ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII SEMESTER GANJIL PADA SMP ISLAM JENDERAL
SUDIRMAN TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016
Oleh: ISWANTO
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator And Explaining. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator And Explaining pada mata pelajaran IPS dikelas VIII semester ganjil SMP Islam Jenderal Sudirman.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh dapat menuai keberhasilan dalam upaya upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator And Explaining pada mata pelajaran IPS dikelas VIII semester ganjil SMP Islam Jenderal Sudirman. Aktivitas dan hasil belajar siswa selalu mengalami peningkatan untuk setiap siklusnya.
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII SEMESTER GANJIL PADA SMP ISLAM JENDERAL
SUDIRMAN TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016
Oleh:
ISWANTO
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan
Pada
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 9
1. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 9
2. Kreativitas Belajar ... 13
3. Aktivitas Belajar ... 20
4. Teori Belajar ... 23
5. Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining ... 30
B. Kerangka Pikir ... 32
III. METODE PENELITIAN
I. INDIKATOR KEBERHASILAN ... 54
IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. AktivitasBelajar Siswa ... 76
2. Hasil Belajar ... 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan ... 79
b. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sidomulyo, 6 Mei 1986. Penulis merupakan anak keenam
dari enam bersaudara, putra dari pasangan Bapak Suratman dan Ibu Sutikah.
Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:
1. MI Mat Laul Anwar Katibung 2 Desa Sidomulyo diselesaikan Tahun 1999.
2. MTS Mat Laul Anwar Desa Cintamulya diselesaikan tahun 2002.
3. SMA Negeri 1 Sidomulyo diselesaikan tahun 2005.
Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa program studi Pendidikan
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku yang membuat semangatku untuk menyelesaikan
perkuliahan.
2. Isteriku tercinta Dian Martasari yang tak henti-hentinya memberi semangat,
motivasi, dan dukungan.
3. Anaku tersayang Safira Naila Zalifa, senyumu menghilangkan pelu lelahku
diujung keputusasaanku.
4. Keluarga besarku yang tak bosan-bosannya memberi dorongan/ semangat
untuk menyelesaikan perkuliahan.
5. Para pendidiku.
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsiini dengan
baik. Salam serta shalawat semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhamad SAW yang telah menjelaskan kepada manusia tentang isi kandungan
Al-Qur’an, sebagai petunjuk jalan menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di
akherat kelak.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas
Lampung.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga
banyak mendapatkan petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak.
Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Siselaku Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum selaku Wakil Dekan IIIFakultas
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial
6. Bapak Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Ekonomi dan selaku pembimbing I yang telah membantu
mengarahkan serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Drs. H. Nurdin, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan serta motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Dr. Edy Purnomo, M.Pd, selaku Pembahas yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan serta motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak Aris Mustofa, M.H. selaku kepala SMP Islam Jenderal Sudirman yang
telah memberikan ijin untuk melanjutkan studi dan sebagai tempat penelitian.
10. Istri Dian Martasari dan anakku Safira Naila Zalifa terimakasih atas semua
dukungan, doa dan motivasinya.
11. Bapak dan Ibu, terimakasih atas semua yang telah diberikan untukku, baik
doa, motivasi, maupun materi yang tidak akan bisa dibalas dengan apapun.
12. Teman-teman seperjuangan, Tohirun, Suratman, dan Gianto terimakasih atas
kebersamaanya, canda tawa kalian memberikan kesan tersendiri dalam
perjalanan hidupku.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Semoga Allah memberikan berkah, rahmat, hidayah serta kemulian-Nya atas
penulisan Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Sehingga penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga Skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, Desember 2015
Penulis
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakikatnya merupakan ikhtiar untuk memajukan kehidupan
bangsa yang ditandai oleh peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan suatu
bangsa. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun Ia berada, tanpa
pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang.
Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengernbangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPS adalah membina anak
didik menjadi warga negara yang baik yang memiliki pengetahuan
keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta
masyarakat dan negara (Ahmadi dan Amri, 2011: 9). Memerhatikan tujuan
yang dikandung oleh mata pelajaran pengetahuan sosial maka seharusnya
pembelajaran di sekolah-sekolah merupakan suatu kegiatan yang disenangi,
2
Variasi pengajaran yang dapat dilakukan guru selain dalam hal penggunaan
media pembelajaran juga dalam penggunaan metode pembelajar. Hal ini
membawa siswa ke dalam situasi belajar yang bervariasi sehingga siswa
terhindar situasi pembelajaran yang membosankan. Pembelajaran IPS di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) difokuskan pada fenomena empirik yang
terjadi di sekitar siswa. Oleh karena itu sebaiknya pembelajaran IPS harus
memudahkan siswa untuk mampu membuat pilihan-pilihan secara rasional
dan membuat siswa dapat menggunakan konsep-konsep dalam pelajaran
untuk menganalisis persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-sehari.
Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang
tinggi memungkinkan pencapaian pencapaian hasil belajar yang tinggi. Hal
tersebut sesuai dengan Djamarah (2006: 67) menyatakan bahwa “belajar
sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik,
sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan
didalam benak anak didik”. Aktivitas siswa selama pembelajaran merupakan
salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa
merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses pembelajaran.
Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada
aktivitas yang disebut on task (kegiatan yang mendukung pembelajaran)
seperti bertanya pada guru, menjawab pertanyaan guru, menjawab pertanyaan
teman, memberikan pendapat dalam diskusi, menyelesaikan tugas guru,
3
Berdasarkan pengalaman penulis sebagai guru IPS yang mengajar di kelas VIII
SMP Islam Jenderal Sudirman pada semester Ganjil Tahun Pelajaran
2015/2016, masih banyak siswa yang aktivitas belajarnya belum nampak atau
bisa dikatakan masih rendah. Hal tersebut terlihat pada saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung masih banyak siswa yang kurang memperhatikan
penjelasan guru, keluar masuk kelas, mengantuk, dan ketika guru memberikan
kesempatan bertanya hanya sedikit yang memanfaatkan hal tersebut.
