• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Siswa Terhadap Mahasiswa Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) Dalam Pelaksanaan Pembelajaran IPS di SMPN 10 Kota Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Siswa Terhadap Mahasiswa Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) Dalam Pelaksanaan Pembelajaran IPS di SMPN 10 Kota Tangerang Selatan"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

ARISTIANA INDAH KUMALASARI

NIM. 1111015000027

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

KOTA TAI\IGERANG SELATAI\I

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas rlmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana pendidikan (S.pd)

Oleh

Aristiana Indah Kumalasari

flIM: 1111015000027

Dr.Iwan Pulvanto. M.Pd fuP. 19730424 200801

I 012

JURUS$I ILMU PENGETAIIUAI\I SOSIAL FAKT'LTAS ILMU TARBIYAII DAI\[ KEGURUAI\I T"]NTYERSITAS ISLAM I\IEGERI SYARIF

IIIDAYATULLAH

(3)

tpPffl

Dalam Pelaksanaan Pembelajaran IFS

di

SMpN 10 Kota Tangerang Selatan"

Aiuj"t*

kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah, 13 O*xober 2015 dihadapan dewan penguji. Ikrena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana Sl (S.Pd) dalam bidang pendidikan IPS.

Jakarta 13 Oktober 2015

Panitia Uj ian Munaqasah

Tanggal Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPS)

Dr. Iwan P, urwanto. M.Pd NIP. 1973042420AU

|

012

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS) Drs. Syarioulloh. M.Si

NrP. 19670909 200701 1 033 Penguji

I

Drp. Syaripulloh. M.Si NIP. 19670999 200701 1 033

7e

-

Lo-Toti

Penguji 2

Tri Harjawati. M.Si NIDN.20l4lt8001

ro-ro

-e,o(5G

s4-to-^uG

H.:.!1...:*6

(4)

Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang

Terhadap Mahasi$wa

Prakti

Profesi Keguruan Teryadu

(pPlff)

Dalam Pehksrnaan Pembetajaran IPS Di SMPN

l0

Kotr Tanereng Selrtan'yang disusun oleh Aristiana Indatt Kumalasari, NI}vl I I I1015000027 Program Studi Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial, Fakulas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakart4 telah diuji

kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi

padatanggal

September 20i5

Jakarta"

September20l5

Dr. Iwan Puwanto, M.Pd NrP. 19730424 200841 t Al2 DosenPembimbing Slri

(5)

Saya yang bsrtanda tangan di bawah ini,

Nama

TempUTgl.Lahir NIM

Jurusan / Prodi Judul Skripsi

Aristiana Indah Kumalasari Sernparu 12 November 1993

I 1 I 1015000027

Pendidikan Ilmu Pengetahtran Sosial / Ekonomi

Persepsi Siswa Terhadap Mahasaiswa Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) Dalam Pelaksanaan Pembelajaran IPS di SMPN 10 Kota Tangerang Selatan

Dosen

Pemhimbing

:

l.

Dr.IwanPurwanto, M.Pd

dengan ini menyatakan batrwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab s€cara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakart4 30 September 201 5

(6)

i

Mahasiswa Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) Dalam Pelaksanaan Pembelajaran IPS Di SMPN 10 Kota Tangerang Selatan. Skripsi ini dibawah bimbingan Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. Jurusan Pendidikan IPS, program studi IPS Ekonomi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana persepsi siswa terhadap mahasiswa PPKT dalam pelaksanaan pembelajaran IPS. Penulis hanya membatasi penelitian yang terkait dengan kurangnya kemampuan praktikan dalam pengelolaan kelas dam adanya persepsi yang kurang baik dari siswa terhadap mahasiswa praktikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi siswa terhadap Mahasiswa Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) di SMPN 10 Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2015.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif-kuantitatif, yaitu memberikan gambaran persepsi siswa mengenai persepsi terhadap mahasiswa praktikan PPKT dalam pelaksanaan pembelajaran IPS. Dalam pengumpulan data, teknik yang digunakan yaitu angket, wawancara dan observasi. Angket diajukan kepada siswa di kelas yang mengikuti pembelajaran bersama praktikan. sedangkan wawancara yang peneliti buat adalah wawancara tertutup dan secara tertulis sebanyak 15 item yang harus di jawab oleh siswa. Observasi dilakukan pada saat kegiatan belajar dan mengajar antara guru dan siswa di sekolah.

(7)

ii

Pelaksanaan Pembelajaran IPS Di SMPN 10 Kota Tangerang Selatan. This Skripsi is under advice by Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. Social Science Education, Economy Studies, Faculty of Tarbiyah and Teacher’s Training, State Islamic UniversitySyarif Hidayatullah Jakarta.

Problems studied is how students' perceptions of student learning PPKT in the implementation of IPS. Author only limits the research related to the lack of ability of the practitioner in the management of dams class unfavorable perception of students towards students praktikan.

This study aimed to describe students' perception of Student Practice Integrated Teaching Profession (PPKT) in SMPN 10 South Tangerang City. This study was conducted from April to June 2015.

Desciptive-quatitative was used in this study— the study which give detail explanation about students’ perspective towards Student-teacher when giving the lesson. In collecting the data, the writer used questioners, interviews and observation. Questioners were given to the students taught by Student-teacher. On the other hand, the close interviews were used by the writer which included 15 questions. Furthermore, observation was conducted during the learning process.

(8)

iii

rasakan sehingga mendapatkan kekuatan, kemudahan, kesabaran, serta pemahaman hingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Persepsi Siswa Terhadapa Mahasiswa Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) dalam Pelaksanaan Pembelajaran IPS”.

Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak baik itu secara individu maupun secara umum terutama bimbingan dan pengarahan yang tulus dan ikhlas dari pembimbing, untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Kepada Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Kepada Bapak Iwan Purwanto, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Faktultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

3. Kepada Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si. Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahua Sosial Faktultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak membantu kami selama perkuliahan. 4. Kepada Bapak Moch. Noviadi Nugroho, M.Pd. Selaku Dosen penasehat

Akademik yang telah banyak memberikan arahan selama kuliah.

(9)

iv

melakukan PPKT dan sekaligus penelitian skripsi di SMPN 10 Kota Tangerang Selatan.

7. Kepada Ujianto, S.Pd. selaku guru pamong penulis selama melakukan PPKT di SMPN 10 Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan bimbingan selama masa PPKT.

8. Kepada orang tua tercinta, Ayahanda Abdul Rasid dan Ibunda Asna yang telah memberikan kasih sayang dan tanpa letih mendoakan penulis serta memberikan dukungan moril maupun materil kepada penulis.

9. Kepada Adikku Janurita Siami Astuti yang selalu memberikan keceriaan disaat dekat maupun jauh.

10.Kepada seluruh keluarga besar di Bangka dan Keluarga besar di Probolinggo terimakasih atas dukungan dan doa sehingga dapat memberikan energi tambahan dalam penyelesaian Skripsi ini.

11.Kepada seluruh teman-teman Pendidikan IPS angkatan 2011 terkhusus untuk Anita, Julian, Muslih, Annisa Wihastin, Afaf, Dae, Ela yang selalu menemani di saat susah maupun senang.

12.Kepada Keluarga Besar Al Barqah 3 (Rena, Rita, Ica, Dinda, Hasna, Kris, Hilda, lili, Tika) yang telah menjadi bagian dari penyemangat baik dalam suka maupun duka.

13.Kepada teman-teman Bangka (Eli, Ak Renny, Kiki) yang selalu memberi dukungan dan doa walaupun dari jauh.

14.Kepada seluruh Siswa-siswi SMPN 10 Kota Tangerang Selatan yang telah banyak pengalaman dalam mengajar sekaligus memberikan inspirasi untuk selalu menjadi guru yang berguna untuk anak didiknya.

