• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Diri Wanita Bertato Anggota Paguyuban Tatto Bandung (Studi Fenomenologi Tentang Konsep Diri Wanita Bertato Anggota Paguyuban Tatto Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsep Diri Wanita Bertato Anggota Paguyuban Tatto Bandung (Studi Fenomenologi Tentang Konsep Diri Wanita Bertato Anggota Paguyuban Tatto Bandung)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DIRI WANITA BERTATO ANGGOTA PAGUYUBAN TATTOO BANDUNG (Studi Fenomenologi Tentang Konsep Diri Wanita Bertato Anggota Paguyuban Tattoo Bandung)

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) program studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh:

HYSUA ALAMANDA CITRARISTU NIM: 41809168

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)
(3)
(4)

x

Hal

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERSEMBAHAN... ii

LEMBAR PERNYATAAN... iii

ABSTRAK………... iv

ABSTRACT………...... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ………... xiv

DAFTAR TABEL ……… xv DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Rumusan Makro ... 9

1.2.2 Rumusan Mikro ... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

(5)

xi

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Penelitian terdahulu...12

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.2.1 Definisi Komunikasi ... 15

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi ... 19

2.1.2.3 Proses Komunikasi... 21

2.1.2.4 Fungsi Komunikasi ... 22

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpribadi 2.1.3.1 Definisi Komunikasi Antarpribadi... 22

2.1.3.2 Ciri-ciri Komunikasi Antarpribadi... 22

2.1.3.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi... 23

2.1.3.4 Sifat Komunikasi Antarpribadi... 24

2.1.4 Tinjauan Tentang Konsep Diri 2.1.4.1 Pengertian Konsep Diri ... 25

2.1.4.2 Faktor-faktor yang memperngaruhi Konsep Diri... .27

2.1.5 Tinjauan Tentang Interaksi Simbolik ... 28

2.1.6 Tinjauan Tentang Wanita... 34

2.1.7 Tinjauan Tentang Tato... 34

(6)

3.1 Paguyuban Tattoo Bandung

3.1.1Sejarah Paguyuban Tattoo Bandung ... 44

3.1.2 Logo dan Arti Lambang ... 46

3.1.3 Visi dan Misi Paguyuban Tattoo Bandung ... 47

3.1.4 Struktur Organisasi Paguyuban Tattoo Bandung ... 47

3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian ... 48

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.2.2.1 Studi Pustaka... 51

3.2.2.2 Studi Lapangan... 51

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 52

3.2.4 Teknik Analisis Data... 54

3.2.5 Uji Keabsahan Data... 56

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1 Lokasi Penelitian... ... 58

3.3.2 Waktu Penelitian... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Informan………..68

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Wanita Anggota Paguyuban Tattoo Bandung Memaknai diri (self) nya ……….77

4.2.2 Significant other memaknai wanita anggota Paguyuban tattoo Bandung………..83

(7)

xiii

Paguyuban tattoo Bandung……….87

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian………89

4.3.1 Wanita Anggota Paguyuban Tattoo Bandung Memaknai diri (self) nya……….90

4.3.2 Significant other memaknai wanita anggota Paguyuban tattoo Bandung……….92

4.3.3 Reference group memaknai wanita anggota Paguyuban tattoo Bandung……….94

4.3.4 Konsep diri wanita anggota Paguyuban Tattoo Bandung………..96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan . . . 98

5.2. Saran . . . 99

5.2.1. Saran Bagi Wanita Paguyuban tattoo Bandung . . . 99

5.2.2. Saran Bagi Masyarakat . . . …….. 100

5.2.3. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya……….. 100

DAFTAR PUSTAKA . . . 102

LAMPIRAN . . . 104

(8)

vi

Yang Maha Esa, yang mana atas segala berkat dan anugerah-Nya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, keyakinan dan jalan serta kesabaran bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Penyusunan penelitian ini yaitu berjudul : “KONSEP DIRI WANITA BERTATO ANGGOTA PAGUYUBAN TATTOO BANDUNG (Studi Fenomenologi Tentang Konsep Diri Wanita Bertato Anggota Paguyuban Tattoo Bandung)”, dan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna mendapat nilai akhir bagi kelulusan di tingkat Strata Satu (S1).

Penulis sangat menyadari bahwa adanya peran berharga dari orang-orang hebat disisi penulis yang bersedia membagi hidupnya bersama-sama merasakan apa yang penulis alami, hadapi dan rasakan. Dengan segala kerendahan hati, penulis ucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada orangtua tercinta Ayah Ricky Harahap dan Unda Lydia Yemima, atas segala cinta kasih dan sayang yang mewarnai kehidupan penulis serta selalu setia mendukung penulis, memberikan kekuatan moril dan memenuhi kebutuhan material penulis.

Pada kesempatan ini perkenankan peneliti menghaturkan rasa hormat dan banyak terimakasih kepada:

(9)

vii

2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat M. Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Komputer Indonesia, yang telah membantu penulis dalam bidang akademik .

3. Yth. Ibu Melly Maulin P. S.Sos, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Komputer Indonesia, yang telah memberikan nasihat, saran dan motivasi kepada penulis hingga saat ini. 4. Yth. Bapak. Sangra Juliano Prakasa.,M. IKom selaku Dosen Wali IK-5

2009 yang telah banyak memberikan nasihat, semangat dan arahan kepada penulis selama menempuh studi di UNIKOM.

5. Yth. Bapak. Arie Prasetio, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, menasihati, mengarahkan dan memberikan petunjuk serta motivasi yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini.

6. Yth. Seluruh Bapak/Ibu Dosen tetap dan Bapak/Ibu Dosen Luar Biasa Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations Unikom, yang telah memberikan dukungan, pikiran, tenaga, saran, dan waktu serta pengajaran yang baik selama penulis mengikuti perkuliahan.

7. Yth. Ibu Ratna., Amd.Kom selaku Sekertaris Dekan yang selalu memberikan informasi tentang proses akademik selama penulis mengikuti jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia.

(10)

9. Keluarga besar Paguyuban Tattoo Bandung yang rela ditanya, diganggu, dibuat pusing oleh penulis, terimakasih sambutan dan senyuman yang hangat yang diberikan.

10.

Sisis Ayunda Abia dan Radinda Harahap sebagai kakak dan adik tercinta yang telah memberikan doa, kasih sayang, semangat serta dukungan yang tidak ternilai harganya hingga sampai saat ini.

11.Seluruh keluarga besar Harahap dan Mangempis Sigar yang telah memberikan doa dan dukungan luar biasa sampai saat ini.

12.Vilia Desvianti dan Icha Anastasya yang tidak henti-hentinya menanyakan proses skripsi ini, serta memberikan doa dan motivasi yang sangat berharga.

13.Megan Sabana yang rela memberikan waktu dan informasi yang sangat membantu.

14.Lita, Sarah, Fresly, Agnes, Nunuy, Sisca yang setia mendukung penulis selama kurang lebih delapan tahun.

15.Teman-teman seperjuangan Wiwit, Distia, Tisa, Lani, Dewi, Evfry, Riryn, Melvhin, Achan, Bang Tiar, Bang Berry, Bang Nico, Yanis, Fazar, Budi, Bashir, Yogi, Tumpal IK-5 2009, IK-Humas 2, dll yang

tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk motivasi dan

kebersamaan kalian.

(11)

ix

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang berlimpah bagi orang-orang yang telah membantu penulis dengan segala kesabaran dan keikhlasannya.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan pengetahuan dan pengalaman penulis sehingga penulisan skripsi ini masih memerlukan banyak perbaikan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis akan menerima saran dan kritik membangun guna perbaikan lebih lanjut. Namun demikian, penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khusunya dan pembaca pada umumnya.

Bandung, Juli 2013 Penulis

(12)

102 Buku:

Burns, R.B. 1993. Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku). Jakarta: Arcan.

