LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Adriani Sakina
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 22 Maret 1995
Agama : Islam
Alamat : Jalan Jati III No.73, Pasar Merah, Medan
Orang Tua :
- Ayah : (Alm.) Drs. Durhanuddin
- Ibu : Ir. Bulan Trisna Rambe
Riwayat Pendidikan :
1. TK Islam Amalina (1999-2000)
2. SD Islam Swasta Al-Mubarak (2004-2006)
3. SMP Negri 161 Jakarta (2006-2009)
4. SMA Negeri 47 Jakarta (2009-2012)
5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012-Sekarang)
Riwayat Organisasi :
1. Wakil Ketua Language Club SMA Negeri 47 Jakarta (2010-2011)
3. Personalia SCORE PEMA FK USU (2013-2014)
4. Anggota Divisi Pengabdian Masyarakat TBM FK USU (2014-2015) 5. Anggota Divisi Dana dan Usaha PHBI FK USU (2014-2015
LAMPIRAN 4
UJI RELIABILITAS KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA USU MENGENAI ACUTE MOUNTAIN SICKNESS
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 71 100.0
Excludeda 0 .0
Total 71 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items
.686 26
CORRELATIONS
/VARIABLES=Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18 Q19 Q20 Q21 Q22 Q23 Q24 Q25 Total
LAMPIRAN 5
LEMBAR PENJELASAN
Assalamualaikum Wr. Wb. Salam sejahtera
Saya Adriani Sakina, mahasiswi tingkat akhir Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Umum Kejadian Acute Mountain Sickness (AMS) pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kejadian AMS dapat terjadi, termasuk di dalamnya tingkat pengetahuan pendaki gunung yang merupakan mahasiswa USU sebagai subjek penelitian ini terhadap kejadian AMS.
Saya mengharapkan kerja sama dari Saudara/i Jawaban yang Saudara/i berikan sangat berguna untuk kelangsungan penelitian ini dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian, tidak disalahgunakan untuk maksud -maksud lain. Identitas responden akan dirahasiakan dan tidak akan dipublikasikan. Keikutsertaan Saudara/i dalam penelitian ini sangat saya harapkan.Partisipasi Saudara/i bersifat bebas dan tanpa paksaan.Saudara/i berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun. Jika selama menjalani penelitian ini Saudara/i memiliki keluhan, Saudara/i dapat menghubungi saya, Adriani Sakina (HP : 082160536499).
Demikian penjelasan ini saya sampaikan.Atas partisipasi dan kesediaan Saudara/i, Saya ucapkan terimakasih.
Medan, 2015.
LAMPIRAN 6
Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :
Umur : Alamat : Pekerjaan :
Menyatakan bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden penelitian yang akan dilakukan oleh Adriani Sakina, mahasisiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dengan ini, Saya menyatakan bersedia untuk menjadi subjek penelitian dengan sukarela dan tanpa paksaan.
Medan, 2015
Responden
LAMPIRAN 7
Kuesioner Acute Mountain Sickness – Lake Louis Scoring (AMS-LLS)
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Apakah Anda memiliki penyakit penyerta yang berhubungan dengan jantung dan paru-paru ? (Misalnya : Asma, gagal jantung)
a. Tidak
b. Ya (………..)
Apakah Anda masih aktif melakukan pendakian gunung hingga saat ini ? a. Ya
b. Tidak (Terakhir kali melakukan pendakian pada usia…21 tahun)
Berapa ketinggian gunung atau tempat pendakian yang paling tinggi dari pendakian yang pernah Anda lakukan ? (dalam satuan meter di atas permukaan laut atau mdpl)
a. 2000 – 2500 mdpl b. 2500 – 3500 mdpl c. 3500 – 4500 mdpl d. >4500 mdpl
Di saat Anda melakukan pendakian, apakah anda mengalami keluhan-keluhan sebagai berikut :
1. Sakit kepala
Keterangan : Berdasarkan HIS (International Headache Society) Committee on Clinical Trials in Migraine, rekomendasi Skala Verbal derajat nyeri kepala, terutama mengenai intensitas dan kemampuan fungsional :
(0) Tidak ada sakit kepala
(1) Sakit kepala ringan, yaitu ada sakit kepala, namun masih dapat beraktifitas normal
(2) Sakit kepala sedang, yaitu sakit kepala disertai aktivitas terganggu, namun tidak menghalangi berkegiatan.
(3) Sakit kepala berat, yaitu tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari atau memerlukan istirahat tidur hingga perawatan di rumah sakiit bila perlu.
2. Gangguan pencernaan (0) Nafsu makan masih baik
(1) Nafsu makan menurun dan/atau disertai mual (2) Mual hebat dan/atau disertai muntah
(3) Mual dan muntah berat 3. Kelelahan
(0) Tidak lelah sama sekali (1) Kelelahan ringan (2) Kelelahan sedang (3) Kelelahan berat
Keterangan :
4. Oyong atau perasaan seperti melayang (seperti akan pingsan) (0) Tidak sama sekali
5. Gangguan tidur
(0) Tidur seperti biasa (tidak ada perubahan) (1) Adanya gangguan tidur (gelisah saat tidur)
Kuesioner Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Acute Mountain Sickness (AMS)
1. Jika tidak mengetahui gambaran ketinggian suatu gunung yang hendak didaki secara pasti, maka untuk mengetahui karakteristik ketinggian bila menggunakan peta atau GPS, yaitu dengan memerhatikan…
a) Legenda
b) Garis kontur dan skala c) Nomor peta
2. Ketika mendaki gunung, Anda sebaiknya mengenakan pakaian yang hangat. Di antara pilihan berikut ini, pakaian mana yang sebaiknya Anda kenakan ?
a) Pakaian berbahan wool b)Jeans
c) Kaos Oblong (Tanpa lapisan baju lain, misalnya jaket.)
3. Obi melakukan pendakian Gunung Kerinci bersama Jek, Raji, dan Udi. Meskipun perjalanan diperkirakan sekitar lima hari, mereka sebaiknya membawa perbekalan untuk persediaan lebih dari lima hari. Idealnya perbekalan makanan yang harus mereka bawa untuk berapa lama ? (n = estimasi lama waktu perjalanan).
a) 11 hari ( rumus 2n+1) b) 17 hari (rumus 3n+2) c) 20 hari (rumus 4n)
4. Manakah di antara pilihan berikut yang sesuai dengan kondisi pegunungan ?
c) Suhu lingkungan tinggi akibat paparan sinar matahari lebih banyak di pegunungan
5. Saat mendaki gunung, tubuh akan akan melakukan suatu respon yang disebut…
a) Desensitisasi b) Aklimatisasi c) Potensial aksi
6. Jika sesorang bernafas lebih cepat saat mendaki gunung, apa penyebab hal tersebut ?
a) Udara di dataran tinggi (gunung) lebih dingin
b) Udara lebih segar atau sedikit polusi sehingga ingin bernafas lebih sering
c) Semakin tinggi suatu tempat, termasuk gunung, jumlah oksigen semakin sedikit
7. Berapa suhu tubuh normal sesorang ? a) 34,5 oC – 35 oC
b) 36,2 oC – 37,3 oC c) 38 oC – 39 oC
8. Jika seseorang menggigil dan Anda membawa thermometer di kotak P3K, kemudian saat diukur suhu tubuh nya 34oC, maka individu tersebut mengalami ?
a) Demam b) Hipotermi c) Hiponatremia
a) Kurangnya makanan (kelaparan)
b) Mengenakan pakaian berlapis-lapis atau terlalu tebal c) Kondisi yang begitu dingin
10.Berdasarkan soal nomor 13, jika Anda atau kerabat Anda mengalami hal tersebut ketika mendaki gunung, apa yang sebaiknya dilakukan?
