• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Struktur dan Simbol Kubah pada Bangunan Masjid (Studi Kasus : Masjid Azizi Tanjung Pura, Langkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Struktur dan Simbol Kubah pada Bangunan Masjid (Studi Kasus : Masjid Azizi Tanjung Pura, Langkat)"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Bhakti & Wahid, Julaihi. 2013. Arsitektur dan Sosial Budaya

Sumatera Utara. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Dharma, Agus, 2006. Semiotika dalam Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma.

D. K. Ching, F & Adams, C, 2008. Ilustrasi Konstruksi Bangunan, Edisi ketiga, Erlangga: Jakarta.

Huthudi & Subekti, B, 2004. Pandangan Teoritik Rancangan Kubah Geodesik dengan Metoda dua Dimensional, Jurnal Dimensi Teknik Arsitktur, Vol 33,

No.2, Hal 131-137.

Indraswara, M. Sahid, 2008. Kajian Arsitektur Mediterania dan Perkembangannya di Indonesia, Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman

ENCLOSURE, Vol 7, No.2, Hal 80-88.

Kurniawan, Kemas, R & Kusumawardhani, Ratu, A., 2011. The influence of 19th

century Dutch Colonial Orientalism in spreaing Kubah (Islamic Dome)

and Middle-Eastern architectural styles for mosques in Sumatra, Journal

of Design and Built Environment, Vol 11, Hal 1-13.

(2)

Moleong, L, J, 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Muhadjir, Noeng, 2000. Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin.

Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian, Edisi Ketiga. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Peter J. M. Nas, 2009. Masa Lalu dalam Masa Kini : Arsitektur Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Rochim, Abdul, 1983. Masjid dalam karya Arsitektur Indonesia, Angkasa : Bandung.

Schodek, Daniel, L, 1999. Struktur, Edisi Kedua, Erlangga: Jakarta

Sopandi, Setiadi. 2013. Sejarah Arsitektur Sebuah Pengantar, PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Sumalyo, Yulianto. 2006. Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim, Gadjah Mada, University Press.

Http://mengakubackpacker.blogspot.com diaskses pada tanggal 09 agutsus 2015 pukul 14.00

(3)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik analisis deskriptif. Penelitian deskriptif diartikan sebuah jenis penelitian atau riset yang bertujuan untuk memaparkan atau mendeskripsikan secara sistematik, dengan mengumpulkan fakta-fakta yang akurat suatu objek tertentu. (Nazir, 1999)

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. (Moleong, 2007)

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian yang menjadi titik perhatian di dalam suatu penelitian (Muhadjir, 2000). Objek yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah kubah masjid di beberapa negara di dunia dan di Asia.

Adapun penetapan kriteria yang digunakan dalam pemilihan pada beberapa bangunan masjid di dunia hingga di Asia adalah :

1. Merupakan masjid nasional atau masjid negara

(4)

3. Merupakan masjid Kerajaan atau Kesultanan

3.3 Populasi / Sample

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Dengan meneliti sebagian dari populasi diharapkan hasil yang diperoleh akan dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Oleh karena itu, pemilihan sampel dipilih sedemikian rupa sehingga setiap elemen mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain (Nazir, 1999). Maka, populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah masjid-masjid di beberapa negara di dunia hingga di Asia.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki dari populasi tersebut. Bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karna keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel (Nazir, 1999). Maka, sample yang digunakan pada penelitian ini adalah kubah masjid azizi di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara sebagai studi kasus.

3.4 Metode Pengumpulan Data

(5)

Data primer adalah data-data yang diambil dengan beberapa teknik yaitu teknik interview dan observasi lapangan. Sedangkan data sekunder adalah data yang di kaji kembali dan di ambil dari penelitian sebelumnya yang terkait, seperti buku, jurnal, artikel, internet, majalah dan literatur yang berkaitan dengan penelitian.

3.5 Kawasan Penelitian

Lokasi penelitian berada di jalan jend.Sudirman, tepatnya di Kelurahan Tanjung Pura, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Merupakan masjid istana yang terletak di pinggir jalan raya lintas Sumatera - Banda Aceh, berjarak lebih kurang 60 km dari kota Medan.

Gambar 3.1 Peta Tanjung Pura, Langkat

3.6 . Metode Analisis Data

(6)

tentang masalah yang di teliti menjadikan sebagai temuan bagi orang lain. (Muhadjir, 2000)

Menurut (Muhadjir, 2000) analisis data kualitatif yaitu proses penyusunan data (menggolongkannya dalam tema atau kategori) agar dapat di tafsirkan dan di interpretasikan. Adapun langkah-langkah dalam analisis data kualitatif adalah reduksi data, display data, mengambil kesimpulan dan verifikasi.

Reduksi data adalah pekerjaan merangkum dan memilih serta memilah data dan informasi dari catatan lapangan (observasi), hasil wawancara dan hasil studi dokumentasi, mencari data dan informasi pokok yang di fokuskan pada hal-hal yang penting.

Display data (tahap penyajian data) merupakan usaha untuk membuat tata

hubungan antar data yang telah terkumpul, dalam hal ini berarti peneliti melakukan penyusunan informasi yang memberi kemungkinan untuk dapat menarik kesimpulan yang tepat dan pemahaman secara total atas keseluruhan data yang terkumpul.

(7)

BAB IV

DESKRIPSI KAWASAN PENELITIAN

4.1. KAWASAN PENELITIAN

4.1.1. Deskripsi lokasi kawasan masjid Azizi

Atap kubah pada masjid Azizi ini merupakan objek dalam penelitian ini.Masjid ini dinamakan masjid Azizi karena sesuai dengan nama Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmat Syah yaitu putra dari Sultan Musa al-Muazzamsyah yang meneruskan pembangunan masjid Azizi. Sultan musa wafat sebelum pembangunan masjid selesai di laksanakan. Masjid ini terletak di provinsi Sumatera Utara (Gambar 4.1). Berada di pinggir jalan raya lintas Medan - Banda Aceh, yaitu di jalan Jendral Sudirman. Secara administratif tepatnya di Kelurahan Tanjung Pura, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, kota Tanjung Pura, provinsi Sumatera Utara.

(8)

Gambar 4.3 Peta Udara Masjid Azizi (Sumber : Google Earth)

Bangunan masjid Azizi ini berjarak lebih kurang 60 km dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 2 jam dari pusat kota Medan dengan menggunakan kendaraan bermotor. Bangunan masjid Azizi ini merupakan masjid tertua yang ada di kota Tanjung Pura yang kini berusia lebih dari satu abad dan merupakan kebanggaan masyarakat Sumatera Utara khususnya daerah Langkat.

4.1.2. Data Eksisting kawasan masjid Azizi

Bangunan masjid Azizi ini terletak dikota Tanjung Pura tepatnya di pinggir jalan lintas yang menghubungkan kota Medan-Banda Aceh. Jika di lihat dari keadaan tata letak lingkungan disekelilingnya, di sekitar bangunan masjid Azizi terdapat bangunan-bangunan lainnya seperti museum daerah, sekolah

tinggi agama islam Jam’iyah Mahmudiyah, penjara, sekolah dasar serta terdapat

(9)

Gambar 4.4 Letak eksisting kawasan masjid Azizi (Sumber : Google Earth)

Bangunan masjid Azizi ini sebelah Utara berbatasan dengan jalan raya dan rumah penduduk, sebelah Selatan berbatasan dengan sekolah tinggi agama islam

Jami’iyah Mahmudiyah, sebelah Barat berbatasan dengan rumah penduduk dan

sebelah Timur berbatasan dengan sekolah SD 050725 pekan Tanjung Pura. Luas lahan bangunan masjid Azizi ini berdiri di atas tanah seluas 18.000 meter persegi. Bangunan masjid Azizi ini di sekeliling nya di batasi oleh tembok, halaman yang cukup luas sehingga memudahkan untuk memarkirkan kendaraan roda empat maupun roda dua bagi para pengunjung ataupun jamaah yang ingin melakukan ibadah solat ke masjid Azizi ini.

(10)

4.2. Sejarah Kawasan Penelitian

Kesultanan Langkat yang merupakan Kesultanan di kota Tanjung Pura, perkataan Langkat menjadi nama kabupaten yang ada di Sumatera Utara yang berasal dari nama sebuah pohon yang dikenal oleh masyarakat melayu pada saat itu dengan istilah pohon Langkat. Bentuk pohon Langkat ini menyerupai pohon langsat, tetapi rasa buahnya pahit dan asam. Oleh karena pusat kerajaan ini berada di sekitar tepi sungai Langkat, maka kerajaan ini disebut dengan kerajaan Langkat.