Cangara, Hafied. 2002, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

______________ 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi (cetakan kelima). Jakarta: PT Raja Grafindo

Devito, Joseph.A. 1997. Komunikasi AntarManusia. Jakarta: Professional Books.

Effendi, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi dan Teori Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

_____________________. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

____________________. 2006. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kuswarno, Engkus. 2009 . Fenomenologi .Bandung: widya padjajaran

Meleong, Lexy J. 1980. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

(13)

103

______________. 2007 Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

_____________. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Olong, Hatib Abdul Kadir. 2006. Tato. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LKIS

Rakhmat,Jalalludin, 2002. Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

______________. 2008. Psikologi Komunikasi: Edisi Revisi (Cetakan keduapuluh enam). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sendjaja, Sasa Duarsa dkk, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Pusat Penerbitan UT

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta ________. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo.

Skripsi

Hendra Yana. 2012 . Universitas Komputer Indonesia.Konsep Diri Pengguna Tato Dikalangan Mahasiswa Kota Bandung Sebagai Gaya Hidupnya.

(14)

1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Tato merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan diri, dimana tato dilihat juga sebagai fenomena seni yang dapat berbicara mengenai sesuatu yang dimaksudkan para pengguna tato. Setiap orang yang menggunakan tato memiliki arti tersendiri dari tato yang digambar ditubuhnya. Setiap gambar-gambar pada tubuh yang ditato pasti memiliki arti yang sangat penting didalam hidupnya, karena tato bukan hanya gambar sembarangan yang dapat dihapus kapan saja mereka mau, tetapi kekal, selain tidak dapat dihapus, cara menggambar tato di tubuh manusia juga tidak asal-asalan, selain harus merasakan yang sakit, tato juga harus digambar secara professional, karena jika tidak dilakukan oleh ahlinya, memungkinkan terjadinya kekecewaan, karena gambar kekal yang ada ditubuhnya bisa jadi tidak sesuai dengan apa yang diinginkan dengan pengguna tato tersebut.

Dalam bahasa Indonesia tato merupakan pengindonesiaan dari kata tatto yang berarti goresan, gambar, atau lambang yang membentuk sebuah desain pada kulit tubuh.

(15)

2

pada tubuh dengan cara diserapkan dengan benda tajam ke dalam kulit. (Olong, 2006:83-84) .

Seni tato pun ternyata mengenal berbagai macam aliaran. Menurut Kent- Kent sebagai salah satu seorang profesionalis tato serta pemilik Studio Kenamaan di Bandung Kent Tattoo, menklasifikasikan beberapa jenis gambar tato, yaitu:

1. Natural, berbagai macam gambar tato berupa pemandangan alam atau bentuk muka

2. Treeball, merupakan serangkaian gambar yang dibuat menggunakan blok warna. Tato ini banyak dipakai oleh suku Maori.

3. Outschool (Oldskool), tato yang dibuat berupa gambar-gambar zaman dulu, seperi perahu jangkar atau simbol yang tertusuk pisau.

4. Newschool (Nuskool), gambarnya cenderung mengarah ke bentuk grafiti dan anime.

5. Biomekanik (Biomechanic), berupa gambar aneh yang merupakan imajinasi dari teknologi, seperti gambar robot, mesin dll. (Olong, 2006:85)

Pada awalnya, secara lokalitas tato merupakan kebudayaan yang eksis di daerah masing-masing namun kini tato ada di seluruh permukaan bumi. Munculnya tato di dunia awalnya masih menggunakan teknik manual yaitu melalui bahan-bahan tradisional. Pada umunya tato berfungsi sebagai ritual pada suku Maya, misalnya pada bayi akan dicetak dikeningnya ketika ia lahir, kemudian akan dilanjutkan pada bagian batang hidung dan kepala bagian belakang.

(16)

ditato oleh sipatiti, yakni seorang ahli tato ataupun bagi seorang perempuan muda akan makin cantik bila memiliki banyak tato. Intinya perempuan ini akan dikagumi laki-laki bila memiliki banyak body painting. Berbeda dengan suku Dayak yang memiliki sejarah pembuatan tato di Indonesia, bagi masyarakat suku dayak seorang laki-laki yang di tato lengannya memiliki keberanian luar biasa karena pernah memenggal kepala musuhnya.

Saat ini, di Indonesia sendiri, tato bukan hanya untuk memperlihatkan status sosial tertentu, seperti halnya menandakan seseorang berstatus preman atau kriminal. Tato menjadi budaya populer yang secara sederhana lebih sering disebut budaya pop, merupakan fenomena yang menyangkut apapun yang terjadi di sekeliling kita setiap harinya. Gaya berpakaian, film, musik, makanan, termasuk bagian dari budaya pop.

Definisi sederhana dari populer sendiri adalah sesuatu yang dapat diterima, disukai, atau disetujui oleh masyarakat banyak. Sementara, definisi sederhana dari budaya adalah salah satu pola yang merupakan kesatuan dari pengetahuan, kepercayaam, serta kebiasaan yang tergantung kepada kemampuan manusia untuk belajar dan menyebarkannya ke generasi selanjutnya. (Olong, 2006:8)

(17)

4

dimana dari berbagai kalangan tanpa memandangan status sosial merasa nyaman menggunakannya.

Muncul dan berjamurnya salon-salon atau studio-studio tato di Indonesia merupakan dukungan tersendiri bagi pengguna tato. Pada sisi yang berbeda tato dikenal dengan kesan yang mengerikan dan maskulin yang hanya digunakan oleh laki-laki, padahal banyak juga wanita yang menjadi pengguna tato. Wanita yang terlihat anggun ternyata banyak yang mengekspresikan kesukaannya melalui tato. Biasanya wanita pengguna tato memakai gambar-gambar yang lucu, misalnya bunga, mahkota, sayap malaikat, kupu-kupu, hati, tokoh kartun, serta gambar-gambar yang menunjukan bahwa seperti itulah keanggunan mereka sesungguhnya, serta warna-warna yang menunjukan wanita seperti warna merah muda dan biru muda. Akan tetapi, di luar dari kelucu-lucuannya itu masih banyak pengguna tato yang menggunakan gambar-gambar yang terlihat garang dan seram.

(18)

bahwa konsep diri seseorang dipengaruhi oleh pandangan orang lain terhadap individu yang bersangkutan”. (Burns 1993:17)

(19)

6

timbul untuk disatukan dan diorganisasikan melalui internalisasi orang lain secara umum. (Effendi, 1993:390)

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai makhluk yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Konsep diri juga didefinisikan secara umum sebagai kenyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu. Konsep diri seorang wanita bertato, mereka menginginkan kebebasan bertindak, kebebasan berpikir dan kebebasan berprilaku.

Konsep diri merupakan bagian yang penting dari kepribadian seseorang yaitu sebagai penentu bagaimana seseorang bersikap dan bertingkah laku. Jika manusia memandang dirinya tidak mampu, tidak berdaya dan hal-hal negatif lainnya, ini akan mempengaruhi dia dalam berusaha. Konsep diri menjadi sangat mempengaruhi kepribadian seseorang, dengan konsep diri yang dimiliki seseorang, dia akan bertingkahlaku sesuai dengan konsep dirinya. Setiap perbuatan atau tingkah laku seseorang berdasarkan konsep yang dibentuknya untuk menampilkan seseorang yang dia bentuk.

