• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Konsep Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Konsep Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KONSEP DIRI KLIEN YANG MENJALANI

HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

DR. PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Gita Apriani Br. Tarigan 121121087

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

Judul : Gambaran Konsep Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

Nama Mahasiswa : Gita Apriani Br. Tarigan

NIM : 121121087

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

Hemodialisa dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas, tetapi tindakan ini tidak akan mengubah perjalanan alami penyakit ginjal yang mendasari dan juga tidak akan mengembalikan seluruh fungsi ginjal. Pasien yang menjalani Hemodialisa mengalami berbagai masalah yang timbul akibat tidak berfungsinya ginjal dan akanmengalami perubahan psikososial yang dapat mempengaruhi konsep diri dalam kehidupan sehari-harinya. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran tentang konsep diri klien yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Jumlah sampel sebanyak 57 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klien yang menjalani Hemodialisa memiliki konsep diri positif sebanyak 33 orang (57,9%) yang terdiridari 5 (lima) komponen konsep diri, yaitu klien yang memiliki gambaran diri positif sebanyak 31 orang (54,4%), ideal diri realistis sebanyak 43 orang (75,4%), identitas diri jelas sebanyak 39 orang (68,4%), peran diri tidak memuaskan sebanyak 35 orang (61,4%), dan harga diri tinggi sebanyak 42 orang (73,7%). Direkomendasikan kepada perawat agar memberikan pendidikan kesehatan kepada klien yang memiliki konsep diri positif sehingga klien dapat mempertahankan atau meningkatkan konsep dirinya dengan respon koping yang adaptif, sedangkan klien yang memiliki konsep diri negatif, diharapkan kepada perawat agar memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan mengarahkan pada klien untuk menggunakan koping yang konstruktif dengan pendekatan yang empati dan komunikasi efektif.

(5)

Title : The Picture of the Client’s Self Concept Who Has Hemodialysis in Dr. Pirngadi General Hospital Medan

Name of student : Gita Apriani Br. Tarigan

Student Number : 121121087

Programme : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

Hemodialysis may prolong life without clear boundaries, but this action would not change the natural course of kidney disease and also would not return the entire kidney function. Patients undergoing hemodialysis experience a variety of problems arising from the functioning of the kidneys and will undergo psychosocial changes that may affect the self concept in everyday life. This study used a descriptive design that aims at identifying a picture of client’s self concept undergoing hemodialysis at Dr. Pirngadi general hospital Medan. It used a sample of 57 people with purposive sampling technique. Data collection used is questionnaire sheet. The results showed that clients who undergo hemodialysis have a positive life concept as many as 33 people (57,9%) consisting of 5 (five) components namely clients who have positive self image as many as 31 people (54,4%), have ideal self realistic as many as 43 people (75,4%), have a clear identity as many as 39 people (68,4%), have unsatisfying self roles as many as 35 people (61,4%) and have high self esteem as many as 42 people (73,7%). Recommended to nurses to provide health education to clients who have positive self concept so that the client can maintain or defend themselves with the concept of adaptive coping responsive whereas clients who have negative self concept are expected to nurse to provide optimal nursing care and direct the clients to use constructive coping with an empathetic approach and an effective communication.

(6)

PRAKATA

Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya

sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul “Gambaran

Konsep Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak

yang telah memberikan bimbingan dan dukungan dalam proses penyusunan

skripsi penelitian ini, sebagai berikut :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

2. Direktur dan pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan yang

telah memberikan izin melakukan penelitian dalam penyusunan skripsi

penelitian ini

3. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I, Ibu Evi Karota Bukit,

S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan II, dan Bapak Ikhsanuddin A. Harahap,

S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

4. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai Dosen Pembimbing

yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukan serta bimbingan

dalam menyelesaikan penyusunan skripsi penelitian ini

5. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai Dosen Penguji I dan Ibu

(7)

telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi penelitian ini

6. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

yang telah memberikan dukungan dan fasilitas dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi penelitian ini

7. Kedua Orang tua M. Tarigan dan M. Br. Perangin-angin, S.Pd tercinta yang

selama ini telah memberikan kasih sayang dan motivasinya, Suami saya

tersayang Ridwan Putraga atas dukungan, bantuan dan do’a nya, Pangeran

kecil saya tercinta Khalid Putraga yang menjadi motivasi saya dan menjadi

penyejuk hati, Adik-adik saya (Indah M Br. Tarigan, Gema R Tarigan, Betaria

M Tarigan) yang memberikan semangat dan bantuan kepada saya dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi penelitian ini

8. Teman-teman Se-Angkatan Keperawatan Ekstensi Tahun 2012 (Nuna, dek

Yuli, Junika, Erina dan lain-lain) yang telah memberikan bantuan dan

dukungan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi penelitian ini

Akhir kata saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan

ilmu keperawatan dan dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya demi

kemajuan ilmu keperawatan di masa yang akan datang.

Medan, Januari 2014

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

1.2 Pertanyaan Penelitian ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Hemodialisa ... 11

2.1.1 Defenisi Hemodialisa ... 11

2.1.2 Indikasi Hemodialisa ... 12

2.1.3 Prinsip Hemodialisa ... 12

2.1.4 Komplikasi Hemodialisa ... 13

2.2 Konsep Diri ... 14

2.2.1 Defenisi Konsep Diri ... 14

2.2.2 Teori Perkembangan Konsep Diri ... 14

2.2.3 Komponen Konsep Diri ... 16

2.2.4 Rentang Respon Konsep Diri ... 18

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri ... 20

2.2.6 Kriteria Kepribadian yang sehat ... 21

2.2.7 Gangguan Konsep Diri ... 22

2.2.8 Konsep Diri Klien Yang Menjalani Hemodialisa ... 25

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ... 29

3.1 Kerangka Penelitian ... 29

3.2 Defenisi Operasional ... 30

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 32

4.1 Desain Penelitian ... 32

4.2 Populasi dan Sampel ... 32

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 34

4.5 Instrumen Penelitian ... 35

(9)

4.5.2 Validitas Instrumen ... 37

4.5.3 Reliabilitas Instrumen ... 37

4.6 Pengumpulan Data ... 38

4.7 Analisa Data ... 39

4.7.1 Proses Pengolahan Data ... 39

4.7.2 Analisa Univariat ... 41

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

5.1 Hasil Penelitian ... 42

5.2 Pembahasan ... 49

BAB 6. KESIMPULAN dan REKOMENDASI ... 64

6.1 Kesimpulan ... 64

6.2 Rekomendasi ... 65

6.3 Keterbatasan Penelitian ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

2. Instrumen Penelitian

3. Tabel Uji Reliabilitas Instrumen

4. Tabel Distribusi Frekuensi

5. Jadwal Kegiatan Penelitian

6. Lembar Persetujuan Komisi Etik Penelitian

7. Lembar Izin Survey Awal Penelitian

8. Lembar Pengumpulan Data dan Selesai Penelitian

9. Lembar Pernyataan Keaslian Terjemahan

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 30

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden yang

Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pirngadi Medan (n=57) ... 43

Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Klasifikasi Konsep Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan (n=57) ... 45

Tabel 5.1.2.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Gambaran Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pirngadi Medan (n=57) ... 46

