• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan Haemodialisa Peserta Askes Sosial di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan Haemodialisa Peserta Askes Sosial di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN HAEMODIALISA PESERTA ASKES SOSIAL DI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2012

TESIS

Oleh

MARIAMAH 087013016/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN HAEMODIALISA PESERTA ASKES SOSIAL DI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2012

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MARIAMAH 087013016/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN HAEMODIALISA PESERTA ASKES SOSIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2012

Nama Mahasiswa : Mariamah

Nomor Induk Mahasiswa : 087013016

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

(Dr. Dra. Sitti Raha Agoes Salim, S.E, M.Sc)

Anggota

(Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes)

Dekan

( Dr. Drs. Surya Utama, M.S )

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 27 Agustus 2012

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Dr. Dra. Sitti Raha Agoes Salim, S.E, M.Sc Anggota : 1. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes

2. dr. Heldy BZ, M.P.H

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN HAEMODIALISA PESERTA ASKES SOSIAL DI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2012

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2012

Mariamah

(6)

ABSTRAK

Pembangunan kesehatan tidak hanya difokuskan pada segi kuantitas saja, namun segi kualitas juga harus ditingkatkan, terutama kualitas pelayanan kesehatan. Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang harus memenuhi kedua hal tersebut. Salah satu pelayanan yang ada di rumah sakit adalah haemodialisa. Pelayanan ini masih terbatas hanya di beberapa rumah sakit saja di Sumatera Utara. Walaupun masih jarang, namun kualitas pelayanannya juga harus diperhatikan. Karena jika pelayanannya tidak baik, maka kepuasan pasien haemodialisa tidak akan tercapai.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan Haemodialisa Peserta Askes Sosial di RSUD Dr.Pirngadi Medan. Jenis Penelitian bersifat analitik dengan pendekatan tipe explanatory research. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menggunakan layanan hemodialisa di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada bulan Juni 2012 sampai Juli 2012 dan keseluruhannya dijadikan sampel penelitian. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dan dianalisis dengan regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara daya tanggap (responsiveness) (variabel dominan), jaminan (assurance) dan bukti langsung (tangibles) terhadap kepuasan pasien Rawat Jalan Haemodialisa Peserta Askes Sosial di RSUD Dr.Pirngadi Medan.

Diperlukan memaksimalkan kualitas pelayanan Unit Hemodialisa, terutama daya tanggap petugas hemodialisa (dokter dan petugas lainnya) untuk lebih meningkatkan kepuasan pasien hemodialisa. Pihak RSUD Dr.Pirngadi Medan agar memberikan pembinaan dan pelatihan secara berkala kepada tenaga kesehatan di unit hemodialisa untuk lebih meningkatkan kinerja yang maksimal. Selain itu pihak rumah sakit agar menata kembali ruang pelayanan hemodialisa. Hal ini dikarenakan masih dinilai belum baiknya kualitas pelayanan bukti fisik unit hemodialisa di rumah sakit oleh pasien hemodialisa. Selain itu untuk perawatan mesin hemodialisa sebaiknya service dilakukan secara berkala dalam range waktu yang tidak terlalu lama, misalnya sebulan sekali dan kontinuitas sarana air bersih untuk proses dialisis perlu ditingkatkan.

Kata Kunci : Kualitas Pelayanan, Kepuasan Pasien, Hemodialisa

(7)

ABSTRACT

Health development is not only focused on quantity, but also in terms of quality must be improved, especially the quality of health care. The hospital is a health care facility must meet both of these. One of the existing services at the hospital is Haemodialisa. These services are limited in several hospitals in Metro Manila alone. Although still rare, but the quality of service should also be considered. Because if the service is not good, then Haemodialisa patient satisfaction will not be achieved.

The purpose of this study to analyze the influence of quality of service to Patient Satisfaction Haemodialisa Participants in Social Askes Dr.Pirngadi Hospital Medan. This type of research is analytic with explanatory type of research approach. The population in this study were all patients using hemodialysis services in hospitals Dr. Pirngadi Medan in June 2012 to July 2012 and made the whole sample. Data obtained through interviews using questionnaires, and analyzed by multiple linear regression.

The results showed that there were significant effects of responsiveness (responsiveness) (dominant variables), assurance (assurance) and direct evidence (tangibles) Outpatient patient satisfaction Haemodialisa Participants in Social Askes Dr.Pirngadi Hospital Medan.

Required to maximize the quality of care haemodialysis unit, especially responsiveness hemodialysis officers (doctors and other staff) to further enhance the hemodialysis patient satisfaction. Dr.Pirngadi Hospital Medan to provide guidance and training on a regular basis to health workers in hemodialysis units to further improve the performance of the maximum. In addition to the hospital in order to restructure the hemodialysis service space. This is because it still considered not worth the physical evidence of the quality of care in a hospital hemodialysis unit by hemodialysis patients. In addition to hemodialysis machine maintenance service should be performed regularly in the range of time not too long, for example once a month and continuity of water supply to the process of dialysis should be increased.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahuwata`ala, karena

atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

tesis ini dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan Haemodialisa Peserta Askes Sosial di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan

pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi

Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terlaksana dengan baik

tanpa bantuan, dukungan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena

itu pada kesempatan yang baik ini izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima

kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu. DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

(9)

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan masukan dan saran dalam penulisan tesis ini.

5. Dr. Dra. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

penuh perhatian, kesabaran, ketelitian dalam memberikan bimbingan dan arahan

serta meluangkan waktu sejak penyusunan proposal hingga selesai tesis ini.

6. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

penuh perhatian, kesabaran, ketelitian dalam memberikan bimbingan dan arahan

serta meluangkan waktu sejak penyusunan proposal hingga selesai tesis ini.

7. dr. Heldy, BZ, M.P.H selaku Ketua Komisi Penguji yang telah memberikan

masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

8. dr. Alwinsyah Abidin, Sp.PD selaku Anggota Komisi Penguji yang telah

memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

9. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat

berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

10. Direktur Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan izin

untuk melakukan penelitian dan seluruh staf rumah sakit yang telah membantu

(10)

11. Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Ayahanda H. Jauhari Nurdin

dan Ibunda Hj. Fatimah atas segala jasanya sehingga penulis selalu mendapat

pendidikan terbaik.

12. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada suami Ir. Husni Sulaiman

Nasution, S.Sos dan anak-anakku tersayang Rachmad Syawal Nasution dan

Annisya Azzahra Nasution yang dengan sangat memberikan motivasi dan

dukungan kepada penulis agar bisa menyelesaikan pendidikan ini.

13. Ucapan terima kasih kepada PT. Askes (Persero) yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi S2 di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Hanya Allah SWT yang senantiasa dapat memberikan balasan atas kebaikan

yang telah diperbuat. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak

kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Oktober 2012 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Mariamah, lahir pada tanggal 04 April 1966 di Medan, anak

tujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan Ayahanda H. Jauhari Nurdin dan Ibunda

Hj. Fatimah. Menikah dengan Ir. Husni Sulaiman Nasution, S.Sos dan telah memiliki

putra dan putri yaitu Rachmad Syawal Nasution dan Annisya Azzahra Nasution.

Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar di SDN 96 Medan,

selesai Tahun 1979. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 4 Medan,

selesai Tahun 1982. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 6 Medan, selesai Tahun

1985. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, selesai Tahun1993.

Tahun 1993 sampai tahun 1996 penulis bekerja sebagai Dokter PTT di RSU

Zainoel Abidin Banda Aceh, tahun 1996 sampai tahun 2000 sebagai Kepala Seksi

Pelayanan dan Pemasaran PT. Askes (Persero) Kantor Cabang Tanjung Balai, tahun

2000 sampai dengan tahun 2003 sebagai Kepala Seksi Pelayanan PT. Askes (Persero)

Kantor Cabang Medan, tahun 2003 sampai dengan tahun 2004 sebagai Kepala

PT.Askes (Persero) Kantor Cabang Kabanjahe, tahun 2005 sampai dengan tahun

2006 sebagai Kepala PT Askes (Persero) Kantor Cabang Pematang Siantar, tahun

2006 sampai dengan tahun 2011 sebagai Kepala Bidang Operasional PT Askes

(Persero) Kantor Regional I, 01 Januari 2012 sampai dengan 30 Juni 2012 sebagai

Kepala PT Askes (Persero) Kantor Cabang Sibolga, 01 Juli 2012 samapai dengan saat

(12)

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2008 dan menyelesaikan pendidikan tahun

(13)

DAFTAR ISI

2.1.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Harapan/ Ekspektasi Pelanggan/Pasien ... 16

2.1.3. Dimensi Kualitas Pelayanan ... 17

2.2. Kepuasan Pasien ... 25

2.3. Manajemen Kualitas Pelayanan ... 30

2.4. Konsep Pengembangan Kualitas Pelayanan ... 35

2.5. Haemodialisa ... 37

(14)

3.4.1. Jenis Data ... 55

3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 56

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional ... 57

3.6. Aspek Pengukuran ... 61

3.7. Metode Analisis Data ... 62

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 64

4.1. Gambaran Umum RSU Pirngadi Medan ... 64

4.1.1. Sejarah Singkat ... 64

4.2. Karakteristik Responden ... 65

4.3. Analisis Univariat ... 67

4.3.1. Gambaran Persepsi Responden tentang Kualitas Pelayanan Hemodialisa di RSUD Dr. Pirngadi Medan 67 4.3.2. Distribusi Kepuasan Pasien Hemodialisa ... 71

4.4. Analisis Bivariat ... 76

4.5. Analisis Multivariat ... 77

BAB 5. PEMBAHASAN ... 81

5.1. Kualitas Pelayanan ... 81

5.2. Kepuasan Pasien ... 85

5.3. Pengaruh Kualitas Pelayanan dengan Kepuasan Pasien ... 90

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

6.1. Kesimpulan ... 93

6.2. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1. Perbandingan Standar Pernefri dan Kenyataan Lapangan

Layanan Hemodialisa ... 8

3.1. Indikator Variabel Penelitian ... 58

3.2. Nama Variabel, Cara dan Alat Ukur, Kriteria Penilaian

Indikator, dan Kategori Variabel ... 61

4.1. Karakteristik Rawat Jalan Haemodialisa Peserta Askes Sosial

di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012 ... 65

4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi tentang Kualitas Pelayanan di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2012 ... 68

4.3. Distribusi Frekuensi Kualitas Pelayanan di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2012 ... 70

4.4. Distribusi Frekuensi Kualitas Pelayanan Unit Hemodialisa di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012 ... 71

4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi tentang Kepuasan Pasien Hemodialisa di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2012 ... 72

4.6. Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien Rawat Jalan Haemodialisa Peserta Askes Sosial di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2012 ... 75

4.7. Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien Rawat Jalan Haemodialisa Peserta Askes Sosial di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2012 ... 76

4.8. Korelasi Kualitas Pelayanan dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan Haemodialisa Peserta Askes Sosial di RSUD Dr.

(16)

4.9 Koefisien Korelasi dan Determinasi Model Analisis

Multivariat dengan Uji Regresi Linear ... 78

4.10. Taraf Signifikansi atau Kelinearan dari Model Analisis

Multivariat dengan Uji Regresi Linear ... 79

4.11. Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan Haemodialisa Peserta Askes Sosial di RSUD Dr.

(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. GAP 5 : Kesenjangan diantara Ekspektasi Pelanggan dengan

Persepsi Pelanggan atas Pelayanan Provider ... 32

2.2. GAP 1 : Kesenjangan antara Harapan / Ekspektasi Pelanggan dengan Persepsi Pihak Manajemen terhadap

Harapan-Harapan ... 33

2.3. GAP 2 : Kesenjangan antara Spesifikasi Kualitas Pelayanan dengan Persepsi Manajemen terhadap Ekspektasi / Harapan

Pelanggan ... 33

2.4. GAP 3 : Kesenjangan antara Pemberian Pelayanan (Delivery Service) Oleh Provider dengan Spesifikasi Kualitas

Pelayanan (Service Quality Specification) ... 34

2.5. GAP 4 : Kesenjangan antara Pemberian Pelayanan (Service Delivery) dengan Komunikasi Keluar (External Comunicatio)

Kepada Pelanggan ... 34

2.6. Gabungan GAP5, GAP1, GAP3, GAP2 dan GAP4. Menunjukkan Hubungan yang Saling Terkait dalam Rangka

Meningkatkan Kualitas Pelayanan ... 36

(18)