(20)

bersikap. Citra yang mereka buat mengenai diri sendiri dengan sendirinya tampil melalui cara-cara tersebut.Bagaimana mereka mengapresiasi diri sendiri dan tingkat penghargaan terhadap dirinya sendiri akan tercermin dari tingkah laku dan kepribadian yang mereka tunjukan kepada masyarakat. Menurut Mead juga :

“Konsep diri sebagai suatu obyek timbul di dalam interaksi sosial sebagai suatu hasil perkembangan dari perhatian imdividu tersebut mengenai bagaimana orang-orang lain bereaksi kepadanya. Sehingga dia dapat mengantisipasikan reaksi-reaksi orang lain agar bertingkah laku dengan pantas, individu tersebut belajar untuk menginterpretasikan lingkungannya sebagaimana yang dilakukan orang-orang lainnya.(Burns 1993 : 19)” Penggabungan dari perkiraan-perkiraan seperti itu mengenai bagaimana ‘orang lain yang disamaratakan’ ini akan memberikan tempat asal utama dari peraturan dalam yang pada akhirnya datang untuk membimbing dan mempertahankan/memelihara tingkah laku, bahkan jika kekuatan-kekuatan dari luar tidak ada lagi. Di dalam cara ini komunitas melaksanakan pengawasan terhadap tingkah laku dari masing-masing individu, sebagaimana hal ini dalam bentuk orang lain yang disamaratakan yaitu proses sosial dan pola budaya diasimilasikan ke dalam individu itu. Maka diri merupakan suatu struktur sosial yang timbul dari pengalaman sosial. Sekali terbentuk hal itu dapat memberikan pengalaman sosial bagi dirinya sendiri. Tetapi, yang lebih penting, Mead melihat bahasa sebagai penghubung diantara diri dan masyarakat itu. Manusia mempunyai simbol bahasa, maka dari itu tidak perduli apakah arti yang dikomunikasikan diantara dua individu ataupun antara seorang individu dengan dirinya sendiri. Menurut Mead, “Di dalam situasi yang terakhir ini individu tersebut menaruh

(21)

8

berbuat”(Burns 1993 : 19). Dalam buku tersebut, Horney juga mengatakan bahwa

:

“Seseorang yang tidak mempercayai dirinya sendiri patut untuk disayangi adalah orang yang tidak mampu untuk mencintai orangorang lain, dan dari karyanya yang selanjutnya dia dapat melihat yaitu,’semakin banyak kecemasan dilepaskan dengan psiko-analisa, semakin mampu membuat seseorang tersebut untuk menyayangi dan mempunyai toleransi yang sungguh-sungguh bagi dirinya sendiri dan bagi orang-orang lain.”(Burns 1993 : 287)

Pemahaman akan diri mencakup pengungkapan diri dan kesadaran diri yang berlangsung sepanjang hidup suatu individu melalui segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya. Setiap individu akan belajar dari setiap pengalamannya, mencakup bagaimana dia menyikapi suatu permasalahan dan apa tindakan yang akan dia ambil untuk menyelesaikan masalah tersebut, menunjukan seberapa dalam dia mengetahui dan memahami dirinya. Identitas dibentuk oleh diri kita sendiri dan melekat dalam sikap dan tingkah laku kita. Identitas tersebut akan mempengaruhi bagaimana orang lain memperlakukan kita, juga mempengaruhi kita dalam mempresepsikan diri kita.

Karena konsep diri itu abstrak maka cocok untuk ranah penelitian kualitatif, disini peneliti mengangkat judul ini berangkat dari ketertarikan akan keingintahuan lebih lagi akan konsep diri dari wanita bertato.

1.2.Rumusan Masalah

(22)

1.2.1. Rumusan masalah Makro

Bagaimana Konsep diri wanita bertato anggota Paguyuban Tattoo Bandung?

1.2.2. Rumusan masalah Mikro

Berdasarkan pertanyaan makro diatas, maka peneliti dapat merusmuskan pertanyaan mikro sebagai berikut:

1. Bagaimana wanita bertato anggota Paguyuban Tattoo Bandung memaknai dirinya sendiri (self)?

2. Bagaimana significant other memaknai wanita bertato anggota Paguyuban Tattoo Bandung?

3. Bagaimana reference group memaknai wanita bertato anggota Paguyuban Tatto Bandung?

1.3. Maksud dan Tujuan penelitian 1.3.1. Maksud penelitian

(23)

10

1.3.2. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui wanita bertato anggota Paguyuban Tattoo Bandung memaknai dirinya sendiri (self)

2. Untuk mengetahui significant other memaknai wanita bertato anggota Paguyuban Tattoo Bandung

3. Untuk mengetahui reference group memaknai wanita bertato anggota Paguyuban Tatto Bandung

1.4. Kegunaan penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat, sejalan dengan tujuan penelitian di atas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna secara teoritis maupun praktis.

1.4.1. Kegunaan Teoritis

(24)

1.4.2. Kegunaan praktis 1. Kegunaan bagi peneliti

Penelitian yang dilakukan berguna bagi peneliti yaitu sebagai aplikasi dari keilmuan yang selama dalam masa perkuliahan hanya diterima secara teori. Penelitian ini diharapkan dapat member pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti, khususnya dalam memahami kehidupan.

2. Kegunaan bagi universitas

Bagi universitas, khususnya program studi Ilmu Komunikasi, diharapkan hasil penelitian ini berguna sebagai literature bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian yang sama, serta diharapkan dapat berguna untuk seluruh mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan memberikan pengetahuan tentang konsep diri wanita bertato.

3. Kegunaan bagi masyarakat

(25)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Studi Penelitian terdahulu

Studi penelitian terdahulu sangat penting bagi bahan acuan yang membantu penulis dalam merumuskan asumsi dasar untuk pengembangan kajian. Tentunya studi terdahulu tersebut harus yang relevan baik dari konteks penelitian maupun metode penelitian yang digunakan. Kajian tentang pembentukan konsep diri secara khusus lebih banyak dibahas dari ilmu psikologi, namun pada hakekatnya berkaitan erat dengan ilmu komunikasi, seperti yang disebutkan oleh Burns “diri itu ada mungkin melibatkan tidak lebih daripada fakta bahwa manusia dengan sadar menyadari tentang diri mereka sendiri dan lingkungan” (Burns 1993 : 38)

Penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti penulis yaitu:

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

Aspek

Nama Peneliti

Hendra Yana Michail Jagar

(26)

Universitas

“Konsep diri musisi punk di Kota Cimahi (studi fenomenologi tentang konsep diri musisi Punk di

Kota Cimahi)”

memaknai musisi punk serta untuk mengetahui konsep

(27)

14 antara diri mereka dan orang

lain. 2) Perasaan Pengguna

konsep diri musisi punk di pengaruhi oleh self, significant

others dan reference groups . Pemaknaan dan pandangan sikap

significant others dan reference

groups terjadi melalui pertukaran

simbol-simbol yang memiliki makna dapat mempengaruhi konsep diri musisi punk tersebut.

Konsep diri pada musisi punk cenderung masih di pandang

(28)

Konsep Diri Pengguna Tato mandiri dan bukan sekedar untuk mengikuti trend semata. Selain itu

mereka memaknai diri mereka sebagai individu yang baik yang bisa menempatkan dirinya sebagai

(29)

16

dan sebagai makhluk sosial sangatlah tidak mungkin bagi manusia untuk tidak melakukan komunikasi dengan manusia lain karena hanya dengan komunikasi manusia dapat mengenal satu sama lain dan saling bertukar berbagai macam informasi sehingga meningkatkan pengetahuan manusia dalam berbagai bidang, misalnya: ilmu pengetahuan dan teknologi. Komunikasi memiliki peranan penting dalam pencapaian tujuan organisasi. Melalui komunikasi didalam sebuah organisasi akan tampak jelas interaksi antara atasan dan bawahan dalam setiap penyampaian pesan atau informasi yang terjadi dalam organisasi tersebut.

Mengenai komunikasi, Onong Uchjana Effendi dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek”

mengemukakan pendapatnya sebagai berikut, “Istilah

komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.” (Effendi, 2006: 9)

(30)

akan menerima pesan yang disampaikan komunikator sesuai dengan tujuan komunikasi itu sendiri.

