• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Pendidik di SMK Bina Informatika Bintaro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Pendidik di SMK Bina Informatika Bintaro"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN

KINERJA PENDIDIK DI SMK BINA INFORMATIKA BINTARO

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

RIZAM NURUZZAMAN

NIM: 109018200065

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

iii

ABSTRAK

Rizam Nuruzzaman (NIM 109018200065). Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Pendidik di SMK Bina Informatika Bintaro.

Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh strategi kepala sekolah dalam memberdayakan seluruh warga sekolah, termasuk peningkatan kinerja pendidik. Peningkatan kinerja pendidik merupakan pekerjaan yang harus dilakukan kepala sekolah sebagai pemimpin dalam mengelola manajemen personalia pendidikan, yang bertujuan untuk mendayagunakan pendidik secara efektif dan efisien mencapai hasil yang optimal.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan penjelasan tentang strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja pendidik dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja pendidik, dimana manfaat lain dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan, yang nantinya akan mengabdikan dirinya di dunia pendidikan baik menjadi pendidik maupun kepala sekolah.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dimana data dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Setelah data yang dibutuhkan telah terkumpul, kemudian penulis memaparkan data yang diperoleh sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan.

Berdasarkan hasil penelitian, strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja pendidik di SMK Bina Informatika sudah baik, hal ini terlihat dari program dan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja pendidik di SMK Bina Informatika, meskipun masih ada beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki.

Kepala SMK Bina Informatika hendaknya lebih berani dan tegas dalam mengambil keputusan. Jika keputusan telah ditetapkan dan telah berjalan, hendaknya keputusan segera dilaksanakan dan tidak diubah secara sepihak karena dapat mempengaruhi kinerja para pendidik.

(6)

iv

ABSRACT

Rizam Nuruzzaman (NIM 109018200065). Principal Strategies to Improve Educators Performance at SMK Bina Informatika Bintaro.

Educational success at school is largely determined by the principal strategy to empower the entire school community, including improved performance of educators . Improved performance of educators is work to be done principals as leaders in managing personnel management education, which aims to empower educators to effectively and efficiently achieve optimal results .

The purpose of this study is to obtain an explanation of the principal strategies in improving the performance of educators and explain the factors that influence the performance improvement of educators, which is another benefit of this research is expected to contribute positively to the students of Education Management, which will be devoted himself in education both educators and principals.

This research uses descriptive qualitative method, where data were collected through observation, interviews, and documentation studies . Once the required data has been collected, then the authors presented data obtained in accordance with the facts on the ground.

Based on the results of the research, the principal strategy to improve the performance of educators in SMK Bina Informatika is good, it is seen from the principal programs and strategies to improve the performance of educators in SMK Bina Informatika , though there are still some shortcomings that need to be repaired.

Principal of SMK Bina Informatika should be bold and decisive. If the decision has been established and has been running, the decision should be implemented immediately and not be changed unilaterally because it can affect the performance of educators.

(7)

v

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT Sang Pemilik Kehidupan atas limpahan nikmat dan hidayah-Nya, menciptakan manusia dengan segala kesempurnaan akal fikiran sehat untuk selalu menjalankan perintah dan menjauhi segala larangan sesuai dengan tuntutan ajaran agama yang benar, dan dengan selalu mengucapkan syukur akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat beriring salam tak lupa penulis junjungkan kehadirat sang perubah peradaban dunia Nabi Muhammad SAW yang selalu memberikan tauladan yang baik bagi seluruh umat manusia sehingga sampai saat ini kita masih dapat merasakan indahnya Islam dan nikmatnya iman.

Penulis sadar bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari segala kekurangan karena keterbatasan kami sebagai mahkluk yang jauh dari kesempurnaan, maka segala masukan, kritik, dan saran mengenai penulisan maupun hasil penelitian skripsi ini sangat penulis harapkan demi mencapai kesempurnaan yang lebih baik.

Terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kebaikan hati berbagai pihak yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis sehingga kami selalu beristiqamah menyelesaikan penulisan skripsi sebagai tugas akhir di jenjang perguruan tinggi. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mempersembahkan doa dan ucapan terimasih kepada :

1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan.

(8)

vi 4. Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd, Dosen Penasehat Akademik yang selalu meluangkan waktu memberikan bimbingan dan nasehat kepada penulis selama menjalani kehidupan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd serta seluruh Dosen Program Studi Manajemen

Pendidikan dan Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membimbing dan mendidik penulis dengan memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.

6. Pimpinan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pimpinan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan pelayanan dalam penyediaan pustaka yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Kepala SMK Bina Informatika, pendidik, dan tenaga kependidikan serta

seluruh civitas akademika SMK Bina Informatika yang telah banyak memberikan informasi kepada penulis dalam penelitian skripsi.

8. Papah tersayang Maskuri Rahmat (Alm) dan Mamah tercinta Nur Azizah terima kasih atas ketulusan dan kesabarannya serta selalu mendoakan putra ketiganya hingga penyusunan skripsi ini terselesaikan. Hilman Hazmy Ashieddiqy, S.E, Andrian Nizar Yamani, S.H. M.Kn., Hilda Rizki Aulia, S.E., dan Alisha Rahma Bilqisthi.

9. Teman-teman terbaik di Program Studi Manajemen Pendidikan angkatan 2009, Sulhan, Kikin, Zaki, Rizky, Ade, Atok, Arya, Irfai, lutfi, Mahmud, Ismail, Helmi, Gunawan, Ardi, Taufik, Kaafi, dan teman-teman seperjuangan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terima kasih telah menjadi teman terbaik selama bersama-sama menjadi mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Kepada Mitsny Choiry yang dengan ketulusan hatinya selalu menjadi penyemangat penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

vii 12. Kepada Ibnu Rijal Silmi, Yusuf Sayudi, Galih Ihsan, Muhamad Reiza, Mitsny Choiry, Ais Nurfaizah, Rifka Triasari, terimakasih telah bersama-sama mengukir dan berbagi cerita berbersama-sama-bersama-sama.

13. Serta kepada segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Terimakasih atas motivasi dan bimbingan yang sangat bermanfaat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segala kebaikan yang telah dilakukan selama ini mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Semoga kemudahan, rezeki, dan keberkahan hidup selalu dilimpahkan pada kita semua. Amin ya rabbal alamien ...

Penulis berharap semoga skripsi ini menjadi sumbangan ilmu pengetahuan dan masukan yang positif dan bermanfaat bagi penulis sendiri, pelaku pendidikan, serta bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, 10 April 2014 Penulis

(10)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1 ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB 2 KAJIAN TEORI ... 7

A. Strategi Kepala Sekolah ... 7

1. Pengertian Kepala Sekolah ... 7

2. Tugas Kepala Sekolah ... 8

3. Tipe dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 9

4. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Pendidik ... 11

a) Pengelolaan Pendidik ... 11

(11)

ix

B. Kinerja Pendidik ... 15

1. Definisi Pendidik ... 15

2. Tugas Pendidik ... 15

3. Kinerja Pendidik ... 16

4. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pendidik ... 19

C. Kerangka Berfikir ... 20

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 22

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

B. Metode Penelitian ... 22

C. Sumber Data ... 23

D. Teknik Pengumpulan Data ... 23

E. Teknik Analisis Data ... 24

F. Kisi-Kisi Instrumen Wawancara ... 25

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 26

A. Gambaran Umum SMK Bina Informatika ... 26

1. Profil Sekolah ... 26

2. Visi dan Misi ... 27

3. Data Penjurusan SMK Bina Informatika ... 27

4. Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMK Bina Informatika ... 28

5. Daftar Peserta Didik SMK Bina Informatika ... 28

6. Sarana dan Prasarana SMK Bina Informatika ... 30

7. Prestasi SMK Bina Informatika ... 31

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 32

1. Tugas Kepala SMK Bina Informatika ... 32

2. Gaya Kepemimpinan Kepala SMK Bina Informatika ... 34

3. Strategi Pengelolaan Pendidik di SMK Bina Informatika ... 36

4. Strategi Peningkatan Kinerja Pendidik di SMK Bina Informatika ... 38

(12)

x

BAB 5 PENUTUP ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(13)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 22