(10)

v

Jakarta, 26 September 2015 Penulis

(11)

vi LEMBAR UJI REFERENSI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Perumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR A. Persepsi Siswa ... 12

1. Pengertian Persepsi ... 12

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 14

3. Persepsi Siswa ... 15

4. Manfaat Persepsi Siswa ... 17

B. Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) ... 19

1. Pengertian dan Ruang Lingkup PPKT ... 19

2. Tujuan dan Manfaat PPKT ... 20

3. Kompetensi PPKT ... 22

C. Pembelajaran IPS ... 24

(12)

vii

1. Pengertian Pendidikan IPS ... 42

2. Tujuan Pendidikan IPS ... 43

E. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ... 44

1. Ekonomi ... 44

2. Geografi ... 44

3. Sosiologi ... 45

4. Sejarah ... 45

F. Penelitian Relevan ... 46

G. Kerangka Berfikir ... 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan tempat Penelitian ... 51

B. Metode Penelitian ... 51

C. Populasi ... 52

D. Variabel Penelitian ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 53

1. Angket ... 54

2. Wawancara ... 55

3. Observasi ... 56

F. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 56

1. Angket ... 56

2. Wawancara ... 58

3. Observasi ... 61

G. Validitas dan Reliabilitas ... 62

1. Angket ... 62

2. Wawancara ... 64

3. Observasi ... 64

(13)

viii BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data ... 67 B. Pembahasan hasil Penelitian ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 107 B. Saran ... 107

(14)

ix

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 50

Tabel 3.2 Kelas Populasi ... 52

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Persepsi Siswa Terhadap Mahasiswa PPKT ... 55

Tabel 3.4 Pedoman Wawancara Siswa SMPN 10 Kota Tangsel ... 57

Tabel 3.5 Instrumen Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 60

Tabel 3.6 Kriteria Alpha ... 62

Tabel 4.1 Guru mengkondisikan ruangan kelas ... 68

Tabel 4.2 Guru memeriksa kehadiran siswa ... 69

Tabel 4.3 Guru menyampaikan tujuan pencapaian pembelajaran ... 69

Tabel 4.4 Guru mengajukan pertanyaan mengenai materi yang akan disampaikan ... 70

Tabel 4.5 Guru menyiapkan media pembelajaran ... 71

Tabel 4.6 Guru menerangkan kembali materi yang belum dimengerti siswa ... 71

Tabel 4.7 Guru membiarkan siswa ribut di kelas ... 72

Tabel 4.8 Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kemampuan yang akan dicapai ... 72

Tabel 4.9 Saya kadang tidak mengerti apa yang guru ucapkan ... 73

Tabel 4.10 Guru mengelola kelas dengan baik ... 74

Tabel 4.11 Saya merasa kesulitan dalam belajar IPS ... 74

(15)

x

(16)

xi

Tabel 4.18 Saya lebih sering bertanya kepada guru PPKT saat belum memahami

materi pembelajaran ... 79

Tabel 4.19 Saya dapat memahami penjelasan yang disampaikan guru PPKT ... 80

Tabel 4.20 Guru tidak pernah menggunakan media pembelajaran ... 80

Tabel 4.21 Guru membantu siswa dalam membentuk skap cermat dan positif .... 81

Tabel 4.22 Saya kurang semangat belajar jika saya tidak memahami materi ... 82

Tabel 4.23 Guru memberikan contoh materidenga kenyataan yang ada di kehidupan sehari-hari ... 82

Tabel 4.24 Saya dan teman-teman mengerjakan tugas dengan baik ... 83

Tabel 4.25 Saya dan teman-teman mengumpulkan tugas sesuai dengan yang ditugaskan guru ... 83

Tabel 4.26 Guru memberikan Ulangan Harian pada setiap akhir materi ... 84

Tabel 2.27 Saya mendapatkan nilai yang baik pada saat Ulangan Harian ... 85

Tabel 4.28 Saya mencontek jawaban teman saat ulangan harian dilakukan ... 85

Tabel 4.29 Saya tidak pernah mengerjakan tugas yag diberikan guru ... 86

Tabel 4.30 Guru membuat rangkuman materi dengan melibatkan siswa pada akhir pembelajaran ... 86

(17)

xii

Tabel 4.34 Tanggapan cara mengajar praktikan ... 89

Tabel 4.35 Keterampilan penggunaan media ... 90

Tabel 4.36 Minat belajar siswa ... 91

Tabel 4.37 Belajar dengan praktikan ... 92

Tabel 4.38 Interaksi dengan siswa ... 93

Tabel 4.39 Penampilan praktikan ... 93

Tabel 4.40 Metode pembelajaran ... 94

Tabel 4.41 Memotivasi siswa ... 95

Tabel 4.42 Penggunaan bahasa lisan ... 96

Tabel 4.43 Suasana belajar ... 97

Tabel 4.44 Bertanya kepada praktikan ... 97

Tabel 4.45 Penilaian sesuai kemampuan siswa ... 98

Tabel 4.46 Penguasaan materi praktikan ... 99

Tabel 4.47 Hadiah dan hukuman ... 100

(18)

xiii Lampiran 3 Lembar Observasi Guru

Lampiran 4 Lembar Aktivitas Belajar Siswa

Lampiran 5 Angket Penelitian Siswa (Sebelum Uji Validitas) Lampiran 6 Perhitungan Validitas SPSS

Lampiran 7 Perhitungan Validitas Excel Lampiran 8 Tabel Reliabilitas

Lampiran 9 Angket Penelitian Siswa (Setelah Validitas) Lampiran 10 Perhitungan Angket Rata-rata

(19)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang diperlukan bagi setiap Individu. Setiap orang membutuhkan pendidikan agar mampu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan dibuat agar masyarakat terbebas dari ketidaktahuan akan ilmu pengetahuan yang terus berkembang dari zaman ke zaman.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1

Menurut Ki Hadjar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa yang pertama pada tahun 1930 ia menyebutkan bahwa, “pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak”.2 Sedangkan menurut Driyarkara, “pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia ke taraf insani itulah yang disebut mendidik”.3 Berbeda dengan pendapat Driyarkara, Crow and Crow mendefinisikan “pendidikan sebagai proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan

1

Departemen Agama RI, undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 5

2

Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 33

3

(20)

membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi”.4

Dari beberapa definisi tentang pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses, yaitu proses pertumbuhan secara sadar ataupun tidak sadar yang harus dilalui setiap individu, yang berfungsi untuk mengembangkan dan menumbuhkan potensi-potensi yang ada pada setiap anak dalam menghadapi proses perubahan zaman yang pasti akan terjadi dan juga sebagai landasan ilmu bagi setiap orang untuk menjalankan kehidupan dengan sempurna seiring dengan perubahan zaman yang selalu menyertai baik pendidikan yang didapat secara formal maupun non formal.

Pada hakikatnya pembelajaran adalah proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana dalam proses tersebut bersifat timbal balik, proses transaksional juga terjadi antara siswa dengan siswa. Proses transaksional adalah bentuk komunikasi yang dapat diterima, dipahami, dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses pembelajaran.5 Proses pembelajaran yang ada dalam suatu pendidikan diselenggarakan secara edukatif, inspiratif, efektif dan efisien, menyenangkan, memotivasi peserta didik agar turut aktif di dalam pembelajaraan, serta memberikan ruang yang cukup bagi peserta didik untuk menumbuhkan kreativitas dan kemandirian anak sesuai dengan bakat yang dimiliki peserta didik. Selain itu, sebagai seorang pendidik harus memberikan contoh dan keteladanan bagi anak didiknya. Setiap satuan pendidikan harus mempunyai perencanaan dalam proses pelaksanaan pembelajaran.

Sebagai seorang pendidik, guru harus memenuhi beberapa syarat khusus. Untuk mengajar ia dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula seperangkat latihan keterampilan keguruan. Begitupula dengan mahasiswa praktikan yang nantinya akan menjadi

4

Ibid, h. 34

5

(21)

seorang calon guru, harus mencerminkan sikap guru yang sesungguhnya walaupun masih dalam proses pelatihan.

