EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN
KETERAMPILAN DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA (PSKW)
RUHUI RAHAYU
KOTA PALANGKA RAYA
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
OLEH :
DEBORA
110902037
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Nama : D e b o r a
NIM : 110902037
ABSTRAK
Efektivitas Pelaksanaan Program Bimbingan Keterampilan di Panti Sosial Bina Remaja dan Karya Wanita Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah
Kesejahteraan Sosial merupakan keadaan terpenuhinya kehidupan yang layak bagi setiap masyarakat di Indonesia, sehingga masyarakat mampu untuk mengembangkan diri dan menjalankan fungsi sosialnya. Pelaksanaan penanganan kesejahteraan sosial pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi dan Eks Wanita Tuna Susila melalui sistem kepantian adalah suatu proses pengentasan masalah Kesejahteraan Sosial melalui : Tahap Rehabilitasi, Resosialisasi, dan Bimbingan Lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Efektivitas Program Bimbingan Keterampilan dalam pembinaan Wanita Rawan Sosial Ekonomi dan Eks Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita.
Penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif dengan metode analisis kuantitatif. Pada penelitian ini juga, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekuder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara membagi kuesioner kepada seluruh peserta binaan Panti Sosial Karya Wanita yang berjumlah 20 Orang, observasi dan melakukan wawancara mendalam dengan Eks Binaan. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencari data dan informasi melalui buku-buku dan media internet.
Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian ini, maka penulis berkesimpulan bahwa Progran Bimbingan Keterampilan di Panti Sosial Karya Wanita Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah dikatakan “Efektif” dengan indikator pengukuran yaitu pemahaman program, ketepatan Sasaran, Ketepatan Tujuan, Ketepatan Waktu, Ketepatan Target dan Perubahan Nyata. Hal ini dibuktikan dengan sebanyak 91.5% responden mengatakan bahwa mereka telah menguasai teori dan praktek menjahit atau Tata rias/Salon dalam jangka waktu enam bulan bimbingan di Panti.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA FACULTY OF SOCIAL POLITICAL SCIENCE
DEPARTMENT OF SOCIAL SCIENCE
NAME : D e b o r a
NIM : 110902037
ABSTRACT
Effectiveness of Program Implementation Guidance Skills in Young Children's Social Development and Women Work Palangka Raya
Central Kalimantan Province
Social welfare is a state of fulfillment of a decent life for every community in Indonesia, so that people are able to develop themselves and their social function. Implementation of handling social welfare in Women Prone Socioeconomic and Ex women prostitutes through kepantian system is a process through the alleviation of Social Welfare: Phase Rehabilitation, resocialization, and Guidance Advanced. This study aims to determine how the Guidance Program Effectiveness Skills in coaching Prone Women Socioeconomic and Ex women prostitutes in Women's Children's Social Work.
This research is classified as descriptive research with quantitative analysis method. In this study, the authors used data collection techniques by collecting primary data and secondary data. Primary data collection was done by dividing the questionnaire to all participants of social houses built Women work totaling 20 people, observation and conduct in-depth interviews with ex Patronage. While secondary data collection is done by collecting data and information through books and internet media.
Based on the analysis of these results, the authors concluded that the Guidance Program, Children's Social Skills at Work Women Palangkaraya, Central Kalimantan Province said "Effective" with the measurement indicators that program comprehension, accuracy Goals, Objectives Accuracy, Timeliness, Accuracy Target and Real Change . This is evidenced by as much as 91.5% of respondents said that they have mastered the theory and practice of sewing or Cosmetology within six months of counseling at the center.
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas kekuatan dan kesempatan yang daripadaNya, hingga akhirnya
skripsi dengan Judul : “Efektivitas Pelaksanaa Program Bimbingan Keterampilan di
Panti Sosial Bina Remaja dan Karya Wanita Kota Palangka Raya Provinsi
Kalimantan Tengah” ini telah selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan.Hal ini terutama karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan
pengalaman penulis.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca.
Penulis juga menyadari dengan sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini, dengan kerendahan hari penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Bapak Prof. Dr. Badarruddin M.Si.
2. Bapak dan Ibu Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
3. Kepada Ibu Hairani Siregar S.Sos, M.SP sebagai Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
4. Kepada Ibu Mastauli Siregar S.Sos, M.Si sebagai Sekretaris Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
5. Kepada Bapak Agus Suriadi S.Sos, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Penulis yang memberikan waktu, perhatian, semangat dan bimbingan yang
membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih pak, Bapak
Amazing.
6. Kepada Bapak dan Mamakku Tersayang, St. AB Situmorang dan M br Tambunan, terima kasih untuk segalanya. Sunggu suatu berkat yang luar biasa ketika aku dititipkan menjadi anak kalian berdua. Semoga suatu saat,
aku masih punya kekuatan untuk berjuang di lain kesempatan untuk
kebanggaan kalian ya. Amin.
7. Kepada Ibu Kepala Panti Sosial Bina Remaja dan Karya Wanita Provinsi
Kalimantan Tehgah, Ibu Dra. Lies Fahimah M.Si untuk arahan, nasehat, bimbingan dan kesempatan bagi saya selama praktikum dan penelitian.
8. Kepada ibu Winarni Ari Wiyanti S.Sos yang juga sangat berperan penting dalam membantu saya dalam proses penelitian. Terimakasih atas kesedian
waktu dan tenaganya bu.
9. Kepada Bapak/Ibu Pegawai di Panti Sosial Karya Wanita Pak Effendi. Pak
Hadi, Pak Hafid, Pak Franklin, Pak Tanto, Pak Wawan, Pak Widodo, Ibu Iva
(yang selalu riang gembira), Ibu Yuli (yang selalu semangat), Ibu Lilik
(Wonder Woman), Ibu Lely (Nantulang cantik), Ibu Ana (yang paling jago
masak), Ibu Wahidah, Ibu Neneng, Ibu Ema, Ibu Yunita, Ibu Puji, dan Ibu
10.Kepada Wilson dan Iksan yang juga membantu saya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
11.Teman-Teman Kessos 11 Denisa, Rachel, Risca, Hera, Arina, Dewi, Keket,
Elisabeth, Dewi, Guster, Andri, dan semua yang namanya belum disebutkan.
Mari kita semua semangat ya teman, sukses semuda mungkin, jadi berkat
dimanapun kita berada.
12.Keluarga Badan Pngurus Harian UKM Paduan Suara Universitas Sumatera
Utara 2013/2014, Papi Gok, Abang David, Kakak sekaligus Edak Stephani,
dan Pudan Meme. Terimakasih buat kalian berempat untuk semua
penegertian dan kerjasamanya selama menjabat. Dan semua teman-teman di
Paduan Suara.
13.Keluarga Besar A+ Laundry and Dry Cleaning, Bi Uda, Bi Enon, Ma Uda, Ngah Pe, Ngah Meri, dan Uwak Betty. Terimakasih atas kerjasama dan
pengertian luar biasa untuk penulis pada masa Praktikum dan Penelitian ini.
Semoga kita selalu jadi keluarga dan dapat bekerja sama membangun laundry
kita ini ya.
14.Keluarga Besar penulis Bang Chan, Edak Tika, Bang Ronal, Kak Tet, Bang
Melky, Kak Eka, Bray Bons, dan anak-anakku Margaretha, Marco,
Marvelino, dan Hizkia.
