• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Organisasi Dan Faktor Psikologis Terhadap Kinerja Bidan Desa Di Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Organisasi Dan Faktor Psikologis Terhadap Kinerja Bidan Desa Di Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2008"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, FAKTOR ORGANISASI DAN FAKTOR PSIKOLOGIS TERHADAP KINERJA

BIDAN DESA DI KECAMATAN BARUMUN TENGAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN

TAHUN 2008

TESIS

Oleh :

SITI CHAIRIAH A. HARAHAP 057012030/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, FAKTOR ORGANISASI DAN FAKTOR PSIKOLOGIS TERHADAP KINERJA

BIDAN DESA DI KECAMATAN BARUMUN TENGAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN

TAHUN 2008

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu KesehatanMasyarakat

Minat Studi Adminitrasi dan Kebijakan Kesehatan

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

SITI CHAIRIAH A. HARAHAP 057012030/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, FAKTOR ORGANISASI DAN FAKTOR PSIKOLOGIS TERHADAP KINERJA BIDAN DESA DI KECAMATAN BARUMUN TENGAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2008

Nama Mahasiswa : Siti Chairiah. A. Harahap Nomor Induk Mahasiswa : 057012030

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Prof.Dr.Ida. Yustina, M.Si) (Siti Khadijah Nasution, SKM.M.Kes)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S.) (dr.Ria Masniari Lubis, M.Si)

(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 24 Februari 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si Anggota : 1. Siti Khadijah, S.K.M. M.Kes

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, FAKTOR ORGANISASI DAN FAKTOR PSIKOLOGIS TERHADAP KINERJA

BIDAN DESA DI KECAMATAN BARUMUN TENGAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN

TAHUN 2008

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Februari 2010

(6)

ABSTRAK

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu indikator status derajat kesehatan satu bangsa. Berdasarkan Balai Pusat Statistik (BPS), AKI di Indonesia tahun 2006-2007 sebesar 226./100.000. Walaupun ada penurunan dari perhitungan sebelumnya, angka tersebut tetap masih tinggi dibanding dengan negara ASEAN lainnya. Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang AKI-nya tergolong masih tinggi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan AKI, salah satunya penempatan bidan di setiap desa terutama desa terpencil.

Jenis penelitian yang digunakan adalah survey eksplanatori dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik individu (umur, lama kerja, tempat tinggal, pelatihan, pengetahuan), faktor organisasi (disain kerja, kepemimpinan dan insentif), dan faktor psikologis (motivasi) terhadap kinerja bidan desa di Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan. Populasi adalah seluruh bidan desa yang berjumlah 39 orang, yang semuanya dijadikan sampel. Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner; dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda pada ά =0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari karakteristik individu yang memengaruhi kinerja bidan desa yaitu lama kerja dan pengetahuan. Dari variabel organisasi terdapat 2 (dua) sub variabel yang berpengaruh terhadap kinerja bidan desa yaitu kepemimpinan dan insentif. Kontribusi pengaruh ditunjukkan dari R-Square

dengan nilai 0,561 (56,1%) yang artinya kinerja bidan desa dipengaruhi oleh variabel yang berpengaruh sedangkan 43,9% dipengaruhi oleh faktor lain.

Disarankan kepada kepala Dinas Kesehatan atau Puskesmas untuk tetap membina dan memberikan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi pada bidan desa yang telah lama bekerja dengan mengikutkan bidan desa dalam pelatihan, seminar dan pengarahan yang lebih baik oleh Kepala Puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan bidan desa. Kepala Puskesmas sebaiknya melihat kembali gaya kepemimpinan yang diciptakannya dan mengkondisikan gaya kepemimpinan yang lebih sesuai dengan iklim organisasi yang dibutuhkan bawahan.

(7)

ABSTRACT

Maternal mortality rate (MMR) is one of the health level status indicators of a nation. Based on the data obtained from the National Bureau of Statistics, the maternal mortality rate in Indonesia for the year of 2006-2007 was 226/100.000. Although is showed a decrease compared to the previous maternal mortality rate, it is still high compared to that of the other ASEAN countries. Tapanuli Selatan District is one of the districts with high maternal mortality rate in Sumatera Utara province. Various attempts have been done to reduce the maternal mortality rate and one of the attempts is assigning a midwife in every village, especially in a remote village.

The purpose of this explanatory survey study was to analyse the influence of individual characteristics (age, lenght of service, place of residence, training taken, knowledge), organizational factor (work design, leadership, and incentive), and psychological factor (motivation) on the performance of rural midwives in Barumun the 39 rural midwives and all of them were selected to be the samples for this study. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews. The data obtained were analyzed through multiple linear regression test at α = 0.05.

The result of this study showed that the sub-variables of individual characteristics which influenced the performance of rural midwives were length of service and knowledge. The sub-variables of organizational factors which influenced the performance of rural midwives were leadership and incentive. The contribution of influence shown by R-Square was 0.561 (56.1%) meaning that 56.1% of the performance of rural midwives was influenced by the influencing variables while the other 43.9% was influenced by the other factors.

The Head of Tapanuli Selatan District Health Service of Community Health Center is suggested to keep developing the rural midwives with long services and providing them with Communication, Information and Education through training, seminar, and a better direction by the Head of Community Health Center to improve the knowledge and outlook of the rural midwives. The Head of Puskesmas should review the leadership style he created and condition a leadership style which is more appropriate to the organizational climate needed by his/her staff.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat yang diberikanNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini sampai dengan selesai. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama pendidikan dan penyusunan tesis ini yang berjudul ” Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Organisasi dan Faktor Psikologis terhadap Kinerja Bidan Desa Di Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2008” penulis telah mendapatkan bimbingan dan masukan dari awal sampai selesainya tesis ini mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si dan Siti Khadijah Nst, SKM, M.Kes. Selanjutnya terima kasih kepada :

1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Dr.Drs.Surya Utama, M.S. selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat S2 Universitas Sumatera Utara 3. Dra. Syarifah, M.S., Sri Supryantini, S.Psi, M.Si dan dr. Heldy BZ, MPH selaku

(9)

4. Seluruh Dosen dan Staf di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Drs. H. Sarmadan Harahap, Apt selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada Penulis untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Dr. H. Taslim Hasan selaku PLTH Kepala Dinas Kesehatan Kab. Palas yang memberikan kesempatan dan izin penelitian di Kabupaten Palas.

7. Orangtuaku tercinta, Ibunda Hj. Tinur Hasibuan yang telah memberikan limpahan kasih sayang, perhatian dan do’a restu kepada ananda agar dapat menyelesaikan pendidikan S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Teristimewa buat suamiku tercinta Hoiruman P, SE yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan dan do’a restu rasa cinta yang dalam setia menunggu memotivasi dan memberikan dukungan moril agar bisa menyelesaikan pendidikan ini.

9. Kepala Puskesmas dan seluruh teman-teman di Puskesmas Binanga yang telah banyak memberikan dorongan dan perhatian yang tidak pernah putus serta pengertian yang dalam.

(10)

11.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari isi maupun penulisan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini dan pengembangan penulisan ini di masa yang akan datang. Akhirnya penulis mengharapkan tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Ferbuari 2010 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Siti Chairiah Afriati Harahap yang dilahirkan di Langkat pada tanggal 12 April 1967, anak pertama dari empat orang bersaudara dari pasangan Alm H. Abdul Hakim Harahap, BSc dan Hj. Tinur Hasibuan, beragama Islam dan bertempat tinggal Jl. Jodipati No. 1 Medan.

Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 1980 di SD Negeri Perkebunan Tanjung Kasau Kecamatan Indra Pura, tahun 1983 menamatkan SMP Negeri 1 Medan, kemudian pada tahun 1986 menamatkan SMA Perguruan Nasional Khalsa Medan, 1998 menamatkan Fakultas Kedokteran UISU Medan.

Penulis bekerja sebagai tenaga medis di Puskesmas Pangirkiran tahun 2000-2005, 2005-2007 sebagai tenaga medis di Puskesmas Pasar Matanggor dan pada tahun 2007 sampai sekarang bekerja sebagai tenaga medis di Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah.