Sebagai mahasiswa Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) atau mahasiswa praktikan tentunya haruslah mempunyai kompetensi dan kinerja yang baik dalam melaksanakan tuganya sebagai guru praktikan yang akan mengajar selama beberapa waktu di sekolah yang di praktikan. Mahasiswa praktikan harus mempunyai standar yang sama dengan kompetensi guru sesungguhnya yang mana merupakan langkah awal dalam mencapai standar kualifikasi guru yang berkualitas.

Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara khusus membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencangkup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.6

Ada beberapa kompetensi utama yang harus diketahui mahasiswa praktikan dalam menghasilkan kinerja yang baik selama mengajar yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Standar seorang praktikan harus bisa menyamakan dengan standar guru oleh karena itu mahasiswa praktikanpun harus bisa mencapai standar kompetensi tersebut.

Dari keempat kompetensi tersebut, perlu dilatih agar dapat mencapai standar yang dimaksud. Dengan begitu baru bisa dikatakan sebagai mahasiswa praktikan yang mempunyai kinerja yang baik dalam bidang ajarnya. Sekaligus untuk melatih keprofesionalan menjadi seorang kader bagi generasi pendidik selanjutnya.

“Menurut legeveld dalam tulisan H. M. Alisuf sabri, anak didik adalah anak atau orang yang belum dewasa atau belum memperoleh kedewasaan atau seseorang yang masih menjadi tanggung jawab seorang pendidik tertentu, anak didik tersebut adalah anak yang memiliki sifat ketergantungan kepada pendidiknya itu, karena ia secara alami tidak berdaya ia sangat

6

(22)

memerlukan bantuan pendidikannya untuk dapat menyelenggarakan dan melanjutkan hidupnya baik secara jasmaniah maupun rohaniah”.7

Anak didik atau peserta didik merupakan seseorang yang akan ditanamkan data-data mengenai konsep-konsep pendidikan yang berlaku dalam pengajaran. Seorang guru praktikan harus memahami hakikat pendidikan dan konsep yang terkait dengan pengajaran peserta didik, mereka juga harus sadar bagaimana harus bersikap di sekolah dan masyarakat, dan bagaimana cara memenuhi kualifikasi statusnya.

Guru praktikan harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya, kemampuannya, keunggulannya dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi serta faktor dominan yang mempengaruhinya.8 Pada dasarnya peserta didik itu penuh dengan keingintahuan, tugas sebagai guru praktikan adalah membantu perkembangan keingintahuannya tersebut dan membuat mereka lebih ingin tahu. Dengan membiarkan mereka berperan aktif di kelas berarti guru praktikan membiarkannya untuk mencari bagaimana cara yang baik untuk mengembangkan keingintahuan peserta didiknya tersebut.

“Menurut Schumuck dan Schmuck suasana kelas yang positif memiliki suasana sebagai berikut:

1. Murid-murid menginginkan hasil yang terbaik sesuai dengan kemampuan masing-masing dan saling memberi dukungan.

2. Murid-murid saling memberi pengaruh positif.

3. Kegembiraan muncul di sekolah secara umum dan di kelas secara khusus.

4. Peraturan sekolah diikuti secara tertib tanpa paksaan, sehingga tugas-tugas dapat dikerjakan dengan baik.

5. Komunikasi anatar warga sekolah bersifat terbuka dan diwarnai dengan dialog akrab

6. Proses bekerja dan berkembang bersama sebagai suatu kelompok dipandang cocok untuk belajar”.9

7

Alisuf Sabri, “Pengantar Ilmu Pendidikan”,(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h 15

8

Jejen Musfah, “Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik”, (Jakarta: Kencana, 2011) h 31

9

(23)

Suasana seperti ini merupakan suasana yang diharapkan guru sebagai suasana yang sempurna untuk belajar. Walaupun tentunya peserta didik mempunyai berbagai macam karakter yang berbeda dan pastinya dalam dunia nyata kondisi tersebut tidak semuanya berjalan sesuai keinginan. Tapi, sebagai guru praktikan haruslah mampu memunculkan keadaan positif yang mana sesuai dengan harapan para peserta didik.

Mahasiswa praktikan tentunya sudah dibekali dengan ilmu yang matang sebelum mereka di lepaskan mengajar di sekolah yang di tentukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan teori dan praktik yang telah di ajarkan. Tugas dari guru praktikan adalah membuat peserta didik merasa puas dengan cara pengajaran yang dilakukannya di dalam kelas karena tentunya ilmu yang di pelajari adalah ilmu terbaru dari sebuah metode pengajaran yang disesuaikan dengan perkembangan zamannya.

Bagi guru Pendidikan Ilmu Pengetahuan Soaial (IPS), keterampilan mengajar seorang praktikan sangatlah diperlukan. Mahasiswa praktikan haruslah mengajarkan pelajaran yang terkait dengan wawasan luas tentang sosial dan dunia karena cagkupan dalam mata pelajaran IPS itu sangatlah luas. Maka, praktikan pendidikan IPS dituntut harus menguasai semua mata pelajaran IPS dan mempunyai keterampilan yang baik dalam menyampaikan materinya kepada peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Seperti yang kita ketahui, mahasiswa praktikan pada saat sebelum mengajar di sekolah sudah diajarkan mengenai ilmu keguruan yang didapat di Universitas dimana mereka belajar. Pada mata kuliah Micro Teaching atau mata kuliah praktik mengajar, para mahasiswa sudah terlebih dahulu di bimbing oleh Dosen di dalam kelas khusus pelatihan praktik mengajar, sebelum mereka benar-benar mengajar dihadapan para peserta didik yang sesungguhnya. Para mahasiswa dilatih untuk mengajar

(24)

dalam mata kuliah ini dan melanjutkan ke program PPKT pada tahap selanjutnya.

Program PPKT telah diujicobakan sejak tahun 2004 dengan peserta sebanyak 30 orang dari berbagai jurusan yang ada di FITK dan hasilnya cukup baik sehingga mulai tahun akademik 2005/2006 PPKT menjadi program FITK yang harus diikuti oleh seluruh mahasiswa dan dilaksanakan pada semester VII.

Dengan adanya PPKT, para dosen berarti sudah siap melepas mahasiswa praktikan ke dunia sekolah setelah melihat proses micro teaching dan lulus dalam mata kuliah tersebut. Mahasiswa praktikan berarti sudah siap untuk mengajar di kelas yang sebenarnya dengan melanjutkan ke progran Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) pada semester VIII untuk jurusan IPS dan lainnya. Dengan demikian, berarti mahasiswa tersebut sudah bisa dikatakan sebagai seorang guru praktikan.

Walaupun sudah dianggap siap dalam mengajar, tetap saja guru praktikan harus melihat dirinya seperti apa di hadapan peserta didik dengan berbagai macam sudut pandang yang berbeda. Ada yang mengatakan baik dan ada juga yang mengatakan bahwa guru praktikan masih kurang dalam pengajarannya.

Dari hasil observasi pendahuluan, guru praktikan masih harus banyak beradaptasi dengan peserta didik. Kompetensi praktikan juga belum terlatih karena masih ada siswa yang belum mengerti ketika diajarkan praktikan. Sebagai pendatang baru tentunya belum bisa mengkomunikaskan segala hal yang menyangkut pembeajaran kepada peserta didik yang belum dikenal sehingga terlihat masih kaku dan belum mampu mengelola kelas dengan baik. Terlihat dari adanya siswa yg masih mengobrol pada saat pembelajaran dan berjalan kesana kemari saat guru praktikan menerangkan pelajaran.

(25)

muda dalam mengajar belum terbiasa mengatur sekaligus mengelola kelas dengan baik sehingga peserta didik mengobrol dengan teman sebangkunya, ketika praktikan belum mampu berinteraksi dengan baik terhadap peserta didik. Untuk itulah pentingnya melihat persepsi siswa terhadap guru praktikan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru praktikan dan siswa agar siswa dapat menumbuhkan persepsi yang baik kepada praktikan IPS pada saat pembelajaran di kelas.