Sebutan raja dengan sebutan Sultan, dimulai pada masa Tengku Musa yang menjadi Sultan Langkat dengan gelar Sultan Musa Al-Muazzamsyah mulai tahun 1870-1896. Sultan Musa yang dikenal sebagai pembangun kerajaan Langkat yang cukup makmur dan kaya karena hasil alam yang sangat menguntungkan seperti banyaknya perkebunan, hasil hutan, dan tembakau.

Kesultanan Langkat mencapai kejayaannya pada masa kepemimpinan Sultan Abdul Aziz dan dianggap kerajaan melayu terkaya yang ada di Sumatera Timur bahkan satu-satunya kerajaan melayu di Sumatera Timur yang memiliki kursi dan tahta kerajaan serta kereta kencana yang terbuat dari emas.

(11)
(12)

4.3 Data Bentuk Kubah Masjid Azizi

Bangunan masjid Azizi ini memiliki 3 jenis bentuk kubah, 1 buah kubah merupakan kubah utama yang memiliki sudut simetris (Gambar 4.5), 3 buah kubah di setiap sisi serambi masjid yang berbentuk seperti bawang (Onion Dome) (Gambar 4.6) dan 15 kubah yang berbentuk persegi (Gambar 4.7). Ketiga jenis kubah masjid Azizi ini sama-sama menggunakan acroterion pada bagian puncak kubah.

Gambar 4.5 Kubah utama masjid Azizi (Sumber : Dokumentasi survey, 2015)

Gambar 4.6 Kubah berbentuk bawang pada masjid Azizi (Sumber : Dokumentasi survey, 2015)

Acroterion

(13)

Gambar 4.7 Kubah lainnya berbentuk persegi pada masjid Azizi (Sumber : Dokumentasi survey, 2015)

Gambar 4.8 Denah masjid Azizi (Sumber : Olahan Peneliti, 2015)

U

Mihrab

Ruang Utama

(14)

Gambar 4.9 Letak eksisting masjid Azizi (Sumber : Olahan Peneliti, 2015)

4.4 Deskripsi Struktur Kubah Masjid Azizi

Pada bagian atap ditutupi oleh 3 jenis bentuk kubah yang sama-sama menggunakan konstruksi dengan bahan seng yang dilapisi oleh tembaga berwarna hitam. Ruang utama masjid ditutupi oleh kubah dengan ukuran yang cukup besar dengan diameter lebih kurang 13 meter dengan bentuk denah segi delapan atau oktagonal (Gambar 4.10) pada bagian serambi masjid ditutupi oleh kubah berbentuk bawang yang memiliki diameter lebih kurang 4,2 meter dengan bentuk denah segi delapan juga (Gambar 4.11)

Menara

Perpustakaaan Taman

Jalan Lintas

Pemakaman

(15)

Gambar 4.10 Denah kubah utama Gambar 4.11 Denah kubah bawang

(Sumber : Olahan Peneliti, 2015) (Sumber : Olahan Peneliti, 2015)

Struktur kubah utama masjid Azizi ini menggunakan struktur rangka besi tembaga yang bertumpu pada setiap sudut dinding yang berbentuk segi delapan, sama halnya dengan struktur kubah berbentuk bawang (Onion Dome) yang terletak pada bagian serambi masjid. Ketiga jenis struktur kubah masjid Azizi dilapisi atau ditutupi oleh kayu damar yang dianggap oleh manajemen masjid mampu mengatasi serangan rayap dan sekaligus berfungsi sebagai plafond pada kubah. (Gambar 4.12)

(16)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kriteria kubah sebagai bentuk struktur

Bangsa Romawi telah mengembangkan konstruksi beton atau batu bata yang memungkinkan mereka membuat bentukan atap lengkung (vault) dan bentuk kubah (dome) dengan struktur Arch dome dengan susunan konstruksi beton atau batu bata. Sejarah teknologi konstruksi beton atau batu bata diawali sejak ditemukannya portland cement pada tahun 1824. Bentang kubah ini sebagian berdiameter di atas 50 meter dan tidak ada yang melebihi bentangan ini sampai ditemukannya konstruksi dan struktur baja pada abad ke-19. (Gambar 5.1)

(17)

5.2 Kriteria kubah sebagai bentuk simbol atau ornamen

Menurut (D.K.Ching & Adams, 2008) struktur kubah (dome) merupakan struktur dengan permukaan berbentuk bola, memiliki denah melingkar, terdiri dari tumpuan blok-blok, dan dari elemen-elemen liniear yang pendek. Kubah menyerupai bentuk busur yang dirotasi atau diputar yang disebut juga struktur rangka atau struktur non Arch dome.

Struktur rangka disebut juga sebagai Ribbed Dome yaitu kubah bergaris karena memiliki tulang rusuk yang memanjang ke bawah dari mahkota kubah dan cincin pada mahkota kubah memperluas garis horizontal di sekitar kubah dengan permukaan lengkung tunggal. (Gambar 5.2)

Gambar 5.2 Struktur rangka atau ribbed dome (Sumber : Makowski Z, S, 1988)

(18)

5.3 Analisa kubah masjid di dunia

1. Masjid Jami' Uqba Ibn Nafi’, di Kairouan, Tunisia (Tahun 670)

(19)

Gambar 5.3 Masjid Jami' Uqba Ibn Nafi’, di Kairouan, Tunisia pada abad ke-20 (Sumber : https://en.wikipedia.org)

Gambar 5.4 Kubah masjid Jami' Uqba Ibn Nafi’, di Kairouan, Tunisia (Sumber :http://archnet.org)

Kubah masjid Jami' Uqba Ibn Nafi’, di Kairouan, Tunisia ini

(20)

Gambar 5.5 Struktur kubah masjid Jami' Uqba Ibn Nafi’di Kairouan, Tunisia

(Sumber :http://archnet.org)

2. Masjid Dome Of The Rock, Yerussalem (Tahun 687-705)

(21)

Gambar 5.6 Bentuk kubah Dome Of The Rock, Yerussalem (Sumber : http://www.islamic-awareness.org)

Kubah batu atau Dome Of The Rock ini menggunakan struktur non

Archdome atau struktur rangka. Bentuk kubah ini pada dasarnya berbentuk segi

delapan yang terdiri dari konstruksi kayu pada lapisan dalam nya, dengan diameter kubah sekitar 20 meter.

(22)

3. Masjid Sheikh Lotfollah, di Iran (Tahun 1603)

Pembangunan masjid ini dimulai pada tahun 1603 dan selesai pada 1619. Di bangun oleh kepala arsitek Syaikh Bahai, atas perintah dari raja Shah Abbas I dari Dinasti Safawi di Persia. Kubah pada masjid ini berdiameter 13 meter. Di bangun pada awal abad 16, masjid Lotfollah atau masjid Syekh LotfAllah di Isfahan, Iran adalah salah satu karya arsitektural dari para arsitektur Persia. Masjid ini tidak memiliki menara dan ukurannya lebih kecil. Sepanjang sejarah kubah masjid Lotfollah sering digunakan sebagai acuan untuk pembangunan kubah-kubah masjid lainnya karena keindahannya karena terdapat lukisan ukiran dekoratif pada bagian eksterior kubah.

Struktur kubah pada masjid ini menggunakan struktur Arch Dome dan menjadikan kubah pada masjid ini sebagai kubah sebagai wujud strukrur dari gaya arsitektur Persia(Gambar 5.8)

(23)

4. Masjid Shah di Isfahan, Iran (Tahun 1611)

Masjid Shah atau masjid Imam di Isfahan Iran, di anggap sebagai salah satu karya arsitektur Persia. Masjid dibangun atas perintah Shah Abbas I dari Kekaisaran Safawi. Pembangunannya di mulai pada tahun 1611 dan selesai pada tahun 1629. Masjid ini merupakan contoh sempurna dari arsitektur islami Iran, dan di pandang sebagai mahakarya arsitektur Persia. Masjid Shah merupakan maha karya abadi dari arsitektur di Iran. Masjid ini terdaftar bersama dengan taman Naghshi Jahan, sebagai situs warisan dunia UNESCO. Pembangunannya dimulai pada tahun 1611 Kubah masjid Shah menjadi kubah yang tertinggi di Isfahan mencapai ketinggian 53 meter (74 kaki). Fitur yang berbeda dari kubah Persia lainnya adalah bentuk kubah yang berwarna-warni, yang menutupi bagian luar kubah seperti pada kubah masjid Sheikh Lotfollah di Iran yang terdapat lukisan ukiran dekoratif pada bagian eksterior kubah.

