• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS XII IPS 2 MA NEGERI NGRAMBE NGAWI TAHUN AJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS XII IPS 2 MA NEGERI NGRAMBE NGAWI TAHUN AJARAN 2010 2011"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING PADA SISWA KELAS XII IPS 2 MA NEGERI NGRAMBE NGAWI TAHUN AJARAN 2010/2011

(Penelitian Tindakan Kelas)

SKRIPSI Oleh:

TITIS DWIPANTARA K7406152

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI

MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING PADA SISWA KELAS XII IPS 2 MA NEGERI NGRAMBE

NGAWI TAHUN AJARAN 2010/2011

(Penelitian Tindakan Kelas)

Oleh:

TITIS DWIPANTARA NIM K7406152

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

(4)

commit to user

iv

Skripsi ini telah direvisi sesuai dengan arahan dari Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Wahyu Adi, M.Pd ...

Sekretaris : Drs. Sudiyanto, M.Pd ...

Anggota I : Drs. Ngadiman, M. Si ...

(5)

commit to user

v

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Wahyu Adi, M.Pd ...

Sekretaris : Drs. Sudiyanto, M.Pd ...

Anggota I : Drs. Ngadiman, M. Si ...

Anggota II : Laily Faiza Ulfa, S.E, M.M ...

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

(6)

commit to user

vi ABSTRAK

TITIS DWIPANTARA. K7406152. UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS XII IPS 2 MA NEGERI NGRAMBE NGAWI TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret

Surakarta, April 2011.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Ngawi Tahun Ajaran 2010/ 2011.

Penelitian ini menggunakan pendekatan tindakan kelas (classroom action research)

dengan strategi siklus. Obyek penelitian pada penelitian tindakan ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya proses pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti, guru kelas dan melibatkan partisipasi siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observas, tes dan dokumentasi. Prosedur penelitian meliputi tahap: (1) pengenalan masalah, (2) persiapan tindakan, (3) penyusunan rencana tindakan, (4) implementasi tindakan, (5) observasi, (6) Refleksi ,dan (7) penyusunan laporan. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, alokasi waktu masing-masing pertemuan 2 x 45 menit

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model

Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi.

Peningkatan kualitas pembelajaran tersebut terefleksi dari proses dan hasil pembelajaran. Dari sisi proses pembelajaran, indikator adalah: (1) keaktifan siswa dalam apersepsi menunjukkan peningkatan dari 55,55% atau 15 siswa menjadi 70,37% atau 19 siswa, (2) Keaktifan siswa bekerjasama dalam kelompok selama kegiatan diskusi sebanyak 19 siswa pada siklus I sedangkan pada siklus II meningkat 22 siswa, (3) Keaktifan siswa pada saat pembahasan hasil dikusi, mengajukan pertanyaan dan pendapat pada siklus I terdapat 17 siswa, pada siklus II terdapat 20 siswa. Dari segi hasil pembelajaran, indikatornya adalah: adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari 77,77% atau 21 siswa menjadi 92,59% atau 25 siswa. Peningkatan tersebut terjadi setelah guru melakukan beberapa upaya, antara lain: (1) Penerapan model Problem Based Learning, (2) Guru membuat Rencana Pembelajaran terlebih dahulu sebelum mengajar sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung terarah dan terprogram, (4) Guru melakukan evaluasi setelah pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar berikutnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model

Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas belajar akuntansi baik dari

(7)

commit to user

vii ABSTRACT

TITIS DWIPANTARA. K7406152. THE ATTEMPT OF IMPROVING THE ACCOUNTING LEARNING QUALITY BY APPLYING THE PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO THE XII IPS 2 GRADERS OF MA NEGERI NGRAMBE NGAWI IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, April 2011.

The objective of research is to find out whether or not the problem based learning model can improve the accounting learning quality of the XII IPS 2 Graders of MA Negeri Ngrambe Ngawi in the school year of 2010/2011.

This study employed a classroom action research approach with cycle strategy. The object of this action research is a variety of activities occurring in the classroom during the learning process. This research was taken place in collaboration between the researcher, classroom teacher, and involved the student participation. Techniques of collecting data used were observation, test, and documentation. The research procedure included: (1) problem identification, (2) action preparation, (3) action planning, (4) implementation, (5) observation, (6) reflection, (7) report writing. The research process was carried out in two cycles, each of which consists of four stages: (1) planning, (2) acting, (3) observing and interpreting, and (4) analyzing and reflecting. Each cycle was carried out in 2 meetings, with time allotment of 2 x 45 minutes, respectively.

(8)

commit to user

viii MOTTO

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang

sabar.”

(Q.S. Al Baqarah: 153)

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”.

(Aristoteles)

“Hanya kebodohan meremehkan pendidikan”.

( P.Syrus )

“Problem-Based(PBL) is a learning method based on the principle of using problems as a starting point for the acquisition and integration of

knowledge”

(Problem Based Learning adalah metode pembelajaran yang menggunakan

Masalah sebagai titik awal untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang

lengkap)

(9)

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud rasa sayang,

cinta kasih penulis dan terima kasih penulis kepada :

- Ibu dan Bapak terimakasih atas segala cinta, kasih

sayang dan doa yang telah tercurah untukku.

- Adikku Mada tersayang yang selama ini selalu

memberiku semangat.

- Pak Ngadiman dan Bu Laili terima kasih atas

bimbingan, kesabaran, dan semangatnya.

- Sahabat-sahabatku Rachmi, Ratih, dan Rini terimakasih

buat dukungan doa dan semangatnya.

- Saudari- saudariku di Wisma Wijaya Monick, Ardhian,

Ari, Astika, Nurita, Leny, Rela, Wahyu, Ary, Endah

terimakasih buat perhatian, kasih sayang, doa dan

semangat yang kalian berikan selama ini.

- Teman-teman Akuntansi 2006 yang tidak bisa tertulis

semua terima kasih.

(10)

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat,

taufik dan hidayah-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis

untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan.

Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,

atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.

3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan

Akuntansi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan bijaksana.

4. Drs. Ngadiman, M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak

sekali motivasi, ilmu dan arahan dengan penuh kesabaran.

5. Laily Faiza Ulfa, S.E, M.M selaku pembimbing II yang telah memberikan

dorongan, semangat dan bimbingan dengan baik.