Menurut Bimo Walgito, Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.10 Sedangkan menurut Carole Wade dan Carol Tavris menerjemahkan persepsi sebagai sekumpulan tindakan mental yang mengatur implus-implus sensorik menjadi suatu pola bermakna.11 Dari penjelasan tersebut kita dapat mengambil kesimpulan jika persepsi sangat penting bagi guru dalam proses pembelajaran yaitu untuk menerjemahkan pandangan siswa kepada seorang guru melalui indera pendengaran dan penglihatannnya guna untuk menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi guru.

Pada awal permulaan mengajar, seorang praktikan harus dapat menarik simpati peserta didik dan kemampuan beradaptasi sangatlah penting pada proses awal. Apalagi bagi guru praktikan yang belum pernah sama sekali mengajar di kelas, harus berusaha dengan baik menunjukkan kompetensinya sebagai seorang guru agar peserta didik menghargai guru praktikan. Sebagai proses awal, guru praktikan harus melihat kondisi kelas seperti apa, karena ini penting untuk proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada pertemuan selanjutnya. Terkadang, ada kondisi kelas yang tidak terkendali, dimana peserta didik tidak mau mendengarkan perintah dari guru praktikan karena menganggap praktikan hanya sebagai guru

10

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andy, 2004), Cet. IV, h. 87-88

11

(26)

pengganti. Untuk itu, kemampuan praktikan dalam bersosialisasi dan beradaptasi sangat diperlukan mengingat praktikan melakukan pengajaran dalam waktu yang cukup lama.

Di kelas, banyak sekali hal-hal yang akan terjadi dalam proses pembelajaran. Seperti, murid yang mengobrol pada saat guru menerangkan, makan dan minum di kelas, memukul-mukul meja di jam pelajaran, murid yang tidur saat pembelajaran, bahkan ada juga yang bernyanyi pada saat KBM di laksanakan. Melihat kejadian ini, guru praktikan tidak boleh menyerah dengan apa yang peserta didik lakukan, karena hal-hal ini memang sering di alami oleh guru manapun yang mengajar.

Sebagai guru praktikan, belajar adalah hal yang penting sebelum masuk ke kelas dan kemudian menyampaikan materi. Jika ada murid yang bertanya dan meminta jawaban, tetapi guru praktikan tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut, maka hal tersebut dapat menurunkan kompetensinya sebagai seorang guru. Guru praktikan harus dapat mengendalikan keadaan kelas dengan baik dan harus pandai mencari cara agar peserta didik menghargai guru praktikan dan menghormati guru praktikan. Adakalanya ketika seorang praktikan yang kurang mampu menghadapi hal-hal tersebut akan merasa terbebani dengan keadaan seperti itu. Hal itu terjadi karena belum terbiasanya praktikan dalam mengajar di kelas.

(27)

orang yang belum mampu mengatur mereka secara baik dan menganggap belum mampu mengajari mereka secara profesional.

Dengan adanya persepsi, maka guru praktikan dapat melihat kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirinya, karena kendala yang dihadapi oleh guru praktikan masih sering terjadi. Seperti, kurangnya wawasan pada saat mengajar, kurang percaya diri ketika berada di depan peserta didik, suara guru praktikan yang terlalu kecil pada saat menerangkan materi, dan banyak lagi hal lainnya. Ini disebabkan karena masih rendahnya pengetahuan seorang praktikan serta kurang profesional ketika menyampaikan materi ajar, sehingga membuat mata pelajaran IPS terkesan kurang diminati.

Berkaitan dengan masalah ini, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menghasilkan tenaga pendidik yang profesional. Untuk itu kepada Mahasiswa diberikan seperangkat pengetahuan dan pelatihan kependidikan melalui mata kuliah Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT).

Program PPKT ini sangat menarik untuk dikaji sebagai kepenulisan skripsi sehingga penulis mengajukan judul penyususnan skripsi yang terkait dengan PPKT tersebut dengan judul “Persepsi Siswa Terhadap Mahasiswa Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) dalam Pelaksanaan Pembelajaran IPS di SMP 10 Kota Tangerang Selatan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang yang telah di jelaskan, dibuatlah Identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Masih rendahnya kompetensi yang dimiliki mahasiswa PPKT saat pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

(28)

3. Kurangnya kemampuan Praktikan dalam pengelolaan kelas.

4. Adanya persepsi yang kurang baik dari siswa terhadap mahasiswa Praktikan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi di atas, maka penelitian ini di batasi pada:

1. Kurangnya kemampuan Praktikan dalam pengelolaan kelas.

2. Adanya persepsi yang kurang baik dari siswa terhadap mahasiswa Praktikan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan sebagaimana telah dijelaskan, maka dibuatlah perumusan sebagai berikut: Bagaimanakah persepsi siswa terhadap Mahasiswa Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) dalam Pelaksanaan Pembelajaran IPS di SMPN 10 Kota Tangerang Selatan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Persepsi Siswa terhadap mahasiswa PPKT dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di SMPN 10 Kota Tangerang Selatan kelas VIII.

F. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Mahasiswa PPKT dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam belajar mengajar.

(29)

3. Sebagai masukan bagi sekolah yang di Praktikan dalam mengetahui kemampuan mahasiswa PPKT.

(30)

12 A. Persepsi Siswa

1. Penegertian Persepsi

Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan atau bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas adalah pandangan sesorang mengenai bagaimana ia mengartikan dan menilai sesuatu.1 “Kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan sebagainya itu, yang selanjutnya diinterprestasi disebut persepsi. Persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk kedalam otak. Di dalamnya terjadi proses berpikir yang pada akhirnya terwujud dalam sebuah pemahaman. Pemahaman ini yang kurang lebih disebut persepsi”.2

Menurut Bimo Walgito, “Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi”.3

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan penilaian seseorang terhadap apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan. Persepsi tidak terlepas dari panca indra kita yang mana memberikan stimulus terhadap apa yang sesorang lihat, rasakan, dengar, dan kemudian hal-hal tersebut dicerna

1

Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Teraju, 2004), h. 107

2

Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), h. 86

3

(31)

oleh otak sehingga menghasilkan sebuah opini atau pendapat mengenai sesuatu.

Persepsi merupakan hal yang penting bagi seseorang terutama untuk guru sebagai tenaga pendidik. Manusia memiliki indera-indera seperti indera penglihatan (mata), pendengaran (telinga), pengecapan (lidah), perabaan (kulit), dan indera pembau (hidung), masing-masing indera mempunyai sensor yang dapat menghasilkan persepsi kemudian diterjemahkan oleh otak. Bagi guru, persepsi merupakan hal yang paling mendasar untuk memperoleh kerjasama yang baik anatara guru dan siswa. Siswa akan menyukai seorang guru jika mereka mempunyai persepsi yang baik dan menerima guru tersebut untuk mengajarkan mereka.

Dalam mendidik siswa, perilaku guru merupakan hal yang menyebabkan timbulnya persepsi dari siswa, karena seorang guru tidak akan pernah terhindar dari persepsi. Oleh karena itu, penting menciptakan persepsi yang selaras antara siswa dan guru untuk menciptakan rasa suka terhadap guru berikut pelajaran yang di ajarkan.

Seorang guru harus mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap dirinya karena tidak semua yang guru persepsikan baik akan sama dengan yang siswa persepsikan dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh, ketika guru ingin mengajarkan sebuah materi yang mungkin dia menganggap materi tersebut cocok dipadukan dengan salah satu metode pembelajaran, tetapi bisa saja siswa tersebut akan mempersepsikannya berbeda dengan guru yang menganggap metode seperti itu sama sekali tidak cocok untuk dirinya bahkan tidak sesuai dengan yang mereka butuhkan.