Struktur kubah pada masjid ini menggunakan struktur Arch Dome dengan konstruksi rangka (Gambar 5.10) menjadikan kubah pada masjid ini sebagai kubah sebagai wujud strukrur dari gaya arsitektur Persia

(24)

Gambar 5.10 Struktur kubah masjid Shah di Isfahan, Iran (Sumber :https://www.flickr.com)

5. Masjid jama’ di Delhi, India (Tahun 1650)

Pembangunan masjid Jami Delhi dimulai pada hari Jum’at tanggal 19

Oktober 1650 bertepatan dengan tanggal 10 Syawal 1060 H. Masjid Jama umumnya dikenal sebagai masjid Jama Delhi adalah masjid utama Old Delhi di India yang merupakan masjid utama atau masjid nasional yang berada di kawasan Delhi tua di India. Masjid ini didirikan oleh kaisar Mogul, Syah Jehan, yang juga membangun Taj Mahal. Masjid ini selesai pada tahun 1656 M dan merupakan yang terbesar dan terkenal di India. Masjid ini dibangun dengan gaya arsitektur Mughal yang khas dengan bentuk kubah bawangnya (Onion Dome). Kubah diapit oleh dua menara dengan tinggi 130 kaki atau 40 m.

(25)

menjadikan kubah pada masjid ini sebagai kubah struktur dari gaya arsitektur Mughal di India (Gambar 5.11)

Gambar 5.11 Kubah masjid jama’ di Delhi, India (Sumber :https://en.wikipedia.org)

6. Masjid Badshahi, di Pakistan (Tahun 1671)

Masjid Badshahi atau 'masjid kaisar', di bangun oleh raja ke enam Kesultanan Mughal, raja Aurangzeb tahun 1671 dan selesai dibangun pada tahun 1673 di Lahore, Pakistan. Masjid Badshahi merupakan sebagai landmark serta tujuan wisata utama di kota Lahore, Pakistan. Gaya arsitektural masjid Badshahi di Pakistan ini sangat mirip dengan masjid Jama di Delhi tua India, termasuk juga pada bentuk kubah nya yang dipengaruhi oleh gaya arsitektur Mughal dengan bentuk kubah bawang. Masjid Badshahi di bangun antara tahun 1671 dan 167, rancangan masjid tersebut di inspirasi oleh seni islami, Persia, Asia Tengah dan sentuhan India.

(26)

menjadikan kubah pada masjid ini sebagai kubah struktur dari gaya arsitektur Mughal di Pakistan (Gambar 5.12)

Gambar 5.12 Kubah Badshahi, di Pakistan (Sumber :https://en.wikipedia.org)

7. Masjid Sultan di Singapura (Tahun 1824)

Masjid Sultan terletak di Muscat Street and North Bridge Road di kampung Glam, Kabupaten Rochor perencanaan wilayah di Singapura. Masjid ini dianggap salah satu masjid yang paling penting di Singapura.Masjid ini dibangun tak jauh dari istananya dimulai pada 1824 hingga 1826, dan menjadi salah satu masjid tertua dan terbesar di Singapura dengan daya tampung mencapai 5000 jemaah. Arsitek Denis Santry dari Swan and Maclaren yang merancang masjid baru tersebut untuk dibangun di atas lahan masjid yang lama dan lahan tambahan dari keluarga kerajaan. Masjid ini di tetapkan sebagai monumen nasional pada tanggal 14 Maret 1975. Arsitek Denis Santry mengadopsi gaya Sarasenik atau gaya arsitektur Gotik Mughal.

(27)

Gambar 5.13 Kubah masjid Sultan di Singapura (Sumber :https://en.wikipedia.org)

8. Masjid Muhammad Ali Pasha di Kairo, Mesir (Tahun 1830)

(28)

Gambar 5.14 Kubah masjid Muhammad Ali Pasha di Kairo, Mesir (Sumber :https://en.wikipedia.org)

Gambar 5.15 Interior kubah masjid Muhammad Ali Pasha di Kairo, Mesir (Sumber : https://www.flickr.com)

9. Masjid Jamia di Nairobi, Kenya (Tahun 1902)

(29)

Struktur kubah pada masjid ini menggunakan struktur non Arch atau struktur rangka. Konstrusksi kubah pada masjid ini menggunakan material dengan bahan seng yang dilapisi perak. Kubah pada masjid ini memiliki gaya arsitektur islamMughal dan penggunaan kubah pada masjid ini merupakan satu-satunya simbol isalm satu-satu-satunya di tanah Afrika. (Gambar 5.16)

Gambar 5.16 Kubah masjid Jamia di Nairobi, Kenya (Sumber :http://www.republika.co.id)

10. Masjid Jamek, Malaysia (Tahun 1909)

(30)

Struktur kubah pada masjid ini menggunakan struktur non Arch atau struktur rangka dengan bentuk dasar segi delapan, dengan gaya khas arsitektur Mughal di Malaysia yaitu dengan bentuk kubah bawang (Onion dome) (Gambar 5.17)

Gambar 5.17 Kubah masjid Jamek, di Malaysia (Sumber :http://kuala-lumpur.attractionsinmalaysia.com)

11. Masjid Zahir di Alor Setar, Malaysia (Tahun 1912)

Masjid ini di bangun pada tahun 1912, sebuah usaha yang dibiayai oleh Tuanku Mahmud Ibni Almarhum Sultan Tajuddin Mukarram Shah. Rancangan masjid ini terinsipirasi oleh masjid Azizi di Langkat, Sumatera Utara. Insinyur J. Goman yang mengawasi pembangunan masjid ini. Masjid ini ditingkatkan dengan lima kubah besar perdana melambangkan rukun islam. Masjid Zahir memiliki luas lahan sekitar 11,558.3 m2. Setiap daerah mezzanine atau serambi diatapi oleh kubah. Kubah utama terletak di bagian Utara. Masjid ini adalah salah satu yang termegah dan tertua di Malaysia.

(31)

Gambar 5.18 Kubah masjid Zahir di Alor Setar, Malaysia (Sumber :http://kuala-lumpur.attractionsinmalaysia.com)

Gambar 5.19 Struktur rangka kubah masjid Zahir di Alor Setar, Malaysia (Sumber :http://kuala-lumpur.attractionsinmalaysia.com)

12. Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin di Brunei Darussalam (1958)

(32)

masjid kuno di India dan bangunan ibadah dari zaman Byzantine dan kubah ini memiliki tinggi 48 meter.

Struktur kubah megah pada masjid menggunakan struktur non Arch. Konstruksi kubah pada masjid ini terbuat dari jaring-jaring fibreglass dihias kaca patri berwarna-warni sebagai penutupnya dan bermaterialkan lapisan emas murni 24 karat.

Gambar 5.20 Kubah masjid Sultan Omar Ali Saifuddin di Brunei Darussalam (Sumber :https://en.wikipedia.org)

13. Masjid Bahagian Kuching di Sarawak, Malaysia (Tahun 1960)

Masjid Bahagian Kuching terletak di kota Sarawak, Malaysia berada di puncak bukit di samping Brooke Dockyard. Masjid ini di bangun pada akhir 1960. Masjid Bahagian Kuching adalah masjid terbesar dan berdiri sebagai monumental atau sebagai tonggak sejarah yang cukup penting di kota Sarawak, Malaysia.

(33)

gaya khas arsitektur Mughal di Malaysia dengan bentuk kubah bawangnya (Onion

Dome) (Gambar 5.22).

Gambar 5.21 Kubah masjid Bahagian Kuching di Sarawak, Malaysia (Sumber :http://kuala-lumpur.attractionsinmalaysia.com)

Gambar 5.22 Rangka kubah masjid Bahagian Kuching di Sarawak, Malaysia (Sumber :http://flickrhivemind.net)

14. Masjid Grand Jumeirah di Dubai, UAE (Tahun 1978)

(34)

pada bagian eksterior kubahnya dengan menara yang menjulang tinggi kembar yang membingkai sebuah kubah di sentral yang cukup besar.

Struktur kubah pada masjid ini menggunakan struktur Arch dome dengan konstruksi kubah menggunakan bahan yang terbuat dari batu putih dan kubah pada masjid ini merupakan kubah sebagai bentuk struktur (Gambar 5.23).

Gambar 5.23 Kubah masjid Grand Jumeirah di Dubai, UAE (Sumber :http://www.allposters.com)

Gambar 5.24 Interior kubah masjid Grand Jumeirah di Dubai, UAE (Sumber:https://en.wikipedia.org)

15. Masjid Istiqlal, Jakarta, Indonesia (Tahun 1978)

(35)

1978. Masjid Istiqlal Grand Jakarta merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara dan merupakan masjid nasional bagi kota Jakarta. Masjid Istiqlal dirancang pada tahun 1954 oleh Frederich Silaban, seorang arsitek kristen dari Sumatera Utara. Masjid ini terletak di jalan taman Wijaya Kusuma, Jakarta Pusat, di sudut Utara Timur lapangan merdeka.

