• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII SEMESTER GANJIL PADA SMP ISLAM JENDERAL SUDIRMAN TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII SEMESTER GANJIL PADA SMP ISLAM JENDERAL SUDIRMAN TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII SEMESTER GANJIL PADA SMP ISLAM JENDERAL

SUDIRMAN TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016

Oleh: ISWANTO

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator And Explaining. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator And Explaining pada mata pelajaran IPS dikelas VIII semester ganjil SMP Islam Jenderal Sudirman.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh dapat menuai keberhasilan dalam upaya upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator And Explaining pada mata pelajaran IPS dikelas VIII semester ganjil SMP Islam Jenderal Sudirman. Aktivitas dan hasil belajar siswa selalu mengalami peningkatan untuk setiap siklusnya.

(2)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII SEMESTER GANJIL PADA SMP ISLAM JENDERAL

SUDIRMAN TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016

Oleh:

ISWANTO

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 9

2. Kreativitas Belajar ... 13

3. Aktivitas Belajar ... 20

4. Teori Belajar ... 23

5. Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining ... 30

B. Kerangka Pikir ... 32

(4)

III. METODE PENELITIAN

I. INDIKATOR KEBERHASILAN ... 54

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. AktivitasBelajar Siswa ... 76

2. Hasil Belajar ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan ... 79

b. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidomulyo, 6 Mei 1986. Penulis merupakan anak keenam

dari enam bersaudara, putra dari pasangan Bapak Suratman dan Ibu Sutikah.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:

1. MI Mat Laul Anwar Katibung 2 Desa Sidomulyo diselesaikan Tahun 1999.

2. MTS Mat Laul Anwar Desa Cintamulya diselesaikan tahun 2002.

3. SMA Negeri 1 Sidomulyo diselesaikan tahun 2005.

Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa program studi Pendidikan

(9)

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku yang membuat semangatku untuk menyelesaikan

perkuliahan.

2. Isteriku tercinta Dian Martasari yang tak henti-hentinya memberi semangat,

motivasi, dan dukungan.

3. Anaku tersayang Safira Naila Zalifa, senyumu menghilangkan pelu lelahku

diujung keputusasaanku.

4. Keluarga besarku yang tak bosan-bosannya memberi dorongan/ semangat

untuk menyelesaikan perkuliahan.

5. Para pendidiku.

(10)
(11)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsiini dengan

baik. Salam serta shalawat semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhamad SAW yang telah menjelaskan kepada manusia tentang isi kandungan

Al-Qur’an, sebagai petunjuk jalan menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di

akherat kelak.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas

Lampung.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga

banyak mendapatkan petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak.

Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Siselaku Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum selaku Wakil Dekan IIIFakultas

(12)

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial

6. Bapak Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Ekonomi dan selaku pembimbing I yang telah membantu

mengarahkan serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Drs. H. Nurdin, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan serta motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Dr. Edy Purnomo, M.Pd, selaku Pembahas yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan serta motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Aris Mustofa, M.H. selaku kepala SMP Islam Jenderal Sudirman yang

telah memberikan ijin untuk melanjutkan studi dan sebagai tempat penelitian.

10. Istri Dian Martasari dan anakku Safira Naila Zalifa terimakasih atas semua

dukungan, doa dan motivasinya.

11. Bapak dan Ibu, terimakasih atas semua yang telah diberikan untukku, baik

doa, motivasi, maupun materi yang tidak akan bisa dibalas dengan apapun.

12. Teman-teman seperjuangan, Tohirun, Suratman, dan Gianto terimakasih atas

kebersamaanya, canda tawa kalian memberikan kesan tersendiri dalam

perjalanan hidupku.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Semoga Allah memberikan berkah, rahmat, hidayah serta kemulian-Nya atas

(13)

penulisan Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Sehingga penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga Skripsi ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Desember 2015

Penulis

(14)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya merupakan ikhtiar untuk memajukan kehidupan

bangsa yang ditandai oleh peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan suatu

bangsa. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun Ia berada, tanpa

pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang.

Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengernbangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,

memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mantap mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan

dan kebangsaan.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPS adalah membina anak

didik menjadi warga negara yang baik yang memiliki pengetahuan

keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta

masyarakat dan negara (Ahmadi dan Amri, 2011: 9). Memerhatikan tujuan

yang dikandung oleh mata pelajaran pengetahuan sosial maka seharusnya

pembelajaran di sekolah-sekolah merupakan suatu kegiatan yang disenangi,

(15)

2

Variasi pengajaran yang dapat dilakukan guru selain dalam hal penggunaan

media pembelajaran juga dalam penggunaan metode pembelajar. Hal ini

membawa siswa ke dalam situasi belajar yang bervariasi sehingga siswa

terhindar situasi pembelajaran yang membosankan. Pembelajaran IPS di

Sekolah Menengah Pertama (SMP) difokuskan pada fenomena empirik yang

terjadi di sekitar siswa. Oleh karena itu sebaiknya pembelajaran IPS harus

memudahkan siswa untuk mampu membuat pilihan-pilihan secara rasional

dan membuat siswa dapat menggunakan konsep-konsep dalam pelajaran

untuk menganalisis persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-sehari.

Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang

tinggi memungkinkan pencapaian pencapaian hasil belajar yang tinggi. Hal

tersebut sesuai dengan Djamarah (2006: 67) menyatakan bahwa “belajar

sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik,

sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan

didalam benak anak didik”. Aktivitas siswa selama pembelajaran merupakan

salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa

merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses pembelajaran.

Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada

aktivitas yang disebut on task (kegiatan yang mendukung pembelajaran)

seperti bertanya pada guru, menjawab pertanyaan guru, menjawab pertanyaan

teman, memberikan pendapat dalam diskusi, menyelesaikan tugas guru,

(16)

3

Berdasarkan pengalaman penulis sebagai guru IPS yang mengajar di kelas VIII

SMP Islam Jenderal Sudirman pada semester Ganjil Tahun Pelajaran

2015/2016, masih banyak siswa yang aktivitas belajarnya belum nampak atau

bisa dikatakan masih rendah. Hal tersebut terlihat pada saat kegiatan belajar

mengajar berlangsung masih banyak siswa yang kurang memperhatikan

penjelasan guru, keluar masuk kelas, mengantuk, dan ketika guru memberikan

kesempatan bertanya hanya sedikit yang memanfaatkan hal tersebut.

