• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pelaksanaan Program Bimbingan Keterampilan Di Panti Sosial Karya Wanita (Pskw) Ruhui Rahayu Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Pelaksanaan Program Bimbingan Keterampilan Di Panti Sosial Karya Wanita (Pskw) Ruhui Rahayu Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN

KETERAMPILAN DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA (PSKW)

RUHUI RAHAYU

KOTA PALANGKA RAYA

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

OLEH :

DEBORA

110902037

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : D e b o r a

NIM : 110902037

ABSTRAK

Efektivitas Pelaksanaan Program Bimbingan Keterampilan di Panti Sosial Bina Remaja dan Karya Wanita Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah

Kesejahteraan Sosial merupakan keadaan terpenuhinya kehidupan yang layak bagi setiap masyarakat di Indonesia, sehingga masyarakat mampu untuk mengembangkan diri dan menjalankan fungsi sosialnya. Pelaksanaan penanganan kesejahteraan sosial pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi dan Eks Wanita Tuna Susila melalui sistem kepantian adalah suatu proses pengentasan masalah Kesejahteraan Sosial melalui : Tahap Rehabilitasi, Resosialisasi, dan Bimbingan Lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Efektivitas Program Bimbingan Keterampilan dalam pembinaan Wanita Rawan Sosial Ekonomi dan Eks Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita.

Penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif dengan metode analisis kuantitatif. Pada penelitian ini juga, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekuder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara membagi kuesioner kepada seluruh peserta binaan Panti Sosial Karya Wanita yang berjumlah 20 Orang, observasi dan melakukan wawancara mendalam dengan Eks Binaan. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencari data dan informasi melalui buku-buku dan media internet.

Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian ini, maka penulis berkesimpulan bahwa Progran Bimbingan Keterampilan di Panti Sosial Karya Wanita Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah dikatakan “Efektif” dengan indikator pengukuran yaitu pemahaman program, ketepatan Sasaran, Ketepatan Tujuan, Ketepatan Waktu, Ketepatan Target dan Perubahan Nyata. Hal ini dibuktikan dengan sebanyak 91.5% responden mengatakan bahwa mereka telah menguasai teori dan praktek menjahit atau Tata rias/Salon dalam jangka waktu enam bulan bimbingan di Panti.

(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA FACULTY OF SOCIAL POLITICAL SCIENCE

DEPARTMENT OF SOCIAL SCIENCE

NAME : D e b o r a

NIM : 110902037

ABSTRACT

Effectiveness of Program Implementation Guidance Skills in Young Children's Social Development and Women Work Palangka Raya

Central Kalimantan Province

Social welfare is a state of fulfillment of a decent life for every community in Indonesia, so that people are able to develop themselves and their social function. Implementation of handling social welfare in Women Prone Socioeconomic and Ex women prostitutes through kepantian system is a process through the alleviation of Social Welfare: Phase Rehabilitation, resocialization, and Guidance Advanced. This study aims to determine how the Guidance Program Effectiveness Skills in coaching Prone Women Socioeconomic and Ex women prostitutes in Women's Children's Social Work.

This research is classified as descriptive research with quantitative analysis method. In this study, the authors used data collection techniques by collecting primary data and secondary data. Primary data collection was done by dividing the questionnaire to all participants of social houses built Women work totaling 20 people, observation and conduct in-depth interviews with ex Patronage. While secondary data collection is done by collecting data and information through books and internet media.

Based on the analysis of these results, the authors concluded that the Guidance Program, Children's Social Skills at Work Women Palangkaraya, Central Kalimantan Province said "Effective" with the measurement indicators that program comprehension, accuracy Goals, Objectives Accuracy, Timeliness, Accuracy Target and Real Change . This is evidenced by as much as 91.5% of respondents said that they have mastered the theory and practice of sewing or Cosmetology within six months of counseling at the center.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Tuhan

Yang Maha Esa atas kekuatan dan kesempatan yang daripadaNya, hingga akhirnya

skripsi dengan Judul : “Efektivitas Pelaksanaa Program Bimbingan Keterampilan di

Panti Sosial Bina Remaja dan Karya Wanita Kota Palangka Raya Provinsi

Kalimantan Tengah” ini telah selesai tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan.Hal ini terutama karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan

pengalaman penulis.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari para pembaca.

Penulis juga menyadari dengan sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini, dengan kerendahan hari penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Bapak Prof. Dr. Badarruddin M.Si.

2. Bapak dan Ibu Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

3. Kepada Ibu Hairani Siregar S.Sos, M.SP sebagai Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

(5)

4. Kepada Ibu Mastauli Siregar S.Sos, M.Si sebagai Sekretaris Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

5. Kepada Bapak Agus Suriadi S.Sos, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Penulis yang memberikan waktu, perhatian, semangat dan bimbingan yang

membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih pak, Bapak

Amazing.

6. Kepada Bapak dan Mamakku Tersayang, St. AB Situmorang dan M br Tambunan, terima kasih untuk segalanya. Sunggu suatu berkat yang luar biasa ketika aku dititipkan menjadi anak kalian berdua. Semoga suatu saat,

aku masih punya kekuatan untuk berjuang di lain kesempatan untuk

kebanggaan kalian ya. Amin.

7. Kepada Ibu Kepala Panti Sosial Bina Remaja dan Karya Wanita Provinsi

Kalimantan Tehgah, Ibu Dra. Lies Fahimah M.Si untuk arahan, nasehat, bimbingan dan kesempatan bagi saya selama praktikum dan penelitian.

8. Kepada ibu Winarni Ari Wiyanti S.Sos yang juga sangat berperan penting dalam membantu saya dalam proses penelitian. Terimakasih atas kesedian

waktu dan tenaganya bu.

9. Kepada Bapak/Ibu Pegawai di Panti Sosial Karya Wanita Pak Effendi. Pak

Hadi, Pak Hafid, Pak Franklin, Pak Tanto, Pak Wawan, Pak Widodo, Ibu Iva

(yang selalu riang gembira), Ibu Yuli (yang selalu semangat), Ibu Lilik

(Wonder Woman), Ibu Lely (Nantulang cantik), Ibu Ana (yang paling jago

masak), Ibu Wahidah, Ibu Neneng, Ibu Ema, Ibu Yunita, Ibu Puji, dan Ibu

(6)

10.Kepada Wilson dan Iksan yang juga membantu saya dalam menyelesaikan

skripsi ini.

11.Teman-Teman Kessos 11 Denisa, Rachel, Risca, Hera, Arina, Dewi, Keket,

Elisabeth, Dewi, Guster, Andri, dan semua yang namanya belum disebutkan.

Mari kita semua semangat ya teman, sukses semuda mungkin, jadi berkat

dimanapun kita berada.

12.Keluarga Badan Pngurus Harian UKM Paduan Suara Universitas Sumatera

Utara 2013/2014, Papi Gok, Abang David, Kakak sekaligus Edak Stephani,

dan Pudan Meme. Terimakasih buat kalian berempat untuk semua

penegertian dan kerjasamanya selama menjabat. Dan semua teman-teman di

Paduan Suara.

13.Keluarga Besar A+ Laundry and Dry Cleaning, Bi Uda, Bi Enon, Ma Uda, Ngah Pe, Ngah Meri, dan Uwak Betty. Terimakasih atas kerjasama dan

pengertian luar biasa untuk penulis pada masa Praktikum dan Penelitian ini.

Semoga kita selalu jadi keluarga dan dapat bekerja sama membangun laundry

kita ini ya.

14.Keluarga Besar penulis Bang Chan, Edak Tika, Bang Ronal, Kak Tet, Bang

Melky, Kak Eka, Bray Bons, dan anak-anakku Margaretha, Marco,

Marvelino, dan Hizkia.

Semoga kita selalu dalam berkat dan lindunganNya.Akhir kata saya ucapkan

banyak terimakasih, dan semoga kita selalu sukses.