Masjid Istiqlal menonjol dengan kubah berdiameter 45 meter dengan menggunakan struktur non Arch atau struktur rangka dengan konstuksi kubah menggunakan stainless steel atau kubah baja anti karat dengan material eksterior kubah menggunakan bahan marmer. (Gambar 5.25).

Gambar 5.25 Kubah masjid Istiqlal, Jakarta, Indonesia (Sumber :https://en.wikipedia.org)

(36)

16. Masjid Abuja Nasional di Nigeria (Tahun 1984)

Masjid Abuja National adalah masjid di Abuja ibukota Nigeria. Masjid Abuja National ini di bangun pada tahun 1984 dan berfungsi sebagai masjid nasional di Nigeria. Masjid ini dibangun pada tahun 1984 dan terbuka untuk umum non-muslim. Masjid nasional Abuja terletak di pusat pemerintahan Nigeria, berseberangan dengan gereja kristen nasional Abuja di Independent Avenue, Abuja, Nigeria. Berdirinya masjid dan gereja nasional Abuja di Nigeria diharapkan menjadi sebuah simbol keharmonisan antara umat muslim dan kristen dalam kehidupan masyarakat Nigeria.

5.27 Kubah masjid Abuja Nasional di Nigeria (Sumber:https://en.wikipedia.org)

Masjid ini memiliki kubah besar yang menggunakan struktur non Arch atau struktur rangka dengan konstruksi kubah yang terbuat dari bahan aluminium dan dilapisi atau ditutupi dengan emas dan memiliki 4 menara.

(37)

Gambar 5.28 Struktur rangka kubah masjid Abuja Nasional di Nigeria (Sumber:https://www.flickr.com)

17. Masjid Raya Al Fateh, di Bahrain (Tahun 1987)

Masjid Al-Fatih juga dikenal sebagai Al-Fatih Islamic Center. Masjid raya Al Fateh adalah masjid ke-18 dari masjid terbesar di dunia yang mampu menampung lebih dari 7.000 jamaah pada suatu waktu dan meruapakan tempat ibadah terbesar di Bahrain. Masjid Al-Fatih merupakan masjid kerajaan yang sangat dekat dengan istana kerajaan Bahrain yaitu Hammad bin Isa Al-Halifah. Masjid ini di bangun pada tahun 1987 dan selesai di bangun pada tahun 1988. Terletak di sebelah King Faisal Highway di Juffair yang merupakan kota yang terletak di ibu kota Manama. Penggunaan kubah pada masjid Al Fateh di Bahrain terdapat ukiran dekoratif pada bagian eksterior kubahnya dengan menara yang menjulang tinggi kembar yang membingkai sebuah kubah di sentral yang cukup besar.

(38)

Gambar 5.29 Kubah masjid Al Fateh, di Bahrain (Sumber :https://www.flickr.com)

Gambar 5.30 Struktur rangka kubah masjid Al Fateh, di Bahrain (Sumber :https://www.flickr.com)

18. Masjid Agung Sultan Qaboos di Oman (Tahun 1992)

(39)

Struktur kubah pada masjid ini menggunakan struktur non Arch atau struktur rangka, konstruksi kubah utama menggunakan material dengan bahan batu yang didatangkan langsung dari India sebanyak 300 ribu ton dengan lapisan marmer dan di tutupi oleh kerangka baja ringan (Gambar 5.32).

Gambar 5.31 Kubah masjid Agung Sultan Qaboos di Oman (Sumber :https://www.flickr.com)

Gambar 5.32 Interior kubah masjid Agung Sultan Qaboos di Oman (Sumber :https://www.flickr.com)

19. Masjid Sheikh Zayed, di Abu Dhabi, UEA (Tahun 1996)

(40)

Sultan Al Nahyan, pendiri dan presiden pertama Uni Emirat Arab. Kubah utama masjid ini berdiameter 32.8 meter dan setinggi 55 meter. Kubah pada masjid ini merupakan kubah terbesar yang pernah dibuat dalam jenis yang sama. Secara keseluruhan arsitektural masjid Agung Sheikh Zayed ini memiliki 82 kubah bergaya Maroko dan semuanya dihias dengan struktur dari batu pualam putih dari Italia.

Kubah ini menggunakan struktur Arch Dome dengan konstruksi kubah menggunakan bahan yang terbuat dari batu dan kubah pada masjid ini sebagai kubah struktur dari gaya arsitektur Maroko di Uni Emirat Arab. (Gambar 5.33).

Gambar 5.33 Kubah Masjid Sheikh Zayed, di Abu Dhabi, UEA (Sumber :https://www.flickr.com)

(41)

5.4 Analisa kubah masjid di Sumatera, Indonesia

1. Masjid Jami’ di Pulau Penyengat, Riau (1832 – 1844)

Terlihat pada gambar di bawah bentuk awal masjid Jami’ di pulau

Penyengat, Riau (Gambar 5.35). Sejak di bangun pada tahun 1832 dengan bangunan beton, masjid Sultan Riau pulau Penyengat tidak pernah di renovasi atau di ubah bentuknya. Masjid Sultan Riau di pulau Penyengat ini sudah di jadikan situs cagar budaya oleh pemerintah republik Indonesia.

Gambar 5.35 Bentuk awal masjid Sultan di pulau Penyengat, Riau (Sumber: Kurniawan & Kusumawardhani, 2012)

(42)

Masjid ini merupakan masjid Kesultanan Riau. Masjid ini dirancang oleh seorang arsitek India dari Singapura yang di tugaskan oleh Sultan Abdurrahman yang dipertuan muda Riau VII pada tahun 1832 dan selesai pada masa pemerintahan saudaranya, raja Ali (1844-1857). Masjid ini merupakan masjid kubah pertama yang digunakan Indonesia pada masa pemerintahan Hindia-Belanda di Sumatera.

Ada 13 kubah berbentuk bawang di masjid ini yang susunannya bervariasi, di topang oleh empat pilar beton dibagian tengahnya. 13 kubah terdiri dari empat sisi heksagonal dan segi delapan dan konstruksi kubah terbuat dari bahan pasir, kerikil dan semen. Sementara kubah utamanya didukung oleh empat kolom. Menurut sumber-sumber lokal, campuran bahan putih telur dan kapur ditambahkan untuk memperkuat struktur kubah dengan harapan agar masjid ini lebih kokoh dan tahan lama. Rencana masjid sultan di pulau penyengat, Riau ini mencerminkan dari pengaruh kuil India, di perkaya dengan empat menara bergaya Ottoman dan motif budaya melayu.

2. Masjid Al-Oesmani, Pekan Labuhan Deli, Medan (1870-1872)

(43)

Gambar 5.37 Bentuk awal masjid Al-Oesmani di Medan (Sumber:https://en.wikipedia.org)

Perubahan yang dilakukan ini dikepalai oleh seorang arsitek berkebangsaan Jerman yang bernama GD Langereis. Secara arsitektural sebuah renovasi tampilan bentuk atap pada masjid Al-Oesmani berubah total. Terlihat bangunan masjid Al-Oesmani merubah bentuk atap masjid menjadi atap kubah (Dome). (Gambar 5.38)

Gambar 5.38 Kubah masjid Al-Oesmani pada tahun 1870 (Sumber:https://en.wikipedia.org)

(44)

digunakan pada jaman Rennaisance dan digunakan pada bangunan gereja di Eropa pada saat itu seperti pada kubah gereja Basilika S Peter yang menggunakan kerangka kubah dengan bentuk dasar segi delapan dan sedikit menjorok keluar dibagian tengah kubah (Gambar 5.39)

Gambar 5.39 Kubah gereja Basilika S Peter di vatikan (Sumber:https://en.wikipedia.org)

Gambar 5.40 Kubah masjid Al-Oesmani pada tahun 1870 hingga sekarang (Sumber :https://en.wikipedia.org )

(45)

Struktur kubah pada masjid ini menggunakan struktur non Arch atau struktur rangka dengan konstruksi rangka besi dan bahan kubah bermaterialkan tembaga. (Gambar 5.41)

Gambar 5.41 Struktur rangka kubah masjid Al-Oesmani (Sumber :https://en.wikipedia.org )

3. Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh (1879 – 1881)

(46)

Gambar 5.42 Masjid Agung Baiturrahman pada abad ke-17, yang dilukis Peter Mundy (Sumber:Kurniawan & Kusumawardhani, 2012)

Transformasi masjid Baiturrahman terjadi pada bagian atap dari atap piramida berlapis menjadi atap Kubah (Dome) yang terjadi pada tahun 1879 akhir abad ke-19 ketika Aceh Darussalam Raya sedang berperang dengan Kolonial Hindia Belanda melalui perjanjian pedagang. (Gambar 5.43) Masjid ini memiliki tujuh kubah dan dengan empat menara, dan telah mengalami beberapa perubahan dan renovasi sebelum mencapai bentuk kubah masjid yang sekarang.