Semoga kita selalu dalam berkat dan lindunganNya.Akhir kata saya ucapkan
banyak terimakasih, dan semoga kita selalu sukses.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...i
Daftar isi ... iv
Daftar Tabel ... ix
Daftar Bagan ... xi
BAB I Pendahuluan ... 1
I.1. Latar Belakang ... 1
I.2. Perumusan Masalah ... 11
I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ... 11
I.3.1. Tujuan Penelitian ... 11
I.3.2. Manfaat Penelitian ... 11
I.4. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II Tinjauan Pustaka ... 14
II.1. Efektivitas ... 14
II.1.1. Pengertian Efektivitas ... 14
II.1.2. Pendekatan Efektivitas ... 18
II.2. Kesejahteraan Sosial ... 20
II.2.2. Sumber-sumber Kesejahteraan Sosial ... 22
II.2.3. Fungsi-fungsi Kesejahteraan Sosial ... 22
II.3. Pekerja Sosial ... 24
II.3.1. Defenisi Pekerja Sosial ... 24
II.3.2. Azas-azas Pekerja Sosial ... 26
II.3.3. Perkembangan Kesejahteraan Sosial di Indonesia ... 27
II.4. Organisasi Sosial ... 28
II.4.1. Defenisi Organisasi Sosial ... 28
II.4.1. Tugas dan Fungsi Organisasi Sosial ... 29
II.5. Pelayanan Sosial ... 30
II.5.1. Bidang-bidang Pelayanan Sosial ... 31
II.6. WTS, Eks Wts, dan Wanita Rawan Sosial Ekonomi ... 32
II.6.1. Wanita Tuna Susila dan Eks Wanita Tuna Susila ... 32
II.6.2. Faktor yang mendorong menjadi WTS ... 34
II.6.3. Wanita Rawan Sosial Ekonomi ... 36
II.7. Panti Sosial Karya Wanita ... 37
II.8. Kerangka Pemikiran ... 39
II.9. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 43
II.9.2. Defenisi Operasional ... 44
BAB III Metode Penelitian ... 48
III.1. Tipe Penelitian ... 48
III.2. Lokasi Penelitian ... 48
III.3. Populasi dan Sampel ... 49
III.3.1. Populasi ... 49
III.4. Teknik Pengumpulan Data ... 50
III.5. Teknik Analisis Data ... 51
BAB IV Deskripsi Lokasi Penelitian ... 51
IV.1. Profil Lembaga ... 51
IV.1.1. Latar Belakang Berdirinya Lembaga ... 51
IV.2. Visi dan Misi PSBRKW ... 53
IV.3. Struktur Organisasi ... 54
IV.4. Sarana dan Prasarana ... 55
IV.5. Proses dan Prosedur Pelayanan ... 57
IV.5.1. Prosedur Pelayanan ... 57
IV.5.2. Proses Pelayanan ... 58
IV.5.3. Kriteria Sasaran Pelayanan ... 62
IV.6.1. Metode Pelayanan ... 62
IV.6.2. Prinsip Pelayanan ... 63
IV.7. Sistem Pendanaan ... 65
BAB V Analisis Data ... 66
V.1. Kharakteristik Umum Responden ... 66
V.1.1. Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 68
V.2. Efektivitas Pelaksanaan Program Bimbingan Keterampilan di Panti Sosial Karya Wanita Provinsi Kalimantan Tengah ... 70
V.2.1. Pemahaman Program ... 70
V.2.1.1. Pengetahuan Responden tentang Bidang-bidang Keterampilan ... 77
V.2.2. Ketepatan Sasaran ... 79
V.2.2.1. Pihak yang menetapkan responden sebagai sasaran Probram Bimbingan ... 79
V.2.3. Ketepatan Waktu ... 81
V.2.4. Tercapainya Target ... 83
V.2.5. Tercapainya Tujuan ... 87
V.2.5.1. Manfaat yang diterima oleh responden ... 89
V.5.2.2. Kelanjutan Program ... 90
V.2.6.1. Perubahan Pola Mata Pencaharian Utama ... 92
V.2.6.2. Perubahan Pola Mata Pencaharian Tambahan ... 94
V.2.6.3. Peningkatan Jumlah Pendapatan ... 95
V.2.6.4. Perubahan Pola Pikir ... 97
BAB VI Penutup ... 98
VI.1. Kesimpulan ... 98
VI.1. Saran ...
100
Daftar Pustaka ...
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1. Sarana dan Prasarana di Panti Sosial Bina Remaja ... 55
Tabel IV.2. Sarana dan Prasarana di Panti Sosial Karya Wanita ... 56
Tabel IV.3. Pagu Anggaran, Uang makan Perorangan dalam satu hari dan Jumlah Sasaran Per Tahun Anggaran ... 65
Tabel V.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 66
Tabel V.3. Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 68
Tabel V.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 68
Tabel V.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kependududkan ... 69
Tabel V.6. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang adanya Program Bimbingan di Panti Sosial Karya Wanita ... 70
Tabel V.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Tentang Program Bimbingan Keterampilan di Panti Sosial Karya Wanita ... 73
Tabel V.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Sasaran Program Bimbingan Keterampilan di Panti ... 74
Tabel V.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Tujuan Program Bimbingan Keterampilan di Panti Sosial Karya Wanita .. 75
Tabel V.10. Distribusi Responden Berdasarkan Pernahkah mendapatkan informasi akan diadakannya penyuluhan tentang Program ... 81
Tabel V.12. Distribusi Responden Berdasarkan Ada atau Tidak adanya target yang
harus dicapai sebelum dilaksanakannya kegiatan ... 83
Tabel V.13. Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian target dengan
kebutuhan Responden
... 85
Tabel V.14. Distribusi Responden Berdasarkan Pencapaian tujuan yang ditetapkan
DAFTAR BAGAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Nama : D e b o r a
NIM : 110902037
ABSTRAK
Efektivitas Pelaksanaan Program Bimbingan Keterampilan di Panti Sosial Bina Remaja dan Karya Wanita Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah
Kesejahteraan Sosial merupakan keadaan terpenuhinya kehidupan yang layak bagi setiap masyarakat di Indonesia, sehingga masyarakat mampu untuk mengembangkan diri dan menjalankan fungsi sosialnya. Pelaksanaan penanganan kesejahteraan sosial pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi dan Eks Wanita Tuna Susila melalui sistem kepantian adalah suatu proses pengentasan masalah Kesejahteraan Sosial melalui : Tahap Rehabilitasi, Resosialisasi, dan Bimbingan Lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Efektivitas Program Bimbingan Keterampilan dalam pembinaan Wanita Rawan Sosial Ekonomi dan Eks Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita.
Penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif dengan metode analisis kuantitatif. Pada penelitian ini juga, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekuder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara membagi kuesioner kepada seluruh peserta binaan Panti Sosial Karya Wanita yang berjumlah 20 Orang, observasi dan melakukan wawancara mendalam dengan Eks Binaan. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencari data dan informasi melalui buku-buku dan media internet.
Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian ini, maka penulis berkesimpulan bahwa Progran Bimbingan Keterampilan di Panti Sosial Karya Wanita Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah dikatakan “Efektif” dengan indikator pengukuran yaitu pemahaman program, ketepatan Sasaran, Ketepatan Tujuan, Ketepatan Waktu, Ketepatan Target dan Perubahan Nyata. Hal ini dibuktikan dengan sebanyak 91.5% responden mengatakan bahwa mereka telah menguasai teori dan praktek menjahit atau Tata rias/Salon dalam jangka waktu enam bulan bimbingan di Panti.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA FACULTY OF SOCIAL POLITICAL SCIENCE
DEPARTMENT OF SOCIAL SCIENCE
NAME : D e b o r a
NIM : 110902037
ABSTRACT
Effectiveness of Program Implementation Guidance Skills in Young Children's Social Development and Women Work Palangka Raya
Central Kalimantan Province
Social welfare is a state of fulfillment of a decent life for every community in Indonesia, so that people are able to develop themselves and their social function. Implementation of handling social welfare in Women Prone Socioeconomic and Ex women prostitutes through kepantian system is a process through the alleviation of Social Welfare: Phase Rehabilitation, resocialization, and Guidance Advanced. This study aims to determine how the Guidance Program Effectiveness Skills in coaching Prone Women Socioeconomic and Ex women prostitutes in Women's Children's Social Work.
This research is classified as descriptive research with quantitative analysis method. In this study, the authors used data collection techniques by collecting primary data and secondary data. Primary data collection was done by dividing the questionnaire to all participants of social houses built Women work totaling 20 people, observation and conduct in-depth interviews with ex Patronage. While secondary data collection is done by collecting data and information through books and internet media.
Based on the analysis of these results, the authors concluded that the Guidance Program, Children's Social Skills at Work Women Palangkaraya, Central Kalimantan Province said "Effective" with the measurement indicators that program comprehension, accuracy Goals, Objectives Accuracy, Timeliness, Accuracy Target and Real Change . This is evidenced by as much as 91.5% of respondents said that they have mastered the theory and practice of sewing or Cosmetology within six months of counseling at the center.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.Efektivitas
II.1.1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai suatu tujuan
atau sasaran yang telah ditentukan dalam organisasi. Efektivitas juga
disebut efektif, yakni apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan dengan pengertian
efektivitas menurut pendapat Soetomo yakni efektivitas merupakan
penilaian terhadap pernyataan berdasarkan fakta tentang seberapa
banyak tujuan program yang dicapai, seberapa besar
komponen-komponen program telah berfungsi dalam pencapaian tujuannya.
Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai atau
tidaknya sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.Jika hasil dari
kegiatan semakin mendekati sasarannya, maka dapat disimpulkan
bahwa tingkat keefektivitasannya semakin tinggi. Usaha yang
dilakukan dapat dikatakan efektif apabila usaha tersebut telah mencapai
tujuannya secara ideal dan taraf intensitasnya dapat dinyatakan dengan
ukuran yang pasti (Suyanto 2008 : 207).
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti
berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik.Kamus
ilmiah populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan,
Efektivitas di definisikan oleh para pakar dengan berbeda-beda
tergantung pendekatan yang digunakan oleh masing-masing pakar.
Berikut ini beberapa pengertian efektivitas dan kriteria efektivitas
organisasi menurut para ahli sebagai berikut:
1. Drucker mendefinisikan efektivitas sebagai melakukan pekerjaan
yang benar (doing the rights things).
2. Chung dan Megginson (Siahaan,1999:17) mendefinisikan
efektivitas sebagai istilah yang diungkapkan dengan cara berbeda
oleh orang-orang yang berbeda pula. Namun menurut Chung &
Megginson yang disebut dengan efektivitas ialah kemampuan atau
tingkat pencapaian tujuan dan kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungan agar organisasi tetap survive (hidup).
3. Arens dan Lorlbeckemendefinisikan efektivitas sebagai berikut:
“Efektivitas mengacu kepada pencapaian suatu tujuan, sedangkan
efisiensi mengacu kepada sumber daya yang digunakan untuk
mencapai tujuan itu”. Sehubungan dengan yang Arens dan
Lorlbecke tersebut, maka efektivitas merupakan pengukuran dalam
arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
4. Menurut Supriyono pengertian efektivitas, sebagai berikut:
“Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran suatu pusat
tanggung jawab dengan sasaran yang mesti dicapai, semakin besar
konstribusi daripada keluaran yang dihasilkan terhadap nilai
pencapaian sasaran tersebut, maka dapat dikatakan efektif pula unit
5. Gibson memberikan pengertian efektivitas dengan menggunakan
pendekatan sistem yaitu (1) seluruh siklus input-proses-output,
tidak hanya output saja, dan (2) hubungan timbal balik antara
organisasi dan lingkungannya.
6. Menurut Cambel J.P, Pengukuran efektivitas secara umum dan
yang paling menonjol adalah :
1.Keberhasilan program.
2. Keberhasilan sasaran.
3. Kepuasan terhadap program.
4. Tingkat input dan output.
5. Pencapaian tujuan menyeluruh.
Sehingga efektivitas program dapat dijalankan dengan
kemampuan operasional dalam melaksanakan program-program kerja
yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, secara
komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan
suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua
tugas-tugas pokonya atau untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan
sebelumnya (Cambell 1998 : 47).
Menurut Hani Handoko (2000) Efektivitas merupakan hubungan
antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan)
output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi,
program, atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang
dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan.
Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan
komposisi dari efektivitas, maka tidaklah mengherankan jika terdapat
sekian banyak pertentangan pendapat sehubungan dengan cara
meningkatnya, cara mengatur dan bahkan cara menentukan indicator
efektivitas, sehingga, dengan demikian akan lebih sulit lagi bagaimana
cara mengevaluasi tentang efektivitas.
Dari beberapa uraian definisi efektivitas menurut para ahli
tersebut, dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan taraf sampai
sejauh mana peningkatan kesejahteraan manusia dengan adanya suatu
program tertentu, karena kesejahteraan manusia merupakan tujuan dari
proses pembangunan. Adapun untuk mengetahui tingkat kesejahteraan
tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur beberapa indikator
spesial misalnya: pendapatan, pendidikan, ataupun rasa aman dalam
mengadakan pergaulan (Soekanto 1989 : 48).
Beberapa pendapat dan teori efektivitas yang telah diuraikan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam mengukur efektivitas suatu
kegiatan atau aktifitas perlu diperhatikan beberapa indikator, yaitu :
1. Pemahaman program.
2. Tepat Sasaran.
3. Tepat waktu.
4. Tercapainya tujuan.
II.1.2. Pendekatan Efektivitas
Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana
aktifitas itu efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap
efektivitas yaitu:
1. Pendekatan sasaran (Goal Approach) : Pendekatan ini mencoba
mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan
sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran
efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan
mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai
sasaran tersebut. Sasaran yang penting diperhatikan dalam
pengukuran efektivitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang
realistis untuk memberikan hasil maksimal berdasarakan sasaran
resmi “Official Goal” dengan memperhatikan permasalahan yang
ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek
output yaitu dengan mengukur keberhasilan programdalam
mencapai tingkat output yang direncanakan. Dengan demikian,
pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana organisasi atau
lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.
Efektivitas juga selalu memperhatikan faktor waktu pelaksanaan.
Oleh karena itu dalam efektivitas selalu terkandung unsur waktu
pelaksanaan dan tujuan tercapainya dengan waktu yang tepat makan
program tersebut akan lebih efektif. Pendekatan sasaran dalam
pelaksanaan program penguatan keluarga dilihat dari pendampinga
kepada Peserta binaan yang akan menjadi anggota binaan dalam
2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach) : Pendekatan
sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga
dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya.
Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber
dan juga memelihara keadaan dan system agar dapat menjadi
efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan
sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga
mempunyai hubungan yang merata dalam lingkungannya dimana
dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang terdapat pada
lingkungan seringkai bersifat langka dan bernilai tinggi. Pendekatan
sumber dalam kegiatan program Bimbingan keterampilan ini dilihat
dari seberapa jauh hubungan antara anggota binaan program dengan
lingkungan sekitarnya, berusaha usaha yang menjadi sumber dalam
mencapai tujuan.
3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach) : Pendekatan proses
menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu
lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal
berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada
berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan
lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan
yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga,
II.2. Kesejahteraan Sosial
II.2.1. Defenisi Kesejahteraan Sosial
Elizabeth Wickeden (Wibhawa,2010 : 23) mendefenisikan
Kesejahteraan Sosial sebagai suatu sistem perundang-undangan,
kebijakan, program, pelayanan dan bantuan untuk menjamin
pemenuhan kebutuhan sosial yang dikenal sebagai kebutuhan dasar
bagi kesejahteraan manusia dan bagi berfungsinya keterlibatan sosial
secara lebih baik. Berdasakan defenisi tersebut, maka kita dapat
memahami 3 hal dalam kesejahteraan sosial, yakni :
a. Konsep “Kesejahteraan Sosial” berbeda dengan “Kesejahteraan”.
Terpenuhinya kebutuhan sosial (Kesejahteraan Sosial sebagai suatu
keadaan) menjadi dasar bagi terciptanya “Kesejahteraan” (Sebagai
keadaan yang baik dalam semua aspek kehidupan manusia).
b. Konsep Pelayanan Sosial (Bidang Praktik Pekerjaan Sosial)
mencakup aktivitas yang sangat luas, mulai dari
perundang-undangan sosial sampai kepada tindakan langsung pemberian
bantuan.
c. Pada tingkat masyarakat, kesejahteraan sosial berarti keterlibatan
sosial (social order) yang lebih baik.
Walter A. Friedlander (Wibhawa,2010 : 24) mengemukakan
bahwa kesejahteraan sosial adalah “Sistem yang terorganisir dari
usaha-usaha sosial dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk
membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standar hidup
perseorangan yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan
kemampuannya secara menyeluruh, serta untuk mempertinggi
kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga
dan masyarakat.”
Bahkan karena begitu pentingnya upaya mwujudkan
kesejahteraan sosial, maka Indonesia pun mmiliki Undang-undang yang
secara khusus mengatur hal ini, yaitu UU Nomor 6 Tahun 1974 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial yang memaparkan
bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa
keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang
memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha
pemenuhan kebutuhan yang sebaik-baiknya bagi dirinya, keluarga, dan
lingkungan sosialnya.
