SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh:
Ismail
(109018200047)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Penelitian ini mendeskripsikan pengelolaan sumber belajar pada moving
class dan manfaat sumber belajar dalam mendukung kegiatan pembelajaran.. Pada
model Moving class mutlak memerlukan semua komponen yang mendukung kegiatan belajar megajar, tidak hanya guru, tetapi juga media, bahan, alat, metode dan tentunnya lingkungan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Pada umumnya alasan menggunakan metode kualitatif karena permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan ialah metode triangulasi. Adapun metode yang penliti gunakan pada penelitian ini ialah, wawancara, studi dokumen dan observasi. Dari ketiga metode tersebut peneliti melakukan komparasi dengan menggunakan trianggulasi. Teknik ini bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Hasil dari penelitian mengenai pengelolaan media dan sumber belajar di SMP IT Darul abidin sudah terlaksana secara baik. Hal ini dibuktikan dengan perencanaan media yang dikelola dengan baik, penempatan media pada posisi yang tepat, pengunaan media dengan memanfaatkan semua yang ada dilingkungan sekolah, dan pengelolaan ruangan belajar yang bercirikan karakter mata pelajaran sehingga kelas tersebut bisa mencerminkan mata pelajaran sesuai dengan konsep moving class.
This research describes the management of learning resources on moving class and the benefits of learning resources to support learning activities. On Moving class absolutely needs all the components that support learning activities, not only teachers, but also the media, materials, tools, methods and environment.
In this study the authors used qualitative research methods. The general reason to use qualitative methods because the problem is not clear holistic, complex, and dynamic. In this research, data collection techniques that researchers use a method of triangulation. Triangulation is defined as a technique combines various techniques of data collection and data sources that already exist.
Results of research on media and learning resources management in IT SMP Darul abidin already performing well. This is evidenced by a media planning managed properly,media placement in the right position,use of media by utilizing all existing school environment and management of learning spaces that characterized the character of subjects. However, there are still some shortcomings in its management, both in the management of media and design classes.
Rahmat, Hidayah serta kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengelolaan Sumber Belajar Pada Moving class”. Terwujudnya skripsi ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik
tenaga, ide-ide maupun pemikiran. Oleh karna itu dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd Ketua Jurusan Managemen Pendidikan
3. Bapak Dr. Mu’arif SAM, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing skripsi, atas segenap
waktu, inspirasi, arahan dan bimbingannya kepada penulis hingga akhir penulisan
skripsi ini.
4. Nurdelima Waruwu, M.Pd Sebagai Dosen Pembimbing Akademik.
5. Segenap dosen-dosen Manajemen Pendidikan yang selalu memberikan
ilmu-ilmunya sehingga penulis bisa menyelasaikan penulisan skripsi ini.
6. Ayah (Muhammad Nashir) dan Ibu(Maryuni) kedua orang tua tersayang, yang
selalu mendoakan, mendidik, mengarahkan, menasehati, sabar dan memberikan
kasih sayangnya serta dorongan moral maupun materil kepada penulis. Skripsi ini
khusus penulis persembahkan untuk kedua orang tuaku sebagai ungkapan bakti
8. Kelima keponakan tersayang, Qotrunnada Jinan Athira, Naufa Lin fikria, Hasan,
Najmi dan Umeir.
9. Terima kasih sebesar – besarnya penulis ucapkan kepada segenap guru dan staff
Yayasan Darul Abidin – Depok yang telah bersedia menjadi objek penlitian dalam
penulisan skripsi ini khususnya kepada Bapak Hari selaku kepala staff HRD
Darul Abidin, Ibu Fitri widianingsih selaku kepala sekolah SMP Darul Abidin,
bpk. Dasep, Bpk. Ammar, Ibu Siti daniar, dan Ibu Vevi.
10. Sahabat – sahabat terbaik, Ahmad Amirudin Mukhlas, Andri priyatna, Ahmad
rifqi, Bayu widia prakoso, indipala mayosa, Eri Chandra, Wisnu Purbaya, Rizqi
Ramadhan, Rusyda, Rizki, Renal, Ari, Locoporta agung, Primasatya bangkit,
cengir marabunta, mulet, Ozan, Pak arif dan kang omen.
11. Keluarga besar Mas Ahmad Mukhtarul Huda, M.H yang telah banyak memberikan
dukungan selama penulisan skripsi ini.
12. Keluarga besar Bapak. Opan sopandi yang terus mendukung penulis.
13. Rekan-rekan Jurusan manajemen pendidikan, Aan, Azizatul fauziah, Muhammad irfa’I muslim, Rizqi Ramadhan, Rizam Nuruzzaman, Mitsni khoiri, Siti
shofwatunnida, welvy, Nita Yuliana, Aria zakara, Devi rusmaningtiyas, M.
gunawan, Mahmud hidayat, Muhammad taufik, Ardi gunawan, yanwar firan
mukhlas, Ahmad rijal, Hanif Ahmad, Jundi, Nurmansyah, Resnu, Wawan, Syarif,
Abdul Romdona, Andri priyatna, Filly Nugraha, sultonika, iqbal tawakal, Fikri
Abdullah, Roy septian dan semua teman – teman satu pesantern yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu yang terus menerus memberikan dorongan dan
motivasi bagi penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.
15. Rekan – rekan guru dan staff Rumah belajar Berkemas, Ibu Yayah komariah,
Bpk. Budiono, Bpk. Joko, Bpk. Galih, Bpk. Wawan, ike listiani, ulfah hasanah,
Lia, Husnul, wulan dan semua rekan guru yang selalu memebreikan motivasi bagi
penulis.
16. Murid – murid SMP Berkemas yang terus menjadi inspirasi bagi penulis.
17. Murid – murid Pertamina Soccer School.
18. Murid – murid SMK Kharismawita Jurusan Pemasaran.
Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini, mendapatkan balasan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karna itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan,
demi perbaikan kedepanya. Amin YaaRabbal„ Alamin.
Jakarta, 22 Juli 2016
B. Identifikasi masalah ... 10
C. Batasan masalah ... 11
D. Rumusan masalah ... 11
E. Tujuan penelitian ... 11
F. Kegunaan penlitian ... 12
Bab II. LANDASAN TEORI ... 13
A. Moving class ... 13
1. Pengertian moving class ... 14
2. Perbedaan moving class dan kelas menetap ... 15
3. Tujuan pelaksanaan moving class ... 18
4. Kelebihan dan kekurangan moving class ... 20
B. Sumber belajar moving class ... 24
1. Pengertian sumber belajar ... 24
2. Jenis – jenis sumber belajar ... 26
3. Tujuan dan fungsi sumber belajar ... 29
4. Pemilihan sumber belajar ... 32
5. Pengelolaan sumber belajar moving class ... 34
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 43
A. Tempat dan waktu penelitian... 43
B. Metodologi penelitian dan desain ... 43
C. Teknik dan instrumen pengumpulan data... 44
D. Teknik analisa data ... 48
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
A.Gambaran umum SMP Darul Abidin ... 50
5.Sarana dan prasarana ... 55
B. Analisa data dan interpretasi data ... 56
1.Hasil penelitian ... 56
A. Perencanaan media dan sumber belajar ... 57
B. Penempatan media dan sumber belajar ... 59
C. Penggunaan media dan sumber belajar ... 61
D. Pemanfaatan media dan sumber belajar ... 64
E. Perawatan media dan sumber belajar ... 67
F. Pengelolaan ruang belajar ... 68
BAB V KESIMPULAN ... 72
A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 73
Gambar 4.3 penggunaan media menggunakan barang bekas ... 62
Gambar 4.4 hasil karya siswa di ruang matematika ... 65
Gambar 4.5 hasil karya diruang IPA ... 65
Gambar 4.6 mading dan hasil karya siswa di ruang matematika …... 66
Gambar 4.7 lemari tempat penyimpanan media ... 68
Gambar 4.8 lemari yang tersedia dalam ruangan ... 68
Gambar 4.9 desain kelas IPA ... 69
Gambar 4.10 desain kelas PAI ... 70
1 A. Latar Belakang
Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen
pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar,
metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai
tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan
rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan
mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar
dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya memberi penguatan,
mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan membuat aturan kelompok
yang produktif.