(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 12

1.3.Tujuan Peneltian ... 12

1.4.Hipotesis ... 13

1.5.Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 14

2.1. Kinerja ... 14

2.1.1. Definisi Kinerja... 14

2.1.2. Faktor-faktor Yang Memengaruhi Kinerja... 15

2.1.3. Kinerja Bidan Desa... 18

2.1.4. Penilaian Kinerja ... 20

2.1.5. Penilaian Kinerja Bidan Desa... 21

2.2. Karakteristik Individu ... 24

2.3. Faktor Organisasi ... 27

2.4. Faktor Psikologi ... 32

2.5. Landasan Teori... 33

2.6. Kerangka Konsep Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN... 37

3.1. Jenis Penelitian... 37

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.3. Populasi dan Sampel ... 37

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 38

3.5. Definisi Operasional... 40

3.5.1. Variabel Independen ... 40

3.5.1.1. Karakteristik Individu ... 40

3.5.1.2. Faktor Organisasi ... 41

3.5.1.3. Faktor Psikologis ... 42

(13)

3.6. Metode Pengukuran ... 43

3.7. Metode Analisis Data... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 45

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 45

4.2. Analisis Univariat ... 49

4.2.1. Karakteristik Individu ... 49

4.2.1.1 Karakteristik Umur, Lama Kerja, Tempat Tinggal, Pelatihan dan Pengetahuan... 49

4.2.1.2. Pengetahuan Bidan Desa... 50

4.2.2 Faktor Organisasi... 52

4.2.2.1. Kepemimpinan ... 52

4.2.2.2. Desain Kerja ... 54

4.2.2.3. Faktor Insentif ... 56

4.2.3. Faktor Psikologis ... 58

4.2.4. Kinerja Bidan Desa dalam Kegiatan Pokok dan Kegiatan Administratif ... 60

4.2.5. Kinerja Bidan Desa dalam Jumlah Jam Produktif ... 61

4.3. Analisa Bivariat... 61

4.3.1 Hubungan Karakteristik Individu (Umur, lama kerja, tempat tinggal, pelatihan, pengetahuan) Dengan Kinerja Bidan Desa... 61

4.3.2 Hubungan Karakteristik dengan Kinerja Bidan Desa ... 65

4.3.3 Hubungan Faktor Organisasi dan Psikologis dengan Kinerja Bidan Desa ... 67

4.4. Analisa Multivariat ... 69

4.5. Hasil Wawancara ... 72

4.5.1. Lama Kerja Bidan Desa ... 73

4.5.2. Tugas Pokok Bidan Desa ... 73

4.5.3. Kepemimpinan Kepala Puskesmas ... 74

4.5.4. Tambahan Dana ... 74

BAB V PEMBAHASAN... 75

5.1. Kinerja Bidan Desa. ... 75

5.2. Pengaruh Pengetahuan Bidan Desa Terhadap Kinerja... 76

5.2.1. Pengaruh Lama Kerja Terhadap Kinerja ... 76

5.2.2. Pengaruh Pengetahuan Bidan Desa Terhadap Kinerja ... 78

5.3. Pengaruh Faktor Organisasi Terhadap Kinerja Bidan Desa ... 79

5.3.1. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kerja Bidan Desa ... 80

5.3.2. Pengaruh Insentif Terhadap Kinerja Bidan Desa ... 83

5.4. Variabel yang Tidak Berpengaruh Terhadap Kinerja ... 85

5.4.1. Faktor Karakteristik ... 85

(14)

5.4.1.2. Faktor Pelatihan ... 86

5.4.1.3. Faktor Tempat Tinggal ... 87

5.4.1.4. Faktor Organisasi ... 87

5.4.1.5. Faktor Psikologis... 88

5.4.2. Keterbatasan Penelitian ... 89

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 90

6.1. Kesimpulan ... 90

6.2. Saran... 91

(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman 2.1. Kategori Kegiatan Pokok dan Kegiatan Administrasi/ Pembinaan Per

Tahun Berdasarkan Persentase Pencapaian Jumlah Jam Kegiatan ... 24

3.1. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan... 39

3.2. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Kuesioner Disain Kerja, Kepemimpinan, Insentif, Motivasi... 41

3.3 Aspek Pengukuran karakteristik Individu Bidan Desa ... 43

3.4. Aspek Pengukuran Faktor Organisasi dan Psikologis Bidan Desa ... 43

3.5 Aspek Pengukuran Kinerja Bidan Desa ... 44

4.1. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ... 46

4.2. Distribusi Sarana Kesehatan Data Bidan Desa ... 47

4.3. Distribusi Bidan Desa Puskesmas ... 47

4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Umur, Lama Kerja, Tempat Tinggal dan Pelatihan Bidan ... 50

4.5. Distribusi Frekuensi Uraian Pengetahuan Bidan Desa Berdasarkan Item Jawaban Pada Kuesioner ... 51

4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Bidan Desa ... 52

4.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Uraian Pendapat Bidan Desa Tentang Kepemimpinan Kepala Puskesmas ... 53

4.8. Distribusi F rekuensi Berdasarkan Kepemimpinan Kepala ... 54

4.9. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Uraian Pendapat Bidan Desa .... 55

4.10. Distribusi Frekuensi berdasarkan Pendapat Bidan Desa ... 56

4.11. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Uraian Pendapat Bidan Desa ... 57

(16)

4.13. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Uraian Pendapat Bidan Desa ... 59 4.14. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Motivasi Bidan Desa ... 60 4.15. Distribusi Kategori Kegiatan Pokok dan Kegiatan Administrasi .... 60 4.16. Distribusi Frekuensi berdasarkan Kegiatan Produktif Bidan Desa ... 61 4.17. Distribusi Frekuensi Karakteristik Individu (Umur, Lama Kerja,

Tempat Tinggal, Pelatihan, Pengetahuan) Dengan Kinerja Bidan Desa Berdasarkan Tabulasi ... 63 4.18. Distribusi Frekuensi Faktor Organisasi Responden Dengan Kinerja

Bidan Desa Berdasarkan Tabulasi Silang ... 64 4.19. Distribusi Frekuensi Faktor Psikologis Responden Dengan

KinerjaBidan Desa Berdasarkan Tabulasi ... 65 4.20. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Karakteristik

Dengan Kinerja Bidan Desa ... 67 4.21. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Faktor Organisasi

Dengan Kinerja Bidan Desa ... 68 4.22. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Faktor Psikologi

Dengan Kinerja Bidan Desa ... 68 4.23. Hasil Regresi Karakteristik Individu, Faktor Organisasi, Faktor

(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 2.1. Hubungan Variabel Individu, Variabel Psikologis dan Variabel

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

Lampiran 1. Identitas Responden... 100

Lampiran 2. Kuisioner ... 101

Lampiran 3. Master Data ... 124

(19)

ABSTRAK

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu indikator status derajat kesehatan satu bangsa. Berdasarkan Balai Pusat Statistik (BPS), AKI di Indonesia tahun 2006-2007 sebesar 226./100.000. Walaupun ada penurunan dari perhitungan sebelumnya, angka tersebut tetap masih tinggi dibanding dengan negara ASEAN lainnya. Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang AKI-nya tergolong masih tinggi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan AKI, salah satunya penempatan bidan di setiap desa terutama desa terpencil.

Jenis penelitian yang digunakan adalah survey eksplanatori dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik individu (umur, lama kerja, tempat tinggal, pelatihan, pengetahuan), faktor organisasi (disain kerja, kepemimpinan dan insentif), dan faktor psikologis (motivasi) terhadap kinerja bidan desa di Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan. Populasi adalah seluruh bidan desa yang berjumlah 39 orang, yang semuanya dijadikan sampel. Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner; dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda pada ά =0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari karakteristik individu yang memengaruhi kinerja bidan desa yaitu lama kerja dan pengetahuan. Dari variabel organisasi terdapat 2 (dua) sub variabel yang berpengaruh terhadap kinerja bidan desa yaitu kepemimpinan dan insentif. Kontribusi pengaruh ditunjukkan dari R-Square

dengan nilai 0,561 (56,1%) yang artinya kinerja bidan desa dipengaruhi oleh variabel yang berpengaruh sedangkan 43,9% dipengaruhi oleh faktor lain.

Disarankan kepada kepala Dinas Kesehatan atau Puskesmas untuk tetap membina dan memberikan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi pada bidan desa yang telah lama bekerja dengan mengikutkan bidan desa dalam pelatihan, seminar dan pengarahan yang lebih baik oleh Kepala Puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan bidan desa. Kepala Puskesmas sebaiknya melihat kembali gaya kepemimpinan yang diciptakannya dan mengkondisikan gaya kepemimpinan yang lebih sesuai dengan iklim organisasi yang dibutuhkan bawahan.

(20)

ABSTRACT

Maternal mortality rate (MMR) is one of the health level status indicators of a nation. Based on the data obtained from the National Bureau of Statistics, the maternal mortality rate in Indonesia for the year of 2006-2007 was 226/100.000. Although is showed a decrease compared to the previous maternal mortality rate, it is still high compared to that of the other ASEAN countries. Tapanuli Selatan District is one of the districts with high maternal mortality rate in Sumatera Utara province. Various attempts have been done to reduce the maternal mortality rate and one of the attempts is assigning a midwife in every village, especially in a remote village.

