Lampiran 1
PLANNING OF ACTION (POA) PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN KOMPREHENSIF (PBLK) PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN USU
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI DUSUN VIII DESA MARINDAL I KEC. PATUMBAK KAB. DELI SERDANG SUMUT
TANGGAL 28 MEI – 09 JUNI 2012 N
O
KEGIATAN MINGGU I MINGGU II MINGGU III MINGGU IV
28 Mei– 02 Juni 2012
04 Juni – 09 Juni 2012
11 Juni – 16Juni 2012
18 Juni – 23 Juni 2012
Sn Sl Rb Km JmSb Sn Sl Rb Km Jm Sb Sn Sl Rb K
m
Orientasi lahan praktek
Konsul pembimbing judul dengan dosen pembimbing
Pengkajian dan Pengumpulan data
Konsul dengan dosen pembimbing
Analisa situasi dan menentukan prioritas masalah
Konsul POA dengan dosen Pembimbing
Konsul Pasien Kelolaan dengan dosen Pembimbing
Penyusunan Laporan Akhir
Konsul Laporan Akhir dengan dosen Pembimbing
Perbaikan Laporan Akhir
Penyerahan Laporan Akhir Ke dosen Pembimbing
Penjilidan Laporan
(Lufthiani, S.Kep, NS, S.Kep)
lampiran 2
KONTRAK BELAJAR PBLK
DI DUSUN VIII DESA MARINDAL I KEC. PATUMBAK KAB. DELI SERDANG SUMUT
Nama Mahasiswa : Indah Septiani Pasaribu
Nim : 091121064
Tanggal : 28 Oktober-23 Juni 2012
No Tujuan Aktivitas/Ke
giatan
Metode
Pelaksanaan
Perencanaan Kegiatan
Metode Evaluasi
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
a.Pengkaji an Pelayanan Keperawat an
Observasi Lingkungan XIII
Wawancara dengan masyarakat yang berada di lingkungan XIII
Observasi
b.Mengan alisa Masalah
Tabulasi data yang diperoleh dari observasi ruangan, wawancara dengan masyarakat
Analisa data yang diperoleh dari pengkajian
Menetapkan prioritas masalah sesuai dengan
rumah
Mengajarkan pasien senam diabetik
pada pasien dan keluarga
Pertemuan dengan klien-klien dibetes melitus di ruangan lingkungan XIII e.evaluasi Melakukan
Evaluasi setiap kegiatan yang dilaksanakan di
Lingkungan XIII
Observasi
Lampiran 3
PRE PLANNING PENYULUHAN KESEHATAN
SENAM KAKI DIABETES MELLITUS
A. LATAR BELAKANG
Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh perawat pada saat Praktek Belajar Lapangan di Dusun VIII Desa Marindal I Kec. Patumbak Kab. Deli Serdang, diantaranya Ny.N (58 tahun), Tn.B (62 tahun) dengan hasil KGD terkahir Ny.N sebanyak 230 mg/dl sedangkan Tn.B adalah 226 mg/dl, sedangkan Ny.S sebanyak 230 mg/dl, Ny.F sebanyak 265 mg/dl, dan Tn.N sebanyak 210 mg/dl. Selain itu, 70% dari keseluruhan total lansia di Dusun VIII Desa Marindal I mengalami nyeri pada kaki, senam kaki ini juga dapat di latih pada lansia untuk melancarkan sirkulasi kedaerah kaki dan menguatkan otot-otot kaki.
Data diatas dapat disimpulkan bahwa Latihan Senam Kaki Diabetes ini sangat penting dilakukan untuk lebih mengoptimalkan kekuatan otot kaki. Sehingga, diharapkan kaki penderita diabetes dapat terawat baik dan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes.
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan pada lansia, diharapkan dapat mengerti dan memahami serta mampu
melakukan secara mandiri senam kaki Diabetes Mellitus.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan pada lansia dan keluarga lansia, diharapkan lansia binaan
mampu melakukan senam kaki Diabetes mellitus.
C. MANFAAT
Penyuluhan dan latihan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan lansia dan keluarga
lansia tentang senam kaki Diabetes Mellitus. Sehingga kaki terawat dan dapat mencegah
terjadinya luka/ gangren pada kaki.
D. POKOK BAHASAN
SENAM KAKI DIABETES MELLITUS
E. SUB POKOK BAHASAN
1. Defenisi Senam kaki Diabetes mellitus
2. Tujuan Senam kaki Diabetes Mellitus
3. Prosedur latihan senam kaki Diabetes Mellitus
F. SASARAN
Adapun sasaran kegiatan adalah lansia yang mengalami diabetes mellitus dan rematik yang
G. METODE
I. WAKTU DAN TEMPAT PENYULUHAN
inti 2. Menjelaskan tujuan
- Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan
- Media dan alat memadai
- Waktu dan tempat penyuluhan sesuai dengan rencana kegiatan
2. Evaluasi Proses
- Pelaksanaan penyuluhan sesuai dengan alokasi waktu
- Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif
- Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal-hal yang diajukan oleh
3. Evaluasi Hasil:
MATERI PENYULUHAN DAN LATIHAN
SENAM KAKI DIABETES MELLITUS
Senam Kaki.
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk
mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki.
Senam kaki dapat membantu memperbaiki Peredaran darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki
dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot
paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi.
Dengan teratur melakukan gerakan senam kaki diabetes diharapkan komplikasi yang sering
terjadi pada kaki-kaki pasien DM seperti luka infeksi yang tidak sembuh dan menyebar luas akan
dapat tidak terjadi. Minimal gerakan senam kaki diabetes ini dilakukan 3 kali seminggu, namun
alangkah baiknya dapat dilakukan setiap hari.
Latihan Senam Kaki
Prosedur Pelaksanaan :
1) Perawat cuci tangan
2) Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki
menyentuh lantai
3) Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali
4)Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari
kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki
kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.
5) Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat gerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali
6) Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar deng an pergerakkan pada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
7) Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan turunkan kembali secara bergantian
kekiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.
8) Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan gerakkan ujung jari kaki kearah
wajah lalu turunkan kembali kelantai.
9) Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 8, namun gunakan kedua kaki secara bersamaan.
Ulangi sebanyak 10 kali.
10) Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Gerakan pergelangan kaki kedepan dan
kebelakang.
11) Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan pada udara dengan kaki
dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian.
12) Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki.
Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini
dilakukan hanya sekali saja
Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.