6. Tim penguji skripsi yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk menguji

penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan ujian skripsi guna

menyelesaikan studi di bangku kuliah

7. Drs. Muljono, M.Ag, selaku Kepala MA Negeri 1 Ngrambe, yang telah

banyak memberikan ijin kepada penulis untuk menyusunan skripsi ini.

8. Sri Sudarsi, S Pd, selaku guru pamong yang telah memberikan dorongan,

semangat dan bimbingan dengan baik.

9. Guru, karyawan, dan siswa-siswa XII IPS 2 yang telah banyak memberikan

bantuan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

10. Bapak, Ibu, dan adik tercinta, yang selalu memberikan dorongan baik moril

maupun spiritual, dan kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya

(11)

commit to user

xi

11. Teman-teman satu perjuangan Ratih, Tri, Mb Titin, Leny, Burhan, Wawan,

Tonang, Arum, Novi dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari

Allah SWT. Amin.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,

namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.

Surakarta, April 2011

(12)

commit to user

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. LANDASAN TEORI ... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Kualitas Pembelajaran Akuntansi ... 8

a. Hakikat Belajar ... 8

b. Hakikat Pembelajaran ... 9

c. Hakikat Kualitas Pembelajaran ... 10

d. Hakikat Akuntansi ... 12

e. Hakikat Kualiatas Pembelajaran Untuk Mata Pelajaran Akuntansi ... 13

2. Model Problem Based Learning ... 14

(13)

commit to user

xiii

b. Kelebihan dan Kelemahan Model

Problem Based Learning ... 18

B. Penelitian Yang Relevan ... 19

C. Kerangka Pemikiran ... 20

D. Hipotesis Tindakan ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 25

C. Pendekatan Penelitian ... 25

D. Sumber Data ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Prosedur Penelitian ... 32

G. Proses Penelitian ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 39

B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe ... 40

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 42

1. Siklus I ... 42

a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 42

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 44

c. Observasi dan Interpretasi ... 47

d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I ... 49

2. Siklus II ... 50

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 52

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 52

c. Observasi dan Interpretasi ... 55

d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II ... 57

(14)

commit to user

xiv

BAB IV SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 63

A. Simpulan ... 63

B. Implikasi ... 66

C. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 69

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir 22

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan kelas 28

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pembelajaran Berdasarkan Masalah 17

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Dalam Penelitian 24

Tabel 3. Perbedaan Penelitian formal dan penelitian informal 27

Tabel 4. Indikator Ketercapaian 35

Tabel 5. Persentase capaian hasil pembelajaran pada Siklus I 48

Tabel 6. Persentase capaian hasil pembelajaran pada Siklus II 56

(17)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional pada hakekatnya diarahkan pada pembangunan

Indonesia seutuhnya yang menyeluruh baik lahir maupun batin. Dipandang dari

segi kebutuhan, pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas

perlu dipersiapkan untuk berpartisipasi serta memberikan sumbangan terhadap

terlaksananya program-program pembangunan yang telah direncanakan. Salah

satu usaha untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas

adalah melalui program pendidikan nasional.

Pendidikan nasional merupakan upaya untuk mencerdaskan bangsa dan

meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia guna mewujudkan

masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya untuk

mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional (2003: 2), menyatakan bahwa:

1.Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2.Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

3.Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan fungsi pendidikan nasional diatas, maka peran guru menjadi

fungsi keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah selain

bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana

(18)

commit to user

Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan pembaharuan

dalam segala komponen pendidikan. Adapun komponen yang mempengaruhi

pelaksanaan pendidikan meliputi kurikulum, sarana prasarana, guru, siswa dan

model pengajaran yang tepat. Semua komponen tersebut saling terkait dalam

mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan (Djamarah,

2002:123). Hasil belajar yang meningkat merupakan salah satu indikator

pencapaian tujuan pendidikan yang mana hal itu tidak terlepas dari motivasi siswa

maupun kreativitas guru dalam menyajikan suatu materi pelajaran melalui

berbagai model untuk dapat mencapai tujuan pengajaran secara maksimal.

Dewasa ini pendidikan hanya menitikberatkan pada tercapainya tujuan

pendidikan, tetapi kurang memperhatikan proses pencapaian tujuan tersebut.

Telah ditemukan beberapa studi di lapangan, bahwa sebagaian besar proses

pembelajaran kurang melibatkan keaktifan siswa. Kegiatan pembelajaran berpusat

pada guru yang berakibat terjadinya bentuk komunikasi satu arah yaitu dari guru

kepada siswa, sehingga siswa sebagai pendengar hanya memperhatikan dan

membuat catatan seperlunya. Padahal ada kecenderungan bahwa anak akan

belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih

bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan

mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti

berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam

membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

Mata pelajaran akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang

dikatakan gampang-gampang susah. Belajar akuntansi pada dasarnya merupakan

hasil belajar konsep, sedangkan konsep-konsep dasar akuntansi merupakan

kesatuan yang utuh, untuk itu dalam proses belajar mengajar akuntansi yang

terpenting adalah bagaimana guru dapat mengajarkan konsep itu pula. Pengajaran

akuntansi harus dimulai dari hal yang sederhana menuju hal yang lebih kompleks

dan harus memperhatikan urutan dari beberapa konsep, walaupun demikian

sampai saat ini akuntansi masih menjadi masalah bagi sebagian siswa dan

mengatakan bahwa akuntansi sulit. Akibat dari itu, sering terdapat kurangnya

(19)

commit to user

melakukan kesalahan. Hal ini bisa terjadi akibat beberapa faktor, mungkin karena

kualitas sumber daya manusia siswa atau mungkin juga pendekatan atau metode

pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakteristik pelajaran akuntansi dan

bisa diterima oleh siswa.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pembenahan dalam

pembelajaran akuntansi, sehingga konsep-konsep dalam pembelajaran akuntansi

lebih mudah dipahami oleh siswa. Pembenahan tersebut antara lain dengan

diterapkannya pendekatan kontekstual disekolah. Di dalam pembelajaran

akuntansi sebaiknya proses pembelajaran lebih dipusatkan kepada siswa, guru

hanya bertindak sebagai fasilitator pembelajaran yang memberikan arahan,

petunjuk, dan motivasi kepada siswa.

