commit to user
i
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING PADA SISWA KELAS XII IPS 2 MA NEGERI NGRAMBE NGAWI TAHUN AJARAN 2010/2011
(Penelitian Tindakan Kelas)
SKRIPSI Oleh:
TITIS DWIPANTARA K7406152
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING PADA SISWA KELAS XII IPS 2 MA NEGERI NGRAMBE
NGAWI TAHUN AJARAN 2010/2011
(Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh:
TITIS DWIPANTARA NIM K7406152
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I Pembimbing II
commit to user
iv
Skripsi ini telah direvisi sesuai dengan arahan dari Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Wahyu Adi, M.Pd ...
Sekretaris : Drs. Sudiyanto, M.Pd ...
Anggota I : Drs. Ngadiman, M. Si ...
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Wahyu Adi, M.Pd ...
Sekretaris : Drs. Sudiyanto, M.Pd ...
Anggota I : Drs. Ngadiman, M. Si ...
Anggota II : Laily Faiza Ulfa, S.E, M.M ...
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Dekan,
commit to user
vi ABSTRAK
TITIS DWIPANTARA. K7406152. UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS XII IPS 2 MA NEGERI NGRAMBE NGAWI TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret
Surakarta, April 2011.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Ngawi Tahun Ajaran 2010/ 2011.
Penelitian ini menggunakan pendekatan tindakan kelas (classroom action research)
dengan strategi siklus. Obyek penelitian pada penelitian tindakan ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya proses pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti, guru kelas dan melibatkan partisipasi siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observas, tes dan dokumentasi. Prosedur penelitian meliputi tahap: (1) pengenalan masalah, (2) persiapan tindakan, (3) penyusunan rencana tindakan, (4) implementasi tindakan, (5) observasi, (6) Refleksi ,dan (7) penyusunan laporan. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, alokasi waktu masing-masing pertemuan 2 x 45 menit
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model
Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi.
Peningkatan kualitas pembelajaran tersebut terefleksi dari proses dan hasil pembelajaran. Dari sisi proses pembelajaran, indikator adalah: (1) keaktifan siswa dalam apersepsi menunjukkan peningkatan dari 55,55% atau 15 siswa menjadi 70,37% atau 19 siswa, (2) Keaktifan siswa bekerjasama dalam kelompok selama kegiatan diskusi sebanyak 19 siswa pada siklus I sedangkan pada siklus II meningkat 22 siswa, (3) Keaktifan siswa pada saat pembahasan hasil dikusi, mengajukan pertanyaan dan pendapat pada siklus I terdapat 17 siswa, pada siklus II terdapat 20 siswa. Dari segi hasil pembelajaran, indikatornya adalah: adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari 77,77% atau 21 siswa menjadi 92,59% atau 25 siswa. Peningkatan tersebut terjadi setelah guru melakukan beberapa upaya, antara lain: (1) Penerapan model Problem Based Learning, (2) Guru membuat Rencana Pembelajaran terlebih dahulu sebelum mengajar sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung terarah dan terprogram, (4) Guru melakukan evaluasi setelah pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar berikutnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model
Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas belajar akuntansi baik dari
commit to user
vii ABSTRACT
TITIS DWIPANTARA. K7406152. THE ATTEMPT OF IMPROVING THE ACCOUNTING LEARNING QUALITY BY APPLYING THE PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO THE XII IPS 2 GRADERS OF MA NEGERI NGRAMBE NGAWI IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, April 2011.
The objective of research is to find out whether or not the problem based learning model can improve the accounting learning quality of the XII IPS 2 Graders of MA Negeri Ngrambe Ngawi in the school year of 2010/2011.
This study employed a classroom action research approach with cycle strategy. The object of this action research is a variety of activities occurring in the classroom during the learning process. This research was taken place in collaboration between the researcher, classroom teacher, and involved the student participation. Techniques of collecting data used were observation, test, and documentation. The research procedure included: (1) problem identification, (2) action preparation, (3) action planning, (4) implementation, (5) observation, (6) reflection, (7) report writing. The research process was carried out in two cycles, each of which consists of four stages: (1) planning, (2) acting, (3) observing and interpreting, and (4) analyzing and reflecting. Each cycle was carried out in 2 meetings, with time allotment of 2 x 45 minutes, respectively.
commit to user
viii MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar.”
(Q.S. Al Baqarah: 153)
“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”.
(Aristoteles)
“Hanya kebodohan meremehkan pendidikan”.
( P.Syrus )
“Problem-Based(PBL) is a learning method based on the principle of using problems as a starting point for the acquisition and integration of
knowledge”
(Problem Based Learning adalah metode pembelajaran yang menggunakan
Masalah sebagai titik awal untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang
lengkap)
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud rasa sayang,
cinta kasih penulis dan terima kasih penulis kepada :
- Ibu dan Bapak terimakasih atas segala cinta, kasih
sayang dan doa yang telah tercurah untukku.
- Adikku Mada tersayang yang selama ini selalu
memberiku semangat.
- Pak Ngadiman dan Bu Laili terima kasih atas
bimbingan, kesabaran, dan semangatnya.
- Sahabat-sahabatku Rachmi, Ratih, dan Rini terimakasih
buat dukungan doa dan semangatnya.
- Saudari- saudariku di Wisma Wijaya Monick, Ardhian,
Ari, Astika, Nurita, Leny, Rela, Wahyu, Ary, Endah
terimakasih buat perhatian, kasih sayang, doa dan
semangat yang kalian berikan selama ini.
- Teman-teman Akuntansi 2006 yang tidak bisa tertulis
semua terima kasih.
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis
untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.
3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan bijaksana.
4. Drs. Ngadiman, M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak
sekali motivasi, ilmu dan arahan dengan penuh kesabaran.
5. Laily Faiza Ulfa, S.E, M.M selaku pembimbing II yang telah memberikan
dorongan, semangat dan bimbingan dengan baik.