a) Meminum minuman hangat
b) Mengompres badan dengan botol berisi air panas c) Makan cokelat
11.Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan Acute Mountain Sickness (AMS)?
a) Penyakit yang muncul pada mereka yang tinggal di daerah pegunungan
b) Gejala-gejala (sindrom) yang muncul pada mereka yang mendaki gunung
c) Penyakit yang terjadi setelah mendaki gunung (sudah menuruni gunung dari mendaki)
12.Menurut Anda, apa gejala utama yang muncul pada AMS ? a) Sakit kepala
b) Jantung berdebar-debar c) Nyeri sendi
13.Selain gejala utama, seperti yang ditanyakan dalam pertanyaan nomor 15, gejala lain yang muncul pada kejadian AMS yaitu…
a) Pergeseran sendi (Dislokasi) b) Mual dan muntah
c) Perdarahan intra abdomen (berasal dari organ dalam di daerah perut)
a) Ketinggian b) Usia
c) Paparan sinar matahari
15.Jika tidak dapat melakukan tindakan medis segera pada seseorang yang mengalami AMS, maka penanganan sederhana yang dapat dilakukan, yaitu…
a) Segera membawa seseorang tersebut ke pos pendakian lebih rendah (sekitar 500—1000 meter yang lebih rendah)
b) Memberi minum sebanyak-banyaknya
LAMPIRAN 8
Data Induk Karakteristik Responden dan Kejadian AMS
No . Jenis Kelamin Penyakit Penyerta Ketinggia n gunung (mdpl) Skor AMS -LLS
Keluhan berdasarkan kuesioner AMS - LLS
Mengalami AMS atau tidak Sakit Kepala Gangguan
Pencernaan Lelah Oyong
Gangguan Tidur
1 Wanita Tidak ada
2000 -
2500 5 Ringan
Nafsu makan baik Lelah sedang Tidak ada Terbangun-bangun saat tidur AMS
2 Wanita Asma 3500 -
4500 4 Ringan
Nafsu makan baik Lelah ringan Oyong ringan Gelisah saat
tidur AMS
3 Wanita Tidak ada
2000 -
2500 5 Ringan
Nafsu makan baik Lelah sedang Oyong ringan Terbangun-bangun saat tidur AMS
4 Pria Tidak ada
2000 -
2500 2 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah sedang Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 5 Pria Tidak
ada
2000 -
2500 3 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah sedang Oyong ringan Tidur seperti biasa Tidak AMS
7 Wanita Tidak ada
2000 -
2500 2 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Gelisah saat tidur Tidak AMS 8 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 6 Ringan
Nafsu makan baik Lelah sedang Oyong ringan Terbangun-bangun saat tidur AMS
9 Wanita Tidak ada
2500 -
3500 3 Ringan
Nafsu makan menurun disertai mual Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti
biasa AMS
10 Pria Tidak ada
2000 -
2500 6 Ringan
Mual hebat dan/atau disertai muntah ringan Lelah sedang Tidak ada Gelisah saat
tidur AMS
11 Pria Tidak ada
2000 -
2500 0 Tidak ada
Nafsu makan baik Tidak Lelah Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 12 Pria Tidak
ada
2000 -
2500 2 Ringan
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 13 Pria Tidak
ada
3500 -
4500 2 Ringan
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 14 Pria Tidak
ada
2500 -
3500 5 Ringan
Nafsu makan baik Lelah sedang Tidak ada Terbangun-bangun saat tidur AMS 15 Pria Asma 3500 -
4500 2 Ringan
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 16 Pria Tidak
ada
2500 -
3500 7 Ringan
Nafsu makan baik Lelah Berat Oyong ringan
tidur 17 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 5 Ringan
Nafsu makan menurun disertai mual Lelah ringan Oyong ringan Gelisah saat
tidur AMS
18 Pria Tidak ada
2500 -
3500 6 Ringan
Mual hebat dan/atau disertai muntah ringan Lelah Berat Tidak ada Gelisah saat
tidur AMS
19 Pria Tidak ada
2500 -
3500 2 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Oyong ringan Tidur seperti biasa Tidak AMS 20 Pria Tidak
ada
2500 -
3500 5 Ringan
Nafsu makan baik Lelah sedang Oyong ringan Gelisah saat
tidur AMS
21 Wanita Tidak ada
2000 -
2500 3 Ringan
Nafsu makan baik Lelah sedang Tidak ada Tidur seperti
biasa AMS
22 Pria Tidak ada
2000 -
2500 2 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Gelisah saat tidur Tidak AMS 23 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 5 Sedang
Nafsu makan menurun disertai mual Lelah sedang Tidak ada Tidak bisa tidur sama sekali AMS 24 Pria Tidak
ada
2000 -
2500 0 Tidak ada
Nafsu makan baik Tidak Lelah Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 25 Pria Tidak
ada
3500 -
4500 6 Ringan
ada 3500 baik sedang ringan biasa AMS 27 Pria Tidak
ada
2500 -
3500 1 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 28 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 1 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 29 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 1 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 30 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 3 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah Berat Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 31 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 6 Ringan
Nafsu makan baik Lelah sedang Oyong ringan Terbangun-bangun saat tidur AMS
32 Pria Tidak ada
2000 -
2500 3 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Terbangun-bangun saat tidur Tidak AMS 33 Wanita Tidak
ada
2500 -
3500 3 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Oyong ringan Gelisah saat tidur Tidak AMS 34 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 6 Ringan
Nafsu makan baik Lelah sedang Oyong ringan Terbangun-bangun saat tidur AMS
35 Pria Tidak ada
2500 -
3500 3 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah sedang Tidak ada Gelisah saat tidur Tidak AMS 36 Wanita Tidak
ada
2500 -
3500 0 Tidak ada
Nafsu makan baik Tidak Lelah Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 37 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 1 Tidak ada
38 Pria Tidak ada
2000 -
2500 2 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Oyong ringan Tidur seperti biasa Tidak AMS 39 Pria Tidak
ada
2000 -
2500 2 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah sedang Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 40 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 2 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah sedang Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 41 Pria
Ganggu an Jantung
2000 -
2500 6 Sedang
Nafsu makan baik Lelah ringan Oyong sedang Gelisah saat
tidur AMS
42 Wanita Tidak ada
2000 -
2500 1 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 43 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 1 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 44 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 1 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS
45 Pria 2500 -
3500 4 Ringan
Nafsu makan baik Lelah ringan Oyong ringan Gelisah saat
tidur AMS
46 Wanita Tidak ada
2500 -
3500 3 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Terbangun-bangun saat tidur Tidak AMS 47 Pria Tidak
ada
3500 -
4500 3 Ringan
Nafsu makan baik Lelah ringan Oyong ringan Tidur seperti
biasa AMS
48 Pria Tidak ada
2000 -
2500 2 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Gelisah saat tidur Tidak AMS 49 Pria Tidak
ada
2500 -
3500 1 Tidak ada
50 Wanita Tidak ada
2500 -
3500 2 Ringan
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 51 Pria Tidak
ada
2500 -
3500 3 Ringan
Nafsu makan baik Lelah ringan Oyong ringan Tidur seperti
biasa AMS
52 Wanita Tidak ada
2000 -
2500 3 Ringan
Nafsu makan baik Lelah ringan Oyong ringan Tidur seperti
biasa AMS
53 Pria Tidak ada
2500 -
3500 8 Ringan
Nafsu makan baik Lelah sedang Oyong Berat Terbangun-bangun saat tidur AMS
54 Pria Tidak ada
2000 -
2500 2 Tidak ada
Nafsu makan baik Tidak Lelah Tidak ada Terbangun-bangun saat tidur Tidak AMS
55 Pria Tidak ada
2000 -
2500 3 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah sedang Oyong ringan Tidur seperti biasa Tidak AMS
56 Wanita Tidak ada
2000 -
2500 3 Tidak ada
Nafsu makan menurun disertai mual Lelah sedang Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS
57 Pria Tidak ada
2500 -
3500 4 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah sedang Tidak ada Terbangun-bangun saat tidur Tidak AMS
58 Pria Tidak ada
2000 -
2500 1 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS
59 Pria Tidak ada
2500 -
3500 4 Tidak ada
ada 2500 baik sedang ringan bangun saat tidur
AMS
61 Pria Tidak ada
2000 -
2500 4 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah sedang Tidak ada Terbangun-bangun saat tidur Tidak AMS
62 Pria Tidak ada
2500 -
3500 2 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Oyong ringan Tidur seperti biasa Tidak AMS
63 Pria Tidak ada
3500 -
4500 4 Tidak ada
Nafsu makan menurun disertai mual Lelah sedang Oyong ringan Tidur seperti biasa Tidak AMS
64 Wanita Tidak ada
2000 -
2500 1 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 65 Pria Tidak
ada
2000 -
2500 2 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Oyong ringan Tidur seperti biasa Tidak AMS 66 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 1 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 67 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 4 Ringan
Nafsu makan baik Lelah sedang Tidak ada Gelisah saat