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...i

Daftar isi ... iv

Daftar Tabel ... ix

Daftar Bagan ... xi

BAB I Pendahuluan ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 11

I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ... 11

I.3.1. Tujuan Penelitian ... 11

I.3.2. Manfaat Penelitian ... 11

I.4. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II Tinjauan Pustaka ... 14

II.1. Efektivitas ... 14

II.1.1. Pengertian Efektivitas ... 14

II.1.2. Pendekatan Efektivitas ... 18

II.2. Kesejahteraan Sosial ... 20

(8)

II.2.2. Sumber-sumber Kesejahteraan Sosial ... 22

II.2.3. Fungsi-fungsi Kesejahteraan Sosial ... 22

II.3. Pekerja Sosial ... 24

II.3.1. Defenisi Pekerja Sosial ... 24

II.3.2. Azas-azas Pekerja Sosial ... 26

II.3.3. Perkembangan Kesejahteraan Sosial di Indonesia ... 27

II.4. Organisasi Sosial ... 28

II.4.1. Defenisi Organisasi Sosial ... 28

II.4.1. Tugas dan Fungsi Organisasi Sosial ... 29

II.5. Pelayanan Sosial ... 30

II.5.1. Bidang-bidang Pelayanan Sosial ... 31

II.6. WTS, Eks Wts, dan Wanita Rawan Sosial Ekonomi ... 32

II.6.1. Wanita Tuna Susila dan Eks Wanita Tuna Susila ... 32

II.6.2. Faktor yang mendorong menjadi WTS ... 34

II.6.3. Wanita Rawan Sosial Ekonomi ... 36

II.7. Panti Sosial Karya Wanita ... 37

II.8. Kerangka Pemikiran ... 39

II.9. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 43

(9)

II.9.2. Defenisi Operasional ... 44

BAB III Metode Penelitian ... 48

III.1. Tipe Penelitian ... 48

III.2. Lokasi Penelitian ... 48

III.3. Populasi dan Sampel ... 49

III.3.1. Populasi ... 49

III.4. Teknik Pengumpulan Data ... 50

III.5. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV Deskripsi Lokasi Penelitian ... 51

IV.1. Profil Lembaga ... 51

IV.1.1. Latar Belakang Berdirinya Lembaga ... 51

IV.2. Visi dan Misi PSBRKW ... 53

IV.3. Struktur Organisasi ... 54

IV.4. Sarana dan Prasarana ... 55

IV.5. Proses dan Prosedur Pelayanan ... 57

IV.5.1. Prosedur Pelayanan ... 57

IV.5.2. Proses Pelayanan ... 58

IV.5.3. Kriteria Sasaran Pelayanan ... 62

(10)

IV.6.1. Metode Pelayanan ... 62

IV.6.2. Prinsip Pelayanan ... 63

IV.7. Sistem Pendanaan ... 65

BAB V Analisis Data ... 66

V.1. Kharakteristik Umum Responden ... 66

V.1.1. Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 68

V.2. Efektivitas Pelaksanaan Program Bimbingan Keterampilan di Panti Sosial Karya Wanita Provinsi Kalimantan Tengah ... 70

V.2.1. Pemahaman Program ... 70

V.2.1.1. Pengetahuan Responden tentang Bidang-bidang Keterampilan ... 77

V.2.2. Ketepatan Sasaran ... 79

V.2.2.1. Pihak yang menetapkan responden sebagai sasaran Probram Bimbingan ... 79

V.2.3. Ketepatan Waktu ... 81

V.2.4. Tercapainya Target ... 83

V.2.5. Tercapainya Tujuan ... 87

V.2.5.1. Manfaat yang diterima oleh responden ... 89

V.5.2.2. Kelanjutan Program ... 90

(11)

V.2.6.1. Perubahan Pola Mata Pencaharian Utama ... 92

V.2.6.2. Perubahan Pola Mata Pencaharian Tambahan ... 94

V.2.6.3. Peningkatan Jumlah Pendapatan ... 95

V.2.6.4. Perubahan Pola Pikir ... 97

BAB VI Penutup ... 98

VI.1. Kesimpulan ... 98

VI.1. Saran ...

100

Daftar Pustaka ...

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1. Sarana dan Prasarana di Panti Sosial Bina Remaja ... 55

Tabel IV.2. Sarana dan Prasarana di Panti Sosial Karya Wanita ... 56

Tabel IV.3. Pagu Anggaran, Uang makan Perorangan dalam satu hari dan Jumlah Sasaran Per Tahun Anggaran ... 65

Tabel V.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 66

Tabel V.3. Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 68

Tabel V.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 68

Tabel V.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kependududkan ... 69

Tabel V.6. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang adanya Program Bimbingan di Panti Sosial Karya Wanita ... 70

Tabel V.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Tentang Program Bimbingan Keterampilan di Panti Sosial Karya Wanita ... 73

Tabel V.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Sasaran Program Bimbingan Keterampilan di Panti ... 74

Tabel V.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Tujuan Program Bimbingan Keterampilan di Panti Sosial Karya Wanita .. 75

Tabel V.10. Distribusi Responden Berdasarkan Pernahkah mendapatkan informasi akan diadakannya penyuluhan tentang Program ... 81

(13)

Tabel V.12. Distribusi Responden Berdasarkan Ada atau Tidak adanya target yang

harus dicapai sebelum dilaksanakannya kegiatan ... 83

Tabel V.13. Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian target dengan

kebutuhan Responden

... 85

Tabel V.14. Distribusi Responden Berdasarkan Pencapaian tujuan yang ditetapkan

(14)

DAFTAR BAGAN

(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : D e b o r a

NIM : 110902037

ABSTRAK

Efektivitas Pelaksanaan Program Bimbingan Keterampilan di Panti Sosial Bina Remaja dan Karya Wanita Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah

Kesejahteraan Sosial merupakan keadaan terpenuhinya kehidupan yang layak bagi setiap masyarakat di Indonesia, sehingga masyarakat mampu untuk mengembangkan diri dan menjalankan fungsi sosialnya. Pelaksanaan penanganan kesejahteraan sosial pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi dan Eks Wanita Tuna Susila melalui sistem kepantian adalah suatu proses pengentasan masalah Kesejahteraan Sosial melalui : Tahap Rehabilitasi, Resosialisasi, dan Bimbingan Lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Efektivitas Program Bimbingan Keterampilan dalam pembinaan Wanita Rawan Sosial Ekonomi dan Eks Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita.

Penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif dengan metode analisis kuantitatif. Pada penelitian ini juga, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekuder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara membagi kuesioner kepada seluruh peserta binaan Panti Sosial Karya Wanita yang berjumlah 20 Orang, observasi dan melakukan wawancara mendalam dengan Eks Binaan. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencari data dan informasi melalui buku-buku dan media internet.

Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian ini, maka penulis berkesimpulan bahwa Progran Bimbingan Keterampilan di Panti Sosial Karya Wanita Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah dikatakan “Efektif” dengan indikator pengukuran yaitu pemahaman program, ketepatan Sasaran, Ketepatan Tujuan, Ketepatan Waktu, Ketepatan Target dan Perubahan Nyata. Hal ini dibuktikan dengan sebanyak 91.5% responden mengatakan bahwa mereka telah menguasai teori dan praktek menjahit atau Tata rias/Salon dalam jangka waktu enam bulan bimbingan di Panti.

(16)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA FACULTY OF SOCIAL POLITICAL SCIENCE

DEPARTMENT OF SOCIAL SCIENCE

NAME : D e b o r a

NIM : 110902037

ABSTRACT

Effectiveness of Program Implementation Guidance Skills in Young Children's Social Development and Women Work Palangka Raya

Central Kalimantan Province

Social welfare is a state of fulfillment of a decent life for every community in Indonesia, so that people are able to develop themselves and their social function. Implementation of handling social welfare in Women Prone Socioeconomic and Ex women prostitutes through kepantian system is a process through the alleviation of Social Welfare: Phase Rehabilitation, resocialization, and Guidance Advanced. This study aims to determine how the Guidance Program Effectiveness Skills in coaching Prone Women Socioeconomic and Ex women prostitutes in Women's Children's Social Work.

This research is classified as descriptive research with quantitative analysis method. In this study, the authors used data collection techniques by collecting primary data and secondary data. Primary data collection was done by dividing the questionnaire to all participants of social houses built Women work totaling 20 people, observation and conduct in-depth interviews with ex Patronage. While secondary data collection is done by collecting data and information through books and internet media.

Based on the analysis of these results, the authors concluded that the Guidance Program, Children's Social Skills at Work Women Palangkaraya, Central Kalimantan Province said "Effective" with the measurement indicators that program comprehension, accuracy Goals, Objectives Accuracy, Timeliness, Accuracy Target and Real Change . This is evidenced by as much as 91.5% of respondents said that they have mastered the theory and practice of sewing or Cosmetology within six months of counseling at the center.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.Efektivitas

II.1.1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai suatu tujuan

atau sasaran yang telah ditentukan dalam organisasi. Efektivitas juga

disebut efektif, yakni apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah

ditentukan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan dengan pengertian

efektivitas menurut pendapat Soetomo yakni efektivitas merupakan

penilaian terhadap pernyataan berdasarkan fakta tentang seberapa

banyak tujuan program yang dicapai, seberapa besar

komponen-komponen program telah berfungsi dalam pencapaian tujuannya.

Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai atau

tidaknya sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.Jika hasil dari

kegiatan semakin mendekati sasarannya, maka dapat disimpulkan

bahwa tingkat keefektivitasannya semakin tinggi. Usaha yang

dilakukan dapat dikatakan efektif apabila usaha tersebut telah mencapai

tujuannya secara ideal dan taraf intensitasnya dapat dinyatakan dengan

ukuran yang pasti (Suyanto 2008 : 207).