Tabel 3.2 Instrumen Wawancara ... 25

Tabel 4.1 Data Penjurusan SMK Bina Informatika ... 27

Tabel 4.2 Daftar Peserta Didik ... 29

Tabel 4.3 Daftar Sarana dan Prasarana ... 30

(14)

xii DAFTAR BAGAN

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap menghadapi segala perubahan di lingkungan masyarakat maupun dalam dunia kerja. Oleh karena itu, tidak heran apabila negara yang memiliki penduduk dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat.1

Pendidik dan tenaga kependidikan adalah dua “profesi” yang sangat

berkaitan erat dengan dunia pendidikan, sekalipun lingkup keduanya berbeda. Hal ini dapat dilihat dari pengertian keduanya yang tercantum dalam Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa tenaga kependidikan merupakan anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya di sekolah kemudian diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sementara pendidik merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi menyelenggarakan pendidikan.2

Tidak akan ada habisnya jika kita membahas permasalahan dalam dunia pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan berskala mikro yaitu sekolah. Sering sekali kita mendengar baik secara langsung maupun secara tidak langsung bahwa permasalahan yang sering terjadi tidak terlepas dari persoalan kepala sekolah, pendidik, dan tenaga pendidikan di sekolah.

1

Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), h. 77. 2

(16)

2

Persoalan di sekolah biasanya bermula dari kesenjangan komunikasi antara kepala sekolah kepada dan pendidik. Persoalan komunikasi menjadikan arahan dan kebijakan kepala sekolah tidak diterima oleh semua pihak terutama pendidik. Tidak seimbangnya pemberian kompensasi melihat banyaknya beban kerja bagi pendidik disekolah untuk mengajar minimal dua puluh empat jam dalam seminggu menjadikan melemahnya motivasi mengajar sehingga kinerja pendidik rendah. Ketidakpuasan jabatan yang diberikan kepala sekolah menimbulkan kecemburuan sosial antar pendidik akibatnya komunikasi sesama pendidik tidak bersinergi dengan baik. Berbagai permasalahan klasik diatas sering terjadi di berbagai sekolah di Indonesia, dan dibutuhkan kepala sekolah yang bijak dan sigap dalam mengatasi berbagai permasalahan di atas, sehingga tidak sampai berakibat buruk bagi kualitas pendidikan di sekolah terutama bagi perkembangan dan hasil belajar peserta didik di sekolah.

Proses pendidikan memegang peranan strategis terutama dalam membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan pendidik dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat cepat.3

Hal ini disebabkan karena adanya dimensi-dimensi proses pendidikan, atau lebih khusus lagi proses pembelajaran yang diperankan oleh pendidik yang tidak dapat digantikan oleh tekhnologi. Fungsi mereka tidak akan bisa seluruhnya dihilangkan sebagai pendidik dan pengajar bagi peserta didiknya.

3

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung :

(17)

3

Sehubungan dengan tuntutan profesionalisme pendidik, maka semakin dirasakannya desakan untuk meningkatkan mutu pendidik pada setiap jenis dan jenjang pendidikan yang menjadi komitmen pendidikan nasional.4

Keberhasilan pendidikan di sekolah akan sangat ditentukan oleh strategi kepala sekolah dalam rangka mengelola dan memberdayakan seluruh warga sekolah, termasuk peningkatan kinerja pendidik. Dalam rangka ini, peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku warga sekolah melalui aplikasi konsep dan teknik manajemen personalia modern. Pengembangan potensi pendidik merupakan pekerjaan yang harus dilakukan kepala sekolah dalam manajemen personalia pendidikan, yang bertujuan untuk mendayagunakan pendidik secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil tujuan yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan itu, upaya yang harus dilakukan kepala sekolah adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotivasi para pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan, membantu pendidik mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan perkembangan karir pendidik, serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi sekolah.5

Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah dewasa ini memberikan kebebasan setiap kepala sekolah untuk menekankan dan mengedepankan kompetensi tertentu sesuai dengan visi dan misi sekolah dan daerah masing-masing (unggulan daerah). Kondisi dan kebebasan ini diharapkan dapat mendongkrak kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), serta mengeliminasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan relevansi pendidikan. Penekanan terhadap suatu kompetensi akan memberi warna terhadap sekolah, sehingga sekolah yang satu akan berbeda dengan sekolah yang berbeda ditempat yang berada didaerah lain. Meskipun demikian,

(18)

4

persamaan setiap sekolah itu tetap muncul dan diikat oleh Standar Nasional Pendidikan (SNP/PP 19 2005).6

Menjabat sebagai kepala sekolah tentu menjadi kebanggaan tersendiri karena kepala sekolah merupakan posisi terhormat di sekolah. Namun demikian, tanggung jawab seorang kepala sekolah juga besar, karena maju mundurnya sekolah ada di pundaknya. Jika kepala sekolah adalah sosok yang dinamis, produktif, dan kompetitif, maka sekolah akan mengalami kemajuan pesat. Namun jika kepala sekolah adalah sosok yang pasif, stagnan, dan lemah, maka sekolah akan terancam kolaps dan ditinggalkan oleh seluruh stake holder-nya. Kondisi mengenaskan ini tentu tidak diinginkan oleh semua pihak, karena sekolah adalah lembaga pendidikan dengan tugas suci, yaitu mempersiapkan lahirnya kader-kader pemimpin bangsa yang beriman, bermoral, dan berintelektual. Maka tidak ada cara lain kecuali mendorong kepala sekolah untuk terus belajar, banyak berlatih, dan berani mengambil keputusan-keputusan penting strategis untuk mendorong perubahan besar di sekolah yang mencakup semua bidang.7

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mohammad Nuh, di Indonesia terdapat 22.000 SMA/SMK yang tersebar di 33 Propinsi.8 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bina informatika merupakan salah satu sekolah kejuruan yang bergerak dibidang informasi dan teknologi. Sekolah yang berada di daerah Bintaro Kota Tangerang Selatan ini telah banyak mengukir prestasi kota maupun se-Propinsi Banten. Bahkan di tahun 2013 ini salah satu peserta terbaik SMK Bina Informatika telah berhasil mengukir prestasi yang membanggakan di tingkat nasional di bidang animasi.

6Ibid.

, h. 11

7 Jamal Ma’mur, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional,

(Jogjakarta: DIVA Press, 2012) hlm. 281-282

8

Diakses melalui website

http://edukasi.kompas.com/read/2012/08/29/20190521/Jumlah.SMK.Terus.Ditambah pada hari

(19)

5

Banyaknya prestasi akademik di bidang informasi dan teknologi yang telah diukir SMK Bina Informatika Bintaro sejak awal berdirinya sekolah di tahun 2007 hingga saat ini tidak terlepas dari kesungguhan dan kerja keras kepala sekolah beserta pendidik dan tenaga kependidikan dalam mencetak generasi bangsa yang berprestasi dan berkualitas.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis ingin mencoba mengangkat sebuah tema penelitian tentang strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja para pendidik sehingga mereka mau bekerja bersama-sama untuk mendidik dan menjalankan pembelajaran di sekolah hingga menghasilkan output pendidikan yang berprestasi dan berkualitas.

Untuk itu, disini penulis mencoba menelaah dan mengangkat sebuah

tema penelitian tentang “Strategi Kepala Sekolah dalam

Mengembangkan Kinerja Pendidik di SMK Bina Informatika Bintaro

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang muncul dari kepala sekolah maupun pendidik, yaitu: 1. Lemahnya kemampuan kepala sekolah dalam mengambil keputusan. 2. Kurang optimalnya strategi kepala sekolah dalam meningkatkan

kinerja pendidik.