Kenyataan yang terjadi pada kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Ngawi

menurut pengamatan penulis dan beberapa masukan dari guru bahwa sebagian

siswa di kelas kurang aktif dalam pembelajaran. Siswa kurang antusias terhadap

pelajaran akuntansi, para siswa menganggap bahwa akuntasi adalah pelajaran

yang sulit sehingga siswa lebih sering mengobrol sendiri dengan temannya saat

pelajaran sedang berlangsung. Selain itu siswa kurang aktif dalam pembelajaran

akuntansi ditandai dengan terjadinya kemacetan komunikasi ketika siswa diberi

kesempatan untuk bertanya, berkomentar, berdiskusi, mengajukan usul, berdialog,

mengkomunikasikan gagasan, dan hasil belajar yang tercermin dari prestasi siswa

belum mencapai batas ketuntasan yaitu 70, dengan ditandai nilai rata-rata kelas

untuk mata pelajaran akuntansi yaitu 68. Oleh sebab itu, hasil belajar masih harus

diperbaiki dan guru harus mempunyai kreativitas tinggi dalam memilih model

pembelajaran yang menarik minat/ antusisas siswa.

Model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam memberikan

informasi kepada siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar mengajar.

Setiap guru harus menguasai berbagai macam model mengajar yang sesuai

dengan materi yang diajarkan sehingga dapat tercapai sasaran yang diharapkan.

Dalam kegiatan belajar mengajar banyak model mengajar yang bisa digunakan

guru untuk menyampaikan materi pelajaran, seperti model pembelajaran

(20)

Team-commit to user

Game-Turnament (TGT), Team Assisted Indivudualization (TAI), Cooperatif

Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Group Investigation (GI).

Adapula model pembelajaran seperti Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

dan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).

Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan,

sehingga guru harus dapat memilih suatu model yang tepat dalam penyampaian

materi sebab model mengajar yang digunakan untuk menyampaikan materi untuk

suatu pokok bahasan belum tentu dapat digunakan untuk menyampaikan materi

pada pokok bahasan yang lain. Model mengajar yang dipilih sebaiknya model

yang dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang diajarkan.

Pemilihan model pengajaran yang tepat dapat menunjang kelancaran proses

belajar mengajar, Dalam mata diklat akuntansi sering dijumpai soal-soal yang

bervariasi sehingga membutuhkan banyak latihan agar siswa terampil dalam

mengerjakan soal baik secara individu maupun secara kelompok atau kerjasama

tim. Pembelajaran akuntansi akan lebih efektif jika dalam kegiatan belajar

mengajar diterapkan model pembelajaran yang sesuai. Alternatif pembelajaran

yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Problem Based Learning.

Model Problem Based Learning merupakan salah satu model

pembelajaran dimana authentic assesment (penalaran yang nyata atau konkret)

dapat diterapkan secara komprehensif, sebab didalamnya terdapat unsur

menemukan masalah dan sekaligus memecahkannya (unsur terdapat didalamnya

yaitu problem possing atau menemukan permasalahan dan problem solving atau

memecahkan masalah). Tujuan dari PBL untuk menantang siswa mengajukan

permasalahan dan juga menyelesaikan masalah yang lebih rumit dari sebelumnya,

dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapatnya,

menggalang kerjasama dan kekompakan siswa dalam kelompok, mengembangkan

kepemimpinan siswa serta mengembangkan kemampuan pola analisis dan dapat

membantu siswa mengembangkan proses nalarnya.

Pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir

tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk belajar bagaimana

(21)

commit to user

mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide

secara terbuka. Intinya, siswa dihadapkan pada situasi masalah yang otentik dan

bermakna yang dapat menantang siswa untuk memecahkannya (Nurhadi,

2004:109). Model ini cocok diterapkan pada mata pelajaran akuntansi karena

mata pelajaran ini menuntut siswa untuk dapat memiliki keterampilan dalam

melakukan pencatatan seperti pencatatan kedalam jurnal, membuat kertas kerja

dan sebagainya. Yang mana keterampilan tersebut dapat dilatih setahap demi

setahap.

Pembelajaran akuntansi akan lebih menarik jika disajikan dalam suatu

bentuk pembelajaran interaktif yang menyenangkan dalam rangka meningkatkan

kualitas belajar siswa. Untuk itu, peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian

dengan judul: “Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Melalui Penerapan Model Problem Based Learning Pada Siswa Kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Ngawi Tahun Ajaran 2010/2011”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka dapat

diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Siswa kurang antusias terhadap mata pelajaran akuntansi karena mereka

merasa bahwa akuntansi selama ini adalah mata pelajaran yang sulit, sehingga

mereka mudah bosan dan sering berbicara sendiri ketika guru sedang

mengajar

2. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran akuntansi ditandai dengan terjadinya

kemacetan komunikasi ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya

tentang kesulitan yang mereka hadapi, berkomentar, berdiskusi, mengajukan

usul, berdialog, dan mengkomunikasikan gagasan.

3. Hasil belajar yang tercermin dari prestasi siswa belum mencapai batas

ketuntasan yaitu 70, dengan ditandai nilai rata-rata kelas untuk mata pelajaran

(22)

commit to user

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang teridentifikasi dapat terarah dan dikaji secara

mendalam, maka perlu adanya pembatasan masalah. Pada penelitian ini masalah

yang akan dikaji lebih mendalam berdasarkan identifikasi masalah diatas adalah

tentang penggunaan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran, yaitu dengan:

1. Menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada saat

kegiatan pembelajaran.

2. Kualitas pembelajaran yang akan digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan

dalam penggunaan metode pembelajaran ini adalah mencakup (1) keaktifan

siswa selama apresiasi, (2) keaktifan siswa dalam bekerjasama dengan

kelompok selama kegiatan diskusi, (3) keaktifan siswa pada saat

pembahasan hasil diskusi, mengajukan pertanyaan dan pendapat, (4)

ketuntasan hasil belajar dengan standar nilai KKM 70

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah model Problem Based

Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi pada siswa kelas

XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Tahun Ajaran 2010/2011?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning dalam upaya peningkatan kualitas

pembelajaran akuntansi kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Ngawi Tahun

(23)

commit to user

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat teoretis

a. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi penelitian selanjutnya yang relevan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pemilihan

metode pembelajaran yang tepat.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Guru

- Hasil penelitian diharapkan dapat memberdayakan guru akuntansi

untuk merancang pembelajaran dengan model Problem Based Learning

guna meningkatkan kualitas pembelajaran untuk mata pelajaran

akuntansi.

b. Bagi Siswa

- Memotivasi siswa belajar akuntansi dengan cara yang menyenangkan

dan bervariasi serta dapat memperoleh pengalaman belajar.

