• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara sikap terhadap perubahan struktur organisasi dengan komitmen terhadap organisasi pada karyawan PT.Pertamina (Persero)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara sikap terhadap perubahan struktur organisasi dengan komitmen terhadap organisasi pada karyawan PT.Pertamina (Persero)"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA

SIKAP TERHADAP

PERUBAHAN STRUKTUR ORGANISASI DENGAN KOMITMEN

TERHADAP ORGANISASI PADA KARYA.WAN

PT. PERTAMINA (PERSERO)

Oleh:

Nurse ha

NIM 102070026015

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi

F AKUL TAS PSIKOLOGI

UIN SY ARIF HIDAY ATULlt\H

(2)

TERHADAP ORGANISASI PADA KARYAWAN

PT. PERTAMINA (PERSERO)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh: NURSEHA NIM : 102070026015

Dibawah Bimbingan :

Oセ@

p・ュ「ゥイイセセO@

/'/

Pembimbing I

Drs. Sofiandy Zakaria, M. Psi. T . / Liany Luzvinda, 1111. Si

FAKULTAS PSIKOLOGll

UIN SY ARIF HIDAY ATUl.LAH

JAKARTA

1428 H

I 200'1

(3)

PERUBAHAN STRUKTUR ORGANISASI DENGAN KOMITMEN TERHADAP

ORGANISASI PADA KARYAWAN PT. PERTAMINA (PERSERO} telah

diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 aセQオウエオウ@ 2007. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mernperoleh gelar Sajana

Psikologi.

Jakarta, 14 Agustus 2007

Sidang Munaqasah

Sekretaris Merangkap Anggota

Ora. Ne artati M.Si M.Si

NIP. 150 1 938

Anggota:

Pen9uj

1·.r\.

\ '

セQᄋ@

i I\

i \ \

Penguji II

」Z[セ@

セ@

Ors. Sofia1ndy Zakaria,M. Psi. T NIP.

p・ュ「ゥュ「ゥェAjYBQQMBセ@

91v//

/

Pembimbing I

Ors. Sofiandy Zakaria.M. Psi. T / Liany Luzvinda. M.Si

(4)

'fur'a:n itulali' ya:n3 lla!Z aari duli'a:nmu lafu meroka lierima:n aa:n

tu:nau!Z li'ati mereka htPada-

セ。N@

セ・ウオZョNRyオャゥGZョケ。@

_ヲャャ。ャゥGセ@

セ@

aaalali'

.J'l1mbori .J'etu,Yu!Z liasl ora:n3-ora:n3 ya:ns lierima:n k"tf'aaa

jaf

a:n Ytnl!f furus

BサBァLセN@

?ff-

Vf

lfij:

'.if)

セ。イケ。@

se<krli'a:na i:ni ku.J'ersemliali'ka:n u:ntu/Z:

?lyah. :fliu aa:n IZa!Za£...IZalZalZ tersaya:n3

(5)

(B) Agustus 2007 (C) Nurseha

(D) Hubungan Antara Sikap Terhadap Perubahan Struktur Organisasi

Dengan Komitmen Organisasi Pada Karyawan PT PERTAMINA (Persero) (E) xiv - 87 halaman

Akhir-akhir ini terdapat banyak perusahaan yang tumbuh, berkembang, dan ingin bertahan dalam menghadapi perubahan. lJntuk meningkatkan produktifitas, perusahaan memerlukan karyawan yang mampu dan

terampil dalam melakukan pekerjaan, serta memiliki komitmen organisasi yang tinggi dalam upaya mencapai visi dan misi perusahaan. Karakteristik struktural dalam organisasi adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan komitmen organisasi. Perubahan yang terjadi clalam struktur organisasi menyebabkan timbulnya sikap karyawan yang berbeda-beda. Sikap terhadap perubahan struktur organisasi diduga dapat menentukan tinggi rendahnya komitmen karyawan terhadap perusahaan. Oleh karena itu perumusan masalah dalam penelitian ini adalah "apakah terdapat hubungan antara sikap terhadap perubahan struktur organisasi dengan komitmen terhadap organisasi pada karyawan". Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara sikap tEffhadap

perubahan struktur organisasi dengan komitmen terhadap organisasi, seberapa besar hubungan antara sikap terhadap perubahan struktur organisasi dengan komitmen organisasi, dan bagaimana arah hubungan antara kedua variabel tersebut.

Komitmen organisasi adalah suatu proses pada diri karyawan dalam mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan tujuan-tujuan organisasi mencakup perasaan keterlibatan karyawan dalam

pekerjaan. Karyawan rela melakukan apa saja untuk tetap menjadi bagian dalam organisasi, melakukan kewajiban dan tanggung jawab sebagai anggota organisasi guna mencapai tujuan organisasi, sehingga

terinternalisasi kedalam diri individu dalam bentuk perilaku. Variabel ini diukur melalui komponen-komponen komitmen organisasi dari Meyer &

Allen (1992) yang terdiri dari: Komitmen Afektif (AffectiV'e Commitment),

Komitmen Kontinuans (Continuance Commitment), dan Komitmen

Normatif (Nonnative Commitment). Sedangkan sikap terhadap perubahan struktur organisasi, yaitu kecenderungan individu dalam memberikan reaksi tertentu, positif atau negatif dalam menghadapi peirubahan struktur yang terjadi dalam organisasi atau perusahaan, variabel ini diukur

berdasarkan teori komponen-komponen sikap seperti yang dikemukakan oleh Breckler (1984) yaitu yang terdiri dari komponen; Affect (Afektif),

(6)

komponen struktur organisasi berdasarkan teori dari Robbins

(1992),

yang terdiri dari komponen ; Complexity (kompleksitas}, Fonnalization

(formalisasi), dan Centralization (sentralisasi).

Metode penelitian yang digunakan adalah metode 、・ウセ[イゥーエゥヲ@ korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi yang diambil adalah karyawan PT. PERTAMINA (Persero) pada Dit. Pemasaran dan Niaga yang terdiri dari

51

orang dari populasi sebanyak

203

karyawan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan dua skala yaitu, skala komitmen organisasi dan skala sikap terhadap perubahan struktur organisasi, dengan koefisien reliabilitas skala komitmen organisasi sebesar

0,84

dan reliabilitas skala sikap terhadap perubahan struktur organisasi sebesar

0,86

d1engan subjek try out sebanyak

51

karyawan. Berdasarkan uji coba validrtas dengan teknik korelasi product moment pada skala komitmen organisasi dari

48

item yang diuji coba diperoleh

27

item valid dan

21

item yaniJ gugur. Pada skala komitmen organisasi yang terdiri dari 54 item ケ。ョ|セ@ diuji coba diperoleh

31

item valid dan

23

item yang gugur.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara sikap terhadap perubahan struktur organisasi dengan komitmen terhadap organisasi, karena z hitung

(2,57)

> z tabel

(1,96).

Angka positif menunjukan hubungan yang searah artinya semakin positif sikap

karyawan terhadap perubahan struktur yang terjadi mak:a semakin tinggi komitmen karyawan terhadap organisasi. Hasil perhitun,gan total skor menunjukan bahwa

86

% dari karyawan dalam penelitian ini memiliki sikap netral terhadap perubahan struktur yang terjadi dalam organisasi , dan

84

% dari karyawan memiliki komitmen organisasi yang sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dampak dari sikap netral karyawan terhadap perubahan struktur organisasi yang terjadi

mempengaruhi tinggi rendahnya komitmen karyawan terhadap organisasi. Berdasarkan uji beda diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan

komitmen organisasi antara laki-laki dan perempuan, karena nilai probabilitas

0,203

>

0,05.

Dan nilai probabilitas untuk sikap terhadap perubahan struktur organisasi

0,559

>

0,05

artinya tidak ada perbedaan sikap terhadap perubahan struktur organisasi antara laki-laki dan

perempuan

(F)Daftar Pustaka :

43 (1982-2006)

(7)

Oengan mengucap syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga dapat menyusun skripsi ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangannya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang berjudul "HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHAOAP PERUBAHAN STRUKTUR ORGANISASI OENGAN KOMITMEN TERHAOAP ORGANISASI PAOA KARYAWAN PT.

PERTAMINA (PERSERO)", dapat terselesaikan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan, saran, ataupun bantuan-bantuan lain yang turut mendukung terselesaikannya skripsi ini. Untuk itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Yang tercinta Ayahanda Mushanif semoga rahmat Allah selalu menyertai ayah disana. lbunda dan Kakanda kasih sayang kalian selalu

menyemangati ananda untuk menggapai sukses, serta seluruh keluarga dan teman-teman baik yang tidak henti-hentinya membmikan motivasi dan bantuan baik moril maupun materil.

2. lbu Ora. Netty Hartati, M.Si selaku Oekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta seluruh staff-staffnya, terima lkasih atas jasa-jasa yang tel ah diberikan kepada penulis ..