tidur AMS
68 Wanita Tidak ada
2500 -
3500 3 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah sedang Oyong ringan Tidur seperti biasa Tidak AMS
69 Wanita Tidak ada
2000 -
2500 1 Tidak ada
Nafsu makan menurun disertai mual Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS
70 Wanita Tidak ada
2000 -
2500 3 Tidak ada
ada 2500 baik ringan ringan biasa 72 Pria Tidak
ada
2500 -
3500 4 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah sedang Oyong ringan Gelisah saat tidur Tidak AMS
73 Pria Tidak ada
2000 -
2500 4 Ringan
Nafsu makan menurun disertai mual Lelah ringan Oyong ringan Tidur seperti
biasa AMS
74 Pria Tidak ada
2000 -
2500 4 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah sedang Oyong sedang Tidur seperti biasa Tidak AMS 75 Pria Tidak
ada
2000 -
2500 1 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 76 Pria Tidak
ada
2000 -
2500 4 Ringan
Nafsu makan baik Lelah sedang Oyong ringan Tidur seperti
biasa AMS
77 Pria Tidak ada
2000 -
2500 1 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 78 Pria Tidak
ada
2000 -
2500 0 Tidak ada
Nafsu makan baik Tidak Lelah Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 79 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 4 Ringan
Nafsu makan baik Lelah sedang Oyong ringan Tidur seperti
biasa AMS
80 Pria Tidak ada
2000 -
2500 1 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 81 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 2 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Oyong ringan Tidur seperti biasa Tidak AMS 82 Wanita Tidak
ada
2500 -
3500 3 Sedang
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti
biasa AMS
83 Pria Tidak ada
2500 -
3500 1 Tidak ada
84 Pria Tidak ada
2000 -
2500 1 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 85 Pria Tidak
ada
2000 -
2500 2 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah sedang Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 86 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 1 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 87 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 2 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Oyong ringan Tidur seperti biasa Tidak AMS 88 Pria Tidak
ada
2000 -
2500 1 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 89 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 1 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS
90 Wanita Tidak ada
2000 -
2500 3 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Terbangun-bangun saat tidur Tidak AMS
91 Wanita Tidak ada
2000 -
2500 1 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS 92 Wanita Tidak
ada
2000 -
2500 2 Tidak ada
Nafsu makan baik Lelah sedang Tidak ada Tidur seperti biasa Tidak AMS
93 Wanita Tidak ada
3500 -
4500 5 Ringan
Nafsu makan baik Lelah sedang Tidak ada Terbangun-bangun saat tidur AMS
94 Pria Tidak ada
2000 -
2500 3 Ringan
Nafsu makan menurun disertai mual Lelah ringan Tidak ada Tidur seperti
biasa AMS
ada 3500 menurun disertai mual
sedang ada tidur
96 Pria Tidak ada
2500 -
3500 3 Ringan
Nafsu makan menurun disertai mual
Lelah ringan
Tidak ada
Tidur seperti
Data Induk Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai AMS No. P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P
10 P 11
P 12
P 13
P 14
P 15
Total
skor Interpretasi
1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 11 Baik
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 Baik
3 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 9 Baik
4 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 7 Cukup
5 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 7 Cukup
6 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 9 Cukup
7 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 10 Cukup
8 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 11 Baik
9 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 9 Cukup
10 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 6 Cukup
11 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 9 Cukup
12 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik
13 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 8 Cukup
14 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 10 Cukup
15 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 11 Baik
16 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13 Kurang
17 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 7 Cukup
18 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Kurang
19 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 4 Cukup
20 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 9 Cukup
21 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 Baik
22 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 12 Baik
23 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 9 Cukup
24 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 6 Cukup
25 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 11 Baik
26 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 8 Cukup
27 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 13 Baik
28 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 8 Baik
29 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 9 Cukup
30 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 11 Baik
31 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 8 Cukup
32 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 8 Cukup
33 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 8 Cukup
34 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 7 Cukup
35 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 7 Cukup
36 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 9 Baik
37 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 10 Baik
39 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 11 Baik
40 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 15 Cukup
41 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12 Baik
42 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik
43 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 Baik
44 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 12 Baik
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 Baik
46 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 9 Cukup
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
48 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 10 Kurang
49 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 8 Cukup
50 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5 Baik
51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 13 Baik
52 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik
53 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 9 Cukup
54 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Cukup
55 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 4 Kurang
56 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 12 Baik
57 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik
58 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 13 Baik
59 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 9 Baik
60 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 8 Cukup
61 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6 Kurang
62 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 9 Cukup
63 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik
64 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 8 Cukup
65 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 13 Baik
66 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13 Baik
67 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 12 Baik
68 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 12 Baik
69 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 12 Baik
70 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 10 Cukup
71 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
72 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 7 Cukup
73 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 11 Baik
74 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 11 Kurang
75 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 6 Cukup
76 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
77 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik
78 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik
80 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 11 Baik
81 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
82 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 6 Kurang
83 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 6 Cukup
84 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 Baik
85 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 11 Baik
86 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 10 Baik
87 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 11 Baik
88 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 12 Baik
89 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 10 Cukup
90 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 13 Baik