Komunikasi merupakan alat utama yang digunakan dalam rangka melakukan interaksi yang berkesinambungan untuk berbagai tujuan menurut kepentingannya. Komunikasi bersifat fundamental karena berbagai maksud dan tujuan yang ingin dicapai memerlukan adanya suatu pengungkapan atas dasar-dasar tujuan tersebut, maka dalam hal ini komunikasi menjadi alat utama yang digunakan untuk menyampaikan tujuan-tujuan tersebut. Komunikasi sangat mendasari berbagai pemaknaan yang akan dibuat dan yang akan terbuat setelahnya.

Berbagai pendapat untuk menjelaskan komunikasi juga diungkapkan oleh Charles R. Berger dan Steven H. Chaffe dalam buku “Handbook Communication Science” (1983: 17) yang dikutip oleh

Wiryanto, menerangkan bahwa:

Communication science seeks to understand the production, processing and effect of symbol and signal system by developing testable theories containing lawful generalization, that explain phenomena associated with production, processing and effect (Ilmu komunikasi itu mencari untuk memahami mengenai produksi, pemrosesan dan efek dari simbol serta sistem sinyal, dengan mengembangkan pengujian teori-teori menurut hukum generalisasi guna menjelasken fenomena yang berhubungan dengan produksi, pemrosesan dan efeknya).” (Wiryanto, 2004: 3)

Carl I. Hovland (1948: 371) dalam buku “Social Communication”, yang dikutip oleh Wiryanto mendefinisikan

(31)

18

“The process by which an individual (the communicator)

transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify, the

behavior of other individu (Komunikasi adalah proses di mana

individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain).” (Wiryanto, 2004: 6).

Everett M. Rogers dan D. Lawrence Kincaid (1981: 8) dalam buku “Communication Network: Towards a New Paradigm for Research” sebagaimana yang dikutip oleh Wiryanto menerangkan bahwa, “Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.”

(Wiryanto, 2004: 6).

(32)

sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain ketiga unsur yang telah disebutkan Aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani Kuno menerangkan dalam bukunya ”Rhetorica” sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara mengatakan bahwa, “Suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang mendukung,

yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang mendengarkan.” (Cangara, 2005: 21).

2.1.2.2.Tujuan Komunikasi

Komunikasi memiliki tujuan. Seperti kegiatan lainnya, komunikasi memiliki tujuan atau destination yang ingin dicapai oleh para pelaku komunikasi. Menurut Schramm dalam Sendjaja menjelaskan, “tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan, yaitu : kepentingan komunikator dan kepentingan komunikan”. (Sendjaja, 2004:2.19)

Tujuan komunikasi menurut Sendjaja dilihat dari sudut kepentingan sumber atau komunikator antara lain :

1. Memberikan informasi

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan yang didalamnya sarat akan informasi. Melalui komunikasi, pesan tersebut disampaikan komunikator kepada komunikan.

2. Mendidik

Dari sekedar memberikan informasi, akhirnya banyak input yang disampaikan komunikator agar komunikan menjadi lebih luas pengetahuannya.

3. Menghibur

(33)

20

menghibur perasaan komunikan. Hal ini sering dilakukan untuk mengakrabkan ikatan emosional.

4. Menganjurkan suatu tindakan

Pesan yang disampaikan komunikator merupakan stimulus yang dapat menjadi acuan bagi komunikan. Komunikator dapat mempengaruhi komunikan melalui komunikasi. (Sendjaja, 2004:2.19).

Sedangkan tujuan komunikasi menurut Sendjaja dilihat dari sudut kepentingan penerima atau komunikan antara lain:

1. Memahami informasi

Minimnya informasi menjadikan seseorang menjadi kurang paham mengenai suatu hal. Melalui informasi yang disampaikan komunikator, komunikan menjadi lebih paham mengenai informasi yang dibutuhkannya.

2. Mempelajari

Pesan yang disampaikan komunikator sarat akan pengetahuan dan informasi. Dengan berkomunikasi dengan komunikator, komunikan dapat mempelajari hal-hal yang tidak diketahuinya.

3. Menikmati

Tanpa disadari seorang komunikator adalah entertainer sejati. Komunikan dimanjakan oleh banyaknya informasi, pengetahuan, dan sekaligus hiburan dari komunikator. 4. Menerima atau menolak anjuran komunikan

Mereka kerap kali menjadi sasaran dari komunikator. Komunikasi memungkinkan seorang dapat menerima atau menolak sesuatu akibat pengaruh komunikator. (Sendjaja, 2004:2.19)

Tujuan komunikasi pada umumnya menurut Hafied Cangara adalah mengandung hal-hal sebagai berikut:

1. Supaya yang disampaikan dapat dimengerti.

Seorang komunikator harus dapat menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang dimaksud oleh pembicara atau penyampai pesan (komunikator).

2. Memahami orang

Sebagai komunikator harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya. Jangan hanya berkomunikasi dengan kemauan sendiri.

(34)

Komunikator harus berusaha agar gagasan dapat diterima oleh orang lain dengan menggunakan pendekatan yang persuasif bukan dengan memaksakan kehendak.

4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu

Menggerakkan sesuatu itu dapat berupa kegiatan yang lebih banyak mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. (Cangara, 2002: 22).

2.1.2.3.Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).

Menurut Onong Uchjana Effendi, Proses komunikasi dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni :

1. Proses komunikasi secara primer, Proses ini adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

(35)

22

2.1.2.4.Fungsi Komunikasi

Adapun fungsi Komunikasi menurut Onong Uchjana Effendi dalam bukunya Ilmu, teori & Filsafat Komunikasi adalah:

1. Menginformasikan (to inform) 2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertain)

4. Mempengaruhi (to influence) (Effendi, 1993: 55)

2.1.3. Tinjauan tentang Komunikasi Antarpribadi 2.1.3.1.Definisi Komunikasi Antarpribadi

Sebagaimana kita tahu bahwa konsep diri adalah salah satu cabang dari Komunikasi Antar Pribadi. Selanjutnya peneliti akan meninjau terlebih dahulu tentang Komunikasi Antar Pribadi itu sendiri.

Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book” sebagai

“The process of sending and receiving message beetwen two persons, or among a small group of person with some effect and some immediate feedback” (proses penerimaan dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara kelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik dalam berkomunikasi secara seketika). (Devito dalam Effendi ,1993 : 60)

2.1.3.2. Ciri-ciri Komunikasi Antrapribadi

(36)

1. Terjadi secara spontan

2. Tidak mempunyai struktur yang teratur atau diatur. 3. Terjadi secara kebetulan

4. Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu.

5. Dilakukan oleh orang-orang yang identitas keanggotaannya yang kadang-kadang kurang jelas.

6. Bisa terjadi sambil lalu.

Menurut Evert M. Rogers dalam Depari (1988) menyebutkan beberapa ciri komunikasi antarpribadi sebagai berikut :

1. Arus pesan cenderung dua arah.

2. Konteks komunikasi adalah tatap muka. 3. Tingkat umpan balik yang tinggi.

4. Kemampuan untuk mengatasi tingkat selektifitas sangat tinggi. 5. Kecepatan untuk menjangkau sasaran yang besar sangat lamban. 6. Efek yang terjadi antara lain perubahan sikap.

2.1.3.3. Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi memiliki beberapa tujuan diantaranya : 1.Mengenal diri sendiri dan orang lain

(37)

24

2.Mengetahui dunia luar

Komunikasi antarpribadi membantu kita untuk mengenal lingkungan di sekitar baik berkaitan dengan objek maupun kejadian yang berada di sekitar. Dengan komunikasi antarpribadi kita mampu melakukan interasi dengan orang – orang yang berada di lingkungan kita. Sehingga dengan komunikasi antarpribadi kita bisa mengetahui keadaan di luar dunia.