Lampiran 4
PREPLANNING PENDIDIKAN KESEHATAN
PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELLITUS
DI 1INGKUNGAN XIII KELURAHAN TITI KUNING MEDAN JOHOR
A. Latar Belakang
Sejak 50-60 tahun yang lalu telah dikenal tiga cara utama penatalaksaaan penyakit
Diabetes mellitus, yaitu: Diet, Obat-obatan dan olah raga. Keseimbbangan tiga cara utama ini
penting agar penanganan penyakit Diabetes mellitus berhasil. Selain itu tak kalah pentingnya
adalah penyuluhan agar rencana penatalaksanaan tercapai. Sasaran utama penyuluhan adalah
penderita Diabetes dan keluarga Diabetes. Penyuluhan bertujuan untuk menyampaikan maksud
dan manfaat dari tiga cara utama penatalaksanaan agar penderita Diabetes dan keluarganya
memahami dan ikut membantu penatalaksanaannya (I.Ermita, Illyas, 2007). Selama menjalani
praktik belajar lapangan komprehensif di Dusun VIII Desa Marindal I dan berdasarkan analisa
situasi terhadap 5 orang klien lansia yang mengalami penyakit diabetes mellitus, penulis
menjadikan lima klien lansia sebagai responden dalam pengkajian dan pemberian asuhan
keperawatannya yang salah satunya yakni pemberian pendidikan pencegahan terhadap kaki
Diabetik yang biasa terjadi pada klien dengan penyakit Diabetes Mellitus, Oleh karena itu perlu
pemberian materi pendidikan kesehatan tentang senam kaki Diabetik.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIABETES MELLITUS
A. Topik : Sekilas tentang DM, serta Gizi bagi Pasien DM
B. Waktu Pertemuan : 1 X 20 menit
C. Tujuan Instruksional
1. Umum : Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 20 menit,
klien/keluarga akan dapat melakukan perawatan pada pasien
diabetes mellitus di rumah.
2. Khusus : Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 20 menit,
klien/keluarga akan dapat menjelaskan :
Pengertian DM
Etiologi DM
Klasifikasi DM
Kompilkasi DM
Penatalaksanaan dan Gizi untuk penderita DM
D. Pokok Bahasan : Sekilas tentang pengertian diabetes mellitas serta nutrisi bagi pasien dengan DM
E. Sub Pokok Bahasan :
Pengertian DM
Klasifikasi DM
Kompilkasi DM
Penatalaksanaan dan Gizi untuk penderita DM
F. Pengorganisasian
Penyaji : Indah Septiani S.Kep
Fasilitator : Indah Septiani S.Kep
G. Sasaran
Klien yang menjadi responden dan keluarga.
H. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya-jawab
I. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/tanggal : Senin / 04 Juli 2012
Waktu : Pukul 11.00-11.20 WIB
Tempat : Lingk XII, Kelurahan Titi Kuning
J. Media
K. Kegiatan
Pendahuluan a.Mengucapkan salam
kesempatan kepada
klien dan keluarga
untuk bertanya
g.Menjawab pertanyaan
klien/keluarga.
Memperhatikan
Bertanya
Memperhatikan
Penutup a.Menanyakan kembali
tentang topik yang
telah dijelaskan
b.Membagikan leaflet
kepada klien/keluarga
klien
c.Mengucapkan salam
penutup
Menjawab
pertanyaan
Menerima
leaflet
Menjawab
salam
L. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Kesiapan klien dan keluarga klien dalam kegiatan
Media yang digunakan sesuai dengan topik dan tepat guna
Tempat yang sesuai dan kondusif untuk pelaksanaan kegiatan
Waktu sesuai dengan bed site teaching
2. Evaluasi Proses
1) Kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
2) Klien dan keluarga klien aktif berpartisipasi selama proses kegiatan
3) Suasana dalam kegiatan penyuluhan kondusif
4) Klien dan keluarga klien menjawab pertanyaan yang diberikan
3. Evaluasi hasil
1) Klien dan keluarga klien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan
MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Menurut Brunner & Suddarth (2002), diabetes
melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia. Menurut Reeves, dkk (1999), diabetes melitus adalah suatu
penyakit kronik ditandai dengan hiperglikemia yang terjadi karena penurunan dalam kemampuan
untuk berespon terhadap insulin atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pankreas yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Menurut Arjatmo (2002),
diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh
karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif.
Hiperglikemia dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti diabetes ketoasidosis
dan sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar NonKetotik (HHNK). Hiperglikemia jangka panjang
dapat ikut menyebabkan komplikasi mikrovaskular yang kronik (penyakit ginjal dan mata) dan
komplikasi neuropati (penyakit pada saraf). Diabetes juga disertai dengan peningkatan insiden
penyakit makrovaskular yang mencakup infark miokard, stroke, dan penyakit vascular perifer.
(Brunner & Suddarth, 2001).
2. Etiologi
Diabetes melitus disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh sel-sel beta pulau
Langerhans. Jenis diabetes tipe I disebabkan oleh predisposisi herediter terhadap perkembangan
antibodi yang merusak sel-sel beta atau degenerasi sel-sel beta. Diabetes tipe 2 disebabkan oleh
disebabkan oleh degenerasi sel-sel beta akibat penuaan yang cepat pada orang yang rentan dan
obesitas mempredisposisi terhadap jenis obesitas ini karena diperlukan insulin dalam jumlah besar
untuk pengolahan metabolisme pada orang kegemukan dibandingkan orang normal. Menurut
Sujono Riyadi&Sukarmin ( 2008 ) penyebab resistensi insulin pada diabetes sebenarnya tidak
begitu jelas, tetapi faktor yang banyak berperan antara lain :
a. Kelainan genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes melitus akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin.
b. Usia
Umumnya manusia mengalami fisiologis yang secara dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin,
c. Gaya Hidup Stress
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan cepat saji yang kaya pengawet,
lemak, dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stres juga akan
meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang
berakibatkan pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah
rusak hingga berdampak pada penurunan insulin.
d. Pola makan yang salah
meningkatkan gangguan kerja dan resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperan dalam ketidakstabilan kerja pankreas.
e. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi pankreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak.
f. Infeksi
Masuknya bakteri atau virus ke dalam pancreas akan berakibat rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi pankreas.
3. Klasifikasi diabetes melitus
Menurut Brunner&Suddarth (2001) ada 4 klasifikasi diabetes melitus, yaitu :
1. DM Tipe I
Diabetes mellitus tergantung insulin (insulin-dependent diabetes mellitus [
IDDM]) atau diabetes juvenilis (juvenile-onset diabetes) atau diabetes
cenderung ketosis atau brittle diabetes. Diabetes tipe I ditandai oleh
penghancuran sel-sel beta Langerhans. Adanya kombinasi faktor genetik,
imunologi, dan lingkungan turut menimbulkan kerusakan sel beta.
2. DM Tipe II
Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus [ NIDDM]) atau diabetes awitan dewasa (maturity-onset diabetes) atau
yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
3. DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
Tipe diabetes yang berhubungan dengan penyakit tertentu misalnya; penyakit pankreas (pankreatitis), penyakit hormonal (kelebihan hormon glukokortikoid akan berdampak pada peningkatan glukosa dalam darah), pemberian zat kimia/obat-obatan, endokrinopati (kematian produksi hormon).
4. DM Gestasional
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan bagi janin serta persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningkat 3 kali lipat dari keadaan normal.
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang sering ditemukan pada pasien diabetes melitus berupa keluhan khas dan
keluhan tidak khas.
1. Keluhan khas
Keluhan khas/ klasik yang dialami oleh penderita diabetes melitus
adalah : poliuria, polifagia,polidipsia,lemah,penurunan berat badan
yang tidak diketahui penyebabnya
2. Keluhan tidak khas
Keluhan tidak khas penderita diabetes yaitu : kesemutan, penglihatan kabur,luka atau infeksi
5. Komplikasi
Komplikasi Diabetes Melitus
Neuropati Diabetic (Kematian Syaraf).
Gejala yang timbul gatal-gatal, kesemutan, rasa lemah, mual, muntah, diare.