91 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik
92 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
93 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3 Kurang
94 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 10 Cukup
95 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 10 Cukup
LAMPIRAN 9
DISTRIBUSI PROPORSI Karakteristik Responden
PenyakitPenyerta
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 1.0 1.0 1.0
Tidak ada 92 95.8 95.8 96.9
Asma 2 2.1 2.1 99.0
Gangguan Jantung 1 1.0 1.0 100.0
Total 96 100.0 100.0
(mdpl)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 2000 - 2500 63 65.6 65.6 65.6
2500 - 3500 26 27.1 27.1 92.7
3500 - 4500 7 7.3 7.3 100.0
Total 96 100.0 100.0
Gender
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Wanita 43 44.8 44.8 44.8
Pria 53 55.2 55.2 100.0
DISTRIBUSI PROPORSI
Kejadian Acute Mountain Sickness Berdasarkan Kuesioner AMS-LLS
Mengalami AMS atau Tidak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid AMS 33 34.4 34.4 34.4
Tidak AMS 63 65.6 65.6 100.0
Total 96 100.0 100.0
DerajatAMS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 63 65.6 65.6 65.6
Ringan 15 15.6 15.6 81.3
Sedang 18 18.8 18.8 100.0
DISTRIBUSI PROPORSI
Kejadian AMS Berdasarkan Karakteristik Responden
Crosstab
Mengalami AMS atau Tidak
Total AMS Tidak AMS
Gender Wanita Count 17 26 43
% within Gender 39.5% 60.5% 100.0%
% within Mengalami AMS
atau Tidak 51.5% 41.3% 44.8%
Pria Count 16 37 53
% within Gender 30.2% 69.8% 100.0%
% within Mengalami AMS atau Tidak
48.5% 58.7% 55.2%
Total Count 33 63 96
% within Gender 34.4% 65.6% 100.0%
% within Mengalami AMS
atau Tidak 100.0% 100.0% 100.0%
Crosstab
Mengalami AMS atau Tidak
Total AMS Tidak AMS
(mdpl) 2000 - 2500 Count 18 45 63
% within (mdpl) 28.6% 71.4% 100.0% % within Mengalami
AMS atau Tidak 54.5% 71.4% 65.6%
2500 - 3500 Count 11 15 26
% within (mdpl) 42.3% 57.7% 100.0% % within Mengalami
AMS atau Tidak 33.3% 23.8% 27.1%
3500 - 4500 Count 4 3 7
% within (mdpl) 57.1% 42.9% 100.0% % within Mengalami
AMS atau Tidak
Total Count 33 63 96 % within (mdpl) 34.4% 65.6% 100.0% % within Mengalami
AMS atau Tidak 100.0% 100.0% 100.0%
Crosstab
Mengalami AMS atau Tidak
Total AMS Tidak AMS
Penyakit Penyerta
Count 1 0 1
% within PenyakitPenyerta 100.0% 0.0% 100.0% % within Mengalami AMS
atau Tidak 3.0% 0.0% 1.0%
Tidak ada Count 30 62 92
% within PenyakitPenyerta 32.6% 67.4% 100.0% % within Mengalami AMS
atau Tidak 90.9% 98.4% 95.8%
Asma Count 1 1 2
% within PenyakitPenyerta 50.0% 50.0% 100.0% % within Mengalami AMS
atau Tidak 3.0% 1.6% 2.1%
Gangguan Jantung
Count 1 0 1
% within PenyakitPenyerta 100.0% 0.0% 100.0% % within Mengalami AMS
atau Tidak 3.0% 0.0% 1.0%
Total Count 33 63 96
% within PenyakitPenyerta 34.4% 65.6% 100.0% % within Mengalami AMS
DISTRIBUSI PROPORSI
Tingkat Pengetahuan Responden Tentang AMS dan Kejadian AMS
InterpretaasiSkoringPengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Baik 52 54.2 54.2 54.2
Cukup 36 37.5 37.5 91.7
Kurang 8 8.3 8.3 100.0
Total 96 100.0 100.0
InterpretaasiSkoringPengetahuan * Mengalami AMS atau Tidak Crosstabulation Mengalami AMS atau Tidak
Total AMS Tidak AMS
Interpretaasi Skoring Pengetahuan
Baik Count 17 35 52
% within Interpretaasi Skoring
Pengetahuan 32.7% 67.3% 100.0%
% within Mengalami AMS atau Tidak
51.5% 55.6% 54.2%
Cukup Count 12 24 36
% within Interpretaasi Skoring
Pengetahuan 33.3% 66.7% 100.0%
% within Mengalami AMS atau
Tidak 36.4% 38.1% 37.5%
Kurang Count 4 4 8
% within Interpretaasi Skoring Pengetahuan
50.0% 50.0% 100.0% % within Mengalami AMS atau
Tidak 12.1% 6.3% 8.3%
Total Count 33 63 96
% within Interpretaasi Skoring
Pengetahuan 34.4% 65.6% 100.0%
% within Mengalami AMS atau
51
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Aslam, M., Hussain, M. M, & Khan, Z., 2001. Acute Mountain Sickness Score and Hypoxemia. Available from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11467238. [Accsessed 16 November 2015]
Baron, A. R. (Alih bahasa Ratna Juwita). (2000). Psikologi Sosial. Bandung: Khazanah Intelektual.
Bartsch, P. & Swenson, E.R., 2013. Acute High-Altitude Illness. Available from : http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp1214780?viewType=Print&vi ewClass=Print [Accessed 13 November 2015]
Bartsch, P., Maggiorini, M., & Oelz, O., 1997. Association between raised body temperature and acute mountain sickness : cross sectional study. British Medical Journal 315 : 403 – 404.
Chawla, Sonam & Saxena, Shweta, 2014. Physiology of High Altitude Acclimatization. Available from :
https://www.researchgate.net/publication/263094157_Physiology_of_High-Altitude_Acclimatization [Accessed 6 April 2015]
Chen, J. Y., Ke, T., Luo, W.J., Song, H., 2013. Non-high altitude methods for rapid screening of susceptibility to acute mountain sickness. Available from : http://www.biomedcentral.com/1471-2458/13/902 [Accessed 18 November 2015]
Chen, L. H. et al., 2010. Sex and Gender Difference in Travel-Associated Disease. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20156059 [Accessed 18 November 2015]
52
Febriana, Risa, Yunus, Faisal &Wiyono, Wiwin Heru 2003, Kelainan Paru pada Ketinggian. Cermin Dunia Kedokteran 138 : 5-10.
Gomersall, T., 2012. Acute Mountain Sickness. Scottish Universities Medical Journal, 1 : 98-103.
Grant, S. et al., 2001. Sea level and acute responses to hypoxia: do they predict physiological responses and acute mountain sickness at altitude. Available from : http://bjsm.bmj.com/ [Accessed 18 April 2015]
Guyton, Arthur C. & Hall, John E.,2006, Textbook of Medical Physiology, 11th edition. China : Elsevier Saunder
Hackett, Peter H., & Roach, Robert C., 2001. High Altitude Sickness. N Eng J Med, 345(2) : 107-114.
Hall, D. P. et al., 2014. Network Analysis Reveals Distinct Clinical Syndromes Underlying Acute Mountain Sickness. PLOS ONE 9 (1) : 1 – 7.
Heo, Kyoung et al., 2014. Prophylactic Effect of Erythropoietin Injection to Prevent Acute Mountain Sickness: An Open-Label Randomized Controlled Trial. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24616593
[Accessed 11 Oktober 2015]
Judge, K., Vardy, J., & Vardy, J., 2005. Can knowledge protect against acute mountain sickness ?. Available from :
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16234261[Accessed 11 November 2015] Lanfranchi, Paola A et al., 2005. Autonomic cardiovascular regulation in subjects
with acute mou ntain sickness. Am J Physiol Heart Circ Physiol, 289 : 2364-2372.
Li, Xiaoxiao et al., 2011. Population level determinants of acute mountain sickness among young men : a retrospective study. Available from :
53
Liu, Yang et al., 2014. Correlation between blood pressure changes and AMS, sleeping quality and excerise upon high altitude exposure in young Chinese men. Available from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4340834/ [Accessed 16 Mei 2015]
Luks, Andrew M., 2014. Physiology in Medicine : A physiologic approach to prevention and treatment of acute high altitude. Available from : www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25539941 [Accessed 6 April 2015]
Luks, Andrew M., Rodway, George et al., 2010. Wilderness Medical Society Consensus Guidelines for the Prevention and Treatment of Acute Altitude Illness. Wilderness & Environmental Medicine, 21 : 146 –155
Macinnis, Martin J. et al., 2013. A prospective Epidemiological Study of Acute Mountain Sickness in Nepalese Pilgrims Ascending to High Altitude (4380 m). Available from :
http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0075644 [Accessed 10 November 2015]
Mahomed, Z et al., 2015. Identifying risk factors that contribute to acute mountain sickness. Available from : http://sajsm.org.za/index.php/sajsm/index [Accessed 11 November 2015]
Oliver, S. J. et al., 2012. Physiological and Psychological Illness Symptoms at High Altitude and Their Relationship With Acute Mountain Sickness : A
Prospective Cohort Study. Available from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22776381 [Accessed 10 November 2015]
54
Pandit, Anil et al., 2014. Efficacy of NSAIDs for the prevention of acute mountain sickness: a systemic review and meta analysis. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4185145/ [Accessed 26 April 2015]
Richard, Normand A. et al., 2014. Acute mountain sickness, chemosensitivity, and cardiorespiratory responses in humans exposed to hypobaric and
normobaric hypoxia. Available from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23823153 [Accessed 18 April 2015] Roach, Robert C., Loeppky, Jack A. & Icenogle, Milton V., 1996. Acute mountain
sickness : increased severity during simulated altitude compared with normobaric hypoxia. Available from :
http://jap.physiology.org/content/jap/116/7/945.full.pdf [Accessed 26 Maret 2015]
Sazstroasmoro, Sudigdo & Ismael, Sofyan, 2013. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-4. Jakarta : Sagung Seto.
