:
Pendidikan
Sosioekonomi
Sikap orangtua tentang
penanganan darurat
trauma avulsi gigi
permanen anak.
Pengetahuan orangtua
tentang penanganan
darurat trauma avulsi
gigi permanen anak.
Sikap orangtua tentang
penanganan darurat
trauma avulsi gigi
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan
penelitian cross sectional.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 2 sekolah dasar di Kecamatan Medan Petisah
dan 2 sekolah dasar di Kecamatan Medan Perjuangan.
3.2.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian selama 2 bulan yaitu Februari - Juni 2015. Pengumpulan
data 2 minggu, pengolahan dan analisis data 1 bulan, penyusunan laporan 3 bulan.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh orangtua yang mempunyai anak dengan
gigi permanen usia 7-9 tahun di Kotamadya Medan.
3.3.2 Sampel
Penentuan sampel dilakukan dengan metode multistage cluster sampling.
Secara administrasi Kotamadya Medan terdiri dari 21 kecamatan yang
dikelompokkan menjadi 2 yaitu lingkar luar dan lingkar dalam. Lingkar dalam terdiri
atas 10 kecamatan yaitu: Kecamatan Medan Baru, Petisah, Barat, Helvetia, Polonia,
Medan Area, Medan Kota, Maimun, Medan Timur dan Medan Denai. Lingkar luar
terdiri atas 11 kecamatan yaitu: Kecamatan Medan Tuntungan, Selayang, Sunggal,
Berdasarkan metode yang digunakan diperoleh Kecamatan Medan Petisah dan
Kecamatan Medan Perjuangan dengan masing-masing jumlah sampel pada tiap
kecamatan 50% dari total sampel. Jumlah sampel diperoleh dengan menggunakan
rumus pengujian hipotesis untuk proporsi populasi tunggal:
√ √
keterangan:
n = besarnya sampel
Z /2 = nilai Z pada derajat kepercayaan 5% (1,96) Z1- = nilai Z pada kekuatan uji 90% (1,282) Po = proporsi yang telah diteliti 58,2%
Pa = proporsi alternatif/ taksiran proporsi yang sesungguhnya 48,2%
Pa-Po = dugaan selisih proporsi 10%
Besar minimum sampel untuk mewakili populasi adalah sebesar 259 orangtua.
Peneliti mengambil sampel dengan penambahan 1 menjadi 284 orangtua untuk
mengantisipasi terjadinya sampel drop-out sehingga masing-masing diperoleh 142
orangtua pada Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan untuk
mendapatkan distribusi data secara merata.
Sampel pada penelitian ini akan ditetapkan dalam dua kriteria, yaitu kriteria
inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah sampel yang dapat dimasukkan atau
layak untuk diteliti. Kriteria eksklusi adalah sampel yang sudah memenuhi kriteria
inklusi tapi dikeluarkan karena tidak dapat mengikuti penelitian.
Kriteria inklusi:
- Orangtua yang bertempat tinggal di Kecamatan Medan Petisah atau Medan
Perjuangan
- Orangtua yang memiliki anak dengan gigi permanen usia 7-9 tahun
- Orangtua dengan sehat jasmani dan rohani
Kriteria Eksklusi:
- Orangtua yang angket atau kuesionernya tidak dikembalikan kepada peneliti
- Orangtua yang tidak mengisi seluruh pertanyaan pada kuesioner
3.4 Variabel Penelitian
a) Variabel bebas/ independen: pendidikan dan sosioekonomi keluarga.
b) Variabel terikat/ dependen: pengetahuan dan sikap orangtua tentang
penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen.
c) Analisis hubungan pengetahuan dengan sikap orangtua: variabel bebas;
pengetahuan orangtua dan variabel terikat; sikap orangtua.