Kemudian, hasil belajar yang diperoleh belum sesuai dengan indikator

keberhasilan atau masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil Ulangan Harian I (UH I) dan Ulangan

Harian II (UH II) mata pelajaran IPS di kelas VIII SMP Islam Jenderal

Sudirman pada semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016. Dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 1. Nilai ulangan harian I dan II mata pelajaran IPS kelas VIII SMP Islam Jenderal Sudirman pada semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016.

(17)

4

pada Ulangan Harian I sebesar 22,22% dan pada Ulangan Harian ke II sebesar

27,77. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPS siswa di kelas VIII

SMP Islam Jenderal Sudirman pada semester Ganjil Tahun Pelajaran

2015/2016 masih di bawah standar nilai kriteria ketuntasan minimal ( KKM )

yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar ≥65.

Menurut Djamarah (2002: 18), Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang

dari 65% dikuasai oleh siswa maka persentase keberhasilan siswa pada mata

pelajaran tersebut tergolong rendah. Hasil tersebut menunjukan belum

optimalnya kualitas proses belajar mengajar.

Banyak faktor yang menyebabkan kurangnya aktivitas belajar siswa, salah

satunya penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat. Untuk mencapai

hasil pembelajaran yang optimal, maka perlu adanya perbaikan proses

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat mengatasi masalah

tersebut adalah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Student Facilitator and Explaining.

Penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu model

pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining untuk

mengetahui apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Facilitator and Explaining dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil

belajar IPS. Peneliti memilih metode pembelajaran ini mengkondisikan siswa

untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan

(18)

5

pembelajaran Student Facilitator and Explaining siswa lebih aktif dalam

memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing

atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk mengambil judul Laporan

Penelitian Tindakan Kelas “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil

Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Student Facilitator and Explaining pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VIII

Semester Ganjil Pada SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun Pelajaran

2015/2016”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini dapat

diidentifikasi sebagai berikut :

1. Siswa kurang bersemangat dalam belajar di kelas.

2. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam memberikan pelajaran

sehingga siswa menjadi kurang bersemangat.

3. Siswa kurang aktif dalam menjawab pertanyaan atau bertanya.

4. Guru cenderung masih dominan dalam kelas, kurang memberi kesempatan

pada siswa.

5. Proses belajar mengajar masih cenderung pasif, guru menjelaskan

pelajaran dan siswa memperhatikan penjelasan guru.

6. Hasil belajar IPS siswa masih ada yang belum mencapai standar

(19)

6

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada penggunakan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Student Facilitator and Explaining pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas

VIII Semester Ganjil Pada SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun Pelajaran

2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah serta pembatasan masalah,

maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada mata

pelajaran IPS di kelas VIII Semester Ganjil Pada SMP Islam Jenderal

Sudirman Tahun Pelajaran 2015/2016?

2. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada mata

pelajaran IPS di kelas VIII Semester Ganjil Pada SMP Islam Jenderal

Sudirman Tahun Pelajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa model pembelajaran

kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada mata pelajaran

IPS di kelas VIII Semester Ganjil Pada SMP Islam Jenderal Sudirman

(20)

7

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS siswa setelah

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and

Explaining pada mata pelajaran IPS Di Kelas VIII Semester Ganjil Pada

SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun Pelajaran 2015/2016.

F. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini secara teoritis dapat berguna sebagai masukan bagaimana

langkah dapat menetapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Facilitator and Explaining. Selain daripada itu, hasil penelitian ini dpat

memberikan sumbangan pemikiran kepada guru dan calon guru tentang

implementasi pemebelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and

Explaining.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Dapat memeberikan pengetahuan tambahan tentang variasi model

pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar dengan

penerapan pembelajaran kooperatif.

2. Bagi Siswa

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(21)

8

3. Sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran untuk perbaikan modal dan

stratego pembelajaran di sekolah yang inovatif, kreatif, dan produktif.

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Objek Penelitian

Penerapan model pembelajaran kooperaif tipe Student Facilitator and

Explaining untuk mengetahui aktivitas dan hasil Belajar IPS.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII yang diajarkan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining.

3. Wilayah Penelitian

SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun Pelajaran 2015/2016.

4. Waktu Penelitian

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-

ilmu sosial seperti: Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Hukum, dan

Budaya. IPS dirumuskan atas dasar realita dan fenomena sosial yang mewujudkan

satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang- cabang ilmu-ilmu sosial

(Suyatna, 2008: 64). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu bidang studi

yang rumit karena luasnya ruang lingkup dan merupakan gabungan sejumlah

disiplin ilmu seperti Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan apa

yang disebut dengan “sipil” perlu ditekankan (Fajar, 2009: 31).

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD, SMP yang

mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan

dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi.

Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara

Indonesia yang demokratis, bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta aman

(Ahmadi dan Amri, 2011: 10).

Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Science) atau yang sering disingkat dengan IPS

(23)

9 (Ibrahim dan Hidayat, 2003: 35). Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai disiplin

operasional yang efektif dan memperhatikan studi tentang manusia di masyarakat

dalam situasi global saat ini dapat memainkan peran yang sangat penting. Namun

demikian berdasarkan keberadaannya dalam mengajarkan ilmu sosial didominasi

oleh proses belajar dengan menggunakan buku teks (Fajar, 2009: 32).

Karakteristik mata pelajaran IPS SMP/ MTS antara lain sebagai berikut.

1. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur

geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan bidang, humaniora, pendidikan dan agama.

2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan ilmu sosial yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik.

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut

berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan adaptasi, dan pengelolaan lingkungan.

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga

dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan (Suyatna, 2008: 65).

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPS adalah membina anak didik

menjadi warga Negara yang baik yang memiliki pengetahuan keterampilan dan

kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta masyarakat dan Negara.

Pada hakikatnya, Pengatahuan Sosial dan ilmu- ilmu sosial sebagai suatu mata

pelajaran menjadi wahana dan alat bagi siswa untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Siapa diri saya ditengah atau dihadapan orang laian dan masyarakat? 2. Pada masyarakat apa saya berada?

3. Persyartan- persyaratan apa yang diperlukan diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa?

(24)

10

5. Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu

ke waktu berikutnya? (Fajar, 2009: 105).

IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang

diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu- ilmu sosial: Sosiologi, Sejarah,

Geografi, Ekonomi, Politik, Antropologi, Filsafat, dan Psikologi Sosial (Suyatna,

2008: 64). Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berdasarkan Kurikulum

2004 mengalami perubahan nama atau sebutan yakni menjadi mata pelajaran

Pengetahuan sosial (PS) untuk pendidikan dasar dan ilmu-ilmu sosial untuk

pendidikan menengah (Fajar, 2009: 104).