“Menurut Carole Wade dan Carol Tavris menerjemahkan persepsi sebagai sekumpulan tindakan mental yang mengatur implus-implus sensorik menjadi suatu pola bermakna”.4 Dari penjelasan tersebut kita dapat mengambil kesimpulan jika persepsi sangat penting

4

(32)

bagi guru dalam proses pembelajaran yaitu untuk menerjemahkan pandangan siswa kepada seorang guru melalui indera pendengaran dan penglihatannnya guna untuk menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi guru. Sehingga persepsi berguna sebagai pendekatan antara guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang terhadap sesuatu objek-objek tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Menurut Muh. Said dan Junimar Affan ada beberapa faktor yang membentuk persepsi: a. Faktor Kebudayaan

Faktor kebudayaan seseorang menjadi salah satu faktor untuk pembentukan persepsi. Kalau seseorang semenjak kecil dikatakan bahwa ia akan melihat “orang di bulan”, maka persepsinya ialah orang yang di bulan. Tetapi anak yang di besarkan dalam kebudayaan lain, mungkin di ajarkan melihat “wanita di bulan” atau “orang membawa kayu di bulan”, dan akan mempersepsikan apa yang telah di ajarkan.

b. Faktor bakat dan lingkungan

Selain dari pada itu, faktor bakat dan lingkungan juga ada pengaruhnya biarpun pendapat ahli berbeda-beda. Dari salah satu cabang psikologi perbandingan ternyata, bahwa anak tikus yang di lahirkan dan di besarkan dalam gelap beberapa waktu lamanya setelah di lepaskan ke tempat yang terang ternyata langsung dapat mengenal bentuk sesuatu. Inilah alasan bagi pandangan nativisme dalam masalah persepsi. Tetapi binatang yang lebih tinggi kelasnya seperti anak simpanse yang di besarkan beberapa bulan dalam gelap, mula-mula tidak memperlihatkan kesanggupan melihat, yang membuktikan kebenaran pendapat empirisme.

c. Faktor Perhatian

Pengaruh faktor perhatian pada pembentukan persepsi nyata sekali waktu kita masuk gedung bioskop yang sudah mulai main. Pada permulaan hanya persepsi visual saja yang bekerja, yang kelihatan hanya apa yang ada di layar putih, selebihnya gelap. Pun tidak kedengaran suara penonton dekat kita berbicara. jadi pintu masuk ke panca indera yang lain-lain seolah-olah tertutup karena perhatian kita tertuju pada layar putih.5

5

(33)

Sedangkan menurut Sarlito Wirawan Suwarno mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pesepsi adalah:

a. Perhatian

Biasanya kita tidak menangkap rangsangan yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya, menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka.

b. Set

Set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul. Perbedaan set dapat menyebabkan perbedaan persepsi.

c. Kebutuhan

Kebutuhan-kebutuhan yang sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda akan menyebabakan pula perbedaan persepsi.

d. Sistem Nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi.

e. Tipe Kepribadian

Ciri kepribadian akan mempengaruhi pula persepsi. f. Gangguan Kejiwaan

Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi.6

Dapat di simpulkan bahwa persepsi yang di hasilkan oleh setiap orang akan berbeda-beda satu sama lainnya karena setiap individu memiliki bentuk fisik, kemampuan, kepribadian, pengetahuan, pengalaman dan latar belakang yang berbeda-beda pula sehingga akan berpengaruh pada persepsi yang di hasilkan.

3. Persepsi Siswa

Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses belajar-mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Jadi, dalam proses belajar mengajar yang diperhatikan pertama kali adalah siswa/anak didik bagaimana keadaan dan

6

(34)

kemampuannya, baru setelah itu menemtukan komponen-komponen yang lain.7

Dilihat dari segi kedudukannya, anak didik atau siswa adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah optimal kemampuan fitrahnya.

Dalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subjek pendidikan. Hal ini antara lain dilakukan dengan cara melibatkan mereka dalam menyelesaikan masalah dalam proses belajar mengajar. Anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan ilmu pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.8

Siswa telah memiliki kecenderungan berpersepsi bahwa guru yang baik adalah guru yang dapat menampilkan kepribadian yang baik dari segala aspek kehidupannya, misalnya dalam tindakan dan ucapannya. Persepsi siswa dimulai dari pengenalan fisik atau tingkah laku non verbal yang ditampilkan oleh seorang guru, saat itu mereka telah memiliki penilaian dan kesimpulan-kesimpulan terhadap guru tersebut. Kemudian ungkapan-ungkapan verbal yang di tampilkam guru melengkapi penyimpulan-penyimpulan mereka. Dari tingkah laku nonverbal dan verbal yang ditampilkan oleh guru, siswa dapat membentuk kesan-kesan tentang guru tersebut, apakah guru tersebut dapat memberi contoh yang baik terhadap anak didiknya ataukah sebaliknya.

7

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 112

8

(35)

4. Manfaat Persepsi Siswa

Penelitian tentang persepsi mencakup dua manfaat utama dari sistem persepsi, yaitu lokalisasi atau menentukan letak suatu objek, dan pengenalan atau menentukan jenis objek tersebut. lokalisasi dan pengenalan dilakukan oleh daerah konteks yang berbeda. penelitian mengenai persepsi juga mengurusi cara sistem perseptual mempertahankan bentuk objek tetap konstan.9

Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama berikut:

a. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

b. Interprestasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interprestasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interprestasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkatagorian informasi yang kompleks menjadi sarjana.

c. Interprestasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai rekasi. Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interprestasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.10

Di lingkungan pendidikan, siswa kerap kali memberikan isyarat yang harus dikerjakan guru untuk mendapatkan gambaran darinya. Kegiatan tersebut merupakan proses aktif seorang guru, bagaimana supaya mendapatkan gambaran dari para siswa untuk mendapatkan kesan pertama darinya. Kesan pertama sering di berikan

9

http://ahmadroihan8.blogspot.com/2013/10/persepsi-dalam-psikologi-lengkap.html, diakses pada 12 agustus 2015 pukul 11:22

10

(36)

nilai tertentu oleh para siswa karena kesan pertama yang akan membentuk gambaran pada pertemuan selanjutnya.

Dari kesan pertama akan timbullah pandangan-pandangan baru dari para siswa untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan pengajaran di kelas yang dilakukan bukan hanya sekali, tapi berulang kali. Oleh karena itu, ada baiknya jika seorang guru dapat mengambil sisi positif dari tingkah laku siswa untuk dijadikan bahan pelajaran terutama bagi guru praktikan dan juga mengambil manfaat dari pengalaman-pengalaman tersebut.

Ada banyak sekali manfaat yang dapat diambil melalui Persepsi Siswa diantaranya sebagai berikut:

a. Dengan melakukan persepsi siswa praktikan dapat mengetahui sejauh mana penguasaannya dalam mendidik para siswa yang baru dikenal.

b. Persepsi juga digunakan untuk melihat sejauh mana kompetensi yang dimiliki mahasiswa praktikan, apakah sudah memenuhi kriteria seorang guru atau belum.

c. Siswa dapat melihat keberanian guru dalam menghadapi berbagai persoalan yang ada di kelas melalui persepsi.

d. Persepsi dapat melihat apakah seorang praktikan sudah layak dijadikan sebagai guru yang sebenarnya oleh para peserta didik. e. Peserta didik dapat memberikan masukan terhadap mahasiswa

praktikan dengan melakukan persepsi.

f. Persepsi berguna untuk praktikan pada generasi berikutnya, agar dapat melakukan improvisasi atau perubahan yang menjadikan praktikan lebih baik lagi dari sebelumnya.

g. Dengan adanya persepsi, seorang praktikan dapat melakukan perbaikan terhadap dirinya mengenai apa saja yang harus di pertahankan dan apa saja yang harus di perbaiki.

(37)

balik yang positif atau baik terhadap gurunya. Sebaliknya jika seorang guru tidak dapat memberikan contoh dan kemampuan terbaik bagi para siswa, maka mereka akan cenderung tidak menyukai guru tersebut dan juga mereka akan berpandangan buruk terhadap seorang guru praktikan. Oleh karenanya guru harus selalu melakukan yang terbaik di hadapan siswa atau peserta didik agar mereka pun mempunyai persepsi yang baik pula terhadap guru praktikan.

B. Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) 1. Pengertian dan Ruang Lingkup PPKT

Praktik Profesi kegurua Terpadu (PPKT) adalah kegiatan akademik yang dilakukan mahasiswa FITK dalam rangka menerapkan dan mengembangkan kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial yang berwujud dalam kegiatan praktik keguruan, penelitian, dan pengelolaan pendidikan, kinerja mahasiswa praktikan dalam aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku keguruan yang dialami secara nyata di madrasah/sekolah.11

PPKT merupakan kegiatan intrakulikuler yang mencakup kegiatan praktik mengajar penelitian pendidikan, dan pengelolaan kependidikan di madrasah/sekolah. Dengan demikian, PPKT mencakup Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sebagai mata kuliah, PPKT berbobot 6 sks yang dilaksanakan sepenuhnya di madrasah/sekolah praktik.12

Praktik Profesi Keguruaan Terpadu (PPKT) adalah mata kuliah intrakulikuler aplikatif dan terpadu dari seluruh pengalaman belajar ke dalam program pelatihan untuk mempersiapkan mahasiswa agar memiliki kemampuan dan keterampilan keguruan, pelaksanaan kegiatan administrasi pendidikan, penelitian kependidikan dan pengabdian kependidikan.13

11

Tim Penyususn Pedoman PPKT Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta,

Buku Panduan Praktik Profesi Keguruan Terpadu, (Jakarta: FITK UIN Jakarta), h. 5

12

Ibid, h. 5

13

(38)

Praktik Profesi Keguruan Terpadu mengajarkan kepada mahasiswa bagaimana dunia nyata dalam mengajar, yang memberikan penilaian secara objektif terhadap kinerja yang dilakukan mahasiswa di sekolah. Selain itu, PPKT membantu dalam menciptakan pengalaman mengajar bagi Mahasiswa yang memang di didik untuk menjadi guru yang profesional. Banyak hal yang akan dilakukan selama masa PPKT bukan hanya mengajar saja melainkan juga tugas administrasi lainnya yang harus mahasiswa fahami selama menjalani proses praktik di sekolah. Ruang lingkup kegiatan PPKT terdiri atas:

a. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas

b. Kegiatan pengabdian pendidikan: kegiatan kependidikan dan kegiatan administrasi kependidikan

c. Kegiatan penelitian kependidikan.14

Program PPKT hanya berlaku untuk Mahasiswa dan Mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang dilakukan dalam waktu kurang lebih 4 bulan masa praktik. Program ini dibuat khusus untuk melatih kesiapan mahasiswa dalam melakukan pengajaran, agar para lulusan FITK memang sudah siap dalam mengajar dan sudah mempunyai pengalaman dalam mengajar sebelum mereka benar-benar menjadi seorang guru.

2. Tujuan dan Manfaat PPKT a. Tujuan PPKT

Tujuan umum kegiatan PPKT adalah agar mahasiswa memiliki kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

1. Dapat menerapkan berbagai keterampilan dasar keguruan/kependidikan secara utuh dan terpadu dalam situasi sebenarnya.

14

Tim Penyususn Pedoman PPKT Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta,

(39)

2. Dapat mengenal secara cermat lingkungan sosial, fisik, administrasi, dan akademik sekolah/madrasah.

3. Dapat menarik pelajaran dari pengalaman dan penghayatannya, yang direfleksikan dalam perilakunya sehari-hari.

4. Terampil dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, administrasi sekolah/madrasah, kegiatan kependidikan, dan penelitian kependidikan.15

b. Manfaat PPKT

Manfaat kegiatan PPKT, antara lain sebagai berikut:

1. Bagi mahasiswa, kegiatan ini memberi pengalaman langsung untuk mengembangkan keterampilannya menjalankan profesinya sesuai dengan bidang keilmuannya, serta melatih berfikir kritis, kreatif, dan menggunakan prosedur ilmiah dalam memecahkan masalah kependidikan.

2. Bagi FITK, kegiatan ini merupakan media untuk mengaplikasikan teori-teori kependidikan dalam kegiatan nyata di lapangan dalam usaha menyiapkan lulusan yang profesional di bidang kependidikan dan pengajaran. Melalui kegiatan ini FITK juga memperoleh umpan balik dan sekaligus dapat mengevaluasi diri dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran di FITK

3. Pemerintah dan Masyarakat, melalui kegiatan ini dapat memperoleh sumbangan berharga dalam bentuk partisipasi aktif mahasiswa dalam upaya pengembangan kelembagaan, dan akan memperoleh calon tenaga kependidikan (guru) yang profesional.16

15

Ibid, h. 7

16

(40)

3. Kompetensi PPKT

Sebagai mahasiswa praktikan, tentunya harus mempunyai kompetensi yang harus sama dengan guru. Kompetensi digunakan sebagai patokan untuk praktikan dalam mengajar selama masa PPKT. Adapun kompetensi yang perlu praktikan ketahui dalam pelaksanaan belajar mengajar, yaitu:

a. Kompetensi Pedagogik

Rumusan kompetensi pedagogik di dalam penjelasan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 menyebutkan bahwa kompetensi ialah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan peserta didik, evaluasi hasil belajar, dsb. Berdasarkan beberapa pengertian seperti tersebut diatas, dengan kompetensi pedagogik maka guru mempunyai kemampuan-kemampuan sbb:

1. Menguasai ilmu mengajar 2. Mengenal siswa

3. Menguasai teori motivasi

4. Mengenal lingkungan masyarakat 5. Menguasai penyusunan kurikulum 6. Menguasai teknik penyusunan RPP

7. Menguasai pengetahuan evaluasi pembelajaran.17

Kompetensi pedagogis yang harus dimiliki mahasiswa praktikan diantaranya adalah membuat rencana pembelajaran, mengetahui cara bagaimana memotivasi peserta didik, mengetahui cara menghargai siswa, mengetahui cara restitusi atau pendekatan yang menguatkan disiplin serta rasa hormat peserta didik, dan juga mengetahui karakteristik setiap individu.

b. Kompetensi Kepribadian

17

(41)

Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian di dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 ialah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.18

Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki mahasiswa praktikan meliputi cara untuk menangani stres, melakukan shalat bersama-sama di sekolah jika memasuki waktu ibadah, mengurangi keluhan mengenai keadaan yang berkaitan dengan peserta didik, memakai pakaian yang sesuai dengan kode etik guru karena akan menjadi contoh bagi peserta didik, dan menghargai perbedaan baik pendapat ataupun yang lainnya.

c. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional juga merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang guru. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar Nasional Pendidikan.19

Kompetensi profesional yang harus dimiliki mahasiswa praktikan meliputi, mengetahui tujuan belajar mengajar, rajin menambah ilmu, mengetahui pengembangan kognitif peserta didik, menambah pengalaman dan rajin membaca, memeriksa kembali bahan ajar yang akan disampaikan dan juga mengetahui cara memvisualisasikan bahan bacaan.

18

Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, ... h. 41

19

(42)

d. Kompetensi sosial

Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3, yang dimaksud dengan kompetensi sosial ialah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.20

Kompetensi sosial yang harus dimiliki mahasiswa praktikan meliputi, mendengarkan orang saat berbicara dan tidak mengalihkan pandangan ketika sedang berbicara, bekerja sama dengan guru dan staf di sekolah tempat praktikan, berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik layaknya guru sesungguhnya, tersenyum dengan guru-guru yang ada di sekolah dan tidak menghindarinya, serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan sekolah yang di praktikan.

C. Pembelajaran IPS

Pembelajaran (Instruction) adalah proses atau upaya yang dilakukan seseorang (guru) agar orang lain (murid) melakukan belajar. Jadi, pembelajaran tidak identik dengan belajar sebagai mana yang dipahami sebagian orang selama ini. Sebaliknya, pembelajaran mirip dengan proses mengajar atau belajar dalam arti, satu sisi guru mengajarkan materi, sedangkan murid menyerap materi tersebut.21 “Sedangkan menurut Permendikbud Nomor 103 tahun 2014, Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.22

20

Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, ... h. 63

21

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010) Cet ke-16, h. 215

22

(43)

Jadi di dalam mata pelajaran IPS, pembelajaran dapat diartikan sebagai proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara interaktif-edukatif. Maksudnya adalah peserta didik berperan aktif dalam melakukan interaksi belajar kepada gurunya dan gurupun harus berperan aktif dalam proses mengajar, mengingat mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang sangat luas cangkupannya sehingga bukan hanya guru saja yang aktif tetapi juga peserta didik. Dengan begitu peserta didik akan menyukai pelajaran IPS jika mereka ikut berperan di dalam kegiatan pembelajaran yang disebutkan.