6. Tim penguji skripsi yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk menguji
penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan ujian skripsi guna
menyelesaikan studi di bangku kuliah
7. Drs. Muljono, M.Ag, selaku Kepala MA Negeri 1 Ngrambe, yang telah
banyak memberikan ijin kepada penulis untuk menyusunan skripsi ini.
8. Sri Sudarsi, S Pd, selaku guru pamong yang telah memberikan dorongan,
semangat dan bimbingan dengan baik.
9. Guru, karyawan, dan siswa-siswa XII IPS 2 yang telah banyak memberikan
bantuan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
10. Bapak, Ibu, dan adik tercinta, yang selalu memberikan dorongan baik moril
maupun spiritual, dan kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya
commit to user
xi
11. Teman-teman satu perjuangan Ratih, Tri, Mb Titin, Leny, Burhan, Wawan,
Tonang, Arum, Novi dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari
Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,
namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.
Surakarta, April 2011
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN ABSTRAK ... vi
HALAMAN MOTTO ... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II. LANDASAN TEORI ... 8
A. Tinjauan Pustaka ... 8
1. Kualitas Pembelajaran Akuntansi ... 8
a. Hakikat Belajar ... 8
b. Hakikat Pembelajaran ... 9
c. Hakikat Kualitas Pembelajaran ... 10
d. Hakikat Akuntansi ... 12
e. Hakikat Kualiatas Pembelajaran Untuk Mata Pelajaran Akuntansi ... 13
2. Model Problem Based Learning ... 14
commit to user
xiii
b. Kelebihan dan Kelemahan Model
Problem Based Learning ... 18
B. Penelitian Yang Relevan ... 19
C. Kerangka Pemikiran ... 20
D. Hipotesis Tindakan ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 25
C. Pendekatan Penelitian ... 25
D. Sumber Data ... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ... 31
F. Prosedur Penelitian ... 32
G. Proses Penelitian ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 39
B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe ... 40
C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 42
1. Siklus I ... 42
a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 42
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 44
c. Observasi dan Interpretasi ... 47
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I ... 49
2. Siklus II ... 50
a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 52
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 52
c. Observasi dan Interpretasi ... 55
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II ... 57
commit to user
xiv
BAB IV SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 63
A. Simpulan ... 63
B. Implikasi ... 66
C. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 67
LAMPIRAN ... 69
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir 22
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan kelas 28
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pembelajaran Berdasarkan Masalah 17
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Dalam Penelitian 24
Tabel 3. Perbedaan Penelitian formal dan penelitian informal 27
Tabel 4. Indikator Ketercapaian 35
Tabel 5. Persentase capaian hasil pembelajaran pada Siklus I 48
Tabel 6. Persentase capaian hasil pembelajaran pada Siklus II 56
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional pada hakekatnya diarahkan pada pembangunan
Indonesia seutuhnya yang menyeluruh baik lahir maupun batin. Dipandang dari
segi kebutuhan, pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
perlu dipersiapkan untuk berpartisipasi serta memberikan sumbangan terhadap
terlaksananya program-program pembangunan yang telah direncanakan. Salah
satu usaha untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
adalah melalui program pendidikan nasional.
Pendidikan nasional merupakan upaya untuk mencerdaskan bangsa dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia guna mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya untuk
mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (2003: 2), menyatakan bahwa:
1.Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2.Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
3.Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan fungsi pendidikan nasional diatas, maka peran guru menjadi
fungsi keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah selain
bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana
commit to user
Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan pembaharuan
dalam segala komponen pendidikan. Adapun komponen yang mempengaruhi
pelaksanaan pendidikan meliputi kurikulum, sarana prasarana, guru, siswa dan
model pengajaran yang tepat. Semua komponen tersebut saling terkait dalam
mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan (Djamarah,
2002:123). Hasil belajar yang meningkat merupakan salah satu indikator
pencapaian tujuan pendidikan yang mana hal itu tidak terlepas dari motivasi siswa
maupun kreativitas guru dalam menyajikan suatu materi pelajaran melalui
berbagai model untuk dapat mencapai tujuan pengajaran secara maksimal.
Dewasa ini pendidikan hanya menitikberatkan pada tercapainya tujuan
pendidikan, tetapi kurang memperhatikan proses pencapaian tujuan tersebut.
Telah ditemukan beberapa studi di lapangan, bahwa sebagaian besar proses
pembelajaran kurang melibatkan keaktifan siswa. Kegiatan pembelajaran berpusat
pada guru yang berakibat terjadinya bentuk komunikasi satu arah yaitu dari guru
kepada siswa, sehingga siswa sebagai pendengar hanya memperhatikan dan
membuat catatan seperlunya. Padahal ada kecenderungan bahwa anak akan
belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti
berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam
membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Mata pelajaran akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang
dikatakan gampang-gampang susah. Belajar akuntansi pada dasarnya merupakan
hasil belajar konsep, sedangkan konsep-konsep dasar akuntansi merupakan
kesatuan yang utuh, untuk itu dalam proses belajar mengajar akuntansi yang
terpenting adalah bagaimana guru dapat mengajarkan konsep itu pula. Pengajaran
akuntansi harus dimulai dari hal yang sederhana menuju hal yang lebih kompleks
dan harus memperhatikan urutan dari beberapa konsep, walaupun demikian
sampai saat ini akuntansi masih menjadi masalah bagi sebagian siswa dan
mengatakan bahwa akuntansi sulit. Akibat dari itu, sering terdapat kurangnya
commit to user
melakukan kesalahan. Hal ini bisa terjadi akibat beberapa faktor, mungkin karena
kualitas sumber daya manusia siswa atau mungkin juga pendekatan atau metode
pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakteristik pelajaran akuntansi dan
bisa diterima oleh siswa.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pembenahan dalam
pembelajaran akuntansi, sehingga konsep-konsep dalam pembelajaran akuntansi
lebih mudah dipahami oleh siswa. Pembenahan tersebut antara lain dengan
diterapkannya pendekatan kontekstual disekolah. Di dalam pembelajaran
akuntansi sebaiknya proses pembelajaran lebih dipusatkan kepada siswa, guru
hanya bertindak sebagai fasilitator pembelajaran yang memberikan arahan,
petunjuk, dan motivasi kepada siswa.