Pada saat ini banyak sekolah dan guru belum menyadari akan pentingnya
pengelolaan kelas. Baik itu dari sarana maupun pengadaan media. Media yang
tersedia hanyalah papan tulis, meja guru dan meja siswa. Tak ada alat peraga yang
tersedia di kelas ataupun media yang mendukung kegiatan pembelajaran dan
menunjang rasa ingin tahu siswa. Tak jauh berbeda dengan desain kelas pada
kelas konvensional lainnya. Suasana kelas yang seperti ini seringkali membuat
siswa jenuh.
Idealnya untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, hendaknya guru
maupun pihak sekolah dapat menciptakan sumber belajar. Pengadaan sumber
belajar sendiri diharapkan dapat menjadi faktor penunjang dalam pengelolaan
kelas yang dapat mendukung proses belajar mengajar. Berbeda mata
pelajarannya,maka sumber belajar yang digunakan pasti akan berbeda, hal ini
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Maka dari itu Moving class sebagai
model pembelajaran yang kelasnya yang bercirikan kepada mata pelajaran.
Moving class diharapkan dapat menjadi jawaban akan permasalahan dalam
pengelolaan kelas.
Menurut herbert simon (dick dan carey, 2006) mengartikan bahwa desain
atau model pembelajaran sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan dari sebuah
desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam pemecahan masalah dengan
memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.1 Dengan demikian, suatu model
atau desain muncul karena kebutuhan akan memecahkan suatu masalah.
Dari pendapat Herbert simon dapat kita ambil simpulkan bahwa tujuan
dari desain atau model pembelajaran ialah untuk mendapatkan solusi terbaik dari
suatu masalah. Moving class sendiri diharapkan bisa menjadi jawaban akan
masalah yang terjadi pada pengelolaan kelas dan sumber belajar. Tetapi Moving
Class tentunya bukan tidak memiliki kekurangan. Pasti ada kekurangan dalam
pelaksanaan pada model ini.Diantara beberapa kekurangan yang terdapat pada
Moving class ialah pada pengelolaan kelas dan pengelolaan sumber belajar.
Kompleksnya masalah pada pengelolaan sumber belajar tidak terbatas hanya pada
konteks yang penulis sebutkan, tetapi masih banyak kekurangan yang lain.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 Tentang Standar Isi pada Lampiran Bab III Mengenai Beban Belajar
menyebutkan bahwa ”Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan
menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem paket atau sistem kredit semester”.2
Pada sistem kredit semester (SKS) diperlukan suatu
sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik lebih aktif seperti sistem
belajar kelas bergerak (moving class).
1
Wina sanjaya, perencanaan dan desain sitem pembelajaran, cetakan pertama, Jakarta:Kencana prenada media grup. Hal 65
2
Model pembelajaran moving class lebih menekankan kepada siswa pada
proses pembelajaran aktif (active learning). Artinya pada tatanan ini kita
dapatmengambil kesimpulan bahwa tugas guru bukan hanya mengajar tetapi juga
menyiapkan sumber belajar yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya..
Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang mencirikan kelas
berkarakter mata pelajaran, dengan demikian peserta didik akan berpindah tempat
sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang telah ditentukan. Konsep moving class
mengacu pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memberikan
lingkungan yang dinamis sesuai dengan yang dipelajarinya.Sekalipun sistem
moving class lebih sesuai pada SKS namun tidak menutup kemungkinan
dilaksanakn pada sistem paket.
Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan siswa
yang mendatangi guru/pendamping di kelas. Konsep moving class mengacu pada
pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan yang
dinamis sesuai dengan pelajaran yang dipelajarinya. Dengan moving class, pada
saat subjek mata pelajaran berganti maka siswa akan meninggalkan kelas menuju
ruang kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan, jadi siswa yang
mendatangi guru/pendamping, bukan sebaliknya. Sementara para guru, dapat
menyiapkan materi pelajaran terlebih dahulu. Keunggulan sistem ini adalah para
siswa lebih punya waktu untuk bergerak, sehingga selalu segar untuk menerima
pelajaran. Dalam sistem moving class, ruang kelas didesain untuk mata pelajaran
tertentu dan akan pindah ke ruang kelas lain setiap ganti pelajaran. Dengan
demikian, ruang kelas akan difungsikan seperti laboratorium. Dengan moving
class, siswa akan belajar bervariasi dari satu kelas ke kelas lain sesuai dengan
bidang studi yang dipelajarinya.
Sistem belajar moving class mempunyai banyak kelebihan baik bagi
peserta didik maupun Guru. Bagi peserta didik, mereka lebih fokus pada materi
pelajaran, suasana kelas menyenangkan, dan interaksi peserta didik dengan guru
proses pembelajaran tertutama dalam mendesain ruangan dan menyediakan sarana
prasaran yang mendukung pembelajaran sendiri tentunya.
Dalam pelaksanaan moving class tentunya dibutuhkan banyak ruangan.
Hal ini disebabkan karena moving class merupakan sistem pembelajaran yang
setiap ruangannya mempunyai ciri kepada setiap mata pelajaran. Maka dari itu
dibutuhkan banyak ruang ,ketersediaan alat peraga dan media guna mendukung
kegiatan belajar mengajar. Ketersediaan jumlah ruangan rasanya menjadi
permasalahan yang sangat krusial.Karena masih ada sekolah yang dalam
pelaksanaan moving class, para siswa harus antri dan menunggu giliran pada saat
pemakaian ruangan terentu.
Keterampilan guru dalam penyiapan kelas dan ruangan yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diampunya tentu harus mendapat perhatian.Jika
seorang guru bisa menciptakan konsep ruangan yang sesuai dengan mata
pelajaran tentu akan menjadi nilai tambahan pada moving class. Tetapi bagaimana
jika guru tidak dapat kreatif dalam penataan ruangnya dan tak bisa memanfaatkan
semua media untuk menjadi sumber belajar, tentu konsep moving class tidak akan
terasa perbedaannya dengan konsep belajar pada umumnya. Realita yang terjadi
dilapangan banyak guru ataupun sekolah yang belum memahami konsep moving
class. Mereka menerapkan hanya sebisanya dan hal tersebut tidak sejalan dengan
konsep pembelajaran Active learning.
Keinginan guru dalam mengelola kelas sering terbentur oleh kebijakan
manajemen sekolah. Karena manajemen sekolah mempunyai peranan penting
dalam setiap kegiatan yang berlangsung di sekolah tersebut, terutama mengenai
rancangan proses pembelajaran. Kebijakan tersebut meliputi pengadaan sarana
dan prasarana, pengadaan media, alat peraga dan juga melengkapi koleksi pustaka
yang ada. Pengadaan sarana dianggap begitu penting dalam mendukung kegiatan
Model moving class tentunya membutuhkan biaya yang besar dalam
pengelolaannya.karena moving class ialah kelas yang bercirikan mata pelajaran.
Maka dari itu dibutuhkan biaya yang besar dalam pengelolaan.biaya yang besar
dibutuhkan sebagai contoh dalam pengadaan sarana dan prasarana. Baik itu
ketersediaan ruang kelas, kelengkapan media, pengadaan alat peraga.
