• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PLGI PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PLGI PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PLGI PADA MATERI LARUTAN

ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN

Oleh ELIA RAHMAH

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model PLGI dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan pada materi pokok larutan elektrolit non-elektrolit. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN 2 Tanjung Karang Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014. Sampel penelitian diambil menggunakan teknik purposive sampling dan diperoleh kelas X3 dan X8. Penelitian ini menggunakan metode kuasi

eksperimen dengan Non Equivalent (Pretest and Posttest) Control Group Design. Efektivitas pembelajaran PLGI diukur berdasarkan perbedaan n-Gain yang signifikan.

Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata n-Gain keterampilan

meng-komunikasikan untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,40 dan 0,57 dan rata-rata n-Gain keterampilan menyimpulkan untuk kelas kontrol dan

(2)

Elia Rahmah

PLGI efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan pada materi larutan elektrolit non-elektrolit.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 13 Juni 1990, anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Muhammad Fauzi dan Ibu Silsilawati.

Pendidikan formal diawali pada tahun 1995 di Taman Kanak-Kanak (TK) AL-Muhajirin Panjang diselesaikan tahun 1996. Tahun 1996 diterima di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Panjang diselesaikan tahun 2002. Pada tahun yang sama masuk di MTs Negeri 1 Tanjung Karang diselesaikan pada tahun 2005, dan pada tahun yang sama melanjutkan ke MAN 1 (MAN Model) Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2008. Tahun 2008 diterima di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk Mandiri.

(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang

telah memberikan kekuatan serta hidayah-Nya sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan. Dengan kerendahan hati ku persembahkan

tulisan ini kepada:

Teristimewa Ayah dan Ibu tercinta, yang selalu tak henti-hentinya

mendoakanku. Terimakasih atas support, kasih sayang dan materi

serta harapan atas keberhasilan studiku.

Kakak-

kakak ku tersayang…

Terimakasih atas semangat dan dukungan yang telah diberikan.

Teman-teman seperjuangan Pendidikan Kimia 2008 terimakasih

atas kebersamaan, motivasi, dukungan, dan

do’a

dalam menyelesaikan

masa studyku

(9)

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

.

(QS.AL Insyirah : 6)

Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat. Tidak ada yang

dapat menggantikan kerja keras. Keberuntungan adalah

sesuatu yang terjadi ketika kesempatan bertemu dengan

kesiapan.

(10)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis haturkan sebesarnya kepada Allah SWT yang telah me-limpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model PLGI Pada Materi Larutan Elektrolit-Nonelektrolit Dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Menyimpul-kan.

Sepenuhnya disadari bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis terbatas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia. 4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

Pembimbing I, atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, waktu, saran, dan kritik di sela-sela kesibukkannya, dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S, selaku Pembimbing II atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses

(11)

ii 6. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si, selaku Penguji Bukan Pembimbing atas

waktu, kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Pendidikan Kimia dan Staf Administrasi P.MIPA Unila. 8. Bapak Drs.M.Iqbal selaku kepala MAN 2 Tanjung Karang Bandar Lampung,

atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian. Dan ibu Dra.Rita Indrayati selaku guru mitra atas kerja sama dan bimbingannya.

9. Sahabatku Amelia terimakasih atas dukungan, doa, dan semangat yang diberikan. 10. Teman-teman di Program Studi Pendidikan Kimia angkatan 2008 mandiri,

kakak, dan adik tingkat, serta semua pihak yang tidak dapat ditulis satu persatu, atas dukungan, bantuan, kerjasama, dan semangat yang telah kalian berikan.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan rujukan penelitian, dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekeliruan, sumbangsih dan masukan pembaca menjadi permintaan penulis untuk karya selanjutnya

Bandar Lampung, Juni 2014 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ...

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pembelajaran Kontruktivisme ... 7

B. Model Pembelajaran Peer Led Guide Inquiry ... 9

C. Keterampilan Proses Sains ... 12

D. Keterampilan Mengkomunikasikan………... 15

E. Keterampilan Menyimpulkan……… 17

F. Kerangka Berpikir ... 18

G. Anggapan Dasar ... 20

(13)

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 21

A. Populasi dan Sampel ... 21

B. Variabel penelitian ... 22

C. Data Penelitian ... 22

D. Metode dan Desain Penelitian ... 22

E. Instrumen Penelitian dan Validitas ... 23

F. Pelaksanaan Penelitian ... 23

G. Teknik Analisis Data ... 25

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

(14)
(15)

v DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahap pembelajaran PLGI……… 11

2. Indikator keterampilan proses sains ... 14

2. Desain penelitian ... 22

3. Data rata-rata nilai pretes, postes, dan n-Gain keterampilan mengkomuni- kasikan dan menyimpulkan pada kelas ekesperimen dan kontrol ... 30