ABSTRAK

Pembangunan kesehatan tidak hanya difokuskan pada segi kuantitas saja, namun segi kualitas juga harus ditingkatkan, terutama kualitas pelayanan kesehatan. Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang harus memenuhi kedua hal tersebut. Salah satu pelayanan yang ada di rumah sakit adalah haemodialisa. Pelayanan ini masih terbatas hanya di beberapa rumah sakit saja di Sumatera Utara. Walaupun masih jarang, namun kualitas pelayanannya juga harus diperhatikan. Karena jika pelayanannya tidak baik, maka kepuasan pasien haemodialisa tidak akan tercapai.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan Haemodialisa Peserta Askes Sosial di RSUD Dr.Pirngadi Medan. Jenis Penelitian bersifat analitik dengan pendekatan tipe explanatory research. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menggunakan layanan hemodialisa di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada bulan Juni 2012 sampai Juli 2012 dan keseluruhannya dijadikan sampel penelitian. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dan dianalisis dengan regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara daya tanggap (responsiveness) (variabel dominan), jaminan (assurance) dan bukti langsung (tangibles) terhadap kepuasan pasien Rawat Jalan Haemodialisa Peserta Askes Sosial di RSUD Dr.Pirngadi Medan.

Diperlukan memaksimalkan kualitas pelayanan Unit Hemodialisa, terutama daya tanggap petugas hemodialisa (dokter dan petugas lainnya) untuk lebih meningkatkan kepuasan pasien hemodialisa. Pihak RSUD Dr.Pirngadi Medan agar memberikan pembinaan dan pelatihan secara berkala kepada tenaga kesehatan di unit hemodialisa untuk lebih meningkatkan kinerja yang maksimal. Selain itu pihak rumah sakit agar menata kembali ruang pelayanan hemodialisa. Hal ini dikarenakan masih dinilai belum baiknya kualitas pelayanan bukti fisik unit hemodialisa di rumah sakit oleh pasien hemodialisa. Selain itu untuk perawatan mesin hemodialisa sebaiknya service dilakukan secara berkala dalam range waktu yang tidak terlalu lama, misalnya sebulan sekali dan kontinuitas sarana air bersih untuk proses dialisis perlu ditingkatkan.

Kata Kunci : Kualitas Pelayanan, Kepuasan Pasien, Hemodialisa

(19)

ABSTRACT

Health development is not only focused on quantity, but also in terms of quality must be improved, especially the quality of health care. The hospital is a health care facility must meet both of these. One of the existing services at the hospital is Haemodialisa. These services are limited in several hospitals in Metro Manila alone. Although still rare, but the quality of service should also be considered. Because if the service is not good, then Haemodialisa patient satisfaction will not be achieved.

The purpose of this study to analyze the influence of quality of service to Patient Satisfaction Haemodialisa Participants in Social Askes Dr.Pirngadi Hospital Medan. This type of research is analytic with explanatory type of research approach. The population in this study were all patients using hemodialysis services in hospitals Dr. Pirngadi Medan in June 2012 to July 2012 and made the whole sample. Data obtained through interviews using questionnaires, and analyzed by multiple linear regression.

The results showed that there were significant effects of responsiveness (responsiveness) (dominant variables), assurance (assurance) and direct evidence (tangibles) Outpatient patient satisfaction Haemodialisa Participants in Social Askes Dr.Pirngadi Hospital Medan.

Required to maximize the quality of care haemodialysis unit, especially responsiveness hemodialysis officers (doctors and other staff) to further enhance the hemodialysis patient satisfaction. Dr.Pirngadi Hospital Medan to provide guidance and training on a regular basis to health workers in hemodialysis units to further improve the performance of the maximum. In addition to the hospital in order to restructure the hemodialysis service space. This is because it still considered not worth the physical evidence of the quality of care in a hospital hemodialysis unit by hemodialysis patients. In addition to hemodialysis machine maintenance service should be performed regularly in the range of time not too long, for example once a month and continuity of water supply to the process of dialysis should be increased.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembangunan kesehatan tidak hanya difokuskan pada segi kuantitas saja,

namun segi kualitas juga harus ditingkatkan, terutama kualitas pelayanan kesehatan.

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang harus memenuhi kedua hal

tersebut. Salah satu pelayanan yang ada di rumah sakit adalah haemodialisa.

Pelayanan ini masih terbatas hanya di beberapa rumah sakit saja di Sumatera Utara.

Walaupun masih jarang, namun kualitas pelayanannya juga harus diperhatikan.

Karena jika pelayanannya tidak baik, maka kepuasan pasien haemodialisa tidak akan

tercapai.

Profesionalisme, manajemen, dan efisiensi adalah hal-hal yang tidak asing

lagi dalam kalangan medis termasuk juga rumah sakit. Jika rumah sakit yang ada

sekarang tidak mengikuti perkembangan era perdagangan bebas dengan

meningkatkan profesionalisme, manajemen dan efisiensi yang baik, tentunya akan

kalah bersaing dengan para pembeli pelayanan di bidang kesehatan di luar negeri

yang akan masuk ke Indonesia, baik dari segi sarana dan prasarananya. Dampak

lanjutnya rumah sakit yang ada di Indonesia akan ditinggalkan oleh konsumen atau

pengguna jasa kesehatan (Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI), 2009).

Rumah Sakit dinyatakan berhasil, tidak hanya pada kelengkapan fasilitas yang

(21)

elemen yang berpengaruh signifikan terhadap pelayanan yang dihasilkan dan

dipersepsikan pasien. Bila elemen tersebut diabaikan maka dalam waktu yang tidak

lama, rumah sakit akan kehilangan banyak pasien dan dijauhi oleh calon pasien.

Pasien akan beralih ke Rumah Sakit lainnya yang memenuhi harapan pasien

(Aditama, 2003).

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas dalam upaya pelayanan kesehatan

merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan. Departemen

Kesehatan Republik Indonesia telah menggariskan, bahwa rumah sakit umum

mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil

guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan

secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta

melaksanakan upaya rujukan (Aditama, 2003).