3. Rendahnya motivasi kerja pendidik. 4. Rendahnya kinerja pendidik.

C. Pembatasan Masalah

(20)

6

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka disusunlah rumusan masalah agar mempermudah penulis menyusun penulisan penelitian, yaitu : 1. Bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja

pendidik di SMK Bina Informatika?

2. Apakah faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja pendidik di SMK Bina Informatika?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan gambaran mengenai strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja pendidik di SMK Bina Informatika. 2. Untuk mendapatkan penjelasan mengenai faktor yang mempengaruhi

peningkatan kinerja pendidik di SMK Bina Informatika.

F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dan kegunaan penelitian ini adalah

1. Bagi SMK Bina Informatika, semoga dapat menjadi pengetahuan bagi civitas akademika SMK Bina Informatika terutama kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja pendidik.

2. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diharapkan dapat memberi kontribusi yang positif bagi seluruh mahasiswa, khususnya Prodi Manajemen Pendidikan yang nantinya akan mengabdikan dirinya ke dunia pendidikan baik menjadi pendidik maupun tenaga kependidikan. 3. Bagi masyarakat sekiranya dapat digunakan guna mengembangkan

kemampuan stakeholder sekolah dalam memberikan motivasi dan dukungan baik kepada kepala sekolah maupun kepada pendidik. 4. Bagi penulis, semoga dapat menambah dan pengetahuan akan strategi

(21)

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Strategi Kepala Sekolah

1. Pengertian Kepala Sekolah

Kepala sekolah/madrasah dalam satuan pendidikan merupakan pemimpin. Ia mempunyai dua jabatan dan peran penting dalam melaksanakan proses pendidikan. Pertama, kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah, dan kedua, kepala sekolah adalah pemimpin formal pendidikan disekolahnya.9

Pendapat mengenai definisi kepala sekolah telah dikemukakan para ahli yang antara lain Sri Damayanti yang dikutip Jamal Ma’mur dalam buku Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional, bahwa :

Kepala sekolah berasal dari 2 kata, yaitu “kepala” dan ”sekolah”.

Kata “kepala” dapat diartikan sebagai ketua atau pimpinan suatu lembaga, sedangkan “sekolah” diartikan sebagai sebuah lembaga

tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi, secara umum, kepala sekolah dapat diartikan sebagai pemimpin sekolah atau suatu lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran.10

Menurut Wahjosumidjo yang juga dikutip Jamal Ma’mur dalam bukunya bahwa : “Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah, tempat diselenggarakannya proses belajar-mengajar atau terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan siswa yang menerima

pelajaran”.11

Jika melihat definisi dan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah merupakan seseorang yang diberi tugas untuk memimpin suatu organisasi pendidikan yang didalamnya

9

Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan; Konsep, Prinsip, dan

Aplikasi dalam Mengelola Sekolah/Madrasah, (Bandung: Penerbit Kaukaba, 2012), h. 106

10Jamal Ma’mur

, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Jogjakarta: DIVA Press,

2012), h. 16

11Ibid.,

(22)

8

terdapat kegiatan belajar dan mengajar, guru yang memberikan pembelajaran dan siswa yang menerima pembelajaran.

2. Tugas Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam lembaga pendidikan memiliki beragam tanggung jawab yang harus dikerjakan. Dalam pengangkatan kepala sekolah tidak dilakukan secara sembarangan, bahkan diangkat dari guru yang sudah berpengalaman atau mungkin sudah lama menjabat sebagai wakil kepala sekolah, namun tidak dengan sendirinya membuat kepala sekolah menjadi profesional dalam melakukan tugas. Berbagai permasalahan menunjukkan masih banyak kepala sekolah yang terpaku pada urusan-urusan administrasi, yang sebenarnya bisa dilimpahkan kepada para tenaga kependidikan.

Dinas pendidikan (dulu : Depdikbud) telah menetapkan bahwa kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai Educator, Manager, Administator, dan Supervisor (EMAS). Namun dalam perkembangan zaman, kepala sekolah harus mampu berperan sebagai Leader, Inovator, dan Motivator di sekolahnya. Dengan demikian dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai Educator, Manager, Administator, Supervisor, Leader, Inovator, dan Motivator (EMASLIM).12

Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus mampu memahami bentuk-bentuk perilaku yang berhubungan dengan tugas dan perannya di sekolah.13 Tugas kepala sekolah sangat beragam, untuk mewujudkan sekolah yang berkualitas, kepala sekolah hendaknya dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Besarnya tanggung jawab kepala sekolah dapat dilihat melalui fungsi dan tugas sebagai kepala sekolah dalam menjalankan roda kepemimpinannya.

Menurut E. Mulyasa, E.M.A.S.L.I.M sebagai fungsi dan tugas kepala sekolah. Adapun penjelasan tentang teori tersebut adalah:

12

E. Mulyasa., Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2011), h. 97-98

13

(23)

9

Pertama, kepala sekolah sebagai pendidik (Edukator) dan pengawas (Supervisor) yang keduanya memiliki tugas yang saling berkaitan antara keduanya seperti membimbing para pendidik dan tenaga kependidikan, meningkatkan profesionalisme pendidik disekolah, menciptakan iklim sekolah yang kondusif, melaksanakan model pembelajaran yang menarik (misalnya team teaching dan moving class), hingga memberikan pengawasan dan pengendalian terhadap aktivitas pembelajaran dan kinerja pendidik dalam menjalankan tugasnya disekolah. Kedua, kepala sekolah sebagai pelaksana administrasi (Administator) sekaligus pengelola (Manager) disekolah dimana kepala sekolah dituntut untuk mampu menerapkan kurikulum dengan baik, mengelola sarana dan prasarana, hingga mampu mendayagunakan sumber daya sekolah dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Ketiga, kepala sekolah harus mampu menjadi pemimpin (Leader) dan pembaharu (Inovator) dengan menjadi pemimpin yang mampu membangun dan menjalin komunikasi yang harmonis kepada stakeholders sekolah sehingga mendapatkan ide dan gagasan baru untuk memajukan sekolah yang lebih baik. Keempat, tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai pemberi motivasi (Motivator) terutama kepada pendidik dalam menjalankan tugasnya serta dalam mengembangkan inovasi yang telah kepala sekolah berikan. Bentuk motivasi yang diberikan kepala sekolah sangat beragam, baik berupa materi maupun diklat dan pelatihan yang menunjang kinerja pendidik.14

3. Tipe dan Gaya Kepemimpinan Pendidikan

Seorang pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda dalam mengarahkan para bawahanya demi tercapainya tujuan dan sasaran organisasi. Begitu juga kepala sekolah, mereka memiliki gaya yang berbeda dengan kepala sekolah lain dalam mempengaruhi dan menggerakkan para pendidik di sekolah.

14

(24)

10

Gaya sendiri merupakan sikap dan tingkah laku. Sedangkan gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai. Dalam pengertian lain gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang sering disukai dan sering diterapkan oleh seorang pimpinan.

Menurut Lippitt & White yang dikutip Husaini Usman, tiga perilaku dan gaya kepemimpinan :

1) Kepemimpinan Otokratis yang menentukan semua keputusan mengenai kebijakannya.

2) Kepemimpinan Demokratis yang keputusannya berdasarkan hasil musyawah dan diputuskan oleh kelompok, sedangkan pemimpin mendorong.