Selain pembiayaan yang besar pada moving class juga dibutuhkan alokasi
waktu dalam proses perpindahan kelas yang dilakukan oleh siswa. Guru
membutuhkan waktu untuk penyiapan kelas kembali untuk menyiapkan proses
pembelajaran, sedangkan murid butuh waktu untuk menyiapkan diri mereka
dalam menerima proses pembelajaran selanjutnya. Setidaknya butuh waktu 5
menit sampai 10 menit bagi siswa dan guru pada proses perpindahan kelas ini.
Akibatnya banyak waktu yang terbuang. Misalnya saja waktu yang 5 menit bisa
digunakan guru untuk mengulang materi yang telah disampaikan, tetapi pada
model moving class, tentu hal ini tak bisa dilaksanakan. Karena proses
perpindahan ini juga terkadang banyak memakan waktu pada proses
perpindahannya.
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa
data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam
belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah
peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu
(AECT : 1977).
Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu: Sumber
belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang
secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem
instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.
Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu
sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan
keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan
Pentingnya pengelolaan sumber belajar karena sebagai bagian dari unsur
kurikulum. Pengelolaan yang baik pada sumber belajar akan menjadikan proses
pembelajaran menjadi lebih efektif. Pengelolaan sumber belajar yang tepat guna
akan menjadikan pembelajaran yang disajikan lebih menarik untuk siswa dan juga
menjadikan guru akan lebih kreatif dalam pengadaan sumber belajar. Fungsi lain
yang tak kalah pentingnya dalam pengelolaan sumber belajar ialah, mempercepat
laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik.
mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak
membina dan mengembangkan gairah pada proses pembelajaran. Memberikan
dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara perancangan program
pembelajaran yang lebih sistematis; dan pengembangan bahan pengajaran yang
dilandasi oleh penelitian.Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan
meningkatkan kemampuan sumber belajar penyajian informasi dan bahan secara
lebih kongkrit.
Masalah pada pengelolaan sumber belajar ialah kurangnya perhatian akan
semua hal yang bisa mendukung kegiatan proses pembelajaran itu sendiri. Bisa
disimpulkan bahwa proses pembelajaran hanya tergantung kepada satu sumber
belajar yaitu guru sebagai objek tunggal. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang
telah dijabarkan sebelumnya, bahwa semua hal yang mendukung kegiatan proses
pembelajaran baik itu berupa alat, media, data dan orang merupakan sumber
belajar. Fakta pada sebenarnya yang terjadi dilapangan bahwa hanya ada satu
objek tunggal. Pada permasalahan ini sekolah hanya menerapkan gaya
pembelajaran yang konvensional tanpa memanfaatkan segala sumber untuk
belajar yang tersedia.
Setidaknya ada enam komponen yang dapat dijadikan sebagai sumber
belajar yaitu, pesan (message), orang (man), bahan (material), alat (device),
metode dan lingkungan. Jika enam komponen tersebut dapat dimanfaatkan secara
maksimal dan optimal maka akan tercipta iklim yang kondusif dalam proses
pembelajaran. Guru tidak lagi menjadi objek tunggal, tetapi cukup sebagai
mendukung kegiatan belajar. Sumber belajar dan kegiatan belajar mengajar tidak
hanya terbatas pada kelas saja, tetapi semua yang dapat mendukung proses
pembelajaran sendiri. Maka dari itu dalam iklim belajar yang berbasis pada pola
pembelajaranActive learning, pengelolaan sumber belajar sangat dibutuhkan.
Active learning sendiri ialah proses pembelajaran yang bercirikan proses
pembelajaran yang aktif dimana tugas guru sebagai fasilitator yang mendampingi
kegiatan belajar siswa. Dan konsep active learning sejalan dengan Moving class.
Pentingnya pengelolaan sumber belajar yang baik dalam rangka mendukung kegiatan pembelajaran yang kondusif. Pada model Moving class mutlak memerlukan semua komponen yang mendukung kegiatan belajar megajar, tidak hanya guru, tetapi juga media, bahan, alat, metode dan tentunnya lingkungan. Pengelolaan sumber belajar erat hubungannya dengan berbagai aspek yang terdapat pada sumber belajar itu sendiri. Dan aspek pengelolaan kelas sebagai bagian dan unsur penting dalam proses belajar mengajar.
Kegiatan belajar mengajar yang baik ialah adanya interaksi antara guru
dan murid. Guru dapat menghidupkan suasana kelas, guru bisa menerangkan
pelajarannya dan sang murid bisa mengerti palajaran yang disampaikan sehingga
terciptalah suasana belajar yang kondusif. Maka dari itu dengan adanya model
moving class yang mana setiap guru mempunyai kelas yang sesuai dengan mata
pelajarannya. Sehingga diharapkan guru dapat mengelola kelas yang mempunyai
ciri sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.
Salah satu lembaga pendidikan yang menggunakan model moving class
dalam pembelajarannya adalah SMP Islam Terpadu Darul Abidin – Depok.
Sekolah ini sudah menerapkan model moving class sejak tahun 2007 dan
bersamaan dengan awal mula berdirinya sekolah. Latar belakang penerapan
menganjurkan kepada murid untuk memuliakan kedudukan guru sebagai sumber
ilmu.3
Filosofi terhadap memuliakan guru inilah yang dicoba terapkan oleh
sekolah Darul abidin. Sebagai contoh penerapan adab memuliakan guru yang
sejalan dengan Moving Class sendiri ialah, dalam proses pembelajaran bukan lagi
guru yang mendatangi guru untuk belajar tetapi muridlah seharusnya yang
mendatangi guru. Setiap guru pada mata pelajaran diberikan tanggung jawab
untuk mengelola ruangan dan kelas. Posisi dan kedudukan guru pada sekolah ini
disebut sebagai manajer kelas. Disebut manajer kelas karena guru tersebut berhak
mengatur kelas tersebut sesuai dengan keinginannya. Dan pada kondisi ini sang
guru dituntut untuk kreatif, baik dalam penggunaan media dan penggunaan
sumber belajar yang mampu mendeskripsikan kelas berkarakter mata pelajaran.
Tantangan yang dialami oleh SMP Darul Abidin dalam penerapan model
Moving Class ialah pengelolaan waktu pada proses perpindahan kelas dan
pengkodisian kembali saat akan memulai proses pembelajaran.4 Pada proses
perpindahan ini setidaknya butuh 5 menit sampai 10 menit bagi guru dan siswa.
Bagi guru waktu ini dapat digunakan untuk pengkodisian kelas kembali dan
menunggu siswa datang dikelas masing masing sesuai mata pelajaran yang
diampunya. Sedangkan bagi siswa waktu ini digunakan sebagai proses
perpindahan dari satu kelas kepada kelas lainnya. Idealnya alokasi waktu yang
diberikan ini dapat dimanfaatkan oleh guru ataupun murid dengan sebaik baiknya,
tetapi fakta dilapangan ialah ketika proses perpindahan malah lebih banyak waktu
yang terbuang dari alokasi waktu sebenarnya.
“ Sekolah Darul Abidin memberikan alokasi waktu hingga 5 hingga 10 menit untuk proses perpindahan jam pelajaran. Jika dikalkulasikan dalam sehari
dengan empat kali pergantian mata pelajaran menjadi 20 menit. Terkadang waktu
3
Kutipan wawancara dengan Bapak hari (Staff HRD Darul abidin), pada tanggal 3 Desember 2015 pukul 10.51
4
yang diberikan masih terasa kurang karena beberapa faktor. Contohnya siswa
yang terlambat datang ke kelas karena jauhnya ruangan yang dituju dan juga
pengkodisian siswa dan kelas untuk memulai proses pembelajaran kembali. “5
Permasalahan lain dalam pengelolaan moving class yang dialami oleh
SMP IT Darul Abidin dalam penerapannya ialah bagaimana susahnya mengatur
jadwal pelajaran. Pengaturan jadwal menjadi sangat penting dirasakan karena
sistem moving class sangat berbeda dengan sistem belajar dikelas menetap.