Sharma, Ashok, 2001. Acute Mountain Sickness. Med J Indones, 10 : 115-120. Smedley, Tom, & Grocott, Michael PW, 2013. Acute High Altitude illness : a
clinically oriented review. Available from : http://bjp.sagepub.com/content/7/2/85.full [ Accessed 26 Maret 2015]
Venturino, Madeline, 2015. Sex and Incidence of Acute Mountain Sickness. Available from : http://scholar.colorado.edu/honr_theses/958/ [Accessed 11 November 2015]
West, J. B., 2004. The Physiologic Basic of High-Altitude Diseases. Ann Intern Med. 141 : 789 – 800.
West, John et al., 2014. High Altitude Medicine and Physiology 5th edition. U.S. : CRC Press, Taylor & France group.
24
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
III. 1. Kerangka Konsep
Kejadian AMS
1. Gambaran pengetahuan pendaki gunung mahasiswa USU • Pengetahuan baik
• Pengetahuan cukup • Pengetahuan kurang
2. Karakteristik pendaki gunung mahasiswa USU • Jenis kelamin
• Ketinggian
• Penyakit penyerta yang berhubungan dengan sistem respirasi dan kardiovaskular
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Acute Mountain Sickness (AMS)
a. Definisi
Acute Mountain Sickness adalah sindrom pada orang yang berada di ketinggian di atas 2500 mdpl dan tidak teraklimatisasi, dengan gejala utama sakit kepala disertai satu atau lebih gejala penyerta, misalnya
gangguan sistem kardiovaskular, biasanya diserta kelelahan atau fatigue, mual diikuti muntah, dan sakit kepala (Hoe et al., 2014).
b. Alat ukur Kuesioner
c. Hasil pengukuran
Pernah atau tidak pernah mengalami AMS dan derajat keparahan AMS. AMS ditegakkan bila individu mengalami sakit kepala, disertai adanya
25
AMS dapat ditentukan berdasarkan total skor AMS-LLS dengan
kategori AMS ringan (3—4), AMS sedang (5—10), dan AMS berat
(11—15) (Bartsch et al., 2004 dalam Liu et al., 2014).
d. Skala ukur
Nominal
3.2.2. Ketinggian
a. Definisi
Ketinggian merupakan parameter tingginya suatu tempat dan biasanya
diukur dari permukaan laut. Menurut kepustakaan yang didapat,
ketinggian dibagi tiga skala, yaitu tinggi (2438 – 3658 meter), sangat
tinggi (3658 – 5487 meter), dan ekstrim ( >5500 meter) (Febriana,
Yunus, dan Wiyono, 2003).
b. Alat ukur
Kuesioner
c. Hasil pengukuran
Besarnya ketinggian tujuan pendakian yang berpotensi menimbulkan
kejadian AMS. Kemudian peniliti mengelompokkan menjadi tiga
bagian, yaitu :
• 2000 – 2500 mdpl
• 2500 – 3500 mdpl
• 3500 – 4500 mdpl d. Skala ukur
Ordinal
3.2.3. Jenis Kelamin
a. Definisi
Jenis kelamin merupakan sebagian dari konsep diri yang
melibatkan identifikasi individu sebagai seorang laki-laki atau
perempuan (Baron, 2000)
b. Alat ukur
26
c. Hasil pengukuran
Persentase karakteristik responden dan persentase kejadian AMS pada
kelompok laki-laki maupun perempuan.
d. Skala ukur
Nominal.
3.2.4. Penyakit Penyerta yang Dimiliki Pendaki Gunung
a. Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penyakit merupakan sesuatu
yg menyebabkan terjadinya gangguan pd makhluk hidup. Menurut
Chawla dan Saxena (2014), sistem kardiovaskukar dan respirasi terlibat
dalam proses terjadi AMS.
b. Alat ukur
Kuesioner.
b. Hasil pengukuran
Angka penyakit penyerta yang berhubungan dengan kejadian AMS,
misalnya penyakit jantung maupun paru terhadap kejadian AMS.
c. Skala ukur
Nominal.
3.2.5. Gambaran pengetahuan
a. Definisi
Menurut Arikunto (2006), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif.
b. Alat ukur
Kuesioner.
c. Hasil pengukuran
Pengetahuan responden dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan rata-rata
dan simpangan baku (SD) dari total skor (x) kuesioner tersebut. Menurut Riwidikdo (2008), parameter dengan 3 kategori berdasarkan
27
1. Baik, bila nilai responden yang diperoleh (x) > rata-rata + 1 (SD) 2. Cukup, bila nilai rata-rata – 1 (SD) ≤ (x) ≤ rata-rata + 1 (SD) 3. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < rata-rata – 1 (SD) d. Skala ukur
28
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan desain
penelitian cross sectional (potong lintang). Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan kuesioner sebagai pedoman angket kepada para pendaki gunung
yang merupakan mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) untuk meneliti
gambaran pengetahuan pendaki gunung tentang Acute Mountain Sickness (AMS).
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak ditulisnya proposal penelitian pada Maret
2015 hingga hasil penelitian yang selesai pada November 2015. Pengambilan data
penelitian ini dilakukan di USU pada Agustus hingga Oktober 2015. Hal ini sesuai
dengan subjek penelitian, yaitu mereka yang pernah mendaki gunung dan
merupakan mahasiswa USU.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa USU yang pernah
melakukan pendakian gunung.
4.3.2. Sampel Penelitian
Metode dan jumlah sampel penelitian ini menggunakana referensi berupa
buku Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-4. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode consequtive sampling, yang mana semua subjek yang
29
sampel penelitian ini ditentukan dengan rumus perhitungan besar sampel untuk
data nominal. Rumus tersebut adalah sebagai berikut ;
n = !∝!!!!"
Keterangan :
n = besar sampel
Zα = ketetapan dengan nilai α ditentukan oleh peneliti
P = besar proporsi (prevalensi)
Q = (1-P)
Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan α sebesar 5%, maka nilai Zα sebesar 1,96. Selanjutnya, besar P yang digunakan, yakni 0,5. Nilai Q didapatkan dengan cara 1-P, maka nilai Q = 1 – 0,5 = 0,5. Jadi, perhitungan jumlah sampel yang dibutuhkan, yaitu :
N = !,!"!×!,!×!,! !,!!
= !,!"#$×!,!" !,!"
= 96,04
Setelah dilakukan perhitungan, maka jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar 96,04 atau bisa juga ditetapkan sebesar 96 orang.
Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pendaki adalah individu yang sedang terdaftar sebagai Mahasiswa
USU
30
3. Menghabiskan waktu minimal 12 jam saat melakukan pendakian
gunung.
4. Subjek melakukan pendakian gunung dalam kondisi sehat dan fit.
4.4. Metode Pengumpulan Data
4.4.1. Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data primer. Data primer
diperoleh dengan kuesioner sebagai alat bantu. Pengambilan data dilakukan oleh
peneliti sendiri dan responden yaitu subjek penelitian yang telah memenuhi
kriteria inklusi dan ekslusi.