3.Menciptakan dan memelihara hubugan menjadi bermakna Manusia diciptakan sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial. Manusia sering melakukan interaksi dengan manusia lainnya. Komunikasi antarpribadi mampu memelihara dan menciptakan hubungan dengan sesama. Selain itu, komunikasi antarpribadi mampu membantu mengurangi kesepian dan juga menciptakan suasana baru. 4.Mengubah sikap dan perilaku

Dalam komunikasi antarpribadi sering kita berupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain. Mealalui pesa yang persuasif maka kita bisa mempengaruhi orang lain. 5.Bermain dan mencari hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan. Melalui komunikasi antarpribadi kita bisa memperoleh hiburan. Karena komunikasi antarpribadi bisa memberikan suasana yang lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan dan sebagainya.

6.Membantu

Komunikasi antarpribadi bisa membantu seseorang untuk melepaskan kesedihan. Komunikasi antarpribadi yang sering dilakukan adalah dengan menasehati.

(Sendjaja, 2004:5.13)

2.1.3.4. Sifat Komunikasi Antarpribadi

Menurut Onong Uchjana Effendi dalam bukunya Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi (1993) Secara teoritis antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yaitu:

1.Komunikasi Diadik (dyadic communication)

(38)

komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Oleh karena perilaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens. Komunikator memusatkan perhatiannya hanya kepada diri komunikan seorang itu. 2.Komunikasi Triadik (triadic communication)

Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan.

2.1.4.Tinjauan tentang Konsep diri 2.1.4.1.Pengertian Konsep diri

Konsep diri merupakan gambaran yang bersifat individu dan sangat pribadi, dinamis dan evaluatif yang masing-masing orang mengembangkannya di dalam transaksi dengan lingkungan kejiwaannya dan yang dia bawa di dalam perjalanan hidupnya.

(39)

26

Konsep diri adalah pandangan mengenai diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial dan fisis”. (Rakhmat,2008:99)

Dalam konsep diri terdapat dua komponen, yaitu komponen kognitif dan juga komponen afektif. Kedua komponen tersebut tidak bisa dipisahkan, karena antara komponen yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Komponen kognitif adalah komponen yang berkaitan dengan kemampuan seseorang. Dalam Psikologi Sosial komponen ini disebut citra diri (self image). Sedangkan komponen yang berikutnya adalah komponen afektif. Komponen ini berkaitan dengan perasaan dan emosi seseorang. Komponen ini dikenal dengan harga diri (self esteem).

(40)

2.1.4.2.Faktor-Faktor yang mempengaruhi Konsep diri

George Herbert Mead mengatakan setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dan itu dilakukan lewat komunikasi. (Mulyana, 2002:10) Akan tetapi konsep diri yang terbentuk sejak usia dini dipengaruhi oleh significant other dan kelompok rujukan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri yaitu : 1. Orang lain (significant other)

(41)

28

orang penting ini adalah affective others. Affective others ini adalah orang lain yang memiliki ikatan emosional dengan kita. Dari merekalah kita mendapat senyuman, pujian, penghargaan, semangat, motivasi dan lain sebagainya. Ketika kita beranjak dewasa, maka kita akan menghimpun segala bentuk penilaian yang diberikan orang lain terhadap kita. Penilaian-penilaian tersebut akan mempengaruhi bagaimana kita berperilaku.

2. Kelompok rujukan (reference group)

Dalam kehidupan sehari – hari , setiap orang akan melakukan interaksi sosial baik dengan kelompok maupun dengan organisasi. Orang-orang yang berada dalam kolompok atau organisasi ini disebut kelompok rujukan (reference group) yaitu orang – orang yang ikut membantu mengarahkan dan menilai diri kita. Adapun kelompok rujukan ini adalah orang-orang yang berada disekitar lingkungan kita misalnya guru, teman-teman, masyarakat dan lain sebagainya. Dengan adanya kelompok rujukan ini, orang akan meniru perilaku yang ada dalam kelompok rujukan. Jadi, bisa dikatakan kelompok rujukan juga ikut mengarahkan perilaku dan juga tindakan kita.

2.1.5.Tinjauan tentang Interaksi Simbolik

(42)

verbal ataupun nonverbal. Dalam simbol – simbol atau lambang – lambang tersebut terdapat makna yang hanya dipahami oleh anggotanya saja. Makna ini akan sangat mempengaruhi individu bertingkah laku atau berperilaku. Pendekatan atau teori yang mengkaji mengenai interaksi ini adalah interaksi simbolik. Interaksi simbolik dalam hal ini merupakan sebuah perspektif. Perspektif interkasi simbolik sebenarnya berada di bawah payung fenomenologis.

Maurice Natanson menggunakan istilah fenomenologis sebagai suatu istilah generik untuk merujuk kepada semua pandangan ilmu sosial yang menganggap kesadaran manusia dan makna subjektifnya sebagai focus untuk memahami tindakan sosial. Menurutnya, pandangan fenomenologis atas realitas sosial menganggap dunia intersubjektif sebagai terbentuk dalam aktivitas kesadaran yang salah satu hasilnya adalah ilmu alam. (Mulyana,2010:59).

Joel M. Charon dalam bukunya “Symbolic Interactionism” (1979) mendefinisikan interaksi sebagai “aksi sosial bersama, individu-individu berkomunikasi satu sama lain mengenai apa yang mereka lakukan dengan mengorientasikan kegiatannya kepada dirinya masing-masing” (mutual social action, individuals, communicating to each other in what they do, orienting their acts to each other). (Effendi 1993:390)

Salah satu tokoh perspektif interaksi simbolik adalah Mead. Inti interaksi simbolik menurut Mead adalah “Diri”. Mead memberikan

definisi interaksi simbolik yaitu sebagai berikut :

(43)

30

hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi. Berdasarkan paparan diatas, maka interaksi simbolik erat kaitannya dengan Mind (pikiran), Self (diri) dan Society (masyarakat) :

1. Mind (Pikiran)

(44)

sama. Proses berpikir, bereaksi, dan berinteraksi menjadi mungkin karena simbol – simbol yang penting dalam sebuah kelompok sosial mempunyai arti yang sama dan menimbulkan reaksi yang sama pada orang yang menggunakan simbol itu, maupun pada orang yang bereaksi terhadap simbol-simbol itu. Mind (pikiran) merupakan mekanisme penunjuk diri, untuk menunjukan makna pada diri sendiri dan kepada orang lain.

2. Self (Diri)

Perkembangan self (diri) mengarah pada sejauhmana seseorang akan mengambil peran. Pengambilan peran ini akan merujuk pada bagaimana seseorang memahami dirinya dari perspektif orang lain. Dalam arti ini, Self bukan suatu obyek melainkan suatu proses sadar yang mempunyai kemampuan untuk berpikir, seperti:

a. Mampu memberi jawaban kepada diri sendiri seperti orang lain yang juga member jawaban.

b. Mampu memberi jawaban seperti aturan, norma atau hukum yang juga memberi jawaban padanya.

c. Mampu untuk mengambil bagian dalam percakapan sendiri dengan orang lain.

(45)

32

menentukan apa yang harus dilakukan pada fase berikutnya. Self mengalami perkembangan melalui proes sosialisasi, dan

ada tiga fase dalam proses sosialisasi tersebut. Pertama adalah Play Stage atau tahap bermain. Dalam fase atau tahapan ini, seorang anak bermain atau memainkan peran orang – orang yang dianggap penting baginya. Fase kedua dalam proses sosialisasi serta proses pembentukan konsep tentang diri adalah Game Stage atau tahap permainan, dimana dalam tahapan ini seorang anak mengambil peran orang lain dan terlibat dalam suatu organisasi yang lebih tinggi. Sedang fase ketiga adalah Generalized Other, yaitu harapan – harapan, kebiasaan – kebiasaan, standar – standar umum dalam masyarakat. Dalam fase ini anak- anak mengarahkan tingkah lakunya berdasarkan standar – standar umum serta norma – norma yang berlaku dalam masyarakat. Setelah melewati tahap – tahap perkembangan, maka akan terlihat self seseorang.