The purpose of this explanatory survey study was to analyse the influence of individual characteristics (age, lenght of service, place of residence, training taken, knowledge), organizational factor (work design, leadership, and incentive), and psychological factor (motivation) on the performance of rural midwives in Barumun the 39 rural midwives and all of them were selected to be the samples for this study. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews. The data obtained were analyzed through multiple linear regression test at α = 0.05.

The result of this study showed that the sub-variables of individual characteristics which influenced the performance of rural midwives were length of service and knowledge. The sub-variables of organizational factors which influenced the performance of rural midwives were leadership and incentive. The contribution of influence shown by R-Square was 0.561 (56.1%) meaning that 56.1% of the performance of rural midwives was influenced by the influencing variables while the other 43.9% was influenced by the other factors.

The Head of Tapanuli Selatan District Health Service of Community Health Center is suggested to keep developing the rural midwives with long services and providing them with Communication, Information and Education through training, seminar, and a better direction by the Head of Community Health Center to improve the knowledge and outlook of the rural midwives. The Head of Puskesmas should review the leadership style he created and condition a leadership style which is more appropriate to the organizational climate needed by his/her staff.

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sampai saat ini masih tinggi, dan ini merupakan suatu problem kesehatan yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2006 – 2007 AKI di Indonesia adalah 244 per 100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2008 menjadi 235 per100.000 kelahiran hidup dan diharapkan pada tahun 2009 menjadi 226 per100.000 kelahiran hidup.

Sebagian besar (60-80%) kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan saat melahirkan, persalinan macet, sepsis, tekanan darah tinggi pada kehamilan dan komplikasi dari aborsi. Komplikasi kehamilan/persalinan atau yang menyebabkan kematian ibu tak bisa diperkirakan sebelumnya, dan sering terjadi beberapa jam atau hari setelah persalinan. Kematian seorang ibu sangatlah berpengaruh terhadap kesehatan dan kehidupan anak-anak yang ditinggalkannya. Jika seorang ibu meninggal, maka anak-anak yang ditinggalkannya mempunyai tiga hingga sepuluh kali lebih besar untuk meninggal dalam waktu dua tahun bila dibanding dengan mereka yang masih mempunyai orang tua (Azwar, 2002).

(22)

kunjungan yang ke empat ibu hamil kepada petugas kesehatan (K4 90%, pertolongan oleh tenaga kesehatan 20% dari seluruh ibu hamil, kunjungan pertama kepada neonatal oleh petugas kesehatan pada umur 8-28 hari (KN II) 90% dari seluruh kelahiran, (Depkes RI, 2001).

Berdasarkan laporan dari Human Development Index (HDI) pada tahun 2006 peringkat AKI untuk kawasan ASEAN, Singapura (24), Brunei Darusalam (32), Malaysia (61), Thailand (76) Philipina (77) dan Indonesia berada pada peringkat terendah yaitu (108). AKI yang tinggi menunjukkan kualitas hidup perempuan masih rendah. Hal ini pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia secara umum. Kematian ibu secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada tingkat kematian bayi (Meutia, 2006). Data MDGS (Millennium Development Goals) tahun 2006 menunjukkan kondisi kualitas sumber daya manusia yang rendah membawa posisi Indonesia berada pada peringkat ke 108 dari 177 negara. Pemerintah Indonesia menargetkan menurunkan AKI sebesar tiga per empat atau 125 per 100.000 pada tahun 2010.

(23)

Penelitian yang dilakukan Fortuna (2004), menunjukkan bahwa terjadi peningkatan insiden hipertensi pada kehamilan di atas usia 35 tahun, berisiko dua atau tiga kali lipat dibandingkan dengan hamil pada usia produktif, selain itu juga risiko tinggi akan dialami oleh bayi yang akan dilahirkan (Prawirohardjo, 1997). Di Sumatera Utara sendiri, penyumbang tertinggi AKI adalah Kabupaten Nias Selatan 931/100.000 jauh dari angka nasional 226/100.000. (Profil Dinkes Propinsi Sumut, 2006).

Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki 28 kecamatan, dan dari 28 kecamatan itu, Kecamatan Barumun Tengah tercatat memiliki AKI yang paling tinggi. Di

Kecamatan Barumun Tengah terdapat dua puskesmas, yakni Puskesmas Binanga dan Puskesmas Sihapas.

Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan 2006, AKI di Kecamatan Barumun Tengah tahun 2005 dan 2006 sebagai berikut : pada tahun 2005 AKI yang tercatat ada sebanyak 28, yang meninggal akibat persalinan.

Penyebab kematian antara lain: perdarahan 9 orang, eklampsia 5 orang, hipertensi 6 orang, kelainan prematur 3 orang dan penyebab lainnya 5 orang.

Pada tahun 2006, AKI di daerah ini meningkat menjadi 35 orang; dengan

penyebab kematian sebagai berikut : akibat perdarahan 11 orang, eklampsia 6 orang, hipertensi 9 orang, kelainan prematur 5 orang, dan penyebab lain 4 orang.

(24)

angka kematian ibu di Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah masih

menunjukkan kinerja yang rendah (Profil Dinkes Kabupaten Tapanuli Selatan, 2006). Di wilayah Puskesmas Binanga saat ini melayani lebih kurang 38.910 jiwa penduduk di mana sekitar 8.523 di antaranya adalah ibu rumah tangga. Jumlah desa

di Kecamatan Barumun Tengah sebanyak 57 desa. Jumlah tenaga bidan desa yang disediakan untuk melayani 57 desa tersebut sebanyak 39 orang. Artinya masih ada

satu bidan melayani 2 desa. Sebaiknya untuk memaksimalkan kinerja bidan desa 1 orang bidan desa melayani 1 desa secara penuh. Berdasarkan jumlah bidan yang ada masih diperlukan sebanyak 18 bidan desa.

Cakupan pelayanan bidan desa pada ibu nifas di daerah ini tercatat sebesar 75%. Cakupan KI mencapai 72 %, K2 mencapai 76 %, K3 mencapai 66% K4 68 %,

namun hal ini masih lebih rendah jika dibanding dengan standar minimal nasional yaitu sebesar 90%. Adapun cakupan deteksi dini risiko tinggi ibu hamil hanya sebesar 11% dari jumlah seluruh ibu hamil yang ada (Profil Dinas Kesehatan Tapanuli

Selatan, 2006).

Berbagai upaya untuk menurunkan AKI telah dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan salah satunya yaitu penempatan bidan di desa yang

diharapkan dapat memberikan harapan baru dalam upaya mendekatkan pelayanan kesehatan di tengah masyarakat. Penempatan bidan desa ini diharapkan juga

(25)

Gagasan pemerintah untuk dapat menurunkan angka kematian ibu dan

perinatal melalui persalinan aman menuju well born baby dan well health mother merupakan komitmen politik, diikuti dengan penempatan bidan di desa sebanyak 50.000 orang dalam waktu singkat pada tahun 2003. Saat ini telah ditempatkan

sekitar 18.000 bidan desa, tetapi hanya sebagian kecil yang mampu mewujudkan pondok bersalin desa (Depkes RI, 2004).

Menurut Manalu, dkk (2006) adanya bidan desa saat ini telah menjadi pahlawan dalam menolong ibu melahirkan. Mereka merupakan pahlawan dalam kependudukan dan reproduksi sehat. Bidan desa telah memberikan pengetahuan

tentang cara-cara yang terbaik ketika ibu mau melahirkanatau sesudah melahirkan. Sebanyak 70 ribu bidan desa memiliki pelayanan kesehatan. Saat itu sebanyak 70 ribu

bidan tersebar di desa-desa seluruh Indonesia sehingga mampu memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Riyanto dan Kristiani (2006) tentang

pengaruh program safe motherhood UNICEF terhadap kinerja bidan desa di Kabupaten Sorong menyebutkan bahwa untuk menurunkan AKI setiap ibu hamil harus berada dalam lingkungan aman dan sehat untuk melahirkan bayinya. Untuk itu

diperlukan bantuan bidan desa yang memiliki life saving skill (LSS) dengan dukungan sarana dan prasarana, peningkatan pembinaan teknis desa, pelatihan

(26)

Berdasarkan penelitian Hayadi dan Kristiani (2006) di Bengkulu Selatan

menyebutkan upaya menurunkan kematian dan kesakitan ibu menuntut adanya hubungan yang erat antar berbagai tingkat sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang dimulai dari puskesmas. Upaya tersebut mencakup berbagai upaya

pencegahan, deteksi dini komplikasi kehamilan, persalinan aman dan bersih, serta rujukan ke fasilitas rujukan yang memadai. Secara analisis statistik ada hubungan yang signifikan antara umpan balik atasan, motivasi dan insentif serta pengetahuan dengan kinerja bidan puskesmas dalam pelayanan antenatal.