Kenyataan yang terjadi pada kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Ngawi
menurut pengamatan penulis dan beberapa masukan dari guru bahwa sebagian
siswa di kelas kurang aktif dalam pembelajaran. Siswa kurang antusias terhadap
pelajaran akuntansi, para siswa menganggap bahwa akuntasi adalah pelajaran
yang sulit sehingga siswa lebih sering mengobrol sendiri dengan temannya saat
pelajaran sedang berlangsung. Selain itu siswa kurang aktif dalam pembelajaran
akuntansi ditandai dengan terjadinya kemacetan komunikasi ketika siswa diberi
kesempatan untuk bertanya, berkomentar, berdiskusi, mengajukan usul, berdialog,
mengkomunikasikan gagasan, dan hasil belajar yang tercermin dari prestasi siswa
belum mencapai batas ketuntasan yaitu 70, dengan ditandai nilai rata-rata kelas
untuk mata pelajaran akuntansi yaitu 68. Oleh sebab itu, hasil belajar masih harus
diperbaiki dan guru harus mempunyai kreativitas tinggi dalam memilih model
pembelajaran yang menarik minat/ antusisas siswa.
Model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam memberikan
informasi kepada siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar mengajar.
Setiap guru harus menguasai berbagai macam model mengajar yang sesuai
dengan materi yang diajarkan sehingga dapat tercapai sasaran yang diharapkan.
Dalam kegiatan belajar mengajar banyak model mengajar yang bisa digunakan
guru untuk menyampaikan materi pelajaran, seperti model pembelajaran
Team-commit to user
Game-Turnament (TGT), Team Assisted Indivudualization (TAI), Cooperatif
Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Group Investigation (GI).
Adapula model pembelajaran seperti Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
dan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).
Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan,
sehingga guru harus dapat memilih suatu model yang tepat dalam penyampaian
materi sebab model mengajar yang digunakan untuk menyampaikan materi untuk
suatu pokok bahasan belum tentu dapat digunakan untuk menyampaikan materi
pada pokok bahasan yang lain. Model mengajar yang dipilih sebaiknya model
yang dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang diajarkan.
Pemilihan model pengajaran yang tepat dapat menunjang kelancaran proses
belajar mengajar, Dalam mata diklat akuntansi sering dijumpai soal-soal yang
bervariasi sehingga membutuhkan banyak latihan agar siswa terampil dalam
mengerjakan soal baik secara individu maupun secara kelompok atau kerjasama
tim. Pembelajaran akuntansi akan lebih efektif jika dalam kegiatan belajar
mengajar diterapkan model pembelajaran yang sesuai. Alternatif pembelajaran
yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Problem Based Learning.
Model Problem Based Learning merupakan salah satu model
pembelajaran dimana authentic assesment (penalaran yang nyata atau konkret)
dapat diterapkan secara komprehensif, sebab didalamnya terdapat unsur
menemukan masalah dan sekaligus memecahkannya (unsur terdapat didalamnya
yaitu problem possing atau menemukan permasalahan dan problem solving atau
memecahkan masalah). Tujuan dari PBL untuk menantang siswa mengajukan
permasalahan dan juga menyelesaikan masalah yang lebih rumit dari sebelumnya,
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapatnya,
menggalang kerjasama dan kekompakan siswa dalam kelompok, mengembangkan
kepemimpinan siswa serta mengembangkan kemampuan pola analisis dan dapat
membantu siswa mengembangkan proses nalarnya.
Pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir
tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk belajar bagaimana
commit to user
mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide
secara terbuka. Intinya, siswa dihadapkan pada situasi masalah yang otentik dan
bermakna yang dapat menantang siswa untuk memecahkannya (Nurhadi,
2004:109). Model ini cocok diterapkan pada mata pelajaran akuntansi karena
mata pelajaran ini menuntut siswa untuk dapat memiliki keterampilan dalam
melakukan pencatatan seperti pencatatan kedalam jurnal, membuat kertas kerja
dan sebagainya. Yang mana keterampilan tersebut dapat dilatih setahap demi
setahap.
Pembelajaran akuntansi akan lebih menarik jika disajikan dalam suatu
bentuk pembelajaran interaktif yang menyenangkan dalam rangka meningkatkan
kualitas belajar siswa. Untuk itu, peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian
dengan judul: “Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Melalui Penerapan Model Problem Based Learning Pada Siswa Kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Ngawi Tahun Ajaran 2010/2011”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka dapat
diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Siswa kurang antusias terhadap mata pelajaran akuntansi karena mereka
merasa bahwa akuntansi selama ini adalah mata pelajaran yang sulit, sehingga
mereka mudah bosan dan sering berbicara sendiri ketika guru sedang
mengajar
2. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran akuntansi ditandai dengan terjadinya
kemacetan komunikasi ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya
tentang kesulitan yang mereka hadapi, berkomentar, berdiskusi, mengajukan
usul, berdialog, dan mengkomunikasikan gagasan.
3. Hasil belajar yang tercermin dari prestasi siswa belum mencapai batas
ketuntasan yaitu 70, dengan ditandai nilai rata-rata kelas untuk mata pelajaran
commit to user
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah yang teridentifikasi dapat terarah dan dikaji secara
mendalam, maka perlu adanya pembatasan masalah. Pada penelitian ini masalah
yang akan dikaji lebih mendalam berdasarkan identifikasi masalah diatas adalah
tentang penggunaan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, yaitu dengan:
1. Menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada saat
kegiatan pembelajaran.