Pembangunan kesejahteraan sosial didefenisikan sebagi
pendekatan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakat melalui peningkatan modal ekonomi, manusia,
kemasyarakatan, dan permasyarakatan secara terintegritas dan
berlangsung terus-menerus.Dengan demikian mereka mampu
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya sesuai dengan standar
II.2.2. Sumber – Sumber Kesejahteraan Sosial
Kehidupan manusia memiliki beragam kebutuhan yang mesti
dipenuhi agar mereka dapat hidup layak.Kebutuhan pokok utama terdiri
dari makanan, tempat tinggal, perawatan kesehatan, keamanan,
kesempatan untuk hidup yang bertumbuh dan berkembang secara
emosional dan intelektual. Dalam masyarakat kontemporer mekanisme
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia dapat
dikategorikan sebagai berikut :
a. Personal :Diri sendiri, teman, keluarga, kolega kerja dll
b. Informal : Penolong alami dalam masyarakat, kelompok
pelompok kemandirian, kelompok
masyarakat arus bawah, dan kelompok
lain yang berfungsi secara informal.
c. Institusional : Sekolah, Rumah Sakit, Pengaduan di Kantor
Polisi dll
d. Kemasyarakatan : Pelayanan, badan-badan, dan lembaga
lembaga yang disiapkan untuk memenuhi
kebutuhan khusus masyarakat tertentu.
II.2.3. Fungsi –Fungsi Kesejahteraan Sosial
Dalam defenisi secara umum tentang kesejahteraan sosial sebagai
sebuah bidang kajian keilmuan dan profesi, telah terungkap fungsi –
a. Mengkaji keadaan sosial masyarakat.
b. Mengantisipasi perubahan sosial masyarakat, dengan prediksi
terhadap efeknya.
c. Mengendalikan (mendorong atau menahan) perubahan sosial pada
masyarakat.
Untuk melaksanakan fungsi – fungsi tersebut, maka bidang
kesejahteraan sosial mempunyai tugas – tugas untuk :
a. Pengembangan ilmunya sendiri.
b. Perumusan kebijakan-kebijakan sosial.
c. Pengembangan pelayanan-pelayanan sosial.
Sebagai profesi pemberi bantuan, maka makna Pekerja Sosial
untuk melakukan kegiatan bantuan sosial bukanlah sebagai kegiatan
amal, melainkan merujuk pada sebuah kedisiplinan dan pendekatan
profesional.Pekerja Sosial diartikulasikan sebagai profesi atau keahlian
dibidang pertolongan kemanuiaan yang disadari oleh pengetahuan,
ketrampilan dan nilai-nilai yang melalui pendidikan formal. Dalam
garis besarnya, ada empat peran profesi Pekerjaan Sosial yakni :
1. Meningkatkan kapasitas orang dalam mengatasi masalah yang
dihadapinya. Dalam hal ini, Pekerja Sosial mengidentifikasi
hambatan-hambatan klien dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya.
2. Menggali dan menghubungkan sumber-sumber yang tersedia
disekitar klien. Yakni Pekerja Sosial membantu menjangkau
pelayanan sosial, meningkatkan komunikasi dengan klien dan
sesama petugas, dan mengatasi hambatan-hambatan dan
proses-proses pelayang sosial.
3. Meningkatkan jaringan pelayanan sosial. Yakni untuk menjamin
bahwa sistem kesejahteraan sosial berjalan secara tepat sasaran.
4. Mengoptimalkan keadilan sosial melalui pengembangan kebijakan
sosial. Yakni mengidentifikasi isu-isu sosial dan implikasinya
kedalam kehidupan masyarakat.
II.3.Pekerja Sosial
II.3.1. Defenisi Pekerja Sosial
Menurut Undang-Undang nomor 6 tahun 1974 pada BAB I pasal
2 dan 3, pekerja sosial adalah semua ketramppilan teknis yang dijadikan
wahana bagi pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial.Praktek pekerjaan
sosial selalu berhubungan timbal balik antara individu dengan
masyarakat dan lingkungannya yang saling menguntungkan.Melalui hal
tersebut, masyarakat mampu memenuhi memenuhi tugas-tugas
hidupnya, mengurangi segala bentuk ketidakmampuan dan penderitaan
dan mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai yang diannut dalam kehidupan
sehari-hari. (Sumardhi, 1996 : 49).
Pekerja Sosial adalah orang yang memiliki kewenangan dan
keahlian dalam menyelenggarakan berbagai pelayanan sosial.
(Wibhawa, 2010 : 52). Berjalan dari kebutuhan masyarakat yang
ahli bukan hanya pada tingkat pelayanan langsung, melainkan harus
sampai pada tingkat kebijakan/perundang-undangan dan perencanaan
sosial. Berdasarkan hal tersebut, tampaknya garapan dari pekerja sosial
sendiri tidak hanya pada wilaya lokal, akan tetapi mencakup institusi
sosial. Dengan demikian, secara garis besar, posisi dan peran - peran
yang dapat disandang Pekerja Sosial antara lain :
1. Perencana Sosial (Social Planner).
2. Peneliti (Researcher).
3. Pendidik (Educator).
4. Penyembuh (Therapist).
Selanjutnya, karena posisi dan perannya yang meliputi skala
mikro maupun makro dalam perubahan kehidupan sosial di masyarakat,
maka praktek Pekerja Sosial sangat terkait dengan nilai-nilai sosial dan
budaya dalam masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, para pekerja
sosial sebagai penyandang keahlian Pekerjaan Sosial harus memiliki
kualifikasi sebagai berikut :
1. Memahami, menguasai, dan menghayati serta menjadi figur
pemegang nilai-nilai sosio-kultural dan filsafat masyarakat.
2. Menguasai berbagai perspektif teoritis tentang manusia, khususnya
sebagai makhluk sosial yang berperilaku interaktif beserta wadah
kelembagaan dalam keanekaragaman bentuk beserta perubahannya.
3. Menguasai dan secara kreatif menciptakan metode pelaksanaan
tugas profesionalnya.
a. Kepekaan terhadap pengembangan masyarakat.
b. Keberanian untuk memprakarsai tindakan pelayanan sosial.
c. Kemandirian dalam berfikir dan bersifat.
d. Kreativitas dalam pengembangan ide baru dalam upaya
pelaksanaan tugas profesinya.
II.3.2. Azas – Azas Pekerja Sosial
Walter A Friedlander mengemukakan bahwa azas-azas pekerja
sosial merupakan “Nilai – nilai dasar pekerja sosial tidak timbul
(Lumbuh) begitu saja seperti bunga-bunga liar yang terletak dipinggiran
jalan, sebaliknya, nilai-nilai itu berakar dari kepercayaan yang kuat
yang mengilhami peradaba-peradaban manusia.
Azas – azas ini lahir dari tujuan – tujuan pekerjaan sosial secara
umum, yakni untuk mencegah atau mengurangi efek-efek dari situasi
yang genting pada segi sosial atau kejiwaan, serta untuk menghilangkan
hambatan-hambatan terhadap perkembangan yang sehat dari individu,
kelompok, dan masyarakat. Walter A Friedlander berpendapat bahwa
dalam melaksanakan praktek pekerjaan sosial, ada empat azas yang
perlu dimiliki oleh seorang pekerja sosial, yakni :
1. Keyakinan akan nilai pembawaan, integritas, dan harga diri
daripada individu.
2. Keyakinan bahwa individu yang merasakan kekurangan dari sisi
menentukan kesukaran yang dirasakannya dan mencari alternatif
penyelesaian masalahnya.
3. Keyakinan yang teguh bahwa seua orang berhak atas kesempatan
yang sama, yang mana kesempatan itu hanya dibatasi oleh
kemampuan-kemampuan yang menjadi pembawaan si individu.
4. Keyakinan bahwa hak-hak individu terhadap dirinya secara pribadi
berupa menghormati dirinya, menghargai dirinya, menentukan
nasibnya sendiri, dan mendapatkan kesempatan yang sama terhadap
pertanggungjawaban sosialpribadi, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
II.3.3.Perkembangan Pekerja Sosial di Indonesia
Ketika berupaya membangun konsep Pancasila, Soekarno sebagai
Presiden Indonesia yang pertama membangun konsep pancasila atas
dasar nilai-nilai gotong royong.Nilai Kebersamaan yang disebut dengan
gotong royong inilah yang menjadi titik acuan bagi para pekerja sosial
profesional di Indonesia puluhan tahun kemudian.Dengan didasari pada
nilai gotong royong, masyarakat mulai mampu membangun sistem
tatanan sosial, temasuk pelayanan sosial.Adanya tradisi yang telah ada
sejak dahulu dan masih dijaga kuat telah menjadi ciri khas kepribadian
bangsa Indonesia, yaitu gotong royong.Atas dasar inilah Pekerjaan
Sosial dapat dilaksanakan secara terus-menerus.