Sebagai salah satu faktor penentu kinerja organisasi, kepuasan kerja merupakan

faktor yang sangat kompleks karena kepuasan kerja dipengaruhi berbagai faktor, di antaranya adalah gaya kepemimpinan. Selanjutnya bahwa variabel demografik antara

lain jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan masa kerja dan tingkat pendidikan berhubungan positif dengan kepuasan kerja (Tondok dan Andarika, 2003)

Faktor karakteristik seperti umur merupakan variabel yang berhubungan

dengan peningkatan kinerja bidan. Dalam penelitian Riyadi & Kusnanto (2006) di Sumenep Madura menyebutkan bahwa dengan bertambah umur seseorang (sampai batas umur tertentu yang tidak dapat ditetapkan karena sifat individu) maka variasi

kegiatan, perasaan, kebutuhan, hubungan sosial semakin bertambah demikian halnya dengan petugas kesehatan semakin dewasa petugas kesehatan maka semakin tinggi

(27)

meningkatkan kinerja bidan dalam upaya pencapaian program KIA. Disebutkan

bahwa sebagian masyarakat menganggap faktor usia merupakan daya tarik tersendiri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena kebanyakan ibu-ibu hamil adalah usia muda secara psikis merasa lebih nyaman jika berinteraksi dengan bidan yang

usianya lebih tua atau lebih senior jika dibanding dengan bidan yang masih muda, karena bidan usia lebih tua emosinya stabil dan lebih sabar dalam memberikan

pelayanan.

Faktor lama kerja menurut Yani dkk (2007) bahwa semakin lama bekerja maka akan memiliki pengalamam yang merupakan guru paling baik. Semakin lama bekerja semakin banyak pengalaman dan semakin banyak kasus yang ditangani oleh bidan maka bidan tersebut semakin mahir dan trampil dalam menyelesaikan pekerjaan. Kepercayaan masyarakat lebih cenderung kepada bidan yang telah lama bekerja, karena mereka menganggap bidan yang lama kerja sudah memiliki pengalaman. Masa kerja adalah rentang waktu yang telah ditempuh oleh seorang bidan dalam melaksanakan tugasnya, selama waktu itulah banyak pengalamam dan pelajaran yang dijumpai sehingga sudah mengerti apa keinginan dan harapan ibu hamil kepada seorang bidan. Masa kerja yang lama akan cenderung membuat seorang akan lebih merasa betah dalam lingkungannya, hal ini disebabkan karena telah beradaptasi dengan

lingkungannya yang cukup lama sehingga bidan akan merasa nyaman dengan

pekerjaannya.

(28)

terhadap kinerja bidan di desa. Disebutkan bahwa untuk penempatan bidan di desa

pada masa yang akan datang perlu memperhatikan dan mempertimbangkan tingkat kedewasaan dan kematangan. Bagi bidan yang menetap di desa akan memiliki kinerja yang baik, oleh karena itu perlu diberikan fasilitas pemondokan yang layak huni.

Keberadaan bidan di desa secara terus menerus (menetap) menentukan efektifivitas pelayanannya, termasuk efektivitas Polindes. Selain itu, jarak tempat tinggal bidan

yang menetap dengan Polindes perlu jadi perhatian. Bidan yang tidak tinggal di desa dianggap tidak mungkin melaksanakan pelayanan pertolongan persalinan di polindes. Untuk mempercepat tumbuh kembang Polindes dalam menunjang kinerja bidan harus

selalu berada/tinggal di desa dan lebih banyak melayani masalah kesehatan masyarakat desa setempat.

(29)

Peningkatan pelatihan bidan dan pengetahuan juga tidak kalah penting bagi bidan untuk meningkatkan kinerja. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan faktor dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Diperkuat dengan pendapat Blum yang dikutip Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan adalah bentuk tahu individu yang diperolehnya dengan penalaran, perasaan dan akal pikiran tentang segala sesuatu yang dihadapinya. Ketika individu sudah tahu, memahami kemudian melakukan tindakan. Hasil penelitian Hayadi dan Kristiani (2006) di Bengkulu Selatan menyatakan pengetahuan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kinerja bidan pelayanan

kesehatan. Kinerja individu dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan kemampuan. Hasil penelitian Salamuk dan Kusnanto (2006) di Puncak

Jaya menunjukkan bahwa pengetahuan berhubungan dengan kinerja bidan di puskesmas.

Kepemimpinan juga merupakan variabel yang dapat mempengaruhi kinerja

bidan desa. Dalam penelitian Imron dan Kristiani (2005) di Lombok Barat menyebutkan pimpinan berhubungan positif dengan anggotanya. Hal ini akan mempengaruhi

produktifitas dan kepuasan anggota dengan kinerja. Pimpinan yang suportif,

memberikan teladan yang baik, memperjelas visinya, mengembangkan tujuan umum

terhadap kelompoknya, dan pada akhirnya akan meningkatkan kepuasan kerja.Menurut

(30)

ditetapkan dalam situasi tertentu. Menurut Siagian (1995) seorang pemimpin harus

pemegang kemudi, sebagai katalisator, sebagai integrator, sebagai bapak dan sebagai pendidik untuk mencapai suatu tujuan.

Selain faktor kepemimpinan dan faktor desain kerja dapat berhubungan dengan

kinerja bidan desa. Dalam penelitian Budiharjo (2006) di Jakarta Pusat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara desain pekerjaan dengan perilaku

kerja. Secara parsial koefisien korelasi desain pekerjaan terhadap perilaku kerja adalah kuat. Menurut Fatimah (2009) desain pekerjaan adalah fungsi penetapan kegiatan kerja seorang atau sekelompok bidan yang tujuannya untuk mengatur

penugasan kerja agar dapat memenuhi kebutuhan organisasi. Menurut Gibson dkk (1993) bahwa desain pekerjaan mengacu pada proses yang diterapkan oleh para

pimpinan untuk memutuskan tugas, pekerjaan, dan wewenang. Teknik desain pekerjaan bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pokok bidan, memenuhi kebutuhan pribadi dan mendorong keefektifan individu, kelompok dan organisasi.

Faktor pemberian insentif juga merupakan salah satu yang faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan. Dalam penelitian Aprizal (2006) diRumah Sakit Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang menunjukkan ada hubungan insentif dengan kepuasan

kerja. Insentif merupakan pemberian penghargaan dalam bentuk materi kepada seorang bidan sesuai dengan prestasi kerjanya. Ketika seorang sudah dipenuhi haknya

(31)

yang diberikan kepada bidan bertujuan untuk meningkatkan kinerja bidan dalam

pelayanan antenatal. Insentif non finansial merupakan salah satu bentuk perangsang kerja petugas bidan dalam meningkatkan kinerja.

Faktor motivasi juga tidak kalah penting dalam meningkatkan kinerja bidan,

Motivasi menjadi pendorong seseorang melaksanakan suatu kegiatan guna mendapatkan hasil yang baik.Oleh karena bidan yang mempunyai motivasi tinggi

akan mempunyai kinerja yang tinggi juga. Hasil penelitian Sunarcahaya (2008) di Kabupaten Alor NTT bahwa faktor motivasi kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja bidan, karena faktor motivasi telah memberi semangat

kerja bidan baik dari dalam maupun dari luar bidan sehingga motivasi bidan dapat meningkatkan kinerja bidan.

Rendahnya angka cakupan yang terdapat di Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah tersebut dibanding dengan standar nasional diperkirakan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: rendahnya tingkat pengetahuan

masyarakat akan pentingnya pemeriksaan kehamilan yang ditunjukkan dengan masih banyaknya ibu yang pergi ke dukun bayi, keterampilan dan sikap bidan desa yang menurut pendapat disekitar kurang mau berinteraksi secara aktif dengan masyarakat.