3. lbu Ora. Zahrotun Nihayah, M.Si selaku Pudek Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pembimbing Akademik Kelas C

terimakasih atas bimbingan dan perhatian yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

vii

(8)

dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Rahmat dari pihak Pertamina Leaming Centre (PLC) yang telah membantu penulis mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di Divisi OSM PT. PERTAMINA (Persero).

6. Bapak AM Unggul Putranto dan lbu Elvi dari Divisi OSM PT. PERTAMINA (Persero) yang banyak memberikan bimbingan kepada penulis untuk melakukan penelitian di lapangan.

7. Seluruh Karyawan PT. PERTAMINA (Persero) pada Dit. Pemasaran dan Niaga yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 8. Bapak dan lbu Dasen Fakultas Psikologi yang telah membantu dan

membimbing dari awal sampai akhir perkuliahan di kampus tercinta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. My bestfriend aas, nda, dwi, yoga, ratna, lia, and teman-teman kelas C angkatan 2002 thanks for your support.

10.Jamali thanks for learning SPSSnya ya ...

11.Ahmad dan keluarga, yang turut memberikan kontribusi di detik-detik terakhir penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya hanya kepada Allah jua lah penulis kernbalikan segala sesuatunya. Sernoga arnal dan budi baik dari sernua pihak yang telah mernbantu

rnendapat imbalan yang berlipat ganda dan semoga apa yang penulis capai berrnanfaat dan rnendapat ridha Allah SWT. Arniiin

,lakarta, Juni 2007

(9)

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Motto ... iv

Dedikasi ... iv

Abstraksi . . . .. . . .. .. . .. . . .. .. . . . .. .. .. .. . .. . . .. . .. .. . . .. . . .. .. . .. . . .. . . v

Kata Pengantar . .. .. . . .. .. .. . .. . . .. . . ... .. . . .. . . ... . .. . . .. vii

Daftar lsi . .. . . .. . . . .. ... . .. . .. . . . .. .. . . .. . . .. . .. ... . .. ... . ... .. . . . .. . . .. .. .. . . ix

Daftar T abel .. . . ... . . .. .. . . . .. .. . . .. . .. . . .. . ... ... ... . .. . .. .. . . .. .. .. . . . .. xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 . Latar Belakang Masalah . . . . .. . . .. .. . . .. . . ... . . ... . . .. .. . . . 1

1.2.ldentifikasi Masalah ... 12

1.3.Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1.3.1. Pembatasan Masalah ... 12

1.3.2. Perumusan Masalah ... 14

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian ... 14

1.4.2. Manfaat Penelitian 1.4.2.1. Manfaat Teoritis ... 15

1.4.2.2. Manfaat Praktis ... 15

1.5.Sistematika Penulisan ... 16

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Komitmen Organisasi 2. 1. 1. Pengertian Komitmen organisasi . . . .. . . ... .. . . . .. . . 17

2.1.2. Komponen-komponen komitmen organii;asi ... 20

2.1.3. Pengukuran komitmen organisasi. ... 23

2.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi komitmen terhadap organisasi ... 25

(10)

2.2.2. Struktur Organisasi ... 31 2.2.3. Komponen-komponen struktur Organisasi ... 32 2.2.4. Macam-macam struktur Organisasi ... 34 2.3. Perubahan Struktur Organisasi

2.3.1. Perubahan Organisasi ... 41 2.3.1.1 Tipe-tipe perubahan Organisasi ... 42 2.3.1.2 Perubahan struktur Organisasi ... 43 2.3.2. Sikap terhadap perubahan struktur organisasi

2.3.2.1 Pengertian Sikap ... 45 2.3.2.2 Komponen-komponen Sikap ... 47 2.3.2.3 Sikap menerima dan menolak perubahan

organisasi ... 51 2.3.2.4 Sikap terhadap perubahan struktur

organisasi ... 53 2.4. Kerangka Berpikir

2.4.1. Hubungan antara Perubahan Struktur Organisasi

dengan Komitmen Organisasi ... 54 2.5. Hipotesis Penelitian ... 58 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 59 3.1.2 Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel.. ... 60 3.2 Pengambilan Sampel

3.2.1. Populasi Penelitian ... 62 3.2.2. Sampel Penelitian ... 62 3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel ... 63

(11)

Garnbar 2.1: Hubungan antara Sikap terhadap perubahan struktur organisasi dengan kornitrnen terhadap organisasi ... 57

(12)

Lampiran 1 : Validitas skala komitmen terhadap organisasi

Lampiran 2 : Reliabilitas skala komitmen terhadap organisasi

Lampiran 3 : Validitas skala sikap terhadap perubahan struktur organisasi

Lampiran 4 : Reliabilitas skala sikap terhadap perubahan struktur organisasi

Lampiran 5 : Data penelitian skala komitmen terhadap organisasi

Lampiran 6 : Data penelitian skala sikap terhadap perubahan struktur

organisasi

Lampiran 7 : Korelasi aspek sikap terhadap perubahan struktur organisasi

dengan komitmen terhadap organisasi

Lampiran 8 : lnstrumen penelitian

Lampiran 9 : Surat izin penelitian

Lampiran 10 : Surat keterangan penelitian

Lampiran 11 : Struktur organisasi PT. PERTAMINA (Persero)

(13)

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang Masalah

Organisasi merupakan suatu wadah dimana sekelompok orang melakukan

kerja sama untuk mencapai tujuan bersama, organisasi selalu bergerak

mengadakan pembagian tugas/pekerjaan sesuai dengan sistem yang telah

ditentukan, serta selalu mengikuti perkembangan yang terjadi di lingkungan.

Hampir setiap organisasi saat ini berhadapan dengan perubahan, seperti

yang terjadi pada PT. BMM yang melakukan restrukturisasi, Ratelindo yang

berubah menjadi esia, dan PT. Pertamina yang melakukan perubahan pada

struktur dan budaya organisasinya. Perubahan-perubahan tersebut

merupakan suatu perubahan yang proaktif dan memiliki エオNセオ。ョ@ untuk memajukan organisasi itu sendiri.

Disisi lain, adanya perubahan seringkali menimbulkan dampak yang besar

bagi tenaga kerja seperti hilangnya sistem kerja sepanjang hidup (long life

employment), tingginya pengangguran, berkurangnya keamanan kerja,

berkurangnya keterampilan kerja yang bersifat tradisional, pengurangan

jumlah karyawan, dan lain sebagainya. (Lasmahadi, 2002)

(14)

Pada umumnya perubahan-perubahan yang dilakukan oleh perusahaan lebih

terpusat pada aspek-aspek teknis, finansial, dan operasional daripada aspek

manusia. Akibatnya upaya perubahan yang dilakukan mengalami kegagalan.

Hal ini tampak dalam bentuk terjadinya masalah perburuhan, keluarnya

tokoh-tokoh kunci dan orang-orang berbakat dari perusahaan, dan tidak

diperoleh manfaat atau sangat sedikit manfaat yang diperoleh dari perubahan

yang dilakukan. (Lasmahadi, 2002)

Melihat besarnya kontribusi Sumber Daya Manusia bagi k19berhasila11

organisasi, maka organisasi perlu membina dan mempertahankan suatu tim

kerja yang handal, ini berarti bahwa disamping mengadakan perekrutan,

penerimaan, dan penempatan tenaga kerja, organisasi juga harus mampu

memelihara dan mempertahankan karyawannya. (Tanjaya & Noegroho,

1995)

Kenyataan yang tidak dapat diabaikan dewasa ini adalah telrdapat banyak

perusahaan yang tumbuh, berkembang, dan ingin bertahan dalam

menghadapi perubahan yang terjadi. Dalam kondisi demikian, maka memiliki kemampuan yang potensial saja tidaklah cukup, organisasi juga memerlukan

adanya kemauan dan kesediaan bekerja dari para karyawainnya. Dengan

demikian disamping membutuhkan orang-orang yang mampu dan terampil

(15)

yang bersedia untuk berusaha demi kepentingan organisasi, loyal, dan

terlibat secara penuh dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Karyawan yang kurang loyal pada organisasi dan terlibat secara penuh

mengindikasikan ; ketertarikan pada pekerjaan berkurang, a/Ps, sering

absen, timbul pemogokan kerja, dan keluar dari perusahaan. Untuk itu maka

perusahaan perlu menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mengikat

karyawannya agar tetap bertahan dalam perusahaan serta terlibat penuh

dalam proses organisasi.

Dengan memperhatikan faktor-faktor komitmen karyawan terhadap

organisasi perusahaan diuntungkan dalam dua hal yaitu ; mendapat

dukungan optimal dari karyawan, mengurangi ongkos dalam pemeliharaan

SDM sebagai akibat pengurangan kasus-kasus pemangkirnn, dan

tum-over.