Tabel 5.1.2.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Ideal Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pirngadi Medan (n=57) ... 46

Tabel 5.1.2.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Identitas Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pirngadi Medan (n=57) ... 47

Tabel 5.1.2.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Peran Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pirngadi Medan (n=57) ... 48

Tabel 5.1.2.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Harga Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

(11)

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.2.4 Rentang Respon Konsep Diri Klien ... 18

(12)

Judul : Gambaran Konsep Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

Nama Mahasiswa : Gita Apriani Br. Tarigan

NIM : 121121087

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

Hemodialisa dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas, tetapi tindakan ini tidak akan mengubah perjalanan alami penyakit ginjal yang mendasari dan juga tidak akan mengembalikan seluruh fungsi ginjal. Pasien yang menjalani Hemodialisa mengalami berbagai masalah yang timbul akibat tidak berfungsinya ginjal dan akanmengalami perubahan psikososial yang dapat mempengaruhi konsep diri dalam kehidupan sehari-harinya. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran tentang konsep diri klien yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Jumlah sampel sebanyak 57 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klien yang menjalani Hemodialisa memiliki konsep diri positif sebanyak 33 orang (57,9%) yang terdiridari 5 (lima) komponen konsep diri, yaitu klien yang memiliki gambaran diri positif sebanyak 31 orang (54,4%), ideal diri realistis sebanyak 43 orang (75,4%), identitas diri jelas sebanyak 39 orang (68,4%), peran diri tidak memuaskan sebanyak 35 orang (61,4%), dan harga diri tinggi sebanyak 42 orang (73,7%). Direkomendasikan kepada perawat agar memberikan pendidikan kesehatan kepada klien yang memiliki konsep diri positif sehingga klien dapat mempertahankan atau meningkatkan konsep dirinya dengan respon koping yang adaptif, sedangkan klien yang memiliki konsep diri negatif, diharapkan kepada perawat agar memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan mengarahkan pada klien untuk menggunakan koping yang konstruktif dengan pendekatan yang empati dan komunikasi efektif.

(13)

Title : The Picture of the Client’s Self Concept Who Has Hemodialysis in Dr. Pirngadi General Hospital Medan

Name of student : Gita Apriani Br. Tarigan

Student Number : 121121087

Programme : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

Hemodialysis may prolong life without clear boundaries, but this action would not change the natural course of kidney disease and also would not return the entire kidney function. Patients undergoing hemodialysis experience a variety of problems arising from the functioning of the kidneys and will undergo psychosocial changes that may affect the self concept in everyday life. This study used a descriptive design that aims at identifying a picture of client’s self concept undergoing hemodialysis at Dr. Pirngadi general hospital Medan. It used a sample of 57 people with purposive sampling technique. Data collection used is questionnaire sheet. The results showed that clients who undergo hemodialysis have a positive life concept as many as 33 people (57,9%) consisting of 5 (five) components namely clients who have positive self image as many as 31 people (54,4%), have ideal self realistic as many as 43 people (75,4%), have a clear identity as many as 39 people (68,4%), have unsatisfying self roles as many as 35 people (61,4%) and have high self esteem as many as 42 people (73,7%). Recommended to nurses to provide health education to clients who have positive self concept so that the client can maintain or defend themselves with the concept of adaptive coping responsive whereas clients who have negative self concept are expected to nurse to provide optimal nursing care and direct the clients to use constructive coping with an empathetic approach and an effective communication.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Gagal ginjal merupakan suatu keadaan dimana terjadinya penurunan fungsi

ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan cairan yang berlebihan dari

dalam tubuh (Vitahealth,2007). Penurunan fungsi ginjal dapat terjadi akibat suatu

penyakit, kelainan anatomi ginjal dan penyakit yang menyerang ginjal itu sendiri.

Apabila hanya 10 % dari ginjal yang berfungsi, pasien dikatakan sudah sampai

pada penyakit ginjal end-stage renal disease(ESRD) atau penyakit ginjal tahap

akhir. Awitan gagal ginjal mungkin akut, yaitu berkembang sangat cepat dalam

beberapa jam atau dalam beberapa hari. Gagal ginjal dapat juga kronik, yaitu

terjadi perlahan dan berkembang perlahan, mungkin dalam beberapa tahun

(Baradero, 2009).

Menurut data dari The United States Renal Data System (USRDS)(2009),

Gagal Ginjal Tahap Akhir (GGTA) sering ditemukan dan prevalensi sekitar 10 %

sampai dengan 13%. Di Amerika Serikat jumlahnya mencapai 25 juta orang, dan di

Indonesia diperkirakan 12,5 % atau sekitar 18 juta orang (Suhardjono,2009).

Berdasarkan estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), secara global lebih

dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik. Sekitar 1,5 juta orang

harus menjalani hidup bergantung pada cuci darah (Hemodialisis). Di Indonesia,

berdasarkan Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh

Indonesia, jumlah pasien gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu

(15)

Berdasarkan data dari Indonesia RenalRegistry, suatu kegiatan registrasi

dariPerhimpunan Nefrologi Indonesia, pada tahun2007 jumlah pasien Hemodialisa

mencapai 2148 orang,sedangkan pada tahun 2008 jumlah pasien Hemodialisa

mengalami peningkatan menjadi 2260 orang. Salah satu faktor penyebab

meningkatnya angka penderita gagalginjal dari tahun ke tahun di dunia karena

kurangnya kesadaran masyarakat terhadap deteksi dini penyakit tersebut

(Ratnawati, 2011).

Menurut Depkes RI (2009) pada peringatan Hari Ginjal Sedunia, menyatakan

bahwa hingga saat ini terdapat sekitar 70 ribu orang pasien gagal ginjal kronik yang

memerlukan penanganan terapi cuci darah. Tetapi hanya 7.000 pasien gagal ginjal

kronik atau 10% yang dapat melakukan cuci darah yang dibiayai program Gakin

dan Askeskin (Setiawan, 2012).

Bila seseorang mengalami penyakit ginjal kronik sampai pada stadium 5 atau

telah mengalami penyakit ginjal kronik dimana laju filtrasi glomerulus 15 ml/menit

sehingga ginjal tidak mampu lagi menjalankan seluruh fungsinya dengan baik

maka dibutuhkanterapi untuk menggantikan fungsi ginjal. Hingga saat ini dialisis

dan transplantasi ginjal adalah tindakan yang efektif sebagai terapi untuk gagal

ginjal terminal (Cahyaningsih, 2009).

Dialisis dilakukan pada gagal ginjal untuk mengeluarkan zat-zat toksik dan

limbah tubuh yang dalam keadaan normal diekskresikan oleh ginjal yang sehat.

Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien.

Ada dua teknik utama yang digunakan dalam dialisis, yaitu Hemodialisa dan

(16)

Diperkirakan bahwa ada lebih dari 100.000 pasien yang akhir-akhir ini

menjalani Hemodialisa. Hemodialisa merupakan suatu proses pengobatan yang

digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis

jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan

penyakit ginjal stadium terminal (ESRD;end-stage renal disease) yang

membutuhkanterapi jangka panjang atau terapi permanen (Smeltzer & Bare, 2008).