Kajian yang dipelajari dalam Ilmu Sosial sebagai berikut.

1. Sosiologi mempelajari segala hal yang berhubungan dengan aspek hubungan sosial yang meliputi proses, faktor, perkembangan, permasalahan dan lain- lain.

2. Ilmu ekonomi mempelajari proses, perkembangan dan permasalahan

yang berhubungan dengan ekonomi.

3. Segala aspek psikologi yang berhubungan dengan sosial dipelajari dalam ilmu psikologi sosial.

4. Aspek budaya perkembangan dan permasalahannya dipelajari dalam

antropologi.

5. Aspek sejarah yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan kita

dipelajari dalam sejarah.

6. Aspek geografi yang memberi efek ruang terhadap kehidupan manusia

dipelajari dalam geografi.

7. Aspek politik yang menjadi landasan keutuhan dan kesejahteraan masyarakat dipelajari dalam ilmu politik (Ahmadi dan Amri, 2011: 8).

Beberapa pembagian Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu sebagai berikut.

1. Psikologi, suatu Ilmu Pengetahuan yang mempelajari proses mental dan

tingkah laku.

2. Pendidikan, suatu perlakuan atau proses latihan yang terarah dan sistematis menuju ke suatu tujuan.

3. Antroplogi, suatu Ilmu Pengetahuan yang mempelajari asal-usul

perkembangan jasmani, sosial, kebudayaan serta tingkah laku manusia. 4. Etnologi, suatu studi Antropogi dari aspek sistem sosio-ekonomi dan

(25)

11 pertumbuhan perkembangan kebudayaan, serta perubahannya dalam masyarakat primitif.

5. Sejarah, suatu pencatatan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada suatu bangsa, negara, atau individu.

6. Ekonomi, suatu Ilmu Pengetahuan yang berhubungan dengan produksi,

tukar menukar barang produksi, pengelolaan dalam ruang lingkup rumah tangga, perusahaan atau negara.

7. Sosiologi, suatu studi tentang tingkah laku sosial, terutama tentang asal-usul organisasi, instuisi, dan perkembangan masyarakat manusia (Ibrahim dan Hidayat, 2003: 36).

Tujuan pelajaran pengetahuan sosial dan ilmu- ilmu sosial (Sejarah, Geografi,

Ekonomi, Sosiologi- Antropologi) antara lain sebagai berikut.

1. Pengembangan kemampuan intelektual siswa, yang berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu.

2. Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, yang berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat yang dinamakan kemampuan sosial. 3. Pengambangan diri sebagai pribadi, berorientasi pada pengembangan

pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat, maupun ilmu.

4. Untuk menumbuhkan warga negara yang baik dengan menempatkan

siswa dalam konteks kebudayaannya, sehingga pelajaran IPS diorganisasikan secara ilmiah dan psikologis.

5. Siswa akan memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik

interpersonal maupun antar- personal (Fajar, 2009: 107- 108).

IPS memiliki lima tujuan sebagai berikut.

1. IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang ilmu-ilmu sosial jika nantinya masuk ke perguruan tinggi.

2. IPS yang tujuannya mendidik kewarganegaraan yang baik.

3. IPS yang hakikatnya merupakan suatu kompromi antara satu dan dua tersebut di atas.

4. IPS mempelajari masalah-masalah sosial yang pantang untuk

dibicarakan di muka umum.

(26)

12 Pembelajaran IPS Terpadu dengan guru merupakan hal yang ideal dilakukan. Hal

ini disebabkan sebagai berikut.

1. IPS merupakan satu mata pelajaran.

2. Guru dapat merancang skenario pembelajaran sesuai dengan topik yang

ia kembangkan tanpa konsolidasi terlebih dahulu dengan guru lain oleh

karena itu maka tanggung jawab dipikul guru sendiri (Suyatna, 2008:

79).

Strategi pembelajaran IPS Terpadu berkenaan dengan kegiatan pembelajaran

secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi

pembelajran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator

(Ahmadi dan Amri, 2011: 21). Standar kompetensi lintas kurikulum mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan ilmu-ilmu sosial merupakan kecakapan

untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang dilakukan dan harus dicapai oleh

peserta didik melalui pengalaman belajar. Standar kompetensi lintas kurikulum

IPS tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling menghargai dan memberi rasa aman, sesuai dengan agama yang dianutnya.

2. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan

mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain.

3. Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep- konsep, teknik- teknik,

pola, struktur, dan hubungan.

4. Memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang

diperlukan dari berbagai sumber.

5. Memahami dan menghargai lingkungan fisik, makhluk hidup, dan

teknologi, dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai- nilai untuk mengambil keputusan yang tepat.

6. Berpartisipasi, berinteraksi aktif dalam masyarakat.

7. Berkreasi dan menghargai karya artistik, budaya dan intelektual.

(27)

13 9. menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri, dan

bekerja sama dengan orang lain (Fajar, 2010: 106).

B.Hasil Belajar

1. Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagi hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2).

“ Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan

perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,

pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan” (Hakim, 2005:

1).

Pengertian di atas sangat jelas untuk dapat mengetahui tujuan belajar. Tujuan

belajar hakikatnya adalah proses perubahan kepribadian meliputi kecakapan,

sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan itu bersifat menetap dalam tingkah

laku sebagai hasil latihan atau pengalaman (Ahmadi dan Amri, 2011: 1). Belajar

merupakan suatu proses, yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change

in behavior or performance) (Walgito, 2010: 185). Belajar harus dihayati oleh

orang yang sedang belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 37). Belajar juga

memiliki tiga unsur diantaranya sebagai berikut.

1. Motif untuk belajar.

2. Tujuan yang akan dicapai.

(28)

14 Suryabrata (2002: 231) belajar yang sebaik- baiknya adalah dengan mengalami;

dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan pancainderanya.

Lima prinsip belajar sebagai berikut.

1. Mengenali betul apa yang menarik untuk kita.

2. Kenalilah kepribadian diri sendiri.

3. Rekam semua informasi dalam kata.

4. Belajar bersama orang lain.

5. Hargai diri sendiri (Hamzah, 2006: 184).

Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu

menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu (Irwanto, 2002: 105).