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti

berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik.Kamus

ilmiah populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan,

(18)

Efektivitas di definisikan oleh para pakar dengan berbeda-beda

tergantung pendekatan yang digunakan oleh masing-masing pakar.

Berikut ini beberapa pengertian efektivitas dan kriteria efektivitas

organisasi menurut para ahli sebagai berikut:

1. Drucker mendefinisikan efektivitas sebagai melakukan pekerjaan

yang benar (doing the rights things).

2. Chung dan Megginson (Siahaan,1999:17) mendefinisikan

efektivitas sebagai istilah yang diungkapkan dengan cara berbeda

oleh orang-orang yang berbeda pula. Namun menurut Chung &

Megginson yang disebut dengan efektivitas ialah kemampuan atau

tingkat pencapaian tujuan dan kemampuan menyesuaikan diri

dengan lingkungan agar organisasi tetap survive (hidup).

3. Arens dan Lorlbeckemendefinisikan efektivitas sebagai berikut:

“Efektivitas mengacu kepada pencapaian suatu tujuan, sedangkan

efisiensi mengacu kepada sumber daya yang digunakan untuk

mencapai tujuan itu”. Sehubungan dengan yang Arens dan

Lorlbecke tersebut, maka efektivitas merupakan pengukuran dalam

arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya.

4. Menurut Supriyono pengertian efektivitas, sebagai berikut:

“Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran suatu pusat

tanggung jawab dengan sasaran yang mesti dicapai, semakin besar

konstribusi daripada keluaran yang dihasilkan terhadap nilai

pencapaian sasaran tersebut, maka dapat dikatakan efektif pula unit

(19)

5. Gibson memberikan pengertian efektivitas dengan menggunakan

pendekatan sistem yaitu (1) seluruh siklus input-proses-output,

tidak hanya output saja, dan (2) hubungan timbal balik antara

organisasi dan lingkungannya.

6. Menurut Cambel J.P, Pengukuran efektivitas secara umum dan

yang paling menonjol adalah :

1.Keberhasilan program.

2. Keberhasilan sasaran.

3. Kepuasan terhadap program.

4. Tingkat input dan output.

5. Pencapaian tujuan menyeluruh.

Sehingga efektivitas program dapat dijalankan dengan

kemampuan operasional dalam melaksanakan program-program kerja

yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, secara

komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan

suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua

tugas-tugas pokonya atau untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan

sebelumnya (Cambell 1998 : 47).

Menurut Hani Handoko (2000) Efektivitas merupakan hubungan

antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan)

output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi,

(20)

program, atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang

dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan.

Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan

komposisi dari efektivitas, maka tidaklah mengherankan jika terdapat

sekian banyak pertentangan pendapat sehubungan dengan cara

meningkatnya, cara mengatur dan bahkan cara menentukan indicator

efektivitas, sehingga, dengan demikian akan lebih sulit lagi bagaimana

cara mengevaluasi tentang efektivitas.

Dari beberapa uraian definisi efektivitas menurut para ahli

tersebut, dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan taraf sampai

sejauh mana peningkatan kesejahteraan manusia dengan adanya suatu

program tertentu, karena kesejahteraan manusia merupakan tujuan dari

proses pembangunan. Adapun untuk mengetahui tingkat kesejahteraan

tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur beberapa indikator

spesial misalnya: pendapatan, pendidikan, ataupun rasa aman dalam

mengadakan pergaulan (Soekanto 1989 : 48).

Beberapa pendapat dan teori efektivitas yang telah diuraikan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam mengukur efektivitas suatu

kegiatan atau aktifitas perlu diperhatikan beberapa indikator, yaitu :

1. Pemahaman program.

2. Tepat Sasaran.

3. Tepat waktu.

4. Tercapainya tujuan.

(21)

II.1.2. Pendekatan Efektivitas

Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana

aktifitas itu efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap

efektivitas yaitu:

1. Pendekatan sasaran (Goal Approach) : Pendekatan ini mencoba

mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan

sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran

efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan

mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai

sasaran tersebut. Sasaran yang penting diperhatikan dalam

pengukuran efektivitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang

realistis untuk memberikan hasil maksimal berdasarakan sasaran

resmi “Official Goal” dengan memperhatikan permasalahan yang

ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek

output yaitu dengan mengukur keberhasilan programdalam

mencapai tingkat output yang direncanakan. Dengan demikian,

pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana organisasi atau

lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.

Efektivitas juga selalu memperhatikan faktor waktu pelaksanaan.

Oleh karena itu dalam efektivitas selalu terkandung unsur waktu

pelaksanaan dan tujuan tercapainya dengan waktu yang tepat makan

program tersebut akan lebih efektif. Pendekatan sasaran dalam

pelaksanaan program penguatan keluarga dilihat dari pendampinga

kepada Peserta binaan yang akan menjadi anggota binaan dalam

(22)

2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach) : Pendekatan

sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga

dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya.

Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber

dan juga memelihara keadaan dan system agar dapat menjadi

efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan

sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga

mempunyai hubungan yang merata dalam lingkungannya dimana

dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang terdapat pada

lingkungan seringkai bersifat langka dan bernilai tinggi. Pendekatan

sumber dalam kegiatan program Bimbingan keterampilan ini dilihat

dari seberapa jauh hubungan antara anggota binaan program dengan

lingkungan sekitarnya, berusaha usaha yang menjadi sumber dalam

mencapai tujuan.

3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach) : Pendekatan proses

menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu

lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal

berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada

berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan

lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan

yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga,

(23)

II.2. Kesejahteraan Sosial

II.2.1. Defenisi Kesejahteraan Sosial

Elizabeth Wickeden (Wibhawa,2010 : 23) mendefenisikan

Kesejahteraan Sosial sebagai suatu sistem perundang-undangan,

kebijakan, program, pelayanan dan bantuan untuk menjamin

pemenuhan kebutuhan sosial yang dikenal sebagai kebutuhan dasar

bagi kesejahteraan manusia dan bagi berfungsinya keterlibatan sosial

secara lebih baik. Berdasakan defenisi tersebut, maka kita dapat

memahami 3 hal dalam kesejahteraan sosial, yakni :

a. Konsep “Kesejahteraan Sosial” berbeda dengan “Kesejahteraan”.

Terpenuhinya kebutuhan sosial (Kesejahteraan Sosial sebagai suatu

keadaan) menjadi dasar bagi terciptanya “Kesejahteraan” (Sebagai

keadaan yang baik dalam semua aspek kehidupan manusia).

b. Konsep Pelayanan Sosial (Bidang Praktik Pekerjaan Sosial)

mencakup aktivitas yang sangat luas, mulai dari

perundang-undangan sosial sampai kepada tindakan langsung pemberian

bantuan.

c. Pada tingkat masyarakat, kesejahteraan sosial berarti keterlibatan

sosial (social order) yang lebih baik.

Walter A. Friedlander (Wibhawa,2010 : 24) mengemukakan

bahwa kesejahteraan sosial adalah “Sistem yang terorganisir dari

usaha-usaha sosial dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk

membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standar hidup

(24)

perseorangan yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan

kemampuannya secara menyeluruh, serta untuk mempertinggi

kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga

dan masyarakat.”

Bahkan karena begitu pentingnya upaya mwujudkan

kesejahteraan sosial, maka Indonesia pun mmiliki Undang-undang yang

secara khusus mengatur hal ini, yaitu UU Nomor 6 Tahun 1974 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial yang memaparkan

bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan

penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa

keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang

memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha

pemenuhan kebutuhan yang sebaik-baiknya bagi dirinya, keluarga, dan

lingkungan sosialnya.

Pembangunan kesejahteraan sosial didefenisikan sebagi

pendekatan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

hidup masyarakat melalui peningkatan modal ekonomi, manusia,

kemasyarakatan, dan permasyarakatan secara terintegritas dan

berlangsung terus-menerus.Dengan demikian mereka mampu

memenuhi kebutuhan dasar hidupnya sesuai dengan standar

(25)

II.2.2. Sumber – Sumber Kesejahteraan Sosial

Kehidupan manusia memiliki beragam kebutuhan yang mesti

dipenuhi agar mereka dapat hidup layak.Kebutuhan pokok utama terdiri

dari makanan, tempat tinggal, perawatan kesehatan, keamanan,

kesempatan untuk hidup yang bertumbuh dan berkembang secara

emosional dan intelektual. Dalam masyarakat kontemporer mekanisme

yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia dapat

dikategorikan sebagai berikut :

a. Personal :Diri sendiri, teman, keluarga, kolega kerja dll

b. Informal : Penolong alami dalam masyarakat, kelompok

pelompok kemandirian, kelompok

masyarakat arus bawah, dan kelompok

lain yang berfungsi secara informal.

c. Institusional : Sekolah, Rumah Sakit, Pengaduan di Kantor

Polisi dll

d. Kemasyarakatan : Pelayanan, badan-badan, dan lembaga

lembaga yang disiapkan untuk memenuhi

kebutuhan khusus masyarakat tertentu.