(47)

Gambar 5.43 Kubah masjid Baiturahman pada tahun 1879 (Sumber : Kurniawan & Kusumawardhani, 2012)

Gambar 5.44 Kubah masjid Baiturahman yang sekarang (Sumber : http://divanikaligrafi.com)

(48)

Gambar 5.45 6 fase perpanjangan rencana Masjid Baiturrahman pada tahun 1936 (II), pada tahun 1956 (III), dan pada tahun 1986 (IV).

(Sumber: Kurniawan & Kusumawardhani, 2012)

(49)

Gambar 5.47 Konstruksi kubah utama masjid Baiturrahman, Aceh (Sumber: Kurniawan & Kusumawardhani, 2012)

4. Masjid Raya, Stabat, Langkat (1904)

(50)

Gamar 5.48 Kubah masjid Raya Stabat, Langkat tempo dulu (Sumber :http://www.langkatonline.com)

Gambar 5.49 Kubah masjid Raya Stabat, Langkat hingga sekarang (Sumber:https://masjidstabat.wordpress.com)

(51)

5. Masjid Raya Al-Mashun, Medan (1906)

Terlihat pada gambar dibawah pembangunan awal pada masjid Raya Al-Mashun di Medan sampai sekarang sudah menggunakan bentuk kubah dengan bentuk segi delapan (oktagonal) pada bagian atap nya (Gambar 5.50)

Masjid raya Medan atau masjid raya Al Mashun ini dibangun pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1909 dan menjadikan masjid ini sebagai landmark kota medan. Pada awalnya masjid raya Al-Mashun dirancang oleh arsitek Belanda Van Erp yang juga merancang istana Maimun, namun kemudian prosesnya dilanjutkan dan dikerjakan oleh JA Tingdeman. Pada awal pembangunan masjid ini sang arsitek sudah menggunakan bentuk kubah (Dome) dengan gaya Turki dengan bentuk patah-patah bersegi delapan. Hal ini menandakan bahwa penggunaan bentuk kubah dari awal pembangunan masjid ini merupakan suatu bentuk semiotika dan identitas sebuah bangunan masjid dan peran arsitek Eropa mendesain untuk menggunakan bentuk kubah pada awal pembangunan masjid raya Al-Mashun ini sudah bisa di terima oleh masyarkat sekitar khusunya masyarakat kota Medan

(52)

Gambar 5.51 Masjid Raya Al-Mashun, Medan sekarang (Sumber:http://www.ragamtempatwisata.com)

.Struktur kubah pada masjid raya Al-Mashun ini menggunakan struktur non Arch atau struktur rangka dengan bentuk segi delapan dan sedikit menjorok keluar dibagian tengah kubah seperti pada kubah masjid Al-Oesmani di Labuhan Deli, masjid raya Stabat, Langkat dan masjid Azizi di Tanjung Pura, langkat. (Gambar 5.53)

(53)

Gambar 5.53 Struktur rangka kubah masjid raya Al-Mashun, Medan (Sumber:http://www.ragamtempatwisata.com)

6. Masjid Azizi Tanjung Pura, Langkat (1900-1902)

Masjid Azizi merupakan masjid dari Kesultanan Langkatyaitu Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmat Syah yaitu putra dari Sultan Musa al-Muazzamsyah yang meneruskan pembangunan masjid Azizi ini.

(54)

Gambar 5.54 Masjid Azizi di Tanjung Pura, Langkat pada tahun 1921 (Sumber: Kurniawan & Kusumawardhani, 2012)

Gambar 5.55 Masjid Azizi di Tanjung Pura, Langkat sekarang (Sumber: https://visitlangkat.wordpress.com)

(55)

Gambar 5.56 Struktur rangka kubah utama masjid Azizi (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2015)

Gambar 5.57 Struktur rangka kubah bentuk bawang pada masjid Azizi (Sumber: Sumber: Dokumentasi pribadi, 2015)

(56)

Tabel 5.1 Tabelhasilanalisapenggunaankubahsebagaistrukturdankubahsebagaisimbolatauornamenpadabeberapa masjiddi duniahingga di Asia

Tahun 670 687 1603 1611 1650 1671 1824 1830 1832 1870 1879 1900 1902 1904 1906 1909 1912 1958 1960 1978 1984 1987 1992 1996

Nama masjid danlokasinya

Masjid Jami' UqbaIbnNafi’, di Kairouan, Tunisia

Masjid Dome Of The Rock, Yerussalem

Masjid Sheikh Lotfollah, di Iran

Masjid Shah di Isfahan, Iran

Masjid jama’ di Delhi, India

Masjid Badshahi, di Pakistan

Masjid Sultan di Singapura

Masjid Muhammad Ali Pasha di Kairo, Mesir

Masjid Jami’ di PulauPenyengat, Riau, Indonesia

Masjid Al-Oesmani di Sumatera Utara, Indonesia

Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Indonesia

Masjid Azizi Tanjung Pura, Sumut, Langkat Indonesia

Masjid Jamia di Nairobi, Kenya

Masjid Raya Stabat, Langkat, Sumatera Utara, Indonesia

Masjid Raya Al-Mashun, Sumut, Indonesia

Masjid Jamek, di Malaysia

Masjid Zahir di AlorSetar, Malaysia

Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin, Brunei Darussalam

Masjid Bahagian Kuching di Sarawak, Malaysia

Masjid Grand Jumeirah di Dubai, UAE

Masjid Istiqlal, Jakarta, Indonesia

Masjid Abuja Nasional di Nigeria

Masjid Al Fatehdi Bahrain

(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Sejarah mengenai perkembangan dari penggunaan bentuk kubah beserta fungsinya sangatlah luas dan kaya akan makna bagi berbagai agama, budaya, keyakinan serta bagi peradaban tertentu dan ternyata penggunaan bentuk kubah telah di kembangkan selama ratusan tahun yang lalu dengan gaya arsitektur dan bentuk yang berbeda-beda oleh banyak kelompok masyarakat dan agama di berbagai negara di dunia hingga di Asia.

(58)

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka diperoleh beberapa saran atau rekomendasi antara lain :

Bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan wawasan ilmu pengetahuan dari segi bidang arsitektural khususnya tentang perkembangan penggunaan kubah sebagai struktur dan sebagai simbol atau ornamen pada sebuah bangunan masjid.

 Bagi peneliti selanjutnya

(59)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Semiotika

Semiotika (Semiotics) berasal dari bahasa Yunani “Semeion” yang

memiliki arti tanda. Jadi, semiotika adalah ilmu tentang tanda. (Dharma, 2006). Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi, suatu maksud, arti maupun makna yang terkandung dalam suatu objek arsitektur yang bersifat komunikasi dan mampu menggantikan suatu yang lain dan yang dapat di pikirkan dan di bayangkan.

(60)

Semiotika sangat dikaitkan dalam ilmu arsitektur dan ilmu bahasa, dikarenakan dalam konteks arsitektur, objek yakni ruang, tempat atau alat-alat yang digunakan oleh manusia merupakan suatu sarana komunukasi yang cukup luas (Dharma, 2006). Ilmu semiotika mulai digunakan pada dunia arsitektur sejak era post-modern yaitu pada era tersebut para arsitek mulai menyadari adanya kesenjangan sosial antar pembuat desain (arsitek) dengan pemakai desain (penghuni). Para arsitek melihat bahwa masyarakat tidak memahami terhadap desain yang mereka ciptakan. Untuk itu para arsitek berkeinginan untuk mengajak masyarakat agar mereka dapat memahami karya-karya arsitektur dengan sebuah bentuk komunikasi, tanda ataupun simbol. Sehingga diperlukannya pemahaman terhadap pemikiran mengenai semiotika yakni ilmu tentang tanda yang mana terdapat suatu makna dalam setiap unsur tanda tersebut (Dharma, 2006)

2.2 Defenisi Kubah

Bentuk kubah telah dikembangkan selama ratusan tahun oleh banyak kelompok masyarakat di berbagai belahan dunia. Sejarah mengenai perkembangan dari bentuk kubah beserta fungsinya sangat luas dan kaya akan makna bahkan telah menjadi simbol semiotik yang khas bagi berbagai agama, budaya dan peradaban tertentu.

(61)

Kubah merupakan salah satu unsur arsitektur yang mendasar sebagai bentuk bangunan dan selalu digunakan di tempat tertinggi di atas bangunan sebagai penutup atap. Bentuk dari kubah tidak hanya memiliki permukaan bagian luarnya saja, tetapi juga memiliki bagian ruang dalam dan organisasi ruang dimana arsitektur berada pada potensi yang paling tinggi (Wahid dan Alamsyah, 2013)

2.3 Sejarah Kubah

Menurut (Sopandi, 2013) dalam buku sejarah arsitektur, perkembangan arsitektur di Eropa Timur dan di Timur Tengah banyak mewarisi berbagai inovasi yang dikembangkan pada masa kejayaan Romawi. Selain karena perkembangan teknologi membangunnya, bangsa Romawi sangat berpengaruh karena kekuasaan politiknya yang luas, mencakup daratan yang mengelilingi laut Mediterania. Pada puncak kejayaannya, mulai dari abad 4 SM sampai dengan 400 M, Roma sempat mengembangkan infrastruktur kota yang canggih di daerah-daerah kekuasaannya.