Beberapa prinsip belajar menurut Hakim (2005: 2) adalah sebaagai berikut.

a. Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas.

b. Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi problematis.

c. Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna daripada belajar dengan hafalan.

d. Belajar merupakan proses yang kontinu.

e. Belajar memerlukan kemauan yang kuat.

f. Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor.

g. Belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil daripada belajar dengan terbagi- bagi.

h. Proses belajar memerlukan metode yang tepat.

i. Belajar memerlukan kesesuaian antara guru dan murid.

j. Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri.

Senada dengan prinsip yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2006: 42)

(29)

15

f. Balikan dan penguatan

g. Perbedaan individual.

Belajar banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor

yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam, sebagai

berikut.

a. Faktor-faktor stimuli belajar.

b. Faktor- faktor metode belajar.

c. Faktor- faktor individual (Soemanto, 2010: 113).

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Semua

aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak alain adalah hasil belajar. Belajar itu

bukan sekedar pengalaman. Belajar itu suatu proses, dan bukan suatu hasil.

Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan intergratif dengan menggunakan

berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan (Soemanto, 2006: 105).

2. Hasil Belajar

Hamalik (2001: 31) menyatakan bahwa hasil- hasil belajar adalah pola- pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, abilitas, dan

keterampilan. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri

tertentu. Sedangkan menurut Kusnandar (2009: 276) hasil belajar adalah suatu

akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukur, seperti tes yang

(30)

16 Darmadi (2010: 186) mengemukakan ciri-ciri perubahan tersebut sebagai berikut.

a. Perubahan bersifat intensional, dalam arti pengalaman atau praktik latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan.

b. Perubahan bersifat positif, dalam arti sesuai dengan yang diharapkan atau kriteria keberhasilan baik dipendang dari segi peserta didik maupun segi guru.

c. Perubahan bersifat efektif, dalam arti perubahan hasil belajar itu relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat diproduksikan dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah.

Hasil belajar sebuah proses pembelajaran adalah suatu interaksi dari tindak belajar

dan tindak mengajar yang diakhiri dengan evaluasi hasil belajar dan diperolehnya

kemampuan bagi siswa. Salah satu cara untuk melihat hasil belajar adalah dengan

evaluasi. Menurut Kukuh (2010: 32) menyatakan: evaluasi adalah pengumpulan

kanyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi

perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan

dalam pribadi siswa. Hasil belajar ranah kognitif terdiri dari enam kategori yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Sedangkan

ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu:

penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik

berkenaan dengan hasil keterampilan (Nasution, 2006: 69).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia

menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan

pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Setiap proses pembelajaran akan

terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar

(31)

17 dikerjakan. Dilihat dari sudut pandang guru, tindakan mengajar diakhiri dengan

proses evaluasi hasil belajar dan dari sudut pandang siswa, hasil belajar

merupakan puncak proses belajar.

Faktor-faktor yang mempengruhi keberhasilan belajar juga dikemukakan oleh

Hakim (2005: 6) sebagai berikut.

a. Faktor internal yaitu faktor dari dalam diri individu itu sendiri.

b. Faktor eksternal yaitu faktor yang terdapat di luar individu yang

bersangkutan.

Faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat digolongkan

menjadi 4 (empat) yaitu (a) bahan atau materi yang dipelajari; (b) lingkungan; (c)

faktor instrumental; dan kondisi peserta didik. Faktor-faktor tersebut baik secara

terpisah maupun bersama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap prestasi

belajar peserta didik (Darmadi, 2010: 187).

Djamarah (2010: 108) mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

keberhasilan belajar diantaranya sebagai berikut.

a. Tujuan.

b. Guru.

c. Anak didik.

d. Kegiatan pengajaran.

(32)

18 Menurut Niken (2009: 66) pencapaian hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh

bebarapa faktor yaitu sebagai berikut.

a. Kesiapan belajar

Kesiapan belajar merupakan kondisi awal kegiatan belajar baik kesiapan fisik maupun kesiapan psikologis.

b. Motivasi

Motivasi merupakan motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.

c. Keaktifan siswa

Siswa yang melakukan belajar adalah siswa yang harus aktif dan tidak boleh pasif. Dengan bantuan guru siswa harus mampu mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.

d. Mengalami sendiri

Siswa hendaknya tidak hanya tau secara teoritis, tetapi juga secara praktis sehingga akan diperoleh pemahaman yang mendalam.

e. Pengulangan

Agar materi semakin mudah di ingat perlu diadakan latihan yang berarti siswa mengulang materi yang dipelajari.

f. Balikan dan penguatan

Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru. Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasiluntuk melakukan sesuatu perbuatan belajar.

Menurut Kukuh (2010: 34) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut.

a. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia dapat

jdiklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor biologis dan faktor psikologis yang dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain: usia, kematangan, dan kesehatan, sedangkan faktor psikologis diantaranya yaitu: kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar.

b. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor manusia dan faktor non-manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi

tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk

(33)

19 untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai satu materi atau belum

(Kusnandar, 2009: 277).

Beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor

dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari

luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu

yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal

tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar

yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu

penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang

terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu

perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

Menurut Nasution (2006: 65) untuk mendapatkan hasil belajar kognitif seseorang

memiliki 6 (enam) tingkatan kognitif, sebagai berikut.

a. Informasi (materi pembelajarn) yang telah dicapai sebelumnya.

b. Pemahaman (comprehention), yaitu sebagai kemampuan memperoleh

makna dari materi pembelajaran. Hal ini ditunjukan melalui penerjemahan materi pembelajaran.

c. Penerapan (application), yaitu penerapan yang mengacu pada

kemampuan menggunakan pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan konkrit. Ini mencakup penerapan hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip, dalil dan teori.

d. Analisis (analysis), yaitu mengacu pada kemampuan memecahkan

materi ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Hal ini mencakup identifikasi bagian-bagian, analisis antar bagian, dan mengenali prinsip-prinsip pengorganisasian.

e. Sintesis (synthesis), yaitu mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. Hal ini mencakup komunikasi yang unik (tema atau percakapan), perencanaan operasional (proposal), atau seperangkat hubungan yang abstrak (skema untuk mengklasifikasi informasi).

f. Penilaian (evaluation), yaitu mengacu pada kemampuan membuat

(34)

20

C.Aktivitas Belajar

Salah satu faktor yang penting dalam proses pendidikan adalah belajar. Dengan

belajar manusia akan dapat meningkatkan kemampuanya baik dibidang

pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat bermanfaat bagi dirinya

dalam masyarakat. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikhis

dan fisik yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral.

Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya

mendapat suatu kepandaian. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestyah (2003: 5)

“belajar adalah suatu proses untuk memperoleh modifikasi dalam pengetahuan,

keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar adalah pengetahuan

keterampilan yang diperoleh dari intruksi”.

Proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh

siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Hamalik (2004: 171) yang menyatakan “pengajaran yang

efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan siswa belajar sendiri

atau melakukan aktivitas”.

Belajar tidak terjadi secara kebetulan tetapi belajar merupakan suatu proses atau

aktivitas pemikiran maupun aktivitas fisik, sebagai suatu proses dalam belajar

dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa sebagai usaha

untuk meningkatkan hasil belajar. Menurut Jarome Bruner (2009: 38) belajar

penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan

(35)

21 Selain dari usaha yang dilakukan oleh siswa, peran serta guru sangat

dibutuhkan agar selama proses pembelajaran aktivitas siswa meningkat, yaitu dengan cara memberikan arahan-arahan dan selanjutnya secara bertahap siswa melakukan kegiatan secara mandiri dengan penuh kesadaran akan pentingnya

belajar. Menurut Winkel (2003: 6) “aktivitas belajar adalah suatu kegiatan

yang direncanakan dan disadari untuk mencapai suatu kegiatan tujuan belajar yaitu perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan pada siswa yang melakukan kegiatan belajar”. Berdasarkan perdapat tersebut, jelas bahwa manusia dengan belajar dapat merubah tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang diperoleh dan aktivitas mental dan berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya.

Menurut Dieriech (2001: 172), aktivitas belajar dapat digolongkan menjadi

delapan jenis sebagai berikut.

1. Visual activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain,

2. Oral activities, masalnya: mengemukakan suatu fakta,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, mamberi saran, mengemukan pendapat,

3. Listening activities, misalnya: mendengarkan penyajian bahan, percakapan, diskusi, musik dan pidato,

4. Writing activities, misalnya: menulis cerita, karangan, laporan dan angket,

5. Drawing activities, antara lain: menggambar, membuat grafik, chart, peta, diagram,

6. Motor activities, seperti: melakukan percoban, membuat kontruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak,

7. Mental activities, seperti: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan, dan

8. Emotional activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Menurut Momes (2001: 36), terdapat indikator terhadap aktivitas yang relevan

dalam pembelajaran meliputi sebagai berikut.

1. Interaksi anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM) dalam kelompok meliputi kegiatan berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan maslah,

2. Keberanian anak dalam bertanya/mengemukakan pendpat,

(36)

22 4. Motivasi dan kegairahan anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (menyelesaikan tugas dan aktif dalam memecahkan masalah),

5. Hubungan anak dengan anak selama Proses Belajar Mengajar,

6. Hubungan anak dengan guru selama Proses Belajar Mengajar.

Belajar merupakan bagian dari aktivitas. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.

Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya mendengarkan dan

mencatat saja. Aktivitas belajar harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk

meningkatkan hasil belajar. Seiring dengan itu, Djamarah (2006: 67) menyatakan

bahwa “belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi

anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama

tersimpan didalam benak anak didik”.

Menurut Sardiman (2006: 100) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah

aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) maupun mental (rohani). Dalam kegiatan

belajar kedua aktivitas itu harus saling terkait. Oleh karenanya Rohani (2004: 6)

menjelaskan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas,

baik aktivitas fisik maupun psikis.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, aktivitas belajar dapat diartikan sebagai

rangkaian kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan secara sadar oleh

seseorang dan mengakibatkan adanya perubahan dalam dirinya banyak yang

tampak maupun yang tidak tampak diamati, sehingga tercapainya aktivitas siswa

(37)

23

D.Teori Belajar

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan

peserta didik, peserta didik dengan sumber belajar dan peserta didik dengan

pendidik. Kegiatan pembelajaran akan bermakna bagi peserta didik jika dilakukan

dalam lingkungan yang nyaman dan aman. Proses belajar bersifat individual dan

kontekstual. Dengan demikian penting bagi guru mempelajari dan menambah

wawasan pembelajaran (Ahmad, 2011: 1).

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku yaitu guru dan peserta

didik. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku peserta didik adalah belajar.

Pelaku pengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran.

Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, sikap,

dan ketrampilan (Rusman, 2011: 131).

Hukum-hukum yang lebih dilengkapi dengan prinsip-prinsip, sebagai berikut.

1. Peserta didik mampu membuat berbagai jawaban terhadap stimulus

(multyple responses)

2. Belajar dibimbing diarahkan ke suatu tingkatan yang penting melalui sikap peserta didik itu sendiri

3. Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik dapat digunakan juga terhadap stimulus yang lain (bukan stimuli yang semula), yang oleh

Thorndike desbut dengan “Perubahan Asosiatif” (associative shifting)

4. Jawaban-jawaban terhadap situasi-situasi baru dapat dibuat apabila peserta didik melihat adanya analogi dengan situasi-situasi terdahulu 5. Peserta didik dapat mereaksi selektif terhadap faktor-faktor yang esensial

di dalam situasi (preportant element) itu (Hamalik, 2011: 44).

1.1Teori Behaviorisme

Suatu pembelajaran dianggap perlu dalam mendasari sebuah penelitian mengikuti

perkembangan psikologi dari segi jasmaniah dan aspek mental peserta didik.

(38)

24 pendidikan dalam ringkasan teknologi behaviorisme. Pertama, pencarian kondisi

dan perilaku yang dipresentasikan keadaan seperti “tidak termotivasi”

(unmotivated) adalah langkah penting dalam identifikasi jalannya tindakan yang

tepat. Kedua, observasi kelas temporer menunjukkan banyak inkonsistensi dan

penggunanaan penguatan non kontingen yang menimbulkan masalah disiplin di

kelas. Analisis atas situasi interaktif dalam termin stimuli diskrimanatif, respons

dan penguatan adalah langkah penting dalam mengoreksi masalah tersebut.

Ketiga, materi belajar terprogram, jika didesain dengan tepat, dapat memberikan

perbedaan individu dalam kelas.