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia, banyak
dirasakan hingga hari ini.Pada akhir abad ke 19, Belanda telah
mengadakan banyak perubahan yang sedikit menuju kearah perbaikan
sosial dengan memulai usaha mengadakan pengajaran, perbaikan
layanan kesehatan, perlindungan buruh, dan lain sebagainya, namun hal
tersebut hanya ditujukan kepada golongan tertentu saja, yaitu golongan
yang diistimewakan (privileged group). (Prodjowidagdo dalam Wibawa
2010 : 59). Pemerintah Belanda sendiri menganggap pelayanan sosial
tersebut hanya sebagai bagian dari pekerjaan amal.
Pada masa kemerdekaan Republik Indonesia, dibentuklah
Kementerian Sosial pada tanggal 19 Agustus 1945 sebagai cerminan
kesadaran pentingnya peran pekerja sosial dalam bentuk pelayanan
sosial. Sumantri Praptokusumo menggambarkan keinginan bangsa
Indonesia yang baru merdeka untuk segera mencapai kehidupan yang
lebih baik setelah bebas dari berabad-abad berada dalam belenggu
penjajahan.Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,
pelayanan sosial tersebut dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah
dan masyarakat.
II.4. Organisasi Sosial
II.4.1. Defenisi Organisasi Sosial
Organisasi Sosial dapat diberikan pengertian sebagai Suatu
perserikatan atau persekutuan atau perkumpulan sekelompok orang atau
lebih yang saling mengintegrasikan dirinya untuk melaksanakan funsi,
sosial dengan menggunakan sumber-fasilitas yang ada untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Organisasi sosial adalah suatu perkumpulan sosial yang dibentuk
oleh masyarakat baik yang berbadan hukum maupun yang tidak
berbadan hukum yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat
dalam melaksanakan usaha kesejahteraan sosial. Berdasarkan konsep
diatas, maka dapat dismpulkan unsu-unsur organisasi sosial terdiri dari:
a. Adanya perserikatan atau persekutuan atau perkumpulan sosial
sekelompok orang yang mengintegrasikan dirinya untuk
melaksanakan tugas dan fungsi serta tanggung jawab dalam usaha
sosial.
b. Adanya interaksi yang terikat secara formaldalam penyusunan
hierarki atasan dan bawahan.
c. Adanya pelaksanaan pekerjaan kesejahteraan sosial.
d. Adanya sasaran garapan masyarakat (individu, kelompok,
organisasi) yang menyandang masalah kesejahteraan sosial.
e. Adanya tujuan memberikan pelayanan kesejahteraan sosial yang
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan sosial individu.
f. Adanya sumber dan fasilitas yang diperlukan untuk menunjang dan
mendukung pelaksanaan kerjasama.
II.4.2. Tugas dan Fungsi Organisasi Sosial
Tugas Organisasi Sosial adalah melaksanakan usaha
kesejahteraan sosial atau memberikan pelayanan kesejahteraan sosial
kepada individu, kelompok, atau organisasi dan masyarakat yang
menyandang masalah sosial.Usaha kesejahteraan sosial yang dilakukan
oleh organisasi sosial ditujukan untuk mewujudkan, memelihara,
memberi, memulihkan, dan mengembangkan kesejahteraan sosial bagi
para penyandang masalah kesejahteraan sosial.
Fungsi Organisasi Sosial yakni turut membantu pemerintah atau
berpartisipasi dalam melaksanakan pembangunan nasional dalam
bidang kesejahteraan sosial seperti yang dapat dijelaskan dibawah ini :
a. Bergerak dalam rangka pelaksanaan pembangunan bidang
kesejahteraan sosial yang mengarah pada usaha kesejahteraan sosial
yang bersifat pencegahan atau preventif dan pengembangan
terhadap perubahan-perubahan sosial yang terarah dan terencana
dengan sasaran kesejahteraan sosial individu, keluarga, dan
lingkungan sosial.
b. Fungsi organisasi sosial yang bergerak dalam rangka pelaksanaan
pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang mengarah pada
usaha kesejahteraan sosial untuk terciptanya kondisi kembalinya
kepercayaan diri dan harga diri sehingga mampu menjalankan
II.5. Pelayanan Sosial
Pelayanan Sosial merupakan wujud praktek Pekerja Sosial yang
diwadahi dalam badan pelayanan sosial (Social Service Agencies)
(Wibhawa,2010 : 75). Dibadan sosial inilah, para pekerja sosial dapat
menerapkan ilmu dan penerapan kesejahteraan sosialnya. Dengan melihat
perkembangan masyarakat yang semakin membutuhkan sistem pelayanan
sosial yang melekat sebagai bagian dari sistem dalam masyarakat itu sendiri,
maka dapat dikemukakan beberapa karakteristik dalam pelayanan sosial,
yaitu :
a. Didasarkan pada nilai-nilai Sosial, Budaya, dan Agama masyarakat.
b. Bersifat adaptif terhadap perubahan masyarakat.
c. Berfungsi memperkuat, mendukung, dan atau menggantikan fungsi dan
struktur lembaga sosial tradisional.
d. Ditekan pada upaya pencegahan timbulnya masalah dan pengembangan
kemampuan orang untuk mengatasi masalahnya sendiri daripada kepada
upaya penyembuhan
II.5.1. Bidang – bidang Pelayanan Sosial
Pelayanan sosial merupakan wujud aktifitas Pekerja sosial dalam
praktek profesionalnya.Pelayanan sosial merupakan jawaban terhadap
tuntutan kebutuhan dan masalah yang dialami oleh masyarakat sebagai
akibat perubahan masyarakat itu sendiri.Pelayanan sosial
diselenggarakan untuk menjawab tantangan kebutuhan dan masalah
Sebagai sebuah contoh, berikut ini akan dikemukakan lebih rinci
tentang bidang-bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang
dikemukakan Jhonson (Wibhawa,2010 : 77), sebagai berikut :
a. Kesejahteraan masyarakat dan usaha pemeliharaan pendapatan.
b. Pelayanan bagi keluarga dan anak - anak dirumah.
c. Pelayanan bagi keluarga dan anak – anak diluar rumah.
d. Praktek Pekerjaan Sosial di sekolah.
e. Pelayanan sosial dibidang kesehatan.
f. Pekerjaan Sosial dibidang kesehatan mental.
g. Pelayanan Sosial dan tindakan pelecehan/kesewenangan.
h. Peradilan kejahatan dan kenakalan.
i. Pelayanan Sosial bagi lanjut usia.
j. Pelayanan Sosial ditempat bekerja.
k. Bidang-bidang praktek pekerjaan sosial non tradisional.
II.6. WTS, Eks WTS, dan Wanita Rawan Sosial Ekonomi
II.6.1. Wanita Tuna Susila dan Eks Wanita Tuna Susila
Wanita Tuna Susila adalah Seseorang wanita yang melakukan
hubungan seksual dengan sesama atau lawan jenisnya secara
berulang-ulang dan bergantian di luar perkawinan yang sah dengan tujuan
mendapatkan imbalan uang materi atau jasa (Kepmensos
No.16/PRS/KPTS/XII/2003).Sedangkan Eks Wanita Tuna Susila
seseorang yang pernah melakukan hubungan seksual dengan tujuan
Kesetaraan gender menempatkan posisi kaum wanita pada
tingkatan yang sama dengan kaum pria, salah satunya mendapatkan
pengakuan yang sama dalam melakukan berbagai aktivitas publik yang
didasari oleh kepentingan ekonomi rumah tangga. Bentuk perubahan
persepsi yang semakin baik menempatkan wanita sebai target
pemberdayaan. Namun demikian, tidak semua kaum wanita terjangkau
oleh program pembangunan ini.Salah satunya adalah mereka yang
bekerja sebagai Wanita Tuna Susila (WTS).
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Johan Suban Tukang
(1990) bahwa dunia pelacuran adalah tempat berkembangnya penyakit
hubungan kelamin, AIDS, gonohoe, dan sebagainya. Sementara itu
Kartini Kartono dalam bukunya Patologi Sosial (1983) menyebutkan
akibat-akibat yang ditimbulkan dari pelacuran yaitu :
a. Menimbulkan penyakit kulit dan kelamin;
b. Merusak sendi-sendi kehidupan keluarga;
c. Dapat menimbulkan disfungsi sosial;
d. Pelacur dijadikan alat untuk mencari nafkah.