- Diharapkan dapat membuat siswa memiliki minat belajar yang besar

(24)

commit to user

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kualitas Pembelajaran Akuntansi a. Hakikat Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks dan menyangkut

banyak hal. Di kehidupan sehari-hari banyak di jumpai kegiatan yang

sebenarnya merupakan kegiatan belajar, namun hal ini kadang tidak di sadari

sepenuhnya. Perubahan akibat belajar ini akan bertahan lama dan sampai taraf

tertentu mungkin tidak akan hilang. Kemampuan yang telah diperoleh tidak

mudah terhapus begitu saja karena belajar merupakan suatu proses sehingga

perubahan yang terjadi berjalan secara bertahap dan dengan waktu yang relatif

lama. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini

berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat

tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di

sekolah, di rumah maupun di masyarakat.

Belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan

tingkah laku baik potensial maupun aktual (Gino et. al., 1999: 6). Pendapat

lain yang mendukung pendapat ini mengemukakan belajar sebagai upaya

perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk menuju

perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur

cipta, rasa, karsa dan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik (Sardiman,

2004: 21). Serangkaian kegiatan jiwa tersebut merupakan tahapan perubahan

tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan

interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Muhibbin,

2005: 91). Oleh karena itu belajar diartikan sebagai suatu aktivitas mental

atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan

(25)

commit to user

dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas (.Winkel,

1996: 53).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan suatu aktivitas atau usaha yang dilakukan seseorang yang

menimbulkan serangkaian perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu

pengertian untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang

menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik

sebagai hasil dari pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya, di

mana perubahan yang terjadi tersebut tidak bersifat sementara, melainkan

relatif tetap pada individu yang belajar tersebut.

b. Hakikat Pembelajaran

Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses baik disengaja

maupun tidak disengaja, disadari ataupun tidak disadari yang terjadi setiapsaat

dalam kehidupan. Dari proses belajar mengajar akan diperoleh suatu hasil

yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau tujuan pembelajaran.

Perpaduan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar akan

menghasilkan suatu interaksi edukatif dengan memanfaatkan sarana dan

sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditentukan sebelumnya. Pembelajaran merupakan aktivitas pokok dam

kegiatan belajar mengajar.

Menurut Undang Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional bab XI pasal 39 ayat 2 : Pendidik

merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Menurut

Peraturan Pemerintah no 19 Tentang Badan Standar Nasional Pendidikan

Bab IV pasal 19 ayat (1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan

(26)

commit to user

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (2)

Perubahan paradigma pembelajaran dari paradigma mengajar ke

paradigma belajar, merupakan salah satu agenda penting dalam keterlaksanaan

KTSP yang berbasis kompetensi. Paradigma belajar mengandung makna

bahwa siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuan barunya

berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki. Dalam hal ini fungsi guru

sebagai fasilitator dan motivator, guru mengembangkan kegiatan

pembelajaran yang memungkinkan siswa menemukan sendiri konsep baru

yang dipelajari dengan motivasi guru.

Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa, dituntut adanya profil

kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai

serta sifat-sifat pribadi (kepribadian), agar proses itu dapat berlangsung

dengan efektif dan efisien. Prinsip-prinsip pembelajaran efektif sebagai

berikut :

1) Berkaitan langsung dengan keberhasilan pencapaian pengalaman belajar

2) Menguatkan praktek dalam tindakan

3) Mengintegrasikan komponen-komponen kurikulum inti

4) Bersifat dinamis dan dapat membangkitkan kegairahan

5) Merupakan perpaduan antara seni dan ilmu tentang pengajaran

6) Membutuhkan pemahaman komprehensif tentang siklus pembelajaran

7) Dapat menemukan ekspresi terbaiknya ketika guru berkolaborasi untuk

mengembangkan, mengimplementasikan, dan menemukan bentuk praktek

mengajar yang profesional

c. Hakikat Kualitas Pembelajaran

Secara konseptual maka kualitas pembelajaran tidak berbeda dengan

arti keefektifan proses belajar mengajar jika dilihat dari indikator evaluasinya.

(27)

commit to user

kualitas hasil belajar, keterampilan, kemampuan mengajar, aktivitas siswa,

motivasi, dan lain sebagainya. Menurut Mulyasa (2004), kualitas

pembelajaran atau pembentukan kompetensi dapat dilihat dari segi proses dan

segi hasil.

Menurut Cox (2006 : 8) dalam jurnal Dr. S. Eko Putro Widoyoko

mengemukakan bahwa kualitas program pembelajaran tergantung pada sarana

dan prasarana pembelajaran, aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan

pembelajaran dan personal yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran baik itu

guru dan siswa. Kualitas pembelajaran merupakan ukuran yang menunjukkan

seberapa tinggi kualitas interaksi antar guru dengan siswa yang terjadi dalam

tempat pembelajaran ( ruang kelas ) untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Interaksi tersebut melibatkan guru dan siswa yang dilakukan dalam

lingkungan tertentu dengan dukungan sarana dan prasarana tertentu. Kualitas

pembelajaran akan tergantung dan dipengaruhi oleh : guru, siswa, kurikulum,

sarana dan prasarana, fasilitas pembelajaran, lingkungan kelas dan iklim kelas,

konteks dan lain-lain.

Kualitas dapat dimaknai juga dengan istilah mutu atau keefektifan.

Menurut Etzioni yang dikutip oleh Cepi Ryana, secara definitif efektivitas

dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau

sasarannya. Efektivitas ini sesunguhnya merupakan suatu konsep yang lebih

luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang.

Dengan demikian efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas,

akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya.

Efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena mampu

memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai

sasarannya atau suatu tingkatan terhadap mana tujuan - tujuan dicapai Dengan

demikian, yang dimaksud dengan efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian

tujuan pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran seni. Pencapaian tujuan

tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta

(28)

commit to user

Mengutip dari Cepi Riyana UNESCO (1996) menetapkan 4 (empat)

pilar pendidikan yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh

pengelola dunia pendidikan, yaitu:

1) Belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan (learning to know)

2) Belajar untuk menguasai keterampilan (learning to do)

3) Belajar untuk hidup bermasyarakat (learning to live together)

4) Belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal (learning tobe). Keempat pilar akan berjalan dengan baik jika diwarnai dengan

pengembangan keberagamaan. Nilai-nilai keberagamaan sangat dibutuhkan

bagi setiap warga negara Indonesia dalam menapaki kehidupan di dunia ini.

Pengintegrasian nilai-nilai agama ke dalam mata pelajaran yang

diajarkan/dipelajari siswa akan lebih efektif dalam pembentukan pribadi anak

yang ber-Ketuhahan Yang Maha Esa daripada diajarkan secara monolitik yang

penuh dengan konsep.

Dengan adanya pendapat para pakar diatas khususnya mengacu pada

pendapat Mulyasa (2004), kualitas pembelajaran atau pembentukan

kompetensi dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil. Untuk itu penulis

menyimpulkan bahwa kualitas pembelajaran merupakan suatu hal mempunyai

indikator keberhasilan yang komplek. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti

membatasi indikator yang digunakan dalam melihat keberhasilan kualitas

pembelajarannya berupa keaktifan dan tingkat pemahaman siswa yang dilihat

dari pencapaian hasil belajar siswa pada saat akhir proses pengajaran.

d. Hakikat Akuntansi

Akuntansi adalah salah satu cabang ilmu ekonomi yang sering

digunakan dalam dunia usaha. Akuntansi berasal dari bahasa Inggris yaitu

“accounting” yang berarti pencatatan. American Accounting Association

dalam Soemarso (2004:3) mendefinisikan akuntansi sebagai : “…proses

mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk

memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi

(29)

commit to user

bahwa “Proses akuntansi terdiri dari pengumpulan bukti transaksi, pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, pelaporan, analisis, dan interpretasi”. Soemarso (2004:4) mengemukakan bahwa “Tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi dari suatu kesatuan ekonomi kepada pihak-pihak yang

berkepentingan. Informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi berguna

bagi pihak-pihak di dalam perusahaan itu sendiri maupun pihak-pihak di luar

perusahaan”.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat diartikan bahwa

akuntansi merupakan proses yang terdiri dari pengumpulan bukti transaksi,

pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, sampai pelaporan kepada

pihak-pihak yang membutuhkan informasi akuntansi sebagai bahan pengambilan

keputusan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan sebagai alat

evaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Sedangkan bagi Instansi

Pendidikan, seperti Madrasah Aliyah (MA), Akuntansi merupakan mata

pelajaran yang masih menjadi bagian dari mata pelajaran ekonomi sehingga

belum merupakan suatu mata pelajaran yang berdiri sendiri. Akuntansi

diajarkan di MA sebagai pengantar agar siswa mengerti sejak sekarang

mengenai cara membuat dan mengelola sistem pembukuan, mencatat

transaksi-transaksi yang terjadi di dalam perusahaan jasa serta menyusun

laporan keuangan perusahaan jasa sehingga siswa dapat mempraktekkannya.

Mata pelajaran akuntansi di MA diajarkan setiap minggu selama 2 kali

pertemuan dengan alokasi waktu 2x45 menit.

e. Hakikat Kualitas Pembelajaran Untuk Mata Pelajaran Akuntansi

Penilaian terhadap proses belajar dan mengajar sering diabaikan,

setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan penilaian

hasil belajar. Sudjana (2009: 56) menyatakan bahwa “Penilaian kualitas pembelajaran tidak hanya berorientasi pada hasil semata-mata, tetapi juga

kepada proses”. Oleh sebab itu, penilaian terhadap hasil dan proses belajar

harus dilaksanakan secara seimbang. Penilaian terhadap hasil belajar

semata-mata, tanpa menilai proses, cenderung melihat faktor siswa sebagai kambing

(30)

commit to user

umumnya. Padahal tidak mustahil kegagalan siswa itu disebabkan oleh

lemahnya proses belajar-mengajar dimana guru berperan sebagai

penanggungjawabnya. Di lain pihak, pembelajaran dikatakan berhasil apabila

perubahan-perubahan pada siswa sebagai akibat dari proses yang ditempuhnya

melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru

dalam proses mengajarnya.

Dalam kurikulum MA Negeri Ngrambe, terdapat mata pelajaran

akuntansi. Pokok bahasan khusus yang diberikan kepada kelas XII semester

ganjil membahas tentang Penyusunan Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang.

Dalam pembelajaran tahun-tahun sebelumnya, untuk mata pelajaran ini masih

menghasilkan capaian yang timpang diantara siswa. Kurangnya interaksi antar

siswa, pemahaman terhadap materi yang kurang, pengelolaan waktu yang

kurang menguntungkan baik bagi guru maupun siswa menjadikan proses

belajar menjadi kurang maksimal. Oleh karena itu, dalam penerapan model

Problem Based Learning yang akan dilakukan oleh guru bersama peneliti

diharapkan pembelajaran akan memberikan kontribusi yang lebih baik

daripada tahun-tahun sebelumnya. Dampak dari penerapan tersebut dapat kita

lihat tidak hanya dari hasil akhir pembelajaran saja tetapi juga terhadap proses

pelaksanaannnya. Penilaian/evaluasi pembelajaran akuntansi dengan model

yang baru akan dilakukan dengan menilai kualitas pembelajaran dilihat dari

proses belajar mengajar dan hasil dari pembelajaran yang dilaksanakan.

Melalui penerapan model Problem Based Learning diharapkan kualitas

pembelajaran untuk mata pelajaran akuntansi menjadi lebih baik.