Kemudian, hasil belajar yang diperoleh belum sesuai dengan indikator
keberhasilan atau masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil Ulangan Harian I (UH I) dan Ulangan
Harian II (UH II) mata pelajaran IPS di kelas VIII SMP Islam Jenderal
Sudirman pada semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016. Dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 1. Nilai ulangan harian I dan II mata pelajaran IPS kelas VIII SMP Islam Jenderal Sudirman pada semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016.
4
pada Ulangan Harian I sebesar 22,22% dan pada Ulangan Harian ke II sebesar
27,77. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPS siswa di kelas VIII
SMP Islam Jenderal Sudirman pada semester Ganjil Tahun Pelajaran
2015/2016 masih di bawah standar nilai kriteria ketuntasan minimal ( KKM )
yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar ≥65.
Menurut Djamarah (2002: 18), Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang
dari 65% dikuasai oleh siswa maka persentase keberhasilan siswa pada mata
pelajaran tersebut tergolong rendah. Hasil tersebut menunjukan belum
optimalnya kualitas proses belajar mengajar.
Banyak faktor yang menyebabkan kurangnya aktivitas belajar siswa, salah
satunya penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat. Untuk mencapai
hasil pembelajaran yang optimal, maka perlu adanya perbaikan proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat mengatasi masalah
tersebut adalah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Facilitator and Explaining.
Penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining untuk
mengetahui apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Facilitator and Explaining dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil
belajar IPS. Peneliti memilih metode pembelajaran ini mengkondisikan siswa
untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan
5
pembelajaran Student Facilitator and Explaining siswa lebih aktif dalam
memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing
atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk mengambil judul Laporan
Penelitian Tindakan Kelas “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Facilitator and Explaining pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VIII
Semester Ganjil Pada SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun Pelajaran
2015/2016”.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Siswa kurang bersemangat dalam belajar di kelas.
2. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam memberikan pelajaran
sehingga siswa menjadi kurang bersemangat.
3. Siswa kurang aktif dalam menjawab pertanyaan atau bertanya.
4. Guru cenderung masih dominan dalam kelas, kurang memberi kesempatan
pada siswa.
5. Proses belajar mengajar masih cenderung pasif, guru menjelaskan
pelajaran dan siswa memperhatikan penjelasan guru.
6. Hasil belajar IPS siswa masih ada yang belum mencapai standar
6
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada penggunakan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Student Facilitator and Explaining pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas
VIII Semester Ganjil Pada SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun Pelajaran
2015/2016.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah serta pembatasan masalah,
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada mata
pelajaran IPS di kelas VIII Semester Ganjil Pada SMP Islam Jenderal
Sudirman Tahun Pelajaran 2015/2016?
2. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada mata
pelajaran IPS di kelas VIII Semester Ganjil Pada SMP Islam Jenderal
Sudirman Tahun Pelajaran 2015/2016?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa model pembelajaran
kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada mata pelajaran
IPS di kelas VIII Semester Ganjil Pada SMP Islam Jenderal Sudirman
7
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS siswa setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and
Explaining pada mata pelajaran IPS Di Kelas VIII Semester Ganjil Pada
SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun Pelajaran 2015/2016.
F. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini secara teoritis dapat berguna sebagai masukan bagaimana
langkah dapat menetapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Facilitator and Explaining. Selain daripada itu, hasil penelitian ini dpat
memberikan sumbangan pemikiran kepada guru dan calon guru tentang
implementasi pemebelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and
Explaining.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sebagai berikut.
1. Bagi Guru
Dapat memeberikan pengetahuan tambahan tentang variasi model
pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar dengan
penerapan pembelajaran kooperatif.
2. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
8
3. Sekolah
Memberikan sumbangan pemikiran untuk perbaikan modal dan
stratego pembelajaran di sekolah yang inovatif, kreatif, dan produktif.
G. Ruang Lingkup Penelitian
1. Objek Penelitian
Penerapan model pembelajaran kooperaif tipe Student Facilitator and
Explaining untuk mengetahui aktivitas dan hasil Belajar IPS.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII yang diajarkan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining.
3. Wilayah Penelitian
SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun Pelajaran 2015/2016.
4. Waktu Penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-
ilmu sosial seperti: Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Hukum, dan
Budaya. IPS dirumuskan atas dasar realita dan fenomena sosial yang mewujudkan
satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang- cabang ilmu-ilmu sosial
(Suyatna, 2008: 64). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu bidang studi
yang rumit karena luasnya ruang lingkup dan merupakan gabungan sejumlah
disiplin ilmu seperti Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan apa
yang disebut dengan “sipil” perlu ditekankan (Fajar, 2009: 31).
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD, SMP yang
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi.
Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara
Indonesia yang demokratis, bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta aman
(Ahmadi dan Amri, 2011: 10).
Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Science) atau yang sering disingkat dengan IPS
9 (Ibrahim dan Hidayat, 2003: 35). Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai disiplin
operasional yang efektif dan memperhatikan studi tentang manusia di masyarakat
dalam situasi global saat ini dapat memainkan peran yang sangat penting. Namun
demikian berdasarkan keberadaannya dalam mengajarkan ilmu sosial didominasi
oleh proses belajar dengan menggunakan buku teks (Fajar, 2009: 32).
Karakteristik mata pelajaran IPS SMP/ MTS antara lain sebagai berikut.
1. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur
geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan bidang, humaniora, pendidikan dan agama.
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan ilmu sosial yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik.
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut
berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
4. Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan adaptasi, dan pengelolaan lingkungan.
5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga
dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan (Suyatna, 2008: 65).
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPS adalah membina anak didik
menjadi warga Negara yang baik yang memiliki pengetahuan keterampilan dan
kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta masyarakat dan Negara.
Pada hakikatnya, Pengatahuan Sosial dan ilmu- ilmu sosial sebagai suatu mata
pelajaran menjadi wahana dan alat bagi siswa untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Siapa diri saya ditengah atau dihadapan orang laian dan masyarakat? 2. Pada masyarakat apa saya berada?
3. Persyartan- persyaratan apa yang diperlukan diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa?
10
5. Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu
ke waktu berikutnya? (Fajar, 2009: 105).
IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang
diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu- ilmu sosial: Sosiologi, Sejarah,
Geografi, Ekonomi, Politik, Antropologi, Filsafat, dan Psikologi Sosial (Suyatna,
2008: 64). Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berdasarkan Kurikulum
2004 mengalami perubahan nama atau sebutan yakni menjadi mata pelajaran
Pengetahuan sosial (PS) untuk pendidikan dasar dan ilmu-ilmu sosial untuk
pendidikan menengah (Fajar, 2009: 104).
Kajian yang dipelajari dalam Ilmu Sosial sebagai berikut.
1. Sosiologi mempelajari segala hal yang berhubungan dengan aspek hubungan sosial yang meliputi proses, faktor, perkembangan, permasalahan dan lain- lain.
2. Ilmu ekonomi mempelajari proses, perkembangan dan permasalahan
yang berhubungan dengan ekonomi.
3. Segala aspek psikologi yang berhubungan dengan sosial dipelajari dalam ilmu psikologi sosial.
4. Aspek budaya perkembangan dan permasalahannya dipelajari dalam
antropologi.
5. Aspek sejarah yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan kita
dipelajari dalam sejarah.
6. Aspek geografi yang memberi efek ruang terhadap kehidupan manusia
dipelajari dalam geografi.
7. Aspek politik yang menjadi landasan keutuhan dan kesejahteraan masyarakat dipelajari dalam ilmu politik (Ahmadi dan Amri, 2011: 8).
Beberapa pembagian Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu sebagai berikut.
1. Psikologi, suatu Ilmu Pengetahuan yang mempelajari proses mental dan
tingkah laku.
2. Pendidikan, suatu perlakuan atau proses latihan yang terarah dan sistematis menuju ke suatu tujuan.
3. Antroplogi, suatu Ilmu Pengetahuan yang mempelajari asal-usul
perkembangan jasmani, sosial, kebudayaan serta tingkah laku manusia. 4. Etnologi, suatu studi Antropogi dari aspek sistem sosio-ekonomi dan
11 pertumbuhan perkembangan kebudayaan, serta perubahannya dalam masyarakat primitif.
5. Sejarah, suatu pencatatan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada suatu bangsa, negara, atau individu.
6. Ekonomi, suatu Ilmu Pengetahuan yang berhubungan dengan produksi,
tukar menukar barang produksi, pengelolaan dalam ruang lingkup rumah tangga, perusahaan atau negara.
7. Sosiologi, suatu studi tentang tingkah laku sosial, terutama tentang asal-usul organisasi, instuisi, dan perkembangan masyarakat manusia (Ibrahim dan Hidayat, 2003: 36).
Tujuan pelajaran pengetahuan sosial dan ilmu- ilmu sosial (Sejarah, Geografi,
Ekonomi, Sosiologi- Antropologi) antara lain sebagai berikut.
1. Pengembangan kemampuan intelektual siswa, yang berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu.
2. Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, yang berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat yang dinamakan kemampuan sosial. 3. Pengambangan diri sebagai pribadi, berorientasi pada pengembangan
pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat, maupun ilmu.
4. Untuk menumbuhkan warga negara yang baik dengan menempatkan
siswa dalam konteks kebudayaannya, sehingga pelajaran IPS diorganisasikan secara ilmiah dan psikologis.
5. Siswa akan memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik
interpersonal maupun antar- personal (Fajar, 2009: 107- 108).
IPS memiliki lima tujuan sebagai berikut.
1. IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang ilmu-ilmu sosial jika nantinya masuk ke perguruan tinggi.
2. IPS yang tujuannya mendidik kewarganegaraan yang baik.
3. IPS yang hakikatnya merupakan suatu kompromi antara satu dan dua tersebut di atas.
4. IPS mempelajari masalah-masalah sosial yang pantang untuk
dibicarakan di muka umum.
12 Pembelajaran IPS Terpadu dengan guru merupakan hal yang ideal dilakukan. Hal
ini disebabkan sebagai berikut.
1. IPS merupakan satu mata pelajaran.
2. Guru dapat merancang skenario pembelajaran sesuai dengan topik yang
ia kembangkan tanpa konsolidasi terlebih dahulu dengan guru lain oleh
karena itu maka tanggung jawab dipikul guru sendiri (Suyatna, 2008:
79).
Strategi pembelajaran IPS Terpadu berkenaan dengan kegiatan pembelajaran
secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi
pembelajran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator
(Ahmadi dan Amri, 2011: 21). Standar kompetensi lintas kurikulum mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan ilmu-ilmu sosial merupakan kecakapan
untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang dilakukan dan harus dicapai oleh
peserta didik melalui pengalaman belajar. Standar kompetensi lintas kurikulum
IPS tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling menghargai dan memberi rasa aman, sesuai dengan agama yang dianutnya.
2. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan
mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain.
3. Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep- konsep, teknik- teknik,
pola, struktur, dan hubungan.
4. Memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang
diperlukan dari berbagai sumber.
5. Memahami dan menghargai lingkungan fisik, makhluk hidup, dan
teknologi, dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai- nilai untuk mengambil keputusan yang tepat.
6. Berpartisipasi, berinteraksi aktif dalam masyarakat.
7. Berkreasi dan menghargai karya artistik, budaya dan intelektual.
13 9. menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri, dan
bekerja sama dengan orang lain (Fajar, 2010: 106).
B.Hasil Belajar
1. Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagi hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2).
“ Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan” (Hakim, 2005:
1).
Pengertian di atas sangat jelas untuk dapat mengetahui tujuan belajar. Tujuan
belajar hakikatnya adalah proses perubahan kepribadian meliputi kecakapan,
sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan itu bersifat menetap dalam tingkah
laku sebagai hasil latihan atau pengalaman (Ahmadi dan Amri, 2011: 1). Belajar
merupakan suatu proses, yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change
in behavior or performance) (Walgito, 2010: 185). Belajar harus dihayati oleh
orang yang sedang belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 37). Belajar juga
memiliki tiga unsur diantaranya sebagai berikut.
1. Motif untuk belajar.
2. Tujuan yang akan dicapai.
14 Suryabrata (2002: 231) belajar yang sebaik- baiknya adalah dengan mengalami;
dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan pancainderanya.
Lima prinsip belajar sebagai berikut.