2. Kualitas pembelajaran yang akan digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan
dalam penggunaan metode pembelajaran ini adalah mencakup (1) keaktifan
siswa selama apresiasi, (2) keaktifan siswa dalam bekerjasama dengan
kelompok selama kegiatan diskusi, (3) keaktifan siswa pada saat
pembahasan hasil diskusi, mengajukan pertanyaan dan pendapat, (4)
ketuntasan hasil belajar dengan standar nilai KKM 70
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah model Problem Based
Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi pada siswa kelas
XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Tahun Ajaran 2010/2011?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning dalam upaya peningkatan kualitas
pembelajaran akuntansi kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Ngawi Tahun
commit to user
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat teoretis
a. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi penelitian selanjutnya yang relevan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pemilihan
metode pembelajaran yang tepat.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Guru
- Hasil penelitian diharapkan dapat memberdayakan guru akuntansi
untuk merancang pembelajaran dengan model Problem Based Learning
guna meningkatkan kualitas pembelajaran untuk mata pelajaran
akuntansi.
b. Bagi Siswa
- Memotivasi siswa belajar akuntansi dengan cara yang menyenangkan
dan bervariasi serta dapat memperoleh pengalaman belajar.
- Diharapkan dapat membuat siswa memiliki minat belajar yang besar
commit to user
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kualitas Pembelajaran Akuntansi a. Hakikat Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks dan menyangkut
banyak hal. Di kehidupan sehari-hari banyak di jumpai kegiatan yang
sebenarnya merupakan kegiatan belajar, namun hal ini kadang tidak di sadari
sepenuhnya. Perubahan akibat belajar ini akan bertahan lama dan sampai taraf
tertentu mungkin tidak akan hilang. Kemampuan yang telah diperoleh tidak
mudah terhapus begitu saja karena belajar merupakan suatu proses sehingga
perubahan yang terjadi berjalan secara bertahap dan dengan waktu yang relatif
lama. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat
tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di
sekolah, di rumah maupun di masyarakat.
Belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan
tingkah laku baik potensial maupun aktual (Gino et. al., 1999: 6). Pendapat
lain yang mendukung pendapat ini mengemukakan belajar sebagai upaya
perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk menuju
perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur
cipta, rasa, karsa dan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik (Sardiman,
2004: 21). Serangkaian kegiatan jiwa tersebut merupakan tahapan perubahan
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Muhibbin,
2005: 91). Oleh karena itu belajar diartikan sebagai suatu aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan
commit to user
dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas (.Winkel,
1996: 53).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu aktivitas atau usaha yang dilakukan seseorang yang
menimbulkan serangkaian perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu
pengertian untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang
menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
sebagai hasil dari pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya, di
mana perubahan yang terjadi tersebut tidak bersifat sementara, melainkan
relatif tetap pada individu yang belajar tersebut.
b. Hakikat Pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses baik disengaja
maupun tidak disengaja, disadari ataupun tidak disadari yang terjadi setiapsaat
dalam kehidupan. Dari proses belajar mengajar akan diperoleh suatu hasil
yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau tujuan pembelajaran.
Perpaduan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar akan
menghasilkan suatu interaksi edukatif dengan memanfaatkan sarana dan
sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan sebelumnya. Pembelajaran merupakan aktivitas pokok dam
kegiatan belajar mengajar.
Menurut Undang Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional bab XI pasal 39 ayat 2 : Pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Menurut
Peraturan Pemerintah no 19 Tentang Badan Standar Nasional Pendidikan
Bab IV pasal 19 ayat (1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
commit to user
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (2)
Perubahan paradigma pembelajaran dari paradigma mengajar ke
paradigma belajar, merupakan salah satu agenda penting dalam keterlaksanaan
KTSP yang berbasis kompetensi. Paradigma belajar mengandung makna
bahwa siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuan barunya
berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki. Dalam hal ini fungsi guru
sebagai fasilitator dan motivator, guru mengembangkan kegiatan
pembelajaran yang memungkinkan siswa menemukan sendiri konsep baru
yang dipelajari dengan motivasi guru.
Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa, dituntut adanya profil
kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai
serta sifat-sifat pribadi (kepribadian), agar proses itu dapat berlangsung
dengan efektif dan efisien. Prinsip-prinsip pembelajaran efektif sebagai
berikut :
1) Berkaitan langsung dengan keberhasilan pencapaian pengalaman belajar
2) Menguatkan praktek dalam tindakan
3) Mengintegrasikan komponen-komponen kurikulum inti
4) Bersifat dinamis dan dapat membangkitkan kegairahan
5) Merupakan perpaduan antara seni dan ilmu tentang pengajaran
6) Membutuhkan pemahaman komprehensif tentang siklus pembelajaran
7) Dapat menemukan ekspresi terbaiknya ketika guru berkolaborasi untuk
mengembangkan, mengimplementasikan, dan menemukan bentuk praktek
mengajar yang profesional
c. Hakikat Kualitas Pembelajaran
Secara konseptual maka kualitas pembelajaran tidak berbeda dengan
arti keefektifan proses belajar mengajar jika dilihat dari indikator evaluasinya.
commit to user
kualitas hasil belajar, keterampilan, kemampuan mengajar, aktivitas siswa,
motivasi, dan lain sebagainya. Menurut Mulyasa (2004), kualitas
pembelajaran atau pembentukan kompetensi dapat dilihat dari segi proses dan
segi hasil.
Menurut Cox (2006 : 8) dalam jurnal Dr. S. Eko Putro Widoyoko
mengemukakan bahwa kualitas program pembelajaran tergantung pada sarana
dan prasarana pembelajaran, aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan
pembelajaran dan personal yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran baik itu
guru dan siswa. Kualitas pembelajaran merupakan ukuran yang menunjukkan
seberapa tinggi kualitas interaksi antar guru dengan siswa yang terjadi dalam
tempat pembelajaran ( ruang kelas ) untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Interaksi tersebut melibatkan guru dan siswa yang dilakukan dalam
lingkungan tertentu dengan dukungan sarana dan prasarana tertentu. Kualitas
pembelajaran akan tergantung dan dipengaruhi oleh : guru, siswa, kurikulum,
sarana dan prasarana, fasilitas pembelajaran, lingkungan kelas dan iklim kelas,
konteks dan lain-lain.