Hemodialisa bekerja dengan cara kombinasi dari difusi (Pergerakan larutan

dari cairan pada konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah melalui

membran semipermeabel) dan ultrafiltrasi (Pergerakan larutan tekanan kedalam

membran semipermeabel), kelebihan cairan dikeluarkan melalui ultrafiltrasi dan

pembuangan hasil melalui difusi. Mineral-mineral dasar (seperti kalsium dan

bikarbonat) juga diganti melalui difusi (Ashley & Morlidge, 2008). Pasien-pasien

ini harus menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya (biasanya tiga kali seminggu

selama paling sedikit 3 atau 4 jam per kali terapi) atau sampai mendapat ginjal baru

melalui operasi pencangkokan yang berhasil (Arif & Kumala, 2011).

Meskipun Hemodialisa dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas,

tindakan ini tidak akan mengubah perjalanan alami penyakit ginjal yang mendasari

dan juga tidak akan mengembalikan seluruh fungsi ginjal. Pasien yang menjalani

Hemodialisamengalami berbagai masalah yangtimbulakibat tidak berfungsinya

ginjal. Haltersebut muncul setiap waktu sampai akhirkehidupan. Hal ini menjadi

stressor fisik yang berpengaruh pada berbagai dimensi kehidupan pasien yang

meliputi bio, psiko, sosio dan spiritual. Kelemahan fisik yangdirasakan seperti

(17)

pasien yang menjalani Hemodialisa.Ketidakberdayaan serta kurangnyapenerimaan

diri pasien menjadi faktor psikologis yang mampu mengarahkan pasien pada

tingkat stress, cemas bahkan depresi (Ratnawati, 2011).

Berdasarkan hasilpenelitian Ratnawati (2011) tentang Tingkat Kecemasan

Pasien dengan Tindakan Hemodialisa di BLUD RSU DR M.M Dunda Kabupaten

Gorontalo, didapatkan 20% responden mengalami tingkat kecemasan berat yang

disebabkan karena parahnya dari penyakit gagal ginjal tersebut, pada kecemasan

berat ini pasien merasa cemasakan perubahan-perubahan yang dialami

setelahmenjalani terapi Hemodialisa seperti perubahan gaya hidup dan seringkali

penderita yang Hemodialisa mengeluhkan rasa gatal.Rasa gatal tersebutbisa

disebabkan karena penyakitginjal dan bisa juga karena proses Hemodialisa.

Individu dengan Hemodialisa jangka panjang sering merasa khawatir akan

kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam kehidupannya.

Mereka biasanya menghadapi masalah finansial, kesulitan dalam mempertahankan

pekerjaaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, depresi akibat sakit

yang kronis dan ketakutan terhadap kematian. Pasien yang berusia lebih muda

sering merasa khawatir terhadap perkawinan mereka, anak-anak yang dimilikinya

dan beban yang ditimbulkan pada keluarga mereka (Smeltzer & Bare, 2008).

Pasien yang menjalani Hemodialisa akan mengalami masalah fisik, seperti

kelemahan, gatal-gatal pada kulit, rambut tipis, penurunanan berat badan

(malnutrisi) dan juga mengalami masalah psikososial seperti berdiam diri,

tidakingin bertemu dengan orang lain, merasa kecewa, putus asa, malu dan tidak

(18)

Salah satu aspek yang terjadi pada masalah psikososial adalah gangguan

konsep diri.Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan

dengan orang lain, termasuk persepsi individu mengenai sifat dan kemampuannya,

interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan

pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Konsep diri terdiri atas

komponen citra tubuh atau gambaran diri(body-image), ideal diri (self-ideal),

identitas diri (self-identity), peran diri(self-role)dan harga diri(self-esteem). Respon

individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang respon konsep diri

yaitu dari adaptif sampai maladaptif (Suliswati et al., 2005; Stuart, 2006; Dalami,

2009).

Individu dengan konsep diri positif dapat mengeksplorasi dunianya secara

terbuka dan jujur. Konsep diri positif adalah individu yang dapat mengidentifikasi

kemampuan dan kelemahannya secara jujur serta dalam menilai suatu masalah

individu berpikir secara positif dan realistik, sedangkan konsep diri negatif dapat

dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif (Suliswati et al., 2005).

Klien yang menjalani Hemodialisa akan mengalami perubahan psikososial

yang dapat mempengaruhi konsep dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Gangguan

konsep diri klien yang menjalani Hemodialisa meliputi lima (5) komponen konsep

diri, yaitu: gambaran diri (body-image) seperti klien akan mengalami perubahan

bentuk tubuh menjadi kurus, kulit gelap dan gatal-gatal, oedem atau bengkak, wajah

sembab dan perut yang membuncit, ideal diri (self-ideal)seperti klien akan merasa

(19)

Hemodialisa yang membatasi kemampuannya dalam melakukan keinginannya atau

menyelesaikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, identitas diri

(self-identity) seperti klien akan mengalami ketergantungan pada orang lain dalam

melakukan perawatan dirinya dalam kehidupan sehari-hari, peran diri (self-role)

seperti klien tidak bisa menjalani perannya secara maksimal semenjak menjalani

hemodialisa baik dalam keluarga maupun perannya dalam aktivitas sosial atau

pekerjaan, dan harga diri (self-esteem) seperti klien akan mengalami perasaan yang

negatif terhadap diri sendiri dan kurang percaya diri terhadap kondisi atau perubahan

fisik yang terjadi akibat dari penyakit yang dialaminya maupun efek samping dari

terapi Hemodialisa (Suliswati et al., 2005; Suharyanto, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati dan Rosita

(2008) mengenai Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecenderungan Depresi,

menunjukkan bahwa individu dengan konsep diri positif memiliki tingkat depresi

yang lebih rendah bila dibandingkan dengan individu dengan konsep diri negatif

disebabkan karena konsep diri yang dimiliki akan mempengaruhi individu dalam

proses berpikir, bersikap dan bertingkah laku.

Klienyang mempunyai keyakinan yang baik tentang kesehatannya akan dapat

meningkatkan konsep diri. Perawatan di rumah sakit, penyakit yang dialaminya,

tindakan pembedahan atau terapi pengobatan, perpisahan dari keluarga dan faktor

lainnya dapat mempengaruhi konsep diri. Penyakit kronis dapat mempengaruhi

kemampuan dalam memberikan dukungan finansial dan juga nilai diri serta peran

di dalam keluarga, sehingga perubahan ini dapat mengganggu konsep diri pasien

(20)

Memahami konsep diri sangat penting bagi perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan secara holistik dan utuh bukan hanya menyembuhkan penyakit

saja tetapi juga menghadapi individu yang mempunyai pandangan, nilai dan

pendapat tertentu tentang dirinya. Perawatan klien dengan gangguan konsep diri

diperlukan dalam merawat klien pada setiap tatanan pelayanan, baik di komunitas,

rumah sakit umum atau rumah sakit jiwa (Riyadi & Purwanto, 2009).

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit tipe

B dan rumah sakit umum daerah rujukandi provinsi Sumatera Utara maupun di

provinsi Aceh. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan memiliki ruang

hemodialisa dengan fasilitas mesin yang lengkap dan memadai, serta tenaga medis

yang professional dan berkompeten yang telah mengikuti pelatihan-pelatihan dan

mempunyai sertifikat mengenai Hemodialisa.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 21 Mei 2013

sampai dengan tanggal 24 Mei 2013 maka diperoleh data pasien yang menjalani

hemodialisa dari Rekam Medis ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pirngadi Medan dengan jumlah pasien pada tahun 2012 sebanyak 132 orang dan

pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret tahun 2013 sebanyak 50 orang

(Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan, 2013).

Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa klien yang sedang

menjalani Hemodialisa bahwa hampir sebagian besar peran klien dalam keluarga

mengalami perubahan karena tidak bekerja dan tidak bisa melakukan

kegiatan-kegiatan di luar rumah selama menjalani Hemodialisa serta merasa sedih bahkan

(21)

baik fisik maupun psikis. Klien yang baru menjalani Hemodialisa masih belum bisa

beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan efek samping yang terjadi (seperti mual

muntah, lemas, pusing, kulit kering dan gatal-gatal, rambut rontok), sedangkan

klien yang telah lama menjalani Hemodialisa memiliki semangatyang kuat

menjalani Hemodialisa karena rutin datang ke rumah sakit dan minum obat serta

adanya dukungan keluarga yang selalu menemani klien ke rumah sakit.

Berdasarkan latar belakang dan wawancara peneliti dengan klien yang

menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan melalui

survey awal maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Gambaran Konsep Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum

DaerahDr. Pirngadi Medan pada Tahun 2013.

1.2 PERTANYAANPENELITIAN

Bagaimana gambaran konsep diri klien yang menjalani Hemodialisa di

Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan.

1.3 TUJUANPENELITIAN 1.3.1Tujuan Umum :

Untuk mengidentifikasi gambaran konsep diri klien yang menjalani

Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan.

1.3.2Tujuan Khusus :

a. Untuk mengidentifikasi gambaran diri (body-image) klien yang

menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi

(22)

b. Untuk mengidentifikasi ideal diri (self-Ideal)klien yang menjalani

Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan.

c. Untuk mengidentifikasi peran diri (self-role)klien yang menjalani

Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan.

d. Untuk mengidentifikasi identitas diri (self-Identity)klien yang menjalani

Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan.

e. Untuk mengidentifikasi harga diri (self-esteem)klien yang menjalani

Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan.

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan

kepada mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan mengenai

konsep diri klien yang menjalani Hemodialisa serta memberikan tambahan atau

masukanbahan pengajaran keperawatan jiwa untuk membuat asuhan keperawatan

yang lebih optimal.

1.4.2Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi

dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal mengenai konsep diri klien

yang menjalani Hemodialisa dan dapat mengetahui atau mengenali keadaan klien

yang mengalami konsep diri positif atau konsep diri negatif sehingga perawat dapat

memberikan perhatian dan dukungan serta motivasi kepada klien yang menjalani

Hemodialisa dan agar perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan pada

(23)

mempertahankan atau makin meningkatkan konsep diri yang positif dan tidak

memiliki konsep diri yang negatif walaupun harus menjalani Hemodialisa

sepanjang hidupnya.

1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi atau

sumber data yang mendukung bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1HEMODIALISA 2.1.1Definisi Hemodialisa

Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam

keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari

hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau

end-stage renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau

permanen (Suharyanto, 2009).

Hemodialisa adalah suatu metode terapi dialisis yang digunakan untuk

mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut

ataupun secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakanproses tersebut (Arif &

Kumala, 2011).

Hemodialisa adalah pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser

yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah kembali lagi ke dalam

tubuh pasien. Hemodialisa memerlukan akses ke sirkulasi darah pasien, suatu

mekanisme untuk membawa darah pasien ke dan dari dializen (tempat terjadi

pertukaran cairan, elektrolit, dan zat sisa tubuh), serta dialiser (Baradero, 2008).

Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah

buangan. Hemodialisa digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau

pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat (Nursalam &

(25)

2.1.2 Indikasi Hemodialisa

Hemodialisa biasanya dimulai ketika bersihan kreatinin menurun di bawah

10 mL/menit, yang biasanya sebanding dengankadar kreatinin serum 8-10 mg/dL.

Namun demikian, yang lebih penting dari nilai laboratorium absolut adalah

terdapatnya gejala-gejala uremia (Tisher & Craig, 1997).

Indikasi dilakukan terapi dialisis, yaitu :

a. Relatif : Azotemia simtomatis berupa ensefalopati, toksin yang dapat didialisis

(keracunan obat).

b. Absolut : Perikarditis uremia, Hiperkalemia berat, kelebihan cairan yang tidak

responsif dengan diuretik (edema pulmonum), dan asidosis yang tidak dapat

diatasi (Tisher & Craig, 1997; Arif & Kumala, 2011).

2.1.3 Prinsip Hemodialisa

Tujuan Hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik

dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada hemodialisis, aliran

darah yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien

ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke

tubuh pasien (Suharyanto, 2009; Arif & Kumala, 2011).

Ada tiga prinsip yang mendasari kerja Hemodialisa, yaitu: difusi, osmosis dan

ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses

difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi ke cairan

dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari semua

elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kelebihan cairan

(26)

dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, dimana air bergerak dari

daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih

rendah (cairan dialisat). Gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan

tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan

negatif diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan penghisap pada membran dan

memfasilitasi pengeluaran air (Baradero et al., 2008; Suharyanto, 2009; Arif &

Kumala, 2011).

2.1.4 Komplikasi Hemodialisa

Komplikasi yang terjadi ketika menjalani terapi dialisis, mencakup hal-hal

sebagai berikut:

a. Hipotensi, dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan.

b. Emboli udara, merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja terjadi jika

udara memasuki sistem vaskular pasien.

c. Nyeri dada, dapat terjadi karena PCO2 menurun bersamaan dengan terjadinya

sirkulasi darah di luar tubuh.

d. Pruritus, dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir metabolisme

meninggalkan kulit.

e. Gangguan keseimbangan dialisis, terjadi karena perpindahan cairan serebral

dan muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini kemungkinan terjadi lebih

besar jika terdapat gejala uremia yang berat.

f. Kram otot yang nyeri, terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat

(27)

g. Mual dan muntah, merupakan peristiwa yang sering terjadi (Tisher & Craig,

1997; Ashley & Morlidge, 2008; Suharyanto, 2009; Sudoyo, 2010).

2.2KONSEP DIRI

2.2.1 Definisi Konsep Diri

Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial, dan spiritual (Sunaryo, 2004).

Konsep diri merupakan seperangkat keyakinan tentang diri individu

(Taylor & Shelley et al., 2009).

Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, dan

kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan

mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk

waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam

dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan realitas dunia (Stuart, 2006).

2.2.2Teori Perkembangan Konsep Diri

Konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman pribadi

individu berhubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia diluar

dirinya. Konsep diri berkembang terus mulai dari bayi hingga lanjut usia.

Pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri karena

keluarga dapat memberikan perasaan mampu dan tidak mampu, perasaan

diterima atau ditolak dan dalam keluarga individu mempunyai kesempatan untuk

mengidentifikasi dan meniru perilaku orang lain yang diinginkannya serta

merupakan pendorong yang kuat agar individu mencapai tujuan yang sesuaiatau

(28)

sosialisasi mempengaruhi konsep diri dan perkembangan kepribadian seseorang

(Suliswati et al, 2005).

Dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar

dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri positif dapat berfungsi lebih

efektif yang dapat dilihat dari hubungan interpersonal, kemampuan intelektual dan

penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan

individu dan sosial yang maladaptif (Dalami, 2009; Riyadi, 2009).

Karakteristik individu dengan konsep diri yang positif, yaitu :

1. Mampu membina hubungan pribadi, mempunyai teman dan mudah menjalin

persahabatan.

2. Mampu berpikir dan membuat keputusan.

3. Dapat beradaptasi dan mengusai lingkungan (Suliswati et al., 2005).

Karakteristik individu dengan konsep diri yang negatif, yaitu :

1. Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu.

2. Menghindari diskusi tentang topik dirinya.

3. Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat.

4. Mengingkari perubahan pada dirinya.

5. Peningkatan ketergantungan pada orang lain dan kurang bertanggung jawab.

6. Tanda dari keresahan, seperti marah, keputusasaan dan menangis.

7. Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya dan menolak usaha

rehabilitasi.

(29)

9. Tingkah laku yang merusak, seperti : penggunaan obat-obatan dan alkohol

(Carpenito, 1995 dalam Tarwoto & Wartonah, 2010).

2.2.3 Komponen Konsep Diri

Menurut Stuart (2006), Konsep diri terdiri atas komponen-komponen

berikut ini, yaitu :

a. Gambaran diri adalah kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak disadari

terhadap tubuhnya.

b. Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya

berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu.

c. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh

dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri.

Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri

sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan

tetap merasa sebagai individu yang penting dan berharga (Stuart, 2006). Harga

diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang

berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan

diri (NANDA, 2012). Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering

mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah

bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima di

lingkungan.

d. Peran diri adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan

(30)

e. Identitas diri adalah prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertanggung

jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu.

Konsep diri terdiri dari 5 komponen, yaitu gambaran diri (body-image),

ideal diri (self-ideal), harga diri (self-esteem), peran diri (self-role), dan identitas

diri (self-identity)(Sunaryo, 2004; Suliswati et al., 2005; Dalami, 2009: Riyadi &

Purwanto, 2009).

a. Gambaran diri (body-image) adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik

secara sadar maupun tidak sadar, meliputi: performance, potensi tubuh, fungsi

tubuh, serta persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh.

b. Ideal diri (self-ideal) adalah persepsi individu tentang perilakunya, disesuaikan

dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-cita, harapan, dan keinginan,

tipe orang yang diidam-idamkan, dan nilai yang ingin dicapai.

c. Harga diri (self- esteem) adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai,

dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai

dengan ideal diri.

d. Peran diri (self-role) adalah pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi yang

diharapkan individu berdasarkan posisinya di masyarakat.

e. Identitas diri (self-identity) adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber

dari pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep diri dan

menjadi satu kesatuan yang utuh.

Ciri-ciri individu dengan identitas diri yang jelas, yaitu :

1. Mengenal diri sebagai individu yang utuh terpisah dari orang lain.

(31)

3. Memandang perlu aspek diri sebagai suatu keselarasan.

4. Menilai diri sesuai dengan penilaian masyarakat.

5. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.

6. Mempunyai tujuan dan nilai yang disadari.

2.2.4 Rentang Respon Konsep Diri

Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Kerancuan Depersonalisasi Diri Positif RendahIdentitas

Skema 2.2.4: Rentang Respon Konsep Diri Klien (Sumber :Townsend, 1996 ;

Stuart& Sundeen 1998 dalam Dalami, 2009).

Setiap individu dalam kehidupannya tidak terlepas dari berbagai stressor,

dengan adanya stressor akan menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.

Dalam usaha mengatasi ketidakseimbangan tersebut individu menggunakan

koping yang bersifat membangun (konstruktif) ataupun koping yang bersifat

merusak (destruktif). Koping yang konstruktif akan menghasilkan respon yang

adaptif yaitu aktualisasi diri dan konsep diri yang positif, sedangkan koping yang

destruktif akan menimbulkan respon yang maladaptif berupa kekacauan identitas,

(32)

1. Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi suatu

masalah dapat menyelesaikannya secara baik antara lain :

a. Aktualisasi diri

Aktualisasi diri merupakan respon adaptif yang tertinggi karena individu

dapat mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya. Kesadaran akan diri

berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi masa lalu akan diri dan

perasaannya.

b. Konsep diri positif

Menunjukkan individu akan sukses dalam menghadapi masalah.

2. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana

individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Respon maladaptif

gangguan konsep diri adalah :

a. Gangguan harga diri

Transisi antara respon konsep diri positif dan mal-adaptif.

b. Kekacauan identitas

Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan

dalam mencapai tujuan.

c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri)

Tidak mengenal diri yaitu suatu perasaan tidak realistis dan merasa asing

dengan diri sendiri. Individu mengalami kesulitan membedakan diri sendiri

dari orang lain dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata atau merasa asing

(33)

diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain (Suliswati

et al, 2005 ; Stuart & Sundeen 1998 dalam Dalami, 2009).

2.2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri

1. Tingkat perkembangan dan kematangan

Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan, dan pertumbuhan

anak akan mempengaruhi konsep dirinya.

2. Budaya

Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompok,

dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak

lebih dekat pada lingkungannya.

3. Sumber eksternal dan internal.

Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap

konsep diri. Pada sumber internal, misalnya orang yang humoris koping

individunya lebih efektif. Sumber eksternal, misalnya adanya dukungan

dari masyarakat dan ekonomi yang kuat.

4.Pengalaman sukses dan gagal

Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri

demikian pula sebaliknya.

5. Stressor

Stressor dalam kehidupan, misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan

ketakutan. Jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan

(34)

6. Usia, keadaan sakit dan trauma

Usia tua dan keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya (Kozier,

2004 ;Tarwoto& Wartonah, 2010).

2.2.6 Kriteria Kepribadian Yang Sehat

Bagaimana individu berhubungan dengan orang lain adalah inti dari

kepribadian. Kepribadian tidak cukup diuraikan melalui teori perkembangan dan

dinamika diri sendiri. Pengalaman individu yang mempunyai kepribadian sehat,

meliputi :

1. Gambaran diri positif dan akurat

Kesadaran diri berdasarkan observasi mandiri dan perhatian yang sesuai

dengan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan yang lalu, akan diri

sendiri dan perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi tubuh.

2. Ideal diri realistis

Mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai.

3. Konsep diri positif

Menunjukkan individu akan sukses dalam hidupnya atau sesuai dengan apa

yang diharapkan.

4. Harga diri tinggi

Individu akan memandang dirinya sebagai individu yang berarti dan

bermanfaat. Individu memandang dirinya sesuai dengan apa yang diinginkan.

5. Kepuasan penampilan peran

Individu dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat

(35)

6. Identitas jelas

Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam

mencapai tujuan (Riyadi& Purwanto, 2009).

2.2.7 Gangguan Konsep Diri

A. Gangguan gambaran diri adalah persepsi negatif tentang tubuh yang

diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan,

makna dan obyek yang sering berhubungan dengan tubuh.

Perilaku yang berhubungan dengan gangguan gambaran diri, yaitu:

1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.

2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau akan terjadi.