Kebijakan pimpinan yang belum dilaksanakan dengan sepenuhnya oleh para bidan, kelengkapan alat-alat di puskesmas dan keterjangkauan bidan dalam melaksanakan

(32)

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa betapa pentingnya faktor internal

dari karakteristik individu, dan juga kepemimpinan, maka peneliti merasa perlu mengkaji lebih dalam apakah faktor karakteristik individu (umur, lama kerja, tempat tinggal, pelatihan, pengetahuan), faktor organisasi (desain kerja, kepemimpinan dan

insentif), faktor psikologis (motivasi) (tercapainya kegiatan pokok, tercapainya kegiatan administratif) merupakan penyebab dari rendahnya angka kinerja bidan

desa yang ditunjukkan dengan tingginya angka kematian ibu di Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut: Bagaimana pengaruh karakteristik individu (umur, lama kerja, tempat tinggal, pelatihan, pengetahuan), faktor organisasi (desain

kerja, kepemimpinan dan insentif), faktor psikologis (motivasi) terhadap kinerja bidan desa (tercapainya kegiatan pokok, tercapainya kegiatan administratif) di Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor karakteristik individu (umur, lama kerja, tempat tinggal, pelatihan, pengetahuan ), faktor organisasi

(33)

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada pengaruh faktor karakteristik individu (umur, lama kerja, tempat tinggal, pelatihan, pengetahuan), faktor organisasi (desain kerja, kepemimpinan dan insentif), faktor psikologis (motivasi) terhadap kinerja bidan desa (tercapainya kegiatan pokok, tercapainya kegiatan administratif) di Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi Kepala Dinas Tapanuli Selatan, penelitian ini diharapkan memberikan masukan dalam rangka pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan dalam meningkatkan mutu pelayanan khususnya Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Manfaat bagi bidan desa khususnya di kecamatan barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai bahan informasi dan acuan untuk meningkatkan kinerjanya dalam bekerja.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bidan desa

(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kinerja

2.1.1. Definisi Kinerja

Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Menurut Trisnantoro dan Agastya (1996), kinerja merupakan proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu organisasi dalam memberikan jasa atau produk kepada pelanggan. Kane (1993) menjelaskan, kinerja sebagai rekaman hasil kerja yang diperoleh karyawan tertentu melalui kegiatan dalam kurun waktu tertentu.

Selanjutnya Gibson (1996) menyatakan setiap karyawan mempunyai hasil kerja yang berbeda, sedangkan Casio (2003) mengemukakan, kinerja merupakan suatu jaminan bahwa seseorang pekerja atau kelompok mengetahui apa yang diharapkannya dan memfokuskan kepada kinerja yang efektif.

McCloy et al. (1994), menyatakan bahwa kinerja adalah kelakuan atau kegiatan yang berhubungan dengan organisasi, di mana organisasi tersebut merupakan keputusan dari pimpinan. Dikatakan bahwa kinerja bukan outcome,

konsekuensi atau hasil dari perilaku atau perbuatan, tetapi kinerja adalah perbuatan atau aksi itu sendiri, di samping itu kinerja adalah multidimensi sehingga untuk beberapa pekerjaan yang spesifik mempunyai beberapa bentuk komponen kinerja yang dibuat dalam batas hubungan variasi dengan variabel-variabel lain.

Stewart (1993) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

(35)

seseorang yaitu kecerdasan, stabilitas emosional, motivasi kerja, situasi keluarga, pengalaman kerja, kelompok kerja serta pengaruh eksternal.

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Darma (2005) bahwa faktor-faktor tingkat kinerja staf meliputi: mutu pekerjaan, jumlah pekerjaan, efektifitas biaya dan inisiatif. Sementara karakteristik individu yang mempengaruhi kinerja meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, penempatan kerja dan lingkungan kerja (rekan kerja, atasan, organisasi, penghargaan dan imbalan).

(36)

yang berbeda satu sama lainnya. Uraian dari variabel kinerja dapat dilihat sebagai berikut:

1. Tanggungjawab: adalah kesanggupan seorang bidan dalam menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya serta berani memikul risiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukannya (Murlis, 2006).

2. Inisiatif: adalah prakarsa atau kemampuan seorang bidan untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari atasan, (Steers, 2005).

3. Jumlah pekerjaan: variabel ini berkembang berdasarkan kenyataan bahwa pekerjaan itu berbeda-beda satu sama lain dimana beberapa diantaranya lebih menarik dan menantang dibanding lainnya.

Menurut Muchlas (2006) terdapat 3 macam teori yang mendukung teori karakteristik pekerjaan ini antara lain:

1. Persyaratan tugas: model karakteristik pekerjaan dan ciri persyaratan tugas dalam organisasi itu.

(37)

3. Penilaian jumlah pekerjaan dilakukan menggunakan indikator: umpan balik dari rekan, atasan, bawahan, orientasi waktu dan menghargai produk dengan insentip yang sewajarnya, (Jain, 2006).

4. Pemenuhan standar kerja: Brocklesby, J. And Cummings yang dikutip dalam Eriyatno (2006) menyebutkan pemenuhan standar kerja merupakan proses menghasilkan suatu kegiatan yang berjalan sempurna, seluruh pekerjaan dilaksanakan secara rapi, sempurna, dapat diterapkan dan akurat. Indikator yang dapat dipakai untuk menilai pemenuhan standar kerja dapat dinilai dari mutu pekerjaan dengan cara: selalu menganalisis data, persiapan diri dalam bekerja, motivasi pengembangan diri, patuh pada standar kerja yang ditetapkan, rapi, tertib, tidak menghindari umpan balik, puas dengan perencanaan yang dapat dikerjakan dan berusaha menjadi yang terbaik.

(38)

Produktivitas petugas bidan dalam bekerja dapat diukur melalui berbagai cara, antara lain melalui gaji yang diperoleh tiap-tiap bidan, atau bisa juga diukur dengan menggunakan rasio perbandingan antara kompensasi diperoleh oleh petugas bidan dibandingkan dengan jumlah bidan yang ada dalam puskesmas.

2.1.3. Kinerja Bidan Desa

Kinerja bidan desa sesuai dalam buku panduan bidan di tingkat desa dapat di ukur melalui keberhasilan bidan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidan desa yaitu: (Depkes, 1997)

a. Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas, kesehatan bayi dan anak balita serta pelayanan dan konseling pemakaian kontrasepsi serta keluarga berencana melalui upaya strategis antara lain : Posyandu dan Polindes.

b. Menjaring seluruh kasus risiko tinggi ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir untuk mendapatkan penanganan memadai sesuai kasus dan rujukannya. c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembinaan kesehatan ibu dan anak

di wilayah kerjanya.

(39)

menunggu pasien di tempat pelayanan atau polindes, namun juga melakukan kegiatan pelayanan keliling dan kunjungan rumah sesuai dengan kebutuhan.

Batasan tugas pokok dan fungsi bidan desa seperti yang telah diuraikan di atas dapat dijabarkan lebih rinci sebagai berikut:

1. Pelayanan antenatal: dilaksanakan sesuai standar 5T yaitu pemeriksaan fundus uteri, mendapat tetanus toxoid, penimbangan berat badan, pemeriksaan tekanan darah dan mendapat tablet tambah darah.

2. Penjaringan (deteksi): penemuan ibu berisiko hamil.

3. Kunjungan ibu hamil: kunjungan tidak mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke sarana kesehatan tetapi setiap kontak dengan tenaga kesehatan. 4. Kunjungan baru ibu hamil (K-I): kunjungan ibu hamil yang pertama kali..

5. Kunjungan ulang adalah: kontak ibu hamil yang kedua dan seterusnya dengan tenaga kesehatan.

6. Kunjungan K-4 : adalah kunjungan yang keempat (atau lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan, dengan syarat minimal satu kali kontak pada triwulan I, minimal satu kali kontak pada triwulan II dan minimal dua kali kontak pada triwulan III.

7. Cakupan K-I (akses) adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah, waktu tertentu yang pernah mendapat pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit satu kali selama kehamilan.

(40)

empat kali, dengan distribuísi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan I, satu kali pada triwulan II dan dua kali pada triwulan III.

9. Sasaran ibu hamil: semua ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun.

10.Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan: persentase ibu bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu.

11.Cakupan penjaringan: deteksi dini ibu yang berisiko yang ditemukan oleh tenaga kesehatan dan dirujuk ke sarana yang lebih tinggi.

12.Cakupan kunjungan neonatal adalah persentase bayi neonatal (kurang dari satu bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal dua kali dari tenaga kesehatan, satu kali pada hari pertama sampai dengan hari ketujuh dan satu kali pada hari kedelapan sampai pada hari kedua puluh delapan.

2.1.4. Penilaian Kinerja

(41)

Penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja personel dengan membandingkan standar baku penampilan. Kegiatan penilaian kinerja ini membantu dalam pengambilan keputusan oleh manajer dan memberi umpan balik kepada personel tentang pelaksanaan pekerjaannya. Melalui penilaian ini manajer a kan mengetahui apakah pekerjaan itu sudah sesuai atau belum dengan uraian tugas yang telah disusun sebelumnya. Dengan melakukan penilaian yang demikian seorang pimpinan akan menggunakan uraian tugas sebagai tolak ukur.