Kualitas dapat dimaknai juga dengan istilah mutu atau keefektifan.
Menurut Etzioni yang dikutip oleh Cepi Ryana, secara definitif efektivitas
dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau
sasarannya. Efektivitas ini sesunguhnya merupakan suatu konsep yang lebih
luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang.
Dengan demikian efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas,
akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya.
Efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena mampu
memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai
sasarannya atau suatu tingkatan terhadap mana tujuan - tujuan dicapai Dengan
demikian, yang dimaksud dengan efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian
tujuan pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran seni. Pencapaian tujuan
tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta
commit to user
Mengutip dari Cepi Riyana UNESCO (1996) menetapkan 4 (empat)
pilar pendidikan yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh
pengelola dunia pendidikan, yaitu:
1) Belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan (learning to know)
2) Belajar untuk menguasai keterampilan (learning to do)
3) Belajar untuk hidup bermasyarakat (learning to live together)
4) Belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal (learning tobe). Keempat pilar akan berjalan dengan baik jika diwarnai dengan
pengembangan keberagamaan. Nilai-nilai keberagamaan sangat dibutuhkan
bagi setiap warga negara Indonesia dalam menapaki kehidupan di dunia ini.
Pengintegrasian nilai-nilai agama ke dalam mata pelajaran yang
diajarkan/dipelajari siswa akan lebih efektif dalam pembentukan pribadi anak
yang ber-Ketuhahan Yang Maha Esa daripada diajarkan secara monolitik yang
penuh dengan konsep.
Dengan adanya pendapat para pakar diatas khususnya mengacu pada
pendapat Mulyasa (2004), kualitas pembelajaran atau pembentukan
kompetensi dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil. Untuk itu penulis
menyimpulkan bahwa kualitas pembelajaran merupakan suatu hal mempunyai
indikator keberhasilan yang komplek. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti
membatasi indikator yang digunakan dalam melihat keberhasilan kualitas
pembelajarannya berupa keaktifan dan tingkat pemahaman siswa yang dilihat
dari pencapaian hasil belajar siswa pada saat akhir proses pengajaran.
d. Hakikat Akuntansi
Akuntansi adalah salah satu cabang ilmu ekonomi yang sering
digunakan dalam dunia usaha. Akuntansi berasal dari bahasa Inggris yaitu
“accounting” yang berarti pencatatan. American Accounting Association
dalam Soemarso (2004:3) mendefinisikan akuntansi sebagai : “…proses
mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk
memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi
commit to user
bahwa “Proses akuntansi terdiri dari pengumpulan bukti transaksi, pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, pelaporan, analisis, dan interpretasi”. Soemarso (2004:4) mengemukakan bahwa “Tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi dari suatu kesatuan ekonomi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi berguna
bagi pihak-pihak di dalam perusahaan itu sendiri maupun pihak-pihak di luar
perusahaan”.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat diartikan bahwa
akuntansi merupakan proses yang terdiri dari pengumpulan bukti transaksi,
pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, sampai pelaporan kepada
pihak-pihak yang membutuhkan informasi akuntansi sebagai bahan pengambilan
keputusan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan sebagai alat
evaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Sedangkan bagi Instansi
Pendidikan, seperti Madrasah Aliyah (MA), Akuntansi merupakan mata
pelajaran yang masih menjadi bagian dari mata pelajaran ekonomi sehingga
belum merupakan suatu mata pelajaran yang berdiri sendiri. Akuntansi
diajarkan di MA sebagai pengantar agar siswa mengerti sejak sekarang
mengenai cara membuat dan mengelola sistem pembukuan, mencatat
transaksi-transaksi yang terjadi di dalam perusahaan jasa serta menyusun
laporan keuangan perusahaan jasa sehingga siswa dapat mempraktekkannya.
Mata pelajaran akuntansi di MA diajarkan setiap minggu selama 2 kali
pertemuan dengan alokasi waktu 2x45 menit.
e. Hakikat Kualitas Pembelajaran Untuk Mata Pelajaran Akuntansi
Penilaian terhadap proses belajar dan mengajar sering diabaikan,
setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan penilaian
hasil belajar. Sudjana (2009: 56) menyatakan bahwa “Penilaian kualitas pembelajaran tidak hanya berorientasi pada hasil semata-mata, tetapi juga
kepada proses”. Oleh sebab itu, penilaian terhadap hasil dan proses belajar
harus dilaksanakan secara seimbang. Penilaian terhadap hasil belajar
semata-mata, tanpa menilai proses, cenderung melihat faktor siswa sebagai kambing
commit to user
umumnya. Padahal tidak mustahil kegagalan siswa itu disebabkan oleh
lemahnya proses belajar-mengajar dimana guru berperan sebagai
penanggungjawabnya. Di lain pihak, pembelajaran dikatakan berhasil apabila
perubahan-perubahan pada siswa sebagai akibat dari proses yang ditempuhnya
melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru
dalam proses mengajarnya.
Dalam kurikulum MA Negeri Ngrambe, terdapat mata pelajaran
akuntansi. Pokok bahasan khusus yang diberikan kepada kelas XII semester
ganjil membahas tentang Penyusunan Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang.