II.2.3. Fungsi –Fungsi Kesejahteraan Sosial

Dalam defenisi secara umum tentang kesejahteraan sosial sebagai

sebuah bidang kajian keilmuan dan profesi, telah terungkap fungsi –

(26)

a. Mengkaji keadaan sosial masyarakat.

b. Mengantisipasi perubahan sosial masyarakat, dengan prediksi

terhadap efeknya.

c. Mengendalikan (mendorong atau menahan) perubahan sosial pada

masyarakat.

Untuk melaksanakan fungsi – fungsi tersebut, maka bidang

kesejahteraan sosial mempunyai tugas – tugas untuk :

a. Pengembangan ilmunya sendiri.

b. Perumusan kebijakan-kebijakan sosial.

c. Pengembangan pelayanan-pelayanan sosial.

Sebagai profesi pemberi bantuan, maka makna Pekerja Sosial

untuk melakukan kegiatan bantuan sosial bukanlah sebagai kegiatan

amal, melainkan merujuk pada sebuah kedisiplinan dan pendekatan

profesional.Pekerja Sosial diartikulasikan sebagai profesi atau keahlian

dibidang pertolongan kemanuiaan yang disadari oleh pengetahuan,

ketrampilan dan nilai-nilai yang melalui pendidikan formal. Dalam

garis besarnya, ada empat peran profesi Pekerjaan Sosial yakni :

1. Meningkatkan kapasitas orang dalam mengatasi masalah yang

dihadapinya. Dalam hal ini, Pekerja Sosial mengidentifikasi

hambatan-hambatan klien dalam melaksanakan tugas-tugas

kehidupannya.

2. Menggali dan menghubungkan sumber-sumber yang tersedia

disekitar klien. Yakni Pekerja Sosial membantu menjangkau

(27)

pelayanan sosial, meningkatkan komunikasi dengan klien dan

sesama petugas, dan mengatasi hambatan-hambatan dan

proses-proses pelayang sosial.

3. Meningkatkan jaringan pelayanan sosial. Yakni untuk menjamin

bahwa sistem kesejahteraan sosial berjalan secara tepat sasaran.

4. Mengoptimalkan keadilan sosial melalui pengembangan kebijakan

sosial. Yakni mengidentifikasi isu-isu sosial dan implikasinya

kedalam kehidupan masyarakat.

II.3.Pekerja Sosial

II.3.1. Defenisi Pekerja Sosial

Menurut Undang-Undang nomor 6 tahun 1974 pada BAB I pasal

2 dan 3, pekerja sosial adalah semua ketramppilan teknis yang dijadikan

wahana bagi pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial.Praktek pekerjaan

sosial selalu berhubungan timbal balik antara individu dengan

masyarakat dan lingkungannya yang saling menguntungkan.Melalui hal

tersebut, masyarakat mampu memenuhi memenuhi tugas-tugas

hidupnya, mengurangi segala bentuk ketidakmampuan dan penderitaan

dan mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai yang diannut dalam kehidupan

sehari-hari. (Sumardhi, 1996 : 49).

Pekerja Sosial adalah orang yang memiliki kewenangan dan

keahlian dalam menyelenggarakan berbagai pelayanan sosial.

(Wibhawa, 2010 : 52). Berjalan dari kebutuhan masyarakat yang

(28)

ahli bukan hanya pada tingkat pelayanan langsung, melainkan harus

sampai pada tingkat kebijakan/perundang-undangan dan perencanaan

sosial. Berdasarkan hal tersebut, tampaknya garapan dari pekerja sosial

sendiri tidak hanya pada wilaya lokal, akan tetapi mencakup institusi

sosial. Dengan demikian, secara garis besar, posisi dan peran - peran

yang dapat disandang Pekerja Sosial antara lain :

1. Perencana Sosial (Social Planner).

2. Peneliti (Researcher).

3. Pendidik (Educator).

4. Penyembuh (Therapist).

Selanjutnya, karena posisi dan perannya yang meliputi skala

mikro maupun makro dalam perubahan kehidupan sosial di masyarakat,

maka praktek Pekerja Sosial sangat terkait dengan nilai-nilai sosial dan

budaya dalam masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, para pekerja

sosial sebagai penyandang keahlian Pekerjaan Sosial harus memiliki

kualifikasi sebagai berikut :

1. Memahami, menguasai, dan menghayati serta menjadi figur

pemegang nilai-nilai sosio-kultural dan filsafat masyarakat.

2. Menguasai berbagai perspektif teoritis tentang manusia, khususnya

sebagai makhluk sosial yang berperilaku interaktif beserta wadah

kelembagaan dalam keanekaragaman bentuk beserta perubahannya.

3. Menguasai dan secara kreatif menciptakan metode pelaksanaan

tugas profesionalnya.

(29)

a. Kepekaan terhadap pengembangan masyarakat.

b. Keberanian untuk memprakarsai tindakan pelayanan sosial.

c. Kemandirian dalam berfikir dan bersifat.

d. Kreativitas dalam pengembangan ide baru dalam upaya

pelaksanaan tugas profesinya.

II.3.2. Azas – Azas Pekerja Sosial

Walter A Friedlander mengemukakan bahwa azas-azas pekerja

sosial merupakan “Nilai – nilai dasar pekerja sosial tidak timbul

(Lumbuh) begitu saja seperti bunga-bunga liar yang terletak dipinggiran

jalan, sebaliknya, nilai-nilai itu berakar dari kepercayaan yang kuat

yang mengilhami peradaba-peradaban manusia.

Azas – azas ini lahir dari tujuan – tujuan pekerjaan sosial secara

umum, yakni untuk mencegah atau mengurangi efek-efek dari situasi

yang genting pada segi sosial atau kejiwaan, serta untuk menghilangkan

hambatan-hambatan terhadap perkembangan yang sehat dari individu,

kelompok, dan masyarakat. Walter A Friedlander berpendapat bahwa

dalam melaksanakan praktek pekerjaan sosial, ada empat azas yang

perlu dimiliki oleh seorang pekerja sosial, yakni :

1. Keyakinan akan nilai pembawaan, integritas, dan harga diri

daripada individu.

2. Keyakinan bahwa individu yang merasakan kekurangan dari sisi

(30)

menentukan kesukaran yang dirasakannya dan mencari alternatif

penyelesaian masalahnya.

3. Keyakinan yang teguh bahwa seua orang berhak atas kesempatan

yang sama, yang mana kesempatan itu hanya dibatasi oleh

kemampuan-kemampuan yang menjadi pembawaan si individu.

4. Keyakinan bahwa hak-hak individu terhadap dirinya secara pribadi

berupa menghormati dirinya, menghargai dirinya, menentukan

nasibnya sendiri, dan mendapatkan kesempatan yang sama terhadap

pertanggungjawaban sosialpribadi, keluarga, kelompok, dan

masyarakat.

II.3.3.Perkembangan Pekerja Sosial di Indonesia

Ketika berupaya membangun konsep Pancasila, Soekarno sebagai

Presiden Indonesia yang pertama membangun konsep pancasila atas

dasar nilai-nilai gotong royong.Nilai Kebersamaan yang disebut dengan

gotong royong inilah yang menjadi titik acuan bagi para pekerja sosial

profesional di Indonesia puluhan tahun kemudian.Dengan didasari pada

nilai gotong royong, masyarakat mulai mampu membangun sistem

tatanan sosial, temasuk pelayanan sosial.Adanya tradisi yang telah ada

sejak dahulu dan masih dijaga kuat telah menjadi ciri khas kepribadian

bangsa Indonesia, yaitu gotong royong.Atas dasar inilah Pekerjaan

Sosial dapat dilaksanakan secara terus-menerus.

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia, banyak

(31)

dirasakan hingga hari ini.Pada akhir abad ke 19, Belanda telah

mengadakan banyak perubahan yang sedikit menuju kearah perbaikan

sosial dengan memulai usaha mengadakan pengajaran, perbaikan

layanan kesehatan, perlindungan buruh, dan lain sebagainya, namun hal

tersebut hanya ditujukan kepada golongan tertentu saja, yaitu golongan

yang diistimewakan (privileged group). (Prodjowidagdo dalam Wibawa

2010 : 59). Pemerintah Belanda sendiri menganggap pelayanan sosial

tersebut hanya sebagai bagian dari pekerjaan amal.