Keuntungan kedua ini menjadi penting karena kenyataannya pertumbuhan

pesat di dunia usaha dan industri menyebabkan persaingan tidak saja terjadi

di bidang perebutan konsumen, tetapi juga dibidang perekrutan tenaga kerja

sehingga akan merugikan pihak perusahaan yang dibajak. (Tanjaya &

Noegroho, 1995)

Richard M. Steers (dalam Kuntjoro, 2002) mengemukakan bahwa komitmen

karyawan terhadap organisasi adalah keikatan karyawan yang merupakan

(16)

; keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi, kepercayaan

dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi, dan kesediaan

untuk berusaha sebaik mungkin demi kebaikan organisasi.

Oleh karena itu komitmen seseorang terhadap organisasi/perusahaan

seringkali menjadi isu yang sangat penting. Karena ー・ョエゥョAセョケ。@ hal tersebut, beberapa organisasi memasukkan unsur komitmen sebagai salah satu

syarat untuk memegang suatu jabatan/posisi yang ditawarkan dalam

iklan-iklan lowongan pekerjaan. (Warta bisnis, Januari 2005)

Untuk itu banyak penelitian-penelitian bertema komitmen organisasi yang

dilakukan oleh para ilmuan khususnya dalam bidang psikologi, karena

karyawan yang menunjukan tingkat komitmen yang tinggi diasumsikan akan

lebih termotivasi, lebih puas dengan pekerjaannya dan keinginan untuk

meninggalkan perusahaan berkurang.

Steve dan Brian (dalam Martono seperti yang dikutip Suryani, 2006)

mengungkapkan bahwa karyawan yang mempersepsikan ildim organisasi

positif cenderung memiliki komitmen terhadap organisasi, kinerja dan kepuasan kerja yang tinggi.

Wattson Wyatt Worldwide, sebuah perusahaan konsultan manajemen SOM

(17)

menunjukan bahwa komitmen karyawan yang tinggi berdampak 3,3 kali lebih

besar dibanding komitmen yang rendah terhadap keuntun!;ian perusahaan.

(Warta Bisnis, Januari 2005).

Penelitian yang dilakukan dengan metode survey ini merupakan pertama kali

dilakukan untuk kawasan Asia, berangkat dari anggapan bahwa persepsi

karyawan sangat penting dalam mendukung kinerja perusahaan. Sikap positif

karyawan akan meningkatkan commitment, alignment (kekompakan). dan

enablement (kemampuan) mereka yang pada gilirannya ak:an memberi hasil

positif pada keuntungan perusahaan. (Warta Bisnis, Januari 2005).

Komitmen yang tinggi terhadap organisasi pada karyawan dipengaruhi oleh

banyak faktor, seperti yang dikemukakan oleh beberapa peneliti diantaranya

Greenberg dan Baron (seperti yang dikutip susanti, 2002) mengemukakan

bahwa usia dan masa kerja mempengaruhi komitmen terhadap organisasi,

karyawan yang lebih tua akan memiliki pengalaman kerja yang menunjukan

komitmen terhadap perusahaan yang lebih tinggi daripada karyawan yang

lebih muda, karyawan yang lebih lama bekerja memiliki komitmen yang lebih tinggi daripada karyawan yang baru bekerja.

Menurut Mowday dkk (dalam Meyer & Allen (1988) seperti clikutip Hidayat,

2006) karakteristik struktural dapat mempengaruhi komitme11 karyawan

(18)

bahwa komitmen karyawan terhadap organisasi berhubungan secara positif

dengan karakteristik struktural dalam organisasi, dalam hal ini terdapat dua

variabel penting yaitu adanya formalisasi dan desentralisasi. Formalisasi

adalah tingkat standarisasi dari pekerjaan di organisasi, merupakan batas

penentuan atau pengaturan kegiatan para anggota melalui prosedur dan

peraturan yang resmi. Dornstein, Malaon, Moris, dan Steers (dalam Mowday

dkk, seperti dikutip Hidayat, 2006) menemukan bahwa variiabel formalisasi

berkorelasi positif signifikan dengan komitmen organisasi.

Secara umum bukti-bukti menunjukan bahwa semakin besar tingkat

sentralisasi, makin formal, dan makin ketatnya aturan-aturan maka akan

tercipta suasana yang kaku, tertutup, dan menakutkan (Marrow, Bowers, &

Seasors (1987) seperti yang dikutip Suryani, 2006). Moris dan Steers (dalam

Mowday (1982) sepert dikutip Hidayat, 2006) menemukan adanya hubungan

positif antara desentralisasi dengan komitmen pada organisasi, hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Dornstein dan Malaon (dalam Oliver (1990)

seperti yang dikutip Hidayat, 2006) yang menemukan korel;:isi negatif antara

sentralisasi dengan komitmen terhadap organisasi.

Dari penjelasan di atas terlihat banyak faktor yang dapat mHmpengaruhi

komitmen karyawan terhadap organisasi, salah satunya adalah karakteristik

(19)

perubahan struktur dalam organisasi apakah hal itu dapat mempengaruhi

tinggi rendahnya komitmen karyawan terhadap organisasi'?

PT. PERTAMINA merupakan suatu badan usaha milik neg1ara yang bergerak

di bidang persediaan BBM dalam negeri. Ketika lahir undang-undang Nomor

22

Tahun

2001

tentang Minyak dan Gas Bumi maka lahir pula politik

perminyakan baru di Indonesia, dengan lahimya undang-uindang tersebut

maka terjadi perubahan secara fundamental terhadap peran, fungsi, dan

kedudukan PT. PERTAMINA, jika berdasarkan undang-undang Nomor 8

Tahun

1971

PT. PERTAMINA merupakan pemain (Player') dan sekaligus

pengatur dalam perkembangan industri minyak nasional, maka tidak

demikian halnya menurut undang-undang Nomor

22

Tahun

2001

yang

merupakan antitesis terhadap undang-undang Nomor 8 Tahun

1971

yang

mendekonstruksi hampir secara total orientasi dan hegemoni PERTAMINA

(Anwari,

2004)

Sejak tahun

2003

PT. PERTAMINA hanya boleh tampil sebagai pemain

dalam lndustri MIGAS setara dengan pemain-pemain lainnya seperti SHELL,

PETRONAS, dll .

Dengan statusnya yang sekarang maka PT PERTAMINA (Persero) seperti

halnya perusahan lain harus menghadapi problematika perusahaan yang

(20)

pelanggan/konsumen yang menuntut pelayanan terbaik dan perubahan

lingkungan usaha baik internal maupun eksternal. Sejak menjadi PT.

PERTAMINA (Persero) pada September 2003, banyak langkah-langkah

profesional yang dilakukan untuk memperbaiki manajemen perusahaan.

Ketika Pertamina dinyatakan sebagai perusahaan perseroan, berorientasi

profit, bervisi tinggi dan besar menjadi perusahaan yang maju, unggul, dan

terpandang, dinilai sudah tidak sesuai bila tetap memakai karakeristik

birokratis dan prosedural. (www.pertamina.com)

Untuk tetap survive dalam era globalisasi seperti sekarang maka perusahaan

tidak dapat mengelak dari perubahan dan perbaikan-perbaikan untuk dapat

meningkatkan efektivitas perusahaan tersebut, seperti perbaikan strategi

yang dijalankan perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi

dan perbaikan metode-metode manajemen yang dijalankan perusahaan.

Dalam hal ini Robbins mengemukakan bahwa "If organization is to survive, it

must respond to changes in its environment ... the organization needs to

adapt. Effort to stimulate innovation, empower employees, and introduce

work teams are example of planned change activities directed at responding

to change in the environment." (Robbins, 2001 : 542)

Jika suatu organisasi ingin tetap bertahan, maka organisasi tersebut harus

(21)

dengan aktivitas terencana yang dilakukan untuk rnerespon perubahan yang

terjadi di lingkungan seperti ; melakukan inovasi-inovasi baru, memberikan

kekuatan baru bagi para pekerja, dan memperkenalkan kerja tim.

Selanjutnya Robbins (2001) mengemukakan bahwa "The term intervention

strategies is used to describe the choice of means by which the change take

place, strategies tend to fall into one of four categories : people, structure,

technology, and organizational process." (Robbins, 1990 : :392)

Kutipan tersebut mengandung pengertian bahwa hal-hal yang dapat dirubah

dalam melakukan perubahan dalam organisasi adalah stmktur organisasi,

teknologi, lingkungan fisik, dan sumber daya manusia. Dan dalam penelitian

ini peneliti membatasi hanya pada perubahan struktur dalam organisasi.

Davis dan Newstrom (1995) mengemukakan bahwa setiap perubahan yang

terjadi ditafsirkan oleh orang-orang sesuai dengan sikap meireka. Adanya

perubahan-perubahan tersebut akan mempengaruhi juga sikap dari

individu-individu yang menjadi anggota dalam suatu organisasi. Ada sikap yang

mendukung dan ada juga sikap yang menentang adanya

perubahan-perubahan yang terjadi karena mereka merasa akan tergeser kedudukannya

(22)

Seperti yang terjadi di PTDI, untuk menjalankan perubahan struktural,

presiden direktur PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mengambil langkah

kontroversial antara lain dengan melakukan penataan ulang SDM.