Bila pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan uraian tugas, berarti pekerjaan itu berhasil dilaksanakan dengan baik, bila di bawah standar uraian tugas tersebut berarti pelaksanaan pekerjaan tersebut kurang baik. Pernyataan ini dipertegas oleh pendapat Kuswadi (2004) menyatakan bahwa ada variabel yang secara bersama-sama berpengaruh besar terhadap kinerja bidan, yaitu kompetensi, kebutuhan tugas atau persyaratan kerja, gaya manajemen dan iklim organisasi.

2.1.5. Penilaian Kinerja Bidan Desa

Menurut Buku Pedoman Penilaian Kinerja Bidan di Desa (Depkes, 1998), tata cara penilaiannya sebagai berikut :

1. Tata cara penilaian dan pembobotan.

(42)

mendapat tambahan 10 % dari jumlah jam kegiatan malam atau libur.

b. Untuk bidan desa yang bertugas di desa biasa (bukan desa terpencil tidak mendapat bonus bila melakukan kegiatan pada malam hari atau hari libur. Contoh: Jumlah jam kerja malam = 20 jam.

10 x 20

Bonus 10 % = --- = 2 jam 100

Jumlah = 22 jam

2. Evaluasi jam produktif bidan desa dalam satu tahun.

a. Jumlah jam produktif antara 1800 ke atas diberikan penilaian sangat tinggi (jumlah jam produktif ideal 1800 jam/ tahun, rata-rata jam per bulan).

b. Jumlah jam produktif antara 1530-1799 jam/ tahun rata-rata jam per bulan diberikan penilaian tinggi.

c. Jumlah jam produktif antara 1260-1529 jam/ tahun rata-rata jam per bulan diberikan penilaian sedang.

d. Jumlah jam produktif antara antara 990-1258 jam/ tahun rata-rata jam per bulan diberikan penilaian kurang.

3. Pemboboton setiap kelompok kegiatan adalah sebagai berikut: a. Kegiatan pokok = 80%

Penilaian kegiatan pokok kinerja bidan desa dalam program KIA adalah sangat tinggi, tinggi, sedang dan kurang.

(43)

Sedang = 60-69 % X 1800 jam = 1080-1259 jam per tahun Kurang = 50-59 % X1800 jam = 900-1079 jam per tahun Rumus Mencari Persentasi Kegiatan Pokok Per tahun.

b. Kegiatan Administrasi + Pembinaan 20 %

Penilaian kegiatan administrasi dan pembinaan kinerja bidan desa dalam program KIA adalah sangat Tinggi, Tinggi, sedang dan kurang.

Sangat Tinggi = 20% X 1800 jam = 360 jam per tahun Tinggi = 15-19 % X 1800 jam = 270-359 jam per tahun Sedang = 10-14 % X 1800 jam = 180-269 jam per tahun Kurang = 5-9 % X 1800 jam = 90-179 jam per tahun Rumus Mencari Persentasi Kegiatan Administrasi dan Pembinaan Per tahun

Jumlah Jam Kegiatan Administrasi/ Pembinaan

Kegiatan Adm/ Pembinaan = --- X 100 % Standar Jumlah Jam Produktif Per Tahun

( 360 jam/ tahun)

Jumlah Jam Kegiatan Pokok

(44)
[image:44.612.109.519.170.298.2]

Tabel 2.1. Kategori Kegiatan Pokok dan Kegiatan Administrasi/ Pembinaan Per Tahun Berdasarkan Persentase Pencapaian Jumlah Jam Kegiatan

No Kegiatan

Pembobotan Dalam % (Standar)

PK PK PK PK

1 Kegiatan Pokok

80% 80% = SB

70-79% = B

60-69% = S

50-59% =K 2 Administrasi

+ Pembinaan

20% 20%

=SB

15-19% =B

10-14% =S

5-9% =K

2.2. Karakteristik Individu

Makmuri (2004) menyebutkan bahwa manusia berperilaku baik ataupun buruk ditentukan oleh 4 (empat) variabel yaitu: karakteristik biografik, kemampuan, kepribadian dan proses belajar. Karakteristik biografik pada diri individu dapat berupa: umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota dalam keluarga, pendapatan dan senioritas. Pernyataan ini didukung oleh Hughes (dalam Atkinson (2004) yang menemukan bahwa faktor karakteristik manusia berupa umur dan jenis kelamin serta lama kerja mempengaruhi aktivitas bekerja seseorang.

(45)

Mathias dan Jackson (2002) menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dari individu yaitu kemampuan mereka, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan hubungan mereka dengan organisasi. Kinerja bidan dipengaruhi oleh karakteristik individu berupa pengetahuan, keterampilan, kapabilitas, sikap dan perilaku (Bernadin et al, 1993).

Selanjutnya Suprihanto (2000) menyatakan, karakteristik individu berupa sejumlah faktor seperti: bakat, pendidikan dan pelatihan, lingkungan dan fasilitas, iklim kerja, motivasi dan kemampuan hubungan industrial, teknologi, manajemen, kesempatan berprestasi dan sebagainya.

Muchlas (2004) menyebutkan ada 3 (tiga) faktor yang perlu diperhatikan dalam karakteristik individu yaitu: 1) minat (interest), sikap (attitudes) dan kebutuhan (needs). Minat merupakan sesuatu yang menarik perhatian seseorang untuk berbuat, biasanya dimulai rangsangan eksternal (misalnya; uang/ makan) yang selanjutnya mempengaruhi perilaku dalam bekerja. Besar kecilnya minat seseorang melakukan pekerjaan tersebut, rasa puas melakukan pekerjaan dan perasaan aman bila bekerja di tempat tersebut sehingga tidak terlintas untuk pindah.

Menurut Prihadi (2004), bahwa karakteristik individu ditunjukkan dalam kemampuan yang dimilikinya berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang ada dalam dirinya. Individu akan berperilaku berdasarkan karakteristik yang sudah melekat dalam dirinya. Berikut ini komponen dalam karakteristik individu:

(46)

dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

2. Keterampilan: adalah kemampuan seseorang menerapkan pengetahuan ke dalam bentuk tindakan. Keterampilan seorang bidan diperoleh melalui pendidikan dan latihan. Menurut Dessler (1999) , pelatihan memberikan bidan baru atau yang ada sekarang, keterampilan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan.

Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya pendidikan dan latihan yakni : a) membantu individu untuk dapat membuat keputusan dan pemecahan masalah secara lebih baik; b) internalisasi dan operasionalisasi motivasi kerja, prestasi, tanggung jawab, dan kemajuan; c) mempertinggi rasa percaya diri dan pengembangan diri; d) membantu untuk mengurangi rasa takut dalam menghadapi tugas-tugas baru ( Sirait, 2006).

3. Sikap: mencerminkan suatu ekspresi atau ungkapan tentang bagaimana perasaan seseorang atau tanggapan seseorang terhadap suatu faktor tertentu. Artinya sikap yang terungkap tersebut berguna dalam riset motivasi yang berkaitan dengan motif pembeli (buyer motive) untuk menerima atau menolak dari faktor – faktor penunjang komunikasi promosi sasaran, seperti advertising appeals, product features, package design, life style,model, product image dan lain – lain. Sikap tersebut dapat bersifat positif dan negatif yang muncul saling berbeda di antara pembeli.

(47)

2.3. Faktor Organisasi

Pada organisasi pelayanan jasa sumber daya manusia adalah salah satu pemegang peran utama dalam penentuan keberhasilan organisasi dan ini akan ditentukan oleh kinerja bidan yang merupakan faktor penentu keberhasilan suatu organisasi. Tugas utama seorang bidan sesuai dengan ketentuan yang diisyaratkan oleh organisasi adalah melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standar kerja (Trisnantoro, 2005).

Peran manajemen puncak atau pemimpin menurut Subanegara (2005) adalah dapat menanamkan dan menguatkan berbagai aspek budaya kepada bawahan melalui mekanisme: fokus perhatian; para manajer puncak mengkomunikasikan berbagai prioritas, nilai dan concerns mereka melalui pilihan-pilihan tentang apa yang mereka puji, kritik, nilai, tanya dan dukung. Reaksi terhadap krisis; bagaimana para manajer puncak menghadapi krisis adalah signifikan dalam penanaman nilai-nilai budaya, karena kondisi emosional yang terlibat meningkatkan potensi pembelajaran berbagai asumsi dan nilai.

Kreitner dan Kinicki (2006) menyebutkan bahwa, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi lingkungan organisasi, pengaruh yang utama terdiri dari lima dimensi, yaitu: a) Karakteristik pekerjaan, b) pembayaran / gaji, c) promosi, d) supervisi / penyelia, e) kelompok kerja dan kondisi dalam melakukan pekerjaan.

(48)

tenaga memberikan kontribusi yang maksimal dengan kualitas profesional, misalnya dengan meninjau kembali struktur organisasi yaitu memberi tempat yang setara dengan profesi organisasinya (Murlis, 2004).