Pada masa kemerdekaan Republik Indonesia, dibentuklah

Kementerian Sosial pada tanggal 19 Agustus 1945 sebagai cerminan

kesadaran pentingnya peran pekerja sosial dalam bentuk pelayanan

sosial. Sumantri Praptokusumo menggambarkan keinginan bangsa

Indonesia yang baru merdeka untuk segera mencapai kehidupan yang

lebih baik setelah bebas dari berabad-abad berada dalam belenggu

penjajahan.Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,

pelayanan sosial tersebut dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah

dan masyarakat.

II.4. Organisasi Sosial

II.4.1. Defenisi Organisasi Sosial

Organisasi Sosial dapat diberikan pengertian sebagai Suatu

perserikatan atau persekutuan atau perkumpulan sekelompok orang atau

lebih yang saling mengintegrasikan dirinya untuk melaksanakan funsi,

(32)

sosial dengan menggunakan sumber-fasilitas yang ada untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Organisasi sosial adalah suatu perkumpulan sosial yang dibentuk

oleh masyarakat baik yang berbadan hukum maupun yang tidak

berbadan hukum yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat

dalam melaksanakan usaha kesejahteraan sosial. Berdasarkan konsep

diatas, maka dapat dismpulkan unsu-unsur organisasi sosial terdiri dari:

a. Adanya perserikatan atau persekutuan atau perkumpulan sosial

sekelompok orang yang mengintegrasikan dirinya untuk

melaksanakan tugas dan fungsi serta tanggung jawab dalam usaha

sosial.

b. Adanya interaksi yang terikat secara formaldalam penyusunan

hierarki atasan dan bawahan.

c. Adanya pelaksanaan pekerjaan kesejahteraan sosial.

d. Adanya sasaran garapan masyarakat (individu, kelompok,

organisasi) yang menyandang masalah kesejahteraan sosial.

e. Adanya tujuan memberikan pelayanan kesejahteraan sosial yang

berorientasi pada peningkatan kesejahteraan sosial individu.

f. Adanya sumber dan fasilitas yang diperlukan untuk menunjang dan

mendukung pelaksanaan kerjasama.

(33)

II.4.2. Tugas dan Fungsi Organisasi Sosial

Tugas Organisasi Sosial adalah melaksanakan usaha

kesejahteraan sosial atau memberikan pelayanan kesejahteraan sosial

kepada individu, kelompok, atau organisasi dan masyarakat yang

menyandang masalah sosial.Usaha kesejahteraan sosial yang dilakukan

oleh organisasi sosial ditujukan untuk mewujudkan, memelihara,

memberi, memulihkan, dan mengembangkan kesejahteraan sosial bagi

para penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Fungsi Organisasi Sosial yakni turut membantu pemerintah atau

berpartisipasi dalam melaksanakan pembangunan nasional dalam

bidang kesejahteraan sosial seperti yang dapat dijelaskan dibawah ini :

a. Bergerak dalam rangka pelaksanaan pembangunan bidang

kesejahteraan sosial yang mengarah pada usaha kesejahteraan sosial

yang bersifat pencegahan atau preventif dan pengembangan

terhadap perubahan-perubahan sosial yang terarah dan terencana

dengan sasaran kesejahteraan sosial individu, keluarga, dan

lingkungan sosial.

b. Fungsi organisasi sosial yang bergerak dalam rangka pelaksanaan

pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang mengarah pada

usaha kesejahteraan sosial untuk terciptanya kondisi kembalinya

kepercayaan diri dan harga diri sehingga mampu menjalankan

(34)

II.5. Pelayanan Sosial

Pelayanan Sosial merupakan wujud praktek Pekerja Sosial yang

diwadahi dalam badan pelayanan sosial (Social Service Agencies)

(Wibhawa,2010 : 75). Dibadan sosial inilah, para pekerja sosial dapat

menerapkan ilmu dan penerapan kesejahteraan sosialnya. Dengan melihat

perkembangan masyarakat yang semakin membutuhkan sistem pelayanan

sosial yang melekat sebagai bagian dari sistem dalam masyarakat itu sendiri,

maka dapat dikemukakan beberapa karakteristik dalam pelayanan sosial,

yaitu :

a. Didasarkan pada nilai-nilai Sosial, Budaya, dan Agama masyarakat.

b. Bersifat adaptif terhadap perubahan masyarakat.

c. Berfungsi memperkuat, mendukung, dan atau menggantikan fungsi dan

struktur lembaga sosial tradisional.

d. Ditekan pada upaya pencegahan timbulnya masalah dan pengembangan

kemampuan orang untuk mengatasi masalahnya sendiri daripada kepada

upaya penyembuhan

II.5.1. Bidang – bidang Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial merupakan wujud aktifitas Pekerja sosial dalam

praktek profesionalnya.Pelayanan sosial merupakan jawaban terhadap

tuntutan kebutuhan dan masalah yang dialami oleh masyarakat sebagai

akibat perubahan masyarakat itu sendiri.Pelayanan sosial

diselenggarakan untuk menjawab tantangan kebutuhan dan masalah

(35)

Sebagai sebuah contoh, berikut ini akan dikemukakan lebih rinci

tentang bidang-bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang

dikemukakan Jhonson (Wibhawa,2010 : 77), sebagai berikut :

a. Kesejahteraan masyarakat dan usaha pemeliharaan pendapatan.

b. Pelayanan bagi keluarga dan anak - anak dirumah.

c. Pelayanan bagi keluarga dan anak – anak diluar rumah.

d. Praktek Pekerjaan Sosial di sekolah.

e. Pelayanan sosial dibidang kesehatan.

f. Pekerjaan Sosial dibidang kesehatan mental.

g. Pelayanan Sosial dan tindakan pelecehan/kesewenangan.

h. Peradilan kejahatan dan kenakalan.

i. Pelayanan Sosial bagi lanjut usia.

j. Pelayanan Sosial ditempat bekerja.

k. Bidang-bidang praktek pekerjaan sosial non tradisional.

II.6. WTS, Eks WTS, dan Wanita Rawan Sosial Ekonomi

II.6.1. Wanita Tuna Susila dan Eks Wanita Tuna Susila

Wanita Tuna Susila adalah Seseorang wanita yang melakukan

hubungan seksual dengan sesama atau lawan jenisnya secara

berulang-ulang dan bergantian di luar perkawinan yang sah dengan tujuan

mendapatkan imbalan uang materi atau jasa (Kepmensos

No.16/PRS/KPTS/XII/2003).Sedangkan Eks Wanita Tuna Susila

seseorang yang pernah melakukan hubungan seksual dengan tujuan

(36)

Kesetaraan gender menempatkan posisi kaum wanita pada

tingkatan yang sama dengan kaum pria, salah satunya mendapatkan

pengakuan yang sama dalam melakukan berbagai aktivitas publik yang

didasari oleh kepentingan ekonomi rumah tangga. Bentuk perubahan

persepsi yang semakin baik menempatkan wanita sebai target

pemberdayaan. Namun demikian, tidak semua kaum wanita terjangkau

oleh program pembangunan ini.Salah satunya adalah mereka yang

bekerja sebagai Wanita Tuna Susila (WTS).

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Johan Suban Tukang

(1990) bahwa dunia pelacuran adalah tempat berkembangnya penyakit

hubungan kelamin, AIDS, gonohoe, dan sebagainya. Sementara itu

Kartini Kartono dalam bukunya Patologi Sosial (1983) menyebutkan

akibat-akibat yang ditimbulkan dari pelacuran yaitu :

a. Menimbulkan penyakit kulit dan kelamin;

b. Merusak sendi-sendi kehidupan keluarga;

c. Dapat menimbulkan disfungsi sosial;

d. Pelacur dijadikan alat untuk mencari nafkah.

Berbagai macam sudut pandang WTS dalam kehidupan masyarakat

yaitu :

1. Sudut Pandang Sosial Ekonomi, yakni Perbuatan tuna susila dapat

menjadi sumber mata pencaharian karena menghasilkan materi,

uang atau jasa.

2. Sudut Pandang Sosial Budaya. Tuna susila pada sebagian

(37)

asusila karena dinilai sebagai tingkah laku yang melanggar atau

bertentangan (deviasi) dengan nilai-nilai sosial budaya yang

berkembang dalam masyarakat.

3. Sudut Pandang Agama dan Norma di masyarakat : Tuna susila

adalah perbuatan perzinahan serta merupakan perbuatan yang keji,

tidak sopan dan cara yang buruk, merusak keturunan,

menyebabkan penyakit menular seksual dan keretakan rumah

tangga. Tuna susila merupakan bentuk penyimpangan sosio

psikologis yaitu penyimpangan yang di sebabkan oleh faktor faktor

sosial dan faktor psikologis.