Kemajuan rumah sakit dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya adalah

mutu pelayanan. Pasien memandang dimensi mutu pelayanan yang paling penting

adalah efisiensi pelayanan kesehatan dan kenyamanan pelayanan, perhatian dokter

kepada pasien, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dokter. Mutu pelayanan

rumah sakit di Indonesia sampai saat ini belum berjalan dengan baik dan belum

professional. Hal itu terjadi antara lain karena keterbatasan kemampuan professional,

pengaturan tugas belum efisien, dan peralatan belum memadai. Perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, globalisasi dan tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan

makin banyak. Masyarakat makin menuntut profesionalitas pelayanan rumah sakit

(22)

Salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan adalah kepuasan pasien.

Kepuasan merupakan tingkat dimana seseorang menyatakan hasil perbandingan atas

kinerja produk dan jasa yang diterima dengan yang diharapkan. Kepuasan pasien

akan tercapai bila diperoleh hasil yang optimal bagi setiap pasien dan pelayanan

kesehatan yang memperhatikan kemampuan pasien/keluarga, adanya perhatian

terhadap keluhan, kondisi lingkungan fisik, dan tanggap terhadap kebutuhan pasien

(Sabarguna, 2004).

Kepuasan pasien memiliki hubungan yang erat dengan kualitas. Kualitas

memberikan dorongan atau motivasi kepada pasien untuk menjalin ikatan dan

hubungan yang baik dan kuat dengan rumah sakit. Adanya ikatan dan hubungan yang

kuat dengan pasien sebagai pelanggan, maka rumah sakit sebagai perusahaan jasa

dapat memahami kebutuhan pasien dan berusaha memenuhinya serta meminimkan

kesalahan yang mengakibatkan kekecewaan pasien sebagai konsumen (Aditama,

2003).

Pasuraman et.al, dalam Irawan (2008), antisipasi kualitas harus dilakukan oleh

rumah sakit untuk tetap bertahan dan berkembang adalah meningkatkan pendapatan

dari pasien, karena pasien merupakan sumber pendapatan dari rumah sakit baik

secara langsung (out of pocket) maupun secara tidak langsung melalui asuransi

kesehatan. Tanpa adanya pasien rumah sakit tidak dapat bertahan dan berkembang

mengingat biaya operasional rumah sakit yang sangat tinggi. Oleh sebab itu dalam

rangka meningkatkan kunjungan pasien kerumah sakit maka rumah sakit harus

(23)

Salah satu cara utama mendiferensiasikan pelayanan jasa kesehatan termasuk

pelayanan “rawat jalan” adalah memberikan jasa pelayanan kesehatan yang

berkualitas, lebih tinggi dari pesaing secara konsisten. Kuncinya adalah memenuhi

atau melebihi harapan pasien tentang kualitas pelayanan yang diterimanya. Setelah

menerima jasa pelayanan kesehatan pasien akan membandingkan jasa yang

dialaminya dengan jasa yang diharapkan. Jika jasa yang dialami berada dibawah jasa

yang diharapkan,pasien tidak berminat lagi pada penyedia pelayanan kesehatan. Jika

jasa yang dialami memenuhi atau melebihi harapan, mereka akan menggunakan

penyedia pelayanan kesehatan itu lagi (Supranto,2006).

Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (Kotler, 2000) mengidentifikasi adanya

kesenjangan antara persepsi konsumen dan persepsi penyedia jasa pelayanan

kesehatan yang mengakibatkan kegagalan penyampaian jasa yang berkualitas.

Penyedia jasa pelayanan kesehatan tidak selalu memahami secara tepat apa yang

diinginkan pelanggan. Lebih lanjut Parasuraman dalam Irawan (2008), menyatakan

bahwa penilaian pasien terhadap kualitas ditentukan oleh dua hal, yaitu : harapan

pasien terhadap kualitas (expected quality) dan persepsi pasien atas kualitas

(perceived quality). Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pengukuran

keberhasilan suatu perusahaan jasa dalam hal ini rumah sakit, lebih banyak

ditentukan oleh penilaian dan persepsi pasien tentang kualitas pelayanan yang

diberikan oleh rumah sakit tersebut dengan segala unsur yang ada dalam lingkungan

(24)

mempengaruhi keberhasilan perusahaan jasa/rumah sakit dalam mencapai kepuasan

pasien.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Medan merupakan salah

satu rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi peserta Askes

Sosial. Berdasarkan survei oleh PT. MARS Indonesia tentang tingkat kepuasan

peserta Askes Sosial terhadap pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan

(RJTL) pada rumah sakit di Kota Medan tahun 2008 yang terdiri dari pelayanan di

poliklinik dan instalasi haemodialisa., menunjukkan 47,06% yang menyatakan sangat

puas dan puas, 35,29 % menyatakan kurang puas, sedangkan 17,65% menyatakan

sangat tidak puas dan tidak puas, dengan alasan yang umum diberikan pasien tersebut

adalah kualitas pelayanan yang kurang baik, padahal tahun 2008 PT Askes (Persero)

telah menetapkan target kepuasan peserta (customer satisfaction index) sebesar 85%.

Pasien haemodialisa merupakan pasien yang unik. Hal ini dikarenakan mereka

harus menghabiskan cukup banyak waktu di rumah sakit yaitu 2 sampai 3 sesi cuci

darah per minggu dimana tiap sesi cuci darah membutuhkan waktu 4 hingga 5 jam.

Rutinitas ini dilakukan seumur hidupnya sehingga membutuhkan banyak biaya dan

waktu.

Survei pendahuluan tentang perkembangan kunjungan pasien rawat jalan

haemodialisa peserta Askes Sosial selama 3 (tiga) tahun terakhir menunjukkan

jumlah kunjungan pasien haemodialisa peserta Askes Sosial tahun 2009- 2011

fluktuatif cenderung menurun ke RSUD Dr. Pirngadi Medan. Pada tahun 2009,

(25)

orang pada tahun 2010, dan naik pada tahun 2011 menjadi 75 orang. Hal ini bisa saja

menjadi suatu indikasi ketidakpuasan pasien haemodialisa di rumah sakit ini.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 pasien haemodialisa peserta Askes

Sosial, ternyata ada 7 orang yang mengeluh tentang kualitas pelayanan yang

diberikan oleh pihak RSUD Dr. Pirngadi Medan. Mereka merasa bahwa peran dokter

sangat kurang karena sebagian besar pelayanan ditangani sendiri oleh perawat mahir

haemodialisa. Selain itu, pelayanan obat yang kurang baik, tidak adanya kesempatan

konsultasi antara pasien dan dokter, serta ruang tunggu yang kurang nyaman

memperparah keadaan ini. Terlepas dari ketujuh responden di atas, 3 responden lain

menyatakan bahwa mereka cukup puas dengan pelayanan yang diberikan oleh

perawat mahir walaupun bukan dokter yang melayani mereka.