Dalam pembelajaran tahun-tahun sebelumnya, untuk mata pelajaran ini masih
menghasilkan capaian yang timpang diantara siswa. Kurangnya interaksi antar
siswa, pemahaman terhadap materi yang kurang, pengelolaan waktu yang
kurang menguntungkan baik bagi guru maupun siswa menjadikan proses
belajar menjadi kurang maksimal. Oleh karena itu, dalam penerapan model
Problem Based Learning yang akan dilakukan oleh guru bersama peneliti
diharapkan pembelajaran akan memberikan kontribusi yang lebih baik
daripada tahun-tahun sebelumnya. Dampak dari penerapan tersebut dapat kita
lihat tidak hanya dari hasil akhir pembelajaran saja tetapi juga terhadap proses
pelaksanaannnya. Penilaian/evaluasi pembelajaran akuntansi dengan model
yang baru akan dilakukan dengan menilai kualitas pembelajaran dilihat dari
proses belajar mengajar dan hasil dari pembelajaran yang dilaksanakan.
Melalui penerapan model Problem Based Learning diharapkan kualitas
pembelajaran untuk mata pelajaran akuntansi menjadi lebih baik.
2. Model Problem Based Learning a. Hakikat Model Problem Based Learning
Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan istilah problem based
learning (PBL), pada awalnya dirancang untuk program graduate bidang
kesehatan oleh Barrows (1988) yang kemudian diadaptasi untuk program
akademik kependidikan oleh Stepein Gallager (1993). Menurut Arends dalam
commit to user
pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang
otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inkuiri dan kemampuan berfikir tingkat lebih tinggi,
mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri.
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang ciri
utamanya pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan
antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau
hasil peraga (Ibrahim,2000:5). Lebih lanjut menurut Claire Major (2001)
dalam Halizah Awang, dan Ishak Ramly (2001:12), mengemukan bahwa:
“PBL is a total pedagogical approach to education that focuses on helping students develop self-directed learning skills. It derives from the theory that learning is a process in which the learner actively constructs new knowledge on the basis of current knowledge. PBL provides students with the opportunity to gain theory and content knowledge and comprehension. PBL helps students develop advanced cognitive abilities such as creative thinking, problem solving and communication skills”.
PBL adalah pendekatan pedagogis yang berfokus untuk membantu
siswa mengembangkan diri yang diarahkan pada belajar keterampilan. Ini
berasal dari teori belajar bahwa sebuah proses di mana pelajar secara aktif
membangun pengetahuan baru atas dasar pengetahuan saat ini. PBL
memberikan siswa kesempatan untuk mendapatkan teori dan pengetahuan
serta pemahaman. PBL membantu siswa mengembangkan kemampuan
kognitif seperti berpikir kreatif, pemecahan masalah dan kemampuan
komunikasi.
Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai
sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan
kemampuan berfikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapat
pengetahuan konsep-konsep penting. Pendekatan pembelajaran ini
mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri
untuk membantu siswa mencapai ketrampilan mengarahkan diri. Guru dalam
pembelajaran berdasarkan masalah berperan sebagai penyaji masalah,
penanya, mengadakan dialog membantu menyelesaikan masalah, dan memberi
commit to user
dapat meningkatkan pertumbuhan intelektual siswa. Pembelajaran berdasarkan
masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas
yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.
Menurut Arends dalam Trianto (2007:69). Para pengembang Problem
Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah telah mengemukakan
karakteristik model pembelajaran berbasis masalah yaitu :
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengkoordinasikan
sekitar prinsip- prinsip atau keterampilan akademik tertentu,
pembelajaran berdasarkan masalah mengkoordinasikan pengajaran
disekitar pertanyaan dan masalah yang dua- duanya secara sosial
penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka
mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban
sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk
situasi itu.
2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun PBL mungkin
berpusat pada mata pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih
benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu
dari banyak mata pelajaran.
3) Penyelidikan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah
menghendaki siswa untuk melakukan penyelidikan autentik untuk
mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus
menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan
hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis
informasi, melakukan eksperimen ( jika diperlukan ), membuat
referensi, dan merumuskan kesimpulan.
4) Menghasilkan produk memamerkannya. PBL menuntut siswa untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan
peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian
masalah yang mereka temukan. Bentuk tersebut dapat berupa
laporan, model fisik, video maupun program komputer. Karya nyata
teman-commit to user
temannya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari dan
menyediakan suatu alternatif terhadap laporan atau makalah.
5) Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang
bekerjasama satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau
dalam kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk
secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan
memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
Pembelajaran Berbasis Masalah biasanya terdiri dari lima tahapan
utama yang dimulai dari guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi
masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Secara
singkat kelima tahapan pembelajaran PBL adalah seperti berikut :
Tabel 1. Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Orientasi siswa pada
masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena atau demonstrasi atau
cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih
Tahap 2
Mengorganisasikan siswa
untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap 3
Membimbing penyelidikan
individu maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
Tahap 4
Mengembangkan dan
Guru membantu siswa dalam merencanakan
commit to user
menyajikan hasil karya laporan, video, dan model dan membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.