2. Model Problem Based Learning a. Hakikat Model Problem Based Learning

Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan istilah problem based

learning (PBL), pada awalnya dirancang untuk program graduate bidang

kesehatan oleh Barrows (1988) yang kemudian diadaptasi untuk program

akademik kependidikan oleh Stepein Gallager (1993). Menurut Arends dalam

(31)

commit to user

pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang

otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,

mengembangkan inkuiri dan kemampuan berfikir tingkat lebih tinggi,

mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri.

Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang ciri

utamanya pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan

antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau

hasil peraga (Ibrahim,2000:5). Lebih lanjut menurut Claire Major (2001)

dalam Halizah Awang, dan Ishak Ramly (2001:12), mengemukan bahwa:

“PBL is a total pedagogical approach to education that focuses on helping students develop self-directed learning skills. It derives from the theory that learning is a process in which the learner actively constructs new knowledge on the basis of current knowledge. PBL provides students with the opportunity to gain theory and content knowledge and comprehension. PBL helps students develop advanced cognitive abilities such as creative thinking, problem solving and communication skills”.

PBL adalah pendekatan pedagogis yang berfokus untuk membantu

siswa mengembangkan diri yang diarahkan pada belajar keterampilan. Ini

berasal dari teori belajar bahwa sebuah proses di mana pelajar secara aktif

membangun pengetahuan baru atas dasar pengetahuan saat ini. PBL

memberikan siswa kesempatan untuk mendapatkan teori dan pengetahuan

serta pemahaman. PBL membantu siswa mengembangkan kemampuan

kognitif seperti berpikir kreatif, pemecahan masalah dan kemampuan

komunikasi.

Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai

sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan

kemampuan berfikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapat

pengetahuan konsep-konsep penting. Pendekatan pembelajaran ini

mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri

untuk membantu siswa mencapai ketrampilan mengarahkan diri. Guru dalam

pembelajaran berdasarkan masalah berperan sebagai penyaji masalah,

penanya, mengadakan dialog membantu menyelesaikan masalah, dan memberi

(32)

commit to user

dapat meningkatkan pertumbuhan intelektual siswa. Pembelajaran berdasarkan

masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas

yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.

Menurut Arends dalam Trianto (2007:69). Para pengembang Problem

Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah telah mengemukakan

karakteristik model pembelajaran berbasis masalah yaitu :

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengkoordinasikan

sekitar prinsip- prinsip atau keterampilan akademik tertentu,

pembelajaran berdasarkan masalah mengkoordinasikan pengajaran

disekitar pertanyaan dan masalah yang dua- duanya secara sosial

penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka

mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban

sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk

situasi itu.

2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun PBL mungkin

berpusat pada mata pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih

benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu

dari banyak mata pelajaran.

3) Penyelidikan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah

menghendaki siswa untuk melakukan penyelidikan autentik untuk

mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus

menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan

hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis

informasi, melakukan eksperimen ( jika diperlukan ), membuat

referensi, dan merumuskan kesimpulan.

4) Menghasilkan produk memamerkannya. PBL menuntut siswa untuk

menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan

peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian

masalah yang mereka temukan. Bentuk tersebut dapat berupa

laporan, model fisik, video maupun program komputer. Karya nyata

(33)

teman-commit to user

temannya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari dan

menyediakan suatu alternatif terhadap laporan atau makalah.

5) Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang

bekerjasama satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau

dalam kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk

secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan

memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog untuk

mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

Pembelajaran Berbasis Masalah biasanya terdiri dari lima tahapan

utama yang dimulai dari guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi

masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Secara

singkat kelima tahapan pembelajaran PBL adalah seperti berikut :

Tabel 1. Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Orientasi siswa pada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan,

mengajukan fenomena atau demonstrasi atau

cerita untuk memunculkan masalah,

memotivasi siswa untuk terlibat dalam

pemecahan masalah yang dipilih

Tahap 2

Mengorganisasikan siswa

untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap 3

Membimbing penyelidikan

individu maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah.

Tahap 4

Mengembangkan dan

Guru membantu siswa dalam merencanakan

(34)

commit to user

menyajikan hasil karya laporan, video, dan model dan membantu

mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Tahap 5

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan

refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan

mereka dan proses-proses yang mereka

gunakan.

(Sumber : Ibrahim & Nur,2000:13)

b. Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning

Menurut Amir (2009:27), penerapan model Problem Based Learning

memiliki beberapa manfaat, antara lain :

1) Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar

2) Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan

3) Mendorong untuk berfikir

4) Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial

5) Membangun kecakapn belajar (life- long learning skill)

6) Memotivasi pemelajar

Di samping memiliki manfaat, menurut Nurhadi (2004:110) model

Problem Based Learning juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya :

1) Pencapaian akademik dari individu siswa

2) Waktu yang diperlukan untuk implementasi

3) Perubahan peran siswa dalam proses

4) Perubahan peran guru dalam proses

5) Perumusan masalah yang baik

Keuntungan pembelajaran berbasis masalah menurut Nurhadi dalam

Sugiyanto (2008:118) adalah pembelajaran berdasarkan masalah mendorong

kerjasama dalam menyelesaikan tugas, pembelajaran berdasarkan masalah

memiliki unsur-unsur belajar magang yang bisa mendorong pengamatan dan

dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap siswa dapat memahami peran

penting aktivitas mental dan belajar yang terjadi di luar sekolah, pengajaran

(35)

commit to user

memungkinkan siswa menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia

nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena tersebut, pengajaran

berdasarkan masalah berusaha membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri

dan otonom. Tujuan dan hasil belajar PBL adalah untuk mengembangkan

kemampuan keterampilan berfikir, mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai

peran orang dewasa melalui pelibatan mereka pada pengalaman nyata,

mengembangkan keterampilan belajar pengarahan sendiri yang efektif.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian orang lain yang relevan

dijadikan titik tolak penelitian kita dalam mencoba melakukan pengulangan,

revisi, modifikasi, dan sebagainya. Penelitian yang relevan dan selaras dengan

judul penelitian yang diambil, yaitu “Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Melalui Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL) Pada Siswa Kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Tahun

Diklat 2010/2011”adalah sebagai berikut :

1. Fitri Yuni Astiti (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “ Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning) Untuk

meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester II SMP N 5 Semarang

Pokok Bahasan Bangun ruang Sisi Datar Tahun Pelajaran 2006/2007”, menyimpulkan bahwa: (1) Model pembelajaran berbasis masalah dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP N 5 Semarang sub pokok

bahasan bangun ruang kubus dan balok tahun pelajaran 2006/2007,

(2)Dengan model pembelajaran berbasis masalah aktivitas siswa dalam

pembelajaran mengalami peningkatan.