Menangapi hal ini sebagian besar karyawan PTDI menolak langkah

penataan ulang SDM (menolak PHK). (Rudjito, 2007)

Restrukturisasi SDM dalam bentuk rasionalisasi terhadap

±.

6.000 karyawan

merupakan yang paling krusial. dari sisi kepentingan bisnis., rasionalisasi

karyawan PTDI memungkinkan perusahaan tersebut lebih ramping, produktif,

dan efisien. Namun, kebijakan tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa

ribuan orang akan kehilangan pekerjaan.( www.pikiran-rakyat.com)

Dengan demikian sikap individu dalam menghadapi perubahan turut

mempengaruhi efektivitas perubahan itu sendiri, baik bagi iindividu maupun

organisasi.

Menurut Fritz J. Roethlishberger (dalam Winardi, 2006) evaluasi-evaluasi

positif suatu proposal perubahan (bila diimplementasikan seicara tepat) dapat

menyebabkan timbulnya dukungan dan partisipasi aktif dalam

mengupayakan keberhasilan perubahan. Namun sangat jar:ang sekali terlihat

adanya perubahan yang dianggap sedemikian positif dan menguntungkan

(23)

Jack dan Suzy Welch, pengasuh rubrik tanya jawab bisnis dan manajemen Jack & Suzy Welc Winning, di surat kabar The New York Times

memperkirakan bahwa sekitar 10 persen dari karyawan aclalah agen

perubahan yang penuh energi dan optimisme. Sebanyak ·75 persen sisanya,

tidak akan memulai perubahan, namun jika mereka sudah yakin bahwa mereka membutuhkan perubahan, mereka akan berkata, "mari kita lakukan dengan cara itu." Sisanya adalah orang-orang yang sulit berubah

(www.pertamina.com).

Dengan demikian sikap karyawan terhadap perubahan yang terjadi dalam organisasi sangat penting bagi pengembangan organisasi l<hususnya bagi organisasi-organisasi yang banyak melakukan perubahan internal. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi komitmen karyawan terhadap organisasi adalah karakteristik struktural dalam organisasi. Jika terjadi suatu perubahan khususnya perubahan struktur dalam organisasi maka sikap karyawan pun akan berubah, karyawan yang menganggap positif suatu bentuk perubahan akan mendukung setiap kebijakan organisasi, begitu pun ウ・セ「。ャゥォョケ。@

karyawan yang bersikap negatif terhadap perubahan yang terjadi akan menentang kebijakan organisasi yang berkaitan dengan perubahan tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan suatu

(24)

1.2 ldentifikasi Masalah

1. Apakah ada hubungan antara sikap terhadap perubahan struktur

organisasi dengan komitmen organisasi?

2. Bagaimana sikap karyawan terhadap perubahan struktur organisasi

yangterjadidiperusahaan?

3. Apakah perubahan struktur dalam organisasi berdampak pada

komitmen karyawan terhadap organisasi?

4. Apakah ada perbedaan sikap terhadap perubahan struktur organisasi

berdasarkan jenis kelamin?

5. Apakah ada perbedaan komitmen organisasi berdasarkan jenis

kelamin?

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran dan meluasnya penelitian

ini, maka penulis membatasi pada masalah ; Hubungan antara sikap

terhadap perubahan struktur organisasi dengan komitmen tierhadap

organisasi pada karyawan PT. PERTAMINA (Persero). Untuk lebih jelasnya

akan diuraikan sebagai berikut :

(25)

kecenderungan individu dalam memberikan reaksi tertentu, positif atau negatif dalam menghadapi perubahan struktur yang terjadi dalam organisasi atau perusahaan tempat orang tersebut bekerja. Dalam hal ini peneliti menggunakan tiga komponen sikap seperti yang

dikemukakan oleh Breckler (1984) meliputi Affect (afektif), cognition

(kognitif) , dan behavior (konatif). Dan tiga ォッューッイョセョ@ struktur organisasi yang dikemukakan oleh Robbins (1992) meliputi;

Complexity (kompleksitas), Centralization (sentralisasi), dan

Formalization (formalisasi) sebagai objek sikapnya

2. Komitmen organisasi dalam penelitian ini adalah suatu proses pada diri karyawan dalam mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan tujuan organisasi mencakup perasaan keterlibatan karyawan dalam pekerjaan. Karyawan rela melakukan apa saja untuk tetap menjadi bagian dalam organisasi, melakukan kewajiban dan tanggung jawab sebagai anggota organisasi guna mencapai tujuan organisasi, sehingga terintemalisasi kedalam diri individu dalam bentuk perilaku. Dalam hal ini peneliti menggunakan tiga komponen komitmen organisasi dari Meyer dan Allen (1990) yang mencakup komponen ; affective commitment (komitmen afektif), continuance

commitment (komitmen kontinuans), dan normative commitment

(26)

3. Yang menjadi populasi dan sampel dalam penelitian ini yaitu karyawan tetap pada PT. PERTAMINA (Persero) yang berlokasi di kantor pusat

pada Direktorat Pemasaran dan Niaga, karena pada saat ini Direktorat Pemasaran dan Niaga sedang mengalami perubahan struktural.

Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah karyawan level asisten manager kebawah; laki-laki dan perempuan, telah bekerja minimal lima tahun, dan memiliki latar belakang pendidikan minimal SL T A/sederajat.

1.3.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah : " Apakah Ada Hubungan Antara

Sikap Terhadap Perubahan Struktur Organisasi Dengan Komitmen

Terhadap Organisasi ?"

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

1) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara sikap terhadap perubahan struktur organisasi dengan komitmen terhadap organisasi.

2) Seberapa besar hubungan antara sikap terhadap perubahan struktur organisasi dengan komitmen terhadap organisasi

(27)

1.4.2.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan pada disiplin ilmu

psikologi tentang hubungan antara sikap terhadap perubahan struktur

organisasi dengan komitmen terhadap organisasi.

1.4.2.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini berfungsi sebagai pengetahuan tentan!l pentingnya sikap

positif karyawan dalam menghadapi perubahan khususnya perubahan

struktur organisasi dalam usaha meningkatkan komitmen l<aryawan terhadap

organisasi. Pengetahuan ini berguna untuk pengelolaan sumber daya

manusia dan pengembangan organisasi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi karyawani untuk dapat

meningkatkan komitmen pada perusahaan dengan rnengernbangkan dirinya

(28)

1.5 Sistematika Penulisan

Pada penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan kaidah penulisan

American Psychology Association Style (APA Style). Ada1Pun sistematika

penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Berisi uraian mengenai latar belekang masalah, pembatai>an dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka

Berisi uraian teoritis mengenai ; Pengertian komitmen terhadap organisasi, komponen-komponen komitmen organisasi, pengukuran komitmen organisasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi. Struktur

Organisasi, dimensi-dimensi struktur organisasi, dan macam-macam strulctur organisasi. Perubahan struktur organisasi, dan sikap terhadap perubahan struktur organisasi.

BAB Ill Metodologi Penelitian

Berisi uraian mengenai subjek penelitian, カ。イゥ。「・ャMカ。イゥ。「Qセi@ penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan prosedur penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian

Berisi uraian mengenai proses analisa data dan hasil pene11itian

BAB V Kesimpulan dan Saran

Berisi uraian mengenai hasil penelitian, diskusi, dan bentulc-bentuk saran

(29)

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis akan menguraikan teori-teori dan hipotesis yang

berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun hal yang akan

diuraikan adalah teori-teori yang berkaitan dengan sikap te•rhadap perubahan

struktur organisasi dengan komitmen terhadap organisasi.

2.1 KOMITMEN ORGANISASI

2.1.1 Pengertian Komitmen Organisasi

Sebelum membahas tentang komitmen organisasi, perlu diketahui bahwa

komitmen berasal dari kata Commitment yang memiliki arti "a promise to do

something'' (Miller, 1989) dapat diartikan sebagai sumpah untuk melakukan

sesuatu. Sedangkan dalam Webster's Dictionary, Commitment diterjemahkan

sebagai "The state of intellectual and emotional adherence ... "' (Cayne,

1989), yang berarti kesetiaan, baik emosional maupun intelektual.

Pengertian komitmen organisasi yang banyak dijadikan referensi adalah

definisi komitmen organisasi yang dikemukakan oleh Mowday, Porter, dan

Steers (dalam Minner,1992), ia mendefinisikan komitmen organisasi sebagai

" ... the relative strength of an individual's identification with and involvement

in

a

particular organization; Conceptually it can be characterized by at least
(30)

three factor: a strong belief in and acceptance of the organization's goals and

values,

a

willingness to exert considerable effort on behalf on the organization

and a strong desire to maintain membership in the organization."