Belajar terprogram atau programmed learning merupakan penerapan konsep dari Skinner yang didasarkan teori psikologi perilaku dalam proses belajar. Program-program pembelajaran dapat berbentuk linier (Skinner), atau bercabang (Crowder). Program-progam pelajaran itu terdiri dari unit-unit kecil yang disebut frames, yang berisi materi pelajaran yang langsung di uji setelah peserta didik mempelajari satu unit materi. Jika peserta didik dapat menjawab dengan benar, maka peserta didik yang bersangkutan dapat melanjutkan ke unit materi berikutnya. Jika jawabannya salah, maka langsung diberikan materi remedial sehingga peserta didik dapat mengetahui penyebab terjadinya kesalahan. Penilaian atas jawaban yang benar atau salah dilanjutkan disertai remedial merupakan umpan balik (direct feedback) yang selaigus merupakan penguatan (reinforcer) yang memberikan keyakinan kepada peserta didik, bahwa peserta didik telah belajar menurut jalur yang benar. Pembelajaran berprogram yang diciptakan Skinner dan kemudian dimodifikasi oleh Crowder, pada prinsipnya terdiri dari langkah-langkah yang tersusun menurut urutan yang membawa peserta didik dari apa yang telah diketahuinya sampai apa yang diketahuinya, yaitu tujuan pelajaran itu. Langkah-langkah itu ditentukan berdasarkan analisis keseluruhan bahan yang disampaikan (Reksoadmodjo, 2010: 117).

Tiap langkah dituangkan dalam bentuk “frame” atau bingkai yang berisi suatu

pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik. Jawaban atau respons siswa

segera dinilai, sehingga siswa mengetahui apakah ia benar atau salah. Kesalahan

(39)

25 tersusun rapi itu diharapkan peserta didik akan mencapai tujuan pelajaran itu,

yakni memperoleh bentuk perlakuan yang diinginkan (Nasution, 2011: 58-59).

1.2 Teori Kognitivisme

Seorang anak yang maju melalui empat tahap kognitif, antara lahir dan dewasa,

yaitu tahap sensorimotor, pra operasional, operasi konkrit dan operasi formal.

Tahap-tahap perkembangan kognitif tersebut dijabarkan dalam tahap kecakapan

perkembangan tiap individu melalui urutan tahap yang berbeda dan tidak ada

individu yang tidak melalui tahap yang satu ke tahap yang lain. Setiap tahap

ditandai oleh adanya kemunculan kemampuan intelektual baru yang

memungkinkan orang memahami berbagai cara yang semakin kompleks (Trianto,

2009: 106).

Pola perilaku atau berfikir yang digunakan anak-anak dan orang dewasa dalam

menangani obyek-obyek di dunia disebut skematik. Pengamatan mereka terhadap

suatu benda/perilaku mengatakan kepada mereka sesuatu hal tentang obyek

tersebut. Adaptasi lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi menurut

Slavin dalam Trianto (2010: 107), bahwa asimilasi merupakan penginterpresian

pengalamanan-pengalamanan baru dalam hubungan dengan skema-skema yang

lain. Margareth (2011: 345), pada periode sensorimotor, bayi mengkonstruksi

tindakan yang memungkinkannya untuk bereaksi pada lingkungan. Contohnya

adalah pola “memasukkan benda ke mulut”. Dalam periode pra-operasional, anak

membuat keputusan tentang kejadian berdasarkan petunjuk perseptual dan tidak

membedakan antara realitas, kemungkinan dan keniscayaan dalam situasi

(40)

26

Periode operasional konkret dan formal mempresentasikan penalaran, logis,

meskipun periode ini berbeda secara kualitatif. Pemikiran operasional konkret

terbatas pada memanipulasi langsung objek. Tetapi, anak mengembangkan

pemikiran logis yang berhubungan dengan jumlah, penggolongan dan konservasi

kuantitas secara kontinu. Dalam pemikiran operasional formal, individu dapat

memecahkan situasi multi faktor karena dia dapat mengonsepsualisasikan semua

kombinasi faktor situasi tertentu. Individu secara sistematis menguji hipotesis

tentang situasi itu untuk mendapatkan penjelasan yang benar.

Implementasi konsep Piaget dalam Margareth (2011: 360), pada setiap peringkat

kurikulum dapat dicapai dengan menggunakan empat langkah umum dan sub

pertanyaan untuk masing-masing langkah sebagai berikut.

Langkah 1: Menentukan prinsip mana dalam mata pelajaran atau kurikulum yang biasanya diajarkan melalui sarana verbal yang dapat digantikan dengan riset yang diarahkan oleh peserta didik sendiri.

a. Aspek kurikulum mana yang cocok untuk eksperimental?

b. Prinsip-prinsip mana yang cocok untuk kegiatan memecahkan masalah?

c. Topik-topik (atau konsep) mana yang dapat diperkenalkan dengan menggunakan objek fisik?

Langkah 2: Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas untuk topik yang telah diidentifikasi. Mengevaluasi aktivitas terpilih dengan menggunakan daftar pertanyaan berikut.

1. Apakah kegiatan ini memberi kesempatan untuk metode

eksperimentasi?

2. Dapatkah aktivitas ini menimbulkan macam-macam pertanyaan oleh peserta didik?

3. Dapatkah peserta didik membandingkan berbagai cara penalaran dengan melalui aktivitas itu?

4. Apakah ada masalah yang tidak dapat diselesaikan berdasarkan petunjuk perseptual?

(41)

27

6. Dapatkah aktivitas itu memperkaya konstruk yang sudah

dipelajari?

Langkah 3: Mengidentifikasikan kesempatan bagi pertanyaan Guru yang mendukung proses pemecahan masalah sebagai berikut.

a. Apa pertanyaan lanjutan yang dapat ditindaklanjuti ? (misalnya

Pertanyaan prediksi seperti pertanyaan “bagaimana jika ?

b. Apa perbandingan potensial yang dapat diidentifikasi di dalam materi yang cocok untuk munculnya pertanyaan spontan?

Langkah 4: Menilai pelaksanaan implementasi setiap aktivitas, mencari keberhasilan dan revisi yang diperlukan sebagai berikut.

1. Apa aspek aktivitas yang menghasilkan keterlibatan dan perbuatan terbesar ?

2. Apakah ada cara untuk memperbesar aspek ini di masa mendatang ?

3. Apa aspek aktivitas, jika ada, yang “terasa datar-datar saja”?

4. Apakah aktivitas itu tidak dapat menggiatkan satu atau lebih pembelajar ?

5. Apakah alternatif lain untuk waktu mendatang ?

6. Apakah aktivitas itu memberi kesempatan untuk

mengembangkan strategi investigasi baru atau memperkaya strategi yang sudah dipelajari?

1.3Teori Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme memiliki beberapa strategi dalam proses belajar,

Slavin (Burhanuddin, 2008: 117) adalah (1) top-down processing, siswa dimulai

dari masalah yang kompleks untuk dipecahkan kemudian menemukan

keterampilan yang dibutuhkan. (2) cooperative learning yaitu strategi yang

digunakan untuk proses belajar konsep yang sulit, dalam strategi ini siswa belajar

secara berpasangan atau kelompok untuk saling membantu dalam memecahkan

masalah yang dihadapi, (3) generatif learning, strategi ini menekankan adanya

integrasi yang aktif antara materi atau pengetahuan yang baru diperoleh.