Retinopati Diabetic (Kerusakan pada Mata).
Penglihatan kabur atau buta.
Nefropati Diabetic (Kerusakan Ginjal).
Gejala yang timbul lemas, mual, pucat, sesak nafas
Kelainan Mikrovaskular
Bisa terjadi luka gangren, gagal jantung, penyakit jantung koroner, dll.
6. Penatalaksaan
Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan keluhan/gejala
DM, sedangkan tujuan janka panjang ádalah untuk mencegah komlpikasi. Tujuan tersebut
dilaksanakan dengn cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin.
Tujuan utama penatalaksanaan DM, yaitu:
1. perencanaan makan (diet)
Standar yang dianjurkan adalah makanan denga komposisi karbihidrat 60-70%, protein
10-15%, dan lemak 20-25%. Ada beberapa cara untuk menentukan kalori yang
dibutuhkan penderita diabetes mellitus, diantaranya adalah dengan memperhitungkan
berdasarkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah
atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaiti jenis kelamin, usia, aktivitas,
kasar, yaitu untuk pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-2100, dan gemuk
1300-1500 kalori. Perhitungan berat badan ideal denga rumus standar Brocca sebagai berikut:
BBI = (TB dalam cm – 100) – 10%
Terapi diet yang diberikan kepada penderita diabetes mellitus terbagi dalam tiga macam,
yaitu:
a). Diet rendah kalori
Kategori diet untuk penderita diabetes mellitus
Kategori Kalori Protein Lemak Karbohidrat
1.
- Diet 1-3 : diberikan kepada penderita diabetes mellitus yang sangat gemuk atau
obesitas
- Diet 4-6 : diberikan kepada penderita diabetes mellitus dengan berat badan normal
- Diet 7-8 : diberikan kepada penderita diabetes mellitus dengan berat badan kurus
b). Diet bebas gula
Tipe ini digunakan untuk penderita yang lanjut usia dan tidak tergantung pada insulin.
Tidak memakan gula dan makan mengandung gula. Mengkonsumsi makanan sumber
karbohidrat sebagai bagian dari keseluruhan hidangan secara teratur.
c). System penukar
System penukar memungkinkan terjadinya variasi makanan sehingga penderita tidak
merasa bosan, tetapi tetap dalam jumlah kalori yang ditentukan. Misalnya: nasi ditukar
dengan roti atau lainnya yaitu fleksibel dan bervariasi daripada tipe bebas gula.
Untuk melaksanakan diet tipe ini diperlukan sebuah daftar stabdar yang berisikan
berbagai jenis makanan penukar dengan kandungan kalorinya. Untuk menentukan
perhintungan jumlah kalori dan garam, makanan dalam tujuh golongan, bahan makanan
dalam tiap golongan mempunyai nilai gizi sama. Jumlah tiap makanan itu dinamakan
satuan penukar.
Tabel : Golongan Bahan Penukar
Minyak atau penukar Buah atau penukar
12 50 50
- -
5 -
- 20
Sumber : Penuntun Diet Bagian Gizi Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dan
Persatuan Ahli Gizi Indonesia
d). Berikut ini makanan yang perlu dihindari oleh penderita diabetes mellitus adalah gula
murni, gula jawa, syrup,selai, manisan, jeli, permen, cokelat, susu kental manis minum
botol ringan, es krim, biskuit, kue-kue, roti manis, dodol, makanan yang digoreng, susu
fullcream yang dikonsumsi secara berlebihan, snack yang mengandung gula, pemanis
buatan yang, tinggi kalori, pudding, sari buah-buahan, buahan yang dikalengkan dalam
larutan syrup, abon, dendeng, sarden, mentega dari lemak hewan dan minyak jenuh. Diet
diabetes mellitus yang dianjurkan adlah makanan yang mengandung karbohidrat, rendah
lemak, dan susu nonfat seperti susu kedelai dan susu diabetasol (khusus untuk penderita
diabetes mellitus).
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminngu) selama ± 30 menit, sebagai
contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biaa selama 30 menit, olahraga sedang
3. obat-obatan penurun gula darah dan insulin
- Obat-obatan golongan sulfonylurea (glibenklamid) bekerja dengan menstimulasi sel
beta pancreas untuk melepaskan insulin yang tersimpan.
- Obat – obatan golongan biguanid (metformin) bekerja dengan menurunkan glukosa
darah tetapi menyebabkan penurunan sampai dibawah normal.
- Insulin : untuk pasien yang sudah tidak dapat kadar glukosa darahnya dengan
kombinasi sulfonylurea dan metformin, langkah berikut yang mungkin diberikan
adalah insulin. Semua orang dengan diabetes tipe I memerlukan insulin eksogen
karena insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak ada.. orang dengan diabetes
mellitus tipe II tentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah atau apabila stress fisiologis seperti pada tingkat
pembedahan, orang denga diabete mellitus kehamilan bila diet saja tidak dapat
umengendalikan kadar glukosa darah, diabes mellitus yang mendapatkan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, A. Dkk. (2005). Panduan Pelayanan Medik: Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia. Jakarta: PB PAPDI.
Carpenito, Lynda Juall. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Djojosoebagio, Soewondo. (1995). Fisiologi Kelenjar Endokrin. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Ganiswara, Sulistia G. (1995). Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: UI Press.
Ganong, William F. (2002). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi 20. Jakarta: EGC.
Guntur, A. H. (2006). Bed Side Teaching: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi I. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Manjoer A, dkk,1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi 3, Jakarta: Media Aesculapius
FK UI
Sibuea, Herdi Et al. (1992). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Rumah Sakit PGI Tjikini.FKUI
Smeltzer C. S. & Bare B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8, volume 2. Jakarta: EGC.
Lembar Kuesioner
Berilah tanda checklist (v) pada jawaban yang tersedia
No Pertanyaan penyuluhan tentang Diabetes Millitus
4
Saya mengetahui tentang Diabetes, penyebab, tanda, gejala dan komplikasinya
5
Saya membatasi makanan yang mengandung lemak seperti santan, keju atau minyak kelapa
6
Saya membatasi makanan yang banyak mengandung kolesterol tinggi seperti daging, hati, otak, atau kuning telur
7
8
Saya membatasi makan buah yang manis-manis seperti pisang,rambutan,
kelengkeng,sawo dan durian.
9
Saya melakukan senam khusus seperti senam kaki diabetik secara teratur
10
Saya melakukan senam kaki secara teratur
11
Saya merasakan manfaat dari senam kaki
12
Saya sedang menjalani
pengobatan dari menurunkan kadar gula dalam darah.
15
Lampiran 5
Lembar Kuesioner
Berilah tanda checklist (v) pada jawaban yang tersedia
No Pertanyaan
Saya mengetahui tentang Diabetes, penyebab, tanda, gejala dan komplikasinya
5
Saya membatasi makanan yang mengandung lemak seperti santan, keju atau minyak kelapa
6
Saya membatasi makanan yang banyak mengandung kolesterol tinggi seperti daging, hati, otak, atau kuning telur
7 Saya membatasi makan makanan yang manis-manis
manis-manis seperti pisang,rambutan, kelengkeng,sawo dan durian.