Komitmen organisasi diartikan sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari

individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya keclalam bagian

organisasi. Hal ini dapat ditandai dengan tiga hal, yaitu : pEmerimaan

terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi, kesiapan dan ke•sedian untuk

berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi, dan keinginan

untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi (menjadi bagian

dari organisasi). Komitmen organisasi ini difokuskan pada proses dimana

individu melakukan penilaian sejauhmana nilai-nilai dan tujuan individu sama

dengan yang dimiliki perusahaan.

Steers berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi dimana

pegawai sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran

organisasinya. Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar

keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organnsasi dan

kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan

organisasi demi pencapaian tujuan. (Kunjtoro, 2002)

Charles O'Reilly (dalam Staw, (1991) seperti yang dikutip Susanti, 2002)

(31)

khusus dari perhatian psikologis individu terhadap organisasi yang mencakup

perasaan keterlibatan dalam pekerjaan, loyalitas dan keyalkinan terhadap

nilai-nilai organisasi. Selanjutnya ia mengemukakan tiga fase dari komitmen

terhadap organisasi yaitu :

a) Kerelaan dan kepatuhan

Kerelaan dan kepatuhan adalah fase dimana seseorang bersedia menerima

pengaruh dari orang lain dan patuh terhadap setiap tugas atau perintah yang

diberikan kepadanya guna memperoleh sesuatu imbalan. Komitmen pada

fase ini masih sangat rentan bila individu menghadapi kondisi yang tidak

sesuai dengan harapannya, individu tersebut akan mudah kehilangan

komitmennya terhadap organisasi.

b) Fase ldentifikasi

Pada fase ini individu mulai menerima pengaruh untuk mempertahankan

suatu keputusan dan berhubungan dengan identifikasi diri. lndividu pada

fase ini mulai membina dan mempertahankan hubungan baik dengan orang

lain.

c) Fase internalisasi

lndividu mendapatkan bahwa nilai-nilai organisasi secara intrinsik sesuai atau

sama dengan nilai-nilai pribadi. Fase internalisasi merupakan tahap dimana

komitmen individu terhadap organisasi teruji dengan nilai-nilai, aturan-aturan,

(32)

Komitmen organisasi mengandung pengertian sebagai SE!suatu hal yang

lebih dari sekedar kesetiaan yang pasif terhadap organisasi, dengan kata lain

komitmen organisasi menyiratkan hubungan pegawai dengan perusahaan

atau organisasi secara aktif. Karena pegawai yang menunjukkan komitmen

tinggi memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab yang

lebih dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi

tempatnya bekerja.

Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi

adalah suatu proses pada diri karyawan dalam mengidentifikasikan dirinya

dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan tujuan organisasi mencakup perasaan

keterlibatan karyawan dalam pekerjaan, loyalitas, dan keyakinan terhadap

nilai-nilai organisasi. Karyawan rela melakukan apa saja untuk tetap menjadi

bagian dalam organisasi, melakukan kewajiban dan tanggung jawab sebagai

anggota organisasi guna mencapai tujuan organisasi, sehingga

terinternalisasi kedalam diri individu dalam bentuk perilaku.

2.1.2 Komponen-komponen komitmen Organisasi

Komitmen organisasi dibentuk atas beberapa komponen s1:?suai dengan

batasan-batasan yang diberikan oleh para ahli yang digunakan untuk

mengukur komitmen organisasi. Hal ini dapat dipahami mengingat

(33)

Allen dan Meyer (dalam Kuntjoro, 2002). membedakan komitmen terhadap

organisasi yang terdiri dari tiga komponen, yaitu :

a) Affective commitment (komitmen afektif)

Komitmen afektifberkaitan dengan emosional, identifikasi dan keterlibatan

pegawai di dalam suatu organisasi. lndividu dengan komitmen afektif yang

kuat akan mengidentifikasikan dirinya dengan perusahaan dan akan terlibat

secara penuh pada kegiatan-kegiatan perusahaan serta sangat menyenangi

keanggotaannya dalam perusahaan. lndividu terikat dan tetap bertahan pada

perusahaan karena memiliki kedekatan emosional dan identifikasi pada

tujuan-tujuan perusahaan.

Komitmen afektif ini didasarkan pada konsep yang dikemul<akan Mowday

(dalam Minner, 1992) yang mendefinisikan sebagai " ... the relative strength of an individual's identification with and involvement in a particular

organization. Komitmen afektif berkaitan erat dengan adanva keselarasan

tujuan antara anggota/ karyawan dengan organisasi. Komitmen karyawan

semakin besar karena dirasakan bahwa nilai dan tujuan pribadinya sesuai

dengan tujuan organisasi. Hal ini memperjelas orientasi anf19ota kepada

organisasi yang secara l<eseluruhan menunjukan bahwa karyawan yang

memiliki komitmen afektif akan bertahan dalam organisasi atas dasar

(34)

b) Continuance commi1ment (komi1men kontinuans)

Komitmen kontinuans adalah komponen yang didasarkan atas persepsi

pegawai tentang kerugian yang akan dihadapinya jika ia meninggalkan

organisasi. Merupakan kecenderungan atau kebutuhan ウ・セウ・ッイ。ョァ@ untuk tetap bekerja dalam perusahaan karena kesadaran akan akibat yang

dirasakan bila berhenti melakukan pekerjaan tersebut. lndividu yang memiliki

komitmen kesinambungan yang tinggi akan tetap berada didalam

perusahaan karena mereka membutuhkannya. Komitmen continuance

memiliki ciri yaitu kebutuhan karyawan akan pekerjaan.

Komitmen kesinambungan tersebut didasarkan pada

pendekatan-pendekatan yang dikembangkan oleh Becker (1960), dan Rusbult & Farrel

(1983) dalam Meyer & Allen, (1992) yang mengemukakan bahwa " ...

commitment is viewed as a tendency to engage in consistemt lines of

activity ... based on the individual's recognition of the 'cost' {or lost side-bets)

associated with discontinuing the activity". Hal ini menjelaskan bahwa

keterikatan individu pada organisasi didasarkan pada keru!Jian yang

diperoleh jika individu tidak melanjutkan kegiatan dalam or!Janisasi, sehingga ia akan kehilangan apa yang telah ia berikan pada organisasi dan tidak

mendapatkannya jika bergabung dengan organisasi lain, seセー・イエゥ@ kehilangan

(35)

c) Normative commitment (komitmen normative)

Komitmen normatif merupakan perasaan-perasaan pegawai tentang

kewajiban yang harus ia berikan kepada organisasi. Meyer &Allen (1990)

menyatakan normative commitment sebagai" ... as a belief about one's

responsibility to the organization" , yaitu keyakinan individu tentang

tanggung jawab tehadap organisasi. lndividu tetap tinggal pada suatu

organisasi karena merasa wajib untuk loyal kepada ornanisasi tersebut.

Hal tersebut di atas senada seperti yang diungkapkan oleh Wiener &

Vardi (1980), seperti yang dikutip Meyer & Allen (1990) dalam alat

ukumya " Respondent are asked the extend to which tl1ey feel 'a person

should be loyal to his organization, should make sacrifation on its behalf,

and should not criticize It ". Dengan demikian l<omitmen ini lebih melihat

seberapa besar perasaan tanggung jawab karyawan terhadap

perusahaan, sehingga karyawan yang memiliki normati've commitment

yang tinggi akan bertingkah laku sesuai dengan keinginan perusahaan,

menjaga nama baik perusahaan, juga merasa wajib untuk loyal terhadap

perusahaan.

2.1.3 Pengukuran komitmen organisasi

Penelitian tentang l<omitmen organisasi telah dimulai bertahun-tahun yang

(36)

komitmen organisasi. Alat ukur yang digunakan antara lain adalah yang dibuat oleh Grusky pada tahun1966 (dalam Mowday dkk, seperti yang dikutip Seniati, 1996) berupa skala yang terdiri dari empat item yang mengukur sikap terhadap adm perusahaan, identifikasi diri dengan perusahaan, dan sikap umum terhadap perusahaan.

Selain itu Hrebiniak dan Alutto pada tahun 1972 (dalam Mowday dkk, seperti yang dikutip Seniati, 1996) mereka membuat skala empat item yang intinya mengukur kesediaan karyawan untuk tetap bekerja pada perusahaan, prosedur yang sama juga dilakukan oleh Brown pada tahun 1969 (dalam Mowday dkk (1982) seperti yang dikutip Seniati, 1996), dan Buchanan pada tahun 1974. Sedangkan Kanter pada tahun ·1968 (dalam Mowday dkk,

seperti yang dikutip Seniati, 1996) menggunakan skala dengan 36 item untuk mengukur komitmen organisasi namun gagal karena rendahnya validitas dan reliabilitas alat tersebut.