Berdasarkan rekomendasi Persatuan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2011)

maka penunjukkan penyedia jasa pelayanan haemodialisa bagi peserta Askes harus

disetujui oleh direksi dengan persyaratan sebagai berikut :

a. Memenuhi persyaratan sarana unit dialisis yaitu :

1. Mempunyai mesin haemodialisa minimal 2 (dua) unit haemodialisa yang

berfungsi aktif dan 1 (satu) unit sebagai cadangan.

2. Mempunyai mesin pengolah air yang menghasilkan air yang memenuhi

persyaratan untuk haemodialisa, sedikitnya peralatan water softener,

sebaiknya reverse osmosis (standar air dialisis).

(26)

b. Memenuhi persyaratan tenaga unit dialisis yaitu :

1. Minimal 1 (satu) orang dokter pelaksana, 1 (satu) orang dokter penanggung

jawab, dan 1 (satu) orang supervisor/pengawas unit.

2. Minimal 1 (satu) orang perawat mahir untuk setiap 2 (dua) mesin

haemodialisa per shift.

3. Minimal 1 (satu) orang perawat biasa yang terlatih untuk setiap mesin

pershift.

4. Tenaga penunjang bidang teknik dan administrasi.

c. Kualifikasi Staf Haemodialisis :

1. Dokter pelaksana adalah dokter umum yang sudah dilatih sekurang-kurangnya

3 bulan dipusat pendidikan yang diakui oleh PERNEFRI.

2. Dokter penanggung jawab adalah seorang dokter spesialis penyakit dalam

plus, yaitu yang telah dididik sekurang-kurangnya 3 bulan dipusat pendidikan

yang diakui oleh PERNEFRI.

3. Supervisor atau pengawas unit adalah seorang dokter spesialis penyakit dalam

konsultan penyakit ginjal-hipertensi (Internist-Nefrologist) yang diakui oleh

PERNEFRI.

4. Perawat mahir dialisis adalah perawat yang telah menempuh pendididkan

khusus dialisis dan perawatan ginjal intensif sekurang-kurangnya 4 bulan,

ditempat pendidikan yang diakui oleh PERNEFRI, dan telah berpengalaman

(27)

5. Perawat biasa adalah perawat tamatan SPK/Akademi Keperawatan yang

sudah dilatih, melakukan dialisis dengan pengawasan perawat mahir.

Namun, berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan, berdasarkan hasil survei

yang dilakukan oleh PT. Askes tahun 2011, terdapat 15 unit mesin haemodialisa, 2

unit pengolah air, 1 buah alat resusitasi, perawat mahir dialisis sebanyak 11 orang,

perawat biasa sebanyak 8 orang, dokter supervisor sebanyak 1 orang dan dokter

penanggung jawab sebanyak 1 orang. Hasil ini menunjukkan perbedaan antara realita

di RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan standar yang ditetapkan oleh PERNEFRI. Hal

di atas dapat kita lihat pada tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1. Perbandingan Standar Pernefri dan Kenyataan Lapangan Layanan Hemodialisa

No. Uraian Persyaratan Standar Pernefri Kondisi di RSUD. Dr.

Pirngadi Medan

1. Sarana unit dialisis: - Mesin haemodialisa - Mesin haemodialisa

cadangan

- Mesin pengolah air - Peralatan medik/obat 2. Tenaga unit dialisis:

- Dokter pelaksana

- Dokter penanggung jawab - Supervisor/pengawas unit - Perawat mahir

- Perawat terlatih - Tenaga teknik dan

administrasi

Minimal 1 orang Minimal 1 orang Minimal 1 orang

Minimal 1orang/2 mesin Minimal 1 orang/1 mesin Minimal 1 orang 3. Kualifikasi staf haemodilaisa:

- Dokter pelaksana

(28)

Berdasarkan tabel 1.1 di atas, dapat kita lihat bahwa dari 15 unit mesin

hemodialisa dan setiap harinya, ada dua shift pelayanan hemodialisa di rumah sakit

ini, yaitu pukul 08.00-12.00 WIB dan 13.00-18.00 WIB, seharusnya ada 30 pasien

hemodialisa yang dapat dilayani perhari. Namun, dari data kunjungan pasien

haemodialisa saat ini, rata-rata 15 pasien haemodialisa perhari yang dilayani di rumah

sakit ini, artinya secara waktu pelayanan menjadi lebih ringan, tetapi secara beban

kerja masih berlebih.

Nasution (2009) mengatakan bahwa terdapat 773 pasien gagal ginjal kronik di

Provinsi Sumatera Utara yang membutuhkan tindakan haemodialisa. Dari jumlah

tersebut, 273 pasien adalah pengguna Askes. Pasien haemodialisa tersebut tersebar

dan dilayani oleh 25 sarana dengan 188 unit mesin haemodialisa dimana 14 sarana

tersebut terdapat di Kota Medan dengan 144 unit mesin haemodialisa yang tersedia.

Menurut Irawan (2008), pelanggan yang merasa puas umumnya akan

menceritakan tentang kepuasannya kepada sekitar 2-4 orang sehingga walaupun

disini terjadi beberapa kenaikan jumlah peserta namun persentasenya dirasa masih

terlalu kecil bila mengacu kepada hasil survey yang ada. Terlebih menurut data diatas

juga terjadi penurunan jumlah kunjungan peserta Askes Sosial, artinya peserta Askes

Sosial merasa tidak puas dengan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

petugas kesehatan di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Hasil penelitian Nainggolan dan Sebayang (2004) di RSUD Dr. Pirngadi

Medan menunjukkan bahwa kualitas pelayanan di rumah sakit tersebut sangat

(29)

yang sama mengenai kepuasan pasien peserta Askeskin rawat inap juga menujukkan

bahwa kualitas pelayanan juga memberi pengaruh besar dalam menentukan kepuasan

pasien tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui “Pengaruh kualitas

pelayanan yang terdiri dari (bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, empati)

terhadap kepuasan pasien Rawat Jalan Haemodialisa Peserta Askes Sosial di RSUD

Dr. Pirngadi Medan”.