3.5 Defenisi Operasional
3.5.1 Defenisi Operasional Faktor Risiko
Tabel 1. Defenisi operasional faktor risiko
Variabel Defenisi
Operasional Hasil Ukur
Skala Ukur
Jenis Kelamin Pembagian jenis seksual yang di-tentukan secara biologis dan anatomis
1. Laki-laki tinggi terakhir yang ditamatkan orangtua/ responden
( Menurut BPS 2014)
1. Pendidikan rendah (tamat SD, tamat SMP) 2. Pendidikan sedang
(tamat SMA)
3. Pendidikan tinggi (tamat diploma,tamat sarjana/ perguruan tinggi)
Lanjutan Tabel 1. Defenisi operasional faktor risiko
Variabel Defenisi
Operasional Hasil Ukur
Skala
1. Pendidikan rendah (tamat SD, tamat
Lanjutan Tabel 1. Defenisi operasional faktor risiko
3.5.2 Defenisi Operasional Pengetahuan
Pengetahuan orangtua mengenai perawatan trauma avulsi gigi permanen anak
terdiri atas 2 pertanyaan pembuka; pengalaman memperoleh informasi serta sumber
memperoleh informasi cedera gigi dan mulut dan 9 pertanyaan inti pada Tabel 2.
Variabel Defenisi
Operasional Hasil Ukur
Skala
Tabel 2. Defenisi operasional pengetahuan orangtua
No Variabel Defenisi
Operasional Hasil Ukur
Skala
1. Menolong anak, bersihkan luka di bibir, suruh anak kumur-kumur dan berikan obat anti sakit. (0)
2. Menenangkan anak, hentikan perdarahan dengan menggigit kain selama beberapa jam hingga perdarahan berhenti dan anak disuruh beristirahat. (0)
3. Menenangkan anak, hentikan perdarahan dengan menggigit kain sambil membawa ke pelayanan medis. (1)
4. Menenangkan anak, bersihkan luka, dan kumur-kumur dengan obat anti kanan atas pada anak usia 9 tahun pada ilustrasi kasus
1. Gigi tetap/ permanen (1) 2. Gigi susu (0)
3. Tidak tahu (0)
Lanjutan Tabel 2. Defenisi operasional pengetahuan orangtua
No Variabel Defenisi
Operasional Hasil Ukur
Skala langsung pergi mencari perawatan medis.(0) serta mencari perawatan medis. (0)
Lanjutan Tabel 2. Defenisi operasional pengetahuan orangtua
No Variabel Defenisi Operasional posisinya dan ter-jatuh ditempat kotor sebelum dikembali-kan ke posisinya semula
1. Membersihkan gigi dengan air mengalir selama 10 detik. (1)
2. Membersihkan gigi dengan sikat sampai bersih. (0)
3. Membersihkan gigi dengan menggunakan tangan atau tissue. (0) 4. Membersihkan gigi
dengan menggunakan sabun atau alkohol. (0) 5. Tidak tahu. (0) kantong berisi es. (0) 3. Membungkus gigi
kedalam plastik kering. (0)
4. Memasukkan gigi ke dalam kantong berisi susu. (1)
Lanjutan Tabel 2. Defenisi operasional pengetahuan orangtua
No Variabel Defenisi
Operasional Hasil Ukur
Skala pada gigi yang lepas dari posisinya
1. Klinik dokter gigi (1) 2. Klinik dokter umum (0) 3. Bidan (0)
4. Rumah Sakit (0) 5. Tidak tahu (0)
Ordinal
Skala Pengukuran:
Tingkat pengetahuan diukur dengan setiap pertanyaan diberikan bobot nilai 1
jika benar dan 0 jika jawaban salah dengan nilai maksimal = 9 dan nilai minimal = 0.
Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden maka dapat dikategorikan tingkat
pengetahuan responden sebagai berikut: (Arikunto 2006)
a. Baik; apabila responden mampu menjawab dengan benar >75% dari
seluruh pertanyaan (skor 7-9).
b. Cukup; apabila nilai yang diperoleh responden berkisar 56%-75% dari
seluruh pertanyaan (skor 5-6).
c. Kurang; apabila nilai yang diperoleh responden <56% dari seluruh
pertanyaan (skor 0-4).