4. Uji normalitas keterampilan mengkomunikasikan ... 31

5. Uji normalitas keterampilan menyimpulkan ... 31

6. Uji homogenitas keterampilan mengkomunikasikan ... 32

7. Uji homogenitas keterampilan menyimpulkan ... 32

9. Uji hipotesis (Uji-t) keterampilan mengkomunikasikan ... 33

(16)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (sains) yang mempel-ajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia itu sendiri berasal dari eksperimen dengan proses metode ilmiah atau lebih dikenal dengan proses sains. Proses tersebut meliputi pengamatan (observasi), menyimpulkan (inferensi), mengelompokkan (klasifi-kasi), menafsirkan (interpretasi), meramalkan (prediksi), dan mengkomunikasi-kan. Oleh sebab itu, dalam mempelajari ilmu kimia tidak hanya mempelajari isi atau kontennya saja, tetapi juga prosesnya yang jauh lebih penting. Hal ini sesuai dengan tujuan penting mata pelajaran kimia di SMA berdasarkan Tim Penyusun (2006) yakni agar peserta didik menguasai konsep, prinsip, hukum dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk memecahkan masalah dalam ke-hidupan sehari-hari dan teknologi. Proses sains ini menjadi keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa dalam mempelajari ilmu kimia dan keterampilan ini lebih dikenal dengan Keterampilan Proses Sains (KPS).

(18)

2

dengan suatu keterampilan berpikir dan ber-tindak melalui sains untuk me-nyelesaikan masalah serta menjelaskan fenomena-fenomena yang ada dalam ke-hidupannya sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran kimia perlu memperhati-kan karakteristik ilmu kimia sebagai proses, produk, dan sikap.

Faktanya, pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemukan masalah dalam ke-hidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Akibatnya pem-belajaran kimia menjadi kehilangan daya tariknya dan muncul kejenuhan siswa dalam belajar sains. Hal ini diperkuat oleh hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia di MAN 2 Tanjung Karang Bandar Lampung, pembelajaran kimia dominan menggunakan metode ceramah, eksperimen dilakukan hanya untuk membuktikan teori kimia yang sudah diberikan. LKS yang digunakan tidak mem-bimbing siswa menemukan konsep, sehingga KPS tidak dilatihkan dalam me-mecahkan masalah secara ilmiah, mengemukakan hipotesis, merencanakan suatu eksperimen untuk menguji hipotesis, dan mengambil suatu kesimpulan dari se-kumpulan data yang diperoleh siswa dari pelajaran kimia tersebut. Siswa hanya mencatat dan menghafal materi sehingga, proses pembelajaran cenderung pasif dan siswa sulit untuk memahami materi kimia.

Kegiatan pembelajaran tersebut tidak sejalan dengan proses pembelajaran yang

seharusnya diterapkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang

dalam proses pembelajarannya menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran,

sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator. KTSP

(19)

3

setelah proses pembelajaran. Oleh karena itu, menjadi tugas bagi guru untuk

men-cari strategi alternatif dalam pembelajaran kimia baik di dalam maupun di luar

kelas guna menjembatani siswa dengan konsep dan lingkungan sekitarnya agar

siswa lebih mudah memahami dan pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih

bermakna bagi siswa.

Berdasarkan Kurikulum KTSP, siswa harus menguasai standar kompetensi pada setiap jenjang pendidikannya dan standar kompetensi ini dijabarkan dalam bentuk Kompetensi Dasar (KD). Salah satu KD yang harus dicapai siswa kelas X semes-ter genap adalah mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit-nonelektrolit ber-dasarkan data hasil percobaan. Pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit, siswa diajak untuk mengamati fenomena yg terjadi dalam kehidupan sehari-hari me-ngenai larutan elektrolit-nonelektrolit. Misalnya, pada kegiatan nelayan me-mancing ikan disungai dengan menggunakan alat setrum listrik yang menyebab-kan imenyebab-kan mati, ketika tersengat kabel beraliran arus listrik dan penggunaan aki dalam kendaraan bermotor. Namun yang terjadi selama ini siswa mengandalkan seluruh informasi dari guru, sehingga siswa mengalami kesulitan untuk meng-hubungkannya dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar, dan tidak

merasa-kan manfaat dari pembelajaran larutan elektrolit-nonelektrolit, sehingga

ke-terampilan proses sains siswa rendah.