Beberapa faktor iklim organisasi di atas diperkuat dengan pernyataan Stringer (2002) bahwa iklim kerja secara objektif berada dalam satu organisasi, tetapi ia hanya bisa dijelaskan dan diukur secara tidak langsung melalui persepsi dari para anggota-anggotanya .

(49)

bawahan dalam melaksnakan kerja akan memberikan suasana kerja yang menyenangkan dan pada akhirnya dapat memberikan kepuasan kerja, (Yani 2003), kejelasan Organisasi: Guna mencapai akuntabilitas organisasi harus dapat memberdayakan bidan dalam mempertanggungjawabkan pekerjaannya. Dengan adanya direktur dan kepala bidang dalam struktur organisasi, sehingga koordinasi dan komunikasi menjadi jelas bagi setiap bidan (Gilles, 1996).

Menurut Achua (2004), iklim organisasi yang kondusif berfungsi sebagai pegangan seluruh jajaran puskesmas untuk beroperasi. Secara lebih rinci, iklim yang kondusif dalam suatu organisasi berfungsi sebagai: a) Mekanisme pengendali yang membentuk dan mengarahkan sikap dan perilaku bidan; b) Lembaga sosial yang membantu memelihara stabilitas sistem sosial melalui pengkomunikasian berbagai standar apa yang seharusnya dikatakan dan dilakukan; c) Pengembangan sense of identity bagi para bidan; d) Pendefinisian “batas-batas” keperilakuan atau berbagai karakteristik organisasi, yang membedakannya dengan organisasi lain;e) Fasilisator pengembangan komitmen terhadap organisasi (corporate first), melebihi kepentingan pribadi dan unit organisasional.

(50)

dan penanaman nilai-nilai inti budaya sangat tergantung pada komitmen jajaran manajemen puncak, terutama dalam memainkan peran sebagai panutan (model), (Achua, 2004).

Menurut Handoko (2002), kebijakan pimpinan terjadi dikarenakan adanya hambatan-hambatan dalam pendelegasian tugas yang berjalan kurang efektif. Untuk menanggulangi hambatan-hambatan ini maka pemimpin harus memberikan kepada bawahan kebebasan yang sesungguhnya untuk melaksanakan tugas yang dilimpahkan kepadanya. Menurutnya juga agar hambatan dapat diatasi kebijakan yang dikeluarkan oleh pimpinan dapat berupa: memberikan motivasi dan kompensasi kepada bidan dengan cara mendorong bawahan melalui perhatian pada kebutuhan dan tujuan mereka sensitif. Di samping itu pemberian pedoman, bantuan dan informasi kepada bawahan atas pekerjaan sesungguhnya adalah hal yang sangat menentukan dalam kinerja para bidan.

(51)

bantuan, komunikasi secara pribadi, partisipasi dalam mengambil keputusan, e) rekan kerja, indikatornya : keramahan dan sifat kooperatif, dukungan kelompok.

Ass’ad (2002) menarik kesimpulan mengenai upah adalah penghargaan dari energi bidan yang dimanifestasikan sebagai hasil produksi, atau suatu jasa yang dianggap sama dengan itu, yang berwujud uang, tanpa jaminan pasti dalam tiap-tiap minggu atau bulan. Murlis (2003) menambahkan bahwa gaji adalah yang dikaitkan dengan kinerja, kontribusi, kompetensi atau keterampilan individu, dan ini biasa disebut dengan istilah gaji kontingen. Dalam kasus gaji pegawai negeri yang sudah ditentukan berdasarkan pangkat dan golongan maka gaji yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan gaji kontingen, dan dalam istilah biasa disebut dengan insentif terhadap suatu pekerjaan di luar gaji yang telah ditetapkan.

Setiap organisasi mempunyai rencana rancangan sistem insentif (reward) yang bertujuan untuk memotivasi bidan dalam meningkatkan kinerjanya dan mempertahankan bidan. Di rumah sakit pemerintah, gaji dokter/bidan masih harus mengikuti peraturan-peraturan pemerintah.

(52)

jabatan, tunjangan (mencakup cuti yang dibayar, pemeliharaan kesehatan, layanan bidan, proteksi, jaminan pensiun), insentif, dan penghasilan tambahan.

Menurut Muchlas (1998), terdapat 3 macam teori yang mendukung teori karakteristik pekerjaan ini, teori ciri persyaratan tugas, model karakteristik pekerjaan dan model proses sosial. Ada 6 karakteristik tugas yaitu: variasi tugas, tingkat otonomi, tanggungjawab, pengetahuan dan keterampilan, interaksi sosial yang diperlukan dan pilihan interaksi sosial. Teori ini menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki karakteristik terhadap pekerjaan yang tinggi akan kecil tingkat ketidak hadirannya.

2.4. Faktor Psikologi

Tiffin seperti yang dikutip As’ad (2000) berpendapat bahwa kinerja staf yang tinggi berhubungan erat dengan sikap dari bidan terhadap karakteristik pekerjaan yang diterimanya, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dan dengan sesama bidan, aspek pekerjaan dapat dilihat dari kondisi pekerjaan itu sendiri, apabila pekerjaan itu menarik, rutin, penghargaan dari pihak lain dan suasana pekerjaan.

(53)

Banyak orang berpendapat insentif dalam bentuk uang merupakan faktor utama untuk timbulnya kepuasan kerja, namun beberapa penelitian yang pernah dilakukan pada pekerja di negara Amerika menunjukkan mereka tidak ingin diberi insentif uang yang lebih dengan penambahan waktu kerja yang telah ditentukan (Robbins, 1996).

Penelitian yang dilakukan oleh Hageman (1993) menemukan hasil atas pertanyaan ” apa yang memotivasi responden untuk bekerja?” bahwa lebih dari 60% responden menjawab berhubungan dengan kebutuhan sosio-psikologis seperti umpan balik, keadilan, rasa memiliki, kejujuran, kredibilitas, kepercayaan, partisipasi dan tanggung jawab. Sekitar 20% jawaban berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan intelektualitas seperti pemenuhan diri sendiri, tugas yang menarik, variatif, dan ada tantangan. Hanya 10 % jawaban yang berhubungan dengan faktor materi, sisanya 10% jawaban kualitas masa kerja memotivasi kerja responden.

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Retnasih (1995), mengemukakan bahwa motivasi sebagai determinan kinerja alokasi waktu dan waktu produktif personel bidan di desa.

2.5. Landasan Teori

(54)

tujuan, misi dan visi organisasi. Indikator kinerja merupakan ukuran kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhatikan indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak. Indikator kinerja harus merupakan suatu yang dapat dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai tingkat kinerja. Evaluasi kinerja merupakan suatu analisa dari interpretasi keberhasilan atau kegagalan pencapaian suatu kegiatan.

(55)

Berikut gambar yang menyatakan 3 kelompok yang mempengaruhi dalam kinerja menurut Gibson yang dikutip dalam Ilyas (2004).

Variabel Individu - Kemampuan dan

keterampilan. - Latar belakang :

- Individu - Tingkat sosial - Pengalaman - Demografi

- Umur - Etnis

- Jenis Kelamin

Perilaku Individu (apa yang dikerjakan)

Kinerja (hasil yg dicapai )

Variabel Organisasi - Sumber daya - Kepemimpinan - Insentif

- Struktur

- Desain pekerjaan

Variabel Psikologis - Persepsi

[image:55.612.112.535.193.439.2]

- Sikap - Kepribadian - Belajar - Motivasi

(56)

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan tujuan penelitian maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut

[image:56.612.114.527.234.511.2]

Variabel Independen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Karakteristik Individu

1. Umur 2. Lama Kerja 3. Tempat Tinggal 4. Pelatihan 5. Pengetahuan

Faktor Organisasi: 1. Kepemimpinan 2. Desain Pekerjaan 3. Insentif

Kinerja Produktif Bidan Desa: 1. Kegiatan pokok 2. Kegiatan

administratif Variabel Dependen

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan survey explanatory (survei penjelasan), bertujuan untuk mengetahui dan menggali lebih dalam pengaruh faktor karakteristik individu (umur, lama kerja, tempat tinggal, pelatihan, pengetahuan), faktor organisasi (desain kerja, kepemimpinan dan insentif), faktor psikologis (motivasi) terhadap kinerja bidan desa (tercapainya kegiatan pokok, tercapainya kegiatan administratif) di Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di seluruh desa yang memiliki 39 bidan desa yang berada di bawah wilayah kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan, dengan alasan bahwa angka kematian ibu hamil di tiap-tiap desa cukup tinggi.