1.2.Permasalahan

Apakah ada pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien rawat

jalan haemodialisa peserta Askes Sosial di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan

yang terdiri dari kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan

(assurance), perhatian (emphaty), dan bukti langsung (tangibles) terhadap kepuasan

pasien rawat jalan haemodialisa peserta Askes Sosial di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh kualitas pelayanan yang

terdiri dari (bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, empati) terhadap kepuasan

(30)

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Memberikan masukan bagi RSUD Dr. Pirngadi Medan dalam manajemen

strategi kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit, terutama pelayanan

haemodialisa sebagai upaya peningkatan kepuasan pasien pengguna

pelayanan di rumah sakit ini.

b. Memberikan masukan bagi PT Askes (Persero) dalam upaya peningkatan

mutu pelayanan kepada peserta Askes Sosial.

c. Bagi kalangan akademik, penelitian ini tentunya bermanfaat sebagai

kontribusi untuk memperkaya khasanah keilmuan pada umumnya dan

(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kualitas Pelayanan Kesehatan

Menurut Robert dan Prevest dalam Lupiyoadi (2001), kualitas pelayanan

kesehatan bersifat multi dimensi. Ditinjau dari pemakai jasa pelayanan kesehatan

(health consumer) maka pengertian kualitas pelayanan lebih terkait pada

ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antara

petugas dalam melayani pasien, kerendahan hati dan kesungguhan. Ditinjau dari

penyelenggaraan pelayanan kesehatan (health provider), maka kualitas pelayanan

lebih terkait pada kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan perkembangan

ilmu dan teknologi kedokteran mutakhir. Hal ini terkait pula dengan otonomi yang

dimiliki oleh masing-masing profesi dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan

sesuai dengan kebutuhan pasien.

Ada beberapa pakar pemasaran, seperti Parasuraman, Zeithaml, dan Berry

(1988) telah melakukan penelitian khusus terhadap beberapa jenis jasa dan berhasil

mengidentifikasi sepuluh dimensi yang menentukan kualitas jasa. Kesepuluh dimensi

tersebut adalah tangibles, reliability, responsiveness, communication, credibility,

security, competence, courtesy, understanding/knowing the customer dan access

(bukti fisik, keandalan, responsive, komonikasi, kredibilitas, jaminan, kompeten,

(32)

Dalam perkembangan selanjutnya, yaitu pada tahun 1988, Parasuraman dan

kawan-kawan dalam Ciptono menemukan bahwa sepuluh dimensi yang ada dapat

dirangkum menjadi lima dimensi pokok, sebagai berikut :

1. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan

sarana komunikasi.

2. Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.

3. Daya tangkap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para

pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

4. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat

dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari bahaya, resiko atau

keragu-raguan.

5. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik,

perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan.

Kualitas dan pelayanan adalah sarana untuk mencapai kepuasan dan ikatan.

Tujuan keseluruhan bisnis adalah menghasilkan pelanggan yang puas dan setia yang

akan terus menjalin bisnis dengan perusahaan. Oleh karena itu memberikan kualitas

yang tinggi dan pelayanan yang prima adalah suatu keharusan apabila ingin mencapai

tujuan pelanggan yang puas dan setia (Richard, 2002).

Kualitas atau mutu menurut Goetsh dan Davis merupakan suatu kondisi

dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan

(33)

perusahaan dan sesungguhnya merupakan suatu pengalaman emosional bagi

pelanggan. Pelanggan ingin merasa senang dengan pembelian mereka, merasa bahwa

mereka telah mendapatkan nilai terbaik dan ingin memastikan bahwa uang mereka

telah dibelanjakan dengan baik, dan mereka merasa bangga akan hubungan mereka

dengan sebuah perusahaan yang bercitra mutu tinggi (Lovelock dan Wright, 2005).

Kualitas sangat bersifat subjektif, tergantung pada persepsi, sistem nilai, latar

belakang sosial, pendidikan, ekonomi, budaya, dan banyak faktor lain pada

masyarakat atau pribadi yang terkait dengan jasa pelayanan perusahaan tersebut.

Kualitas atau mutu adalah keadaan produk yang selalu mengacu pada kepuasan

pelanggan, karena kepuasan pelanggan merupakan kunci utama yang menjadikan

organisasi mampu bersaing dan dapat menjaga kelangsungan hidup organisasi dalam

jangka panjang. Selanjutnya dikatakan suatu produk hanya dapat dijamin dengan

menerapkan total quality management yang dapat dilandasi metode manajemen yang

dipicu oleh pelanggan. Kualitas dapat diartikan sebagai alat organisasi untuk

meningkatkan produktivitas, alat organisasi untuk mengurangi pemborosan, alat

untuk menurunkan biaya atau untuk meningkatkan financial return atau sisa hasil

usaha (Sabarguna, 2004).

Kualitas pelayanan tidak ditentukan semata-mata oleh hasil evaluasi

pelayanan yang diberikan jasa pelayanan kesehatan kepada pelanggan (pasien), tetapi

juga ditentukan oleh proses bagaimana pelayanan tersebut diberikan. Di samping itu

penilaian pasien atas pelayanan perlu dipahami sungguh-sungguh, bahwa kriteria

(34)

pelayanan yang mereka terima. Persepsi pasien atas kualitas pelayanan sebetulnya

terkait erat dengan harapan-harapanatau ekspektasi yang mereka ingin capai, rasakan

dan nikmati.

Menurut Azwar (1996), pengertian kualitas pelayanan kesehatan perlu

dilakukan pembatasan yang secara umum dapat disebutkan bahwa yang dimaksud

dengan kualitas pelayanan kesehatan adalah mengacu pada tingkat kesempurnaan

pelayanan kesehatan. Pada satu sisi dapat menimbulkan kepuasan kepada pasien,

sedang pada sisi lain prosedurnya harus sesuai dengan kode etik standar profesi yang

ditetapkan.