Karena hal yang ingin dihindari pada penggunaan suatu ruangan ialah jadwal
yang bersamaan dalam penggunaan ruangan tersebut.6 Total ada 17 jumlah
ruangan yang dimiliki SMP IT Darul Abidin dengan 12 rombongan belajar.
Jumlah ruangan yang dimiliki dibandingkan dengan rombongan belajar
sebenarnya cukup seimbang, tatapi fakta dilapangan yang terjadi masih ada
bentrokan dalam pengaturan jadawal penggunaan ruangan masih sering
bertabrakan.
Dari pengamatan yang peneliti lakukan dapat diketahui bahwa,
penggunaan sumber belajar dalam mendukung kegitan belajar masih kurang
dioptimalkan. Didalam ruangan kelas dilengkapi dengan meja guru, meja siswa,
papan tulis, sebuah proyektor ,rak buku dan gambar – gambar yang mencirikan
mata pelajaran tertentu. Peneliti dapat mengatakan bahwa sumber belajar yang
digunakan masih terasa kurang karena penggunaan sumber belajar masih bisa
ditambah lagi.Pengelolaan sumber belajar sangat penting kiranya. Karena Moving
Class ialah kelas yang bercirikan dan berkarakter mata pelajaran.7
Dalam rangka mewujudkan kelas yang berkarakter dan bercirikan mata
pelajaran. untuk menciptakan iklim seperti ini, guru dituntut dapat lebih
mengeksplorasi sumber belajar yang tersedia. Karena untuk menciptakan sumber
5
Kutipan wawancara dengan Bapak hari (Staff HRD Darul abidin), pada tanggal 3 Desember 2015 pukul 10.51
6
Kutipan wawancaradengan Ibu Ria (staff kurikulum Darul Abidin), pada tanggal 18 Desember 2015 pukul 09.40
7
belajar kita dapat memanfaatkan semua hal yang ada disekitar lingkungan kita.
Dalam hal ini menjadi tantangan bagi para guru di Darul Abidin agar dapat lebih
kreatif menciptakan dan memanfaatkan semua hal yang bisa menjadi sumber
belajar.
Setiap kebijakan yang coba diambil dan diterapkan oleh suatu instansi
tentunya mempunyai konsekuensi tersendiri. Dan konsekuensi yang dihadapi
hendaknya dapat teratasi dengan baik dan sudah tahu cara mengatasinya. Dan
konsekuensi yang dihadapi pada penerapan kebijakan moving class terletak
bagaimana mengelola sumber belajar, pengaturan jadwal dan juga pengelolaan
kelas. Karena konsep yang ditawarkan ialah kelas yang berkarakter mata
pelajaran. Dan untuk menciptakan kelas yang berkarakter tentu dibutuhkan
kereatifitas guru untuk dapat mengelola sumber belajar.
Berdasarkan paparan di atas, maka timbul pertanyaan bagaimana
pengelolaan sumber belajar pada sekolah Darul Abidin, apakah sekolah ini sudah
bisa memanfaatkan semua hal yang bisa dijadikan sumber belajar dan bagaimana
pengelolaan pada moving class, apa saja tantangan dan hambatan yang dirasakan
oleh guru dan bagaimana tanggapan siswa ?. Mengacu pada pertanyaan tersebut,
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian berjudul “ Pengelolaan Sumber Belajar Pada Moving Class “.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan apa yang di uraikan pada latar belakang maka permasalahan dapat di identifikasi yaitu :
1. Guru belum dapat mengelola sumber belajar yang sesuai dengan model
moving class.
2. Guru belum dapat mengelola kelas yang bercirikan mata pelajaran
4. Kurangnya pemanfaatan semua hal yang bisa dijadikan sebagai sumber belajar.
5. Penataan kelas dengan model yang konvensional atau stagnan sehingga membuat siswa jenuh.
6. Pengelolaan kelas yang belum bercirikan kepada kelas berkarakter sehingga tidak ada nilai lebih yang ditampilkan.
C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah, kita dapat membatasi masalah yang akan diteliti batasannnya. Luasnya cakupan dari sumber belajar seperti yang telah penulis uraikan pada latar belakang, maka dari itu penulis memberi batasan pada : pengelolaan sumber belajar pada moving class
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengelolaan sumber belajar pada moving class di SMP Darul Abidin ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk
1. Mendeskripsikan pengelolaan kelas dan pengelolaan sumber belajar pada
Moving class di SMP IT Darul Abidin.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik itu manfaat secara praktis maupun teoritis :
I. Manfaat Praktis :
a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan
b. Acuan bagi pihak sekolah dalam menerapkan kebijakan pengelolaan sumber belajar
II. Manfaat Teoritis :
Secara teoritis hasil penelitian diharapkan :
a. Bermanfaat bagi pengembangan teori tentang pengelolaan kelas b. Dapat dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti lain untuk mengkaji
13
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.8
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan9
Berdasarkan pada uraian yang dikutip dari salinan permendikbud mengenai standar proses hendaknya pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif dan menyenangkan. Dari salinan permendikbud tersebut dapat disimpulkan bahwa stake holder diberikan keleluasaan untuk melakukan pengembangan pada proses pembelajaran. Maka dari itu para ahli terus melakukan inovasi untuk perkembangan bagi dunia pendidikan. Salah satu inovasi pada pembelajaran ialah model moving class. model pembelajaran ini diharapkan bisa menjadi salah satu jawaban bagi perkembangan dunia pendidikan.
8
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Salinan Permendikbud Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2013, hal. 1
1. Pengertian Moving Class
Moving Class terdiri dari dua kata, yaitu moving dan class. Moving berarti
pindah. Class dapat diartikan sebagai kelas atau tempat belajar. Jadi moving class adalah pergerakan dari satu kelas ke kelas yang lain sesuai dengan pelajarannya
Moving class adalah manajemen kelas berbasis mata pelajaran atau sebuah sistem
pembelajaran yang bercirikan kelas berkarakter mata pelajaran. Dengan moving class, pada saat mata pelajaran berganti maka peserta didik akan berpindah kelas menuju ruang kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan.
Moving class merupakan sistem pembelajaran yang bercirikan peserta
didik yang mendatangi guru/pendamping di kelas. Dengan moving class, pada saat mata pelajaran berganti maka peserta didik akan berpindah kelas menuju ruang kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan, jadi peserta didik yang mendatangi guru/pendamping, bukan sebaliknya. Sementara para guru, dapat menyiapkan materi pelajaran terlebih dahulu.10
Konsep moving class mengacu pada pembelajaran yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan belajar yang dinamis sesuai dengan bidang yang dipelajarinya. Dalam sistem moving class, ruang kelas didesain untuk mata pelajaran tertentu dan akan pindah ke ruang kelas lain setiap ganti pelajaran. Dengan demikian, ruang kelas akan difungsikan seperti laboratorium. Dengan
moving class, siswa akan belajar bervariasi dari satu kelas ke kelas lain sesuai
dengan bidang studi yang dipelajarinya
Dari uraian diatas penulis dapat menjabarkan bahwa konsep moving class ialah model pembelajaran yang menekankan pada tercitptanya lingkungan belajar yang dinamis. Artinya pada model ini diperlukan kreatifitas bagi semua masyarakat pendidikan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang kondusif. Dengan moving class siswa diharapkan mampu melaksanakan proses
10
pembelajaran aktif. Karena pada model ini pola pembelajaran telah di desain menurut mata pelajaran dan bidangnya. Tentunya untuk penerapan model moving
class tidak mudah, dibutuhkan biaya yang besar dan kreatifitas. Sebagai contoh
untuk pengadaan sumber belajar, desain kelas yang sesuai dengan mata pelajaran, pengaturan jadwal, alokasi waktu pada saat pergantian mata pelajaran dan pengadaan media belajar dengan konsep moving class yang bercirikan karakter mata pelajaran.