Pembelajaran IPS diimplementasikan dalam berbagai bentuk pendekatan. Misalnya saja pendekatan Pakem (Pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan). Pendekatan tersebut bersifat kreatif sekaligus inovatif, dalam artian pendekatan itu dapat memungkinkan untuk siswa melakukan pembelajaran yang efektif dan efesien.

Mengajar merupakan tugas untuk mengorganisasikan dan mengatur jalannya proses pembelajaran. Oleh karena itu, setiap guru harus mempunyai persiapan atau perencanaan sebelum melakukan aktivitas belajar mengajar di dalam kelas. “Perencanaan adalah pemetaan langkah-langkah ke arah tujuan”23. Perencanaan pengajaran membantu guru dalam menguraikan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakannya. Langkah-langkah pembelajaran disini termuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat seluruh rencana kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir pertemuan.

Menurut Piaget dalam buku Dimyati dan Mudjiono, pembelajaran terdiri dari empat langkah berikut:

1. Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri

2. Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut. 3. Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan

pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah.

23

(44)

4. Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan.24 Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan sebagai berikut:

1. Mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif dan negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan perilaku negatif diperlemah dan dikurangi.

2. Membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan penguat.

3. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya.

4. Membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguat, waktu mempelajari perilaku, dan evaluasi. Dalam melaksanakan program pembelajaran, guru mencatat perilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil. Ketidakberhasilan tersebut menjadi catatan penting bagi modifikasi perilaku selanjutnya.25

Proses mengajar adalah proses yang dibuat dengan langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Langkah-langkah pengajaran biasanya meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Langkah-langkah tersebut biasanya sudah tertulis di dalam Rencana Pelaksanaan Pemelajaran (RPP). Pelaksanaan pembelajaran yang baik harus mempunyai keterampilan mengajar yang baik pula. Beberapa keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh seorang guru IPS antara lain:

1. Keterampilan Membuka Pembelajaran IPS

Yang dimaksud dengan membuka pelajaran adalah seberapa jauh kemampuan guru dalam memulai interaksi belajar mengajar untuk suatu jam pelajaran tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuka pembelajaran adalah sebagai berikut:

24

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009) Cet IV, h. 14-15

25

(45)

a) Mengkondisikan siswa

Tujuan kegiatan ini untuk mengarahkan siswa agar siswa siap baik secara mental, emosional, maupun fisik. Kegiatan ini antara lain berupa:

1) Menyiapkan ruang, peralatan, alat pembelajaran dan media Sebelum memulai pembelajaran sebaiknya segala macam peralatan yang akan digunakan dalam menyampaikan pembelajaran dipersiapkan terlebih dahulu agar tidak menghabiskan waktu banyak di kegiatan awal. Persiapan yang matang harus dilaksanakan guna kelancaran dalam melaksanakan kegaiatan belajar siswa.

2) Memeriksa kesiapan siswa

Guru harus memeriksa kesiapan siswa berupa mengecek kehadiran siswa, memeriksa kerapian secara fisik baik itu baju, celana, rambut dan lainnya.

b) Melakukan kegiatan apersepsi

Kegiatan apersepsi digunakan untuk melihat kemampuan siswa diawal dengan mengajukan pertanyaan pada awal proses pembelajaran agar dapat melihat apakah siswa sudah belajar atau belum di rumahnya masing-masing sebelumnya. Pertanyaan tersebut di gunakan untuk memancing kreatifitas siswa dalam memulai pembelajaran di awal.

c) Menyampaikan indikator pencapaian kompetensi

Indikator pencapaian kompetensi disampaikan guna untuk memberitahuakan kepada siswa apa saja yang akan disampaikan pada saat pembelajaran dilaksanakan.

d) Memberikan motivasi awal

(46)

bahan pelajaran, sangsi-sangsi dan hubungan pribadi dengan muridnya.26

Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut: 1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir. 2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebayanya. 3) mengarahkan kegiatan belajar sebagai ilustrasi. 4) membesarkan semangat belajar. 5) menyadarkan tentang adanya perjalanan mengajar.27

Motivasi dapat berasal dari motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik mengacu pada faktor-faktor dari dalam, tersirat baik dalam tugas itu sendiri maupun pada diri siswa. Kebanyakan teori pendidikan modern mengambil motivasi instrinsik sebagai pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Sedangkan motivasi ekstrinsik mengacu kepada faktor-faktor dari luar, dan ditetapkan pada tugas atau pada siswa oleh guru atau orang lain. Motivasi ekstrinsik bisa berupa penghargaan, pujian, hukuman atau celaan.28

e) Mengadakan test pendahuluan

Idealnya guru harus memberikan tes awal untuk semua tujuan instruksional dengan menggunakan butir-butir yang diambil dari sumber yang sama dengan butir-butir evaluasi akhir.29

Fungsi dari tes awal adalah untuk mengetahui sejauh mana penguasaan para peserta didik sehingga guru dapat menggunakan data yang diperoleh dari tes awal atau tes pendahuluan untuk

26

Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1987), h.219

27

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran,... h. 85

28

Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, ... h. 216

29

W. James Popham dan Eva L. Baker, Bagaimana Mengajar secara Sistematis,

(47)

membantu merencanakan kegiatan mengajarnya, walaupun sebelumnya sudah tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tapi dengan tes pendahuluan seorang guru dapat merevisi bagaimana sebaiknya pembelajaran pada hari itu di laksanakan. Misalnya untuk mengelompokkan siswa dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan, dan juga tujuan dari tes awal adalah agar guru dapat mengadakan penyesuaian dalam tujuan yang terdapat dalam indikator, baik dengan menambah atau mengurangi tujuan yang tercantum agar standar yang dicapai dapat terlaksanakan. Tanpa penilaian pendahuluan, guru mungkin menghadapi banyak resiko, ia mungkin mengajarkan kemampuan-kemampuan yang sudah dikuasai oleh siswa-siswanya. Dengan demikian ia membuang waktu yang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk mempelajari kemampuan yang baru atau yang lebih kompleks.

2. Keterampilan dalam Memproses Kegiatan Inti Pembelajaran IPS

Kegiatan inti adalah kegiatan utama untuk menamakan, mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan berkaitan dengan bahan kajian yang bersangkutan. Kegiatan inti mencakup:

a. Penyampaian tujuan pembelajaran

(48)

dimiliki siswa tersebut berupa tujuan yang bersifat kognitif, efektif atau psikomotor.30

b. Menyampaikan Materi Pelajaran

Bahan atau materi pelajaran (Learning Materials) adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum, yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu.31 Materi pelajaran merupakan kegiatan penting dalam memproses inti pembelajaran. Materi pelajaran merupakan inti dari pembelajaran karena keberhasilan suatu proses pembelajaran tergantung dari seberapa banyak siswa tersebut menguasai materi pelajaran.