9 Saya melakukan senam khusus seperti senam kaki diabetik secara teratur
10 Saya melakukan senam kaki secara teratur 11 Saya merasakan manfaat dari senam kaki
12 Saya sedang menjalani pengobatan dari dokter/puskesmas
13 Saya meminum obat sesuai anjuran tenaga kesehatan
14 Obat DM diberikan untuk menurunkan kadar gula dalam darah.
Catatan:
Catatan:
Catatan:
- Ny.S melakukan senam secara rutin dan kadang lebih dari satu kali setiap hari selama seminggu
Catatan:
- Ny.F melakukan senam secara rutin setiap hari selama 1 minggu
Catatan:
- Tn.N melakukan senam secara rutin setiap hari selama 1 minggu
CURRICULUM VITAE
Nama : Indah Septiani Pasaribu Tempat tanggal lahir : Padang, 05 September 1988 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Rawa Gg.Serikandi No.13 Medan Denai Pendidikan :
1. SD Negeri inpres 106815 Tahun 1994 - 2000 2. SMP Swasta ERIA Tahun 2000 - 2003
3. SMA Negeri 1 MATAULI Pandan Tahun 2003 - 2006 4. D III keperawatan USU Tahun 2006 - 2009
5. S1 Fakultas Keperawatan USU Tahun 2009-2011
BAB III
PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Landasan Teori
a. Lansia
Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode
terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh
manfaat (Ikram, A, 1999).
Proses penuaan secara alamiah terjadi pada usia di atas 50 tahun, hal ini
akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis
(Nugroho, 2000). Proses menua yang terjadi pada lanjut usia secara linier dapat
digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan
fungsional (fungsional limitations), ketidakmampuan (disability), dan
keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses
kemunduran (Nugroho, W, 2008).
2. Diabetes mellitus
a. Pengertian Diabetes Mellitus
Gangguan sistem endokrin yg sering terjadi pada usia lanjut adalah
diabetes mellitus (DM). Diabetes melitus merupakan penyakit endokrin akibat
defek dalam sekresi dan kerja insulin atau keduanya sehingga terjadi defisiensi
insulin, dimana tubuh mengeluarkan terlalu sedikit insulin atau insulin yang
dikeluarkan resisten sehingga mengakibatkan kelainan metabolisme kronis berupa
hormonal yang menimbulkan komplikasi kronik pada sistem tubuh (Pinzur, 2008).
b. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association
(1997) sesuai anjuran Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) adalah:
1) Diabetes Mellitus Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Diabetes Melitus tipe ini dikenal sebagai diabetes yang tergantung
insulin. Tipe ini berkembang jika tubuh tidak mampu memproduksi insulin. Jenis
ini biasanya muncul sebelum usia 40 tahun. Menurut Suddarth & Brunner (2002)
Diabets Melitus tipe ini disebabkan oleh Faktor Genetik dimana penderita diabetes
tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau
kecenderungan genetik kearah terjadinya Diabetes Melitus tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA. Faktor
Imunologi yaitu adanya respon autoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu
autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen. Faktor
lingkungan dimana Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
2) Diabetes Mellitus Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM)
Diabetes Melitus yang tidak tergantung insulin dan terjadi akibat
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin). Disebabkan karena
turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi
relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa. Namun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang
sekresi insulin lain, berarti sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa
(Mansjoer dkk, 2001).
3) Diabetes Mellitus Tipe III
Diabetes Melitus tipe ini dapat disebabkan oleh faktor atau kondisi
lainnya seperti: Subtipe genetik spesifik, biasanya disebut Maturity-onset diabetes
of the young (MODY) , defek genetic yang terjadi akibat disfungsi sel- beta,
perbedaan encoding reseptor insulin. Penyakit Eksokrin pada pancreas berkaitan
dengan agenesis pankreas yaitu insulin promotor faktor 1 mengalami gangguan.
Toksik dengan pemakaian bahan-bahan kimia dan obat-obatan dalam jangka
panjang mengakibatkan encoding kromosom dan reseptor berubah. Dapat juga
disebabkan oleh Diabetes Melitus yang berkaitan dengan imunitas tubuh
Autoantibodi.
4) Diabetes Melitus Gestasional
Merupakan suatu gangguan toleransi karbohidrat yang terjadi atau
diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung (Nursemierva, 2001). Definisi
ini juga mencakup pasien yang sebetulnya masih mengidap Diabetes Melitus
tetapi belum terdeteksi, dan baru diketahui saat kehamilan berlangsung. Faktor
resiko Diabetes Melitus Gestasional ialah abortus berulang, riwayat melahirkan
anak meninggal tanpa sebab yang jelas, riwayat pernah melahirkan bayi dengan
Polihidramion. Faktor predisposisi Diabetes Melitus Gestasional adalah umur ibu
hamil lebih dari 30 tahun, riwayat Diabetes Melitus dalam keluarga, pernah
mengalami diabetes melitus gestasional pada kehamilan sebelumnya, infeksi
saluran kemih berulang-ulang selama hamil (PERKENI, 2002).
c. Gambaran Klinik
Gambaran klinis awal pada Diabetes Melitus adalah Poliuri (banyak
kencing) disebabkan karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik diuresis dimana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
Polidipsi (banyak minum) disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan
cairan banyak karena poliuri sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak
minum. Polifagi (banyak makan) disebabkan karena glukosa tidak sampai ke
sel-sel yang mengalami starvasi (lapar) sehingga untuk memenuhinya klien akan terus
makan. Walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan
berada sampai pada pembuluh darah. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah,
tenaga berkurang disebabkan karena kehabisan glikogen yang telah dilebur
menjadi glukosa, maka tubuh mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang
lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh
selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang
berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan Diabetes Melitus
walaupun banyak makan akan tetap kurus. Mata kabur yang disebabkan oleh
gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) karena insufisiensi insulin.
pembentukan katarak.
d. Faktor Resiko
Faktor resiko Diabetes Melitus dibagi menjadi faktor yang dapat diubah
dan faktor yang tidak dapat diubah. Faktor resiko yang dapat diubah yaitu Berat
badan berlebih dan obesitas. Obesitas berhubungan dengan besarnya lapisan lemak
dan adanya gangguan metabolik. Kelainan metabolik tersebut umumnya berupa
resistensi terhadap insulin yang muncul pada jaringan lemak yang luas. Sebagai
kompensasi akan dibentuk insulin yang lebih banyak oleh sel beta pankreas
sehingga mengakibatkan hiperinsulinemia. Obesitas berhubungan pula dengan
adanya kekurangan reseptor insulin pada otot, hati, monosit dan permukaan sel
lemak. Hal ini akan memperberat resistensi terhadap insulin. Gula darah tinggi
yang tidak ditatalaksana dapat menyebabkan kerusakan saraf, masalah ginjal atau
mata, penyakit jantung, serta stroke (Harbuwono, 2008). Hal-hal yang dapat
meningkatkan gula darah dapat berupa: Makanan atau snack dengan karbohidrat
yang lebih banyak dari biasanya, kurangnya aktivitas fisik, infeksi atau penyakit
lain, perubahan hormon, misalnya selama menstruasi, dan stress. Pemeriksaan
yang dapat dilakukan untuk menilai gula darah tinggi adalah pemeriksaan gula
darah puasa (GDP). Seseorang dikatakan menderita diabetes apabila kadar GDP
=126 mg/dl (PERKENI, 2002) Tekanan darah tinggi yang menyebabkan jantung
akan bekerja lebih keras dan resiko untuk penyakit jantung dan diabetes lebih
tinggi. Kurangnya aktifitas fisik dapat diatasi cukup dengan menambah kegiatan
harian. Merokok, dapat meningkatkan resiko serangan jantung dan peningkatan
Usia, bertambahnya usia menyebabkan risiko diabetes dan penyakit jantung
semakin meningkat. Kelompok usia yang menjadi faktor risiko diabetes adalah
usia lebih dari 45 tahun. Ras dan suku bangsa, dimana bangsa Amerika Afrika,
Amerika Meksiko, Indian Amerika, Hawaii, dan sebagian Amerika Asia memiliki
risiko diabetes dan penyakit jantung yang lebih tinggi. Hal itu sebagian disebabkan
oleh tingginya angka tekanan darah tinggi, obesitas, dan diabetes pada populasi
tersebut. Jenis kelamin yang memungkinan pria menderita penyakit jantung lebih
besar daripada wanita. Namun, jika wanita telah menopause maka kemungkinan
menderita penyakit jantung pun ikut meningkat meskipun prevalensinya tidak
setinggi pria. Riwayat Keluarga yang salah satu anggota keluarganya
menyandang diabetes maka kesempatan untuk menyandang diabetes pun
meningkat.
e. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang mendukung Diabetes Melitus adalah
peningkatan glukosa darah sesuai dengan kriteria diagnostik WHO, 1985 jika
Glukosa plasma sewaktu (random)>200mg/dl (11,1 mmol/L), Glukosa plasma
puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L), dan Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2
jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post-prandial/
pp >200mg/dl). Pemeriksaan lain adalah aseton plasma yang positif, asam lemak
bebas (kadar lipid dan kolesterol) meningkat, elektrolit lebih banyak
dibandingkan pada keadaan yang normal yang berkaitan dengan poliuri, maka
peningkatan atau penurunan nilai elektrolit perlu dipantau melalui pemeriksaan
Hubungannya adalah retensi air, Natrium dan Kalium mengakibatkan
stimulasi aldosteron dalam sistem sekresi urinarius. Natrium dapat normal,
meningkat atau menurun. Kalium dapat normal atau peningkatan semu,
selanjutnya akan menurun. Sedangkan fosfor lebih sering menurun. Gas darah
arteri biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis
metabolik). Trombosit darah Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis.
Pada urine, gula dan aseton positif. Berat jenis atau osmolalitas mungkin
meningkat. Kultur dan sensitifitas kemungkinan infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
f. Penatalaksanaan
1) Perencanaan makanan
Tahap pertama dalam perencanaan makan adalah mendapatkan
riwayat diet untuk mengidentifikasi kebiasaan makan pasien dan gaya hidupnya.
Tujuan yang paling penting dalam penatalaksanaan diet bagi penderita diabetes
adalah pengendalian asupan kalori total untuk mencapai atau mempertahankan
berat badan yang sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah. Persentase kalori
yang berasal dari karbohidrat, protein, dan lemak. Distribusi kalori dari
karbohidrat saat ini lebih dianjurkan dari pada protein dan lemak. Sesuai dengan
standar makanan berikut ini, makanan yang berkomposisi karbohidrat 60-70%,
protein 10-15%, dan lemak 20-25% inilah makanan yang dianjurkan pada pasien
diabetes (Sukardji, 2004).
2) Perencanaan Latihan Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan
teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu
pilar dalam pengelolaan diabetes. Latihan jasmani yang dimaksud adalah berjalan,
bersepeda santai, jogging senam dan berenang. Latihan jasmani ini sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Batasi atau jangan terlalu
lama melakukan kegiatan yang kurang memerlukan pergerakan, seperti menonton
televisi (PERKENI,2002).
3) Intervensi Farmakologi
Menurut PERKENI, (2002) ada beberapa intervensi yang dapat
diberikan kepada pasien DM seperti obat Pemicu sekresi insulin; Sulfonilurea
yang bekerja meningkatkan sekresi insulin. Salah satu contohnya yaitu
klorpropamid, biasanya dosis yang diberikan adalah 100-250 mg/tab. Adapun cara
kerja sulfonilurea ini utamanya adalah meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta
pancreas, meningkatkan performance dan jumlah reseptor insulin pada otot dan sel
lemak, meningkatkan efisiensi sekresi insulin dan potensiasi stimulasi insulin
transpor karbohidrat ke sel otot dan jaringan lemak, serta penurunan produksi
glukosa oleh hati. Cara kerja obat ini pada umumnya melalui suatu alur kalsium
yang sensitif terhadap ATP. Berikutnya adalah Glinid, merupakan obat generasi
baru yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea dengan meningkatkan sekresi
insulin fase pertama yang terdiri dari dua macam obat, yaitu Repaglinid dan
Nateglinid (Soegondo, 2004). Dosisnya, untuk Repaglinid 0,5 mg/tab dan untuk
Nateglinid 120 mg/tab (PERKENI, 2002). Selain obat pemicu insulin diberikan
juga obat penambah sensitifitas terhadap insulin, seperti Methformin bekerja
insulin dan menurunkan kadar glukosa darah sampai normal (euglikemia) dan
tidak pernah menyebabkan hipoglikemia. Methformin menurunkan glukosa darah
dengan memperbaiki transport glukosa ke dalam sel otot. Methformin menurunkan
produksi glukosa hati dengan jalan mengurangi glikogenolisis dan
glukoneogenesis dan juga dapat menurunkan kadar trigliserida, LDL kolesterol
dan kolesterol total (Soegondo, 2004). Biasanya dosis yang digunakan adalah
500-850 mg/tab (PERKENI, 2002). Thiazolindion dapat diberikan untuk mengurangi
resistensi insulin yang berikatan pada peroxisome proliferator activated receptor
gamma, suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak yang terbagi atas dua
golongan yaitu pioglitazon dan rosiglitazon yang memiliki efek menurunkan
resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah pentranspor glukosa sehingga
meningkatkan ambilan glukosa di perifer (Soegondo, 2004). Dosisnya untuk
pioglitazon adalah 15-30 mg/tab dan untuk rosiglitazon 4 mg/tab (PERKENI,
2002). Pengobatan yang selanjutnya adalah Terapi insulin. Berdasarkan cara
kerjanya insulin ini dibagi tiga yaitu; Insulin yang kerja cepat contohnya insulin
reguler bekerja paling cepat dan KGD dapat turun dalam waktu 20 menit, insulin
kerja sedang contohnya insulin suspense, dan insulin kerja lama contohnya insulin
suspensi seng (PERKENI,2002).
g. Komplikasi
Diabetes dapat mematikan karena pengaruhnya menyebar ke sistem
besar pada suatu keadaan yang mereka sebut sebagai sindroma metabolisme.
Sindroma metabolisme adalah gabungan masalah yang bersama-bersama
membentuk suatu keadaan berbahaya dan kemungkinan besar dapat mematikan.