Berbagai macam sudut pandang WTS dalam kehidupan masyarakat
yaitu :
1. Sudut Pandang Sosial Ekonomi, yakni Perbuatan tuna susila dapat
menjadi sumber mata pencaharian karena menghasilkan materi,
uang atau jasa.
2. Sudut Pandang Sosial Budaya. Tuna susila pada sebagian
asusila karena dinilai sebagai tingkah laku yang melanggar atau
bertentangan (deviasi) dengan nilai-nilai sosial budaya yang
berkembang dalam masyarakat.
3. Sudut Pandang Agama dan Norma di masyarakat : Tuna susila
adalah perbuatan perzinahan serta merupakan perbuatan yang keji,
tidak sopan dan cara yang buruk, merusak keturunan,
menyebabkan penyakit menular seksual dan keretakan rumah
tangga. Tuna susila merupakan bentuk penyimpangan sosio
psikologis yaitu penyimpangan yang di sebabkan oleh faktor faktor
sosial dan faktor psikologis.
II.6.2. Faktor yang mendorong menjadi WTS
Salah satu alasan yang melatar belakangi kaum wanita bekerja
sebagai wanita tuna susila adalah masalah ekonomi dan secara tidak
langsung keberadaan WTS telah menjadi katub penyelamat bagi
kehidupan ekonomi keluarganya.Namun, demikaian, peran pentingini
tidak pernah terlihat secara bijak oleh masyarakat.Masyarakat
cenderung melihat hanya dari satu sisi yang cenderung subjektif,
menghakimi dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat pada
umumnya. WTS merupakan bagian dari kelompok sosial dalam
masyarakat yang seharusnya mendapatkan pengakuan yang sama.
Tidak selayaknya stigma atau pernyataan baik dan buruk terus
dilontarkan pada kelompok yang cenderung terpojokkan. Faktor
1. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu
wanita itu sendiri yang berkaitan dengan kondisi psikologis yang
kemudian terkait dengan kuat atau tidaknya wanita dalam menyakini
dan berpegang teguh pada aturan-aturan normatif. Misalnya :
a. Pengendalian diri dan ketidaksetabilan jiwa yang rendah.
b. Pola hidup yang materialistik dan keinginan yang tinggi namun
tidak diimbangioleh kemampuan dan potensi yang memadai.
c. Sikap hidup mencari jalan pintas, menerabas dalam mewujudkan
berbagai keinginan terutama yang berorientasi pada materi dan
keinginan duniawi (hedinisme).
2. Yang kedua adalah faktor eksternal yaitu berkaitan dengan faktor
ekonomi yang sangat erat dengan kemiskinan dan kurangnya
pendidikan. Misalnya :
a. Rendah atau lemahnya kontrol sosial terhadap perilaku seksual
menyimpang.Kehidupan modern yang cenderung
mengeksploitasi wanita untuk tujuan-tujuan komersial seksual.
b. Himpitan atau tekanan kemiskinan dan terbatasnya lapangan
pekerjaan yang dapat menampung tenaga kerja dengan potensi
dan kemampuan yang minimal sehingga dapat mendorong
seseorang menjadi tuna susila.
c. Pengaruh pola hidup materialistik dan hedonistik (keduniawian).
d. Efek samping Globalisasi dan derasnya arus informasi yang
e. Disorganisasi dan disintegrasi dari kehidupan keluarga yang
dapat menimbulkan sikap pemberontakan, mencari kompensasi
dengan terjun menjadi tuna susila.
f. Pengaruh lingkungan yang negatif, diantaranya tinggal di daerah
kumuh yang cenderung longgar menerapkan norma, tinggal
dekat atau sekitar daerah rawan tuna susila .
II.6.3. Wanita Rawan Sosial Ekonomi
Menurut Kementerian Sosial RI, yang dimaksud dengan Wanita
Rawan Sosial Ekonomi adalah seorang wanita dewasa belum menikah
atau janda yang tidak mempunyai penghasilan cukup untuk dapat
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. (Keputusan Menteri Sosial
Nomor. 24/HUK/1996).Seorang wanita yang karena faktor
kemiskinannya, keterbelakangan dan kebodohannya mengalami
gangguan fungsional dalam kehidupan sosial dan atau ekonominya
sehingga yang bersangkutan mengalami kesulitan untuk menjalankan
peranan sosialnya. (Pedoman Umum Pemberdayaan Keluarga, tahun
2005) Indikator dari Wanita Rawan Sosial Ekonomi adalah sebagai
berikut ini :
a. Wanita usia 18 - 59 tahun.
b. Berpenghasilan kurang atau tidak mencukupi untuk kebutuhan fisik
c. Tingkat pendidikan rendah (umumnya tidak tamat/maksimal
pendidikan dasar).
d. Isteri yang ditinggal suami tanpa batas waktu dan tidak dapat
mencari nafkah.
e. Sakit sehingga tidak mampu bekerja.
II.7. Panti Sosial Karya Wanita
Panti Sosial Karya Wanita adalah Panti sosial yang mempunyai tugas
memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi para wanita tuna susila agar
mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat.(Kepmensos no.50/HUK/2004).
Panti Sosial mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi
sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial agar mampu berperan
aktif, berkehidupan dalam masyarakat, rujukan regional, pengkajian dan
penyiapan standar pelayanan, pemberian informasi serta koordinasi dan
kerjasama dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Panti Sosial Karya Wanita mempunyai tugas memberikan bimbingan,
pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif, rehabilitatif, promotif
dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, fisik, mental, sosial,
pelatihan keterampilan, resosialisasi bimbingan lanjut bagi para wanita tuna
susila agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat
Berdasarkan tugas pokok tersebut, PSKW mempunyai tugas sebagai
berikut :
a. Penyusunan rencana dan program ; evaluasi dan laporan.
b. Pelaksaan Registrasi, Observasi, Identifikasi, Diagnosa sosial
dan perawatan.
c. Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang meliputi bimbingan
mental, sosial, fisik, dan keterampilan.
d. Pelaksaan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut.
e. Pelaksaan pemberian perlindungan sosial, advokasi sosial, informasi dan
rujukan.
f. Pelaksanaan pusat model pelayanan rehabilitasi dan perlindungan sosial.
g. Pelaksanaan urusan tata usaha
Pembinaan melalui Panti Sosial Karya Wanita pada hakekatnya adalah
suatu pembinaan bagi Wanita Tuna Susila maupun Eks WTS, dan Wanita
Rawan Sosial Ekonomi melalui penampungan atau asrama dipanti. Dengan
demikian, diharapkan wanita binaan bersemangat dalam mengikuti program
kegiatan bimbingan yang diberikan untuk kehidupan yang baik dimasa depan.
Sebagai gelombang sosial, funsi panti sosial karya wanita adalah sebagai
berikut :
1. Sebagai salah satu sumber pelayanan kesejahteraan sosial bagi Wanita
Tuna Susila maupun Eks WTS dan Wanita Rawan Sosial Ekonomi.
2. Sebagai salah satu sumber informasi dan konsultasi kesejahteraan sosial
terutama yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan, masalah-masalah,
3. Sebagai salah satu sumber pengembangan usaha kesejahteraan sosial
dalam arti melaksanakan fungsi pengembangan, penyembuhan dan
pencegahan masalah dengan penciptaan kondisi sosial dan kemampuan
menghindari timbulnya masalah. (Jurnal PKS Vol.V No.16 Juni 2006).
II.8. Kerangka Pemikiran
Kehidupan yang sejahtera adalah suatu kedambaan terbesar seluruh
manusia didunia ini.Kesejahteraan secara Ekonomi dan Sosial merupakan
kesempurnaan yang masih hanya dimiliki segelintir masyarakat didunia.Sama
halnya dengan dambaan dari seluruh perempuan binaan yang ada di Panti
Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu Palangka Raya Kalimantan
Tengah.
Secara umum, Wanita memiliki peranan dan posisi yang sangat penting
dalam kelangsungan hidup suatu keluarga. Keluarga yang merupakan unit
terkecil sebagai pendidikan dini yang nantinya akan menghasilkan anak dengan
kualitas sumber daya manusia yang dapat bersaing untuk mencapai
keberhasilan hidup. Maka dari itu, untuk mencapai Sumber Data Manusia yang
berkualitas, maka wanita perlu mendapatkan perhatian melalui pembinaan dan
pelayanan sehingga tercapainya kualitas diri yang layak dalam masyarakat.