3) Kepemimpinan Laissez Faire yaitu memberikan kebebasan sepenuhnya untuk mengambil keputusan dengan partisipasi minimal dari pemimpin.15

Selanjutkan, Ara dan Imam menjelaskan gaya kepemimpinan atau sering juga disebut dengan tipe kepemimpinan antara lain:

Pertama, tipe kepemimpinan otokratis yang memiliki sifat memerintah, menentukan sendiri kebijakannya, serta keputusannya mutlak harus dipenuhi. Tipe kepemimpinan ini selalu berperan sebagai pemain tunggal dan berambisi untuk merajai situasi. Kedua, tipe kepemimpinan demokratis yang selalu melakukan pendelegasian dalam pekerjaan dan selalu berkoordinasi sebelum menetapkan keputusan pada bawahannya. Ketiga, tipe kepemimpinan laissez faire yang cenderung membiarkan kelompoknya berbuat semau sendiri serta kurang berpartisipasi dalam pelaksanaan kebijakan. Pemimpin ini biasanya diperoleh melalui penyogokan atau sistem nepotisme. Keempat, tipe kepemimpinan karismatik yang memiliki kewibawaan yang tinggi dan dianggap mempunyai kekuatan gaib (supernatural powers) sehingga ia mempunyai pengikut dengan jumlah yang besarnya. Kelima, tipe militeristis yang ini bersifat

15

(25)

11

kemiliteran, yang banyak menggunakan sistem komando, disiplin keras, dan komunikasi lebih pada satu arah.16

Dari setiap lima gaya kepemimpinan otokratis, demokratis, laissez faire, karismatik, dan militeristis memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya. Gaya kepemimpinan yang tepat diterapkan disekolah satu belum tentu akan sesuai jika diterapkan disekolah yang lain, disesuaikan dengan situasi dan lingkungannya.

Jodeph Reitz yang dikutip Nanang Fattah, mengemukakan bahwa untuk menerapkan gaya kepemimpinan, pemimpin perlu mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain :

1) Faktor kepribadian.

Dari adanya faktor penentuan gaya kepemimpinan Jodeph Reitz diatas, maka seyogyanya kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di sekolah, mempertimbangkan terlebih dahulu empat faktor diatas agar keputusan yang diambil dapat diterima dan dijalankan dengan baik oleh para pendidik maupun seluruh stakeholders sekolah. meskipun pada dasarnya kepala sekolah berhak untuk menentukkan sendiri gaya kepemimpinannya dalam mengelola sekolah yang dipimpinnya.

4. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Pendidik. a. Pengelolaan Pendidik

Seorang pemimpin tidak dapat berdiri sendiri membangun organisasi yang ia pimpin tanpa bantuan bawahannya. Untuk itu setiap kepala sekolah mempunyai kewajiban untuk mengelola dan

16

Ara Hidayat dan Imam Machali., op. cit., h 82-85.

17

Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,

(26)

12

memberdayakan pendidik demi peningkatan mutu pendidikan serta tercapainya visi dan tujuan sekolah yang ia pimpin.

Adapun proses pengelolaan pendidik yang semestinya dilakukan oleh seorang kepala sekolah guna meningkatkan kinerja pendidik maupun tenaga kependidikan di sekolah. proses tersebut meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1) Perencanaan, yang merupakan awal dari pelaksanaan fungsi manajemen SDM. Kegiatan ini merupakan strategi penyusunan pendidik dan tenaga kependidikan guna memenuhi kebutuhan organisasi di masa yang akan datang.

2) Seleksi, ialah proses pengambilan keputusan individu untuk dipilih mengisi jabatan yang didasarkan pada penilaian terhadap seberapa besar karakter individu yang bersangkutan, sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh jabatan tertentu. 3) Pembinaan dan Pengembangan, yaitu usaha mendayagunakan,

memajukan dan meningkatkan produktivitas kerja pendidik. 4) Penilaian, merupakan usaha yang dilakukan untuk mengetahui

seberapa baik potensi, cara kerja, dan pribadi seorang pendidik dalam melaksanakan tugasnya.

5) Kompensasi, sebagai bentuk imbalan atas suatu pekerjaaan. 6) Pemberhentian, yaitu keputusan pendidik tidak dapat lagi

melaksanakan tugas pekerjaannya. Alasan yang biasanya menjadi pemberhentian pendidik antara lain: permintaan sendiri untuk berhenti, karena mencapai batas usia pensiun, adanya penyederhanaan oganisasi, melakukan penyelewengan atau tindak pidana, menderita cacat, meninggalkan tugas dalam waktu tertentu, dan dikarenakan meninggal dunia.18

Enam langkah diatas dapat dijadikan pedoman kepala sekolah guna meningkatkan kinerja pendidik maupun tenaga kependidikan di sekolah. Proses tersebut meliputi proses perencanaan SDM, seleksi penerimaan pendidik, pembinaan dan pengembangan produktifitas kerja pendidik, penilaian dan evaluasi kerja, pemberian kompensasi bagi pendidik dengan kinerja baik dan berprestasi, serta mutasi bagi pendidik yang dianggap tidak lagi melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik.

18

(27)

13

b. Peningkatan Kinerja Pendidik

Untuk mencapai produktivitas sekolah secara maksimum, kepala sekolah harus menjamin terpilihnya pendidik yang tepat dengan pekerjaannya sehingga memungkinkan pendidik untuk bekerja secara optimal. Kerja yang produktif memerlukan keterampilan kerja, sehingga dapat menghasilkan penemuan baru untuk memperbaiki cara kerja, atau mempertahankan cara kerja yang dianggap telah baik.

Menurut Sutrisno yang dikutip Husaini Usman, baik buruknya sekolah lebih banyak ditentukan oleh profesional kepala sekolah sebagai pengelolanya. Untuk itu, kepala sekolah setidaknya harus menguasai bekal antara lain :

1) Menyusun program kegiatan sekolah 2) Menetapkan prosedur mekanisme kerja

3) Melaksanakan monitoring, evaluasi, supervisi, dan membuat laporan kerja

4) Meningkatkan dan menetapkan disiplin kerja guru dan siswa.19

Peningkatan kerja pendidik dilaksanakan tidak hanya ketika terjadi penurunan kerja pendidik, melainkan menjadi kebutuhan yang harus dipertahankan terus menerus. Ada dua strategi penting yang dikemukakan oleh Bahrawi dan Arifin dalam buku Kinerja Guru Profesional yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja pendidik, yaitu pelatihan dan motivasi kerja. Strategi pertama adalah pelatihan, program ini digunakan untuk menangani rendahnya kemampuan dan keterampilan guru. Pelatihan yang efektif dan efisien ialah program pelatihan yang menyetuh tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setelah pendidik mengikuti proses pelatihan diharapkan dapat mengajarkan kepala rekan pendidik yang lain sehingga menjadi bermanfaat baik bagi dirinya maupun orang lain. Strategi kedua ialah motivasi kerja

19

(28)

14

diberikan untuk menangani rendahnya semangat dan gairah kerja. Motivasi kerja yang efektif tidak bisa terlepas dari suatu program penghargaan yang diberikan kepada guru atas hasil kerjanya. Pemberian penghargaan dapat dilakukan secara terus menerus maupun parsial. Penghargaan yang bersifat terus-menerus akan meningkatkan kinerja secara drastis. Sedangkan jika pemberian penghargaan dihilangkan akan menurunkan kinerja secara drastis pula. Maka itu penghargaan sebaiknya diberikan secara parsial.20

Selanjutnya Jamal Ma’mur mengemukakan beberapa upaya

yang harus dilakukan oleh kepala sekolah untuk mencapai prestasi kerja pendidik antara lain : aktif memberikan motivasi; mengembangkan kreativitas pendidik; memberikan penghargaan (reward) dan sanki (punnishment); mempercepat karier pendidik; meningkatkan kesejahteraan.21

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa strategi yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja serta prestasi pendidik adalah mendorong semangat bekerja pendidik dalam menjalankan tugas mendidiknya. Upaya kepala sekolah dalam mendorong semangat kerja pendidik bisa berupa perhatian maupun motivasi para pendidik untuk mengembangakan potensi dan kreativitasnya. Upaya selanjutnya dapat berupa pemberian reward bagi pendidik yang memiliki kinerja dan prestasi yang baik dan punnishment seperti teguran sampai sanksi berupa mutasi kerja bagi kinerja pendidik yang buruk. sebagai apresiasi kepala sekolah terhadap pendidik yang memiliki kinerja yang baik dapat berupa kenaikan jabatan atau karier pendidik hingga peningkatan kesejahteraan pendidik dalam bentuk materi atau fasilitas penunjang pekerjaannya.