II.6.2. Faktor yang mendorong menjadi WTS

Salah satu alasan yang melatar belakangi kaum wanita bekerja

sebagai wanita tuna susila adalah masalah ekonomi dan secara tidak

langsung keberadaan WTS telah menjadi katub penyelamat bagi

kehidupan ekonomi keluarganya.Namun, demikaian, peran pentingini

tidak pernah terlihat secara bijak oleh masyarakat.Masyarakat

cenderung melihat hanya dari satu sisi yang cenderung subjektif,

menghakimi dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat pada

umumnya. WTS merupakan bagian dari kelompok sosial dalam

masyarakat yang seharusnya mendapatkan pengakuan yang sama.

Tidak selayaknya stigma atau pernyataan baik dan buruk terus

dilontarkan pada kelompok yang cenderung terpojokkan. Faktor

(38)

1. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu

wanita itu sendiri yang berkaitan dengan kondisi psikologis yang

kemudian terkait dengan kuat atau tidaknya wanita dalam menyakini

dan berpegang teguh pada aturan-aturan normatif. Misalnya :

a. Pengendalian diri dan ketidaksetabilan jiwa yang rendah.

b. Pola hidup yang materialistik dan keinginan yang tinggi namun

tidak diimbangioleh kemampuan dan potensi yang memadai.

c. Sikap hidup mencari jalan pintas, menerabas dalam mewujudkan

berbagai keinginan terutama yang berorientasi pada materi dan

keinginan duniawi (hedinisme).

2. Yang kedua adalah faktor eksternal yaitu berkaitan dengan faktor

ekonomi yang sangat erat dengan kemiskinan dan kurangnya

pendidikan. Misalnya :

a. Rendah atau lemahnya kontrol sosial terhadap perilaku seksual

menyimpang.Kehidupan modern yang cenderung

mengeksploitasi wanita untuk tujuan-tujuan komersial seksual.

b. Himpitan atau tekanan kemiskinan dan terbatasnya lapangan

pekerjaan yang dapat menampung tenaga kerja dengan potensi

dan kemampuan yang minimal sehingga dapat mendorong

seseorang menjadi tuna susila.

c. Pengaruh pola hidup materialistik dan hedonistik (keduniawian).

d. Efek samping Globalisasi dan derasnya arus informasi yang

(39)

e. Disorganisasi dan disintegrasi dari kehidupan keluarga yang

dapat menimbulkan sikap pemberontakan, mencari kompensasi

dengan terjun menjadi tuna susila.

f. Pengaruh lingkungan yang negatif, diantaranya tinggal di daerah

kumuh yang cenderung longgar menerapkan norma, tinggal

dekat atau sekitar daerah rawan tuna susila .

II.6.3. Wanita Rawan Sosial Ekonomi

Menurut Kementerian Sosial RI, yang dimaksud dengan Wanita

Rawan Sosial Ekonomi adalah seorang wanita dewasa belum menikah

atau janda yang tidak mempunyai penghasilan cukup untuk dapat

memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. (Keputusan Menteri Sosial

Nomor. 24/HUK/1996).Seorang wanita yang karena faktor

kemiskinannya, keterbelakangan dan kebodohannya mengalami

gangguan fungsional dalam kehidupan sosial dan atau ekonominya

sehingga yang bersangkutan mengalami kesulitan untuk menjalankan

peranan sosialnya. (Pedoman Umum Pemberdayaan Keluarga, tahun

2005) Indikator dari Wanita Rawan Sosial Ekonomi adalah sebagai

berikut ini :

a. Wanita usia 18 - 59 tahun.

b. Berpenghasilan kurang atau tidak mencukupi untuk kebutuhan fisik

(40)

c. Tingkat pendidikan rendah (umumnya tidak tamat/maksimal

pendidikan dasar).

d. Isteri yang ditinggal suami tanpa batas waktu dan tidak dapat

mencari nafkah.

e. Sakit sehingga tidak mampu bekerja.

II.7. Panti Sosial Karya Wanita

Panti Sosial Karya Wanita adalah Panti sosial yang mempunyai tugas

memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi para wanita tuna susila agar

mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan

bermasyarakat.(Kepmensos no.50/HUK/2004).

Panti Sosial mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi

sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial agar mampu berperan

aktif, berkehidupan dalam masyarakat, rujukan regional, pengkajian dan

penyiapan standar pelayanan, pemberian informasi serta koordinasi dan

kerjasama dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Panti Sosial Karya Wanita mempunyai tugas memberikan bimbingan,

pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif, rehabilitatif, promotif

dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, fisik, mental, sosial,

pelatihan keterampilan, resosialisasi bimbingan lanjut bagi para wanita tuna

susila agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat

(41)

Berdasarkan tugas pokok tersebut, PSKW mempunyai tugas sebagai

berikut :

a. Penyusunan rencana dan program ; evaluasi dan laporan.

b. Pelaksaan Registrasi, Observasi, Identifikasi, Diagnosa sosial

dan perawatan.

c. Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang meliputi bimbingan

mental, sosial, fisik, dan keterampilan.

d. Pelaksaan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut.

e. Pelaksaan pemberian perlindungan sosial, advokasi sosial, informasi dan

rujukan.

f. Pelaksanaan pusat model pelayanan rehabilitasi dan perlindungan sosial.

g. Pelaksanaan urusan tata usaha

Pembinaan melalui Panti Sosial Karya Wanita pada hakekatnya adalah

suatu pembinaan bagi Wanita Tuna Susila maupun Eks WTS, dan Wanita

Rawan Sosial Ekonomi melalui penampungan atau asrama dipanti. Dengan

demikian, diharapkan wanita binaan bersemangat dalam mengikuti program

kegiatan bimbingan yang diberikan untuk kehidupan yang baik dimasa depan.

Sebagai gelombang sosial, funsi panti sosial karya wanita adalah sebagai

berikut :

1. Sebagai salah satu sumber pelayanan kesejahteraan sosial bagi Wanita

Tuna Susila maupun Eks WTS dan Wanita Rawan Sosial Ekonomi.

2. Sebagai salah satu sumber informasi dan konsultasi kesejahteraan sosial

terutama yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan, masalah-masalah,

(42)

3. Sebagai salah satu sumber pengembangan usaha kesejahteraan sosial

dalam arti melaksanakan fungsi pengembangan, penyembuhan dan

pencegahan masalah dengan penciptaan kondisi sosial dan kemampuan

menghindari timbulnya masalah. (Jurnal PKS Vol.V No.16 Juni 2006).

II.8. Kerangka Pemikiran

Kehidupan yang sejahtera adalah suatu kedambaan terbesar seluruh

manusia didunia ini.Kesejahteraan secara Ekonomi dan Sosial merupakan

kesempurnaan yang masih hanya dimiliki segelintir masyarakat didunia.Sama

halnya dengan dambaan dari seluruh perempuan binaan yang ada di Panti

Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu Palangka Raya Kalimantan

Tengah.

Secara umum, Wanita memiliki peranan dan posisi yang sangat penting

dalam kelangsungan hidup suatu keluarga. Keluarga yang merupakan unit

terkecil sebagai pendidikan dini yang nantinya akan menghasilkan anak dengan

kualitas sumber daya manusia yang dapat bersaing untuk mencapai

keberhasilan hidup. Maka dari itu, untuk mencapai Sumber Data Manusia yang

berkualitas, maka wanita perlu mendapatkan perhatian melalui pembinaan dan

pelayanan sehingga tercapainya kualitas diri yang layak dalam masyarakat.

Di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu Palangka Raya

Kalimantan Tengah, ada beberapa program bimbingan sosial yang diberikan

oleh panti, salah satunya yakni Bimbingan Ketrampilan Tata Rias/Salon dan

Menjahit. Kedua program bimbingan ketrampilan ini memang dikhususkan

(43)

Ekonomi yang berasal dari seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan

Tengah. Dengan harapan bahwa nantinya akan menjadi bekal untuk

melanjutkan kehidupan sosial yang lebih baik lagi.

Oleh karena itu, melalui program bimbingan ketrampilan yang dilakukan

oleh Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu Palangka Raya

Kalimantan Tengah ini dapat membawa pengaruh positif terhadap peningkatan

peranan perempuan dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Sehingga

mereka dapat belajar untuk hidup mandiri dengan memperjuangkan hidup

dengan cara yang benar.

Untuk melihat keefektivan pelaksanaan program bimbingan ketrampilan

di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu Palangka Raya

Kalimantan Tengah dapat dilihat dari teori efektivitas dengan indikator sebagai

berikut:

1. Pemahaman program, merupakan pemahaman klien tentang program

bimbingan ketrampilan yang diberikan oleh Panti Sosial Karya Wanita

(PSKW) Ruhui Rahayu Palangka Raya Kalimantan Tengah.