Di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu Palangka Raya
Kalimantan Tengah, ada beberapa program bimbingan sosial yang diberikan
oleh panti, salah satunya yakni Bimbingan Ketrampilan Tata Rias/Salon dan
Menjahit. Kedua program bimbingan ketrampilan ini memang dikhususkan
Ekonomi yang berasal dari seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan
Tengah. Dengan harapan bahwa nantinya akan menjadi bekal untuk
melanjutkan kehidupan sosial yang lebih baik lagi.
Oleh karena itu, melalui program bimbingan ketrampilan yang dilakukan
oleh Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu Palangka Raya
Kalimantan Tengah ini dapat membawa pengaruh positif terhadap peningkatan
peranan perempuan dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Sehingga
mereka dapat belajar untuk hidup mandiri dengan memperjuangkan hidup
dengan cara yang benar.
Untuk melihat keefektivan pelaksanaan program bimbingan ketrampilan
di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu Palangka Raya
Kalimantan Tengah dapat dilihat dari teori efektivitas dengan indikator sebagai
berikut:
1. Pemahaman program, merupakan pemahaman klien tentang program
bimbingan ketrampilan yang diberikan oleh Panti Sosial Karya Wanita
(PSKW) Ruhui Rahayu Palangka Raya Kalimantan Tengah.
2. Ketetapan sasaran, merupakan tepatnya Wanita Tuna Susila maupun Eks
WTS dan Wanita Rawan Sosial Ekonomi sebagai sasaran yang sesuai
untuk mendapatkan bantuan program bimbingan ketrampilan yang
diberikan oleh Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu
Palangka Raya Kalimantan Tengah.
3. Ketetapan waktu, merupakan penggunaa waktu dalam melakukan
Ruhui Rahayu Palangka Raya Kalimantan Tengah sesuai dengan yang
sudah ditentukan.
4. Tercapainya tujuan, merupakan hasil yang dicapai dari program
bimbingan ketrampilan oleh Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui
Rahayu Palangka Raya Kalimantan Tengah.
5. Perubahan nyata, merupakan perubahan yang terjadi sebagai hasil dari
program bimbingan ketrampilan oleh Panti Sosial Karya Wanita (PSKW)
Ruhui Rahayu Palangka Raya Kalimantan Tengah.
Bagan : 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran
Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu
Palangka Raya
Program Bimbingan Ketrampilan
Salon/TataRias
Wanita Rawan Sosial Ekonomi Program Bimbingan
Ketrampilan Menjahit
II.9.Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional II.9.1. Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam
upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan
diteliti, untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep
yang akan dijadikan objek penelitian. Dengan kata lain, penulis
berupaya membawa para pembaca hasil penelitian ini untuk memaknai
konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh penulis.
Jadi, definisi konsep ialah pengertian yang terbatas dari suatu konsep
yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:138).
Untuk lebih memahami pengertian konsep-konsep yang akan
digunakan, maka penulis membatasi konsep-konsep tersebut sebagai
berikut:
Efektifitas Pelaksanaan Program Bimbingan Ketrampilan di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu Palangka Raya dapat dilihat dari beberapa indikator dibawah ini :
1. Yang dimaksud dengan efektivitas dalam penelitian ini adalah
kemampuan untuk melaksanakan aktifitas- aktifitas suatu lembaga
secara fisik dan non fisik untuk mencapai tujuan serta meraih
keberhasilan maksimal.
2. Yang dimaksud dengan program bimbingan ketrampilan dalam
penelitian ini adalah Proses pemberian pelayanan yang ditujukan
untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan klien dalam
keterampilan kerja sebagai bekal untuk memenuhi kebutuhan dasar
dalam kehidupannya.
3. Yang dimaksud dengan Wanita Tuna Susila maupun Eks WTS dan
Wanita Rawan Sosial Ekonomi dalam penelitian ini adalah salah
wanita yang terpaksa melakukan tidakan asusila dikarenakan
permasalahan kesejahteraan dan wanita/janda yang putus asa karena
tidak memiliki kemampuan dan kesempatan untuk bekerja dalam
upaya melanjutkan kehidupannya.
4. Yang dimaksud dengan Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui
Rahayu Palangka Rayadalam penelitian ini adalah Unit Pelaksana
Teknis Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Tengah yang
melaksanakan program bimbingan ketrampilan sebagai tujuan untuk
membantu wanita yang lemah, miskin, dan kurang mampu untuk
II.9.2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan
definisi konsep. Perumusan operasional ditujukan dalam upaya
transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian
dapat diobservasi (Siagian 2011:142). Untuk memberikan kemudahan
dalam memahami penelitian ini, maka permasalahan pemberdayaan
masyarakat melalui program penguatan keluarga dapat diukur melalui
indikator sebagai berikut:
1. Pemahaman program :
a. Sumber informasi tentang program bimbingan ketrampilan.
b. Pemahaman responden setelah mendapat informasi tentang
program bimbingan ketrampilan.
c. Pengetahuan tentang sasaran program bimbingan ketrampilan.
d. Pengetahuan tentang tujuan program bimbingan ketrampilan.
e. Pemahaman tentang jenis kegiatan dari program bimbingan
ketrampilan.
2. Ketetapan sasaran :
a. Responden termasuk kedalam sasaran program bimbingan
ketrampilan.
b. Responden tercatat sebagai WTS maupun Eks WTS dan WRSE.
d. Pernah atau tidaknya mendapat bantuan dari pemerintah.
3. Ketetapan waktu :
a. Tahun responden menjadi anggota program bimbingan
ketrampilan.
b. Frekuensi mengikuti kegiatan dari program bimbingan
ketrampilan.
c. Ketetapan waktu mendapat bantuan program bimbingan
ketrampilan.
d. Frekuensi mendapatkan bantuan program bimbingan
ketrampilan
4. Tercapainya tujuan :
a. Jenis kegiatan yang diikuti dari program bimbingan
ketrampilan.
b. Jenis bantuan yang diperoleh dalam program bimbingan
ketrampilan.
c. Peningkatan kemampuan dalam bidang ketrampilan tata
rias/salon dan menjahit.
d. Peningkatan kemandirian untuk mulai bekerja dengan
ketrampilan yang diterima.
e. Peningkatan kesejahteraan pribadi.
5. Perubahan nyata
Mata pencarian utama sebelum
menerima bimbingan
Mata pencarian utama sebelum
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Tipe Penelitian
Tipe Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini tergolong
penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan secara tepat
sifat-sifat suatu keadaan subjek atau objeknya. Penelitian deskriptif dalam
pelaksanaannya lebih terstruktur, sistematis, dan terkontrol, yakni peneliti
memulai dengan subjek yang telah jelas dan mengadakan penelitian atas
populasi atau sampel dari subjek tersebut untuk menggambarkan secara akurat
(Silalahi, 2009 : 28).
Penelitian ini menggunaan metode deskriptif, yaitu membuat
gambaran kondisi secara menyeluruh tentang pelaksanaan program Bimbingan
Ketrampilan kepada Wanita Tuna Susila, Eks WWTS, dan Wanita Rawan
Sosial-Ekonomi di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu
Palangka Raya Kalimantan Tengah.
III.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW)
Ruhui Rahayu Palangka Raya, yang beralamat di jalan Rajawali nomor 123,
kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah. Alasan peneliti memilih
lokasi ini adalah karena Panti ini memberikan pelayanan sosial kepada wanita
Indonesia di Provinsi Kalimantan Tengah yang mengalami masalah
mendapatkan gambaran dan informasi secara langsung mengenai Efektivitas
Pelaksanaan Program Bimbingan Ketrampilan di Panti Sosial Karya Wanita
(PSKW) Ruhui Rahayu Palangka Raya Kalimantan Tengah.
III.3 Populasi dan Sampel
III.3.1 Populasi
Populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan objek, benda,
peristiwa ataupun individu yang dikaji dalam suatu penelitian (Siagian,
2011 : 155). Maka dari itu, keseluruhan Individu dan Objek yang
menjadi populasi penelitian harus memiliki ciri atau sifat yang sama.
Populasi merupakan kumpuan dari seluruh elemen sejenis tetapi dapat
dibedakan satu dengan yang lain berdasarkan karakteristiknya
(Supranto, 2008 : 22).