1. Mengenali betul apa yang menarik untuk kita.
2. Kenalilah kepribadian diri sendiri.
3. Rekam semua informasi dalam kata.
4. Belajar bersama orang lain.
5. Hargai diri sendiri (Hamzah, 2006: 184).
Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu
menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu (Irwanto, 2002: 105).
Beberapa prinsip belajar menurut Hakim (2005: 2) adalah sebaagai berikut.
a. Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas.
b. Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi problematis.
c. Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna daripada belajar dengan hafalan.
d. Belajar merupakan proses yang kontinu.
e. Belajar memerlukan kemauan yang kuat.
f. Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor.
g. Belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil daripada belajar dengan terbagi- bagi.
h. Proses belajar memerlukan metode yang tepat.
i. Belajar memerlukan kesesuaian antara guru dan murid.
j. Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri.
Senada dengan prinsip yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2006: 42)
15
f. Balikan dan penguatan
g. Perbedaan individual.
Belajar banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor
yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam, sebagai
berikut.
a. Faktor-faktor stimuli belajar.
b. Faktor- faktor metode belajar.
c. Faktor- faktor individual (Soemanto, 2010: 113).
Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Semua
aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak alain adalah hasil belajar. Belajar itu
bukan sekedar pengalaman. Belajar itu suatu proses, dan bukan suatu hasil.
Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan intergratif dengan menggunakan
berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan (Soemanto, 2006: 105).
2. Hasil Belajar
Hamalik (2001: 31) menyatakan bahwa hasil- hasil belajar adalah pola- pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, abilitas, dan
keterampilan. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri
tertentu. Sedangkan menurut Kusnandar (2009: 276) hasil belajar adalah suatu
akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukur, seperti tes yang
16 Darmadi (2010: 186) mengemukakan ciri-ciri perubahan tersebut sebagai berikut.
a. Perubahan bersifat intensional, dalam arti pengalaman atau praktik latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan.
b. Perubahan bersifat positif, dalam arti sesuai dengan yang diharapkan atau kriteria keberhasilan baik dipendang dari segi peserta didik maupun segi guru.
c. Perubahan bersifat efektif, dalam arti perubahan hasil belajar itu relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat diproduksikan dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah.
Hasil belajar sebuah proses pembelajaran adalah suatu interaksi dari tindak belajar
dan tindak mengajar yang diakhiri dengan evaluasi hasil belajar dan diperolehnya
kemampuan bagi siswa. Salah satu cara untuk melihat hasil belajar adalah dengan
evaluasi. Menurut Kukuh (2010: 32) menyatakan: evaluasi adalah pengumpulan
kanyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi
perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan
dalam pribadi siswa. Hasil belajar ranah kognitif terdiri dari enam kategori yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Sedangkan
ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu:
penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik
berkenaan dengan hasil keterampilan (Nasution, 2006: 69).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia
menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan
pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Setiap proses pembelajaran akan
terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar
17 dikerjakan. Dilihat dari sudut pandang guru, tindakan mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar dan dari sudut pandang siswa, hasil belajar
merupakan puncak proses belajar.
Faktor-faktor yang mempengruhi keberhasilan belajar juga dikemukakan oleh
Hakim (2005: 6) sebagai berikut.
a. Faktor internal yaitu faktor dari dalam diri individu itu sendiri.
b. Faktor eksternal yaitu faktor yang terdapat di luar individu yang
bersangkutan.
Faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat digolongkan
menjadi 4 (empat) yaitu (a) bahan atau materi yang dipelajari; (b) lingkungan; (c)
faktor instrumental; dan kondisi peserta didik. Faktor-faktor tersebut baik secara
terpisah maupun bersama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap prestasi
belajar peserta didik (Darmadi, 2010: 187).
Djamarah (2010: 108) mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan belajar diantaranya sebagai berikut.
a. Tujuan.
b. Guru.
c. Anak didik.
d. Kegiatan pengajaran.
18 Menurut Niken (2009: 66) pencapaian hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh
bebarapa faktor yaitu sebagai berikut.
a. Kesiapan belajar
Kesiapan belajar merupakan kondisi awal kegiatan belajar baik kesiapan fisik maupun kesiapan psikologis.
b. Motivasi
Motivasi merupakan motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.
c. Keaktifan siswa
Siswa yang melakukan belajar adalah siswa yang harus aktif dan tidak boleh pasif. Dengan bantuan guru siswa harus mampu mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.
d. Mengalami sendiri
Siswa hendaknya tidak hanya tau secara teoritis, tetapi juga secara praktis sehingga akan diperoleh pemahaman yang mendalam.
e. Pengulangan
Agar materi semakin mudah di ingat perlu diadakan latihan yang berarti siswa mengulang materi yang dipelajari.
f. Balikan dan penguatan
Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru. Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasiluntuk melakukan sesuatu perbuatan belajar.
Menurut Kukuh (2010: 34) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut.
a. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia dapat
jdiklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor biologis dan faktor psikologis yang dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain: usia, kematangan, dan kesehatan, sedangkan faktor psikologis diantaranya yaitu: kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar.
b. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor manusia dan faktor non-manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi
tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk
19 untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai satu materi atau belum
(Kusnandar, 2009: 277).
Beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor
dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari
luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu
yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal
tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar
yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu
penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu
perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
Menurut Nasution (2006: 65) untuk mendapatkan hasil belajar kognitif seseorang
memiliki 6 (enam) tingkatan kognitif, sebagai berikut.
a. Informasi (materi pembelajarn) yang telah dicapai sebelumnya.
b. Pemahaman (comprehention), yaitu sebagai kemampuan memperoleh
makna dari materi pembelajaran. Hal ini ditunjukan melalui penerjemahan materi pembelajaran.
c. Penerapan (application), yaitu penerapan yang mengacu pada
kemampuan menggunakan pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan konkrit. Ini mencakup penerapan hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip, dalil dan teori.
d. Analisis (analysis), yaitu mengacu pada kemampuan memecahkan
materi ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Hal ini mencakup identifikasi bagian-bagian, analisis antar bagian, dan mengenali prinsip-prinsip pengorganisasian.
e. Sintesis (synthesis), yaitu mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. Hal ini mencakup komunikasi yang unik (tema atau percakapan), perencanaan operasional (proposal), atau seperangkat hubungan yang abstrak (skema untuk mengklasifikasi informasi).
f. Penilaian (evaluation), yaitu mengacu pada kemampuan membuat
20
C.Aktivitas Belajar
Salah satu faktor yang penting dalam proses pendidikan adalah belajar. Dengan
belajar manusia akan dapat meningkatkan kemampuanya baik dibidang
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat bermanfaat bagi dirinya
dalam masyarakat. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikhis
dan fisik yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral.
Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya
mendapat suatu kepandaian. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestyah (2003: 5)
“belajar adalah suatu proses untuk memperoleh modifikasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar adalah pengetahuan
keterampilan yang diperoleh dari intruksi”.
Proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh
siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Hamalik (2004: 171) yang menyatakan “pengajaran yang
efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan siswa belajar sendiri
atau melakukan aktivitas”.
Belajar tidak terjadi secara kebetulan tetapi belajar merupakan suatu proses atau
aktivitas pemikiran maupun aktivitas fisik, sebagai suatu proses dalam belajar
dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa sebagai usaha
untuk meningkatkan hasil belajar. Menurut Jarome Bruner (2009: 38) belajar
penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan
21 Selain dari usaha yang dilakukan oleh siswa, peran serta guru sangat
dibutuhkan agar selama proses pembelajaran aktivitas siswa meningkat, yaitu dengan cara memberikan arahan-arahan dan selanjutnya secara bertahap siswa melakukan kegiatan secara mandiri dengan penuh kesadaran akan pentingnya
belajar. Menurut Winkel (2003: 6) “aktivitas belajar adalah suatu kegiatan
yang direncanakan dan disadari untuk mencapai suatu kegiatan tujuan belajar yaitu perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan pada siswa yang melakukan kegiatan belajar”. Berdasarkan perdapat tersebut, jelas bahwa manusia dengan belajar dapat merubah tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang diperoleh dan aktivitas mental dan berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya.
Menurut Dieriech (2001: 172), aktivitas belajar dapat digolongkan menjadi
delapan jenis sebagai berikut.
1. Visual activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain,
2. Oral activities, masalnya: mengemukakan suatu fakta,
menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, mamberi saran, mengemukan pendapat,
3. Listening activities, misalnya: mendengarkan penyajian bahan, percakapan, diskusi, musik dan pidato,
4. Writing activities, misalnya: menulis cerita, karangan, laporan dan angket,
5. Drawing activities, antara lain: menggambar, membuat grafik, chart, peta, diagram,
6. Motor activities, seperti: melakukan percoban, membuat kontruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak,
7. Mental activities, seperti: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan, dan
8. Emotional activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Menurut Momes (2001: 36), terdapat indikator terhadap aktivitas yang relevan
dalam pembelajaran meliputi sebagai berikut.
1. Interaksi anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM) dalam kelompok meliputi kegiatan berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan maslah,
2. Keberanian anak dalam bertanya/mengemukakan pendpat,
22 4. Motivasi dan kegairahan anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (menyelesaikan tugas dan aktif dalam memecahkan masalah),
5. Hubungan anak dengan anak selama Proses Belajar Mengajar,
6. Hubungan anak dengan guru selama Proses Belajar Mengajar.
Belajar merupakan bagian dari aktivitas. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.
Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya mendengarkan dan
mencatat saja. Aktivitas belajar harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk
meningkatkan hasil belajar. Seiring dengan itu, Djamarah (2006: 67) menyatakan
bahwa “belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi
anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama
tersimpan didalam benak anak didik”.
Menurut Sardiman (2006: 100) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah
aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) maupun mental (rohani). Dalam kegiatan
belajar kedua aktivitas itu harus saling terkait. Oleh karenanya Rohani (2004: 6)
menjelaskan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas,
baik aktivitas fisik maupun psikis.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, aktivitas belajar dapat diartikan sebagai
rangkaian kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan secara sadar oleh
seseorang dan mengakibatkan adanya perubahan dalam dirinya banyak yang
tampak maupun yang tidak tampak diamati, sehingga tercapainya aktivitas siswa
23
D.Teori Belajar
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
peserta didik, peserta didik dengan sumber belajar dan peserta didik dengan
pendidik. Kegiatan pembelajaran akan bermakna bagi peserta didik jika dilakukan
dalam lingkungan yang nyaman dan aman. Proses belajar bersifat individual dan
kontekstual. Dengan demikian penting bagi guru mempelajari dan menambah
wawasan pembelajaran (Ahmad, 2011: 1).
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku yaitu guru dan peserta
didik. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku peserta didik adalah belajar.
Pelaku pengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran.
Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, sikap,
dan ketrampilan (Rusman, 2011: 131).
Hukum-hukum yang lebih dilengkapi dengan prinsip-prinsip, sebagai berikut.
1. Peserta didik mampu membuat berbagai jawaban terhadap stimulus
(multyple responses)
2. Belajar dibimbing diarahkan ke suatu tingkatan yang penting melalui sikap peserta didik itu sendiri
3. Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik dapat digunakan juga terhadap stimulus yang lain (bukan stimuli yang semula), yang oleh
Thorndike desbut dengan “Perubahan Asosiatif” (associative shifting)
4. Jawaban-jawaban terhadap situasi-situasi baru dapat dibuat apabila peserta didik melihat adanya analogi dengan situasi-situasi terdahulu 5. Peserta didik dapat mereaksi selektif terhadap faktor-faktor yang esensial
di dalam situasi (preportant element) itu (Hamalik, 2011: 44).
1.1Teori Behaviorisme
Suatu pembelajaran dianggap perlu dalam mendasari sebuah penelitian mengikuti
perkembangan psikologi dari segi jasmaniah dan aspek mental peserta didik.
24 pendidikan dalam ringkasan teknologi behaviorisme. Pertama, pencarian kondisi
dan perilaku yang dipresentasikan keadaan seperti “tidak termotivasi”
(unmotivated) adalah langkah penting dalam identifikasi jalannya tindakan yang
tepat. Kedua, observasi kelas temporer menunjukkan banyak inkonsistensi dan
penggunanaan penguatan non kontingen yang menimbulkan masalah disiplin di
kelas. Analisis atas situasi interaktif dalam termin stimuli diskrimanatif, respons
dan penguatan adalah langkah penting dalam mengoreksi masalah tersebut.