Melibatkan attention (perhatian), retention (penringatan/penyimpangan),

kemampuan Behavioral dan intensif. Maka jika belajar observasional tidak terjadi,

(42)

28 mengingatnya secara tidak bisa melakukannya, atau karena tidak punya pas

intentif yang pas untuk melakukakannya. Menurut Albert Bandura tentang teori

belajar observasional (Margareth, 2011: 366-368), dalam Tabel 2.3 berikut.

Teori kognitif-sosial memliki dua aplikasi utama untuk pendidikan. Pertama

adalah permodelan yang merupakan sumber utama informasi bagi pemelajar.

Teori ini mengidentifikan sitausi dimana anak didik mendapat informasi dari

model di media massa dan model keluarga dan yang lainnya. Kedua, pentingnya

pemahaman kesungguhan dan ketrampilan pengaturan diri pribadi untuk menjadi

pemelajar yang berhasil. Transfer belajar, yaitu mengembangkan keterampilan

seseorang bagaimana belajar, dan mengajarkan pemecahan masalah merupakan

isu-isu kognitif yang penting bagi pendidikan.

Tranfer belajar dalam konsep tranfer telah diteliti dalam konteks kognitif-sosial

dalam dua cara. Pertama adalah penyelidikan tentang perlakuan yang berbeda atas

pasien yang mengindap fobia. Kedua, Pengalaman penguasaan yang diarahkan

sendiri ternyata lebih efektif dalam menghasilkan transfer ke situasi ancaman

umum ke timbang berpartisipasi dalam permodelan saja (Margareth, 2011: 459).

2. Teori Instruksional Kognitif Jerome Bruner

Bruner mengemukakan bahwa belajar merupakan proses aktif dimana siswa

mengkonstruk gagasan baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki

sebelumnya. Sehingga guru dalam menyampaikan materi pembelajaran harus

melibatkan kondisi perkembangan siswa (Darsono, 2008: 60).

Berdasarkan penelitiannya kemudian Bruner membangun teori belajar yang

(43)

29 peserta didik meliputi tiga tahapan berfikir, yaitu enactive, econic dan symbolic

(Darsono, 2008: 61).

E.Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode

dan teknik. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar

psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Trianto

(2009 : 23) menyebutkan model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang

tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut sebagai

berikut.

(1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangannya.

(2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).

(3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil.

(4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Suatu model pembelajaran, menurut Trianto (2009 : 24-25) suatu model

pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut.

(1) Valid (Sahih), yaitu model yang dikembangkan didasarkan pada rasional yang kuat dan terdapat konsistensi internal.

(2) Praktis, yaitu para ahli dan praktisi menyatakan bahwa model tersebut dapat dikembangkan dan diterapkan.

(44)

30

F. Model Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and Explaining

Makna dasar dari model pembelajaran ini dalam proses belajar mengajar adalah

menyajikan atau mendemonstrasikan materi didepan peserta didik lalu

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjelaskan kepada

teman-temannya. Jadi, model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah

rangkai penyajian materi ajar yang diawali dengan menjerlaskannya dengan

didemonstrasikan, kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk

menjelaskan kembali kepada rekan-rekannya dan diakhiri dengan penyampaian

semua materi kepada siswa (Istarani, 2011: 23).

Langkah-langkah Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining sebagai

berikut.

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru mendemonstrasikan/ menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.

3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa

lainnya, misalnya melalui bagan/ peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran.

4. Guru menyimpulkan ide/ pendapat dari siswa.

5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat ini. 6. Penutup (Istarani, 2011: 24).

Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining sebagai

berikut.

a. Materi yang disampaikan lebih jelas dan konkrit.

b. Dapat meningkatkan daya serap siswa karena pembelajaran dilakukan dengan

demonstrasi.

c. Melatih siswa untuk menjadi guru, karena siswa diberikan kesempatan untuk mengulangi penjelasan guru yang telah dia dengar.

d. Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi

ajar.

e. Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide atau gagasan

(45)

31 Kekurangan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining sebagai

berikut.

1. Siswa yang malu tidak mau mendemonstrasikan apa yang diperintahkan oleh guru kepadanya atau banyak siswa yang kurang aktif.

2. Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk melakukannya (menjelaskan kembali kepada teman-temannya karena keterbatasan waktu pembelajaran).

3. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang terampil.

4. Tidak mudah bagi siswa untuk membuat peta konsep atau menerangkan materi

ajar secara ringkas (Istarani, 2011: 27).

G. Kerangka Pikir

Guru dan anak didik adalah padanan frase yang serasi dan seimbang. Keduanya

berada dalam hubungan kejiwaan yang saling membutuhkan. Seorang guru tidak

hanya dituntut dalam penguasaan materi saja dalam proses pembelajran, namun

penting juga seorang guru apabila dapat menguasai kelas dan mengelolanya

dengan baik dalam proses pembelajaran baik melalui metode, maupun media yang

digunakan. Hal ini menunjukan betapa pentingnya peran seorang guru dalam

menentukan proses belajar mengajar.

Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks

dan menjalin komunikasi timbal balik antara guru sebagai pengajar atau

pembimbing dan siswa sebagai pelajar. Guru harus memperhatikan konsep-

konsep yang telah dikuasai oleh siswa. Siswa harus aktif sendiri termasuk

bagaimana strategi yang harus ditempuh untuk mendapatkan suatu pengatahuan

atau nilai. Guru hanya memberi acuan agar siswa aktif dan mendominasi dalam

(46)

32 Tujuan dilakukannya kegiatan belajar mengajar adalah untuk merubah perilaku

sikap dan pengetahuan siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu yang dinyatakan

dalam bentuk hasil belajar siswa baik berupa angka (kuantitatif) atau huruf

(Kualitatif) yang diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran.

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

H.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Ada peningkatan kreativitas siswa setelah menggunakan Model

Pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explaining pada siswa

kelas VIII.2 Semester Ganjil SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun

Pelajaran 2015/2016.

2. Ada peningkatan hasil belajar setelah menggunakan Model Pembelajaran

kooperatif Student Facilitator and Explaining pada siswa kelas VIII

Semester Ganjil SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun Pelajaran

2015/2016.