(20)

4

yang meliputi langkah-langkah yaitu merumuskan masalah/pertanyaan oleh guru, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat suatu kesimpulan. Pembelajaran PLGI merupakan pembelajaran kelompok yang di dalam kelompoknya terdapat tutor sebaya yang dapat bertindak sebagai motivator bagi siswa lainnya, sehingga peran guru sebagai motivator dapat ter-bantu. Selain itu, dalam kerja kelompok siswa melakukan kerja sama dalam bel-ajar, perasaan yang timbul untuk mempertahankan nama baik kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam melakukan kegiatan belajar dengan baik.

Hal ini diperkuat dengan dengan hasil penelitian yang mengkaji tentang Pengaruh Penerapan Tutor Sebaya Pada Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Subkonsep Sistem Pernapasan Hewan (Widya Yustika, 2011) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Tutor Sebaya Pada Inkuiri Terbimbing dapat membuat siswa lebih aktif dan termotivasi untuk merumuskan, menyimpulkan konsep-konsep pelajaran, serta memudahkan siswa memahami konsep dan sedikit demi sedikit siswa bisa menghubungkan konsep dari penjelasan yang diberikan oleh tutor sebaya.

Model PLGI diharapkan menjadi salah satu model yang dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan keterampilan mengkomuni-kasikan dan menyimpulkan pada siswa. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa tersebut, khususnya pada materi pokok larutan elektrolit-nonelektrolit.

(21)

5

Elektrolit-Nonelektrolit dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Menyimpulkan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

Bagaimana model pembelajaran PLGI pada materi larutan elektrolit-non

elektrolit efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan

menyimpulkan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:

Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran PLGI pada materi larutan

elektrolit-nonelektrolit dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan

dan menyimpulkan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat antara lain:

1. Dengan penerapan model PLGIpada pembelajaran kimia materi larutan

pokok larutan elektrolit dan non elektrolit, siswa lebih mudah memahami

materi pelajaran kimia dan melatih keterampilan mengkomunikasikan dan

(22)

6

2. Memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi guru dalam hal

pemi-lihan model pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan proses sains

khusunya keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan.

3. Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan

mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Model Pembelajaran PLGI dikatakan efektif apabila secara statistik

keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ada perbedaan n-Gain yang signifikan.

2. Pembelajaran PLGI (Peer Led Guided Inquiry) merupakan proses pembelajar-an terbimbing ypembelajar-ang terdiri dari kelompok-kelompok kecil dengpembelajar-an dipimpin oleh tutor sebaya. Langkah-langkah pembelajaran ini yaitu; mengajukan permasalahan, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

3. Keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan merupakan bagian dari Keterampilan Proses Sains (KPS).

4. Indikator keterampilan mengkomunikasikan yang diukur adalah siswa mampu memberikan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dalam bentuk tabel, membaca tabel, dan menjelaskan hasil percobaan.

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadi-nya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu. Ber-dasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih mening-katkan perolehan siswa sebagai hasil belajar. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus me-nemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek infor-masi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) sebagai berikut:

1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus,

2. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pe-ngembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri,

3. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya,

(24)

8

Menurut Slavin dalam Trianto (2010) mengemukakan :

Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus

menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, me-nemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Secara sederhana konstruktivisme merupakan konstruksi dari kita yang menge- tahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, me-lainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti ha-kikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu (Suparno, 1997).

(25)

9

Dalam kaitannya dengan pandangan kontruktivisme Suparno (1997) menyatakan bahwa secara garis besar prinsip dasar kontruktivisme adalah

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial.

2. Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa sendiri untuk bernalar.

3. Siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi

perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah.

4. Guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.

B. Pembelajaran Peer Led Guided Inquiry (PLGI)

Sund dan Trowbridge dalam Dewi (2010) mengungkapan beberapa macam model inkuiri yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu:

1. Guided Inquiry

Guided Inquiry atau pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pem-belajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mem-punyai intelejensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai intelejensi tinggi tidak memonopoli kegiatan.

2. Modified Inquiry

(26)

10

permasalahan tersebut melalui pengamatan, percobaan, atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban. Selain itu , guru merupakan nara sumber yang tugasnya hanya memberikan bantuan yang diperlukan untuk menghindari kegagalan dalam memecahkan masalah.

3. Free Inquiry

Pada model ini siswa harus mengidentifikasikan dan merumuskan macam masalah yang dipelajari dan dipecahkan. Jenis model inkuiri ini lebih bebas daripada kedua jenis inkuiri sebelumnya.

Salah satu jenis pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran Peer Led Guided Inquiry (PLGI) merupakan proses pembelajaran yang menciptakan interaksi antara siswa dalam kelompok-kelompok kecil dengan pemimpin rekan (tutor sebaya) bertindak sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran penemuan ter-bimbing dengan tutor sebaya, peran siswa cukup besar karena pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi pada siswa. Pada pembelajaran PLGI kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang siswa dengan anggota kelompok yang heterogen di-latih untuk berinkuiri yang dipimpin oleh pemimpin rekan (Lewis, 2005).