Kondisi ini meliputi resistensi insulin, kadar gula darah tinggi, peningkatan
trigliserida, kadar kolesterol LDL tinggi, tekanan darah tinggi dan obesitas
(Misnadiarly, 2006). Komplikasi yang terjadi dibagi atas Komplikasi Akut
meliputi hipoglikemia, hiperglikemia dan ketoasidosis. Hipoglikemia adalah
keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan oleh penurunan glukosa darah,
sedangkan hiperglikemia yaitu secara anamnesis ditemukan adanya masukan
kalori yang berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin yang didahului stres
akut. Ketoasidosis merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu
perjalanan diabetes mellitus (Subekti, 2004). Komplikasi Kronik meliputi
Makrovaskular yaitu komplikasi yang terjadi pada beberapa organ seperti adanya
penyakit jantung koroner, stroke (pada pembuluh darah otak dan gangguan pada
pembuluh darah perifer misalnya pada pembuluh darah kaki).
Sindroma metabolisme adalah gerbang bagi penyakit jantung. Sebagian
besar penderita diabetes memiliki kondisi tambahan dengan resiko terserang
penyakit jantung. Penderita diabetes menunjukkan gejala bahwa mereka memiliki
tekanan darah yang lebih tinggi. Hipertensi diderita oleh 63-70% penderita
diabetes. Orang yang memiliki diabetes biasanya memiliki kadar kolesterol yang
tinggi/trigliserida yang tinggi pula. Penyakit jantung adalah penyebab kematian
terbesar bagi para penderita diabetes dan penyakit ini berkaitan erat dengan
faktor-faktor lain, seperti kadar kolesterol tinggi , tekanan darah tinggi, dan tingkat
Para penderita diabetes, baik diabetes tipe 1 maupun diabetes tipe 2,
memiliki resiko terkena serangan jantung 2-4 kali lebih besar dibandingkan
dengan orang yang tidak menderita diabetes karena gula darah yang tinggi lama
kelamaan bisa menimbulkan arteroskerosis pada pembuluh darah vaskular.
Komplikasi kronik yang berikutnya adalah Mikrovaskular yaitu terjadi pada retina
retinopati dan pada ginjal nefropati.
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Ginjal berfungsi sebagai penyaring untuk membersihkan darah dari kotoran dan
cairan yang berlebih. Bila ginjal mengalami kerusakan, saringan ini menjadi rusak
dan kotoran tercampur dalam darah. Kerusakan ginjal sering kali merupakan kasus
komplikasi yang fatal pada penderita diabetes yang sudah lama dan parah. Kadar
gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah yang menyalurkan sari-sari
makanan ke retina mata. Pada tahap awal, pembuluh darah mulai bocor dan hal ini
akan mengakibatkan penglihatan menjadi kabur dan terjadi pembengkakan. Pada
tahap yang lebih parah, pembuluh darah yang abnormal akan tumbuh di retina dan
menghalangi penglihatan dan buta.
Komplikasi mikrovaskuler berikutnya adalah neuropati yang dapat
menyebabkan penderita Diabetes Melitus rentan terhadap infeksi. Diabetes dapat
juga menyebabkan kerusakan saraf, yang menuju pada kerusakan aliran darah dan
menyebabkan mati rasa pada kaki. Penderita diabetes yang sudah lama atau sudah
tua cenderung memiliki masalah sirkulasi yang lebih serius karena kerusakan
aliran darah yang melalui arteri kecil. Hal ini menambah kerentanan terhadap
bahaya terkena infeksi.
3. Senam Kaki Diabetes
a. Pengertian Senam Kaki Diabetes
Senam adalah latihan fisik yang dipilih dan diciptakan dengan
terencana, disusun secara sistematik dengan tujuan membentuk dan
mengembangkan pribadi secara harmonis (probosuseno, 2007). Berdasarkan
pengertiannya, senam adalah salah satu jenis olahraga aerobik yang menggunakan
gerakan sebagian otot-otot tubuh, dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi
tubuh (karim, 2002).
Latihan fisik merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan
penyakit Diabetes Melitus. Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik teratur (3-4
kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan diabetes. Latihan fisik yang dimaksud adalah berjalan, bersepeda
santai, jogging, senam, dan berenang. Latihan fisik ini sebaiknya disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani (PERKENI, 2002).
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien
diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan
peredaran darah bagian kaki. (S,Sumosardjuno,1986). Senam kaki dapat
membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan
mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan
kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi
(Wibisono, 2009).
Adapun tujuan yang diperoleh setelah melakukan senam kaki ini adalah
memperbaiki sirkulasi darah pada kaki pasien diabetes, sehingga nutrisi lancar
kejaringan tersebut (Tara, 2003).
c. Indikasi dan Kontraindikasi Senam kaki
Indikasi dari senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita
Diabetes mellitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak
pasien didiagnosa menderita Diabetes Melitus sebagai tindakan pencegahan dini.
Senam kaki ini juga dikontraindikasi pada klien yang mengalami perubahan fungsi
fisiologis seperti dipsnnea atau nyeri dada. Orang yang depresi, khawatir atau
cemas. Keadaan-keadaan seperti ini perlu diperhatikan sebelum dilakukan
tindakan senam kaki. Selain itu kaji keadaan umum dan keadaaan pasien apakah
layak untuk dilakukan senam kaki tersebut, cek tanda-tanda vital dan status
respiratori (adakah Dispnea atau nyeri dada), kaji status emosi pasien (suasana
hati/mood, motivasi), serta perhatikan indikasi dan kontraindiikasi dalam
pemberian tindakan senam kaki tersebut.
d. Prosedur
Alat yang harus dipersiapkan adalah: Kursi (jika tindakan dilakukan
dalam posisi duduk), prosedur pelaksanaan senam. Sedangkan persiapan untuk
klien adalah Kontrak topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan senam kaki.
Perhatikan juga lingkungan yang mendukung, seperti lingkungan yang
nyaman bagi pasien, dan Jaga privacy pasien.
Langkah-langkah pelaksanaan senam kaki:
2) Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk
tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai. Dapat juga
dilakukan dalam posisi berbaring dengan meluruskan kaki.
Gambar 2.1 Pesien duduk di atas kursi
3) Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki
diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar
ayam sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, jari-jari kedua belah kaki
diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar
ayam sebanyak 10 kali.
4) Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak
kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai
dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Dilakukan pada kaki kiri dan
kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali. Pada posisi
tidur, menggerakkan jari dan tumit kaki secara bergantian antara kaki
Gambar 4.1 Tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki di angkat
5) Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas
dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan
kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat
gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali
6) Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan
memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10
kali. Pada posisi tidur kaki harus diangkat sedikit agar dapat
melakukan gerakan memutar pada pergelangan kaki sebanyak 10
kali.
Gambar 6.1 Jari-jari kaki di lantai
7) Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan
kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10
lakukan secara bergantian (Akhtyo, 2004). Gerakan ini sama dengan
Gambar 7.1 Kaki diluruskan dan diangkat
8) Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti
bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi
lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini
dilakukan hanya sekali saja.
e. Sirkulasi Darah pada Kaki Pasien Diabetes Melitus
Sirkulasi darah adalah aliran darah yang dipompakan jantung ke
pembuluh darah dan dialirkan oleh arteri ke seluruh organ-organ tubuh (Hayens,
2003) salah satunya pada organ kaki. Normal sirkulasi darah pada kaki menurut
(Vowden, 2001) adalah 1,0 yang diperoleh dari rumus ABPI (Ankle Brachial
Pressure Index). Sedangkan keadaan yang tidak normal dapat diperoleh bila nilai
APBI < 0,9 diindikasikan ada resiko tinggi luka di kaki, APBI > 0,5 dan < 0,9
pasien perlu perawatan tindak lanjut, dan APBI 0,5 diindikasikan kaki sudah
mengalami kaki nekrotik, gangren, ulkus, borok yang perlu penanganan dokter
ahli bedah Vaskular.