(62)

bangunan-bangunan keagamaan dan situs-situs pra-islam yang dialihfungsikan menjadi bangunan ibadah yakni masjid (Sopandi, 2013).

Zaman Bizantium merupakan zaman perkembangan arsitektur yang berpengaruh besar dalam arsitektur masjid, dimana Konstantinopel (sekarang Istanbul) di bangun sebuah gereja sangat besar pada waktu itu yang disebut Hagia Sophia. Pada gereja inilah dibuat kubah, kemudian penggunaan kubah menjadi ciri dari arsitektur Bizantium.

Pada zaman Bizantium banyak pula di bangun gereja dengan bentuk kubah sebagai mahkota di bagian atas pada bangunan. Tidak sedikit gereja lain yang sejaman memakai “kubah palsu” bahkan memodifikasi menjadi bentuk bawang, yaitu kubah yang runcing di atas, menggelembung di tengah seperti bawang (onion dome).

Bahkan bentuk kubah tidak sedikit hanya dipakai sebagai hiasan dan hanya berbentuk kecil, misalnya pada amortizement dan puncak dari sebuah minaret, misalnya pada banyak mesjid dan makam muslim kuno di India. Pada masjid-masjid kuno dan baru di Arab, Mesir dan lain-lain. Kubah selain menjadi penghias juga menjadi tanda memperkuat arah kiblat, diletakkan di depan di atas dari mihrab. Keberadaan kubah pada masjid seperti adanya kolom dalam haram dan menjadi polemik yang berkepanjangan dan kini ada yang memandang kubah sebagai simbol atau identitas dari bangunan masjid.

(63)

muslim. Kata masjid disebut sebanyak dua puluh delapan kali di dalam al-quran, yang berasal dari kata Sajada-Sujud,yang berarti patuh, taat, serta tunduk penuh hormat dan takzim. Sujud dalam syariat adalah berlutut, meletakkan dahi, kedua tangan ke tanah adalah bentuk yang nyata dari arti kata tersebut di atas. Oleh karena itu bangunan yang dibuat khusus untuk shalat disebut masjid yang artinya tempat untuk bersujud.

Menurut (Huthudi & Subekti, 2004) perkembangan kubah berkaitan erat dengan perkembangan bahan ataupun material. Pada abad ke-19 terjadi suatu revolusi industri yang memberikan hasil yang luar biasa, khususnya untuk bidang pembangunan. Revolusi industri terjadi karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maju. Hasil revolusi industri ini membawa serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berupa bahan bangunan. Dengan hasil ini maka bahan bangunan yang telah ada seperti bahan alami seperti batu, kayu, bata dan beton ditambah dengan bahan bangunan baru yaitu besi dan baja.

2.4 Defenisi Struktur kubah

Pengertian sederhana tentang struktur dalam kaitannya terhadap bangunan adalah bahwa struktur merupakan sarana untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh penggunaan atau kehadiran suatu bangunan di atas permukaan tanah. (Schodek, 1999)

(64)

baru lainnya adalah dengan menggunakan batang-batang yang diletakkan pada sebuah kurva yang dibuat dari garis melintang dan membujur dari suatu permukaan putar atau bulat.

Menurut (D.K.Ching & Adams, 2008) struktur kubah (dome) merupakan struktur dengan permukaan berbentuk bola, memiliki denah melingkar, terdiri dari tumpuan blok-blok, dan material kaku seperti beton bertulang atau dari elemen-elemen liniear yang pendek. Kubah menyerupai bentuk busur yang dirotasi atau diputar.

Gambar 2.1. Ilustrasi struktur rangka pada kubah (Dome) (Sumber : Makowski Z, S, 1988)

2.5 Sejarah struktur kubah

Bangsa Romawi telah mengembangkan struktur beton yang memungkinkan mereka membuat bentukan atap lengkung (vault) dan bentuk kubah (dome). Sejarah teknologi konstruksi beton diawali sejak ditemukannya

portland cement pada tahun 1824. Bentang kubah ini sebagian bergaris tengah

(65)

Gambar 2.2 Ilustrasi struktur dasar bentuk kubah dari busur (Sumber : http://oghibhambara.blogspot.co.id)

Bahan bangunan yang dipakai bangsa Romawi adalah bata, keramik, semen, beton dan besi. Beton yang dikembangkan bangsa Romawi adalah bahan yang sangat kuat, tahan lama, sekaligus ekonomis. Beton memungkinkan bangsa Romawi membangun bangunan dengan struktur bentuk kubah (Dome).

2.6 Sejarah penggunaan kubah di Nusantara

Menurut (Rochim, 1983) penggunaan atap berupa kubah pada masjid di Nusantara merupakan wujud kemajuan zaman dan modernitas. Sehingga dapat menggeser penggunaan bentuk atap dan puncak yang tradisional pada masjid yang menggunakan atap tumpang atau limas.

(66)

melainkan bentuk-bentuk minimalis dan berundak, misalnya masjid Agung Demak atau Masjid Agung Banten (Gambar 2.3). Hal ini membuktikan bahwa bentuk kubah sebenarnya bukan asli warisan dari budaya islam, melainkan adopsi budaya dari luar islam yang kini justru menjadi identik sebagai bangunan tempat ibadah umat islam dan seringkali bentuk kubah menjadi identitas atau simbolisasi islam.

Gambar 2.3 Masjid Agung Demak dan masjid Agung Banten atap tumpang (Sumber : http://divanikaligrafi.com)

(67)

Dahulu sebelum menggunakan pada ujung masjid berupa kubah kecil, masyarakat Jawa pada umumnya menggunakan atap yang dibuat dari tanah liat yang bakar atau benda lainnya yang memberi tekanan pada keruncingan, atau disebut dengan mustaka. Pada masjid-masjid di desa, penggunaan kubah pada umumnya hanya pada bagian puncak atau ujung pada masjid saja, sedangkan pada atapnya masih menggunakan bentuk tumpang. (Gambar 2.5). Hal ini yang membuat bentuk masjid dengan penggunaan atap maupun puncak berbentuk kubah semakin berkembang. (Rochim, 1983)

Gambar 2.5 Masjid yang menggunakan kubah kecil pada bagian ujung atapnya (Sumber : http://divanikaligrafi.com)

2.7 Penampilan awal penggunaan kubah masjid di Sumatera

(68)

menghadap kota Tanjung Pinang, yang menurut Matheson adalah untuk berdiri sebagai tantangan islam dengan kafir di air. Rencana masjid Penyengat mencerminkan dari pengaruh kuil India, yang diperkaya dengan empat menara bergaya Ottoman dan motif budaya melayu (Gambar 2.6).

Gambar 2.6 Kubah masjid di Pulau penyegat, Riau (Sumber : Kurniawan & Kusumawardhani, 2012)

Kubah terdiri dari empat sisi heksagonal dan segi delapan dan kubah terbuat dari pasir, kerikil dan semen. Sementara kubah utamanya didukung oleh empat kolom. Menurut sumber-sumber lokal, campuran bahan putih telur dan kapur ditambahkan untuk memperkuat struktur kubah.

Masjid kubah yang kedua yaitu masjid Al-Oesmani di Labuhan Deli (1870-1872), yang dirancang oleh arsitek Jerman GD Langereis, rasa Eropa untuk menafsirkan dan pencampuran budaya Islam (Gambar 2.7).

(69)

Langeries menerapkan struktur kubah dengan bentuk segi delapan dengan bahan tembaga pada bagian atapnya. Pada bagian eksterior menunjukkan campuran gaya arsitektur Moor dan arsitektur Mughal. Ada lima kubah dengan bahan tembaga pada bagian atap. Ruang utama masjid ditutupi dengan kubah utama yang cukup besar dengan bahan tembaga dengan bentuk segi delapan (oktagoal). Berat kubah pada masjid ini diyakini lebih dari 2,5 ton. Langit-langit pada masjid ini dibuat dengan bahan kayu dengan bentuk melengkung mengikuti bentuk kubah. Meskipun struktur kubah tidak bisa dilihat, informasi dari manajemen masjid mengatakan bahwa frame atau struktur besi yang digunakan adalah sebagai struktur utama pada kubah.