Allen dan Meyer (1990: 6) mengukur komitmen organisasi menggunakan ska la dengan 24 item ... eight item were selected for inclusion in each of the Affective Commitment Scale (ACS), Normative Commitment Scale (NCS),

and Continuance Commitment Scale (CCS), The reliability for each scale

(i.e.coefficient alpha) was of follows: ACS, .87; NCS, . 75; CCS, . 79

(37)

2.1.4 faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen terhadap

organisasi

Sejumlah penelitian banyak dilakukan untuk menemukan hal-hal yang dapat

meningkatkan komitmen karyawan terhadap organisasi dan menekan tingkat

pergantian karyawan di perusahaan. Menurut Mowday dkk (dalam Meyer dan

Allen (1988) seperti dikutip Hidayat, 2006) hal-hal tersebut di atas

digolongkan dalam empat karakteristik yaitu karakteristik individu, karakeristik

yang berhubungan dengan peran, karakteristik struktural clan pengalaman

dalam bekerja.

1. Karakteristik lndividu,

Karakteristik lndividu yang dimaksud disini terdiri dari usia dan masa kerja,

tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan status pemikahan individu.

a) Usia dan masa kerja

Karyawan yang lebih tua akan memiliki pengalaman ke,rja yang

menunjukan komitmen terhadap perusahaan yang lebih tinggi dari pada

karyawan yang lebih muda. Karyawan yang lebih lama bekerja juga akan

memiliki komitmen yang lebih tinggi terhadap perusahaan daripada

karyawan yang baru bekerja. (Greenberg dan Baron (1!195) dalam Susanti, 2002)

(38)

Menurut Grusku, Steers, dan Salancik (dalam Ferris dan araya (1981)

seperti dikutip Hidayat,

2006)

karyawan yang memiliki latar belakang

pendidikan yang tinggi akan menunjukan komitmen organisasi yang

rendah. Adanya hubungan yang negatif antara komitmen karyawan

terhadap organisasi dengan tingkat pendidikan disebabkan oleh semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi harapan-harapannya

terhadap organisasi.

c) Jenis kelamin

Wanita cenderung memiliki komitmen organisasi lebih tinggi dibandingkan

pria, karena wanita lebih banyak menemukan rintanga1n dalam mencapai

posisinya di dalam perusahaan, sehinga keanggotaan dalam perusahaan

lebih penting. (Steers

(1980)

seperti dikutip Susanti,

2002)

d) Status Pemikahan

Status pemikahan berhubungan positif dengan komitmen terhadap

organisasi, artinya kelompok yang sudah menikah memiliki komitmen

lebih tinggi daripada kelompok yang belum menikah.

2. Karakteristik yang berhubungan dengan peran

Yaitu komitmen organisasi cenderung dimiliki oleh karyawan yang

mempunyai pekerjaan yang bemilai lebih tinggi dan pekerjaan dengan

konflik peran yang rendah. Karakteristik yang berhubungan dengan peran

(39)

a) Tantangan dalam pekerjaan, yaitu adanya variasi dari tugas, serta

kesempatan untuk menunjukan kreatifitas, adanya kesulitan yang

bertahap dari tugas, serta kesempatan untuk menggunakan

keterampilan yang dimiliki.

b) Ketaksaan Peran, menjelaskan tentang kurangnya pengertian dari

seseorang mengenai hak-hak dan kewajibannya dalam melakukan

pekerjaan.

c) Konflik peran, hal ini timbul jika harapan dari individu mengenai

perannya dalam pekerjaan bertentangan dengan harapan perannya

yang lain. konflik peran disini adalah perbedaan antara nilai dan

harapan individu. Morris dan Sherman (dalam Mowolay dkk, seperti

dikutip Hidayat, 2006) menyatakan bahwa konflik peran berhubungan

negatif dengan komitmen terhadap organisasi.

3. Karakteristik Struktural

Dalam karakeristik struktural terdapat dua variabel yang penting berhubungan dengan komitmen karyawan terhadap organisasi yaitu adanya formalisasi dan desentralisasi.

a) Formalisasi

(40)

b) Desentralisasi

Berhubungan dengan adanya pembagian kekuasaan dan wewenang

bagi banyak orang sehingga tidak hanya cukup satu orang yang

berpartisipasi untuk mengambil atau membuat suatu keputusan.

4. Karakteristik pengalaman dalam bekerja

Beberapa variabel yang termasuk dalam pengalaman bekerja menurut

Steers (seperti dikutip Hidayat ,2006) antara lain :

a) Perasaan dihargai

Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan sejauh mana individu

merasa diperlukan oleh organisasi dalam mengembangkan misi

organisasi

b) Persepsi tentang gaji

Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan harapan akan

kebijaksanaan promosi, sistem penggajian yang adili, tidak

membingungkan dan sesuai harapan individu

c) Keterlibatan sosial

Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan persepsi karyawan

terhadap kedekatan kelompok kerjanya. Semakin banyak interaksi

sosial yang dilakukan individu maka banyak ikatan sosial yang

berkembang di organisasi sehingga komitmen organisasi semakin

(41)

d) Keteladanan organisasi

Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan sejauh mana individu

merasakan bahwa organisasinya dapat diandalkan dalam

mempertahankan anggotanya.

2.2

STRUKTUR ORGANISASI

2.2.1 Organisasi

Pengertian organisasi menurut Edgar Schein (dalam Suta1rto, 2002), adalah

koordinasi yang rasional dari aktivitas-aktivitas sejumlah orang untuk

mencapai beberapa tujuan yang jelas, melalui pembagian kerja dan fungsi,

dan melalui wewenang dan tanggung jawab.

Sedangkan menurut Fremont E. Kast dan James E Rosenzweig (dalam

Sutarto, 2002 : 35) organisasi didefinisikan sebagai suatu subsistem dari

lingkungan yang lebih luas, dan berorientasi tujuan (orang-orang dengan

tujuan), termasuk subsistem teknik (orang-orang yang menggunakan

pengetahuan, teknik, peralatan, dan fasilitas, subsistem structural ( orang

bekerjasama pada aktivitas yang tersatu padu), subsistem jiwa sosial

(orang-orang dalam hubungan social), dan dikoordinasikan oleh subsistem

(42)

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah

kesatuan sosial yang terdiri dari sejumlah individu dimana masing-masing

individu memiliki peranan, tugas dan tanggung jawab dalam rangka

mencapai tujuan-tujuan bersama. Agar tujuan organisasi tercapai maka

diperlukan koordinasi antara individu dan tugas-tugas yan!;J ada dalam

organisasi.

Edgar F Huse dan James L Bowditch (dalam Sutarto, 2002 : 37),

menjelaskan definisi organisasi sebagai berikut :

1. Suatu organisasi (perusahaan, perseroan) tersusun dari sejumlah subsistem semua itu saling tergantung dan saling berhubungan. 2. Suatu organisasi (sistem adalah terbuka dan dinamis memiliki input,

output, dan umpan balik dan batas.

3. Suatu organisasi (sistem yang berjuang mencapai keseimbangan melalui kedua macam umpan balik penyimpangan penguatan, dan penyimpangan pelemahan.

4. Suatu organisasi memiliki sejumlah besar dan macam-macam tujuan, fungsi, dan sasaran beberapa darinya ada dalam konflik. Tujuan administrator adalah memperjuangkan keseimbangan optimal antara subsistem-subsistem.

Dari beberapa uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa organisasi

merupakan suatu bentuk kerjasama antara sekelompok ornng yang

tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan bersama seperti

(43)

2.2.2 Struktur Organisasi

Menurut Stoner dkk (dalam Winardi, 2006 : 96) struktur or!;ianisasi adalah

pengaturan dan antar hubungan bagian-bagian komponer1 dan posisi suatu

perusahaan. Terdapat spesifikasi aktifitas-aktifitas kerja dimana berbagai

fungsi atau aktifitas-aktifitas yang berbeda berkaitan satu sama lain.

Miles (dalam Winardi, 2006) mengatakan bahwa struktur organisasi

menunjukan hirarki organisasi yang bersangkutan, struktur otoritas, dan

hubungan atasan - bawahan. Struktur organisasi memberikan stabilitas dan

kontinuitas, yang memungkinkan organisasi menghadapi keluar masuknya

individu-individu dan mengoordinasikan aktifitas-aktifitasnya dengan

lingkungannya.

Gibson (dalam Wahyuni, 2006) mengungkapkan bahwa struktur organisasi

adalah sistem formal aturan-aturan, tugas, dan hubungan lcewenangan yang

mengontrol bagaimana orang-orang bekerjasama dan menggunakan sumber

daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan-tujuan organisas1i.

Tujuan pokok dibentuknya struktur organisasi adalah seba9ai alat untuk

mengontrol dan mengkoordinasi aktifitas-aktifitas kerja dengan menggunakan

(44)

2.2.3 Komponen-komponen Struktur Organisa:si

Struktur organisasi menunjukan hubungan bagian-bagian komponen dan posisi dalam suatu perusahaan, selain memberikan stabilitas dan kontinuitas, struktur organisasi juga bermanfaat sebagai alat untuk mengkoordinasi

aktifitas-aktifitas anggota di lingkungannya.

Menurut Robbins (1992: 189) "An organization's is made up of three components. The first has to do with the amount of verticai; horizontal, and

spatial differentiation. This is called complexity. Next is the degree to which

rules and procedures are utilized. This is refered to as fom1alization. The third

is centralization, which considers where decision-making authority lies."