Ketiga, materi belajar terprogram, jika didesain dengan tepat, dapat memberikan
perbedaan individu dalam kelas.
Belajar terprogram atau programmed learning merupakan penerapan konsep dari Skinner yang didasarkan teori psikologi perilaku dalam proses belajar. Program-program pembelajaran dapat berbentuk linier (Skinner), atau bercabang (Crowder). Program-progam pelajaran itu terdiri dari unit-unit kecil yang disebut frames, yang berisi materi pelajaran yang langsung di uji setelah peserta didik mempelajari satu unit materi. Jika peserta didik dapat menjawab dengan benar, maka peserta didik yang bersangkutan dapat melanjutkan ke unit materi berikutnya. Jika jawabannya salah, maka langsung diberikan materi remedial sehingga peserta didik dapat mengetahui penyebab terjadinya kesalahan. Penilaian atas jawaban yang benar atau salah dilanjutkan disertai remedial merupakan umpan balik (direct feedback) yang selaigus merupakan penguatan (reinforcer) yang memberikan keyakinan kepada peserta didik, bahwa peserta didik telah belajar menurut jalur yang benar. Pembelajaran berprogram yang diciptakan Skinner dan kemudian dimodifikasi oleh Crowder, pada prinsipnya terdiri dari langkah-langkah yang tersusun menurut urutan yang membawa peserta didik dari apa yang telah diketahuinya sampai apa yang diketahuinya, yaitu tujuan pelajaran itu. Langkah-langkah itu ditentukan berdasarkan analisis keseluruhan bahan yang disampaikan (Reksoadmodjo, 2010: 117).
Tiap langkah dituangkan dalam bentuk “frame” atau bingkai yang berisi suatu
pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik. Jawaban atau respons siswa
segera dinilai, sehingga siswa mengetahui apakah ia benar atau salah. Kesalahan
25 tersusun rapi itu diharapkan peserta didik akan mencapai tujuan pelajaran itu,
yakni memperoleh bentuk perlakuan yang diinginkan (Nasution, 2011: 58-59).
1.2 Teori Kognitivisme
Seorang anak yang maju melalui empat tahap kognitif, antara lahir dan dewasa,
yaitu tahap sensorimotor, pra operasional, operasi konkrit dan operasi formal.
Tahap-tahap perkembangan kognitif tersebut dijabarkan dalam tahap kecakapan
perkembangan tiap individu melalui urutan tahap yang berbeda dan tidak ada
individu yang tidak melalui tahap yang satu ke tahap yang lain. Setiap tahap
ditandai oleh adanya kemunculan kemampuan intelektual baru yang
memungkinkan orang memahami berbagai cara yang semakin kompleks (Trianto,
2009: 106).
Pola perilaku atau berfikir yang digunakan anak-anak dan orang dewasa dalam
menangani obyek-obyek di dunia disebut skematik. Pengamatan mereka terhadap
suatu benda/perilaku mengatakan kepada mereka sesuatu hal tentang obyek
tersebut. Adaptasi lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi menurut
Slavin dalam Trianto (2010: 107), bahwa asimilasi merupakan penginterpresian
pengalamanan-pengalamanan baru dalam hubungan dengan skema-skema yang
lain. Margareth (2011: 345), pada periode sensorimotor, bayi mengkonstruksi
tindakan yang memungkinkannya untuk bereaksi pada lingkungan. Contohnya
adalah pola “memasukkan benda ke mulut”. Dalam periode pra-operasional, anak
membuat keputusan tentang kejadian berdasarkan petunjuk perseptual dan tidak
membedakan antara realitas, kemungkinan dan keniscayaan dalam situasi
26
Periode operasional konkret dan formal mempresentasikan penalaran, logis,
meskipun periode ini berbeda secara kualitatif. Pemikiran operasional konkret
terbatas pada memanipulasi langsung objek. Tetapi, anak mengembangkan
pemikiran logis yang berhubungan dengan jumlah, penggolongan dan konservasi
kuantitas secara kontinu. Dalam pemikiran operasional formal, individu dapat
memecahkan situasi multi faktor karena dia dapat mengonsepsualisasikan semua
kombinasi faktor situasi tertentu. Individu secara sistematis menguji hipotesis
tentang situasi itu untuk mendapatkan penjelasan yang benar.
Implementasi konsep Piaget dalam Margareth (2011: 360), pada setiap peringkat
kurikulum dapat dicapai dengan menggunakan empat langkah umum dan sub
pertanyaan untuk masing-masing langkah sebagai berikut.
Langkah 1: Menentukan prinsip mana dalam mata pelajaran atau kurikulum yang biasanya diajarkan melalui sarana verbal yang dapat digantikan dengan riset yang diarahkan oleh peserta didik sendiri.
a. Aspek kurikulum mana yang cocok untuk eksperimental?
b. Prinsip-prinsip mana yang cocok untuk kegiatan memecahkan masalah?
c. Topik-topik (atau konsep) mana yang dapat diperkenalkan dengan menggunakan objek fisik?
Langkah 2: Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas untuk topik yang telah diidentifikasi. Mengevaluasi aktivitas terpilih dengan menggunakan daftar pertanyaan berikut.
1. Apakah kegiatan ini memberi kesempatan untuk metode
eksperimentasi?
2. Dapatkah aktivitas ini menimbulkan macam-macam pertanyaan oleh peserta didik?
3. Dapatkah peserta didik membandingkan berbagai cara penalaran dengan melalui aktivitas itu?
4. Apakah ada masalah yang tidak dapat diselesaikan berdasarkan petunjuk perseptual?
27
6. Dapatkah aktivitas itu memperkaya konstruk yang sudah
dipelajari?
Langkah 3: Mengidentifikasikan kesempatan bagi pertanyaan Guru yang mendukung proses pemecahan masalah sebagai berikut.
a. Apa pertanyaan lanjutan yang dapat ditindaklanjuti ? (misalnya
Pertanyaan prediksi seperti pertanyaan “bagaimana jika ? ”
b. Apa perbandingan potensial yang dapat diidentifikasi di dalam materi yang cocok untuk munculnya pertanyaan spontan?