(70)

Gambar 2.8 Kubah masjid Baiturahman pada tahun 1879 (Sumber : Kurniawan & Kusumawardhani, 2012)

Masjid baru Baiturrahman mengingatkan gaya arsitektur Arab, Eropa klasik dan gaya arsitektur Moorish. Gaya arsitektur Moorish yang jelas di tunjukkan dari pintu interior dan dari bagian depan. Penggunaan bentuk geometris sebagai unsur utama dari ornamen dekoratif termasuk motif Arab yang natural dan rencana bentuk masjid adalah bentuk salib terbalik.

(71)

2.8 Tipologi penggunaan awal kubah masjid di Sumatera

Menurut (Kurniawan & Kusumawardhani, 2012) tipologi penggunaan awal kubah masjid di Sumatera dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 2.1)

(72)
(73)

2.9 Ragam bentuk kubah

Bentuk kubah juga beragam tergantung gaya arsitektur dan daerahnya. 1. Kubah belahan (hemispherical dome)

Kubah inilah yang umumnya dijumpai pada gereja atau bangunan berarsitektur Barat. Kubah ini berbentuk setengah lingkaran sempurna dengan tholobate berbentuk silinder (melingkar), misalnya kubah Basilika St. Peter.

Gambar 2.9 Basilika St. Peter.

2. Kubah oktagonal

Kubah yang jika dilihat masih mempertahankan bentuk rusuknya yang bersegi. Bagian tholobatenya juga memiliki sisi, tidak seperti drum pada kubah hemispherical atau pada kubah belahan yang berbentuk silinder sempurna. Contohnya adalah kubah katedral Florence.

(74)

3. Kubah piring (saucer dome)

Kubah yang berbentuk seperti piring terbalik (menelungkup). Kubah jenis ini sangat sering digunakan pada gereja bergaya Byzantine contohnya Hagia Sophia dan masjid bergaya Ottoman.

Gambar 2.11 Hagia Sophia

4. Kubah layar (sail dome/pendetive dome)

Kubah yang sangat khas pada gaya arsitektur Byzantine (kristen orotodoks), dimana pada bagian atas tholobatenya terdapat bagian setengah lingkaranyang menyangga kubah. Akibatnya, jika dilihat dari bawah bagian dalam kubah tampak seperti layar yang dikembangkan di keempat sisinya.

(75)

5. Kubah payung (umbrella dome)

Kubah jenis ini masih menampakkan rusuk-rusuk vertikalnya. Contohnya seperti kubah Basilika St. Peter, kubah katedral Florence, serta kubah Hagia Sophia. Kubah-kubah islam umumnya jarang menerapkan kubah bergaya seperti ini. Biasanya kubah masjid lebih polos dan permukaannya lebih halus tanpa menunjukkan rusuk-rusuk nya. Terkecuali pada dome of

the rock dan masjid-masjid bergaya Ottoman, sebab gaya kubahnya masih

sangat di pengaruhi kubah bergaya kristen.

6. Kubah umbi bawang (onion dome)

Kubah ini merupakan ciri khas arsitektur islam dan kristen ortodoks. Contohnya seperti katedral St Petersburg dan lain-lain.

Gambar 2.13 Katedral St.Petersburg.

7. Kubah bentuk buah pir (pear shaped dome)

(76)

Gambar 2.14 St Michael Golden dome Monastery di Kiev, Ukraina

8. Kubah tunas (bud dome)

Kubah ini hanya ditemukan pada gaya arsitektur Baroque, berupa kubah yang memiliki “tunas” berupa kubah berbentuk umbi bawang yang lebih

kecil pada bagian atasnya. Misalnya pada katedral St. Andrew di Kiev, Ukraina.

Gambar 2.15 Katedral St. Andrew di Kiev, Ukraina.

9. Kubah berbentuk lonceng (bell shaped dome)

Kubah ini tampak seperti lonceng yang ditelungkupkan. Kubah berbentuk lonceng ini dijumpai pada kubah katedral Dresden, Jerman.

(77)

10.Kubah bentuk melon (melon dome)

Kubah ini sangat unik sebab berbentuk seperti buah semangka atau melon. Kubah ini sangat khas terdapat pada kubah-kubah masjid di Asia Tengah. Contohnya yang terkenal adalah kubah masjid Agung St. Petersburg di Rusia yang merupakan masjid terbesar di Eropa.

Gambar 2.17 Masjid Agung St. Petersburg, Rusia

2.10 Kriteria pemilihan masjid di beberapa negara di dunia hingga di Asia Adapun kriteria yang digunakan dalam pemilihan populasi pada beberapa bangunan masjid di dunia hingga di Asia di lihat pada tabel di bawah ini.

Nama Masjid Lokasi dan

Lotfollah Iran tahun 1603

(78)
(79)

Masjid Raya Stabat,

(80)

Masjid Bahagian

Masjid Sheikh Zayed Abu Dhabi, UEA tahun 1996

(81)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan arsitektur di dunia maupun di Indonesia sendiri. Indonesia sebagai negara bekas jajahan bangsa Eropa dan Asia seperti Belanda, Portugis serta Jepang, pengaruh gaya arsitektur dari negeri Belanda, Portugis serta Jepang cukup besar terhadap perkembangan arsitektur di Indonesia, bahkan tak jarang terjadi perpaduan diantara gaya Eropa dengan arsitektur Nusantara atau arsitektur tradisional Indonesia. Masuknya unsur Eropa ke dalam komposisi kependudukan menambah kekayaan ragam arsitektur di Nusantara.

Salah satu peninggalan atau warisan arsitektur yang diduga berasal dari zaman kolonial Belanda adalah dengan pengenalan gaya arsitektur Timur Tengah dengan bentuk kubah nya untuk masjid-masjid di Indonesia. Kubah dengan gaya arsitektur Timur Tengah mulai terinspirasi pada pertengahan abad ke-19 dan mulai digunakan secara menyeluruh untuk masjid-masjid maupun istana di Indonesia khususnya di pulau Sumatera terutama di Riau, Medan, Deli, Aceh dan Siak.

(82)

antara Rusia, Romania, Serbia, Montenegrodan Bulgaria yang melawan kekaisaran Ottoman yang mencuatkan ide revitalisasi islam dan pan-islamisme. Saat itu kekaisaran Ottoman melancarkan gerakan budaya termasuk pengenalan jenis masjid baru. gerakan ini bergema di Asia Tenggara. Masjid-masjid lama atau tradisional yang beratap tumpang atau limas mulai digantikan dengan masjid kubah (qubbah) dengan minaret-minaret gaya khas Timur Tengah atau India Utara. Hal ini merunut dari gerakan reformis atau “pemurnian” islam atas kebiasaan lama pra-islam atau sinkretisme yang diambil islam dari berabad-abad yang lampau. Lambat laun kubah menjadi suatu simbol arsitektur islam paling modern, yang seakan-akan wajib ada pada setiap masjid-masjid baru di Asia Tenggara. Kini kubah kemudian menghiasi masjid-masjid di Nusantara dan penggunaan kubah menjadi suatu bagian dari arsitektur yang identik dari masjid-masjid yang ada di Nusantara.

Kubah merupakan salah satu unsur arsitektur yang mendasar sebagai bentuk bangunan dan selalu digunakan di tempat tertinggi di atas bangunan sebagai penutup atap. Bentuk dari kubah tidak hanya memiliki permukaan bagian luarnya saja, tetapi juga memiliki bagian ruang dalam dan organisasi ruang dimana arsitektur berada pada potensi yang paling tinggi. (Wahid dan Alamsyah, 2013)

(83)

memperkuat arah kiblat, diletakkan di depan dan di atas dari mihrab. Keberadaan kubah pada masjid, juga seperti adanya banyak kolom dan menjadi polemik yang berkepanjangan, kini ada yang memandang kubah sebagai simbol, identitas ataupun sebagai bentuk semiotika dari bangunan masjid.

Kubah juga sering digunakan karena dengan alasan konstruksi atau struktur kubah bisa mengatasi ruang yang cukup lebar tanpa adanya kolom. Struktur kubah memungkinkan ditutupnya ruang secara maksimum dengan biaya bahan yang diperlukan untuk struktur dapat di lakukan dengan biaya yang murah. Berkat lengkungan gandanya kubah merupakan salah satu struktur untuk bentuk yang paling cocok sebagai penutup ruang yang besar. Stuktur kubah merupakan salah satu bentuk struktur yang paling tua, dan sejak di temukannya struktur kubah merupakan sebuah elemen tetap dan cukup penting dalam unsur arsitektur. (Makowski, Z.S, 1988)

Masjid Azizi di Tanjung Pura, Langkat provinsi Sumatera Utara di bangun pada tahun 1900 dan di desain oleh arsitek Eropa berkebangsaan Jerman dengan menggunakan bentuk kubah yang megah dengan struktur rangka dengan bermaterialkan tembaga. Penggunaan bentuk kubah pada masjid Azizi menjadikan sebuah identitas atau simbol bagi masjid di kota Tanjung Pura dan sekaligus menjadi sebuah kebanggaan bagi masyarakat di kota Tanjung Pura.