(Sumber : Ibrahim & Nur,2000:13)
b. Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning
Menurut Amir (2009:27), penerapan model Problem Based Learning
memiliki beberapa manfaat, antara lain :
1) Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar
2) Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan
3) Mendorong untuk berfikir
4) Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial
5) Membangun kecakapn belajar (life- long learning skill)
6) Memotivasi pemelajar
Di samping memiliki manfaat, menurut Nurhadi (2004:110) model
Problem Based Learning juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya :
1) Pencapaian akademik dari individu siswa
2) Waktu yang diperlukan untuk implementasi
3) Perubahan peran siswa dalam proses
4) Perubahan peran guru dalam proses
5) Perumusan masalah yang baik
Keuntungan pembelajaran berbasis masalah menurut Nurhadi dalam
Sugiyanto (2008:118) adalah pembelajaran berdasarkan masalah mendorong
kerjasama dalam menyelesaikan tugas, pembelajaran berdasarkan masalah
memiliki unsur-unsur belajar magang yang bisa mendorong pengamatan dan
dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap siswa dapat memahami peran
penting aktivitas mental dan belajar yang terjadi di luar sekolah, pengajaran
commit to user
memungkinkan siswa menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia
nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena tersebut, pengajaran
berdasarkan masalah berusaha membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri
dan otonom. Tujuan dan hasil belajar PBL adalah untuk mengembangkan
kemampuan keterampilan berfikir, mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai
peran orang dewasa melalui pelibatan mereka pada pengalaman nyata,
mengembangkan keterampilan belajar pengarahan sendiri yang efektif.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian orang lain yang relevan
dijadikan titik tolak penelitian kita dalam mencoba melakukan pengulangan,
revisi, modifikasi, dan sebagainya. Penelitian yang relevan dan selaras dengan
judul penelitian yang diambil, yaitu “Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Melalui Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL) Pada Siswa Kelas XII IPS 2 MA Negeri Ngrambe Tahun
Diklat 2010/2011”adalah sebagai berikut :
1. Fitri Yuni Astiti (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “ Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning) Untuk
meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester II SMP N 5 Semarang
Pokok Bahasan Bangun ruang Sisi Datar Tahun Pelajaran 2006/2007”, menyimpulkan bahwa: (1) Model pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP N 5 Semarang sub pokok
bahasan bangun ruang kubus dan balok tahun pelajaran 2006/2007,
(2)Dengan model pembelajaran berbasis masalah aktivitas siswa dalam
pembelajaran mengalami peningkatan.
2. Halizah Awang, and Ishak Ramly (2008) dalam penelitiannya yang berjudul
“Creative Thinking Skill Approach Through Problem- Based Learning:
Pedagogy and Practice in the Enginerring Classroom”. Menyimpulkan
bahwa keaktifaan dan keterampilan siswa dapat meningkat dengan
commit to user
3. Nanik Siswidyawati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Implikasi Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Pelajaran Biologi Kelas VII-A SMP Negeri 1 Gesi Tahun Ajaran
2007/2008”, menyimpulkan bahwa: Penggunaan Model PBL dapat
meningkatkan hasil belajar sisswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Gesi Tahun
Ajaran 2007/2008, dapat dilihat dari tercapainya target nilai pada semua
ranah. Pada ranah kognitif siklus I persentase rata-rata kelas 73,54%,
sedangkan pada siklus II persentase menjadi 76,93%. Pada ranah afektif
persentase rata-rata kelas siklus I 76,93%, sedangkan pada siklus II menjadi
81,75%. Pada ranah psikomotorik persentase rata-rata kelas siklus I 48,74%,
sedangkan siklus II menjadi 75%.
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan
masalah penelitian serta didasarkan pada kajian teoritis. Kerangka berpikir ini
digambarkan dengan skema secara holistik dan sistematik. Berdasarkan kajian
teori yang telah dikemukakan penulis dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai
berikut :
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Selain itu
pembelajaran merupakan proses belajar yang dilakukan siswa dalam memahami
materi kajian yang tersirat dalam pembelajaran dan kegiatan mengajar guru yang
berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi siswa agar mempunyai semangat dan
kemauan tinggi dalam pembelajaran sehingga proses belajar yang telah
direncanakan dan disajikan dapat berlangsung dengan mudah dan mampu
mencapai hasil yang optimal.
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran akuntansi
di MA Negeri Ngrambe Ngawi adalah kurangnya antusias/ minat siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Banyak siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran
commit to user
metode mengajar yang kurang bervariasi menyebabkan proses belajar mengajar
menjadi kurang kondusif. Hal ini menyebabkan guru menghadapi masalah dalam
membangkitkan minat dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata
pelajaran akuntansi.
Dalam pelajaran akuntansi siswa dituntut untuk dapat memahami sebuah
konsep sehingga diperoleh pemahaman yang bersifat tahan lama dan menguasai
konsep-konsep akuntansi, bukan hanya menghafal teori. Oleh karena itu,
diperlukan berbagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran antara lain
dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Pemilihan model yang
tepat akan membuat siswa lebih mudah memahami konsep atau materi. Untuk
mengatasi masalah tersebut peneliti menawarkan salah satu model pembelajaran
yang dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran akuntansi adalah model
Problem Based Learning.
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
Learning) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan diri siswa dengan berfikir
kreatif dan berani mengungkapkan pendapatnya, menumbuhkan ketrampilan
sosial dari siswa untuk saling membantu, menimbulkan prilaku rasional dalam diri
siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan pada kajian teori dan
tema yang diambil dalam penelitian diatas dan sesuai dengan judul masalah
commit to user
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir KONDISI
- Siswa kurang aktif dalam pembelajaran
- Hasil belajar yang belum memenuhi
KKM
- Guru kesulitan dalam menerapkan metode
pembelajaran.
Guru:
Menerapkan model Problem Based Learning
(PBL)
Siswa:
- Keaktifan siswa selama apersepsi
- Keaktifan siswa dalam bekerjasama
dengan kelompok selama kegiatan
diskusi.
- Kemampuan siswa dalam
mengemukakan pertanyaan dan pendapat
- Siswa menjadi lebih aktif dalam
pembelajaran
- Meningkatkan kemampuan diri siswa
dengan berfikir kreatif
- Berani mengungkapkan pendapatnya
- Menumbuhkan keterampilan sosial
commit to user
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori yang mencakup tinjauan pustaka, hasil
penelitian yang relevan serta kerangka pemikiran, maka dapat penulis
merumuskan hipotesis sebagai berikut ” Penerapan Model Problem Based
Learning dapat Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Di Kelas XII IPS
commit to user
24 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di MA Negeri Ngrambe, yang
beralamat di Jl. Raya Pucangan, Ngrambe, Ngawi. Alasan pemilihan sekolah ini
sebagai tempat penelitian adalah:
a. Menurut pendapat beberapa siswa (khususnya kelas XII IPS 2) bahwa
mata pelajaran akuntansi adalah pembelajaran yang sulit sehingga
banyak siswa kurang memahami materi sehingga hasil yang diperoleh
menjadi kurang maksimal.