Karakteristik pembelajaran PLGI ( Dewi, 2010) antara lain :

1. Terdiri dari 3-6 orang siswa dengan kelompok yang heterogen

2. Pemimpin rekan (tutor sebaya) sudah diajarkan terlebih dahulu tentang materi kimia di luar jam pelajaran.

3. Pemimpin rekan (tutor sebaya), seorang siswa yang diambil dari kelompok ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami materi, serta menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan materi tersebut. 4. Pada pembelajaran penemuan terbimbing peran tutor sebaya cukup

(27)

11

Karplus dalam Lewis (2005) mengemukakan bahwa peran pemimpin (tutor se-baya) bukan untuk memperkenalkan materi baru, tetapi untuk mengetahui pe-mahaman materi dari konsep yang baru di dalam kelompoknya dan mengembang-kan konsep-konsep baru yang didapat siswa melalui kegiatan-kegiatan dalam kelompok. Setiap kelompok pada pembelajaran PLGI terdapat pemimpin rekan yang akan menjelaskan apa yang telah dipelajarinya kepada anggota kelompok. Jika siswa belum mengerti atau memahami konsep, maka tutor sebaya akan mengulangi menjelaskan kepada anggota kelompoknya dengan sabar sampai me-mahami dengan baik.

Pada pembelajaran PLGI ini siswa lebih bebas untuk bertanya kepada temannya, sebab biasanya siswa enggan bertanya kepada guru apabila ia mengalami kesukar-an dalam memahami suatu permasalahkesukar-an. Dengkesukar-an pembelajarkesukar-an penemukesukar-an ter-bimbing ini, tutor sebaya dan siswa dihadapkan kepada situasi dimana siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan, guru sebagai petunjuk jalan dan membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep dan keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan yang baru.

Tahapan pembelajaran PLGI dikemukakan oleh Gulo dalam Trianto (2010) dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Tahap pembelajaran PLGI

No Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Mengajukan pertanyaan atau perma-salahan

Guru membagikan LKS dan membimbing siswa

mengidentifikasi suatu permasalahan

(28)

12

Lanjutan Tabel 1 2. Membuat

hipotesis

Guru memberikan

kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dalam membuat mana yang menjadi prioritas penyelidikan

Siswa bersama tutor sebaya memberikan pen-dapat dan

Siswa bersama tutor sebaya melakukan percobaan pada tiap siswa untuk menyampaikan hasil analisis data yang terkumpul.

Siswa bersama tutor sebaya mengumpulkan dan

menganalisis data serta menyampaikan hasil peng-olahan data yang terkumpul 5. Membuat

kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

Siswa membuat kesimpulan

Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk memperkaya pengalaman siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang dikerjakan secara kelompok. Hal yang me-nonjol pada pembelajaran ini adalah adanya kerja sama dalam kelompok untuk mempelajari atau memahami suatu materi serta memastikan bahwa setiap anggota kelompok menguasai tugas yang sama diterimanya. Selain itu, mendorong siswa saling membantu berinkuiri dalam kelompoknya.

C. Keterampilan Proses Sains

Menurut Hariwibowo, dkk. (2009) mengemukakan:

(29)

13

Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan.

Untuk dapat memahami hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan

Keterampilan Proses Sains (KPS). Dalam pembelajaran IPA, aspek proses perlu di-tekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsung-nya proses sains. KPS terdiri dari beberapa ke-terampilan yang satu sama lain berkaitan dan sebagai prasyarat. Namun pada se-tiap jenis keterampilan proses ada penekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan (Hartono dalam Fitriani, 2009).

Penerapan keterampilan proses sains merupakan salah satu upaya yang penting untuk memperoleh keberhasilan belajar yang optimal. Materi pelajaran akan lebih mudah dikuasai dan dihayati oleh siswa bila siswa sendiri mengalami peristiwa belajar tersebut. Menurut Usman dan Setiawati (2001) proses ini adalah :

a) Memberikan motivasi belajar kepada siswa karena dalam keterampilan proses ini siswa dipacu untuk senantiasa berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

b) Untuk lebih memperdalam konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajari siswa karena hakikatnya siswa sendirilah yang mencari fakta dan menemu-kan konsep tersebut

c) Untuk mengembangkan pengetahuan teori dengan kenyataan hidup di-masyarakat sehingga antara teori dengan kenyataan hidup akan serasi. d) Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di

dalam masyarakat sebab siswa telah dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah

(30)

14

(basic skill) dan keterampilan terintegrasi (integarted skill) antara lain: 1. Keterampilan proses dasar terdiri atas enam keterampilan yakni mengamati,

mengklasifikasikan, memprediksi, mengukur, mengkomunikasikan dan me-nyimpulkan.