4.4.2. Instrumen Data
Ada dua jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini. kuesioner
pertama yakni kuesioner Acute Mountain Sickness – Lake Louis Scoring (AMS—
LLS) untuk mengetahui apakah responden mengalami AMS atau tidak
berdasarkan 5 keluhan, yaitu sakit kepala, lelah, gangguan pencernaan, oyong, dan
gangguan tidur. Setiap keluhan memiliki skala skoring dan deskripsi sendiri dan
total skor digunakan untuk menegakkan AMS atau tidak, beserta derajat
keparahan AMS.
Kuesioner kedua yaitu kuesioner berisi 15 pertanyaan yang dibuat oleh
peneliti untuk mendapatkan gambaran pengetahuan responden. Kuesioner yang
digunakan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan mahasiswa USU sebagai
responden, harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas nya sebelum digunakan.
Validitas menunjukkan sejauh mana ukuran yang diperoleh benar-benar
menyatakan hasil pengukuran yang ingin diukur. Sedangkan realibilitas
merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian
ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi
“product moment” dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan
31
Analisis data yang diperoleh dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif
[image:44.595.110.516.242.609.2]dengan menggunakan program komputer. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner Gambaran pengetahuan Mahasiswa USU tentang Acute Mountain Sickness
Nomor Pertanyaan
Total
Pearson Status
Alpha
Cronbach Status
1 0,368 Valid 0,686 Reliabel
2 0,461 Valid Reliabel
3 0,319 Valid Reliabel
4 0,334 Valid Reliabel
5 0,895 Valid Reliabel
6 0,650 Valid Reliabel
7 0,795 Valid Reliabel
8 0,662 Valid Reliabel
9 0,591 Valid Reliabel
10 0,364 Valid Reliabel
11 0,485 Valid Reliabel
12 0,738 Valid Reliabel
13 0,625 Valid Reliabel
14 0,861 Valid Reliabel
15 0,412 Valid Reliabel
32
gambaran pengetahuan mengenai AMS pada pendaki gunung yang merupakan mahasiswa USU.
4.4.3. Teknik Skoring dan Skala
AMS didiagnosis dengan kuesioner AMS-LLS meliputi lima keluhan yang paling sering dijumpai, yaitu sakit kepala, gangguan pencernaan, insomnia, lelah, oyong, dan gangguan tidur. Setiap keluhan memiliki skor dengan skala 0 – 3, yang masing-masing skor memiliki deskripsi sesuai dengan jenis keluhan. Total skor AMS-LLS minimal = 0 dan maksimal = 15. AMS ditegakkan bila individu mengalami sakit kepala, disertai adanya ≥ 1 keluhan lainnya, dan total skor
AMS-LLS ≥ 3. Derajat keparahan AMS dapat ditentukan berdasarkan total skor
AMS-LLS dengan kategori AMS ringan (3—4), AMS sedang (5—10), dan AMS berat (11—15) (Bartsch et al., 2004 dalam Liu et al., 2014).
Selanjutnya untuk mendapatkan gambaran pengetahuan responden, kuesioner terdiri atas 15 pertanyaan. Setiap jawaban benar dari 15 pertanyaan pada kuesioner yang digunakan bernilai 1 dan jawaban salah bernilai 0. Dengan 15 pertanyaan tersebut, peneliti kemudian mendapatkan gambaran gambaran pengetahuan responden yang dibagi menjadi 3 kategori, yaitu pengetahuan baik, cukup, dan kurang. Penentuan 3 kategori tersebut sesuai dengan aturan normatif yang menggunakan rata-rata (mean) dan simpangan baku (standard deviation) (Riwidikdo, 2008).
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
4.5.1. Pengolahan Data
33
telah terkumpul kemudian diberi kode secara manual sebelum diolah dengan
komputer. Langkah ketiga yaitu entry atau memasukkan data yang telah diberi
kode ke dalam program komputer. Kemudian, dilanjutkan dengan cleaning data,
yaitu dengan cara memeriksa semua data yang telah dimasukkan untuk
menghindari terjadinya kesalahan dalam memasukkan data. Terakhir, menyimpan
data yang telah dimasukkan dan menganalisis data.
4.5.2. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan diproses dan dianalisis dengan
menggunakan program aplikasi analisis statistik untuk menganalisis faktor yang
34
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sumatera Utara (USU) yang
terletak di Jalan dr. Mansyur No. 5, Medan. Beberapa fakultas dan tempat unit
kegiatan mahasiswa tertentu di USU dipilih sebagai tempat penelitian yang
meliputi Fakultas Pertanian dan Kehutanan, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas,
UKM Kompas (Komunitas Mahasiswa Pecinta Alam) USU, dan UKM Pramuka
USU.
5.1.2. Karakteristik Responden
Total responden dalam penelitian ini sebanyak 96 orang yang merupakan
mahasiswa Universitas Sumatera Utara dari berbagai fakultas dan jurusan, serta
umumnya aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang menaungi para
pecinta alam. Karakteristik responden dapat dilihat dengan menggunakan
kuesioner yang meliputi kelompok jenis kelamin, ketinggian gunung yang didaki,
dan penyakit penyerta yang berhubungan dengan sistem kardiovaskular. Sebaran
distribusi kedua hal tersebut berupa frekuensi (n) dan persentase (%) dan dapat
35
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden
No. Variabel Kategori n %
1 Jenis kelamin • Pria 53 55,2
• Wanita 43 44,8
2 Ketinggian gunung yang didaki (mdpl)
• 2000 – 2500 63 65,6 • 2500 – 3500 26 27,1 • 3500 - 4500 7 7,3
3 Penyakit penyerta
• Asma 2 2,1
• Penyakit jantung bawaan
2 2,1
• Tidak ada penyakit
penyerta 92 95,8
Berdasarkan Tabel 5.1, diketahui bahwa pria (55,2%) lebih banyak terlibat sebagai subjek penelitian ini daripada wanita (44,8%). Selanjutnya, ketinggian gunung yang didaki oleh responden dikelompokkan menjadi 3 bagian, yakni 2000 - 2500 mdpl (65,6%), 2500 – 3500 mdpl (27,1%), dan 3500 – 4500 mdpl (7,3%). Selain jenis kelamin dan ketinggian pendakian, penyakit penyerta yang berhubungan dengan sistem respirasi dan kardiovaskular juga menjadi karakterisktik responden dalam penelitian ini yang mana didapati terdapat penyakit asma (2,1%) dan penyakit jantung bawaan (2,1%).
5.1.3. Kejadian Acute Mountain Sickness (AMS)
36
tidur. Setiap keluhan tersebut memiliki tingkatan yang menentukan penegakkan
diagnosis AMS dan derajat keparahannya. Kejadian AMS dalam penelitian ini
akan digambarkan dalam tabel sebaran distribusi penegakkan diagnosis AMS dan
derajat keparahannya.
Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Kejadian AMS Berdasarkan Kuesioner AMS-LLS
Kejadian AMS n %
Mengalami AMS 33 34,4
Tidak mengalami AMS 63 65,6
Berdasarkan Tabel 5.2, jumlah responden yang mengalami AMS sebanyak
33 orang (34,4%). Jumlah responden yang tidak mengalami AMS lebih banyak,
[image:49.595.208.416.469.536.2]yakni sebanyak 63 orang (65,6%).
Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Derajat Keparahan AMS
Derajat Keparahan AMS n %
Ringan 15 45,5
Sedang 18 54,5
Berdasarkan Tabel 5.3, responden yang mengalami AMS dibagi menjadi
dua kelompok berdasarkan derajat keparahan, yaitu AMS ringan dan AMS
sedang. Proporsi AMS ringan diketahui lebih besar, yaitu dengan jumlah 18 orang
(54,5%). Sementara itu, jumlah reponden yang mengalami AMS ringan sebanyak
37
Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Kejadian AMS Berdasarkan Karakteristik Responden
No Variabel Kategori
Kejadian AMS
AMS Tidak AMS
n % n %
1 Jenis kelamin • Pria 16 48,5 37 58,7
• Wanita 17 51,5 26 41,3
2 Ketinggian gunung yang didaki (mdpl)
• 2000 – 2500 18 28,6 45 71,4
• 2500 – 3500 11 42,3 15 57,7
• 3500 - 4500 4 57,1 3 42,9
3 Penyakit penyerta
• Asma 1 50 1 50
• Penyakit jantung
bawaan 2 100 0 0
• Tidak ada penyakit
penyerta 30 32,6 62 67,4
Berdasarkan Tabel 5.6, kejadian AMS lebih banyak terjadi pada wanita
(51,5%) daripada pria (48,5%). Selanjutnya, semakin tinggi ketinggian yang
didaki, maka semakin besar angka kejadian AMS sebagaimana pada ketinggian
3500 – 4500 mdpl, angka kejadian AMS memiliki persentase terbesar (57,1%)
dibandingkan dengan persentase pada rentang ketinggian lainnya. Kejadian AMS
berdasarkan penyakit penyerta meliputi 1 orang yang menderita asma (50%) dan 2
38
5.1.5. Gambaran pengetahuan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) dan
Kejadian AMS.
Gambaran pengetahuan mahasiswa USU didapatkan dengan meminta
responden untuk menjawab kuesioner berisi 15 pertanyaan yang telah dilakukan
uji validasi dan reliabilitas sebelumnya. Berikut ini merupakan sebaran distribusi
jawaban benar dan salah pada setiap pertanyaan, gambaran pengetahuan
berdasarkan total skor kuesioner tersebut, dan kejadian AMS berdasarkan
gambaran pengetahuan. Hasil ini juga dijabarkan dalam bentuk tabel dan
39
Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Jawaban Kuesioner Pengetahuan Responden Pada Setiap Pertanyaan
No. Pertanyaan
Benar Salah
n % n %
1. Ketentuan untuk menentukan ketinggian 79 82,3 17 17,7
2. Pakaian yang sebaiknya dikenakan ketika
melakukan pendakian 80 83,3 16 16,7
3. (Diberikan gambaran kasus) Jumlah
perbekalan yang sebaiknya dibawa 76 79,2 20 20,8
4. (Diberikan opsi jawaban) Yang sesuai
dengan kondisi di pegunungan 77 80,2 19 19,8
5. Definisi aklimatisasi 46 47,9 50 52,1
6. Penyebab terjadinya peningkatan laju nafas
saat mendaki gunung 75 78,1 21 21,9
7. Suhu tubuh normal sesorang 61 63,5 35 36,5
8. Definisi seseorang dengan suhu tubuh di
bawah rentang normal 70 72,9 26 27,1
9. Penyebab hipotermia 49 51 47 49
10. Penanganan hipotermia 64 66,7 32 33,3
11. Definisi AMS 63 65,6 33 34,4
12. Faktor yang memengaruhi AMS 42 43,8 54 56,2
13. Keluhan utama pada AMS 47 49 49 51
14. Keluhan tambahan yang dapat ditemukan
pada AMS 67 69,8 29 30,2
15. Penanganan AMS 78 81,3 18 18,8
Berdasarkan tabel di atas, persentase terbesar jawaban benar pada
pertanyaan seputar pengetahuan umum mengenai perisapan, apa yang dilakukan
ketika pendakian, dan kondisi lingkungan serta faal tubuh pada
[image:52.595.94.549.146.637.2]40
yang sebaiknya dikenakan ketika melakukan pendakian. Jumlah responden pada
kelompok tersebut yakni sebanyak 80 orang (83,3%). Sementara itu, berdasarkan
lima pertanyaan seputar AMS (pertanyaan nomor 11 – 15), jawaban benar paling
banyak pada pertanyaan ke-15, yaitu pertanyaan mengenai tindakan apa yang
sebaiknya dilakukan jika kita mendapati diri sendiri atau orang lain menunjukkan
gejala AMS. Responden yang menjawab benar pertanyaan tersebut sebanyak 78
orang (81,3%).
Selanjutnya untuk pertanyaan nomor 1 – 10 yang salah memiliki
persentase terbesar pada pertanyaan mengenai istilah respon tubuh yang terjadi
ketika melakukan pendakian atau aklimatisasi. Besar persentase tersebut yaitu
52,1% atau berjumlah 50 orang. Pada pertanyaan seputar AMS (pertanyaan nomor
11 – 15), jawaban salah terbanyak yaitu pada pertanyaan mengenai hal-hal yang
memengaruhi kejadian AMS. Jumlah responden yang salah pada pertanyaan
tersebut sebanyak 54 orang (56,2%).
Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Gambaran Pengetahuan Pendaki Gunung Pada Kelompok Mahasiswa USU tentang AMS
Gambaran Pengetahuan N %
Baik 52 54,2
Cukup 36 37,5
Kurang 8 8,3
Berdasarkan Tabel 5.6, gambaran pengetahuan responden umumya
termasuk kategori baik dengan jumlah sebanyak 52 orang (54,2%). Sementara itu,
gambaran pengetahuan cukup berjumlah 36 orang (37,5%) dan gambaran
41
Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Kejadian AMS Berdasarkan Gambaran Pengetahuan Pendaki Gunung pada Kelompok Mahasiswa USU tentang AMS
Gambaran
Pengetahuan
Kejadian AMS
AMS Tidak AMS
n % N %
Baik 17 32,7 35 67,3
Cukup 12 33,3 24 66,7
Kurang 4 50 4 50
Berdasarkan tabel di atas, responden dengan gambaran pengetahuan baik
dan cukup umumnya tidak mengalami AMS. Pada kelompok berpengetahuan
baik, jumlah yang tidak mengalami AMS sebanyak 35 orang (67,3%), sementara
yang mengalami AMS hanya 17 orang (32,7%). Selanjutnya, pada kelompok
berpengetahuan cukup, jumlah yang tidak mengalami AMS sebanyak 24 orang
(66,7%) dan yang mengalami AMS sebanyak 12 orang (33,3%). Namun, hal
berbeda didapati pada responden dengan pengetahuan kurang. Pada kelompok
rsponden dengan pengetahuan yang kurang, baik yang mengalami AMS maupun
tidak AMS, memiliki jumlah yang sama, yakni sebanyak 4 orang (50%).
5.2. Pembahasan
5.2.1. Karakteristik Responden
Pendakian merupakan salah satu bentuk travelling atau perjalanan.
Menurut Chen et al. (2010), secara umum pria lebih banyak melakukan perjalanan
daripada perempuan; 53% dari lebih dari 30 juta populasi Amerika Serikat yang
melakukan perjalanan adalah pria. Sehubungan dengan pernyataan tersebut,
penelitian ini juga melibatkan responden yang didominasi oleh pria. Berdasarkan
Tabel 5.1, penelitian ini melibatkan 53 pria (55,2%) dan sisanya yaitu 43 orang
42
Ketinggian gunug yang didaki oleh responden juga merupakan
karakteristik responden yang ditentukan oleh peneliti. Ketinggian gunung yang
didaki oleh responden dikelompokkan menjadi 3 bagian, yakni 2000 -2500 mdpl
(65,6%), 2500 – 3500 mdpl (27,1%), dan 3500 – 4500 mdpl (7,3%). Selain jenis
kelamin dan ketinggian pendakian, penyakit penyerta yang berhubungan dengan
sistem respirasi dan kardiovaskular juga menjadi karakterisktik responden dalam
penelitian ini yang mana didapati terdapat penyakit asma (2,1%) dan penyakit
jantung bawaan (2,1%).