Berdasarkan pendapat tersebut, yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu
Palangka Raya Kalimantan Tengah.Maka yang menjadi jumlah
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita peserta program
Bimbingan yang berjumlah 20 orang.Untuk lebih melengkapi data yang
dibutuhkan, maka peneliti juga meminta Kepala Panti dan Peksos Panti
III.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data merupakan suatu cara atau proses
sistematis dalam pengumpulan data, pencatatan, dan penyajian fakta untuk
keperluan penelitian (Sumarsono, 2004 : 134). Maka, untuk mendapatkan
data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi terkait
dengan masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku,
majalah, surat kabar, jurnal ilmiah dan tulisan yang berkaitan dengan
Program Bimbingan Ketrampilan.
2. Studi Lapangan, yaitu pengumpulan data dan atau informasi melalui
penelitian langsung. Dalam hal ini, peneliti terjun langsung ke lokasi
penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah
pelaksanaan Program Bimbingan Ketrampilan di Panti Sosial Karya
Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu Palangka Raya Kalimantan Tengah
dengan cara :
a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek dan fenomena
yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek
penelitian.
b. Kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan
menyebarkan angket kepada wanita binaan yang menjadi
respondennya.
c. Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara
bertatap muka dengan responden dan informan yang bertujuan untuk
III.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan alam penelitian ini adalah teknik
analisis deskriptif dengan pendekatan kualititatif, yaitu dengan
mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menjabarkan hasil penelitian
sebagaimana adanya dengan tahapan berikut :
1. Editing, yaitu meneliti dan memperbaiki kualitas data yang diperoleh
selama penelitian berlangsung (Sumarsono, 2004 : 97).
2. Koding, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden
menurut macamnya.
3. Mengkategorikan seluruh data agar mudah dianalisis, mudah
disimpulkan, dan untuk menjawab masalah yang ditemukan dalam
penelitian sehingga jawaban yang beranekaragam dapat dipersingkat
sesuai dengan kategorinya masing-masing.
4. Menghitung frekuensi yaitu dengan menghitung besaran frekuensi data
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
IV.1. Profil Lembaga
IV.1.1. Latar Belakang Berdirinya Lembaga
Panti Sosial Bina Remaja dan Karya Wanita pada awalnya terdiri dari
Dua Panti yang memiliki Perbedaan Latar Belakang pendirian yang berbeda,
Maka dari itu, perlu dijelaskan gambaran sejarah dari masing-masing Panti.
Panti Sosial Bina Remaja beralamat di Jalan Rajawali No. 10
Palangka Raya. Panti ini dibangun pada Tahun 1979 dan dioperasikan pada
Tahun 1982 dengan nama Panti Karya Taruna Majar Tabela. Majar Tabela
sendiri berasal dari bahasa Dayak Nganju yang berarti Belajar Selagi
Muda.Pertama kali dipimpin oleh Bapak Drs. Jafar Hutagaol.Jenis
Ketrampilan yang pertama kali diberikan meliputi bidang Elektronika,
Otomotif Sepeda Motor dan Meubelair.Pada Tahun 1984, sesuai dengan
kebijakan Departemen Sosial RI dirubah menjadi Panti Penyantunan Anak
Majar Tabela yang dikepalai oleh Bapak Soeharsono BSW.Jenis Ketrampilan
yang diberikan meliputi bidang Elektronika, Otomotif Sepeda Motor dan
Meubelair.Tahun 1995 nomenklatur berubah menjadi Panti Sosial Bina
Remaja Majar Tabela dengan kepala Panti Bapak Urbanis Sihite BSW (Sejak
Tahun 1989).Jenis Ketrampilan yang diberikan meliputi bidang Elektronika
Otomotif Sepeda Motor dan Meubelair.Sejak Tahun 1999 jenis ketrampilan
meliputi Las (Hanya berlangsung 1 tahun), Otomotif, Meubelair dan
Panti Sosial Karya Wanita beralamat dijalan Rajawali No. 123 Kota
Palangka Raya.Panti Sosial Karya Wanita pertama kalinya bernama Sasana
Karya Ruhui Rahayu (Tempat pembinaan bagi wanita tuna susila dengan
sistem pelayanan luar panti) berdiri dan beroperasional pada tahun
1980.Adapun Arti Ruhui Rahayu yang diambil dari Bahasa Dayak Ngaju
yaitu Selamat sejahtera atau Damai Sentausa.Pada tahun 1986 Sasana Karya
Ruhui Rahayu ini mengubah sistem pelayanan dari luar panti menjadi sistem
pelayanan dalam panti.Dua tahun kemudian aitu pada tahun 1988 sesuai
dengan kebijakan Departemen Sosial Republik Indonesia menjadi Sasana
Rehabilitasi Wanita. Berselang satu tahun kemudian, pada tahun 1989
berdasarkan keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 6 diubah
menjadi Panti Sosial Karya Wanita. Dan pada tahun 1994 melalui Keputusan
Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 14 dilakukan pembenahan
penamaan menjadi Panti Sosial Karya Wanita Ruhui Rahayu.
Panti Sosial Bina Remaja dan Karya Wanita sejak operasionalnya
sampai dengan tahun 1999 dibawah Kantor Wilayah Departemen Sosial
Provinsi Kalimantan Tengah selanjutnya sampai sekarang dibawah Dinas
Sosial Provinsi Kalimantan Tengah dengan Esselonering Kepala Panti
setingkat Esselon IV. Sejak tahun 2002 sampai dengan sekarang setelah
dilakukannya perubahan struktur maka panti tersebut pada tingkat Esselon
III.
Kalimantan Tengah. Sejak peraturan tersebut diberlakukan, Panti Sosial Bina
Remaja Dan Karya Wanita dipimpin oleh Dra.Lies Fahimah M.Si.
Sejak Tahun 2002 di Panti Sosial Bina Remaja, ketrampilan bagi klien
terdiri dari tida jenis yakni Otomotif, Meubelair dan Menjahit.Sedangkan di
Panti Sosial Karya Wanita terdiri dari dua jenis yaitu Menjahit dan Tata Rias.
IV.2. Visi dan Misi Panti Sosial Bina Remaja Dan Karya Wanita
VISI
“Mewujudkan Masyarakat Kalimantan Tengah yanmemiliki kecakapahidup
menuju Masyarakatyang Sejahtera dan Bermartabat.”
MISI
1. Meningkatkan Kecakapan hidup Anak Terlantar, Wanita Tuna Susila,
dan Wanita Rawan Sosial Ekonomi agar memiliki martabat dan Kualitas
Hidup.
2. Mencegah, mengendalikan, dan mengurangi dampak yang akan timbul
akibat permasalahan Anak Terlantar, Wanita Tuna Susila, dan Wanita
Rawan Sosial Ekonomi.
3. Mengembangkan peran aktif dan tanggungjawab sosial masyarakat dan
dunia usaha melalui kemitraan dalam pembangunan kesejahteraan sosial.
4. Mengembangkan jaminan, perlindungan, dan pelayanan sosial
profesional.
Kepala Panti : Dra. Lies Fahimah M.Si
Kasubag Tata Usaha : Effendi SH.
Pelaksana Pada Tata Usaha : Ema Hermawati AKS
Paulus G
Hadi SE
Ana Eliati
Widodo
Susanto
Kurniawan
Hafid
Pekerja Sosial Fungsional : Lilik Purwaningsih S.Sos
Winarni Ari Wiyanti S.Sos
Dra. Yeye Suhaeti
Lely Triana K, S.Sos
Puji Asi
Wahidah Purnama S.Sos
Franklin Helmi SH
Iva Ministraliva AKS
Yuli Kustanti AKS
Calon Pekerja Sosial Fungsional : Selvia Neneng AKS
Yunita Puspita Sari S.ST
Sarana dan Prasarana yang mendukung pelayanan pada Panti Sosial
Bina Remaja dan Karya Wanita (PSBRKW) Provinsi Kalimantan Tengah
dapat dilihat di tabel berikut :
Tabel IV.1
Sarana dan Prasarana pada Panti Sosial Bina Remaja
No. Uraian Banyaknya Keterangan
1 Tanah 15.467 m2
2 Gedung Kantor 1 Unit
3 Ruang Poliklinik 1 Unit
4 Ruang Konsultasi 1 Unit
5 Showroom 1 Unit
6 Aula 1 Unit
7 Mushola 1 Unit
8 Workshop 5 Unit
9 Wisma 8 Unit
10 Rumah Petugas 6 Unit
11 Rumah Jabatan 1 Unit
12 Lokal Pendidikan 4 Unit
13 Lokal Praktek 5 Unit
14 Ruang Makan 1 Unit
15 Dapur 1 Unit
16 Gazebo 2 Unit