Tabel 2 Indikator keterampilan proses sains dasar

Keterampilan Dasar Indikator

Mengamati Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, peraba) untuk meng-amati, mengidentifikasi suatu hasil dari pengamatan. Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mengontraskan

ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan

menentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek. Memprediksi Mampu mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang

belum terjadi berdasarkan fakta dan yang menunjukkan suatu, misalkan memprediksi kecenderungan atau pola yang sudah ada menggunakan grafik untuk

menginterpolasi dan mengekstrapolasi dugaan. Mengukur Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk

menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat dan lain-lain. Dan mampu mendemontrasikan perubahan suatu satuan pengukuran ke satuan pengukuran lain.

Mengkomunikasikan Memberikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik/ tabel/ diagram, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis, menjelaskan hasil percobaan atau penelitian, membaca grafik/ tabel/ diagram, mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa.

Menyimpulkan Mampu menjelaskan hasil pengamatan, menyimpulkan dari fakta yang terbatas.

(31)

15

Semiawan (1992) berpendapat bahwa terdapat empat alasan mengapa penerapan keterampilan proses sains diterapkan dalam proses belajar mengajar sehari-hari, yaitu:

1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa

2. Adanya kecenderungan bahwa siswa lebih memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh yang konkret 3. Penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak

bersifat mutlak 100 %, tapi bersifat relatif.

4. Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

Berdasarkan materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu larutan elektrolit dan non elektrolit, KPS yang diukur yaitu keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan. Siswa diharapkan dapat lebih mudah dalam mengkomunikasikan masalah-masalah yang muncul pada materi tersebut dan mampu menyimpulkan suatu hasil pengamatan berdasarkan fakta yang terbatas dalam kehidupan sehari-hari serta pendapat-pendapat yang perlu disampaikan.

D. Keterampilan Mengkomunikasikan

(32)

16

suatu masalah atau hasil pengamatan, membuat laporan, membaca peta, dan kegiatan lain yang sejenis.

Menurut Citrobroto (1979) berdasarkan cara penyampaiannya komunikasi dibagi menjadi dua yaitu komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Arifin (2000), mengkomunikasikan sering disampaikan dalam bentuk lisan atau rekaman. Komunikasi lisan pada saat pem-belajaran praktikum dapat terjadi pada saat diskusi kelompok ataupun kelas, se-dangkan komunikasi tulisan dapat dilakukan pada saat membuat tabel pengamatan atau laporan praktikum. Adanya kegiatan dalam kelompok dapat mempermudah suatu pekerjaan atau malah menghambat pekerjaan tersebut bila tidak terdapat kerja sama dan komunikasi yang baik diantara anggota kelompok.

(33)

17

E. Keterampilan Menyimpulkan

Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui. Kemampuan menyimpulkan merupakan aspek penting dari keteram-pilan proses sains yang perlu dilatihkan dalam pembelajaran kimia disekolah, karena keterampilan ini menuju pada pembuatan kesimpulan mengenai hasil ob-servasi yang didasarkan atas pengetahuan awal siswa (Indrawati, 1999). Tidak seperti pengamatan yang buktinya langsung terkumpul di sekitar obyek, kesimpul-an adalah penjelaskesimpul-an atau tafsirkesimpul-an (interpretasi) ykesimpul-ang dibuat berdasarkkesimpul-an peng-amatan. Ketika siswa mampu membuat kesimpulan, menafsirkan dan menjelas-kan peristiwa-peristiwa di sekitar mereka, siswa memiliki apresiasi yang lebih baik terhadap lingkungan di sekitar mereka. Para ilmuwan mengemukakan hipotesis tentang mengapa suatu peristiwa dapat terjadi, didasarkan pada ke-simpulannya tentang hasil penyelidikan (investigasi). Siswa perlu diajarkan bagaimana membedakan antara pengamatan dan kesimpulan. Mereka harus mampu membedakan dengan bukti yang mereka kumpulkan mengenai alam antara pengamatan dengan tafsiran mereka berdasarkan pengamatan atau ke-simpulan.

Guru dapat membantu siswa membuat perbedaan ini dengan terlebih dahulu men-dorong mereka untuk mendeskripsikan pengamatan mereka menjadi rinci.

(34)

18

untuk mengkaitkan kesimpulan apa yang telah diamati dengan apa yang sudah di-ketahui dari pengalaman sebelumnya.