20

Barwani dan Mohammad Arifin, op. cit., h. 80-89

21Jamal Ma’mur Asmani, op. cit.

(29)

15

B. Kinerja Pendidik

1. Definisi Pendidik

Definisi pendidik telah dijelaskan dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yaitu:

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswasta, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.22

Menurut Marimba dan Nugraha yang dikutip Ara Hidayat, berpendapat: “Pendidik adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik yang meliputi: orang dewasa, orang tua, guru, pemimpin masyarakat dan pemimpin agama.23

Maka pendidik atau yang sering juga disebut sebagai guru merupakan pendidik profesional yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar dan sebutan lain yang sesuai dengan kewajibannya yaitu mendidik dan berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.

2. Tugas Pendidik

Melihat tugas seorang pendidik (guru), maka berdasarkan Undang Undang No. 20 tahun 2003 pasal 39 tentang tugas dan fungsi pendidik dan tenaga kependidikan adalah sebagai berikut :

a. Tenaga Kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan.

b. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penilitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.24

22

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, h. 3-4 23

Ara Hidayat dan Imam Machali., op. cit., h 40

24

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, op. cit., h.

(30)

16

Menurut Bahrawi : “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi hasil pembelajaran siswa”.25

Menurut Ara dan Imam : “Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi”.26

Dari adanya Undang-undang dan definisi diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa tugas pendidik profesional adalah merencanakan dan melaksanakan secara sistematis proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, pelatihan, hingga memberikan penilaian kepada peserta didik.

3. Kinerja Pendidik

Kata kinerja merupakan terjemahan dari bahasa inggris, yaitu performace. Kata performance berasal dari to perform yang berarti menampilkan atau melaksanakan. Performance berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, atau penampilan kerja.27

Para ahli memiliki pendapat yang berbeda-beda dalam mendefinisikan kata kinerja. Hasibuan yang dikutip Budi Suhardiman dalam bukunya mengemukan bahwa kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.28

25

Barwani dan Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional,( Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media, 2012) h. 13

Budi Suhardiman, Studi Pengembangan Kepala Sekolah, (Jakarta : PT Rineka Cipta,

(31)

17

Smith yang dikutip oleh E. Mulyasa dalam buku Menjadi Kepala Sekolah Profesional mendefinisikan kinerja adalah : “... output drive from proccesses, human or otherwise”, jadi kinerja merupakan hasil

atau keluaran dari suatu proses.29

Menurut Khaerul Umam yang dikutip oleh Jamal Ma’mur Asmani, bahwa : “kinerja merupakan gabungan dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat diukur dari akibat yang dihasilkannya”.30

Berdasarkan definisi dan beberapa pendapat para ahli diatas, maka penulis sependapat dengan argumen Sulistyorini dan menyimpulkan bahwa kinerja adalah suatu prestasi kerja seseorang atau kelompok dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan target pencapaian kerja yang telah ditetapkan. Seseorang dapat dianggap memiliki kinerja yang baik jika telah memiliki hasil kerja yang sesuai dengan target pencapaiannya, efektivitas dan efisiensi, serta kepuasaan client dalam menikmati hasil kerja tersebut.

Pada dasarnya setiap orang mempunyai potensi di dalam dirinya. Tetapi pada kenyataannya, tidak semua orang dapat mengekspresikan potensi yang dimilikinya secara optimal. Kinerja seseorang dapat diketahui melalui penilaian kinerja.

Menurut Hadari Nawasi dalam buku Manajemen Strategik :

“Penilaian kerja adalah kegiatan mengukur atau menilai untuk menetapkan seorang pegawai/karyawan sukses atau gagal dalam melaksanakan pekerjaannya dengan mempergunakan standar pekerjaan sebagai tolak ukurnya”.31

29

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2011), h. 136

30Jamal Ma’mur Asmani, op.cit., h. 130 31

Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Provit Bidang Pemerintahan

(32)

18

Dan teori dasar yang digunakan sebagai landasan untuk menilai kualitas kinerja guru menurut T.R. Mitchcell dalam Direktorat Tenaga Pendidikan,32 yaitu kemudian digambarkan dalam bagan yang ada dibawah ini :

Bagan 2.1. Teori Dasar Penilaian Kualitas Kerja

Sumber : Barwani dan Arifin dalam buku Kinerja Guru Profesional, 2012.33

Dengan adanya penilaian kerja yang dilakukan secara berkala oleh pimpinan, diharapkan para karyawan dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, kemudian dapat menjadi evaluasi diri untuk perbaikan kinerja yang lebih baik di waktu yang akan datang.

Maka jika dikaitkan dengan pembahasan diatas, Kinerja pendidik atau guru dapat diartikan dengan kualitas dan prestasi kerja guru yang dapat diamati dan dinilai hasilnya dalam rangka mencapai tujuan sekolah khusunya dan tujuan pendidikan nasional umumnya.

Dengan mengacu pada pembahasan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa kinerja pendidik dapat dinilai antara lain sejauh mana kemampuan pendidik dalam menyelesaikan tugas-tugasnya disekolah yang meliputi kegiatan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi hasil kerja siswa. Selain itu juga dapat dilihat dari output sekolah itu sendiri. Apakah lulusan yang dihasilkan sekolah memiliki kemampuan, keterampilan, serta sikap untuk siap hidup di masyarakat.

32

Barwani dan Mohammad Arifin, op.cit., h. 26

33Ibid.

(33)

19

4. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pendidik

Kinerja pendidik dapat diamati dari kemampuan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang tentunya dapat mencerminkan pola kerja yang dapat meningkatkan mutu pendidikan ke arah yang lebih baik. Seseorang akan berkerja dengan profesional bila memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati dalam mengerjakan tugas tersebut. Sebaliknya, seseorang tidak akan berkerja dengan profesional bila hanya memiliki kemampuan kerja tanpa didorong kesungguhan hati dalam mengerjakannya.34

Dalam menjalankan tugasnya di sekolah, semangat kerja pendidik dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang muncul berasal dari dalam maupun luar diri mereka. Faktor yang berasal dari dalam diri seseorang disebut Faktor Internal, faktor internal pendidik seperti kemampuan, keterampilan, kepribadian dan dorongan seseorang untuk menjadi pendidik. Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri seseorang dikenal dengan istilah Faktor Eksternal. Contoh faktor ekternal pendidik seperti pendapatan/gaji yang tinggi, sarana dan prasarana sekolah, lingkungan kerja fisik sekolah seperti keamanan dan kebersihan, dan terakhir adalah kepemimpinan kepala sekolah. Kedua faktor diatas sama-sama membawa dampak terhadap kinerja pendidik dalam menjalankan kewajibannya.35 Faktor eksternal pendidik seperti dalam bagan 2.2. di bawah ini:

34

Ondi Saondi dan Aris, Etika Profesi Keguruan, (Bandung: PT Revika Aditama, 2012), hlm. 59

35

(34)

20 Kinerja

Pendidik

Bagan 2.2.

Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Sumber : Barwani dan Arifin dalam buku Kinerja Guru Profesional, 201236

1. Lemahnya kemampuan kepala sekolah dalam mengambil keputusan. 2. Kurang optimalnya strategi kepala sekolah dalam meningkatkan

kinerja pendidik

3. Rendahnya motivasi kerja pendidik. 4. Rendahnya kinerja pendidik.

3. Pemberian penghargaan (reward) dan sanksi (punnishment)

4. Sarana dan Prasarana 5. Program pembinaan karir

6. Program peningkatan kompensasi

HASIL (4)

(35)

21

(36)

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN.

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat penelitian dimulai dari bulan September – Desember 2013. Adapun lokasi penelitiannya berada di SMK Bina Informatika Bintaro, jalan Cendrawasih Raya No. 9A (belakang Bintaro Trade Center) Bintaro, Tangerang Selatan, Propinsi Banten.

Tabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Tahun 2013

Tahun 2014

Feb Sept Okt Nov Des Jan

1 Pengesahan proposal skripsi

2 Bimbingan dengan dosen

pembimbing

3 Observasi ke SMK Bina

Informatika

4 Pengumpulan data

5 Analisis data

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi, kemudian dilakukan proses analisis sehingga diperoleh kesimpulan.

(37)

23

serta dengan Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu mendapatkan data dengan pengamatan langsung ke lapangan mengamati gejala yang terjadi.37

C. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari stakeholders SMK Bina Informatika Bintaro yang merupakan pihak-pihak yang terkait didalamnya, antara lain:

1. Ketua Yayasan Bina Nusantara. 2. Kepala Sekolah

3. Pendidik (guru), sebanyak 11 orang yang terbagi kepada 7 rumpun : Guru Matematika (2 orang), Guru Pendidikan Kewarganegaraan (2orang), Guru Bahasa (2 orang), Guru Produktif Komputer (2 orang), dan Guru Agama (1 orang), Guru Kewirausahaan (1 orang), dan Guru BK (1 orang).

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memudahkan penulis dalam mendapatkan data-data yang diperlukan, penulis menggunakan teknik pengumpulandata sebagai berikut :

1. Wawancara, teknik ini digunakan untuk menggali data tentang peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja pendidik. 2. Observasi, teknik pengamatan ini digunakan untuk melihat langsung

gaya kepemimpinan kepala sekolah, mekanisme pengambilan keputusan, dan implementasi program sekolah di SMK Bina Informatika Bintaro.

3. Dokumentasi, teknik ini digunakan untuk memperoleh teori dan konsep tentang tugas, fungsi, dan tanggung jawab kepala sekolah.

37

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Ramaja Rosdakarya,

(38)

24

E. Teknik Analisis Data

Setelah data-data yang diperlukan diperoleh, penulis melakukan analisis data dengan menggunakanlangkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction). Mereduksi data dengan memfokuskan pada hal yang penting, dan membuat kategori berdasarkan macam atau jenisnya dan membuang data yang tidak diperlukan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data.

2. Pengajian Data (Data Display). Setelah mereduksi data, langkah selanjutnya yaitu mendisplay data. Dalam langkah ini dilakukan penyajian dengan memisahkan pola yang berbeda sesuai jenis dan macamnya sehingga strukturnya mudah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verivikasi (Conclusion Drawing and Verivication). Langah ketiga dalam analisis kualitatif ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat. Tetapi jika didukung dengan bukti yang valid, maka menjadi kesimpulan yang kredibel.38

38

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta,

(39)

25

F. Kisi-kisi Instrumen Wawancara

Untuk mendapatkan data-data primer, maka diperlukan pembuatan kisi-kisi instrument yang terkait dengan “Strategi Kepala Sekolah dalam

Meningkatkan Kinerja Pendidik di SMK Bina Informatika Bintaro”. Adapun

kisi-kisi instrumen sebagai berikut: Tabel 3.2

Instrumen Wawancara

No Variabel Aspek Variabel

1 Strategi Kepala Sekolah

a. Tugas kepala sekolah

b. Gaya kepemimpinan kepala sekolah c. Strategi pengelolaan pendidik

d. Strategi peningkatan kinerja pendidik

2 Kinerja Pendidik

a. Tugas pendidik

(40)

26

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMK Bina Informatika

SMK Bina Informatika Bintaro merupakan satuan pendidikan yang berada di jalan Cendrawasih Raya No. 9A RT 01/08 Ciputat Tangerang Selatan Provinsi Banten.

Sekolah kejuruan di bidang teknologi, informasi, dan seni ini berdiri pada tahun 2007 dan memiliki empat program keahlian sekaligus, yaitu Animasi, Multimedia, Rekayasa Perangkat Lunak, dan Teknik Komputer Jaringan. Melalui empat program keahlian sekaligus inilah sekolah ini

mengangkat slogan “The Pioner of IT School”.Setelah enam tahun berdiri dan dipimpin oleh Drs. Suherman AG, MM. maka pada tahun pembelajaran 2013-2014 ini, SMK Bina Informatika Bintaro berhasil membuka satu program keahlian baru yaitu Teknik Produksi dan Penyiaran Program Televisi atau disebut program keahlian Broadcast.

1. Profil Sekolah

Nama Sekolah : SMK BINA INFORMATIKA

Status : Swasta

Alamat : Jl. Cendrawasih Raya No.9A RT 01 RW 08 Desa Sawah Baru

Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Kode Pos 15413

Telepon : (021) 7453048 Fax : (021) 7453049 Website : www.smkbinainformatika-tng.sch.id

(41)

27

2. Visi dan Misi

Visi : Mencetak generasi berkarakter yang profesional di bidang teknologi informasi dan komunikasi berstandar nasional dan internasional pada tahun 2016.

Misi :

1) Menanamkan siswa agar berakhlak dan berbudi pekerti yang luhur, 2) Membimbing generasi yang mampu menguasai ilmu pengetahuan

dan teknologi dalam memenuhi pasar global,

3) Meningkatkan kualitas pendidikan dan kuantitas lulusan yang relevan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri.

3. Data Penjurusan SMK Bina Informatika

SMK Bina Informatika memiliki 5 program keahlian yang diantaranya animasi yang terakreditasi A pada tahun 2009, multimedia yang terakreditasi A pada tahun 2011, teknik komputer jaringan yang terakreditasi B pada tahun 2011, rekayasa perangkat lunak yang terakreditasi B pada tahun 2011, dan broadcast yang belum terakreditasi karena baru dibuka pada tahun pembelajaran ini.

Tabel 4.1

Data Penjurusan SMK Bina Informatika

PROGRAM KEAHLIAN AKREDITASI TAHUN

ANIMASI A 2009

MULTIMEDIA A 2011

TEKNIK KOMPUTER JARINGAN B 2011

REKAYASA PERANGKAT LUNAK B 2011

BROADCAST BLM -

(42)

28

4. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMK Bina Informatika

SMK Bina Informatika dikepalai oleh Drs. Suherman AG, MM. dan memiliki jumlah pendidik seluruhnya sebanyak 37 orang. Pendidik di SMK Bina Informatika memiliki latar belakang pendidikan minimal sarjana (S1), bahkan terdapat 4 pendidik yang telah menyelesaikan studi magister (S2). Adapun tenaga kependidikan di SMK Bina Informatika seluruhnya berjumlah 15 orang yang terdiri dari 7 orang ketatausahaan, 3 orang keamanan sekolah, 1 orang supir sekolah, dan 4 orang lainnya di bagian kebersihan sekolah. Untuk mengetahui data pendidik dan tenaga kependidikan selengkapnya dapat dilihat di data pokok SMK Bina Informatika tahun 2013-2014 pada halaman lampiran. SMK Bina Informatika memiliki guru yang latar belakang pendidikannya sesuai dengan tugas mengajarnya, terutama bagi pendidik yang mengajar pada program kejuruan. Mayoritas pendidik yang mengajar program kejuruan di SMK Bina Informatika telah memiliki pengalaman bekerja di perusahan IT, bahkan SMK Bina Informatika memiliki 2 pendidik yang juga masih aktif bekerja di perusahan pertelevisian swasta di Jakarta, diharapkan selain mengajar mereka akan berbagi pengalaman kepada peserta didik mengenai dunia pertelevisian.

5. Data Peserta Didik SMK Bina Informatika

(43)

29

Berdasarkan ekonomi keluarga, peserta didik di tingkat 1 berjumlah 8 orang yang berasal dari keluarga pra-sejahtera (miskin) dan 143 peserta didik berasal dari keluarga menengah dan sejahtera. Pada tingkat 2 sejumlah 13 peserta didik berasal dari keluarga pra-sejahtera (miskin) dan 151 peserta didik berasal dari keluarga menengah dan sejahtera. Dan pada tingkat 3 sejumlah 17 peserta didik berasal dari keluarga pra-sejahtera (miskin) dan 153 peserta didik berasal dari keluarga menengah dan sejahtera.

Pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun pembelajaran 2013-2014 lalu, 136 peserta didik berasal dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), 13 peserta didik berasal dari Madrasah Tsanawiyah, dan 2 peserta didik berasal dari paket B. Untuk mengetahui data peserta didik selengkapnya dapat dilihat di data pokok SMK Bina Informatika tahun 2013-2014 pada halaman lampiran.

Tabel 4.2

Daftar Peserta Didik Berdasarkan Kompetensi Keahlian

Kompetensi Keahlian

(44)

30

6. Data Sarana dan Prasarana SMK Bina Informatika

SMK Bina Informatika memiliki total lahan seluas 2900 m2 yang terdiri dari 1800 m2 lahan bangunan dan 200 m2 lahan taman milik Yayasan Bakti Nusantara, sedangkan 900 m2 merupakan lahan olah raga yang merupakan lahan sewa masyarakat sekitar.

Ruang kegiatan belajar peserta didik terdiri dari 11 ruang kelas, 4 laboratorium komputer, 1 laboratorium bahasa, serta 1 laboratorium teknik. Dan memiliki 12 ruang penunjang seperti ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, hingga ruang penjagaan satpam sekolah.

(45)

31

9. Ruang Kantin Sekolah 1 60

10. Toilet 11 6

11. Ruang Gudang 1 100

12. Ruang Penjaga Sekolah 1 4

Sumber : Data Pokok SMK Bina Informatika Tahun Pembelajaran 2013-2014

Tabel 4.4

Daftar Infrastruktur Sekolah

Sumber Listrik Daya Listrik Voltase Phase Biaya/Bulan

PLN 43.600 Watt 220 volt 2

Phase ± Rp

12.000.000,-Akses Internet Provider Bandwidth (Mbps) Biaya/Bulan

Wireless RT/RW

Net

1 Mbps ( Lokal )

256 Mbps ( Internasional )

Rp. 650.000,-

Sumber Air Bersih Ketersediaan Biaya/Bulan

Sumur Bor Memadai --

Sumber : Data Pokok SMK Bina Informatika Tahun Pembelajaran 2013-2014

7. Prestasi SMK Bina Informatika

(46)

32

pada tahun 2013 lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menunjuk 10 SMK animasi terbaik se-Indonesia, termasuk SMK Bina Informatika untuk berangkat ke Jogyakarta dalam rangka pembuatan film animasi 3D “Adi Bisa”. Setelah melalui proses pembuatan selama 1 tahun, akhirnya film animasi 3D buatan anak-anak bangsa ini telah tayang serentak di seluruh bioskop se-Indonesia mulai tanggal 25 Oktober 2013 lalu.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Tugas Kepala SMK Bina Informatika

Kepala sekolah sebagai seseorang yang ditugaskan untuk pemimpin dan menjalankan proses pendidikan di sekolah, tugas kepala sekolah sangat beragam. Untuk mewujudkan sekolah yang berkualitas, kepala sekolah hendaknya dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Besarnya tanggung jawab kepala sekolah dapat dilihat melalui fungsi dan tugas sebagai kepala sekolah dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak Suherman bahwa :

...Ada tujuh tugas dan fungsi utama kepala sekolah yaitu pemimpin, manajer, pendidik, administator, intrepreneurship, pencipta iklim kerja,

dan sebagai penyelia. kepala sekolah SMK swasta harus punya jiwa

wirausaha agar dapat maju dan mandiri ”.39

Lebih jauh Bapak Suherman menjelaskan bahwa terdapat tujuh tugas dan fungsi kepala sekolah yaitu sebagai pemimpin, sebagai manajer, sebagai pendidik, sebagai administator, sebagai entrepreneurship, sebagai pencipta iklim kerja, dan sebagai penyelia.

Pendapat kepala SMK Bina Informatika diatas, sedikit berbeda

dengan teori yang dikemukakan E. Mulyasa dalam buku “Menjadi Kepala Sekolah Profesional” yang mengatakan bahwa tugas dan fungsi kepala

sekolah sebagai pendidik, sebagai manajer, sebagai administator, sebagai

39

(47)

33

pengawas, sebagai pemimpin, sebagai pencipta inovasi, dan kepala sekolah sebagai pemberi motivasi. Perbedaan keduanya terdapat pada tugas pemimpin sebagai entrepreneurship dan pemberi motivasi.40

Menurut bapak Suherman, sekolah swasta yang berorientasi pada kejuruan dan keahlian, kepala sekolah sangat di tuntut untuk memiliki jiwa wirausaha sehingga dapat membangun sekolah yang maju dan mandiri tanpa harus selalu bergantung sepenuhnya pada donatur maupun orang tua peserta didik, jiwa wirausaha kepala sekolah sangat penting bagi sekolah pada umumnya, karena nantinya kepala sekolah dituntut memiliki strategi dalam mempromosikan sekolah bagi masyarakat.41

Sebagai aplikasi dari jiwa wirausaha Drs. Suherman AG, MM. sebagai kepala sekolah, pada tahun 2013 ini, SMK Bina Informatika telah memiliki stasiun televisi lokal yang dinamakan dengan Bina Informatika Channel atau BI Channel yang siarannya menayangkan berbagai kegiatan maupun agenda sekolah, tidak hanya itu, BI Channel juga menayangkan hasil karya peserta didik dari hasil tugas harian maupun hasil karya peserta didik yang telah diikutinya pada setiap perlombaan baik tingkat kota, propinsi, maupun tingkat nasional. Selain sebagai bentuk apresiasi dari hasil karya siswa, BI Channel dibuat juga sebagai bentuk promosi sekolah bagi masyarakat yang ada di sekitar Bintaro maupun Tangerang Selatan.

Mengenai stasiun Televisi BI Channel ini, Bapak Suherman mengatakan bahwa :

“...stasiun TV BI Channel ini sebagai wadah apresiasi hasil karya peserta didik, juga diharapkan dapat menjadi lahan promosi sekolah

sehingga menjadi sumber dana bagi sekolah melalui periklanan maupun

penyiaran”.42

Dengan adanya stasiun televisi sekolah BI Channel, maka kepala sekolah mengharapkan adanya pihak swasta, pemerintah maupun dunia industri yang kemudian ingin bekerja sama melalui periklanan maupun

40

E. Mulyasa, op. cit., h. 97-98

41

Hasil wawancara pribadi bersama Bapak Suherman pada hari Jum’at, 03 Januari 2014

42

(48)

34

penyiaran sehingga dapat menjadi sumber dana bagi SMK Bina Informatika agar dapat menjadi lebih mandiri dalam memajukan sekolah yang lebih baik.

Langkah usaha kepala sekolah ini pun akhirnya menuai respon yang positif dari berbagai pihak, baik dari dinas pendidikan kota hingga Gubernur Propinsi Banten Hj. Ratu Atut Chasyiah yang kala itu beliau juga ikut membawakan acara (host) di stand pameran SMK Bina Informatika pada acara Banten Expo yang diadakan di alun-alun Kota Serang Banten pada tahun 2013 lalu.

2. Gaya Kepemimpinan Kepala SMK Bina Informatika

Setiap kepala sekolah pastinya memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda dengan lainnya dalam meningkatkan kinerja pendidik dan iklim kerja yang kondusif. Begitu halnya Drs. Suherman AG, MM. yang selalu berusaha untuk menerapkan komunikasi dua arah dan gaya kepemimpinan yang demokratis dalam memimpin SMK Bina Informatika Bintaro. Meskipun terdapat beberapa hal yang kiranya mutlak untuk diputuskan sendiri oleh kepala sekolah, namun beliau berusaha selalu melibatkan wakil-wakilnya sebelum pegambilan keputusan.