2. Ketetapan sasaran, merupakan tepatnya Wanita Tuna Susila maupun Eks

WTS dan Wanita Rawan Sosial Ekonomi sebagai sasaran yang sesuai

untuk mendapatkan bantuan program bimbingan ketrampilan yang

diberikan oleh Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu

Palangka Raya Kalimantan Tengah.

3. Ketetapan waktu, merupakan penggunaa waktu dalam melakukan

(44)

Ruhui Rahayu Palangka Raya Kalimantan Tengah sesuai dengan yang

sudah ditentukan.

4. Tercapainya tujuan, merupakan hasil yang dicapai dari program

bimbingan ketrampilan oleh Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui

Rahayu Palangka Raya Kalimantan Tengah.

5. Perubahan nyata, merupakan perubahan yang terjadi sebagai hasil dari

program bimbingan ketrampilan oleh Panti Sosial Karya Wanita (PSKW)

Ruhui Rahayu Palangka Raya Kalimantan Tengah.

Bagan : 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran

Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu

Palangka Raya

Program Bimbingan Ketrampilan

Salon/TataRias

Wanita Rawan Sosial Ekonomi Program Bimbingan

Ketrampilan Menjahit

(45)

II.9.Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional II.9.1. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam

upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan

diteliti, untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep

yang akan dijadikan objek penelitian. Dengan kata lain, penulis

berupaya membawa para pembaca hasil penelitian ini untuk memaknai

konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh penulis.

Jadi, definisi konsep ialah pengertian yang terbatas dari suatu konsep

yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:138).

Untuk lebih memahami pengertian konsep-konsep yang akan

digunakan, maka penulis membatasi konsep-konsep tersebut sebagai

berikut:

Efektifitas Pelaksanaan Program Bimbingan Ketrampilan di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu Palangka Raya dapat dilihat dari beberapa indikator dibawah ini :

(46)

1. Yang dimaksud dengan efektivitas dalam penelitian ini adalah

kemampuan untuk melaksanakan aktifitas- aktifitas suatu lembaga

secara fisik dan non fisik untuk mencapai tujuan serta meraih

keberhasilan maksimal.

2. Yang dimaksud dengan program bimbingan ketrampilan dalam

penelitian ini adalah Proses pemberian pelayanan yang ditujukan

untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan klien dalam

keterampilan kerja sebagai bekal untuk memenuhi kebutuhan dasar

dalam kehidupannya.

3. Yang dimaksud dengan Wanita Tuna Susila maupun Eks WTS dan

Wanita Rawan Sosial Ekonomi dalam penelitian ini adalah salah

wanita yang terpaksa melakukan tidakan asusila dikarenakan

permasalahan kesejahteraan dan wanita/janda yang putus asa karena

tidak memiliki kemampuan dan kesempatan untuk bekerja dalam

upaya melanjutkan kehidupannya.

4. Yang dimaksud dengan Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui

Rahayu Palangka Rayadalam penelitian ini adalah Unit Pelaksana

Teknis Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Tengah yang

melaksanakan program bimbingan ketrampilan sebagai tujuan untuk

membantu wanita yang lemah, miskin, dan kurang mampu untuk

(47)

II.9.2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan

definisi konsep. Perumusan operasional ditujukan dalam upaya

transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian

dapat diobservasi (Siagian 2011:142). Untuk memberikan kemudahan

dalam memahami penelitian ini, maka permasalahan pemberdayaan

masyarakat melalui program penguatan keluarga dapat diukur melalui

indikator sebagai berikut:

1. Pemahaman program :

a. Sumber informasi tentang program bimbingan ketrampilan.

b. Pemahaman responden setelah mendapat informasi tentang

program bimbingan ketrampilan.

c. Pengetahuan tentang sasaran program bimbingan ketrampilan.

d. Pengetahuan tentang tujuan program bimbingan ketrampilan.

e. Pemahaman tentang jenis kegiatan dari program bimbingan

ketrampilan.

2. Ketetapan sasaran :

a. Responden termasuk kedalam sasaran program bimbingan

ketrampilan.

b. Responden tercatat sebagai WTS maupun Eks WTS dan WRSE.

(48)

d. Pernah atau tidaknya mendapat bantuan dari pemerintah.

3. Ketetapan waktu :

a. Tahun responden menjadi anggota program bimbingan

ketrampilan.

b. Frekuensi mengikuti kegiatan dari program bimbingan

ketrampilan.

c. Ketetapan waktu mendapat bantuan program bimbingan

ketrampilan.

d. Frekuensi mendapatkan bantuan program bimbingan

ketrampilan

4. Tercapainya tujuan :

a. Jenis kegiatan yang diikuti dari program bimbingan

ketrampilan.

b. Jenis bantuan yang diperoleh dalam program bimbingan

ketrampilan.

c. Peningkatan kemampuan dalam bidang ketrampilan tata

rias/salon dan menjahit.

d. Peningkatan kemandirian untuk mulai bekerja dengan

ketrampilan yang diterima.

e. Peningkatan kesejahteraan pribadi.

(49)

5. Perubahan nyata

Mata pencarian utama sebelum

menerima bimbingan

Mata pencarian utama sebelum

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Tipe Penelitian

Tipe Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini tergolong

penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan secara tepat

sifat-sifat suatu keadaan subjek atau objeknya. Penelitian deskriptif dalam

pelaksanaannya lebih terstruktur, sistematis, dan terkontrol, yakni peneliti

memulai dengan subjek yang telah jelas dan mengadakan penelitian atas

populasi atau sampel dari subjek tersebut untuk menggambarkan secara akurat

(Silalahi, 2009 : 28).

Penelitian ini menggunaan metode deskriptif, yaitu membuat

gambaran kondisi secara menyeluruh tentang pelaksanaan program Bimbingan

Ketrampilan kepada Wanita Tuna Susila, Eks WWTS, dan Wanita Rawan

Sosial-Ekonomi di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu

Palangka Raya Kalimantan Tengah.

III.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW)

Ruhui Rahayu Palangka Raya, yang beralamat di jalan Rajawali nomor 123,

kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah. Alasan peneliti memilih

lokasi ini adalah karena Panti ini memberikan pelayanan sosial kepada wanita

Indonesia di Provinsi Kalimantan Tengah yang mengalami masalah

(51)

mendapatkan gambaran dan informasi secara langsung mengenai Efektivitas

Pelaksanaan Program Bimbingan Ketrampilan di Panti Sosial Karya Wanita

(PSKW) Ruhui Rahayu Palangka Raya Kalimantan Tengah.

III.3 Populasi dan Sampel

III.3.1 Populasi

Populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan objek, benda,

peristiwa ataupun individu yang dikaji dalam suatu penelitian (Siagian,

2011 : 155). Maka dari itu, keseluruhan Individu dan Objek yang

menjadi populasi penelitian harus memiliki ciri atau sifat yang sama.

Populasi merupakan kumpuan dari seluruh elemen sejenis tetapi dapat

dibedakan satu dengan yang lain berdasarkan karakteristiknya

(Supranto, 2008 : 22).

Berdasarkan pendapat tersebut, yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu

Palangka Raya Kalimantan Tengah.Maka yang menjadi jumlah

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita peserta program

Bimbingan yang berjumlah 20 orang.Untuk lebih melengkapi data yang

dibutuhkan, maka peneliti juga meminta Kepala Panti dan Peksos Panti

(52)

III.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data merupakan suatu cara atau proses

sistematis dalam pengumpulan data, pencatatan, dan penyajian fakta untuk

keperluan penelitian (Sumarsono, 2004 : 134). Maka, untuk mendapatkan

data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi terkait

dengan masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku,

majalah, surat kabar, jurnal ilmiah dan tulisan yang berkaitan dengan

Program Bimbingan Ketrampilan.

2. Studi Lapangan, yaitu pengumpulan data dan atau informasi melalui

penelitian langsung. Dalam hal ini, peneliti terjun langsung ke lokasi

penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah

pelaksanaan Program Bimbingan Ketrampilan di Panti Sosial Karya

Wanita (PSKW) Ruhui Rahayu Palangka Raya Kalimantan Tengah

dengan cara :

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek dan fenomena

yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek

penelitian.

b. Kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan

menyebarkan angket kepada wanita binaan yang menjadi

respondennya.

c. Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara

bertatap muka dengan responden dan informan yang bertujuan untuk

(53)

III.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan alam penelitian ini adalah teknik

analisis deskriptif dengan pendekatan kualititatif, yaitu dengan

mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menjabarkan hasil penelitian

sebagaimana adanya dengan tahapan berikut :

1. Editing, yaitu meneliti dan memperbaiki kualitas data yang diperoleh

selama penelitian berlangsung (Sumarsono, 2004 : 97).