Seringkali kesimpulan yang berbeda dapat dibuat berdasarkan pengamatan yang sama. Kesimpulan kita juga bisa berubah seiring dengan hasil pengamatan tambahan. Pada umumnya siswa lebih percaya diri tentang kesimpulan siswa ketika pengamatan yang diperoleh cocok dengan pengalaman masa lalu. Siswa juga lebih percaya diri tentang kesimpulan saat mengumpulkan lebih banyak bukti pendukung. Ketika siswa mencoba untuk membuat kesimpulan, mereka sering harus kembali dan membuat pengamatan tambahan agar menjadi lebih percaya diri dalam mengambil kesimpulan. Kadang-kadang membuat pengamatan

tambahan akan memperkuat kesimpulan, tapi kadang-kadang informasi tambahan akan menyebabkan kita untuk memodifikasi atau bahkan menolak kesimpulan sebelumnya. Dalam ilmu pengetahuan, kesimpulan tentang bagaimana segala sesuatu bekerja secara terus menerus dibangun, diubah, dan bahkan ditolak ber-dasarkan pengamatan baru.

F. Kerangka Pemikiran

(35)

19

suatu fenomena yang terjadi dikehidupan sehari-hari sebagai bentuk permasalah-an, kemudian siswa diminta untuk mendiskusikan permasalahan yang telah di berikan oleh guru. Tahap kedua siswa bersama tutor sebaya diberikan kesempatan untuk menuliskan hipotesis atau jawaban sementara dari hasil diskusi kelompok. Dalam kegiatan ini siswa akan menemukan penyelesaian dari permasalahan yang telah diberikan guru bersama tutor sebaya. Kemudian tahap ketiga, guru mem-bimbing siswa untuk mengumpulkan data yang dapat diperoleh dari melakukan percobaan atau telaah literatur.

Pada tahap empat adalah menganalisis data, tahap ini tutor sebaya yang sudah di bekali materi larutan elektrolit dan nonelektrolit di luar jam pelajaran, dapat men-jelaskan materi kepada siswa lain, siswa dalam kelompok mendengarkan penjelas-an dari tutor sebaya dengpenjelas-an mengacu pada LKS dpenjelas-an menjawab pertpenjelas-anyapenjelas-an-per- pertanyaan-per-tanyaan yang ada pada LKS, bila siswa tidak mengerti dapat bertanya langsung pada tutor sebaya. Siswa yang lain dilatih untuk memaparkan hasil pengamatan mereka serta menjelaskannya. Dalam kegiatan ini siswa diharapkan dapat mene-rapkan keterampilan mengkomunikasikan dengan memberikan atau meng-gambarkan data empiris hasil pengamatan dengan tabel, menjelaskan hasil per-cobaan, mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa. Ber-dasarkan keseluruhan kegiatan yang telah dilakukan maka akhirnya siswa dapat membuat kesimpulan berdasarkan proses yang dilakukan, sehingga dalam tahap menganalisis data ini siswa juga diharapkan dapat menerapkan keterampilan me-nyimpulkan.

(36)

20

pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit. Pada kelas eksperimen akan di-terapkan model pembelajaran PLGI, dan untuk kelas kontrol akan didi-terapkan pembelajaran konvensional. Pembelajaran PLGI memiliki lima tahapan, yaitu: (1) Mengajukan permasalahan ; (2) Membuat hipotesis; (3) Mengumpulkan data; (4) Menganalisis data; (5) Membuat kesimpulan.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dari penilitian ini adalah:

1. Siswa kelas X MAN 2 Tanjung Karang Bandar Lampung Tahun 2013-2014 yang menjadi sampel penelitian mempunyai kemampuan akademik yang sama.

2. Perbedaan keterampilan mengkomunikasikan dan keterampilan menyimpul-kan siswa kelas X semester genap MAN 2 Tanjung Karang Bandar Lampung pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit semata-mata karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.

H. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:

a. Model pembelajaran PLGI efektif dalam meningkatkan keterampilan meng-komunikasikan pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit.

(37)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah semua siswa kelas X MAN 2 Tanjung Karang Bandar Lampung tahun pelajaran 2013-2014 yang berjumlah sebanyak 303 siswa dan tersebar dalam delapan kelas. Pembagian siswa pada tiap kelas dilakukan se-cara heterogen, sehingga proporsi jumlah siswa yang memiliki kemampuan aka-demik yang tinggi, sedang maupun kurang dalam tiap kelasnya hampir sama antara salah satu kelas dengan kelas yang lainnya.

Teknik pemilihan sampel yang digunakan yaitu teknik purposive sampling (peng-ambilan sampel berdasarkan pertimbangan). Berdasarkan masukan guru bidang studi kimia yang memahami karakteristik populasi tersebut, dengan pertimbangan tingkat kognitif yang sama, maka diperoleh kelas X3 dan X8 sebagai sampel

pe-nelitian. Berdasarkan pengundian, kelas X8 sebagai kelas eksperimen yang

menggunakan model pembelajaran PLGI, sedangkan kelas X3 sebagai kelas

(38)

22

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Peer Led Guided Inquiry dan pembelajaran konvensional. b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan

mengkomunikasi-kan dan menyimpulmengkomunikasi-kan.

C. Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan pretes dan hasil tes setelah pembelajaran diterapkan postes siswa. Adapun data pendukung pe-nelitian yang diperlukan yaitu, data kinerja guru dan aktivitas belajar siswa.

D. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah Non equivalent control group design yaitu desain kuasi ekperimen dengan melihat perbedaan pretes maupun postes antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol (Sugiyono, 2002) yang ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas eksperimen O1 X O2

Kelas kontrol O1 - O2

Keterangan :

(39)

23

X: Pembelajaran kimia dengan menggunakan pembelajaran PLGI O2 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi postes

E. Instrumen Penelitian

Arikunto (2005) menyatakan bahwa instrumen penelitian merupakan fasilitas yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian atau pekerjaan agar lebih mudah dan mendapatkan hasil yang lebih baik, dalam arti cermat, leng-kap, sistematis sehingga lebih mudah dianalisis dan diolah.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah :

a. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

b. LKS kimia materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit yang meng-gunakan model PLGI sejumlah 3 LKS.

c. Soal pretes dan postes yang berjumlah 5 soal essay. d. Lembar observasi kinerja guru dan lembar aktivitas siswa,

F. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Observasi pendahuluan

a. Meminta izin melakukan penelitian ke kepala MAN 2 Tanjung Karang b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan

(40)

24

c. Menentukan dua kelas sebagai kelas sampel. 2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu :

a. Tahap persiapan, menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran, antara lain Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS), serta penyusunan kisi-kisi butir soal tes.

b. Tahap pelaksanaan penelitian.

Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut : 1) Melakukan pretes di kedua kelas;

2) Implementasi pembelajaran PLGI pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol;

3) Memberikan postes di kedua kelas

(41)

25

Secara umum alur penelitian dapat digambarkan melalui bagan berikut:

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah dan analisis data. Langkah-langkah analisis data sebagai berikut:

1. Mengubah skor menjadi nilai

Perhitungan nilai pretes atau postes menggunakan rumus sebagai berikut:

Mempersiapkan instrumen Menentukan Populasi

dan Sampel

Kelas Eksperimen Pretes Kelas Kontrol

Postes Pembelajaran

konvensional Pembelajaran Peer

Led Guided Inquiry

Analisis Data

Kesimpulan

(42)

26

2. Perhitungan n-Gain

Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran PLGI dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan, dilakukan perhitungan nilai gain ternormalisasi dengan menggunakan rumus n-Gain menurut Meltzer adalah sebagai berikut :

3. Uji hipotesis

a) Uji normalitas

Hipotesis untuk uji normalitas :

Ho = data penelitian berdistribusi normal H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal

Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok

nilaimaksimum-nilaipretes

(43)

27

sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk uji homogenitas dua varians ini, rumusan hipotesisnya adalah:

H0: σ12= σ22 Data n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians

homogen.

H1: σ12≠ σ22 Data n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians

yang tidak homogen. Keterangan:

varians skor kelompok I varians skor kelompok II

Untuk menguji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji kesamaan dua varians, dengan rumusan statistik:

Keterangan :

varians terbesar varians terkecil

Dengan kriteria : Pada taraf 0,05, terima Ho jika F hitung ≤ Ftabel . Ftabel = F ½

(1,2)

c) Uji perbedaan dua rata-rata

(44)

elektrolit-28

nonelektrolit mana yang lebih tinggi antara pembelajaran PLGI dengan pem-belajaran konvensional.

Hipotesis 1 (Keterampilan mengkomunikasikan)

Ho : µ1y≤ µ2y : Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan siswa

pada larutan elektrolit-nonelektrolit yang diterapkan pem-belajaran PLGI kurang dari atau sama dengan rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan siswa dengan pembelajaran konvensional.

H1 : µ1y> µ2y : Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan siswa

pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit yang diterapkan pembelajaran PLGI lebih tinggi dibandingkan rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan siswa dengan pembelajaran konvensional.

Hipotesis 2 (Keterampilan menyimpulkan)

H0 : µ1x≤ µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan menyimpulkan siswa pada

materi larutan elektrolit-nonelektrolit yang diterapkan

pembelajaran PLGI lebih rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain keterampilan menyimpulkan siswa dengan

pembelajaran konvensional.