Cara untuk mengukur sirkulasi darah normal pada pasien dengan
menggunakan rumus:
ABPI =
Keterangan:
ABPI1 = Index tekanan brachial pada pergelangan kaki, normalnya 1,0
P1 = Tekanan tetinggi yang diproleh dari pembuluh darah pergelangan kaki
Pα = Tekanan tertinggi dari kedua tangan
B. Tinjauan Kasus
Pengkajian dilakukan kepada lansia yang menderita DM yang berada di
melakukan pengukuran kadar gula darah dan ABPI (Ankle Brachial Pressure
Index). Jumlah lansia yang dijadikan kelolaan sebanyak 5 orang dan keseluruhan
diatas usia 50 tahun
1. Pengkajian
Lansia di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor, yang menjadi
responden dalam kegiatan PBLK yaitu Ny. N, Tn. B, Ny S, Ny F dan Tn. N. dari
kelimanya didapatkan bahwa Dari hasil wawancara dan pengukuran kadar gula
darah saat pengkajian awal kelima klien digolongkan kedalam penderita Diabetes
Mellitus. Keluhan yang dirasakan klien yaitu sering merasa lapar, sering buang air
kecil, mengantuk dan kebas-kebas pada kaki dan dingin pada ujung kaki. Dari
kelima klien terdapat tiga orang yang sudah biasa mengkonsumsi obat-obatan
medis penurun kadar gula darah. Adapun untuk megetahui lebih lanjut tentang
keadaan responden secara menyeluruh mahasiswa melakukan pengkajian pada
setiap responden secara terstruktur seperti yang disajikan pada halaman
Klien 1: Tanggal pengkajian : 28 Mei 2012
I. IDENTITAS
a. Nama : Ny. N
b. Tempat/tanggal lahir : Medan/ 8 Oktober 1954 c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Status perkawinan : Menikah
e. Agama : Islam
f. Suku : Mandailing
g. Pendidikan : SLTP
h. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
i. Alamat : Jln. Sari Teratai IV
II. Komposisi Keluarga:
Klien tinggal dengan suami dan anaknya. Jumlah anak lima orang, dua telah menikah, satu orang anak yang telah menikahtinggal terpisah dari Ny. N.
III. Riwayat Keluarga
Genogram
Keterangan : Laki-laki : Perempuan : Klien
: Meninggal (laki-laki) : Meningggal (perempuan) : Tinggal serumah
IV. Riwayat Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan utama lansia : Kebas-kebas di kaki, gatal di kaki
b. Penyebab : Kurang beraktivitas c. Timbul keluhan secara : Periodik (kadang-kadang)
d. Faktor yang memperberat : ketika klien sedang berjalan jauh dan terlalu banyak beraktivitas.
e. Kemampuan lansia yang dapat dilakukan untuk meringankan penyakitnya: ketika klien merasakan kebas-kebas biasanya klien memijatnya kakinya dengan balsem dan.
V. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah diderita : klien pernah mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus.
b. Mulainya kapan : 3 tahun yang lalu
VI. Riwayat Sehari-hari
A. Persepsi lansia terhadap sehat sakit:
Klien mengatakan bahwa sehat adalah sehat secara jasmani dan ketika seseorang terbebas dari berbagai penyakit, klien merasa bahwa dirinya sehat, sedangkan sakit menurut klien ketika seseorang tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari dalam pemenuhan kebutuhan hidup secara wajar. Sedangkan saat ini klien merasa bahwa dirinya sakit.
B. Kebiasaan (merokok/minum kopi/alkohol/dll):
Klien tidak merokok, minum kopi dan alkohol dan klien mempunyai kebiasaan minum air putih 10-15 gelas perhari.
C. Pola nutrisi :
Klien mengatakan bahwa ia sering merasa lapar, sementara diet karbohidrat dan gula harus ia lakukan.
D. Pola istirahat/tidur:
Klien mengatakan ia memiliki masalah dalam memulai tidur beberapa hari belakangan ini, jika susah tidur klien hanya berbaring saja di tempat tidurtanpa melakukan aktivitas apapun. Sedagkan untuk istirahat di siang hari tidak dilakukan karena cuaca yang panas mengakibatkan kien harus berkipas-kipas terus.
E.Pola eliminasi:
F. Kebiasaan berolahraga:
Klien tidak pernah berolahraga secara khusus, klien menganggap membantu membersihkan rumah seperti mencabut rumput sudah menjadi olahraga. Olahraga jalan santai terkadang dilakukan dalam seminggu.
G. Kemampuan melakukan aktivitas:
Dalam melakukan aktivitas sehari hari klien masih sanggup melakukan sendiri tanpa bantuan dari keluarganya misalnya membersihkan rumah dan halaman, mencangkul, memperbaiki atap rumah yang bocor asalkan cuaca tidak panas karena takut asma klien kambuh.
H. Rekreasi:
Klien merasa terhibur dengan menonton televisi, untuk berpepergian atau mengunjungi keluarga hanya dilakukan sesekali, itupun jika ada uang.
I. Riwayat Psikologi
Aspek psikologi lansia:
Keadaan emosi klien stabil, klien tampak tenang dan kooperatif saat berkomunikasi dengan perawat, klien tidak merasa terganggu dengan kehadiran perawat, senang dan terhibur untuk bercerita
J. Riwayat Sosial Ekonomi
K. Riwayat Spiritual
Klien rajin sholat dan masih aktif mengikuti wiritan di lingkungan rumahnya
VII. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: Kesadaran compos mentis
Tanda Vital : TD : 110/70 mmHg, RR: 24x/ menit, HR: 74x/ menit, Temp: 370C
Kepala : Bentuk bulat, dan anatomis, rambut mulai menipis dan warna rambut putih, tidak ada pembengkakan ataupun kelainan pada kepala.
Mata : Tidak di jumpai adanya tanda-tanda
anemis ataupun ikterus, kemampuan membaca sudah berkurang dan sudah mengalami rabun dekat, bentuk mata simetris kiri dan kanan.
Hidung : Bentuk hidung anatomis, lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada tanda tanda perdarahan maupun peradangan, penciuman klien tidak terganggu, klien masih mengenal bau-bauan.
Mulut/ Tenggorokan
: Tidak dijumpai peradangan ataupun stomatitis, gigi klien sudah tidak ada lagi, tidak ada tanda tanda pembesaran uvula. Pernafasan : Suara nafas vesikuler dengan frekwensi
24 kali/menit, Klien mengalami gangguan pernafasan, pola nafas ireguler, klien tapak bernafas cepat.
Kardiovaskuler : Nadi 74 kali/menit, irama teratur dan tidak dijumpai adanya edema pada kedua ekstrimitas,capillary refill < 2 dtk.