Suatu struktur organisasi terdiri dari tiga komponen antara lain ;

kompleksitas, formalisasi, dan sentralisasi untuk lebih jelas;nya diuraikan sebagaiberikut:

2.2.3.1 Kompleksitas

Kompleksitas terdiri dari tiga bagian antara lain ; diferensiasi horizontal, diferensiasi vertical, dan diferensiasi spasial.

a. Diferensiasi horizontal

"Horizontal differentiation refers to the degree of differentiation between units

based on the orientation of the members, the nature of t/1e tasks they

perfonn, and their education and training." (Robbins, 1992 : 189)

(45)

sifat dari tugas yang mereka laksanakan, dan tingkat pendidikan serta pelatihannya.

b. Diferensiasi Vertikal

"Vertical differentiation refers to the depth of the structure." (Robbins, 1992 :189). Menurut Robbins diferensiasi vertical merujuk pada kedalaman

struktur.

c. Diferensiasi spasial

" ... the degree to which the location of an organization's offices, planfs, and

personnel are geographically dispersed." (Robbins, 1992 :·190). Diferensiasi spasial merupakan tingkat dimana penempatan dari suatu kantor, pabrik, dan personil tersebar secara geografis.

2.2.3.2 Formalisasi

"Formalization refers to the degree to which jobs within the organization are

standardized." (Robbins, 1992 : 190). Formalisasi merupakan tingkat sejauh

mana pekerjaan di dalam organisasi distandarisasikan.

Mengenai formalisasi Robbins menjelaskan bahwa "There are explicit job descriptions, lots of organizational rules, and clearly defined procedure

covering work process in organizations where there is high formalization.

Where formalization is low, job behaviors are relatively non programmed and

employees have a great deal of freedom to exercise discretion in their work."

(46)

Jika formalisasi rendah secara relatif perilaku kerja tidak te!rprogram dan karyawan mempunyai banyak kebebasan untuk melatih diri dalam mengembangkan keahlian mereka. (Robbins, 1992)

2.2.3.3 Sentralisasi Dan Desentralisasi

"Centralization is the degree to which decision making is concentrated at a

singgle point in the organization." (Robbins, 1992 :192). Sentralisasi adalah

tingkat dimana pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada satu titik

tunggal. Konsentrasi yang tinggi menyatakan adanya sentralisasi yang tinggi,

sedangkan konsentrasi yang rendah menunjukan sentralisasi yang rendah

atau yang disebut dengan desentralisasi.

2.2.4 Macam-macam Struktur Organisasi

Henry Mintzberg (dalam Winardi, 2006) mengemukakan lima macam bagian

dasar pada setiap organisasi yaitu; The Operation Core (inti yang beroperasi)

yang terdiri dari para karyawan, The Strategic Apex (Puncak strategi) terdiri

dari para manajer tingkat puncak, The Middle Line (Bagian tengah) yaitu para

manajer yang menghubungkan "inti yang beroperasi" dengan "puncak strategi", The Technostructure yaitu sejumlah analis yang bertanggung

jawab untuk menciptakan bentuk standarisasi tertentu di dalam organisasi,

(47)

Salah satu dari lima bagian dasar organisasi dapat mendo1rninasi suatu organisasi. Jika kontrol terletak pada "inti yang beroperasi" maka keputusan-keputusan didesentralisasi, dan hal itu akan menimbulkan birokrasi

professional. Jika "puncak strategi" bersifat dominan, kontrol disentralisasi dan organisasi tersebut dinamakan struktur sederhana. Jika "bagian tengah" berkuasa maka akan terbentuk kelompok unit-unit yang bersifat otonom yang beroperasi dalam sebuah struktur divisional.

Jika para analis di dalam teknostruktur lebih dominan, rnaka kontrol dilakukan rnelalui standardisasi dan struktur yang ditimbulkan adalah birokrasi mesin. Dan bila staf yang rnemberikan bantuan berkuasa, maka kontrol akan

dilaksanakan melalui penyesuaian-penyesuaian dan muncul konfigurasi yang disebut adhokrasi. Berikut ini merupakan macam-macam struktur organisasi menurut pandangan Robbins (1993) dan Mintzberg (1979) seperti yang ditulis oleh Winardi (2006: 119-134)

1. Struktur Sederhana

(48)

Kelemahannya terletak pada kemampuan aplikasi yang terbatas sehingga

bila dikonfrontasi dengan luas organisasi yang meningkat, struktur ini pada

umumnya tidak dapat mengakomodasi. Karena memusatk:an kekuasaan

pada satu orang seringkali menyebabkan timbulnya penyalahgunaan

kekuasaan.

2. Birokrasi Mesin

Konsep utama yang mendasari struktur ini adalah standardisasi. Birokrasi

mesin memiliki tugas yang bersifat sangat rutin, peraturan .. peraturan dan

ketentuan yang sangat diformalisasi, otoritas desentralisasi, pengambilan

keputusan mengikuti rantai komando, dan struktur administratif yang

kompleks.

Kekuatannya terletak pada kemampuannya untuk melaksa1nakan

kegiatan-kegiatan yang distandardisasi dengan cara yang sangat efisien. Menyatukan

spesialitas-spesialitas menyebabkan timbulnya penghematan karena dalam

skala besar dapat meminimalisasi duplikasi personil dan peralatan, para

karyawan pun mendapatkan peluang untuk berbicara "bahasa yang sama"

dengan para rekan mereka. Birokrasi mesin dapat melal<sanakan tugas

mereka dengan manager tingkat menengah dan tingkat bawah yang

kurang begitu berbakat sehingga biaya dapat ditekan. Operasi-operasi yang

(49)

pengambilan keputusan yang disentralisasi, karena itu tidatk terlalu banyak

membutuhkan pengambil keputusan yang inovatif serta berpengalaman,

dibawah para eksekutif senior.

Kelemahan struktur ini adalah bahwa spesialisasi menyebabkan timbulnya

konflik antara subunit-subunit, tujuan unit-unit fungsional dapat mengalahkan

tujuan menyeluruh dari organisasi. Kelemahan yang lain te,rdapat pada

semangat yang berlebihan untuk menaati peraturan-peraturan, menyebabkan

tidak adanya peluang untuk memodifikasi peraturan jika muncul kasus yang

tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Birokrasi mes;in hanya efisien

selama para karyawan menghadapi problem yang pemah dialami

sebelumnya, karena telah tersedia peraturan dan ketentuan untuk

pemecahan masalah yang telah diprogram sebelumnya.

3. Birokrasi Profesional

Struktur ini mengombinasi standardisasi dengan desentralisasi, kekuasaan

pada desain ini berada pada inti yang beroperasi, l<arena mereka memiliki

keterampilan-keterampilan kritis yang diperlukan oleh organisasi. Selain itu

mereka juga memiliki otonomi untuk menerapkan l<eahlian mereka. Bagian

lain dari birokrasi professional yang dielaborasi penuh adalah staff yang

(50)

Kekuatan struktur organisasi ini terdapat pada fakta bahwa ia dapat

melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan keterampilan para professional

yang terlatih dengan efisiensi yang sama.

Kelemahannya adalah terdapat adanya kecenderungan berkembangnya

konflik-konflik subunit-subunit. Fungsi-fungsi professional yang ada berupaya

untuk mencapai sasaran-sasaran pribadi yang sempit. Hal ini bisa merugikan

kepentingan fungsi-fungsi lain dan organisasi secara keseluruhan. Para

spesialis pada struktur ini bersifat kompulsif dalam menaati

peraturan-peraturan yang ada. Peraturan-peraturan-peraturan pada birokrasi professional

merupakan hasil ciptaan para professional itu sendiri. Standar perilaku

professional dan kode-kode etik bekerja telah disosialisasi pada karyawan

sewaktu mereka melaksanakan dan mengalami pelatihan. Hal itu mungkin

menjadi kendala bagi efektivitas organisasi.

4. Struktur Divisional

Struktur ini merupakan suatu kelompok unit-unit otonom, yang

masing-masing secara tipikal merupakan birokrasi mesin tersendiri, yang dikoordinasi

oleh kantor pusat. Divisi-divisi yang bersifat otonom memungkinkan pihak

manajer divisi untuk mencapai kekuasaan besar.

Kekuatan struktur ini adalah memberikan lebih banyak akuntabilitas dan

(51)

kantor pusat tidak perlu memperhatikan detail-detail opemsi dari hari ke harii

tetapi mereka lebih memusatkan perhatian pada masalah jangka panjang.

Pedoman garis besar, dan keputusan-keputusan strategis dilaksanakan di

kantor pusat. Divisi-divisi yang ada memiliki daya responsive, akuntabilitas,

dan manfaat dari spesialisasi. Mereka juga memproses informasi,

seakan-akan mereka merupseakan-akan organisasi yang berdiri sendiri-sendiri.