H1 : µ1x> µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan menyimpulkan siswa pada

(45)

29

Keterangan :

µ1 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit pada

kelas yang diterapkan pembelajaran.PLGI. µ2 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit pada

kelas dengan pembelajaran konvensional x : keterampilan menyimpulkan

y : keterampilan mengkomunikasikan

Dalam penelitian ini data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian menggunakan uji statistik parametrik, menggunakan uji-t (Sudjana, 2005)

Rumus statistik yang digunakan adalah:

a) Jika (Sampel mempunyai varian homogen), maka :

thitung = Kesamaan dua rata-rata 1

X = rata-rata n- Gain kelas eksperimen

2

X = rata-rata n- Gain kelas kontrol s2 = Varians

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen

n2 = Jumlah siswa kelas kontrol 2

1

s = Varians kelas eksperimen

2 2

s = Varians kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian: Terima H0 jika thitung ≤ ttabel.dengan derajat kebebasan

d(k) = n1 + n2– 2. dan tolak H0 untuk harga t lainnya. Dengan taraf signifikan α =

(46)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis (uji-t), dan pembahasan dalam

penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata n-Gain keterampilan

meng-komunikasikan untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,40 dan

0,57 dan rata-rata n-Gain keterampilan menyimpulkan untuk kelas kontrol dan

eksperimen masing-masing 0,70 dan 0,79.

2. Model pembelajaran PLGI efektif dalam meningkatkan keterampilan

meng-komunikasikan dan menyimpulkan pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Model pembelajaran PLGI dapat diterapkan sebagai model pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi kimia terutama materi pokok larutan elektrolit-nonelektrolit.

(47)

44

3. Agar penerapan pembelajaran PLGI berjalan maksimal, hendaknya guru lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M, dkk. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jurusan Pendidikan Kimia UPI. Bandung.

Arikunto, S. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Citrobroto, R.I. Suharti. 1979. Prinsip-Prinsip dan Teknik-Teknik Berkomunikasi.

Bhatara Karya Aksara. Jakarta.

Dewi, S.W. 2010. Pembelajaran Peer Led Guided Inquiry pada Materi Redoks dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. (Skripsi). Bandung : UPI Bandung.

Dimyati, dkk. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta : Jakarta. Hariwibowo, dkk. 2009. Makalah Pembelajaran-Proses:Pendekatan

Keterampilan Proses. www.yahoo.com. CERPEN LUBIS GRAFURA. Lubis Grafura (Ed). http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/05/26/

makalah-pembelajaran-proses-pendekatan-keterampilan-proses/. 03 Januari 2014

Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program

Pendidikan Jarak Jauh S1 PGSD Universitas Sriwijaya. FKIP Universitas Sriwijaya. Palembang.

Indrawati dan Setiawan, W. 2010. Pembelajaran inovatif Kreatif dan Inovatif untuk Siswa Sekolah Dasar. PPPPTK IPA. Jakarta.

Lewis, S.E. et al. 2005. Departing From Lectures : An Evaluation of a Peer Led Guided Inquiry Alternative. Journal Of Chemical Education Vol.82 (1). [Online]. Tersedia : http://chemweb.rc.usf.edu/faculty/data/lewis/ JCEDepartingfromLectures.pdf. Tanggal Akses : 14 November 2013 Nasution, N, dkk. 2007. Pendidikan IPA di SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Purba, M. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.

(49)

46

Keterampilan Mengelompokkan dan Menyimpulkan. (Skripsi). Lampung : FKIP Unila

Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Perdana Media Group.

Semiawan, C, dkk. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. PT. Grasindo. Jakarta.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika. Bandung : PT. Tarsito.

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :

Prenada Media Group.

Gambar

Tabel 1. Tahap pembelajaran PLGI
Tabel 2   Indikator keterampilan proses sains dasar
Tabel 3.  Desain penelitian
Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran inkuiri terbimbing diyakini menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat memperbaiki proses pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan efektivitas pembelajaran model problem solving dalam meningkatkan keterampilan menge- lompokkan dan mengkomunikasikan pada materi

Solving Dalam Meningkatkan Keterampilan Memberikan Penjelasan Sederhana dan Menyimpulkan Pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit..

Pembelajaran model inkuiri terbimbing pada materi larutan non-elektrolit dan elektrolit dapat meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan inferensi karena pada setiap

Dengan diterapkannya Model Problem Solving dalam kegiatan belajar menga- jar maka akan memberi pengalaman baru bagi siswa dalam memecahkan ma- salah dalam materi pelajaran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa: (1) Pembelajaran inkuri terbimbing dapat dipakai sebagai alternatif model pembe lajaran bagi guru dalam

Berdasarkan pengujian hipotesis disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil

Penerapan Model Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Motivasi Belajar dan Penguasaan Konsep Siswa pada Materi.. Larutan Elektrolit