Langkah 4: Menilai pelaksanaan implementasi setiap aktivitas, mencari keberhasilan dan revisi yang diperlukan sebagai berikut.
1. Apa aspek aktivitas yang menghasilkan keterlibatan dan perbuatan terbesar ?
2. Apakah ada cara untuk memperbesar aspek ini di masa mendatang ?
3. Apa aspek aktivitas, jika ada, yang “terasa datar-datar saja”?
4. Apakah aktivitas itu tidak dapat menggiatkan satu atau lebih pembelajar ?
5. Apakah alternatif lain untuk waktu mendatang ?
6. Apakah aktivitas itu memberi kesempatan untuk
mengembangkan strategi investigasi baru atau memperkaya strategi yang sudah dipelajari?
1.3Teori Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme memiliki beberapa strategi dalam proses belajar,
Slavin (Burhanuddin, 2008: 117) adalah (1) top-down processing, siswa dimulai
dari masalah yang kompleks untuk dipecahkan kemudian menemukan
keterampilan yang dibutuhkan. (2) cooperative learning yaitu strategi yang
digunakan untuk proses belajar konsep yang sulit, dalam strategi ini siswa belajar
secara berpasangan atau kelompok untuk saling membantu dalam memecahkan
masalah yang dihadapi, (3) generatif learning, strategi ini menekankan adanya
integrasi yang aktif antara materi atau pengetahuan yang baru diperoleh.
Melibatkan attention (perhatian), retention (penringatan/penyimpangan),
kemampuan Behavioral dan intensif. Maka jika belajar observasional tidak terjadi,
28 mengingatnya secara tidak bisa melakukannya, atau karena tidak punya pas
intentif yang pas untuk melakukakannya. Menurut Albert Bandura tentang teori
belajar observasional (Margareth, 2011: 366-368), dalam Tabel 2.3 berikut.
Teori kognitif-sosial memliki dua aplikasi utama untuk pendidikan. Pertama
adalah permodelan yang merupakan sumber utama informasi bagi pemelajar.
Teori ini mengidentifikan sitausi dimana anak didik mendapat informasi dari
model di media massa dan model keluarga dan yang lainnya. Kedua, pentingnya
pemahaman kesungguhan dan ketrampilan pengaturan diri pribadi untuk menjadi
pemelajar yang berhasil. Transfer belajar, yaitu mengembangkan keterampilan
seseorang bagaimana belajar, dan mengajarkan pemecahan masalah merupakan
isu-isu kognitif yang penting bagi pendidikan.
Tranfer belajar dalam konsep tranfer telah diteliti dalam konteks kognitif-sosial
dalam dua cara. Pertama adalah penyelidikan tentang perlakuan yang berbeda atas
pasien yang mengindap fobia. Kedua, Pengalaman penguasaan yang diarahkan
sendiri ternyata lebih efektif dalam menghasilkan transfer ke situasi ancaman
umum ke timbang berpartisipasi dalam permodelan saja (Margareth, 2011: 459).
2. Teori Instruksional Kognitif Jerome Bruner
Bruner mengemukakan bahwa belajar merupakan proses aktif dimana siswa
mengkonstruk gagasan baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya. Sehingga guru dalam menyampaikan materi pembelajaran harus
melibatkan kondisi perkembangan siswa (Darsono, 2008: 60).
Berdasarkan penelitiannya kemudian Bruner membangun teori belajar yang
29 peserta didik meliputi tiga tahapan berfikir, yaitu enactive, econic dan symbolic
(Darsono, 2008: 61).
E.Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode
dan teknik. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar
psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Trianto
(2009 : 23) menyebutkan model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang
tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut sebagai
berikut.
(1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangannya.
(2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
(3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
(4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Suatu model pembelajaran, menurut Trianto (2009 : 24-25) suatu model
pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut.
(1) Valid (Sahih), yaitu model yang dikembangkan didasarkan pada rasional yang kuat dan terdapat konsistensi internal.
(2) Praktis, yaitu para ahli dan praktisi menyatakan bahwa model tersebut dapat dikembangkan dan diterapkan.
30
F. Model Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and Explaining
Makna dasar dari model pembelajaran ini dalam proses belajar mengajar adalah
menyajikan atau mendemonstrasikan materi didepan peserta didik lalu
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjelaskan kepada
teman-temannya. Jadi, model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah
rangkai penyajian materi ajar yang diawali dengan menjerlaskannya dengan
didemonstrasikan, kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan kembali kepada rekan-rekannya dan diakhiri dengan penyampaian
semua materi kepada siswa (Istarani, 2011: 23).
Langkah-langkah Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining sebagai
berikut.
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru mendemonstrasikan/ menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa
lainnya, misalnya melalui bagan/ peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran.
4. Guru menyimpulkan ide/ pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat ini. 6. Penutup (Istarani, 2011: 24).
Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining sebagai
berikut.
a. Materi yang disampaikan lebih jelas dan konkrit.
b. Dapat meningkatkan daya serap siswa karena pembelajaran dilakukan dengan
demonstrasi.
c. Melatih siswa untuk menjadi guru, karena siswa diberikan kesempatan untuk mengulangi penjelasan guru yang telah dia dengar.
d. Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi
ajar.
e. Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide atau gagasan
31 Kekurangan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining sebagai
berikut.
1. Siswa yang malu tidak mau mendemonstrasikan apa yang diperintahkan oleh guru kepadanya atau banyak siswa yang kurang aktif.
2. Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk melakukannya (menjelaskan kembali kepada teman-temannya karena keterbatasan waktu pembelajaran).
3. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang terampil.
4. Tidak mudah bagi siswa untuk membuat peta konsep atau menerangkan materi
ajar secara ringkas (Istarani, 2011: 27).
G. Kerangka Pikir
Guru dan anak didik adalah padanan frase yang serasi dan seimbang. Keduanya
berada dalam hubungan kejiwaan yang saling membutuhkan. Seorang guru tidak
hanya dituntut dalam penguasaan materi saja dalam proses pembelajran, namun
penting juga seorang guru apabila dapat menguasai kelas dan mengelolanya
dengan baik dalam proses pembelajaran baik melalui metode, maupun media yang
digunakan. Hal ini menunjukan betapa pentingnya peran seorang guru dalam
menentukan proses belajar mengajar.