3. Menolak penjelasan perubahan tubuh.

4. Persepsi negatif terhadap tubuh.

5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.

6. Mengungkapkan keputusasaan dan ketakutan.

B. Gangguan Ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan

tidak realistis, ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung

menuntut.

Perilaku yang berhubungan dengan gangguan ideal diri, yaitu:

1. Mengungkapkan keputusasaan akibat penyakitnya.

2. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.

C. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif

terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai

(36)

Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah, yaitu:

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan

pengobatan, misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi botak

setelah mendapatkan terapi sinar kanker.

2. Merasa bersalah terhadap diri sendiri, menyalahkan, mengejek dan

mengkritik diri sendiri.

3. Merendahkan martabat, misalnya saya orang bodoh dan tidak tahu

apa-apa, merasa tidak mampu serta pesimis menghadapi hidup.

4. Gangguan hubungan sosial, misalnya tidak ingin bertemu dengan orang

lain, lebih suka sendiri dan menarik diri dari realita.

5. Percaya diri kurang, menunda keputusan dan sukar mengambil

keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan, pesimis

menghadapi hidup.

6. Mencederai diri atau merusak diri akibat harga diri yang rendah disertai

harapan yang suram, perasaan negatif terhadap tubuh, keluhan fisik dan

penyalahgunaan zat.

Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat

terjadi secara:

1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,

kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,

perasaan malu karena sesuatu terjadi (dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba)

(37)

Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:

a. Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang

sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran

rambut pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).

b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai

karena dirawat/sakit.

c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya

berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan

tanpa persetujuan.

2. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama yaitu

sebelum sakit dan dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang

negatif, ditambah jika klien mengalami kejadian sakit dan dirawat akan

menambah persepsi negatif terhadap dirinya (Dalami, 2009).

D. Gangguan identitas diri adalah kekaburan atau ketidakpastian memandang

diri sendiri, penuh dengan keraguan. Sukar menetapkan keinginan dan

tidak mampu mengambil keputusan.

Perilaku yang berhubungan dengan gangguan identitas diri, yaitu:

1. Tidak ada percaya diri, sukar mengambil keputusan.

2. Ketergantungan, kepribadian yang bertentangan.

3. Masalahdalam hubungan interpersonal dan tidak mampu berempati

terhadap orang.

4. Ragu atau tidak yakin terhadap keinginan, kecemasan yang tinggi.

(38)

6. Kekacauan identitas seksual, ideal diri tidak realistis.

E. Gangguan peran diri adalah berubahnya atau berhenti fungsi peran yang

disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan

kerja. Klien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan selama

dirawat di Rumah Sakit atau setelah kembali dari Rumah Sakit, klien tidak

mampu melakukan perannya yang biasa.

Perilaku yang berhubungan denga gangguan peran diri, yaitu :

1. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran.

2. Ketidakpuasaan peran.

3. Kegagalan menjalankan peran yang baru.

4. Ketegangan menjalankan peran yang baru.

7. Apatis, putus asa dan kurang tanggung jawab (Suliswati et al., 2005;

Dalami, 2009; Riyadi & Purwanto, 2009).

2.2.8 Konsep Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa

Perubahan yang terjadi dalam kesehatan fisik, spiritual, emosional,

seksual, kekeluargaan, dan sosiokultural dapat menyebabkan stress. Stressor

konsep diri adalah segala perubahan nyata atau yang mengancam identitas,

gambaran diri, harga diri, atau peran (Potter & Perry, 2010).

Setiap perubahan dalam kesehatan dapat menjadi stressor yang

mempengaruhi konsep diri. Perubahan fisik dalam tubuh menyebabkan perubahan

gambaran diri, dimana identitas dan harga diri juga dapat dipengaruhi. Penyakit

kronis sering mengganggu peran, yang dapat mengganggu identitas dan harga diri

(39)

adalah kehilangan dan perubahan dimana kedua hal tersebut tidak dapat

dipisahkan. Kehilangan dan perubahan ini bervariasi, berat dan lamanya

kehilangan mempengaruhi kemampuan seseorang dan keluarga dalam

penyesuaiannya untuk mencapai fungsi yang optimal dan kelangsungan hidupnya.

Kehilangan yang dapat ditimbulkan akibat penyakit kronis diantaranya adalah

kehilangan konsep diri, hal ini terjadi karena adanya perubahan persepsi pada

dirinya akibat gejala dan perawatan yang diberikan akan mempengaruhi

body-image (Dalami, 2009).

Klien yang menjalani Hemodialisa mengalami banyak perubahan yang

nyata secara fisik maupun psikologis. Perubahan fisik yang dapat terlihat salah

satunya penurunan berat badan, gatal-gatal pada kulit, badan mudah lelah dan

lemah, rambut tipis, pucat serta kram otot pada kaki dan tangan (Suharyanto,

2009).

Perubahan fisik tersebut dapat menyebabkan perubahan pada komponen

konsep diri (gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ideal diri) pada klien

yang menjalani Hemodialisa. Perubahan psikologis klien yang menjalani

Hemodialisa yang mungkin terjadi diantaranya menolak, takut, cemas, depresi,

frustasi, marah, gangguan gambaran diri (merasa dirinya tidak lagi menarik),

gangguan harga diri, krisis bunuh diri, pembatasan kegiatan sosial dan hiburan,

perubahan peran karena klien yang sakit tidak mampu memainkan perannya

seperti dalam keadaan sehat sewaktu dulu, klien mungkin kehilangan pekerjaan

karena kekuatan fisik banyak berkurang akibat dari dialisis yang berlangsung

(40)

Klien yang menjalani Hemodialisa harus menjalani terapinya sepanjang

hidupnya (biasanya tiga kali dalam seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam

per kali terapi) atau sampai mendapat ginjal baru melalui operasi pencangkokan

yang berhasil serta efek samping yang ditimbulkan selama terapi diantaranya

mual atau muntah, penurunan kekuatan otot, kelemahan, oedema, kulit gatal, tidak

nafsu makan, ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, penglihatan kabur

yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup klien yang menjalani Hemodialisa

(Suharyanto, 2009).

Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan

memandang dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak

kompeten, gagal, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap

hidup, sehingga mereka akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan

dan kesempatan yang dihadapinya serta mudah menyerah. Sebaliknya, seseorang

yang mempunyai konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh

percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu termasuk terhadap

kegagalan yang dialaminya, mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal

positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang

(Suliswati et al., 2005).

Konsep diri lebih berupa penerimaan diri, dimana seseorang dengan

konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali, dapat memahami dan

menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri,

serta dapat menerima dirinya sendiri apa adanya. Proses yang berkesinambungan

(41)

kultural yang memberikan perasaan positif, memahami kompetensi pada area

yang bernilai bagi individu dan dipelajari melalui kontak-kontak sosial dan

pengalaman berhubungan dengan orang lain. Individu dengan konsep diri positif

dapat berfungsi lebih efektif, terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan

intelektual dan penguasaan lingkungan, sedangkan konsep diri negatif dapat

dilihat dari hubungan dan sosial yang maladaptif (Riyadi & Purwanto, 2009 ;

Dalami, 2009).