Moving class dapat disamakan dengan proses pembelajaran aktif, dimana
segala bentuk pembelajarannya memungkinkan peserta didik berperan aktif dalam semua proses pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran ini sangat efektif dalam memberikan suasana pembelajaran yang interaktif.
2. Perbedaan Moving class dan kelas menetap
Proses pembelajaran pada model Moving class tentunya sangat berbeda dengan kelas menetap. Tentunya terdapat perbedaan mencolok pada kedua model tersebut. Baik dari segi desain kelas, pengelolaan kelas, pengaturan jadwal dan pengelolaan sumber belajar, berikut ini adalah perbedaan yang ada pada model
Moving class dan kelas menetap.
Setiap model pembelajaran yang diterapkan pasti memiliki konsekuensi tersendiri. kebijakan yang diambil seharusnya sudah dipertimbangkan baik dan buruknya. Pengelolaan dan dan penerapan model moving class dan kelas menetap mempunyai perbedaan yang sijgninfikan. Hal ini dikarenakan Moving class merupakan model pembelajaran yang dinamis, dimana pada pembelajarannya para siswa yang dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajarannya.
Perbedaan moving class dan kelas menetap. 11
Tabel perbedaan Moving class dan kelas menetap
No Moving Class Kelas menetap
1 Pendidik menetap dalam
ruang mata pelajaran, peserta didik berpindah – pindah
Peserta didik menetap dalam kelas, guru berpindah – pindah
2 Alat peraga/ alat bantu KBM berada di dalam ruang mata pelajaran
Alat peraga / alat bantu KBM harus dibawa guru berpindah – pindah kelas
Identitas ruang belajar adalah ruangan kelas
5 Setiap pergantian pelajaran tercipta suasana baru bagi peserta didik karena kondisi
mata pelajaran yang
suasananya berbeda – beda.
Suasana baru peseta didik baru diperoleh sewaktu jam istirahat dan pulang sekolah.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diidentifikasi mengenai perbedaan mendasar pada moving class dan kelas menetap. Perbedaan ini dapat menjadi acuan dan sebagai tolok ukur dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Pada poin pertama perbedaan mencolok jelas terlihat pada jalannya kegiatan pembelajaran. Jika pada kelas menetap guru yang berpindah kelas untuk mengisi
11
kegiatan pembelajaran, hal sebaliknya terjadi pada model moving class yaitu muridlah yang mendatangi guru pada kegiatan pembelajaran.
Pada poin kedua perbedaan kedua model ini terletak pada desain kelas. Jika pada kelas menetap, kelas tersebut tak mempunyai denah dan desain kelas yang pasti karena satu kelas digunakan untuk semua kegiatan mata pelajaran. Jelas berbeda dengan kelas bergerak, yang mana denah dan desain kelas sudah disesuaikan dengan masing – masing mata pelajaran. Dan manfaat yang dirasakan dengan moving class, masing – masing guru dengan mata pelajaran yang berbeda dapat berkreasi dengan sumber belajar dan media yang bisa dihadirkan dalam kelas tersebut.
Ciri dan ualasan pada poin ketiga tidak berbeda jauh dengan poin nomor dua. Keduanya poin pada tabel diatas membahas tentang ciri dan kekhasan mata pelajaran yang diidentikan dengan suatu ruangan. Desain kelas pada model moving class disesuaikan dengan mata pelajaran yang diajarkan oleh guru, dan setiap guru bertanggung jawab akan kelas yang dikelolanya. Dan ruangan bercirikan dengan mata pelajaran tidak kita temui pada kelas menetap. Karena satu ruangan digunakan untuk berlangsungnya semua proses kegiatan belajar mengajar.
Ulasan pada poin keempat menjelaskan bahwa identitas ruang adalah ruang mata pelajaran pada model moving class sedangkan pada model kelas menetap identitas ruangan adalah kelas. Perbedaannya jelas terlihat bahwa konsep
moving class menekankan pada setiap ruangan harus memiliki ciri dan kekhasan
Poin kelima menyebutkan bahwa perbedaan kelas bergerak dan menetap terletak pada suasana dan kondisi kelas pada saat pergantian mata pelajaran. Pada
moving class suasana yang baru terus tercipta ketika terjadi pergantian mata
palajaran hal ini karena sirkulasi udara pada satu ruangan terus berganti karena dalam jangka waktu 5 – 10 menit ada jeda waktu kelas kosong karena proses pergantian mata pelajaran. Dan ketika siswa memasuki kelas yang baru suasana baru dan sirkulasi udara telah bertukar, bisa kita simpulkan ada jeda waktu bagi guru dan siswa untuk melanjutkan proses pembelajaran. Hal ini tentu tidak berlaku pada kelas menetap karena dari mulai pelajaran sampai bel tanda berakhir pelajaran siswa akan terus belajar di dalam ruangan yang sama. Praktisnya pada kelas menetap siswa mendapat suasana baru hanya ketika jam istirahat dan waktu pelajaran berakhir.
Perbedaan mendasar yang dapat diidentifikasi dari model moving class dan kelas menetap ialah, desain kelas pada model moving class dibuat lebih dinamis. Desain ruangan disesuaikan dengan mata pelajaran. Hal yang berbeda tentu akan dijumpai pada model kelas menetap, yang mana denah kelas tidak mengikuti mata pelajaran. Pada model kelas menetap jarang ditemukan denah kelas yang pasti. Perbedaan desain kelas inilah yang membedakan antara kelas menetap dan berpindah. Perbedaaan lain yang menjadi ciri pada model moving
class ialah setiap proses pergantian pelajaran murid yang mendatangi guru bukan
sebaliknya. Sehingga ketika proses pergantian kelas akan ada suasana baru yang dialami oleh siswa. Hal ini tentunya mengurangi kejenuhan siswa, yang terus berada didalam ruangan yang sama selama seharian penuh.
3. Tujuan pelaksanaan Moving Class
dari itu moving class juga mempunyai rancangan dan tujuan agar hasil pembelajaran lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan petunjuk teknis mengenai sistem pembelajaran moving class yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan SMA, bahwa penyelenggaraan
moving class bertujuan untuk ; 12
1. Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran ;
a. Proses pembelajaran melalui moving class akan lebih bermakna karena setiap ruang/laboratorium mata pelajaran dilengkapi dengan perangkat-perangkat pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Jadi setiap siswa yang akan masuk suatu ruang/laboratorium mata pelajaran sudah dikondisikan pemikirannya pada mata pelajaran tersebut.
b. Guru mata pelajaran dapat mengkondisikan ruang/laboratoriumnya sesuai dengan kebutuhan setiap pertemuan tanpa harus terganggu oleh mata pelajaran lain.
2. Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Waktu Pembelajaran
Guru mata pelajaran tetap berada di ruang/laboratorium mata pelajarannya, sehingga waktu guru mengajar tidak terganggu dengan hal-hal lain.
3. Meningkatkan Disiplin Siswa dan Guru
a. Guru akan dituntut datang tepat waktu, karena kunci setiap ruang/laboratorium dipegang oleh masing-masing guru mata pelajaran. b. Siswa ditekankan oleh setiap guru mata pelajaran untuk masuk tepat waktu
pada pada saat pelajarannya.