Pengubahan kategori pengetahuan kemudian dilakukan karena tidak sesuai
untuk pengolahan statistik sebagai berikut:
a. Baik; apabila responden mampu menjawab dengan benar ≥56% dari seluruh
pertanyaan (skor 5-9)
b. Kurang; apabila nilai yang diperoleh responden <56% dari seluruh
3.5.3 Defenisi Operasional Sikap Orangtua
Tabel 3. Defenisi operasional sikap orangtua
No Variabel Defenisi
Operasional Hasil ukur
Skala
5. Sangat Tidak Setuju (1)
Ordinal
5. Sangat Tidak Setuju (1)
Ordinal terlepas ke posisi-nya semula segera
5. Sangat Tidak Setuju (1)
Ordinal
5. Sangat Tidak Setuju (5)
Lanjutan Tabel 3. Defenisi operasional sikap orangtua
No Variabel Defenisi
Operasional Hasil Ukur
Skala
5. Sangat Tidak Setuju (1)
Ordinal
5. Sangat Tidak Setuju (5)
Ordinal gigi ke dokter gigi.
1. Sangat Setuju (5) 2. Setuju (4)
3. Ragu-ragu (3) 4. Tidak Setuju (2)
5. Sangat Tidak Setuju (1)
Ordinal
5. Sangat Tidak Setuju (1)
Ordinal
Skala pengukuran:
Pengukuran sikap menggunakan Skala Likert untuk pernyataan benar dan
pernyataan salah. Pernyataan benar atau positif dengan jawaban sangat setuju diberi
skor 5, setuju diberi skor 4, ragu-ragu diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 serta
sangat tidak setuju diberi skor 1 dan untuk pernyataan salah atau negatif dengan
jawaban sangat setuju diberi skor 1, setuju diberi skor 2, ragu-ragu diberi skor 3, tidak
minimal = 8. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden maka dapat
dikategorikan tingkat sikap responden sebagai berikut: (Setiawan 2010)
a. Sangat baik; apabila nilai yang diperoleh responden 76%-100% dari
seluruh pertanyaan (skor 31-40).
b. Baik; apabila nilai yang diperoleh responden berkisar 51%-75% dari
seluruh pertanyaan (skor 21-30).
c. Tidak baik; apabila nilai yang diperoleh responden 26%-50% dari seluruh
pertanyaan (skor 11-20).
d. Sangat tidak baik; apabila nilai yang diperoleh responden < 26% dari
seluruh pertanyaan (skor 8-10).
Pengubahan kategori sikap kemudian dilakukan karena tidak sesuai untuk
pengolahan statistik sebagai berikut:
a. Sangat baik; apabila nilai yang diperoleh responden 76%-100% dari
seluruh pertanyaan (skor 31-40).
b. Baik; apabila nilai yang diperoleh responden berkisar 51%-75% dari
seluruh pertanyaan (skor 21-30).
c. Tidak baik; apabila nilai yang diperoleh responden ≤50% dari seluruh
pertanyaan (skor 8-20).
3.6 Metode Pengumpulan Data dan Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan angket atau
kuesioner. Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir
formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada
seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan
informasi yang diperlukan oleh peneliti. Angket atau kuesioer pada penelitian ini
berisi daftar pertanyaan dengan bentuk pertanyaan tertutup dan terbuka. Angket
tersebut diberikan kepada orangtua melalui murid sekolah dasar kelas III dan IV.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat pengetahuan dan sikap
Tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Kota Medan dibagi atas 2 bagian yaitu 10 kecamatan di lingkar dalam dan
11 kecamatan di lingkar luar kemudian dilakukan random sehingga diperoleh
Kecamatan Medan Petisah mewakili lingkar dalam dan Kecamatan Medan
Perjuangan mewakili lingkar luar.
2. Peneliti menentukan sekolah dasar yang akan dijadikan lokasi penelitian
dengan menggunakan teknik random, dimana setiap nama sekolah dasar negeri dan
swasta pada masing-masing kecamatan ditulis dikertas kemudian dilakukan random
sehingga diperoleh satu sekolah negeri dan satu sekolah swasta mewakili setiap
kecamatan. Setiap sekolah yang memiliki jenjang kelas III dan IV lebih dari satu
ruang kelas kemudian dilakukan random sehingga terpilih kelas yang akan dijadikan
sampel. Orangtua anak kelas III dan IV yang terpilih pada setiap sekolah dijadikan
subjek penelitian.