Menurut Zeithaml, Valerie. A., dkk. (1990), dalam menilai kualitas pelayanan

yang dilaksanakan sebuah institusi provider, ada beberapa aspek penting yang perlu

dibahas dengan seksama, yaitu :

a. Definisi tentang kualitas pelayanan,

b. Faktor-faktor yang memengaruhi harapan atau ekspektasi pasien/pelanggan,

c. Dimensi kualitas pelayanan

2.1.1. Definisi Kualitas Pelayanan

Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada presepsi

pelanggan (Kotler, 2000). Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah

berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan

sudut pandang atau presepsi pelanggan. Persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa

(35)

Pelayanan yang berkualitas, adalah bilamana provider dapat memenuhi atau

dapat melebihi harapan/ekspektasi pelanggan (pasien) yang menerima atau

merasakan pelayanan provider tersebut. Baik-buruknya kualitas pelayanan

sebagaimana yang dirasakan oleh pasien/pelanggan, dapat didefinisikan sebagai

persepsi atas pelayanan tersebut. Besarnya kecil-besarnya kesenjangan/gap antara

harapan/ekspektasi dengan persepsi pelanggan/pasien tentang pelayanan tersebut,

akan menentukan baik-buruknya penilaian atas pelayanan. Makin besar kesenjangan

antara harapan dengan persepsi pelanggan /pasien terhadap pelayanan, berarti makin

jauh dari rasa puas, atau dengan perkataan lain pasien makin kecewa. Tetapi

bilamana persepsi atas pelayanan yang dinikmati pasien sesuai dengan harapannya,

bahkan jika dapat melampaui harapannya, berarti harapan pasien dapat terpenuhi.

Bahkan jika melebihi harapannya, berarti pasien merasa amat puas dari hanya sekadar

harapannya.

2.1.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Harapan/Ekspektasi Pelanggan/Pasien

Menurut Zeithaml, Valerie.A., dkk. (1990) beberapa faktor penting yang

memengaruhi harapan pelanggan/ pasien adalah:

1. Apa yang pernah didengar pelanggan/pasien dari pelanggan atau pasien lain, atau

yang telah direkomendasikan oleh pasien atau pelanggan lain tentang provider

dan atau pelayanan yang bakal digunakan,

2. Kebutuhan pribadi masing-masing pelanggan/pasien, amat tergantung kepada

(36)

3. Pengalaman masa lampau tentang sikap dan perilaku karyawan provider, seperti

antara lain sikap sopan-santun, ramah-tamah, rasa hormat, rasa kekeluargaan atau

persahabatan dan persaudaraan yang diperoleh pelanggan ketika berhubungan

dengan provider dan karyawannya,

4. Komunikasi eksternal (external communication), yakni publikasi yang

menyampaikan pesan-pesan, baik langsung atau tidak langsung, tentang provider

dan pelayanan yang bakal diterima pelanggan, misalnya : wawancara TV,

wawancara radio, promosi TV, promosi radio, brosur, selebaran, koran, papan

reklame dan media publikasi lainnya.

Aspek yang amat penting yang besar pengaruhnya bagi harapan/ekspektasi

pelanggan/pasien adalah harga yang menarik dari jenis pelayanan yang kompetitif,

terutama untuk menarik calon pelanggan/pasien.

2.1.3. Dimensi Kualitas Pelayanan

Menurut Garvin (Lovelock, 1994), dimensi-dimensi kualitas pelayanan kesehatan

adalah:

1. Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti, misalnya

kecepatan, jumlah pasien, kemudahan dalam pembayaran/ pendaftaran,

kenyamanan, dan sebagainya.

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder atau

pelengkap, misalnya kelengkapan interior dan eksterior rumah sakit.

(37)

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu sejauh

mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah

ditetapkan sebelumnya. Misalnya standar keamanan, tindakan sesuai dengan

prosedur, pendaftaran sesuai prosedur.

5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama suatu produk dapat terus

digunakan.

6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, serta penanganan

keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan tidak terbatas hanya

sebelum penjualan, tetapi juga selama penjualan hingga purna jual.

7. Estetika, yaitu daya tarik panca indera, misalnya bentuk gedung, warna, ruang

tunggu, desain kamar rawat inap, dll.

8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk

serta tanggung jawab organisasi pelayanan kesehatan terhadapnya. Biasanya

karena kurangnya pengetahuan pasien akan atribut/ ciri-ciri produk/ pelayanan

yang akan diperoleh, maka pembeli mempersepsikan kualitasnya dari aspek

harga, nama organisasi pelayanan kesehatan, iklan, reputasi organisasi pelayanan

kesehatan.

Dimensi kualitas pelayanan dikonsolidasi menjadi dimensi-dimensi di bawah

ini:

1. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan provider untuk memberikan pelayanan

sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai

(38)

untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi

yang tinggi.

2. Tangibles (bukti fisik), yaitu kemampuan suatu provider dalam menentukan

eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan

prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata

dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa, meliputi: fasilitas fisik (gedung,

gudang, dan sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan

(teknologi) serta penampilan pegawainya.

3. Responsiveness (ketanggapan), yaitu suatu kemauan untuk membantu dan

memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan dengan

penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan pasien menunggu tanpa adanya

alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan.

4. Assurance (jaminan), yaitu tanggapan terhadap pengetahuan dan kemampuan

petugas, keamanan dan dapat dipercaya, komponennya antara lain komunikasi

(communication), kredibilitas (credibility), keamanan (security), kompetensi

(competence) dan sopan santun (courtesy).

5. Perhatian (empathy), yaitu perhatian / attensi penuh dan rasa “care” secara

individual tiap karyawan medis dan non-medis dari provider yang dapat

menyentuh hati dan perasaan pelanggan/ pasien. Di mana suatu provider

diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pasien, memahami

kebutuhan pasien secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang

(39)

Menurut Andersen (1995) dalam Pohan (2007) bahwa faktor-faktor yang

memengaruhi pencarian pelayanan kesehatan dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga)

bagian, yaitu :

1. Faktor predisposisi (predisposing factor)

Komponen predisposisi menggambarkan karakteristik pasien yang mempunyai

kecenderungan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan terdiri dari:

a. Demografi (umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi)

b. Struktur sosial (suku, ras, kebudayaan, pekerjaan, pendidikan)

c. Kepercayaan (kepercayaan terhadap penyakit, dokter, petugas kesehatan)

2. Faktor pemungkin (enabling factor)

3. Faktor pemungkin terdiri atas:

a. Kualitas pelayanan kesehatan

Hasil penelitian Bank Dunia di Indonesia pada tahun 1988 menunjukkan salah

satu penyebab rendahnya pemanfaatan rumah sakit oleh masyarakat adalah

kualitas pelayanan yang rendah.

b. Jarak pelayanan

Salah satu pertimbangan pasien dalam menentukan sikap untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan adalah jarak yang ditempuh dari tempat tinggal pasien

sampai ke tempat sumber perawatan.

c. Status sosial ekonomi

Status ekonomi memengaruhi seseorang dalam membayar pelayanan

(40)

kesehatan. Tetapi kenyataannya menunjukkan bahwa lebih sering

diprioritaskan orang dengan status ekonomi yang lebih tinggi. Status

ekonomi merupakan salah satu faktor terhadap pelayanan kesehatan.