Abdomen : Bentuk soepel, tidak ada tanda-tanda ascites, tidak ada nyeri ulu hati, peristaltik (+).
Eleminasi : Tidak ada gangguan pola eliminasi. Pola BAB satu kali sehari, BAK 5-7 kali/hari, tidak terdapat retensi urin ataupun inkontinensia.
perese
Muskuloskletal : Klien mampu melakukan rentang gerak aktif pada kedua ekstremitas kiri dan kanan secara optimal. Kedua ekstremitas simetris kiri dan kanan. Tidak ada pembengkakan pada kedua ekstremitas kiri dan kanan, tidak ada kiposis dan tidak ada paralisis. Tetapi terdang klien merasa nyeri di jari tangan.
Kulit : Kulit klien tampak kering.
VIII. Pemeriksaan Penunjang
Klien rutin berobat ke dokter yang praktik, untuk mengecek kadar gula darah klien. Kadar gula darah klien pada tanggal 28 m2i 2012 (230 mg/dl) klien memiliki kemauan yang kuat untuk mengatasi keluhannya
IX. Riwayat Terapi
Klien 2: tanggal pengkajian : 28 Mei 2012
I. Identitas
a. Nama : Tn. B
b. Tempat/tanggal lahir : Tanpteng/ 13 Juli 1950 c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Status perkawinan : Menikah
e. Agama : Islam
f. Suku : Mandailing
g. Pendidikan : SLTA
h. Pekerjaan : Wiraswasta
i. Alamat : Jln. Sari teratai IV
II. Komposisi Keluarga:
Klien tinggal dengan suami dan anaknya. Jumlah anak yang tinggal dengan klien ada empat dan dua orang anak laki-laki yang belum menikah.
III. Riwayat Keluarga
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal (laki-laki )
: Meningggal (perempuan)
: Tinggal serumah
IV. Riwayat Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan utama lansia : Kebas-kebas di kaki, gatal di kaki 2. Penyebab : Kurang beraktivitas, kurang minum,
diet karbo
3. Timbul keluhan secara : Periodik (kadang-kadang)
4. Faktor yang memperberat : ketika klien sedang beraktivitas dengan posisi monoton menekan sau titik di area kaki.
5. Kemampuan lansia yang dapat dilakukan untuk meringankan penyakitnya: ketika klien merasakan kebas-kebas biasanya klien menggerakkannya secara perlahan.
V. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit yang pernah diderita : klien pernah mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus.
3. Bagaimana pengobatannya : klien berobat secara teratur dengan dokter untuk mengatasi penyakitnya.
VI.Riwayat Sehari-hari
Persepsi lansia terhadap sehat sakit:
Klien mengatakan bahwa sehat adalah sehat secara jasmani dan ketika seseorang terbebas dari berbagai penyakit, klien merasa bahwa dirinya sehat, sedangkan sakit menurut klien ketika seseorang tidak mampu lagi bangkit dari tempat tidur dan menderita sakit yang parah.
VII. Kebiasaan (merokok/minum kopi/alkohol/dll):
Klien tidak merokok, minum kopi dan alkohol dan klien mempunyai kebiasaan minum air putih.
VIII. Pola nutrisi :
Klien mengatakan bahwa ia mengalami masalah dalam makan, hal ini disebabkan karena nafsu makan dari klien berkurang karena sering merasa mual.
IX. Pola istirahat/tidur:
Klien mengatakan ia memiliki masalah dalam memulai tidur beberapa hari belakangan ini, jika susah tidur klien hanya berbaring saja di tempat tidur tanpa melakukan aktivitas apapun. Sedangkan untuk istirahat di siang hari klien tidur 2-3 jam dibawah pukul 13.00 WIB.
X. Pola eliminasi:
kelainan yakni 5-7 x sehari, klien tidak mengalami konstipasi ataupun inkontinensia.
XI. Kebiasaan berolahraga:
Klien tidak pernah berolahraga secara khusus, klien beraktivitas jalan setiap pagi menjelang siang sampai siang hari untuk menghidangi tamu di rumah makanyang klien kelola.
XII. Kemampuan melakukan aktivitas:
Dalam melakukan aktivitas sehari hari klien masih sanggup melakukan sendiri tanpa bantuan dari keluarganya misalnya: menghidangi tamu yang berkunjung ke rumah makannya.
XIII. Rekreasi:
Klien merasa terhibur dengan menonton televisi,bersama keluarga.
XIV. Riwayat Psikologi
Aspek psikologi lansia:
Keadaan emosi klien stabil, klien tampak tenang dan kooperatif saat berkomunikasi dengan perawat, klien tidak merasa terganggu dengan kehadiran perawat, senang dan terhibur untuk bercerita
XV. Riwayat Sosial Ekonomi
Aspek sosial ekonomi lansia: Klien ada seorang kepala rumah tangga dan mendapatkan uang dagangannya.
Klien rajin sholat dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
XVII. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Kesadaran compos mentis
Tanda Vital : TD 100/70 mmHg, RR: 24x/ menit, HR: 74x/ menit, Temp: 370C
Kepala : Bentuk bulat, dan anatomis, rambut mulai menipis dan warna rambut putih, tidak ada pembengkakan ataupun kelainan pada kepala.
Mata : Tidak di jumpai adanya tanda-tanda
anemis ataupun ikterus, kemampuan membaca sudah berkurang dan sudah mengalami rabun dekat, bentuk mata simetris kiri dan kanan.
Telinga : Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada tanda tanda perdarahan maupun peradangan, kedua telinga bersih kiri dan kanan. Klien tidak mempunyai masalah dengan pendengarannya, klien masih dapat mendengar dengan jelas.
penciuman klien tidak terganggu, klien masih mengenal bau-bauan.
Mulut/ Tenggorokan
: Tidak dijumpai peradangan ataupun stomatitis, gigi klien sudah tidak ada lagi, tidak ada tanda tanda pembesaran uvula. Pernafasan : Suara nafas vesikuler dengan frekwensi 24
kali/menit, Klien mengalami gangguan pernafasan, pola nafas ireguler, klien tapak bernafas cepat.
Kardiovaskuler : Nadi 74 kali/menit, irama teratur dan tidak dijumpai adanya edema pada kedua ekstrimitas,capillary refill < 2 dtk.
Abdomen : Bentuk soepel, tidak ada tanda-tanda ascites, tidak ada nyeri ulu hati, peristaltik (+).
Eleminasi : Tidak ada gangguan pola eliminasi. Pola BAB satu kali sehari, BAK 5-7 kali/hari, tidak terdapat retensi urin ataupun inkontinensia.
Neurologis : Klien tidak mengalami paralisis atau perese
kanan secara optimal. Kedua ekstremitas simetris kiri dan kanan. Tidak ada pembengkakan pada kedua ekstremitas kiri dan kanan, tidak ada kiposis dan tidak ada paralisis. Tetapi terdang klien merasa nyeri di jari tangan.
Kulit : Kulit klien tampak keriput.
XVIII. Pemeriksaan Penunjang
Klien sering berobat ke puskesmas dengan keluhan klien kadar gula darah meningkat KGD 226 mg/dl . Klien cukup sering dan teratur dalam memeriksakan kesehatananya.
XIX. Riwayat Terapi