Materi pelajaran dapat dibedakan menjadi: Pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap

(attitude). Pengetahuan menunjuk pada informasi yang disimpan dalam pikiran (mind) siswa, dengan demikian pengetahuan berhubungan dengan berbagai informasi yang harus di kuasai oleh siswa, sehingga manakala diperlukan siswa dapat mengungkapkan kembali. Keterampilan (skill) menunjuk pada tindakan-tindakan yang dilakukan seseorang dengan cara yang kompeten untuk mencapai tujuan tertentu. Sikap menunjuk kepada kecenderungan seseorang untuk bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang diyakini kebenarannya oleh siswa.32 Oleh karena itu, ada hal-hal yang harus di perhatikan oleh guru dalam menyampaikan kegiatan inti pembelajaran, meliputi:

30

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 119

31

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 141

32

(49)

1) Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran

Penguasaan bahan materi ajar memungkinkan seorang guru mengerti macam-macam jalan dan model untuk sampai pada suatu pemecahan persoalan tanpa terpaku pada satu model pembelajaran.33 Materi pelajaran pada hakikatnya bisa berupa fakta, konsep, prosedur, prinsip dan keterampilan.34 Seorang guru harus menerangkan materi pelajaran berdasarkan kebenaran yang ada pada fakta-fakta yang sesuai dengan teori. Guru harus punya banyak ilmu pengetahuan agar apa yang disampaikan kepada siswa mudah di pahami dan di mengerti dengan jelas.

2) Mengaitkan materi dengan pengetahuan yang relevan

Materi yang diajarkan haruslah ada kaitannya dengan pembelajaran pada saat itu. Guru harus dapat mengaitkan materi dengan pengetahuan yang sebenarnya. 3) Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

Penyampaian materi haruslah menggunakan konsep yang berhubungan dengan kemampuan memecahkan masalah secara sistematis agar materi yang disampaikan guru dapat diambil contohnya dalam realitas kehidupan sehari-hari. Konsep akan muncul dari berbagai konteks materi pembelajaran, misalnya konsep tentang kemiskinan, kebudayaan dan perubahan sosial.

4) Mencapai tujuan komunikatif

Sesuai dengan keterampilan yang dimiliki seorang guru, terutama pada keterampilan intelektual dapat membantu guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran yang komunikatif. Maksudnya adalah pembelajaran

33

Eri Rosatria, dkk. Penerapan Strategi Pembelajaran Konstruktivisme, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 35

34

(50)

tersebut dapat tersampaikan maksud dan tujuannya dan dimengerti oleh siswa.

c. Pengunaan Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi utama yang digunakan oleh guru dalam penyampaian materi pembelajaran. Melalui bahasa seseorang dapat mengerti makna dari setiap ucapan yang disampaikan antara satu orang dengan yang lainnya. Oleh karena itu, penyampaian dengan bahasa yang baik akan menghasilkan komunikasi yang baik pula antara guru dan siswa. Pengunaan bahasa yang dimaksud meliputi: 1) Penggunaan bahasa lisan secara jelas dan benar

2) Penggunaan bahasa tulisan yang baik dan benar. 3) Penyampaian pesan dengan gaya yang sesuai. d. Penggunaan Pendekatan dan Strategi Pembelajaran

Menurut Ballard dan Clanchy dalam Tohirin, “Pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan. Berkenaan dengan ini, ada dua macam siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan, yaitu: 1) sikap melestarikan apa yang sudah ada (concerving) dan 2) sikap memperluas (extending). Siswa yang bersikap

concerving pada umumnya menggunakan pendekatan belajar “reproduktif” (bersifat menghasilkan kembali fakta-fakta dan informasi). Sementara itu, siswa yang bersikap extending

biasanya menggunakan pendekatan belajar “analitis” (berdasarkan pemilihan dan interprestasi fakta dan informasi”.35

Sedangkan menurut Biggs dalam Tohirin, “pendekatan belajar siswa dapat di kelompokan ke dalam tiga prototipe (bentuk dasar), yaitu: 1) pendekatan Surface (permukaan atau bersifat lahiriah) misalnya, siswa mau belajar karena dorongan

35

(51)

dari luar (ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan malu. 2) pendekatan deep (mendalam), biasanya dalam pendekatan ini siswa mempelajari materi karena memang tertarik dan merasa membutuhkannya (intrinsik). 3) pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi) umumnya dilandasi ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya”.36

Dalam penggunaan pendekatan pembelajaran ada baiknya guru melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Melaksanankan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai

2) Melaksanakan pembelajaran secara runtut 3) Menguasai kelas

4) Melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstekstual

5) Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan yang positif

6) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan

7) Melaksanakan pembelajaran yang aktif dan partisipatif siswa

8) Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan kegiatan eksplorasi

9) Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan kegiatan elaborasi

10) Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan kegiatan konfirmasi

Strategi belajar mengajar merupakan pola umum perbuatan guru dan siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan, metode mengajar adalah alat yang merupakan perangkat atau bagian dari suatu strategi pengajaran. Klasifikasi strategi belajar mengajar didasarkan

36

(52)

pada tujuan. Agar dapat memilih strategi pengajaran secara efektif dalam proses kegiatan belajar mengajar siswa, salah satunya adalah diterapkannya suatu pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif atau biasanya disebut CBSA. Adapun metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru dalam mengajar dikelas adalah:

a) Metode Ceramah

Metode Ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim dipakai oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai penyampaian bahan secara lisan oleh para guru di muka kelas. Peran murid disini sebagai penerima pesan, mendengarkan, memperhatikan, dan mencatat keterangan-keterangan guru bilamana diperlukan.

b) Metode diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif. Metode diskusi dimaksudkan untuk dapat merangsang siswa dalam belajar dan berfikir kritis.

c) Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru yang menjawab pertanyaan. d) Metode demonstrasi dan eksperimen

Demonstrai adalah salah satu teknik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau siswa sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu. Metode eksperimen adalah cara pengajaran di mana guru dan murid bersama-sama melakukan suatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu aksi.

e) Metode resitasi

Metode resitasi biasa disebut metode pekerjaan rumah, karena siswa diberi tugas-tugas khusus di luar jam pelajaran. Metode ini dilakukan apabila guru mengharapkan pengetahuan yang diterima siswa lebih mantap.

f) Metode kerja kelompok

(53)

untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu dengan sistem gotong royong.

g) Metode sosio-drama dan bermain peran

Metode sosio drama dan bermain peran merupakan teknik mengajar yang banyak kaitannya dengan pendemonstrasian kejadian-kejadian yang bersifat sosial.

h) Metode karyawisata

Metode karyawisata adalah metode pengajaran yang dilakukan dengan mengajak para siswa ke luar kelas untuk mengunjungi suatu peristiwa atau tempat yang ada kaitannya dengan pokok bahasan.

i) Metode Drill

Metode drill atau disebut latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap-siagakan.

j) Metode sistem beregu

Metode sistem beregu ini merupakan gagasan baru yang berkembang sebagai salah satu inofasi metode mengajar dan juga kenal dengan team teaching.37

e. Pemanfaatan sumber belajar atau media pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar.38

Media pada dasarnya adalah “bahasanya guru”, artinya dalam proses penyampaian pesan pembelajaran, guru harus pandai memilih bahasa apa yang paling mudah dimengerti dan dipahami siswa. Bahasa yang dimaksud dapat berupa bahasa verbal, bahasa visual atau bahasa non verbal lainnya dan pesan yang disalurkan melalui peralatan atau melalui pengalaman langsung.39

Ada banyak karakteristik siswa yang harus di perhatikan dalam memilih media dal

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2 Hasil penelitian yang relevan
Tabel 3.1  Waktu Penelitian
Tabel 3.2                                                       Kelas Populasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel yang diteliti terdiri dari karakteristik ekonomi (tingkat pendapatan, tingkat alokasi waktu kerja), karakteristik sosial (tingkat interaksi, tingkat relasi

[r]

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana membuat jaringan VPN agar dapat menghubungkan jaringan

Santosa Motor yang bergerak dalam bidang penjualan mobil bekas, selama ini dalam promosi dan pemasarannya dilakukan dengan cara menyebar brosur atau dari mulut ke

Soekarno Hatta (d/h Jl. Guru Hamzah No. Raya By Pass Km. By Pass KM.7 Kel Pisang Kec. Parman Padang No. Asia Medika) Jl. Ahmad Dahlan No. Soekarno Hatta Km. Jenderal Sudirman No.

Algoritma yang digunakan dalam teknik klasifikasi adalah algoritma C4.5 dan Naïve Bayes1. Algoritma C4.5 merupakan algoritma yang digunakan untuk membentuk

[r]

[r]