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks
dan menjalin komunikasi timbal balik antara guru sebagai pengajar atau
pembimbing dan siswa sebagai pelajar. Guru harus memperhatikan konsep-
konsep yang telah dikuasai oleh siswa. Siswa harus aktif sendiri termasuk
bagaimana strategi yang harus ditempuh untuk mendapatkan suatu pengatahuan
atau nilai. Guru hanya memberi acuan agar siswa aktif dan mendominasi dalam
32 Tujuan dilakukannya kegiatan belajar mengajar adalah untuk merubah perilaku
sikap dan pengetahuan siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu yang dinyatakan
dalam bentuk hasil belajar siswa baik berupa angka (kuantitatif) atau huruf
(Kualitatif) yang diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran.
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
H.Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Ada peningkatan kreativitas siswa setelah menggunakan Model
Pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explaining pada siswa
kelas VIII.2 Semester Ganjil SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun
Pelajaran 2015/2016.
2. Ada peningkatan hasil belajar setelah menggunakan Model Pembelajaran
kooperatif Student Facilitator and Explaining pada siswa kelas VIII
Semester Ganjil SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun Pelajaran
2015/2016.
Student Facilitator and Explaining
Aktivitas Belajar
Meningkat
Hasil Belajar
III. METODE PENELITIAN
A.Setting Penelitian
Pendekatan penelitian tindakan kelas ini adalah pendekatan dan struktur
penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga penelitian akan
memperoleh jawaban untuk pertanyaan penelitiannya. Secara umum penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa
Kelas VIII semester Ganjil pada SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun
Pelajaran 2015/2016 dengan menerapkam model pembelajaran kooperatif tipe
Student Facilitator and Explaining, sesuai dengan tujuan penelitian, rancangan
penelitian tindakan kelas atau class room action research.
Penelitian tindakan kelas ini didesain untuk memecahkan masalah masalah
yang diaplikasikan secara langsung didalam ajang kelas atau dunia kerja.
Dalam penelitian ini masalah yang dimaksud adalah rendahnya aktivitas dan
hasil belajar IPS pada siswa kelas VIII semester Ganjil pada SMP Islam
Jenderal Sudirman Tahun Pelajaran 2015/2016. Alternatif untuk pemecahan
masalahnya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
student facilitator and explaining sebagai metode pembelajaran pada pelajaran
IPS untuk siswa kelas VIII semester Ganjil pada SMP Islam Jenderal Sudirman
Tahun Pelajaran 2015/2016. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
29
aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa praktisi dengan mengambil latar
alamiah di kelas.
B.Tempat dan Waktu Penetitian
1. Tempat Pengertian
Tempat penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun
Pelajaran 2015/2016.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester Ganjil di kelas
VIII SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun Pelajaran 2015/2016.
3. Subyek dan Objek Penelitian
a. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dilakukan di kelas kelas VIII SMP Islam Jenderal Sudirman
Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 38 yang terdiri dan 10 siswa
laki- laki dan 28 siswa perempuan.
b. Objek Penelitian
Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa
dengan rnenggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator
and explaining pada siswa kelas VIII SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun
30
4. Rancangan Penetian
Penelitian ini dirancang sebagai suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus
merupakan alur kegiatan yang pelaksanaannya meliputi empat (4) tahap yaitu : (1)
perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; (4) refleksi. Proses kegiatan yang
mencakup 4 tahap tersebut disebut satu siklus. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan pada setiap siklus adalah sebagal berikut:
a. Perencanaan Tindakan
Dalam kegiatan ini meliputi identifikasi ialah melalui observasi awal, analisis
penyebab masalah dan menetapkan intervensi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan Pelaksanaan merupakan suatu kegiatan di laksanakannya skenario
pembelajaran yang telah direncanakan,
c. Pengamatan/ Observasi
Tindakan pengamatan adalah suatu kegiatan mengamati jalannya tindakan
untuk memantau sejauh mana tindakan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining pada
mata pelajaran IPS. Pengumpulan data dilakukan pada tahap ini.
d. Refleksi
Refleksi disini meliputi kegiatan : analisis, sintesis, penafsiran, menjelaskan
dan menyimpulkan. Dalam tahap ini hasil observasi dikumpulkan serta
dianalisa. Dengan data observasi guru dapat merefleksi dan apakah dengan
model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining telah
31
diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan
digunakan untuk memperbaiki pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
Secara ringkas kegiatan penelitian direncanakan dalam tiga siklus. Namun jika
pada siklus II indikator keberhasilan sudah tcrcapai, maka kegiatan penelitian
akan dihentikan pada siklus II. Demikian pula jika pada siklus III indikator
keberhasilan belum tercapai, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya
sampai kreteria penilaian tercapai. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, siklus II
dan siklus III merupakan modifikasi siklus sebelumnya untuk mendapatkan
tujuan pembelajaran yang lebih baik. Alur kegiatan dapat dianalogikan dalam
bagan berikut:
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Dan
refleksi pada siklus I terlihat adanya kekurang sempurnaan, maka dilakukan
siklus II untuk menyempurnakan siklus I. Begitu juga siklus III dilakukan
untuk menyempurnakan siklus II.
Berdasarkan gambar di atas maka dapat dijabarkan penjelasan untuk setiap
32
a. Siklus I
1) Perencanaan (Planning)
Persiapan yang dilakukan pada siklus I meliputi sebagai berikut.
a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus I
b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi
dasar yang ingin dicapai.
c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran tipe
student facilitator and explaining yang meliputi rencana
pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.
d. Menyiapkan model pembelajaran tipe student facilitator and
explaining berupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan
prosedur siklus.
e. Menyiapkan sumber belajar berupa buku paket IPS kelas VIII.
f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat
bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran.
g. Mempersiapkan perangkat.
2) Pelaksanaan (Acting)
Pembelajaran IPS siklus I dikelas VIII dilakukan sebanyak tiga kali
pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes hasil
siklus pertama. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua dilaksanakan