Waktu penelitian berlangsung selama 4 (empat) bulan yang dimulai dari bulan November 2008.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan desa di Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan yang berjumlah 39 orang. Menurut Arikunto (2000) untuk mengambil sampel jika subjeknya kurang dari 100, lebih baik

(58)

diambil semua sehingga sampelnya merupakan total populasi. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang berjumlah 39 bidan desa

3.4. Metode Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan beberapa item yang disesuaikan dengan variabel dalam tujuan penelitian.

Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer: Data yang langsung diperoleh dari responden melalui kuesioner dan wawancara mendalam yang dikumpulkan oleh peneliti.

b. Data Sekunder: Data yang mendukung data primer yang diperoleh dari dokumen. Agar hasil penelitian yang lebih valid, maka kuesioner yang dijadikan sebagai instrumen angket yang dipakai, terlebih dahulu dilakukan uji validitas guna menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuannya.

(59)

korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,1 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid (Sugiyono, 2002).

[image:59.612.110.518.340.676.2]

Pengujian reliabilitas digunakan agar alat ukur yang digunakan dapat menunjukkan hasil yang sama pada saat penelitian dilakukan secara berulang kali untuk waktu sekarang maupun yang akan datang. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency dengan teknik belah dua (split half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown untuk mendapatkan r nya. Berikut hasil uji reliabilitas dan validitas alat ukur:

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan Pengetahuan Butir

Pertanyaan

Corrected Item

Status Cronbach Alpha

Status No.1 .7583 Valid

No,2 .6283 Valid No.3 .8571 Valid No.4 .8454 Valid No.5 .7052 Valid No.6 .6904 Valid Bidan Desa

Bertugas

No.7 .8682 Valid

.8844 Reliabel

No.1 .8735 Valid No,2 .6964 Valid No.3 .7804 Valid No.4 .6852 Valid Pelayanan

Antenatal

No.5 .7501 Valid

.6718 Reliabel

No.1 .7784 Valid No,2 .8415 Valid Kunjungan

K-4

No.3 .7160 Valid

.7525 Reliabel

No.1 .7404 Valid No,2 .8388 Valid Sasaran

Kerja Bidan

Desa No.3 .6954 Valid

.7987 Reliabel

No.1 .6581 Valid No,2 .7404 Valid Kunjungan

Neonatal

No.3 .7358 Valid

(60)

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Kuesioner Desain Kerja, Kepemimpinan, Insentif, Motivasi.

3.5. Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Independen 3.5.1.1. Karakteristik Individu

1. Umur adalah: usia bidan desa pada saat dilakukannya penelitian

2. Lama Kerja adalah : rentang waktu yang dihitung dari mulai tahun seorang bidan desa mulai bekerja sampai dilakukannya penelitian. Pengelompokkan lama kerja dimulai dari kelompok lama kerja 2 tahun karena dalam tahun pertama bekerja kegiatan bidan dimulai dengan masa Variabel Butir

Pertanyaan

Corrected Item

Status Cronbach Alpha

Status No.1 .7245 Valid

No.2 .8442 Valid No.3 .7821 Valid No.4 .5193 Valid Kepemimpinan

No.5 .6866 Valid

.8156 Reliabel

No.1 .5601 Valid No.2 .7245 Valid No.3 .8631 Valid No.4 .7821 Valid Desain Kerja

No.5 .6173 Valid

.8952 Reliabel

No.1 .6475 Valid No.2 .6750 Valid No.3 .7535 Valid No.4 .7574 Valid Insentif

No.5 .6875 Valid

.7525 Reliabel

No.1 .6921 Valid No.2 .5483 Valid No.3 .7245 Valid No.4 .8832 Valid Motivasi

No.5 .7891 Valid

[image:60.612.106.526.124.452.2]
(61)

orientasi selama 3 bulan, kemudian dilanjutkan dengan masa penilaian orientasi. Jadi tahun pertama kegiatan bidan bekerja belum dapat dikatakan maksimal. Oleh karena penilaian kegiatan dihitung selama setahun maka jumlah kegiatan bidan baru dapat dihitung pada tahun ke dua.

3. Tempat tinggal adalah: domisili atau rumah yang dihuni oleh bidan desa dalam melaksanakan pekerjaannya apakah di dalam desa atau di luar desa. 4. Pelatihan adalah: penambahan ilmu dan keterampilan bidan desa melalui

serangkaian kegiatan seminar, pendidikan dan pelatihan, lokakarya dan sejenisnya untuk mendukung kinerjanya.

5. Pengetahuan adalah: hal-hal yang diketahui bidan desa tentang materi tugas dan fungsi bidan desa yang telah diberikan oleh pimpinan dan hal lain yang diperoleh dari pendidikan formal dan informal berupa pengalaman dalam melaksanakan pertolongan persalinan di lapangan.

3.5.1.2. Faktor Organisasi

(62)

2. Desain Pekerjaan adalah: rancangan kegiatan yang disusun secara terjadwal sebagai pedoman kerja bidan desa yang diberikan oleh organisasi meliputi: kesesuaian kerja, pencatatan kegiatan, pemenuhan tugas pokok.

3. Insentif adalah: salah satu bentuk kompensasi yang diberikan pada bidan desa berupa uang yang diberikan oleh pimpinan sebagai balas usaha dari setiap pekerjaan yang dilakukan meliputi hasil kerja, lama kerja, volume pekerjaan.

3.5.1.3. Faktor Psikologis

Motivasi adalah: sesuatu yang menimbulkan dorongan yang kuat dari dalam diri bidan desa untuk melakukan pekerjaannya dengan baik meliputi: semangat kerja, upaya di dalam menjaga stamina/ kesehatan diri, upaya menambah pengetahuan dan siap siaga pada kondisi apapun.

3.5.2. Variabel dependen

(63)
[image:63.612.113.533.167.396.2]

3.6. Metode Pengukuran

Tabel 3.3 Aspek Pengukuran karakteristik Individu Bidan Desa

Tabel 3.4. Aspek Pengukuran Faktor Organisasi dan Psikologis Bidan Desa

No Variabel Jlh

Indikator Hasil Ukur Skala Ukur A.

1

Faktor Organisasi

Kepemimpinan 5 Baik = 13 –15 Sedang = 9 –12 Kurang = 5 – 8

Interval

2 Desain Pekerjaan 5 Baik = 13 –15 Sedang = 9 –12 Kurang = 5 – 8

Interval

3. Insentif 5 Baik = 13 –15

Sedang = 9 –12 Kurang = 5 – 8

Interval

B Faktor Psikologis

Motivasi 5 Baik = 13 –15

Sedang = 9 –12 Kurang = 5 – 8

Interval

No Variabel Jlh

Indikator Hasil Ukur Skala Ukur 1

Karakteristik Umur

1 20 – 25 tahun 26 – 30 tahun > 30 tahun

Ratio Ratio 2 3 4 Lama kerja Tempat Kerja Pelatihan 1 1 1

2 = di dalam desa

Gambar

Tabel 2.1.  Kategori Kegiatan Pokok dan Kegiatan Administrasi/ Pembinaan Per Tahun Berdasarkan Persentase Pencapaian Jumlah Jam
Gambar 2.1. Hubungan Variabel Individu, Variabel Psikologis dan Variabel Organisasi terhadap Perilaku Individu dan Kinerja (Gibson, dkk)
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan Corrected Item
+7

Referensi

Dokumen terkait

SISLAP berfungsi sebagai Manajemen Pengaduan/Pengawasan Masyarakat, Penyusunan Usulan Program Kerja Pemeriksaan Tahunan hingga ke penetapan Program Kerja Pemeriksaan Tahunan,

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah kumpulan prosedur-prosedur untuk mencatat, mengklasifikasikan,mengikhtisarkan, dan melaporkan

Dengan surat ini saya menyatakan bahwa saya bersedia/tidak bersedia* untuk menjadi responden dalam penelitian dengan judul “Pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap

- Format GIF ini berukuran kecil dan mendukung gambar yang terdiri dari banyak frame sehingga bisa disebut sebagai gambar animasi (gambar bergerak). - Format ini sering

Unlike most Muslim scholars who believe that the process of transmission of h}adi>ths in the first century was mainly oral, Fuat Sezgin, like Nabia Abbott, advocate the view

Indeks hara tanah merupakan angka yang dipakai sebagai pengali yang disediakan untuk menghindari jumlah hara yang tidak cukup memenuhi kebutuhan tanaman. Disamping itu

akomodas~ yang disediakan oleh pengelola obyek wisata Kalianda Resort antara lain cottages, ruang pertemuan, restoran yang melayani makan dan minum, sarana

Dalam belajar Bahasa Inggris biasanya anak didik merasa jenuh karena mereka tidak mengenal kosa kata (vocabulary) yang ada. Karena sulitnya kosa kata, maka anakpun