3. Peneliti mempersiapkan kelengkapan administrasi surat izin dari Komisi
Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran USU dan Dinas Pendidikan
Kota Medan untuk kemudian dibawa ke sekolah yang ditentukan dalam meminta izin
dan jadwal dilakukannya penelitian kepada pihak sekolah.
4. Peneliti memberikan lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian,
informed consent dan kuesioner yang ditujukan kepada orangtua melalui murid kelas
III dan IV yang terpilih pada sekolah tersebut pada waktu yang ditentukan. Angket
atau kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti pada hari keempat. Kuesioner yang
belum dikembalikan maka diberi tenggang waktu 2 hari berikutnya untuk dikumpul
kembali.
5. Kuesioner yang telah selesai dikumpul selanjutnya diolah dan dianalisis
oleh peneliti.
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data menggunakan komputer dengan Statistical
3.7.1 Pengolahan Data
a. Editing (penyuntingan data). Editing adalah memeriksa dan meneliti
kembali kelengkapan jawaban kuesioner yang telah dikembalikan.
b. Coding (pengkodean data). Mengubah data yang telah terkumpul kedalam
bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.
c. Data Entry (pemasukan data). Data yang selesai di-coding selanjutnya
dimasukkan dalam tabulasi.
d. Saving (penyimpanan data). Data yang telah ditabulasi kemudian disimpan
sebelum diolah dan dianalisis.
d. Cleaning data (pembersihan data). Tahap ini data yang ada ditandai
diperiksa kembali untuk mengkoreksi kemungkinan suatu kesalahan yang ada.
3.7.2 Analisis Data 3.7.2.1 Analisis univariat
Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau
besarnya proporsi variabel yang diteliti.
3.7.2.2 Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen (tingkat pendidikan dan sosioekonomi) dengan variabel dependen
(pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi
permanen anak). Hasil analisis ini akan diketahui variabel independen yang bermakna
secara statistik dengan variabel dependen. Teknik analisis yang digunakan adalah uji
Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (p<0,05).
3.8 Etika Penelitian
Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut:
1. Lembar persetujuan (Informed Consent)
Peneliti meminta secara sukarela responden penelitian untuk berpartisipasi
menandatangani lembar persetujuan responden penelitian untuk berpartisipasi dalam
kegiatan penelitian.
2. Kerahasiaan (Confidentialty)
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiannya oleh peneliti,
karena itu data yang ditampilkan dalam bentuk kelompok bukan data pribadi
masing-masing responden.
3. Ethical Clearance
Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada
Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan berdasarkan ketentuan yang bersifat
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini terdiri dari 284 orang yang berasal dari 2
kecamatan yaitu Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.
Setiap kecamatan terdiri dari 142 orangtua. Karakteristik responden meliputi jenis
kelamin, usia, pendidikan terakhir dan sosioekonomi. Berdasarkan jenis kelamin
diperoleh responden dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 182 orang
(64,1%) dan jenis kelamin laki-laki 102 orang (35,9%). Berdasarkan usia, diketahui
bahwa usia paling banyak hingga paling sedikit adalah adalah usia 35-44 tahun
(64,8%), usia 45-54 tahun (21,8%), usia 25-34 tahun (9,5%) dan usia 55-64 tahun
(11%) (Tabel 4).
Tabel 4. Distribusi karakteristik responden berdasarakan jenis kelamin dan usia
No Karakteristik n (%)
1 Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan
102 (35,9) 182 (64,1)
2 Usia:
25-34 tahun 35-44 tahun 45-54 tahun 55-64 tahun
27 (9,5) 184 (64,8)
62 (21,8) 11 (3,9)
Total 284 (100)
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh bahwa
tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SMA dengan jumlah 132 orang
(46,5%) sedangkan responden dengan tingkat pendidikan SD paling sedikit yaitu 15
rendah sebanyak 164 orang (57,8%) dan pendidikan tinggi 120 orang (42,2%) (Tabel
5).