4. Meningkatkan keterampilan guru dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari.
12
5. Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran.
6. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian diatas enam poin yang menjadi dasar sebagai tujuan
moving class. Dari keenam poin tersebut kita bisa mengerucutkan menjadi tiga
poin. Adapun ketiga poin dar kesimpulan diatas ialah, Moving class bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran, Moving class meningkatkan kedisiplinan siswa dan guru, dan yang terakhir Moving class meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pembelajaran moving class maka perlu ditetapkan strategi pelaksanaannya. Pengorganisasian Pelaksana, tugas, kewajiban dan wewenang.
4. Kelebihan dan kekurangan Moving Class
Setiap model pembelajaran yang coba diterapkan pada satu institusi pendidikan pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Semua faktor nilai kelebihan dan kekurangan tersebut dapat kita analisis secara mendalam dengan analisis SWOT (strength, weakness, opurtunity dan threat). Kegunaan kita menganalisis nilai kelebihan dan kekurangan berfungsi sebagai perbandingan efektif atau tidaknya model pembelajaran dan kebijakan yang diambil.
Petunjuk teknis mengenai sistem pembelajaran moving class yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan SMA menguraikan, moving class mempunyai nilai lebih untuk mendukung kegiatan proses pembelajaran. Nilai lebih yang ada pada moving class itu bisa dilihat dari keuntungannya bagi guru dan nilai lebih bagi siswa. Adapun kelebihan yang dimiliki oleh moving class adalah ;
a. kelebihan moving class
3. Bagi peserta didik, mereka lebih fokus pada materi pelajaran.
4. Suasana kelas lebih menyenangkan, dan interaksi peserta didik dengan guru lebih intensif.
5. Moving class mempermudah guru dalam mengelola pembelajaran, lebih
kreatif dan inovatif untuk mendesain kelas.
6. Guru lebih maksimal dalam menggunakan berbagai media.
7. pemanfaatan waktu belajar lebih efesien, dan lebih mudah mengelola suasana kelas.13
Poin – poin di atas dapat kita analisis tentang kelebihan moving class. Hakikat dari pelaksanaan moving class ialah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aktif dan terintegrasi dengan mata pelajaran. Pada poin pertama dapat kita kaji bahwa kelebihan moving class untuk mendekatkan siswa dengan mata pelajaran. Artinya semua hal yang berhubungan dengan suatu mata pelajaran bisa dihadirkan di dalam kelas. Hal ini berkaitan erat bagaimana untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis guna mendukung keinginan belajar siswa dan rasa ingin tahu pada suatu objek studi.
Kelebihan pada moving class bisa kita identikasi menjadi dua. Yang pertama nilai lebih bagi guru dan yang kedua nilai lebih yang untuk siswa. Bagi siswa nilai lebihnya ialah siswa lebih fokus pada mata pelajaran. Siswa bisa lebih fokus pada mata pelajaran karena kondisi ruangan benar – benar dikonsikan sesuai dengan mata pelajaran. Sehingga dengan kelas yang bercirikan karakter mata pelajaran diharapkan bisa menambah rasa keingitahuan siswa akan mata pelajaran tersebut. Kelebihan lain moving class bagi siswa ialah dengan kelas bercirikan mata pelajaran suasana belajar akan lebih menyenangkan karena semua sumber belajar telah tersedia dalam ruangan.
Sedangkan kelebihan moving class bagi guru, lebih mudah mengelola pembelajaran, lebih kreatif dan inkovatif dalam mendesain kelas. Pada proses pembelajaran moving class guru dituntut untuk lebih kreatif dalam mengelola
13
kelas. Dengan kelas yang bercirikan karakter mata pelajaran, hal ini akan membantu guru membuat rancangan pembelajaran yang lebih terarah sesuai dengan konsep mata pelajaran yang diajarkannya. Maka dari itu manfaat dari moving class dapat langsung dirasakan oleh tenaga pendidik untuk meningkatkan hasil dari proses pembelajaran.
Dari uraian diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kelebihan dari model
moving class terdapat pada pengelolaan kelas. Guru dapat memodifikasi kelas
sesuai dengan apa yang mereka inginkan dan sesuai dengan mata pelajaran apa yang diajarkan. Di samping itu juga guru telah siap dengan materi apa yang ingin dia ajarkan, baik dari segi pengelolaan kelas, pengadaan media yang sesuai, pengelolaan sumber belajar dan pengadaan dari segi alat peraga.
Disamping itu diterapkannya model pengelolaan kelas ini dikarenakan selama ini para guru sedikit kesulitan dalam hal pengelolaan kelas dan media. Maka dari ini setidaknya model ini merupakan jawaban atas bagaimana seorang guru dapat mengelola kelas dengan baik dan dapat mencapai hasil belajar untuk siswa dengan maksimal. Dan dari segi aspek sosial kita dapat mengambil pelajaran bahwa pada proses moving class siswa dapat melakukan proses interaksi sosial antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Maka dari itu para guru dapat lebih mengekplorasi kemampuan belajar siswanya dan bagaimana sang guru dapat mengekplorasi kemampuan guru itu sendiri dalam proses belajar mengajar
b. Kekurangan Moving Class
1. Perpindahan dari satu kelas ke kelas lain mengurangi waktu belajar 2. Perubahan jadwal mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pembelajaran 3. Pemanfaatan sumber belajar dan desain kelas belum optimal.
4. Masih sulit mengkondisikan dan mangatur siswa ketika proses perpindahan kelas.
Dari empat poin di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa dalam segi pelaksanaanya ada saja faktor penghambat dari proses pelaksanaan moving class itu sendiri. Baik dari guru itu sendiri atau dari peserta didiknya. Pada poin pertama permasalahan pada pengelolaan dan alokasi waktu perpindahan. Waktu perpindahan pada moving class diberikan selama 5 – 10 menit. Namun terkadang pada proses perpindahan kelas ada saja siswa yang mengulur – ulur waktu, sehingga mengganggu proses pembelajaran. Contohnya ialah siswa yang datang terlambat ke ruangan mata pelajaran selanjutnya, dan bagi siswa yang suka membolos waktu alokasi perpindahan ini digunakan untuk tidak datang ke kelas. Dari hal ini seharusnya semua masyarakat dilingkungan sekolah yang menerapkan model tersebut seharusnya dapat mencegah dan menanggulangi permasalahan pada proses perpindahan kelas ini.
memberikan materi pengayaan dan memberi materi tambahan sehingga kelas yang kosong ditinggalkan oleh guru yang berhalangan hadir tidak dapat hadir tidak menganggu jalannnya proses KBM berlangsung.
Kekurangan yang dijelaskan pada poin ketiga menyebutkan bahwa pemanfaatan sumber belajar dirasa belum optimal. Tugas guru pada model moving class bukanlah sebagai satu – satunya sumber belajar, tetapi juga harus bisa mengrahkan peserta didik kepada sumber belajar yang lainnya. Kenyataan yang penulis yang temukan pada lapangan bahwa desain kelas belum optimal. Kekurangan ini tentunya membutuhkan kreatifitas dan inovasi dari guru dan pihak sekolah untuk dapat menciptakan sumber belajar.