b. Sekolah tersebut belum pernah dipergunakan sebagai objek penelitian
sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru mata pelajaran akuntansi yang membantu dalam pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung, sehingga secara tidak langsung kegiatan penelitian bisa terkontrol sekaligus menjaga validitas hasil penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penulis merencanakan pelaksanaan penelitian dari bulan Juli 2010
sampai Desember 2010. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai
penyusunan laporan penelitian, dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Dalam Penelitian
No Keterangan Juli Agst Sept Tahun 2010/2011Okt Nov Des Jan 5 Implementasi Tindakan
siklus I dan Siklus II 6 Penyusunan Laporan
commit to user
B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Penelitian ini dikhususkan pada kelas XI IPS yang terdiri dari dua kelas,
di mana jumlah siswa tiap kelas rata-rata 27 siswa. Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XII IPS 1 MA Negeri Ngrambe Ngawi tahun diklat 2010/2011
dengan jumlah siswa 27 anak.
2. Objek Penelitian
Objek pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah berbagai kegiatan
yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya Proses Belajar Mengajar yang
terdiri dari :
a. Pemilihan model pembelajaran
b. Pelaksanaan model pembelajaran yang dipilih
c. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
d. Hasil proses pembelajaran
C. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang dilakukan pada suatu obyek dan mengkondisikannya seperti apa
adanya. Menurut pendapat Kemmis dan Carr sebagaimana dikutip Kasihani
Kasbolah (2001: 9), “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial
dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjan ini serta di
mana pekerjaan ini dilakukan”. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan
riil yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan
alternatif pemecahan masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan
nyata yang terencana dan terukur.
Untuk lebih memahami mengenai apa yang disebut dengan penelitian
tindakan kelas, perlu dikatahui terlebih dahulu pengertian dan karakteristik
penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto (2007:2-3), ada tiga kata yang
commit to user
1. Penelitian
Menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan suatu cara dan aturan metodoligi tertentu untuk memperoleh
data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal
yang menarik minat dan penting bagi si peneliti
2. Tindakan
Menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu. Dalam bentuk penelitian rangkaian siklus kegiatan untuk
siswa.
3. Kelas
Dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam
bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas
adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran
yang sama dari guru yang sama pula.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu(1)
penelitian,(2) tindakan,(3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan sebuah pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru
yang dilakukan oleh siswa.
Untuk lebih memahami apa yang dimaksud PTK, perlu diketahui
karakteristik dari PTK itu sendiri. Menurut Zainal Aqib (2007 : 128) karakteristik
PTK meliputi :
1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional. 2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya.
3. Penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.
4. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional.
5. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.
commit to user
Berdasarkan definisi tersebut penelitian tindakan kelas dapat diartikan
bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang
memerlukan tindakan untuk menanggulangi masalah dalam bidang pendidikan
dan dilaksanakan dalam kawasan kelas atau sekolah tujuan untuk memperbaiki
dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas (classroom action research) berbeda dengan
penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori
yang bersifat umum (general). Classroom action research lebih bertujuan untuk
memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi.
Namun demikian hasil classroom action research dapat saja diterapkan oleh
orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimliki peneliti.
Perbedaan antara penelitian formal dengan classroom action research
disajikan dalam tabel berikut :
Table 3. Perbedaan penelitian formal dan penelitian tindakan kelas
Penelitian Formal Penelitian Tindakan Kelas
Dilakukan oleh orang lain Dilakukan oleh guru
Sampel harus representative Kerepresentatifan sampel tidak
diperhatikan
Instrumen harus valid dan reliable Instrumen yang valid dan reliabel
tidak diperhatikan
Menuntut penggunaan analisis
statistic
Tidak diperlukan analisis statistik
yang rumit
Mempersyaratkan hipotesis Tidak selalu menggunakan hipotesis
Mengembangkan teori Memperbaiki praktik pembelajaran
secara langsung
Menurut Hopkins (1993) yang dikutip oleh Prof. Suhardjono (2007:74),
ada beberapa ahli yang menggunakan model penelitian tindakan kelas dengan
commit to user
yang ada pada setiap siklus, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan,(c)
pengamatan,dan (d) refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Siklus I
Siklus II
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan
(Suhardjono dalam Arikunto, Suhardjono, dan Sapardi, 2007: 74)
Keterangan :
Rincian kegiatan pada tahapan adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan
commit to user
Secara rinci, pada tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai
berikut :
a. mengidentifikasi cara menganalisis masalah, yaitu secara jelas dapat
dimengerti masalah apa yang akan diteliti. Masalah tersebut harus
benar-benar factual terjadi di lapangan, masalah bersifat umum di kelasnya, masalah
cukup penting dan bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil pembelajaran, dan
masalah pun harus dalam jangkauan kemampuan peneliti.
b. menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan
melatarbelakangi PTK.
c. merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat Tanya maupun
kalimat pernyataan.
d. menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa
rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai
alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang
paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan oleh guru.
e. menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan
indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrument pengumpul data
yang dapat dipakai untuk menganalisis indicator keberhasilan itu.
f. membuat secara rinci rancangan tindakan.
2. Tindakan
Pada tahap ini, rancangan strategi dan scenario penerapan
pembelajaran akan diterapkan. Skenario atau rancangan tindakan yang akan
dilakukan, hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian
tindakan itu menjelaskan (a) langkah demi langkah kegiatan yang akan
dilakukan,(b) kegiatan yang seharusnya dialakukan oleh guru,(c) kegiatan
yang diharapkan dilakukan oleh siswa, (d) rincian tentang jenis media
pembelajaran yang akan digunakan dan cara menggunakannya, (e) jenis
intrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data/ pengamatan disertai