Terkait dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah, Bapak Suherman selaku Kepala SMK Bina Informatika mengatakan bahwa :

“ Demokratis, ada kalanya saya memutuskan sendiri kebijakan sekolah tetapi sebisa mungkin saya melibatkan wakil kepala sekolah

maupun guru yang terkait dalam keputusan dan kebijakan yang akan saya

ambil, semua itu dilakukan agar semua ikut melaksanakan dan

bertanggung jawab.”43

Gaya kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis itu pun disepakati oleh salah satu wakilnya di sekolah yaitu Bapak Idris Faisal, S.Pd.I. M.Pd selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang juga

43

(49)

35

guru mata pelajaran pendidikan agama islam di kelas XI dan XII, yang berpendapat bahwa :

Beliau (Bapak Suherman) demokratis, kami selalu diajak koordinasi bersama guru-guru yang berkepentingan, bahkan sering

diadakan rapat yang melibatkan para dewan guru.44

Senada dengan pendapat Bapak Ade Putra Ariyana, S.Pd. selaku pembina OSIS yang juga guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKN) tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis. Beliau mengatakan :

... Kepemimpinan kepala SMK disini demokratis.”45

Meskipun mayoritas pendidik mengatakan demokratis, namun beberapa pendidik mempunyai argumen sama namun sedikit berbeda mengenai gaya kepemimpinan kepala sekolah, diantaranya Ibu Meta Mustika Sari, S.Pd, kepala program Multimedia yang juga telah empat tahun menjadi guru Matematika, mengatakan bahwa :

“...Kepala sekolah demokratis, karena selalu menerima saran dan kritik para pendidik, tetapi beliau juga karismatik”.46

Pendapat Ibu Cahyani Andayani, S.Pd. yang sudah tiga tahun menjadi guru mata pelajaran Bahasa Inggris di SMK Bina Informatika yang mengatakan bahwa :

“...Penggabungan otokratis dan demokratis, ada beberapa hal yang mutlak di putuskan oleh pemimpin tetapi ada beberapa hal yang dapat

diputuskan bersama.”47

Gaya kepemimpinan demokratis kepala SMK Bina Informatika diterapkan dalam mekanisme pengambilan keputusan yang dilakukan kepala sekolah yang terkait dengan proses pelaksanaan kebijakan sekolah yang biasa dilakukan di SMK Bina Informatika, antara lain :

44

Hasil wawancara bersama Bapak Idris Faisal pada hari Senin, 23 Desember 2013 45

Hasil wawancara bersama Bapak Ade Putra A. pada hari Rabu, 04 Desember 2013 46

Hasil wawancara bersama Ibu Meta Mustika Sari pada hari Kamis, 19 Desember 2013 47

(50)

36

a. Pihak manajemen sekolah membuat rumusan masalah yang diadopsi dari aturan yang ditetapkan oleh Yayasan Bakti Nusantara, Standar Nasional Pendidikan (SNP), maupun peraturan pemerintah yang terkait kebijakan tersebut,

b. Menyusun perencanaan dengan melibatkan wakil kepala sekolah dan guru-guru terkait dalam bentuk rapat koordinasi, setelah perencanaan disepakati maka kepala sekolah yang memutuskan,

c. Setelah diputuskan, manajemen sekolah mengadakan rapat sosialisasi dan dialog program kepada seluruh pendidik dan tenaga kependidikan,

d. Setelah dilaksanakannya sosialisasi program dan dipahami, pendidik dituntut untuk menjalankan program tersebut,

e. Kepala sekolah bersama manajemen sekolah mengawasi jalannya program dan mengevaluasi hasil kerja pendidik.48

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan para pendidik di SMK Bina Informatika, maka dapat disimpulkan bahwa Kepala SMK Bina Informatika menerapkan gaya kepemimpinan yang demokratis, hal itu juga diperkuat dengan pernyataan wakil kepala sekolah dan para pendidik yang sebagian besar mengatakan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah demokratis, tidak jarang para pendidik diikutsertakan dalam rapat koordinasi bersama wakil dan kepala sekolah.

3. Strategi Pengelolaan Pendidik di SMK Bina Informatika

Keberhasilan pendidikan disekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola dan memberdayakan seluruh waga sekolah, termasuk peningkatan kinerja pendidik. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin sangat dituntut untuk memiliki strategi yang baik dalam mengelola pendidik mulai dari proses perencanaan hingga evaluasi kerja bagi kinerja pendidik.

Dalam hal ini, kepala sekolah SMK Bina Informatika Drs. Suherman AG, MM memiliki langkah-langkah pengelolaan pendidik yang diterapkan dan dilaksanakan di sekolah yang dipimpinnya, meliputi :

48

(51)

37

a. Tahap Perencanaan

1) Menetapkan program-program sekolah 2) Merumuskan kebijakan-kebijakan sekolah 3) Menyusun program kerja sekolah

4) Merumuskan langah-langkah pelaksanaan program b. Tahap Pengorganisasian

1) Menetapkan pendidik sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

2) Mengatur penggunaan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, pendidik, dan personil lainnya sehingga terjalin kerjasama yang baik

3) Memberikan solusi terhadap berbagai masalah yang dihadapi pendidik dan personil sekolah lainnya

4) Mengatur kerjasama dengan pihak atau instansi lainnya untuk menyukseskan program-program sekolah

c. Tahan Penggerakan

1) Memotivasi pendidik sehingga pendidik merasa mampu dan yakin untuk melaksanakan program-program sekolah

2) Memimpin dan mengarahkan pendidik dengan baik

3) Mendorong para pendidik untuk mengembangkan profesionalisme sesuai dengan bidangnya

4) Mendorong guru bekerja dengan tujuan mencapai prestasi kerja

d. Tahap Pengendalian

1) Mengevaluasi pelaksanaan program-program sekolah seperti yang telah ditetapkan dalam tahap perencanaan

2) Mengevaluasi kinerja pendidik dan personil lainnya

3) Memberikan penguatan terhadap keberhasilan yang telah dicapai oleh pendidik

4) Memperbaiki kesalahan/kelemahan yang telah dibuat oleh pendidik maupun personil lainnya.49

Jika dilihat dari pernyataan diatas, strategi kepala sekolah dalam mengelola para pendidik di SMK Bina Informatika meliputi empat tahap, tahap pertama diawali dengan tahap perencanaan yang meliputi penyusunan program dan kebijakan-kebijakan sekolah, penetapan program serta merumuskan langkah pelaksanaannya. Tahap kedua merupakan tahap pengorganisasian para pendidik maupun para personi sekolah lainnya, pengaturan penggunaan sarana dan prasarana kebutuhan pembelajaran, serta pengaturan kerjasama SMK Bina Informatika sengan pihak dan

49

Gambar

Gambaran Umum SMK Bina Informatika  ............................................................
Tabel 4.1   Data Penjurusan SMK Bina Informatika  ........................................................
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 3.2 Instrumen Wawancara
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pemakaian warna kuning digunakan agar media dapat memeberikan kesan ceria terhadap pembaca, karena pada media buku untuk anak lebih baik jika memberikan

salah satu penduduk trangsan bernama Wiro sering di depan rumah Tionghoa tersebut merasa tertarik dan pada akhirnya bekerja pada orang tersebut sebagai pengrajin

Selan'utna mengalami (enairan, 0luktuati0, lalu (eah #terbuka ke (ermukaan kulit%, membentuk ulkus berbentuk linear atau ser(igin$sa, )asar ang bergranulasi )an ti)ak

Tulisan ini diilhami oleh dasar pemikiran dengan melihat hasil yang telah saya lakukan tentang analisis faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja dosen dalam melaksanakan Tri

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, setelah ikan asap disimpan 2 (dua) sampai 3 (tiga) bulan dengan perlakuan cara pengasapan yang dilakukan seperti pengasapan

Penggunaan alat tangkap yang sudah ada seperti pancing dapat meningkatkan pemanfaatan sumberdaya belut namun harus memperhatikan kontruksi pancing tersebut sehingga

Inilah yang kemudian dikhawatirkan oleh golongan sayap kanan terkait identitas yang mereka miliki sebagai warga negara Jerman, karena dengan kedatangan para

Penelitian ini berguna bagi para siswa dan guru karena membantu guru untuk mengetahui permasalahan siswa dalam menulis paragraf.Disarankan bahwa siswa kelas satu