Dalam aspek psikolgis siswa ada saja faktor yang menghambat seperti yang diuraikan pada poin nomor empat. Ketika proses perpindahan dari satu kelas ke kelas lainnnya pasti ada saja hambatannya. Sebagai contoh ketika siswa datang ke kelas barunya ada saja siswa yang masih susah diatur, datang sengaja terlambat ke kelas dengan berbagai macam alasan ataupun dengan sengaja membolos untuk menghindari mata pelajaran yang kurang disukai. Semua aspek yang menjadi hambatan dan kekurangan dalam pelaksanaan moving class seharusnya bisa diperhitungkan oleh pihak penyelenggara kebijakan. Model pembelajaran apapun jika tidak dikelola dengan baik dan optimal maka tidak akan terasa hasilnya. Maka dari itu dalam penerapan suatu model pembelajaran yang dilaksanakan pada satuan pendidikan semua elemen harus saling membantu untuk tercapainya hasil dan tujuan yang diingnkan. Untuk itu dalam penerapan dan pelakasanaan model pembelajaran semua komponen harus diperhitungkan baik itu, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.
B. Sumber Belajar Moving Class 1. Pengertian Sumber Belajar
hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar saja, namun juga dilihat dari proses pembelajaran yang berupa interaksi siswa dengan berbagai sumber belajar yang dapat memberikan rangsangan untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajari.14
Pada prinsipnya sumber belajar mencangkup orang, isi, pesan, media, alat, teknik, dan latar lingkungan yang mengandung informasi yang dirancang atau dimanfaaatkan untuk memfasilitasi seorang belajar sehingga memungkinkan peserta didik untuk belajar secara mandiri. Implmentasi pemanfaatan sumber belajar di dalam proses pembelajaran tercantum dalam kurikulum saat ini bahwa dalam proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan berbagai ragam sumber belajar. 15
Dari semua pendapat dan uraian dia atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan atau digunakan seseorang untuk memfasilitasi segala kegiatan belajar, baik itu secara terpisah maupun secara terkombinasi agar dapat mempermudah seseorang dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan.
Ditinjau dari segi pemanfaatannya sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
Sumber belajar by designed : sumber belajar yg dirancang atau sengaja dibuat dan didesain atau dipergunakan untuk membantu pembelajaran. Contoh : Modul, slide, audio pembelajaran,dll
Sumber belajar by utilization: sumber belajar yang dimanfaatkan, dipakai, dan dipergunakan tanpa dirancang dan telah ada di sekeliling kita.
Contoh : Pasar, museum, kebun binatang, dll
Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa, sumber belajar ada yang memang sengaja dirancang untuk kegiatan pembelajaran dan tanpa dirancang
14
Wina sanjaya, Perencanaan dan desain sitem pembelajaran, cetakan pertama, Jakarta:Kencana prenada media grup, 2008 Hal. 228
15
telah tersedia dilingkungan sekitar kita. Sumber belajar merupakan hal yang penting untuk mendukug proses kegiatan pembelajaran.
2. Jenis – jenis sumber belajar
Sumber belajar sendiri memiliki banyak Jenisnya. Pada uraian pengertian sumber belajar diatas sumber belajar dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu, sumber belajar yang sengaja dirancang dan sumber belajar yang dimanfaatkan. Menurut AECT (Association for Educational Communication and
technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam
proses belajar, yaitu ;
a. Pesan (message)
Pesan merupakan sumber belajar yang meliputi pesan formal, yaitu pesan yang dikeluarkan oleh lembaga resmi seperti pemerintahan atau pesan yang disampaikan guru pada proses pembelajaran. Pesan – pesan ini selain disampaikan secara lisan juga dibuat dalam bentuk dokumen, seperti kurikulum, peraturan pemerintah, perundangan, GBPP, silabus, satuan pelajaran, dan sebagainya. Pesan non formal yaitu pesan yang ada dilingkungan masyarakat luas yang digunakan sebagai nbahan pembelajaran, misalnya cerita rakyat, legenda, ceramah oleh tokoh masyarakat dan ulama, prasasti, relief- relief pada candi, kitab – kitab kuno dan peningggalan sejarah lainnya. 16
Dari uraian tersebut jenis pesan yang dapat dijadikan sumber belajar dapat kita kategorikan menjadi dua yaitu, pesan formal dan pesan non formal. Pesan formal sendiri ialah pesan yang disampaikan secara langsung dapat kita temukan pada proses pembelajaran, baik itu berbentuk lisan atau tuisan.
Sedangkan pesan non formal ialah pesan yang bisa digali dan dikaji oleh siswa secara luas, karena pesan ini banyak tersedia disekitar lingkungannya. Tugas guru adalah bagaimana mengerahkan siswa agar dapat menemukan pesan non formal yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
16
b. Orang (people)
Semua orang pada dasarnya dapat berperan sebagai sumber belajar, namun secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok yang didesain khusus sebagai sumber belajar yang utama yang dididik secara professional untuk mengajar, seperti guru, konselor, dan instruktur. Termasuk kepala sekolah, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar dan lain – lain. Kelompok kedua adalah orang yang memiliki profesi selain tenaga yang berada di lingkungan pendidikan dan profesinya tidak terbatas. Misalnya politisi, tenaga kesehatan, pertanian, arsitek, psikolog, lawyer, polisi, pengusaha dan lain – lain. 17
Makna singkat dari sumber belajar ialah semua hal yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar. Dan menurut uraian diatas tentang kategori orang yang bisa dijadikan sumber belajar kita dapat menyimpulkan, bahwa kategori orang yang dapat dijadikan sumber belajar bukan hanya terbatas pada lingkugan sekolah saja. Pendapat mengenai orang yang bisa dijadikan sumber belajar hanya guru merupakan sebuah kesalahan. Karena orang yang bisa menjadi sumber belajar ialah bukan hanya guru saja, tetapi semua orang bisa menjadi sumber belajar.
c. Bahan (Matterials)
Bahan merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT
(Over Head Transparency), program slide, alat peraga dan sebagainya (biasanya
disebut software).
Maksud dari bahan pada uraian diatas ialah, semua bahan yang bisa dijadikan sebagai sumber belajar. Bahan yang dimaksud disini ialah semua media yang bisa digunakan sebagai sumber belajar. Konsep mengenai sumber belajar sendiri seharusnya mempunyai arti yang luas dan tak terbatas. Karena hakikatnya sumber belajar itu bisa dicari, digali dan dikaji dari semua aspek yang ada.
17
d. Alat (Device)
Alat yang dimaksud adalah benda – benda yang berbentuk fisik sering disebut juga perangkat keras (hardware). Alat ini berfungsi untuk menyajikan bahan – bahan pada butir 3 diatas. Di dalamnya mencakup multimedia projector,
slide projector, OHP, film tape recorder, opaqe projector, dan sebagainya. 18
e. Teknik (technique)
Teknik yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam memberikan pelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya mencakup ceramah, permainan / simulasi, Tanya jawab, sosio drama (role play) dan sebagainya. 19
Berbicara mengenai teknik, tak ubahnya kita berbicara mengenai metode pembelajaran. Teknik sendiri merupakan cara seorang guru dalam menyampaikan pelajarannya. Berbeda mata pelajarannya, berbeda juga cara seorang guru dalam menggunakan metode pembelajarannya. Dan untuk teknik sendiri seharusnya guru bisa menggunakan metode yang bervariasi agar pembelajarannya berlangsung lebih menarik. Dan teknik sendiri termasuk sebagai salah satu sumber belajar, dan bisa menjadi rangsangan bagi siswa untuk menambah rasa ketertarikan pada pelajaran yang disampaikan oleh guru.
F. Latar (setting)
Latar atau lingkungan yag berada di dalam sekolah maupun lingkungan yang berada di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak secara khusus disiapkan untuk pembelajaran ; termasuk di dalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, tempat
workshop, halaman sekolah, kebun sekolah dan lainnya. 20
18
Ibid., hal. 229
19
Ibid., hal. 230
20
Semua yang ada lingkungan baik yang berada di dalam sekolah ataupun yang berada diluar lingkungan sekolah dapat diajadikan sumber belajar. Jika di ruang lingkup sekolah, lingkungan memang sengaja dirancang dengan sedeimikian rupa untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Tetapi di lingkungan luar sekolah, untuk menemukan sumber belajar siswa harus jeli melihat latar yang bisa menjadi sumber belajar.