Individu yang memiliki konsep diri positif akan memiliki penerimaan diri

dan harga diri yang tinggi. Mereka akan menganggap dirinya berharga dan

cenderung menerima diri sendiri sebagaimana adanya, sedangkan individu yang

memiliki konsep diri negatif akan cenderung merendahkan harga dirinya sehingga

menyebabkan individu tidak mampu menerima keadaan dirinya yang dapat

mengakibatkan terjadinya frustasi hingga depresi. Sangat penting bagi penderita

gagal ginjal yang menjalani Hemodialisa memiliki konsep diri positif karena

dapat membuat individu memiliki penerimaan diri dan harga diri yang tinggi

sehingga individu akan menganggap dirinya berharga dan dapat menerima diri

sendiri sebagaimana adanya, akan membuat individu tidak mudah merasa putus

asa, sedih yang berkepanjangan serta bersikap pesimis dengan keadaan yang

(42)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 KERANGKAPENELITIAN

Kerangka penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara

konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan

dilakukan. Kerangka penelitian ini dikembangkan atau diacukan kepada tujuan

penelitian yang telah dirumuskan, serta didasari oleh kerangka teori yang telah

disajikan dalam tinjauan kepustakaan sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran konsep

diri klien yang menjalani hemodialisa.

Skema 3.1: Kerangka Penelitian Gambaran Konsep Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa.

Komponen Konsep Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa :

1. Gambaran diri (body-image)

2. Ideal diri (self-ideal) 3. Identitas diri (self-identity) 4. Peran diri(self-role) 5. Harga diri (self-esteem) (Sunaryo, 2004; Suliswati et all, 2005; Stuart, 2006; Riyadi & Purwanto, 2009; Dalami, 2009)

(43)

3.2 DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau

fenomena (Hidayat, 2011).

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur

1 Konsep

diri (self-concept)

Segala pikiran, perasaan dan pendirian yang ada pada klien

yang menjalani

Kuesioner Ordinal Gambaran

(44)

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur

Kuesioner Ordinal Ideal diri

Realistis pribadi yang utuh, unik dan mempunyai sifat yang berbeda dengan orang lain.

Kuesioner Ordinal Identitas diri

Jelas (Skor

Sikap dan perilaku

klien yang menjalani

Kuesioner Ordinal Peran

memuaskan yang sudah sesuai atau tidak dengan yang diharapkan oleh dirinya sendiri dan orang lain.

Kuesioner Ordinal Harga diri

tinggi (Skor 3-5) atau Harga diri rendah

(45)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yaitu metode penelitian yang

dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi gambaran konsep diri klien yang

menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan.

4.2POPULASI dan SAMPEL 4.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004 dalam

Hidayat, 2011).

Populasi klien yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum

DaerahDr. Pirngadi Medan mulai bulan Januari 2012 sampai dengan bulan

Desember 2012 sebanyak 132 orang.Populasi dalam penelitian ini adalah klien

yang menjalani Hemodialisa secara rutin di Rumah Sakit Umum DaerahDr.

Pirngadi Medan

4.2.2Sampel

Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari populasi

dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau melakukan pengamatan atau

(46)

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode

Non Probability Sampling (Pengambilan sampel bukan secara acak atau Non

Random) dengan teknik Purposive Sampling yaitu suatu teknik pengambilan

sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).

Besarnya sampel penelitian ini didasarkan pada rumus :

�= � 1 +�(�)2

�= 132 1 + 132(0,1)2

�= 132

2,32= 56,8 = 57 �����

Dengan demikian pada penelitian ini jumlah sampel yang diperlukan adalah

sebanyak 57 orang.

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan :10% (0,10), 5%

(0.05) atau 1% (0,01)(Nursalam, 2008).

Adapun kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Klien yang menjalani Hemodialisa secara rutin di Rumah Sakit Umum

DaerahDr. Pirngadi Medan.

(47)

d. Klien yang menjalani Hemodialisa adalah dewasa awal, dewasa menengah dan

dewasa akhir (usiaantara 24 tahun sampai 80 tahun).

4.3 LOKASI dan WAKTUPENELITIAN

Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi

Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena lokasi penelitian

merupakan rumah sakit umum daerah tipe B yang memiliki ruang Hemodialisa

dengan fasilitas yang lengkap dan rumah sakit rujukan dari berbagai daerah baik

klien yang berasal dari dalam propinsi Sumatera Utara maupun yang berasal dari

luar Propinsi Sumatera Utara yaitu klien yang berasal dari Propinsi Aceh,

sehingga jumlah klien yang menjalani Hemodialisa banyak ditemukan yang

memungkinkan peneliti untuk mendapatkan sampel sesuai dengan kriteria

penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan 30 September sampai dengan bulan 30

Oktober 2013.

4.4PERTIMBANGAN ETIK PENELITIAN

Setelah peneliti mendapatkan surat izin penelitian dari Fakultas

Keperawatan Sumatera Utara dan Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan

untuk melaksanakan penelitian, peneliti kemudian memulai proses penentuan

responden pada tempat yang akan diteliti. Proses penentuan responden

berdasarkan pada prinsip etika penelitian antara lain, sebagai berikut :

1. Informed consent (Surat persetujuan) merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

(48)

consent adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian.

Sebelum responden mengisi informed consent peneliti memberikan penjelasan

dan informasi tentang prosedur pelaksanaanya. Jika responden bersedia, maka

harus menandatangani lembar persetujuan tetapi jika responden tidak bersedia,

maka peneliti akan menghormati hak responden.

2. Anonimity (Tanpa nama), peneliti menjelaskan pada responden bahwa

pengisian pada lembar kuesioner tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden hanya menuliskan kode pada lembar kuesioner atau hasil penelitian

yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan), semua informasi yang telah dikumpulkan dari

responden dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu

yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.

4.5 INSTRUMEN PENELITIAN 4.5.1Kuesioner Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti melakukan

pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh

peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Kuesioner disusun

dalam bentuk pertanyaan tertutup (Closed Ended) dengan jenis Dichotomous

Choice yaitu kuesioner yang disajikan dalam bentuk dua jawaban atau alternatif,

sehingga responden hanya tinggal memilih satu diantaranya atau menjawab pada

jawaban yang sudah ada (Notoatmodjo, 2010 ; Hidayat, 2011).

Instrumen ini terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner data demografi dan

(49)

agama, suku, status perkawinan, pendidikan,pekerjaan, jumlah penghasilan dan

lamanya menjalani Hemodialisa.