2. Halizah Awang, and Ishak Ramly (2008) dalam penelitiannya yang berjudul

“Creative Thinking Skill Approach Through Problem- Based Learning:

Pedagogy and Practice in the Enginerring Classroom”. Menyimpulkan

bahwa keaktifaan dan keterampilan siswa dapat meningkat dengan

(36)

commit to user

3. Nanik Siswidyawati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Implikasi Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Pada Pelajaran Biologi Kelas VII-A SMP Negeri 1 Gesi Tahun Ajaran

2007/2008”, menyimpulkan bahwa: Penggunaan Model PBL dapat

meningkatkan hasil belajar sisswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Gesi Tahun

Ajaran 2007/2008, dapat dilihat dari tercapainya target nilai pada semua

ranah. Pada ranah kognitif siklus I persentase rata-rata kelas 73,54%,

sedangkan pada siklus II persentase menjadi 76,93%. Pada ranah afektif

persentase rata-rata kelas siklus I 76,93%, sedangkan pada siklus II menjadi

81,75%. Pada ranah psikomotorik persentase rata-rata kelas siklus I 48,74%,

sedangkan siklus II menjadi 75%.

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan

masalah penelitian serta didasarkan pada kajian teoritis. Kerangka berpikir ini

digambarkan dengan skema secara holistik dan sistematik. Berdasarkan kajian

teori yang telah dikemukakan penulis dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai

berikut :

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Selain itu

pembelajaran merupakan proses belajar yang dilakukan siswa dalam memahami

materi kajian yang tersirat dalam pembelajaran dan kegiatan mengajar guru yang

berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, pembelajaran

adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi siswa agar mempunyai semangat dan

kemauan tinggi dalam pembelajaran sehingga proses belajar yang telah

direncanakan dan disajikan dapat berlangsung dengan mudah dan mampu

mencapai hasil yang optimal.

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran akuntansi

di MA Negeri Ngrambe Ngawi adalah kurangnya antusias/ minat siswa dalam

mengikuti pembelajaran. Banyak siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran

(37)

commit to user

metode mengajar yang kurang bervariasi menyebabkan proses belajar mengajar

menjadi kurang kondusif. Hal ini menyebabkan guru menghadapi masalah dalam

membangkitkan minat dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata

pelajaran akuntansi.

Dalam pelajaran akuntansi siswa dituntut untuk dapat memahami sebuah

konsep sehingga diperoleh pemahaman yang bersifat tahan lama dan menguasai

konsep-konsep akuntansi, bukan hanya menghafal teori. Oleh karena itu,

diperlukan berbagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran antara lain

dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Pemilihan model yang

tepat akan membuat siswa lebih mudah memahami konsep atau materi. Untuk

mengatasi masalah tersebut peneliti menawarkan salah satu model pembelajaran

yang dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran akuntansi adalah model

Problem Based Learning.

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based

Learning) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan diri siswa dengan berfikir

kreatif dan berani mengungkapkan pendapatnya, menumbuhkan ketrampilan

sosial dari siswa untuk saling membantu, menimbulkan prilaku rasional dalam diri

siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan pada kajian teori dan

tema yang diambil dalam penelitian diatas dan sesuai dengan judul masalah

(38)

commit to user

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir KONDISI

- Siswa kurang aktif dalam pembelajaran

- Hasil belajar yang belum memenuhi

KKM

- Guru kesulitan dalam menerapkan metode

pembelajaran.

Guru:

Menerapkan model Problem Based Learning

(PBL)

Siswa:

- Keaktifan siswa selama apersepsi

- Keaktifan siswa dalam bekerjasama

dengan kelompok selama kegiatan

diskusi.

- Kemampuan siswa dalam

mengemukakan pertanyaan dan pendapat

- Siswa menjadi lebih aktif dalam

pembelajaran

- Meningkatkan kemampuan diri siswa

dengan berfikir kreatif

- Berani mengungkapkan pendapatnya

- Menumbuhkan keterampilan sosial

(39)

commit to user

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori yang mencakup tinjauan pustaka, hasil

penelitian yang relevan serta kerangka pemikiran, maka dapat penulis

merumuskan hipotesis sebagai berikut ” Penerapan Model Problem Based

Learning dapat Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Di Kelas XII IPS

(40)

commit to user

24 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di MA Negeri Ngrambe, yang

beralamat di Jl. Raya Pucangan, Ngrambe, Ngawi. Alasan pemilihan sekolah ini

sebagai tempat penelitian adalah:

a. Menurut pendapat beberapa siswa (khususnya kelas XII IPS 2) bahwa

mata pelajaran akuntansi adalah pembelajaran yang sulit sehingga

banyak siswa kurang memahami materi sehingga hasil yang diperoleh

menjadi kurang maksimal.

b. Sekolah tersebut belum pernah dipergunakan sebagai objek penelitian

sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru mata pelajaran akuntansi yang membantu dalam pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung, sehingga secara tidak langsung kegiatan penelitian bisa terkontrol sekaligus menjaga validitas hasil penelitian.

2. Waktu Penelitian

Penulis merencanakan pelaksanaan penelitian dari bulan Juli 2010

sampai Desember 2010. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai

penyusunan laporan penelitian, dengan jadwal sebagai berikut:

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Dalam Penelitian

No Keterangan Juli Agst Sept Tahun 2010/2011Okt Nov Des Jan 5 Implementasi Tindakan

siklus I dan Siklus II 6 Penyusunan Laporan

(41)

commit to user

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Penelitian ini dikhususkan pada kelas XI IPS yang terdiri dari dua kelas,

di mana jumlah siswa tiap kelas rata-rata 27 siswa. Subjek dalam penelitian ini

adalah siswa kelas XII IPS 1 MA Negeri Ngrambe Ngawi tahun diklat 2010/2011

dengan jumlah siswa 27 anak.