3. Society (Masyarakat)

(46)

institusi sosial yang adalah hanya seperangkat respon yang biasa terjadi atas berlangsungnya pola – pola interaksi tersebut, karena Mead berpendapat bahwa masyarakat ada sebelum individu dan proses mental atau proses berpikir muncul dalam masyarakat.

Proses sosial dilihat sebagai kehidupan kelompok yang membentuk aturan – aturan dan bukan aturan yang membentuk kelompok. Proes sosial atau realitas sosial mengacu pada perilaku individu di lingkungan sosial. Dalam realitas sosial, individu akan merepresentasikan pada habbit atau kebiasaan. Dengan kebiasaan ini, orang bisa menginterpretasikan dan juga memberikan pandangan mengenai bagaimana kita bertindak. Jadi, pada dasarnya teori interaksi simbolik adalah sebuah teori yang mempunyai inti bahwa manusia bertindak berdasarkan atas makna – makna, dimana makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain, serta makna – makna it uterus berkembang dan disempurnakan pada saat interaksi itu berlangsung.

(47)

34

2.1.6.Tinjauan tentang Wanita

Wanita dalam bahasa Sansekerta adalah Vani. Vani atau Desire memiliki arti keinginan. Jadi, wanita mengandung makna sesuatu yang selalu diinginkan. Arti konotasi dari kata ini yaitu wanita adalah objeks seks, selalu diinginkan (Sankrtit – English Dictionary ; Sir Monier Williams, delhi Varanasi, Motilal Banarsidas, 1981).

Wanita merupakan mahluk yang indah yang Tuhan ciptakan. Sosok yang lembut, dan penuh cinta kasih. Menurut definisi dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan, perbedaan anatara perempuan dengan wanita adalah, perempuan adalah orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui. Sedangkan wanita adalah perempuan yang berusia dewasa.

2.1.7. Tinjauan tentang Tato

(48)

Pengertian dasar mengenai tato, dijelaskan oleh Hatib Abdul Kadir Olong yang menjelaskan, bahwa:

“Dalam bahasa Indonesia, kata tato merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar atau lambang yang membentuk sebuah design pada kulit tubuh. Di dalam “Ensiklopedia Indonesia” dijelaskan bahwa tato merupakan lukisan berwarna permanen pada kulit tubuh. Sedangkan dalam “Ensiklopedia Amerika” disebutkan bahwa tattoo, tattooing is the production of pattern on the face and body by serting dye under the skin some anthropologist think the practice developed for the painting indications of status, or as mean of obtaining magical protection (Menato adalah kegiatan dalangkhasilkan suatu pola pada wajah dan tubuh dengan memasukan atau membentuknya di bawah kulit yang bagi sebagian antropolog diindikasikan sebagai nilai status atau juga memiliki nilai magis tersendiri)” (Olong, 1996: 83).

Konon kata tato berasal dari Tahiti, yakni tatau yang berarti menandai, dalam arti bahwa tubuh ditandai dengan menggunakan alat pemburu yang runcing untuk memasukkan zat pewarna di bawah permukaan kulit. Anne Nicholas dalam “The Art of New Zealand

menjelaskan bahwa kata tato yang berasal dari kata tattau tersebut dibawa oleh Joseph Banks yang pertama kali bersandar di Tahiti pada tahun 1769, dan disana ia mencatat berbagai fenomena manusia Tahiti yang tubuhnya dipenuhi oleh tato.

Dalam “The American Heritage Desk Dictionary” ditulis bahwa

(49)

36

Dalam hal penandaan, Victor Turner membagi dua macam teknik penandaan, seperti yang dikutip oleh Olong berikut ini:

1. Scarification, yaitu teknik penandaan pada tubuh dengan cara

penggoresan sehingga membuat luka yang membuat panjang dan lurus di permukaan kulit tubuh.

2. Cicatrization, yaitu penandaan tubuh dengan cara menyobek kulit

(50)

Gambar 2.1.

Proses pemberian warna pada tubuh

(Sumber: www.pinterest.com) 2.2. Kerangka Pemikiran

(51)

38

sesungguhnya, sehingga dapat memberikan konsep kepekaan yang implisit. (Kuswarno, 2009:18)

Berdasarkan dari beberapa sumber, maka dapat dikatakan bahwa fenomenologi berusaha mengangkat dan memahami arti dari peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu. Selain itu, fenomenologi juga membahas mengenai kehidupan sosial yang menyangkut hubungan sosial. Dimana dalam hubungan sosial, setiap individu akan menggunakan simbol-simbol yang digunakan dan dimaknai oleh individu sehingga bisa membentuk tingkah laku individu.

Dalam hubungan sosial, proses pertukaran simbol-simbol atau lambang-lambang yang diberi makna ini disebut interaksi simbolik. Esensi dari interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni proses komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna yang hanya dipahami oleh anggota kelompok yang hanya ada di dalamnya.

Perspektif interaksi simbolik memfokuskan pada perilaku seseorang. Hal ini karena interaksi simbolik memandang bahwa seseorang akan merespon suatu situasi simbolik tertentu. Simbol tersebut bisa berupa verbal maupun nonverbal. Selanjutnya simbol tersebut akan diberi makna tertentu. Makna yang merupakan hasil dari interaksi akan melekat dan membentuk konsep diri seseorang.

(52)

bahwa Interaksi simbolik adalah kemampuan manusia untuk dapat merespon simbol–simbol diantara mereka ketika berinteraksi, membawa penjelasan interaksionisme simbolik kepada konsep tentang diri (self). (Kuswarno,2009:114).

Selain itu, Douglas (1970) dalam buku filsafat ilmu komunikasi juga memberikan penjelasan mengenai pengertian interaksi simbolik yang terkait dengan konsep dan asumsi dasar interaksi simbolik.

Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi. (Ardianto,2007:136)

Bertolak pada uraian diatas, maka dalam interaksi simbolik terdapat tiga asumsi yang menjadi dasar dalam interaksi simbolik. Adapun tiga asumsi dasar tersebut adalah pikiran (mind), diri (self), dan masyarakat (society). Pikiran (mind) merupakan penunjuk diri. Pikiran dalam hal ini akan menunjukan sejauhmana seseorang memahami dirinya sendiri. Manusia selalu melakukan interaksi dengan berbeda-beda. Melalui pikiran (mind) maka manusia dituntut untuk memahami dan memaknai simbol yang ada.

Perkembangan diri (self) mengarah pada sejauhmana seseorang akan mengambil peran. Pengambilan peran ini akan merujuk pada bagaimana seseorang memahami dirinya dari perspektif orang lain.

(53)

40

yang implusif, spontan, tidak terorganisasikan atau dengan kata lain merespresentasikan kecenderung individu yang tidak terarah. Sedangkan “daku” menunjukan individu yang bekerjasama dengan orang lain, meliputi seperangkat sikap dan definisi berdasarkan pengertian dan harapan dari orang lain atau yang dapat diterima dalam kelompok. (Kuswarno,2009,115).

Dalam proses sosial akan melibatkan masyarakat. Masyarakat merupakan sebuah kelompok individu yang sering melakukan tindakan sosial dan juga proses sosial. Masyarakat (society) inilah yang mempengaruhi terbentuknya pikiran (mind) dan diri (self).

Proses sosial dilihat sebagai kehidupan kelompok yang membentuk aturan-aturan dan bukan aturan yang membentuk kelompok. Proses sosial atau realitas sosial mengacu pada perilaku individu di lingkungan sosial. Dalam realitas sosial, individu akan merepresentasikan pada habit atau kebiasaan. Dengan kebiasaan ini, orang bisa menginterpretasikan dan juga memberikan pandangan mengenai bagaimana kita bertindak.