2. Koding, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden

menurut macamnya.

3. Mengkategorikan seluruh data agar mudah dianalisis, mudah

disimpulkan, dan untuk menjawab masalah yang ditemukan dalam

penelitian sehingga jawaban yang beranekaragam dapat dipersingkat

sesuai dengan kategorinya masing-masing.

4. Menghitung frekuensi yaitu dengan menghitung besaran frekuensi data

(54)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.1. Profil Lembaga

IV.1.1. Latar Belakang Berdirinya Lembaga

Panti Sosial Bina Remaja dan Karya Wanita pada awalnya terdiri dari

Dua Panti yang memiliki Perbedaan Latar Belakang pendirian yang berbeda,

Maka dari itu, perlu dijelaskan gambaran sejarah dari masing-masing Panti.

Panti Sosial Bina Remaja beralamat di Jalan Rajawali No. 10

Palangka Raya. Panti ini dibangun pada Tahun 1979 dan dioperasikan pada

Tahun 1982 dengan nama Panti Karya Taruna Majar Tabela. Majar Tabela

sendiri berasal dari bahasa Dayak Nganju yang berarti Belajar Selagi

Muda.Pertama kali dipimpin oleh Bapak Drs. Jafar Hutagaol.Jenis

Ketrampilan yang pertama kali diberikan meliputi bidang Elektronika,

Otomotif Sepeda Motor dan Meubelair.Pada Tahun 1984, sesuai dengan

kebijakan Departemen Sosial RI dirubah menjadi Panti Penyantunan Anak

Majar Tabela yang dikepalai oleh Bapak Soeharsono BSW.Jenis Ketrampilan

yang diberikan meliputi bidang Elektronika, Otomotif Sepeda Motor dan

Meubelair.Tahun 1995 nomenklatur berubah menjadi Panti Sosial Bina

Remaja Majar Tabela dengan kepala Panti Bapak Urbanis Sihite BSW (Sejak

Tahun 1989).Jenis Ketrampilan yang diberikan meliputi bidang Elektronika

Otomotif Sepeda Motor dan Meubelair.Sejak Tahun 1999 jenis ketrampilan

meliputi Las (Hanya berlangsung 1 tahun), Otomotif, Meubelair dan

(55)

Panti Sosial Karya Wanita beralamat dijalan Rajawali No. 123 Kota

Palangka Raya.Panti Sosial Karya Wanita pertama kalinya bernama Sasana

Karya Ruhui Rahayu (Tempat pembinaan bagi wanita tuna susila dengan

sistem pelayanan luar panti) berdiri dan beroperasional pada tahun

1980.Adapun Arti Ruhui Rahayu yang diambil dari Bahasa Dayak Ngaju

yaitu Selamat sejahtera atau Damai Sentausa.Pada tahun 1986 Sasana Karya

Ruhui Rahayu ini mengubah sistem pelayanan dari luar panti menjadi sistem

pelayanan dalam panti.Dua tahun kemudian aitu pada tahun 1988 sesuai

dengan kebijakan Departemen Sosial Republik Indonesia menjadi Sasana

Rehabilitasi Wanita. Berselang satu tahun kemudian, pada tahun 1989

berdasarkan keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 6 diubah

menjadi Panti Sosial Karya Wanita. Dan pada tahun 1994 melalui Keputusan

Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 14 dilakukan pembenahan

penamaan menjadi Panti Sosial Karya Wanita Ruhui Rahayu.

Panti Sosial Bina Remaja dan Karya Wanita sejak operasionalnya

sampai dengan tahun 1999 dibawah Kantor Wilayah Departemen Sosial

Provinsi Kalimantan Tengah selanjutnya sampai sekarang dibawah Dinas

Sosial Provinsi Kalimantan Tengah dengan Esselonering Kepala Panti

setingkat Esselon IV. Sejak tahun 2002 sampai dengan sekarang setelah

dilakukannya perubahan struktur maka panti tersebut pada tingkat Esselon

III.

(56)

Kalimantan Tengah. Sejak peraturan tersebut diberlakukan, Panti Sosial Bina

Remaja Dan Karya Wanita dipimpin oleh Dra.Lies Fahimah M.Si.

Sejak Tahun 2002 di Panti Sosial Bina Remaja, ketrampilan bagi klien

terdiri dari tida jenis yakni Otomotif, Meubelair dan Menjahit.Sedangkan di

Panti Sosial Karya Wanita terdiri dari dua jenis yaitu Menjahit dan Tata Rias.

IV.2. Visi dan Misi Panti Sosial Bina Remaja Dan Karya Wanita

VISI

“Mewujudkan Masyarakat Kalimantan Tengah yanmemiliki kecakapahidup

menuju Masyarakatyang Sejahtera dan Bermartabat.”

MISI

1. Meningkatkan Kecakapan hidup Anak Terlantar, Wanita Tuna Susila,

dan Wanita Rawan Sosial Ekonomi agar memiliki martabat dan Kualitas

Hidup.

2. Mencegah, mengendalikan, dan mengurangi dampak yang akan timbul

akibat permasalahan Anak Terlantar, Wanita Tuna Susila, dan Wanita

Rawan Sosial Ekonomi.

3. Mengembangkan peran aktif dan tanggungjawab sosial masyarakat dan

dunia usaha melalui kemitraan dalam pembangunan kesejahteraan sosial.

4. Mengembangkan jaminan, perlindungan, dan pelayanan sosial

profesional.

(57)

 Kepala Panti : Dra. Lies Fahimah M.Si

 Kasubag Tata Usaha : Effendi SH.

 Pelaksana Pada Tata Usaha : Ema Hermawati AKS

Paulus G

Hadi SE

Ana Eliati

Widodo

Susanto

Kurniawan

Hafid

 Pekerja Sosial Fungsional : Lilik Purwaningsih S.Sos

Winarni Ari Wiyanti S.Sos

Dra. Yeye Suhaeti

Lely Triana K, S.Sos

Puji Asi

Wahidah Purnama S.Sos

Franklin Helmi SH

Iva Ministraliva AKS

Yuli Kustanti AKS

 Calon Pekerja Sosial Fungsional : Selvia Neneng AKS

Yunita Puspita Sari S.ST

(58)

Sarana dan Prasarana yang mendukung pelayanan pada Panti Sosial

Bina Remaja dan Karya Wanita (PSBRKW) Provinsi Kalimantan Tengah

dapat dilihat di tabel berikut :

Tabel IV.1

Sarana dan Prasarana pada Panti Sosial Bina Remaja

No. Uraian Banyaknya Keterangan

1 Tanah 15.467 m2

2 Gedung Kantor 1 Unit

3 Ruang Poliklinik 1 Unit

4 Ruang Konsultasi 1 Unit

5 Showroom 1 Unit

6 Aula 1 Unit

7 Mushola 1 Unit

8 Workshop 5 Unit

9 Wisma 8 Unit

10 Rumah Petugas 6 Unit

11 Rumah Jabatan 1 Unit

12 Lokal Pendidikan 4 Unit

13 Lokal Praktek 5 Unit

14 Ruang Makan 1 Unit

15 Dapur 1 Unit

16 Gazebo 2 Unit

Gambar

Tabel 2.1 Perubahan Nyata
Tabel IV.1
Tabel IV.2
Tabel IV.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai faktor rangkak pada setiap benda uji dimensi 18/18 TL, 36/18 TL, 54/18 TL, 18/18 S, 18/36 S dan 18/54 S mempunyai nilai tidak sama pada setiap tingkat pembebanannya,

Perilaku agresif dan kecemasan merupakan masalah psikologis yang normal terjadi pada anak-anak, keduanya memiliki kaitan yang sangat erat, begitupula empati.. Ketika

Cooperative Professional Development Dalam Meningkatkan Kinerja Guru di Mi Ma’arif Nu Porodeso Sekaran Lamongan. Imam Bawani, MA. dan Dosen pembimbing II Dr. Penerapan model

Dalam tulisan ini, Pedagang Kaki Lima (PKL) yang dimaksud adalah mereka yang berjualan di sepanjang jalan pinggiran pantai Losari di kota Makassar.. Beragam usaha yang mereka

Motor induksi terdiri atas kumparan-kumparan stator dan rotor yang berfungsi membangkitkan gaya gerak listrik akibat dari adanya arus listrik bolak-balik

Penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ”Rancang Bangun Pembuat Makanan Otomatis Berbasis PLC ( Programmable Logic Controller ) Toshiba Prosec

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengembalian atas aktiva-aktiva Telkom adalah baik, yang dapat dilihat dari tingkat return on assets Telkom yang

Jadi dari sini dapat kita simpulkan bahwa telah terjadi keteraturan dalam butir- butir kristal ( grain alignment ) yang arahnya sejajar bidang ab ( ab plane ) atau tegak lurus