2. Objek Penelitian

Objek pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah berbagai kegiatan

yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya Proses Belajar Mengajar yang

terdiri dari :

a. Pemilihan model pembelajaran

b. Pelaksanaan model pembelajaran yang dipilih

c. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

d. Hasil proses pembelajaran

C. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) yang dilakukan pada suatu obyek dan mengkondisikannya seperti apa

adanya. Menurut pendapat Kemmis dan Carr sebagaimana dikutip Kasihani

Kasbolah (2001: 9), “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial

dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjan ini serta di

mana pekerjaan ini dilakukan”. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan

riil yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan

alternatif pemecahan masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan

nyata yang terencana dan terukur.

Untuk lebih memahami mengenai apa yang disebut dengan penelitian

tindakan kelas, perlu dikatahui terlebih dahulu pengertian dan karakteristik

penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto (2007:2-3), ada tiga kata yang

(42)

commit to user

1. Penelitian

Menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan

menggunakan suatu cara dan aturan metodoligi tertentu untuk memperoleh

data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal

yang menarik minat dan penting bagi si peneliti

2. Tindakan

Menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan

tujuan tertentu. Dalam bentuk penelitian rangkaian siklus kegiatan untuk

siswa.

3. Kelas

Dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam

pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam

bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas

adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran

yang sama dari guru yang sama pula.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu(1)

penelitian,(2) tindakan,(3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian

tindakan kelas merupakan sebuah pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa

suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru

yang dilakukan oleh siswa.

Untuk lebih memahami apa yang dimaksud PTK, perlu diketahui

karakteristik dari PTK itu sendiri. Menurut Zainal Aqib (2007 : 128) karakteristik

PTK meliputi :

1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional. 2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya.

3. Penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.

4. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional.

5. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.

(43)

commit to user

Berdasarkan definisi tersebut penelitian tindakan kelas dapat diartikan

bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang

memerlukan tindakan untuk menanggulangi masalah dalam bidang pendidikan

dan dilaksanakan dalam kawasan kelas atau sekolah tujuan untuk memperbaiki

dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas (classroom action research) berbeda dengan

penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori

yang bersifat umum (general). Classroom action research lebih bertujuan untuk

memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi.

Namun demikian hasil classroom action research dapat saja diterapkan oleh

orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimliki peneliti.

Perbedaan antara penelitian formal dengan classroom action research

disajikan dalam tabel berikut :

Table 3. Perbedaan penelitian formal dan penelitian tindakan kelas

Penelitian Formal Penelitian Tindakan Kelas

Dilakukan oleh orang lain Dilakukan oleh guru

Sampel harus representative Kerepresentatifan sampel tidak

diperhatikan

Instrumen harus valid dan reliable Instrumen yang valid dan reliabel

tidak diperhatikan

Menuntut penggunaan analisis

statistic

Tidak diperlukan analisis statistik

yang rumit

Mempersyaratkan hipotesis Tidak selalu menggunakan hipotesis

Mengembangkan teori Memperbaiki praktik pembelajaran

secara langsung

Menurut Hopkins (1993) yang dikutip oleh Prof. Suhardjono (2007:74),

ada beberapa ahli yang menggunakan model penelitian tindakan kelas dengan

(44)

commit to user

yang ada pada setiap siklus, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan,(c)

pengamatan,dan (d) refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Siklus I

Siklus II

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan

(Suhardjono dalam Arikunto, Suhardjono, dan Sapardi, 2007: 74)

Keterangan :

Rincian kegiatan pada tahapan adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan

(45)

commit to user

Secara rinci, pada tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai

berikut :

a. mengidentifikasi cara menganalisis masalah, yaitu secara jelas dapat

dimengerti masalah apa yang akan diteliti. Masalah tersebut harus

benar-benar factual terjadi di lapangan, masalah bersifat umum di kelasnya, masalah

cukup penting dan bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil pembelajaran, dan

masalah pun harus dalam jangkauan kemampuan peneliti.

b. menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan

melatarbelakangi PTK.

c. merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat Tanya maupun

kalimat pernyataan.

d. menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa

rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai

alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang

paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan oleh guru.

e. menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan

indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrument pengumpul data

yang dapat dipakai untuk menganalisis indicator keberhasilan itu.

f. membuat secara rinci rancangan tindakan.

2. Tindakan

Pada tahap ini, rancangan strategi dan scenario penerapan

pembelajaran akan diterapkan. Skenario atau rancangan tindakan yang akan

dilakukan, hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian

tindakan itu menjelaskan (a) langkah demi langkah kegiatan yang akan

dilakukan,(b) kegiatan yang seharusnya dialakukan oleh guru,(c) kegiatan

yang diharapkan dilakukan oleh siswa, (d) rincian tentang jenis media

pembelajaran yang akan digunakan dan cara menggunakannya, (e) jenis

intrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data/ pengamatan disertai

Gambar

Gambar 3. Grafik Perbandingan hasil penelitian siklus I dan siklus II
Tabel   1.   Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tabel 1. Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Dalam Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini: (1) ada peningkatan keaktifan siswa dapat dilihat dari meningkatnya indikator banyaknya siswa yang: a) mengajukan pertanyaan sebelum tindakan 16,7% dan

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan pembelajaran matematika siswa mengalami peningkatan yaitu peningkatan keaktifan siswa yang berani mengajukan pertanyaan dari

Diperoleh peningkatan yang memuaskan dan telah memenuhi kriteria indikator keberhasilan penelitian yakni jika rata-rata kelas mencapai 70 dan siswa sebanyak 75% dari populasi

Pada faktor intern meliputi keterampilan siswa dalam mengerjakan soal akuntansi yang masih kurang sebanyak 75%; kurangnya kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas

Tujuan penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi yang diindikasikan dengan peningkatan motivasi, keaktifan, partisipasi dan ketuntasan

Adapun peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari banyaknya siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dari ketuntasan sekolah yaitu mencvapai nilai ≥

Data keaktifan siswa pada tabel IV.4 tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan belajar siswa yang dilihat dari tiga indikator keaktifan meliputi tanya jawab kepada guru dan

Adapun indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah (1) adanya peningkatan persentase keaktifan belajar siswa dari siklus I ke siklus selanjutnya minimal 5% yang dapat dilihat