Interaksi yang melibatkan simbol-simbol yang bermakana akan mempengaruhi diri kita. Makna yang diperoleh dari simbol-simbol akan menggiring kita untuk berperilaku dalam suatu lingkungan. Dengan interaksi simbolik akan mempengaruhi pada bagaimana kita bisa mengenal diri kita atau mengenal konsep diri.

(54)

diri). Sedangkan komponen afektif berkaitan dengan perasaan dan emosi seseorang. Komponen ini dikenal dengan self esteem (harga diri).

Terbentuknya konsep diri terjadi karena adanya interaksi perilaku baik secara verbal atau non verbal. Verbal mencakup bahasa lisan yaitu tulisan, bahasa,kode dan lain sebagainya. Sedangkan non-verbal mengacu pada ciri paralinguistik seperti gerak tubuh, isyarat, mimik, gerak mata dan lain sebagainya. akan tetapi konsep diri yang terbentuk sejak usia dini dipengaruhi oleh significant other dan kelompok rujukan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri yaitu :

1. Orang lain (significant other)

Konsep diri seseorang terbentuk dari bagaimana penilaian orang terhadap dirinya dan bagaimana ia memandang dirinya sendiri. Pandangan ini bisa dilakukan dengan mencoba menempatkan diri pada posisi orang lain.

(55)

42

tua, saudara-saudara dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita, dari merekalah kita mendapat senyuman, pujian, penghargaan, semangat, motivasi dan lain sebagainya. Ketika kita beranjak dewasa, maka kita akan menghimpun segala bentuk penilaian yang diberikan orang lain terhadap kita. Penilaian-penilaian tersebut akan mempengaruhi bagaimana kita berperilaku.

2. Kelompok rujukan (reference group)

(56)

Gambar 2.2. Model penelitian

Sumber: Peneliti, 2013

FENOMENOLOGI

Bagaimana kita memahami tindakan wanita bertato melalui penafsiran. Penafsiran tidak hanya melihat tapi dengan cara memahami dan memaknai dengan terjun langsung dan

juga larut dilingkungan wanita bertato

INTERAKSI SIMBOLIK

Kemampuan wanita bertato untuk dapat merespon simbol-simbol kepada dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Dalam interaksi simbolik melibatkan 3 asumsi yaitu pikiran (mind), diri (self) dan masyarakat (society)

KONSEP DIRI

Kesadaran wanita anggota paguyuban tattoo Bandung mengenai dirinya sendiri serta keterlibatannya melakukan hubungan dan

interaksi dengan lingkungannya.

KONSEP DIRI WANITA BERTATO ANGGOTA PAGUYUBAN TATTOO BANDUNG Orang Lain/Significant Others

Orang Tua dan Keluarga

(57)

44 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Paguyuban Tattoo Bandung

3.1.1. Sejarah Paguyuban Tattoo Bandung

Paguyuban Tattoo Bandung adalah suatu perkumpulan pengguna tato pada umumnya, pencinta tato pada khususnya yang ada di Kota Bandung. Awalnya Paguyuban Tattoo Bandung hanya didominasi oleh orang-orang yang memiliki tato saja, tetapi seiring berjalannya waktu akhirnya banyak yang tertarik kepada tato dan mendaftar sebagai member di Paguyuban Tatto Bandung.

(58)

Adapun kegiatan rutin yang dilakukan Paguyuban Tattoo Bandung adalah pertemuan antar anggota yang diadakan setiap hari senin, acara rutin tersebut tidak hanya sekedar diskusi tentang tato, tetapi juga berdiskusi tentang kegiatan mereka selama 1 minggu kemarin. Dan kegiata rutin setiap tahunnya adalah menggalang dana untuk bagi-bagi makanan kepada warga kota Bandung yang dianggap kurang mampu pada saat bulan puasa.

Gambar 3.1.

Penggalangan dana Paguyuban Tattoo Bandung

(59)

46

3.1.2. Logo dan Arti Lambang

Sebagai identitas dari Paguyuban Tattoo Bandung maka dibuatlah logo Paguyuban Tattoo Bandung seperti yang dibawah ini.

Gambar 3.2

Logo Paguyuban Tattoo Bandung

Sumber: Paguyuban Tattoo Bandung

(60)

3.1.3. Visi dan Misi Paguyuban Tattoo Bandung 3.1.3.1.Visi Paguyuban Tattoo Bandung

Selalu konsisten untuk membina serta mewadahi minat dan bakat dalam seni yang dipertanggujawabkan sebagai acuan

organisasi sehingga terwujud sebagai organisasi yang kreatif dan inovatif terutama di bidang seni tato dan piercing sebagai visi utama.

3.1.3.2.Misi Paguyuban Tattoo Bandung Mencitrakan positif dunia tattoo dan piercing. 3.1.4. Struktur Organisasi Paguyuban Tattoo Bandung

Agar dapat berjalan dengan baik, lancar dan teratur setiap organisasi perlu menyusun struktur organisasi yang berguna untuk menetapkan pembagian tugas, pendelegasian tugas pada posisi tertentu. Berikut ini adalah nama-nama dari kepengurusan dalam Paguyuban Tattoo Bandung:

(61)

48

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:2)

3.2.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendeketan kualitatif dengan metode fenomenologi.

Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam - dalamnya melalui pengumpulan data sebanyak-banyaknya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya.

Fenomenologi mempelajari struktur pengalaman sadar (dari sudut pandang orang pertama), bersama dengan kondisi-kondisi yang relevan. Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani dengan suku kata phainomenon yang berarti “yang menampak”.

“Menurut Husserl, dengan fenomenologi kita akan dapat mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudut pandang orang yang mengalaminya langsung, seolah-olah kita mengalamainya sendiri.”(Kuswarno, 2009:10)

Menurut The Oxford English Dictionary pengertian fenomenologi

yaitu:

(62)

describe and classifies its phenomena. Jadi, fenomenologi adalah ilmu mengenai fenomena yang dibedakan dari sesuatu yang sudah menjadi, atau disiplin ilmu yang menjelaskan dan mengklasifikasikan fenomena, atau studi tentang fenomena. Dengan kata lain, fenomenologi mempelajari fenomena yang tampak didepan kita, dan bagaimana penampakannya. (Kuswarno, 2009:1)

Lebih lanjut dikatakan oleh Alfred Schutz, salah satu tokoh fenomenologi yang menonjol bahwa

Fenomenologi adalah bagaimana memahami tindakan sosial melalui penafsiran. Proses penafsiran dapat digunakan untuk memperjelas atau memeriksa makna yang sesungguhnya, sehingga dapat memberikan konsep kepekaan yang implisit. Hubungan-hubungan sosial antara manusia ini kemudian akan membentuk totalitas masyarakat. jadi, setiap individu menggunakan simbol-simbol yang telah diwariskan padanya, untuk memberi makna pada tingkah lakunya sendiri. (Kuswarno, 2009:18)

Fenomenologi berusaha mengungkapkan esensi dari realitas tanpa memisahkan esensi tersebut dari fenomenanya dengan cara melepaskan segala pikiran dan pengalaman inderawi yang mempengaruhinya. Jadi yang terpenting dalam fenomenologi adalah mempelajari apa sebenarnya yang dihadapi tanpa membiarkan faktor apapun melakukan intervensi dan menjauhkannya dari usaha melakukan analisis langsung terhadap esensi. Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif yang sejalan dengan penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :

1. Fokus pada sesuatu yang nampak, kembali kepada yang sebenarnya (esensi), keluar dari rutinitas, dan keluar dari apa yang diyakini sebagai kebenaran dan kebiasaan sehari-hari.