3. Tujuan dan fungsi sumber belajar a. Tujuan sumber belajar
Sumber belajar berkaitan erat dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar meliputi lingkungan fisik, bahan dan alat yang digunakan, personal, petugas perpustakaan, ahli media dan semua orang yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar. 21
Proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi, dimana guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa penerima pesan. Pesan yang dikirimkan oleh guru berupa pesan isi/materi pelajaran yang dituangkan kedalam simbol – simbol komunikasi baik verbal (kata- kata & tulisan) maupun non verbal, proses ini dinamakan encoding.22
Menurut Edgar dale, pengetahuan siswa akan semakin abstrak apabila hanya disampaikan malalui bahasa verbal. Hal ini memungkinkan tejadinya verbalisme, artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti tanpa makna yang terkandung dalam kata tersebut. 23
Dari pendapat Edgar dale, kita dapat menyimpulkan bahwa tujuan dan manfaat dari sumber belajar ialah untuk lebih menghidupkan suasana belajar.
21
Muhammad Rohman & Sofan Amri, Strategi dan desain pengembangan sistem pembelajaran, Jakarta ; Pustaka raya, 2013. Hal. 179
22
Wina sanjaya, perencanaan dan desain sitem pembelajaran, cetakan pertama, Jakarta:Kencana prenada media grup, 2008, Hal. 205
23
Manfaat lain yang di dapat dari sumber belajar adalah agar siswa lebih dapat memahami pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Penggunaan sumber belajar yang tepat tentunya menambah ketertarikan siswa pada materi pelajaran yang disampaikan.
Perananan sumber belajar sendiri dapat memberikan pengalaman langsung bagi siswa dalam proses pembelajarannya. Sebagai contoh peranana media dan sumber belajar sangat diperlukan siswa pada mata pelajaran tertentu. Contohnya, ketika siswa yang ingin mengetahui tentang kehidupan di dasar laut tidak akan mengerti jika hanya disampaikan secara lisan, jika guru menampilkan media dan sumber belajar yang sesuai, maka baru siswa akan mengerti tentang kehidupan dasar laut. maka dari itu peranan media pembelajaran sangat diperlukan dalam suatu kegiatan belajar mengajar.
b. Fungsi sumber belajar
Manfaat dan tujuan dari pengelolaan sumber belajar untuk efektivitas dan efisiensi kegiatan proses mengajar melalui pengembangan sistem intruksional. fungsi dari sumber belajar itu adalah untuk menghindari proses belajar yang verbal dan hanya satu arah saja. Melalui sumber belajar pembelajaran yang bersifat abstrak bisa menjadi lebih konkret dengan menggunakan media. Menurut akhmad sudrajat sumber belajar memiliki macam – macam fungsi, diantara fungsi sumber belajar sebagai berikut ;
1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran.
2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual. 3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran.
6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.24
Dari paparan poin – poin diatas dapat disimpulkan bahwa, fungsi dari sumber belajar ialah untuk membuat proses pembelajaran berjalan lebih efektif. Dari poin – poin diatas kita dapat mengkaji lebih dalam tentang fungsi dari sumber belajar.
Dari point pertama dapat kita jabarkan bahwa fungsi dari sumber belajar adalah mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah. kesimpulan yang penulis ambil bahwa kegunaan sumber belajar ialah untuk membantu guru dalam proses pembelajarannya, sehingga pelajaran yang tadinya dianggap membosankan bisa dapat lebih hidup dengan adanya bantuan dari sumber belajar.
Pada point kedua tentang kegunaan sumber belajar dijelaskan bahwa sumber belajar memberikan pembelajaran yang sifatnya lebih individual. Artinya kegunaan sumber belajar disini ialah mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya. Peranan sumber belajar pada poin kedua ialah memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar secara mandiri, dan guru sendiri hanya bertugas mengarahkan siswanya dalam proses pembelajaran.
Poin ketiga menjelaskan bahwa sumber belajar memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap proses pembelajaran. perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis dan pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian. Fungi dari sumber belajar yang dapat kita ambil pada poin ketiga ialah, sumber belajar membantu guru untuk melakukan pemetaan pada proses pembelajaran. Pemetaan dapat membantu guru dalam melakukan langkah – langkah pada proses pembelajarannya.
24
Akhmad sudrajat, Konsep Sumber belajar,
Fungsi yang disebutkan pada poin nomor empat, bahwa sumber belajar lebih memantapkan pembelajaran. Maksud dari memantapkan pembelajaran, penyajian informasi dan bahan bisa ditampilkan secara lebih kongkrit. Sumber belajar dapat menjadikan pembelajaran lebih mudah dimengerti oleh siswa. Hal ini tentunya untuk menghindari salah pegertian makna dari pelajaran yang disampaikan oleh guru kepada siswa.
Penjelasan dari poin kelima bahwa sumber belajar dapat mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit. Kemdian sumber belajar juga memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung. Fungsi sumber belajar pada poin kelima sama dengan poin keempat yang intinya untuk dapat menghindari salah pengertian dalam proses penyampaian pembelajaran oleh guru. Maka dari itu guru seharusnya dapat menciptakan dan mengarahkan siswa pada sumber belajar yang tepat guna mendukung kegiatan belajar – mengajar.
Dan yang terakhir tentang penjelasan mengenai fungsi sumber belajar, bahwa sumber belajar seharusnya menampilkan dan menyajikan informasi yang lebih luas kepada siswa. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi pada saat ini untuk menyajikan informasi yang luas, tentu bukan hal yang sulit.
Fungsi – fungsi di atas sekaligus menggambarkan dan menjelaskan tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa.
4. Pemilihan sumber belajar
disekitar lingkungan sekolah. Tidak terpaku pada satu jenis sumber belajar bisa ialah sesuatu media dan perlengkapan yang dirancag untuk mendukung kegiatan pembelajaran.
Menurut Akhmad sudrajat, Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut 25:
a) ekonomis: Tidak harus terpatok pada harga yang mahal
Pengadaan sumber belajar sendiri hendaknya menganut asas ekonomis, bahwa sumber belajar yang baik tidak harus mahal, hal ini bisa disiasati dengan memanfaatkan sumber yang tersedia disekitar lingkungan sekolah. b) praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka.
Sumber belajar harusnya bersifat praktis. Kriteria praktis disini menunjukan bahwa sumber belajar yang akan digunakan bisa ditemukan dimana saja, dapat mudah dimengerti baik poleh siswa ataupun guru dan sumber belajar yang digunakan tidak memerlukan tempat yang besar.
c) mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita.
Kriteria mudah pada pengadaan sumber belajar mempunyai arti bahwa pengadaan sumber belajar tersebut bersifat mudah, baik itu untuk pengadaan atapun untuk ditemukan dilingkungan sekitar.
d) fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional. Pemanfaatan sumber belajar yang bersifat fleksibel bisa digunakan untuk berbagai macam kegiatan
e) sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.
Dari semua kriteria untuk pemiilihan sumber belajar. hendaknya dalam pemilihan sumber belajar harus mempertimbangkan kriteria bahwa sumber belajar bisa dengan memanfaatkan semua yang telah tersedia dilingkungan sekolah ataupun diluar lingkungan sekolah. Dan dalam pengadaan sumber belajar tersebut
25
Akhmad sudrajat, Konsep Sumber belajar,