(84)

kubah sebagai wujud struktur dan sebagai simbol atau ornamen pada bangunan masjid Azizi sebagai studi kasus.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Apakah kubah masjid Azizi merupakan kubah dalam wujud bentuk

struktural atau kubah sebagai bentuk simbol/ornamen?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang ada di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

 Mengetahui apakah kubah masjid Azizi merupakan kubah dalam wujud bentuk struktural atau kubah sebagai bentuk simbol/ornamen.

1.4Manfat Penelitian

Bagi ilmu pengetahuan

(85)

Bagi peneliti

Dalam penelitian ini memberikan suatu pengalaman belajar dan sebagai kesempatan dalam menerapkan ilmu yang telah di dapat dari teori-teori serta ilmu-ilmu yang telah dipelajari dan dipahami. Kemudian, penelitian ini juga bisa bermanfaat sebagai bahan perbandingan antara hal-hal yang bersifat teoritis dan praktis guna dalam menambah ilmu pengetahuan.

Bagi peneliti lanjutan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan literature atau studi banding mengenai penggunaan atap kubah masjid yang dapat digunakan sebagai suatu referensi maupun inspirasi untuk studi kasus yang sejenis.

Bagi masjid Azizi

(86)

1.5 Kerangka Berpikir

Diagram 1.1 Kerangka Berpikir

Latar belakang

Masjid-masjid lama atau tradisional di Nusantara yang beratap tumpang atau limas mulai digantikan dengan masjid-masjid baru yang menggunakan bentuk kubah. Kini keberadaan kubah menjadi suatu simbol, identitas ataupun sebagai bentuk semiotika pada bangunan masjid dan kini kubah juga sering digunakan karena dengan alasan strukturkubah bisa mengatasi ruang yang cukup lebar tanpa adanya kolom.

Rumusan Masalah

 Apakah kubah masjid Azizi merupakan kubah dalam wujud bentuk struktural ataukubah sebagai bentuk simbol/ornamen?

Tujuan Penelitian

 Mengetahui apakah kubah masjid Azizi merupakan kubah dalam wujud bentuk struktural atau kubah sebagai bentuk simbol/ornamen.

(87)

ABSTRAK

Penggunaan bentuk kubah tidak sedikit yang hanya dipakai sebagai hiasan dan berbentuk kecil, misalnya pada puncak dari sebuah menara. Kubah selain menjadi penghias juga menjadi tanda memperkuat arah kiblat, diletakkan di depan dan di atas dari mihrab. Kini keberadaan kubah pada masjid menjadi sebuah polemik yang berkepanjangan dan kini ada yang memandang kubah sebagai simbol, identitas ataupun sebagai bentuk semiotika dari sebuah bangunan masjid. Kubah juga sering digunakan karena dengan alasan konstruksi atau struktur kubah bisa mengatasi ruang yang cukup lebar tanpa adanya kolom. Struktur kubah merupakan sebuah elemen tetap dan cukup penting dalam unsur arsitektur. Oleh karena itu, dengan adanya keberadaan antara penggunaan kubah sebagai simbol dan kubah sebagai struktur, maka peneliti tertarik untuk melakukan studi penelitian tentang perkembangan penggunaan kubah sebagai bentuk simbol dan sebagai bentuk struktur pada sebuah bangunan masjid. Masjid yang akan menjadi studi kasus dalam penelitian ini adalah Masjid Azizi di Tanjung Pura, Langkat. Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis deskriptif, dengan menggunakan observasi dan studi literatur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui serta memahami tentang perkembangan penggunaan kubah sebagai simbol maupun struktur, sejarah penggunaan bentuk kubah, pelestraian kubah dan sejarah mengenai masjid-masjid di dunia hingga di Indonesia.Hasil dari penelitian ini adalah ternayata pada tahun 1800-an hingga tahun 1900-an penggunaan bentuk kubah pada bangunan masjid telah menjadi sebuah simbol semiotik atau sebagai ornamen bagi beberapa masjid-masjid di dunia maupun masjid-masjid di Asia seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam serta Indonesia dan dalam penelitian ini termasuk pada kubah masjid Azizi di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara yang di bangun pada tahun 1900.

(88)

Abstract

Use a dome shape is not only used decoration and small shape, for example at the height of a tower. Dome besides being a decorator is also a sign of strengthening the Qiblat direction, placed in front and on the mihrab. Now, the existence dome of the mosque into a prolonged polemic and there are now who see the dome a symbol, identity or form of semiotics a mosque. Dome is also often used for structural reasons dome can cope with a wide enough space without columns. Structure of the dome is a fixed element and quite important in architectural elements. Therefore, with the existence of the use dome a symbol and dome structure, the researchers interested in conducting research study on the development of the use dome a symbol and form of structural shapes in mosque. The mosque will be a case study in this research is Azizi Mosque in Tanjung Pura, Langkat. This study, using a qualitative method with descriptive analysis techniques, using observation and study literatur. This research was conducted to know about the development of the use dome a symbol or structure, use history dome shape, preservation dome and the history of mosques in the world to Indonesian. Result from this stud turned out in 1800 to 1900 the use of the dome shape in the building the mosque has become a symbol semiotic or ornaments for a mosque in the world as well a mosque in Asian, Malaysian, Singapore, Brunie Darussalam, and Indonesian and this study, including the dome Azizi mosque in North Sumatera, Langkat which was built in 1900.

(89)

ANALISIS STRUKTUR DAN SIMBOL KUBAH

PADA BANGUNAN MASJID

(Studi Kasus : Masjid Azizi Tanjung Pura, Langkat)

SKRIPSI

OLEH

ANDRIE SUPARMAN 110406040

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(90)

ANALISIS STRUKTUR DAN SIMBOL KUBAH

PADA BANGUNAN MASJID

(Studi Kasus : Masjid Azizi Tanjung Pura, Langkat)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

ANDRIE SUPARMAN 110406040

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(91)

PERNYATAAN

ANALISIS STRUKTUR DAN SIMBOL KUBAH PADA BANGUNAN MASJID

(Studi Kasus : Masjid Azizi Tanjung Pura, Langkat)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2015 Penulis,

(92)

Judul Skripsi : Analisis Struktur dan Simbol Kubah pada Bangunan Masjid

Nama Mahasiswa : Andrie Suparman Nomor Pokok : 110406040 Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing,

(Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, M.T.)

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

(Dr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc.,) (Ir. N. Vinky Rahman, M.T.)

(93)

Telah diuji pada Tanggal : Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil., Ph.D. Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, M.T.

(94)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, M.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil., Ph.D dan Bapak Imam Faisal Pane, S.T, M.T, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran nya dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T, selaku Ketua Departemen Arsitektur dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.LA, selaku Sekretaris Departemen Arsitektur,Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

(95)

6. Kedua orang tua saya Bapak Suparman dan Ibu Nuraini dan abang-abang saya Mahdian, Mhd Sukri, Hamdhani yang telah memberikan semangat, dorongan, dan bantuan untuk menyelesaikan studi danskripsi penulis di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

7. Kepada pacar saya tercinta Alya Maulida serta sahabat saya Aries Munandar (Bajuri) dan Rekan-rekan mahasiswa (Reza Fauzhi dan Ridwanyah Sembiring), yang telah membantu serta memberikan motivasi dan dorongan hingga selesainya skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan (Teddy, Robby, Iqbal dan Bg Liel), rekan-rekan mahasiswa/i stambuk 2011 dan adik-adik stambuk 2014.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak.

Medan,Juli 2015 Penulis,

Gambar

Gambar 5.17 Kubah masjid Jamek, di Malaysia
Gambar 5.19 Struktur rangka kubah masjid Zahir di Alor Setar, Malaysia
Gambar 5.20 Kubah masjid Sultan Omar Ali Saifuddin di Brunei Darussalam
Gambar 5.22 Rangka kubah masjid Bahagian Kuching di Sarawak, Malaysia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mobilitas tenaga kerja dan perkembangan migrasi baik yang keluar maupun masuk berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya di

Faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi atau konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi

Hasil Analisis Data Sekunder Untuk Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah di Tingkat Wilayah.. Variables

Dalam teori struktur modal penggunaan hutang memiliki beberapa keuntungan bagi perusahaan diantaranya bunga hutang dapat mengurangi pajak perusahaan; hutang memiliki

Jika dilihat dari arsitektur masjid sendiri tidak ada yang menyebutkan bahwa kubah adalah simbol utama atau bentuk yang wajib di buat dalam desain masjid, karena jika kita mengacu