Kuesioner konsep diri pada penelitian ini meliputi pernyataan positif dan

negatif. Untuk menentukan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item dengan

menggunakan skala pengukuran data yaitu Skala Guttman yang merupakan skala

yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas dari

pertanyaan atau pernyataan: ya atau tidak(Hidayat, 2011). Untuk pernyataan

positif:pilihan jawaban Tidak (Skor 0) dan Ya (Skor 1), sedangkan untuk

pernyataan negatif: pilihan jawaban Tidak (Skor 1) dan Ya (Skor 0).Kuesioner

konsep diri terdiri dari 25 pernyataan, yaitu 5 pernyataan gambaran diri (nomor

1-5, dengan nomor 1,2,3,4 merupakan pernyataan negatif dan nomor 5 merupakan

pernyataan positif), 5 pernyataan ideal diri (nomor 6-10, dengan nomor 6,7

merupakan pernyataan negatif dan nomor 8,9,10 merupakan pernyataan positif), 5

pernyataan identitas diri (nomor 11-15, dengan nomor 11,12,13,14 merupakan

pernyataan negatif dan nomor 15 merupakan pernyataan positif), 5 pernyataan

peran diri (nomor 16-20, dengan nomor 16,17,18,19 merupakan pernyataan

negatif dan nomor 20 merupakan pernyataan positif), 5 pernyataan harga diri

(nomor 21-25 dengan nomor 21,22,23 merupakan pernyataan negatif dan nomor

14,15 merupakan pernyataan positif).Kuesioner konsep diri yang terdiri dari 25

pernyataan dengan total skor tertinggi adalah 25 dan skor terendah adalah 0,

semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin baiklah konsep diri klien yang

(50)

Dalam menentukan rentang nilai untuk pernyataan konsep diri positif dan

negatif menggunakan rumus statistika (Sudjana, 2005 ; Ali, 2010).

�= ������� �����������

Berdasarkan rumus diatas maka konsep diri klien yang menjalani Hemodialisa

dengan rentang nilai 25 dan banyak kelas 2, maka dinyatakan dengan p = 13

(dibulatkan). Untuk konsep diri positif skornya 14-25, sedangkan konsep diri

negatif skornya 0-13.

4.5.2Validitas Instrumen

Validitas (Kesahihan) instrumen sangat diperlukan sebelum dipergunakan

dalam penelitian. Validitas menunjukkan ketepatan pengukuran suatu instrumen,

artinya suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur apa

yang seharusnya diukur (Dharma, 2011).

Validitas isi menunjukkan kemampuan item pertanyaan dalam instrumen

mewakili semua unsur dimensi konsep yang sedang diteliti. Untuk menentukan

validitas isi suatu instrumen dilakukan dengan meminta pendapat atau konsultasi

pada ahli atau dosen yang ahli pada bidang tersebut (Suyanto, 2011).

Instrumen penelitian yang dilakukan validitas adalah konsep diri, karena

instrumen ini dibuat sendiri oleh peneliti. Instrumen telah dikonsulkan peneliti

kepada dosen ahlinya yaitu ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep.

4.5.3Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas (Kehandalan) ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

(51)

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan

alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010). Instrumen penelitian ini disusun sendiri

oleh peneliti. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan uji reliabilitas

(Kehandalan). Untuk dapat digunakan dalam suatu penelitian setidaknya

instrumen memiliki nilai reliabilitas diatas 0.70 (Arikunto, 2009). Alat ukur yang

baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang samameskipun digunakan

beberapa kali pada kelompok sampel (Suyanto, 2011). Uji reliabilitas ini

dilakukan kepada 15 orang responden dengan kriteria yang sama dengan sampel.

Uji reliabilitas dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

dengan nilai uji reliabilitasnya 0,80.Uji reliabilitas ini dilakukan dengan

menggunakan metode Kuder Richardson (KR-20), karena metode ini digunakan

untuk alat ukur dengan pernyataan yang berupa dikotomi (2 pilihan jawaban).

4.6PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi

Medan selama bulan 30 September 2013 sampai dengan bulan 30 Oktober 2013.

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian

pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara).

2. Permohonan izin yang telah diperoleh dari institusi pendidikan (Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara) dikirim ke tempat penelitian

(Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan).

3. Setelah mendapatkan izin dari Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi

(52)

menentukan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah

ditentukan.

4. Setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan

kepada responden tersebut tentang tujuan, manfaat, proses pengumpulan data

dan cara pengisian kuesioner.

5. Bagi klien yang bersedia menjadi responden, makapeneliti meminta responden

untuk menandatangani surat persetujuan (Informed consent). Setelah responden

menandatangani surat persetujuan (Informed consent), peneliti melakukan

wawancara pada responden dengan melakukan pengisian pada lembar

kuesioner dengan tidak mengganggu responden yang sedang dalam proses

Hemodialisa serta keadaan pasien tenang. Peneliti mewawancarai responden

agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengisian lembar kuesioner. Setelah

peneliti selesai mewawancarai responden dengan melakukan pengisian pada

lembar kuesioner, peneliti memeriksa kelengkapan data. Jika ada data yang

kurang lengkap maka akanlangsung dilengkapi dengan melakukan wawancara

ulang pada responden.

6. Selanjutnya data yang telah diperolehdari wawancara dengan responden maka

akandianalisa oleh peneliti.

4.7ANALISA DATA

4.7.1Proses Pengolahan Data

Setelah semua data dalam kuesioner selesai dikumpulkan, maka peneliti

(53)

data menjadi informasi. Dalam proses pengolahan dataterdapat langkah-langkah

yang harus ditempuh, diantaranya :

1. Editing

Merupakan kegiatan untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh

atau dikumpulkan. Editingdapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau

setelah data terkumpul. Peneliti memeriksa kembali jawaban responden yang

telah dikumpulkan untuk menghindari terjadi kesalahan data atau data yang

kurang jelas.

2. Coding

Merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Tahapan memberi kode

pada jawaban responden terdiri dari :

a. Memberi kode identitas responden untuk menjaga kerahasiaan identitas

responden dan mempermudah proses penelurusan biodata responden bila

diperlukan serta untuk mempermudah penyimpanan data dalam arsip.

b. Menetapkan kode untuk skoring jawaban responden atau hasil observasi

yang telah dilakukan.Peneliti melakukan pengkodean pada data yang telah

dikumpulkan untuk memudahkan dalam pengolahan data di komputer.

3. Skoring

Tahapan ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil observasi

Gambar

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr
Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Klasifikasi Konsep Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr
Tabel 5.1.2.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Ideal diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr
Tabel 5.1.2.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Identitas Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr
+4

Referensi

Dokumen terkait

sehingga karyawan mampu memberikan yang terbaik untuk perusahaan. 2) Dari sisi self efficacy yang perlu dilakukan karyawan adalah harus lebih mampu melakukan

1. Mampu memberdayakan guru- guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang

Seiring dengan berkembangnya teknologi saat ini, data memiliki peranan yang sangat penting, data tersebut tidak hanya berupa teks, gambar, audio

Predla ž em da se naziv animacija 3D-prizora primjenjuje na lutka-animaciju, plastelinsku, predmetnu i ž ivu animaciju, da se ra č unalna 3D-animacija (s preciznim

Besarnya Belis Atau Mahar Sebagai Penyebab Hamil Di Luar Nikah (Studi di Kota Ende Nusa Tenggara Timur), Skripsi, Fakultas Syariah, Jurusan Al-Ahwal

Tujuan pengamatan ini adalah untuk memperoleh gambaran penuh atas Mekanisme Penyelesaian Perkara Barang Kena Cukai Hasil Tembakau Illegal yang Pelaku Pelanggarannya

Penelitan dengan judul “Penerapan Sanksi Pidana terhadap Anak sebagai Pelaku Penganiayaan dalam Konteks Perlindungan Hak Asasi Anak (Studi Kasus Putusan

Berdasarkan pembahasan dan pengujian data diperoleh hasil penelitian yang menyangkut tentang pengaruh kualitas produk, biaya peralihan, dan persepsi harga terhadap kepuasan