2. Fenomenologi tertarik dengan keseluruhan, dengan mengamati entitas dari berbagai sudut pandang dan perspektif, sampai didapat pandangan esensi dari pengalaman atau fenomena yang diamati. 3. Fenomenologi mencari makna dan hakikat dari penampakan,

(63)

50

pengalaman. Makna ini yang pada akhirnya membawa kepada ide, konsep, penilaian, dan pemahaman yang hakiki.

4. Fenomenologi mendeskripsikan pengalaman, bukan menjelaskan atau menganalisisnya. Sebuah deskriptif fenomenologi akan sangat dekat dengan kealamiahan (tekstur, kualitas, dan sifat-sifat penunjang) dari sesuatu. Sehingga deskripsi akan mempertahankan fenomena itu seperti apa adanya, dan menonjolkan sifat alamiah dan makna dibaliknya. Selain itu, deskripsi juga akan membuat fenomena “hidup” dalam term yang akurat dan lengkap. Dengan kata lain sama “hidup”-nya antara tampak dalam kesadaran dengan yang terlihat oleh panca indera.

5. Fenomenologi berakar pada pertanyaan-pertanyaan yang langsung berhubungan dengan makna dari fenomena yang diamati. Dengan demikian penelitian fenomenologi akan sangat dekat fenomena yang diamati. Analoginya, peneliti itu menjadi salah satu bagian puzzle dari sebuah kisah biografi.

6. Integrasi dari subjek dan objek. Persepsi penelitian akan sebanding/sama dengan apa yang dilihat/didengarnya. Pengalamannya akan suatu tindakan akan membuat objek menjadi subjek, dan subjek menjadi objek.

7. Investigasi yang dilakukan dalam kerangka intersubjektif, realitas adalah salah satu bagian dari proses secara keseluruhan.

8. Data yang diperoleh (melalui berpikir, instuisi, refleksi, dan penilaian) menjadi bukti-bukti utama dalam pengetahuan ilmiah. 9. Pertanyaan-pertanyaan penelitian harus dirumuskan dengan sangat

hati-hati. Setiap kata harus dipilih, dimana kata yang terpilih adalah kata yang paling utama, sehingga dapat menunjukkan makna yang utama pula. (Kuswarno,2009:37)

3.2.2. Teknik pengumpulan data

(64)

3.2.2.1. Studi Pustaka

Pada studi pustaka, hal-hal yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

1. Internet Searching

Teknik yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan melalui media internet. Dimana di dalamnya terdapat berbagai referensi yang mendukung penelitian ini.

2. Studi Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar, video dan sebagainya. Dokumentasi dilakukan bertujuan untuk melengkapi data-data tambahan penelitian.

3.2.2.1. Studi Lapangan

Pada studi lapangan, hal-hal yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

1. Observasi Partisipan

Dalam konteks ilmu komunikasi, penelitian dengan metode pengamatan atau observasi (observation reaserch) biasanya “dilakukan untuk melacak sistematis

(65)

52

persoalan-persoalan sosial, politis, dan kultur masyarakat” (Pawito, 2007:111). Observasi yang

dilakukan oleh peneliti yaitu observasi terhadap wanita anggota Paguyuban Tattoo Bandung

2. Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan “alat pengumpulan data sangat

penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai subjek (pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas atau gejala yang dipilih untuk diteliti” (Pawito, 2007:132). Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth interview).

Wawancara mendalam mirip dengan percakapan informal. Metode ini bertujuan “memperoleh

bentukbentuk tertentu informasi dari semua responden, tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap responden” (Mulyana, 2003 : 181) .

3.2.3. Teknik Penentuan Informan

(66)

peneliti adalah teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono, “teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2009 : 300). Berikut adalah daftar nama informan, yang akan dimintai informasi oleh peneliti :

Tabel 3.1. Data Informan

NO NAMA KETERANGAN

1 Lusi Anggota

2 Merry Anggota

Sumber: Peneliti 2013

Tabel 3.2.

Data Informan Pendukung

NO NAMA KETERANGAN

1 Polo Significant Others

2 Thio Reference Group

3 Chelsea Significant Others

4 Herdiman Reference Group

(67)

54

3.2.4. Teknik Analisa Data

Analisa data menurut Bogdan (dalam Sugiyono, 2009: 244) adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Sedangkan menurut Sugiyono sendiri menyatakan bahwa:

(68)

Gambar 3.3.

Komponen dalam analisis data dari Miles dan Huberman: Model Interaktif (interactive model)

Sumber: Sugiyono. 2009. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. hlm

247

Keterangan :

1. Reduksi data (data reduction). Di sini, peneliti mengumpulkan informasi-informasi yang penting yang terkait dengan masalah penelitian, dan selanjutnya mengelompokkan data tersebut sesuai dengan topik masalahnya.

(69)

56

3. Penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing and verifying). Pada tahap ini, peneliti melakukan interpretasi data sesuai dengan konteks permasalahan dan tujuan penelitian. Dari interpretasi yang dilakukan akan diperoleh kesimpulan dalam menjawab masalah penelitian.

3.2.5. Uji Keabsahan data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian. Peneliti menggunakan Uji Kredibilitas Data atau uji kepercayaam terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data ini diperlukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yang dilaporkan peneliti dengan apa yang terjadi sesungguhnya di lapangan. Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian menurut Sugiyono dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck. (Sugiyono, 2010:121)

1. Perpanjangan pengamatan, berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. (Sugiyono, 2010:122)

(70)

kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. (Sugiyono, 2010:124)

3. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. (Sugiyono, 2010 :127)

4. Diskusi dengan teman sejawat, teknik ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Pemeriksaan sejawat berarti pemerikasaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan. (Moleong, 2011:334)

(71)

58

Pada penelitian ini peneliti melakukan penelitian di beberapa tempat perkumpulan Paguyuban Tattoo Bandung yang terletak di jalan Dago Asri IV, Dago. Kota Bandung

3.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Januari 2013 hingga Juli 2013. Tahapan penilitian ini meliputi persiapan, pelaksanaan, penelitian lapangan dan sidang kelulusan Adapun waktu penelitian ditampilkan dalam tabel.

Tabel 3.3

Waktu dan Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Bulan

Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus 1. Pengajuan judul

skripsi

Pengesahan judul skripsi

2. Penyusunan BAB I

(72)

Bimbingan 3 Penyusunan

Bab III

Bimbingan 4. Penyusunan

Bab III

Bimbingan 5. Seminar UP 6. Pengumpulan

data

Pengolahan data 7. Penyusunan

Bab IV

(73)

60

Bimbingan 8. Penyusunan

Bab V

Bimbingan 9. Penyusunan

keseluruhan Bab

10. Sidang Kelulusan

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 3.1.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka menertibkan pengelolaan dan pengaturan di bidang Penerimaan Negara Bukan Pajak, dipandang perlu meninjau kembali penerimaan yang berasal dari Iuran Hasil Hutan

Manfaat dari ini adalah penulis dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana efisiensi faktor-faktor produksi mempengaruhi dan meningkatkan produksi usaha peternak

Based that theory of translation method by newmark (1988) is enable to analyze the data based on newmark, translation method by SL emphasis divided into four, they are: word for

diuji maka besarnya arus yang mengalir dari drain ke source (I D ) akan sama dengan. besarnya arus yang ditarik dari power supply

Nutritional and Antioxidant Properties of Sea Slug ( Discodoris sp.) from Pamekasan Indonesia Sea

kuliner pedas khas Indonesia dengan baik. Bidang kuliner adalah salah satu tema yang menarik untuk diangkat ke dalam karya komik. Hal ini dibuktikan dengan adanya

No Satuan Kerja Kegiatan Volume Pagu Sumber

Dengan cara ini diharapkan para siswa diharapkan akan lebih aktif dalam belajarnya sehingga hasil belajar. Sosiologi merekapun akan