Kelemahan struktur ini adalah meningkatnya biaya-biaya bagi organisasi

karena adanya duplikasi kegiatan-kegiatan dan sumber-sumber daya.

Kecenderunagn distimulasinya konflik-konflik, sedikit sekali perangsang pada

desain structural ini untuk merangsang kerjasama antara divisi-dMsi yang

ada. Seorang manajer divisi harus bertanggung jawab penuh terhadap

hasil-hasil yang dicapai pada unit yang dikelolanya, tetapi disisi lain harus

beroperasi dalam kebijakan-kebijakan yang seragam yang ditetapkan oleh

kantor pusat, maka manajer tersebut akan beranggapan bahwa otoritas yang

diperolehnya kurang dibandingkan dengan tangung jawab yang dibebankan.

5. Adhokrasi

Merupakan struktur yang mengandung ciri ; rendah dalam kompleksitas,

formalisasi, dan sentralisasi. Disamping itu ia juga dicirikan oleh :

- diferensiasi horizontal tinggi, karena adhokrasi-adhokrasi memiliki

(52)

- diferensiasi vertikal rendah, karena banyakya tingkat administrasi akan

membatasi kemampuan organisasi untuk melakukan adaptasi. Kebutuhan

akan supervisi rendah atau minimal, karena para professional telah

menginternalisasi perilaku-perilaku yang diinginkan oleh pihak

manajemen.

Formalisasi rendah, peraturan-peraturan yang ada cenderung bersifat

lepas dan tidak tertulis, fleksibilitas menuntut ketiadaan formalisasi.

Desentralisasi, fleksibitas dan kemampuan bereaksi tinggi. Untulc

kecepatan dan fleksibilitas adhokrasi tergantung pada tim-tim professional

yang didesentralisasi untuk pengambilan keputusan.

Kekuatan struktur ini adalah merupakan altematif yang baik bila suatu

organisasi harus bersifat adaptif, dan kreatif. Hal ini bila berbagai spesialis

individual dari berbagai macam disiplin diperlukan untuk bekerjasama, dan

apabila tugas-tugas yang dihadapi bersifat teknis, tidak terprogram, dan

terlampau kompleks untuk ditangaani oleh satu orang.

Kelemahannya adalah tidak jelasnya hubungan antara atasan dan bawahan

dengan demikian konflik merupakan bagian yang inheren pada adhokrasi.

Terdapat ambiguitas tentang otoritas dan tanggung jawab. Aktifitas-aktifitas

tidak dapat dikompartementasi. Singkatnya, adhokrasi tida1k memiliki

(53)

2.3

PERUBAHAN STRUKTUR ORGANISASI

2.3.1 Perubahan Organisasi

Organisasi sebagai suatu sistem yang dinamis memiliki ke1mungkinan untuk

tumbuh dan berkembang yang berarti bahwa organisasi ウエセャ。ャオ@ bergerak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungan.

Untuk mempertahankan diri dan mengatasi masalah agar tetap eksis di

lingkungannya maka suatu organisasi dapat melakukan pEmgembangan

organisasi.

Perubahan secara umum menurut Eales-White

(1994: 1)

adalah "making or

becoming". Sedangkan Ken Hultman

(1999:

203) mende!finisikan perubahan

sebagai • Thinking or doing something new or differently, ini berarti bahwa

perubahan adalah memikirkan atau melakukan sesuatu yB1ng baru atau

berbeda. Robbins (2000 :252) juga menjelaskan definisi yang sama

mengenai perubahan secara umum, yaitu: "change is concerned with making

things different" dapat diartikan bahwa perubahan memusatkan perhatian

dengan membuat berbagai hal menjadi berbeda.

Apabila timbul perubahan khususnya pada organisasi, hal itu mengharuskan

pegawai melakukan penyesuaian baru pada saat organisasi mencari

keseimbangan baru. Apabila pegawai tidak dapat menyesuaikan diri maka

(54)

Gareth R Jones (1993: 511) menyatakan bahwa "Organizational change is the process by which organizations move from their present to some desired future state to increase their effectiveness. The goal of planned organization change is to find new or improved ways of using resources and capabilities in order to increasH an organization ability to create value and improve the returns to its stake holders. An organization in decfine may need to restructure its n''Jsources to

improve its fit with the environment."

Perubahan keorganisasian adalah proses dimana organisasi bergerak

menuju masa depan yang diinginkan untuk meningkatkan efektivitas mereka.

Untuk organisasi yang mengalami kemunduran perubahan organisasi

merupakan proses restrukturisasi sumber daya dan kemarnpuan organisasi

untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam menghasilkan nilai dan

meningkatkan hasil (output) kepada stakeholder dan konsumen.

Dengan demikian, perubahan organisasi adalah perpindahan atau

transformasi pada suatu kondisi baru yang berbeda denga11 mengadopsi

ide-ide baru atau tingkah laku oleh organisasi guna untuk meningkatkan

kemampuan organisasi atau agar suatu organisasi dapat bertahan dengan

lebih baik di lingkungannya.

2.3.1.1

Tipe-tipe Perubahan

Organisasi

Menurut Judith R Gordon (dalam Arianti, 2005) terdapat empat tipe

perubahan organisasi, yaitu :

a. Tuning, yaitu perubahan yang dilakukan organisasi sebagai usaha

(55)

perubahan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan

efektifitas organisasi.

b. Adaptation. Perubahan yang dilakukan organisasi sebagai respon

terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan mii>alnya dengan cara

mengembangkan produk baru atau menambah produk yang lama

sebagai respon terhadap dikeluarkannya produk baru atau

pengembangan produk yang dilakukan oleh kompetitor.

c. Reoriention. Perubahan yang tidak berkesinambungan sebagai usaha

antisipasi terhadap perubahan yang mungkin terjadi di dunia industri,

seringkali melibatkan perubahan dalam hal visi, misi strategi dan nilai.

d. Re-creation. Perubahan yang tidak berkesinambun!1an sebagai respon

terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dilingkungan.

Perubahan ini bersifat dalam dan radikal. Perubahan ini terkadang

menuntut organisasi untuk merubah nilai utamanya.

2.3.1.2 Perubahan Struktur Organisasi

Beberapa ahli banyak yang mengemukakan pendapat-pendapatnya

mengenai perubahan struktur organisasi, antara lain seperti yang

diungkapkan oleh Robbins (1990) bahwa 'The structure classification

includes change the distribution of authority; allocation of r.ewards; alteration

in the chain of command ; degree of formalization ; and adcfition or deletion of

(56)

Berdasarkan kutipan diatas, Robbins rnengatakan bahwa rnengubah struktur

organisasi rnencakup pernbuatan perubahan dalarn hubun!;ian wewenang,

rnekanisrne koordinasi, derajat tingkat forrnalisasi, penghapusan atau

penarnbahan posisi, departernen, dan divisi.

Sedangkan rnenurut Jones (1993) " ... There are two basic steps to restructuring : (1) an organization reduce its level of differentiation and integration by eliminating divisions, department or levels in the

hierarchy and (2) an organization downsizes by reducing the number of its employees to reduce operating cost. Change in relationship between divisions and function is common in restructuring"

Restrukturisasi organisasi adalah tindakan yang dilakukan oleh organisasi

dengan cara rnengurangi tingkat diferensiasi hirarki dan イョAセャ。ォオォ。ョ@ downsize

dengan rnengurangi karyawan, hal ini dirurnuskan berdasarkan asurnsi

bahwa adanya kelancaran dan kecepatan proses kerja yang dilakukan dalam

organisasi yang relatif kecil dengan tingkat hirarki yang rendah sehingga

rnernudahkan koordinasi.

Winardi (2006) rnengernukakan pengertian restrukturisasi pada struktur

divisional bahwa restrukturisasi rnencakup tindakan rnengurangi pekerja, dan

personal rnanajernen, selain itu seringkali harus dilaksanakan penjualan

be

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan antara Sikap Terhadap Perubahan Stmktur Organisasi
Tabel 3.1 Blue Print Skala
tabel 3.2 berikut :
Scoring Untuk Tabel 3.3 Butir Skala
+7

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Zimbra Open Source Edition menggunakan lisensi Mozilla Public License yang salah satu butir lisensinya menyatakan bahwa perubahan atau modifikasi yang dilakukan pada kode

Simas Penjaminan Kredit merupakan salah satu layanan jasa yang diberikan oleh SIMAS sebagai lembaga keuangan yang menjembatani Usaha Kecil dan Menengah (UKM) guna

Teori relasi objek memandang kepribadian manusia sebagai produk dari hubungan awal antara ibu dan anaknya yang berusia empat hingga enam bulan pertama yang merupakan masa paling

(2) Apabila menteri/kepala lembaga pemerintah non departemen dalam kurun waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria maka

[r]

Apabila sampai dengan batas waktu yang dimaksud tersebut tidak terdapat sanggahan, maka kepada calon pemenang akan mengikuti tahap seleksi selanjutnya. Yogyakarta, 19 Juni

[r]