5.2.2. Kejadian Acute Mountain Sickness (AMS)
Ada beberapa cara, baik menggunakan kuesioner secara tertulis,
wawancara, maupun pemeriksaan fisik dan penunjang, untuk menegakkan
seseorang mengalami AMS atau tidak. Salah satunya yaitu dengan menggunakan
kuesioner Acute Mountain Sickness-Lake Louis Scoring (AMS-LLS). Dalam penelitian ini, kuesioner AMS-LLS yang digunakan hanya meliputi
pertanyaan-pertanyaan seputar self-diagnosis dan tanpa pertanyaan clinical assessment yang membutuhkan pemeriksaan fisik. Pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi sakit
kepala sebagai keluhan utama dan gejala-gejala lain, berupa gangguan
pencernaan, kelelahan, oyong, dan gangguan tidur.
Onset munculnya keluhan terjadi dalam 6 – 10 jam ketika pendakian.
Kemudian, semakin tinggi dan cepat pendakian, maka keluhan yang muncul bisa
memburuk (Luks, 2014). Namun, studi lain menyebutkan bahwa keluhan AMS
terjadi dalam 2 – 3 jam pertama ketika pendakian dan umumnya keluhan yang
muncul dapat menghilang dengan sendirinya dalam 2 – 3 hari. Kembali ke
ketinggian lebih rendah sesegara mungkin merupakan penanganan bagi yang
mengalami AMS (West, 2004).
Setelah reponden mengisi kuesioner yang berisi gejala-gelaja AMS,
diagnosis AMS ditegakkan dengan kriteria responden mengalami sakit kepala dan
43
Berdasarkan Tabel 5.9, AMS sebanyak 33 orang (34,4%). Selanjutnya, derajat
keparahan AMS dapat ditentukan berdasarkan total skor yang didapat. Dalam hal
ini, skor 3 – 4 ditegakkan sebagai AMS ringan, dan skor 5 – 10 sebagai AMS
sedang, dan skor 11 – 15 sebagai AMS berat (Bartsch et al., 2004 dalam Liu et
al., 2014). Berdasarkan ketentuan tersebut, didapatkan hasil bahwa AMS ringan
terjadi pada 15 orang (45,5%) dan AMS sedang pada 18 orang (54,5%).
AMS itu sendiri biasanya tidak mengancam jiwa seseorang, tetapi dapat
memengaruhi kualitas kesehatan, menurunkan produktivitas, dan meningkatkan
biaya perawatan kesehatan. Pada kasus yang berat, AMS dapat memicu terjadinya
oliguria, perdarahan retina, ataxia, dan koma (Tao et al., 2013). Menurut West
(2004), jika AMS dapat diketahui sesegera mungkin dan dilakukan , hal ini dapat
mencegah kejadian High Altitude Pulmonary Edema (HAPE) dan High Altitude
Cerebral Edema (HACE). HAPE merupakan kondisi yang lebih serius daripada
AMS dan mekanisme terjadinya yaitu ada kerusakan kapiler pulmoner oleh
karena kondisi hipoksia. HACE juga kondisi fatal yang mekanisme terjadinya
belum diketahui secara jelas.
Sebuah studi analisis multivariat faktor risiko high-altitute illness yang
parah menunjukkan Hypoxic Ventilator Response (HVR) dan faktor psikologis
pada kondisi hipoksia dipengaruhi oleh karakteristik dan riwayat penderita AMS.
Hal-hal tersebut yaitu jenis kelamin, bentuk dan tingkat aktivitas, kecepatan
pendakian dan riwayat pernah mengalami high-altitude sickness dan migren
(Richalet et al., 2012 dalam Bartsch dan Swenson, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh prevalensi kejadian Acute
Mountain Sickness (AMS) lebih banyak dialami oleh wanita (51,5%) daripada
pria (48,5%). Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Mahomed et al.(2015)
bahwa kejadian AMS pada wanita lebih besar, yakni sebesar 57 %, dibandingkan
laki-laki sebesar 43%. Menurut penelitian Macinnis et al. (2013), jenis kelamin
merupakan salah satu dari tiga faktor risiko lainnya yang secara signifikan dapat
44
analisis hubungan jenis kelamin dengan insidensi AMS menunjukkan kejadian
AMS lebih banyak terjadi pada wanita.
Menurut Venturino (2015), tubuh melakukan berbagai respon pada kondisi
lingkungan hipoksia dan respon tubuh yang terjadi dapat menjelaskan mengapa
AMS lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Salah satu penjelasan yaitu
adanya peningkatan Hypoxic Ventilator Response (HVR) oleh karena sistem hormonal wanita. Sistem hormonal wanita, yaitu esterogen, juga berhubungan
dengan respon tubuh lain terhadap kondisi hipoksia. Esterogen diketahui
menurunkan threshold atau batas ambang pelepasan ADH, sehingga memicu terjadi retensi cairan. Retensi cairan menyebabkan terjadi gangguan HVR hingga
menyebabkan seseorang mengalami AMS (Hackett et al., 1982, dalam Venturino,
2015).
Mekanisme lainnya berhubungan dengan eritropoetin (EPO), yang mana
konsentrasi EPO meningkat saat pendakian dan diikuti peningkatan kadar
hemoglobin sehingga oksigen yang dibawa oleh darah dapat didistribusikan secara
maksimal pada kondisi hipoksemia. Ternyata, testosterone merupakan salah satu
hormone eritropoetik. Hormon ini dimiliki secara dominan oleh pria. Maka, tidak
heran jika pria lebih sedikit mengalami AMS daripada wanita (Venturino, 2015).
AMS jarang terjadi pada ketinggian < 2000 meter di atas permukaan laut
(mdpl). Insidensi dan derajat keparahan AMS bergantung pada kecepatan
pendakian, ketinggian yang dicapai, durasi bermalam pada ketinggian tersebut,
serta derajat aklmatisasi (Aslam, Hussain, dan Khan, 2001). Menurut Hackett dan
Roach (2001) dalam Malcnnis et al., (2013), terdapat korelasi kuat antara kejadian
AMS dengan ketinggian yang dicapai. Sejalan dengan pernyataan tersebut, hasil
penelitian ini memiliki gambaran yang sama berdasarkan distribusi proporsi
kejadian AMS dan ketinggian yang didaki. Dalam hal ini, rentang ketinggian
dibagi menjadi tiga kelompok, yakni 2000 – 2500 mdpl, 2500 – 3500 mdpl, dan
3500 – 4500 mdpl. Meskipun sebaran responden tidak merata pada setiap
kelompok, yang mana responden umumnya mendaki pada ketinggian 2000 – 2500
45
ketinggian semakin meningkat. Hasil studi ini menunjukkan bahwa perbandingan
antara jumlah yang mengalami AMS dan tidak dapat diketahui dengan rincian sebagai berikut : pada ketinggian 2000 – 2500 mdpl sebesar 0,4, pada ketinggian 2500 – 3500 mdpl sebesar 0,73, dan pada ketinggian 3500 – 4500 mdpl sebesar 1,33.
Dalam studi literatur Jacob et al. (2012), disebutkan bahwa terdapat enam literatur sebelumnya mengenai insidensi AMS berdasarkan rentang ketinggian. Insidensi AMS pada ketinggian 2000 mdpl sebesar 7 – 28 % dan pada ketinggian 3000 – 3500 mdpl, insidensi AMS sebesar 10 – 28%. Serupa dengan studi tersebut, pada studi Chen, Ke, Luo, dan Song (2013), disebutkan juga insidensi AMS pada ketinggian 1850 – 2750 mdpl sebesar 22%, lalu 42% pada ketinggian 3000 mdpl, serta sebesar 75% pada pendakian Gunung Kilima