Student Facilitator and Explaining

Aktivitas Belajar

Meningkat

Hasil Belajar

(47)

III. METODE PENELITIAN

A.Setting Penelitian

Pendekatan penelitian tindakan kelas ini adalah pendekatan dan struktur

penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga penelitian akan

memperoleh jawaban untuk pertanyaan penelitiannya. Secara umum penelitian

ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa

Kelas VIII semester Ganjil pada SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun

Pelajaran 2015/2016 dengan menerapkam model pembelajaran kooperatif tipe

Student Facilitator and Explaining, sesuai dengan tujuan penelitian, rancangan

penelitian tindakan kelas atau class room action research.

Penelitian tindakan kelas ini didesain untuk memecahkan masalah masalah

yang diaplikasikan secara langsung didalam ajang kelas atau dunia kerja.

Dalam penelitian ini masalah yang dimaksud adalah rendahnya aktivitas dan

hasil belajar IPS pada siswa kelas VIII semester Ganjil pada SMP Islam

Jenderal Sudirman Tahun Pelajaran 2015/2016. Alternatif untuk pemecahan

masalahnya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

student facilitator and explaining sebagai metode pembelajaran pada pelajaran

IPS untuk siswa kelas VIII semester Ganjil pada SMP Islam Jenderal Sudirman

Tahun Pelajaran 2015/2016. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

(48)

29

aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa praktisi dengan mengambil latar

alamiah di kelas.

B.Tempat dan Waktu Penetitian

1. Tempat Pengertian

Tempat penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun

Pelajaran 2015/2016.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester Ganjil di kelas

VIII SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun Pelajaran 2015/2016.

3. Subyek dan Objek Penelitian

a. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dilakukan di kelas kelas VIII SMP Islam Jenderal Sudirman

Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 38 yang terdiri dan 10 siswa

laki- laki dan 28 siswa perempuan.

b. Objek Penelitian

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa

dengan rnenggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator

and explaining pada siswa kelas VIII SMP Islam Jenderal Sudirman Tahun

(49)

30

4. Rancangan Penetian

Penelitian ini dirancang sebagai suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus

merupakan alur kegiatan yang pelaksanaannya meliputi empat (4) tahap yaitu : (1)

perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; (4) refleksi. Proses kegiatan yang

mencakup 4 tahap tersebut disebut satu siklus. Adapun langkah-langkah yang

dilakukan pada setiap siklus adalah sebagal berikut:

a. Perencanaan Tindakan

Dalam kegiatan ini meliputi identifikasi ialah melalui observasi awal, analisis

penyebab masalah dan menetapkan intervensi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan Pelaksanaan merupakan suatu kegiatan di laksanakannya skenario

pembelajaran yang telah direncanakan,

c. Pengamatan/ Observasi

Tindakan pengamatan adalah suatu kegiatan mengamati jalannya tindakan

untuk memantau sejauh mana tindakan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining pada

mata pelajaran IPS. Pengumpulan data dilakukan pada tahap ini.

d. Refleksi

Refleksi disini meliputi kegiatan : analisis, sintesis, penafsiran, menjelaskan

dan menyimpulkan. Dalam tahap ini hasil observasi dikumpulkan serta

dianalisa. Dengan data observasi guru dapat merefleksi dan apakah dengan

model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining telah

(50)

31

diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan

digunakan untuk memperbaiki pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

Secara ringkas kegiatan penelitian direncanakan dalam tiga siklus. Namun jika

pada siklus II indikator keberhasilan sudah tcrcapai, maka kegiatan penelitian

akan dihentikan pada siklus II. Demikian pula jika pada siklus III indikator

keberhasilan belum tercapai, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya

sampai kreteria penilaian tercapai. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, siklus II

dan siklus III merupakan modifikasi siklus sebelumnya untuk mendapatkan

tujuan pembelajaran yang lebih baik. Alur kegiatan dapat dianalogikan dalam

bagan berikut:

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Dan

refleksi pada siklus I terlihat adanya kekurang sempurnaan, maka dilakukan

siklus II untuk menyempurnakan siklus I. Begitu juga siklus III dilakukan

untuk menyempurnakan siklus II.

Berdasarkan gambar di atas maka dapat dijabarkan penjelasan untuk setiap

(51)

32

a. Siklus I

1) Perencanaan (Planning)

Persiapan yang dilakukan pada siklus I meliputi sebagai berikut.

a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus I

b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi

dasar yang ingin dicapai.

c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran tipe

student facilitator and explaining yang meliputi rencana

pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.

d. Menyiapkan model pembelajaran tipe student facilitator and

explaining berupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan

prosedur siklus.

e. Menyiapkan sumber belajar berupa buku paket IPS kelas VIII.

f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat

bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran.

g. Mempersiapkan perangkat.

2) Pelaksanaan (Acting)

Pembelajaran IPS siklus I dikelas VIII dilakukan sebanyak tiga kali

pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes hasil

siklus pertama. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua dilaksanakan

Gambar

Tabel 1. Nilai ulangan harian I dan II mata pelajaran IPS kelas VIII SMP Islam Jenderal Sudirman pada semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 2. Lembar observasi untuk menganalisis aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
Tabel 4. Uji Validitas Butir Soal Perbaikan Siklus II
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tugas akhir berjudul “PENGARUH WAKTU TAHAN CELUP PROSES ELEKTROPLATING TEMBAGA TERHADAP KETEBALAN PELAPISAN PADA PLAT BAJA KARBON TINGGI DENGAN VARIASI TAHAN 10, 12 DAN

Ber ik ut cont oh fungsi uang sebagai penyim pan kekayaan, yait u ..... Tuliskan ket am pakan buat an yang ada di sekit ar r um

Pengetahuan dan upaya ibu dalam menjaga kesehatan pangan jajan anak di Kampung Sukamarga Kecamatan Rajabasa Kelurahan Rajabasa Kota Bandar Lampung masih sangat kurang

Departemen Pertanian Amerika telah mengestimasi COI untuk tujuh patogen (seperti tertera pada Tabel 1) yang ditemukan pada beberapa daging dan unggas. Perkiraan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses degradasi bahan organik pada kondisi anaerobii dengan konsentrasi garam tinggi dan menentukan nilai parameter

Relevant Australian agencies include the Australian Federal Police; the Attorney-General's Department; the Australian Security Intelligence Organisation; the Australian

pemalsuan bahan baku yang terlihat dari sampel yang digunakan dengan hasil sekuensing menggunakan metode BLAST telah sesuai. macoyyi ) menggunakan gen target cyt b