Tabel 5. Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan
No Pendidikan n(%)
1 Rendah SD SMP SMA
15 (5,3) 17 (6,0) 132 (46,5) 2 Tinggi
Perguruan Tinggi/Kuliah 120 (42,2)
Total 284 (100)
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan diperoleh bahwa jenis
pekerjaan paling banyak adalah wiraswasta/pedagang 128 (45,1%) dan jenis
pekerjaan paling sedikit yaitu petani sebanyak 2 orang (0,7%). Responden dapat
dikategorikan bekerja sebanyak 213 orang (75%) sedangkan responden yang tidak
bekerja sebanyak 71 orang (25%). Berdasarkan total pendapatan keluarga tiap bulan,
responden dengan perekonomian rendah sebanyak 68 orang (23,9%) dan
perekonomian tidak rendah sebanyak 216 orang (76,1%). Faktor sosioekonomi
responden ditentukan dengan penjumlahan skor pekerjaan dan penghasilan
sebagaimana telah ditentukan dalam metode penelitian sehingga diperoleh responden
dengan sosioekonomi baik sebanyak 159 orang (56,0%), sosioekonomi sedang
sebanyak 109 orang (38,4%) dan sosioekonomi kurang sebanyak 16 orang (5,6%)
Tabel 6. Distribusi karakteristik responden berdasarkan sosioekonomi
Tidak Bekerja 71(25,0)
2 Pendapatan Rendah
< Rp 1.500.000 (perkapita) Tinggi
≥ Rp .500.000 (perkapita)
68 (23,9)
4.2 Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak
Kuesioner penelitian pada bagian pengetahuan terdiri atas 11 pertanyaan
berkesinambungan meliputi 2 bagian yaitu pembuka dan inti. Pertanyaan pembuka
mengenai pengalaman pernah menerima informasi dan sumber informasi cedera gigi
dan mulut. Hasil penelitian menunjukkan dari 284 responden terdapat 144 orang
(50,7%) yang pernah menerima informasi mengenai cedera gigi dan mulut dan 140
orang (49,3%) yang tidak pernah menerima informasi cedera gigi dan mulut. Sumber
informasi paling banyak diperoleh responden yang pernah menerima informasi adalah
berasal dari dokter gigi yaitu 79 orang (54,9%), media cetak sebanyak 33 orang
(22,9%), media internet sebanyak 18 orang (12,5%), perawat/bidan sebanyak 8 orang
(5,5%) dan dokter umum sebanyak 6 orang (4,2%).
Pertanyaan inti terdiri atas 9 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang
penanganan darurat trauma avulsi pada gigi permanen anak. Persentase pengetahuan
dan mulut terjadi adalah 37,3% dan yang menjawab dengan benar mengenai jenis gigi
yang avulsi berdasarkan ilustrasi kasus yang diberikan adalah 29,6%. Pertanyaan
pengetahuan mengenai tindakan pertama yang dilakukan terhadap gigi yang
mengalami avulsi dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 6,0% dan waktu
terbaik melakukan perawatan gigi dan mulut pada cedera gigi permanen avulsi
dijawab dengan benar sebanyak 58,8%. Pertanyaan pengetahuan mengenai perlakuan
sebelum melakukan replantasi gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar oleh
responden sebanyak 32,7% dan cara membawa gigi yang mengalami avulsi dijawab
dengan benar sebanyak 7,7%. Pertanyaan pengetahuan mengenai media
penyimpanan gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar sebanyak 6,3% dan
waktu ekstra-alveolar gigi yang avulsi dijawab dengan benar sebanyak 12,3%.
Pertanyaan pengetahuan orangtua mengenai tempat yang tepat untuk mendapatkan
perawatan lanjutan dijawab dengan benar sebanyak 87,0% (Tabel 7).
Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak
No Pengetahuan
n (%)
Benar Salah
1 Tindakan pertama saat cedera gigi dan mulut terjadi
106 (37,3) 178 (62,7)
2. Jenis gigi yang avulsi berdasarkan ilustrasi kasus pada kuesioner
84 (29,6) 200 (70,4)
3. Tindakan pertama terhadap gigi avulsi 17 (6,0) 267 (94,0) 4. Waktu terbaik menerima perawatan gigi dan
mulut setelah terjadi avulsi
167 (58,8) 117 (41,2)
5. Perlakuan sebelum dilakukan replantasi pada gigi avulsi
93 (32,7) 191 (67,3)