4. Kebutuhan pelayanan (need)

Keadaan status kesehatan seseorang menimbulkan suatu kebutuhan yang

dirasakan dan membuat seseorang mengambil keputusan untuk mencari

pertolongan kesehatan. Selain dipengaruhi faktor di atas ada beberapa faktor yang

memengaruhi pelayanan kesehatan, yaitu:

a. Tarif atau biaya

Tarif atau biaya kesehatan sangat penting untuk menentukan dalam

pemanfaatan pelayanan kesehatan. Adanya peningkatan harga pelayanan

kesehatan akan menyebabkan penurunan permintaan.

b. Fasilitas

Fasilitas yang baik akan memengaruhi sikap dan perilaku pasien,

pembentukan fasilitas yang benar akan menciptakan perasaan sehat, aman,

dan nyaman. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan social

mempunyai pandangan yang mungkin menambahi atau mengurangi kepuasan

pasien dan penampilan kerja (Kotler,1997).

c. Pelayanan personil

Pelayanan personil memegang peranan dalam menjaga kualitas pelayanan

sehingga pemakai jasa pelayanan kesehatan menjadi puas. Personil itu terdiri

(41)

Pelayanan personil dapat berupa pelayanan profesional dan keramahan

sehingga meningkatkan citra dari rumah sakit tersebut.

d. Lokasi

Lokasi pelayanan kesehatan yang berada di lingkungan sosial ekonomi rendah

biasanya yang berkunjung, juga pelanggan dari masyarakat miskin, karena

orang berpenghasilan tinggi tidak akan datang ke lingkungan miskin untuk

perawatan medis (Kotler, 1997). Lokasi adalah yang paling diperhatikan bagi

pencari pelayanan kesehatan karena jarak yang dekat akan memengaruhi bagi

pencari pelayanan kesehatan karena jarak yang dekat akan memengaruhi bagi

pencari pelayanan kesehatan untuk berkunjung. Suatu studi mengatakan

bahwa alasan yang penting untuk memilih rumah sakit adalah yang dekat

lokasi.

e. Kecepatan dan kemudahan pelayanan

Pada dasarnya manusia ingin kemudahan, begitu juga dengan mencari

pelayanan kesehatan, mereka suka pelayanan yang cepat mulai dari

pendaftaran sampai pada waktu pulang.

f. Informasi

Dengan adanya iklan dan promosi sangat efektif karena dapat langsung

didengar dan dilihat baik itu mengenai fasilitas, harga yang akan

memengaruhi pilihan konsumen. Informasi dapat berupa pengalaman pribadi,

(42)

Keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan merupakan kombinasi

dari kebutuhan normatif dengan kebutuhan yang dirasakan, karena untuk konsumsi

pelayanan. Konsumen sering tergantung kepada informasi yang disediakan oleh

institusi pelayanan kesehatan ditambah dengan profesinya. Faktor-faktor lain yang

berpengaruh antara lain pendapatan, harga, lokasi, dan kualitas pelayanan .

Menurut Groner dan Sorhin (1977) dalam Pohan (2007), ada 5 (lima) faktor

utama yang memengaruhi demand terhadap pelayanan kesehatan:

a. Persepsi sakit

b. Realisasi kebutuhan (harapan, kepercayaan, pengalaman sebelumnya, adat

istiadat)

c. Kemampuan membayar

d. Motivasi untuk memperoleh pelayanan kesehatan

e. Lingkungan (tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan)

Menurut Dever dalam Muninjaya (2004) faktor-faktor yang memengaruhi

pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah sosial budaya, organisasi, faktor konsumen,

proses pelayanan kesehatan.

Menurut Handoko dalam Lupiyoadi (2001), bahwa pengambilan keputusan

merupakan bagian dari proses berpikir ketika seseorang mempertimbangkan,

memahami, mengingat, dan menalarkan tentang segala sesuatu. Sesuatu diputuskan

akan dilakukan setelah menilai suatu keadaan, kenyataan, atau peristiwa yang sedang

(43)

Proses pengambilan keputusan pembeli/ individu atas jasa-jasa profesional

berbeda-beda, tergantung dari jenis keputusan, partisipasi dalam pengambilan

keputusan, jenis jasa, dan beberapa faktor lainnya. Dalam upaya mengurangi

ketidakpastian yang dialami pembelian jasa-jasa professional, orang cenderung untuk

mencari informasi seluas-luasnya dari orang lain sebelum mengambil keputusan.

Anggota keluarga, teman, rekan kerja, dan sumber-sumber terpercaya lainnya

seringkali terlihat dalam pengambilan keputusan seseorang. Adapun jenis-jenis orang

mungkin ikut berperan dalam pengambilan keputusan individu adalah:

a. Pengambilan inisiatif adalah orang-orang yang pertama-tama menyarankan atau

memikirkan ide pembelian jasa-jasa tertentu.

b. Pemberi pengaruh adalah orang-orang yang berpandangan dan nasehatnya

berperan cukup besar dalam pengambilan keputusan.

c. Pengambilan keputusan adalah orang yang akhirnya menentukan sebagian atau

seluruh pengambilan keputusan, membeli atau tidak, apa yang dibeli, bagaimana

atau di mana membeli.

d. Pembeli adalah orang-orang yang melakukan pembelian sebenarnya.

e. Pemakai adalah orang (badan usaha) yang menerima jasa.

Adapun Herbert (1998) dalam Ikbal (2006) mengatakan, proses pengambilan

keputusan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang. Perilaku konsumen

dalam proses pengambilan keputusan merupakan fungsi dari determinan-determinan:

pengaruh lingkungan, perbedaan individu, proses psikologis yang masing-masing

(44)

tahapan dari pengambilan keputusan oleh konsumen yang terdiri dari pengenalan

kebutuhan, pencari informasi, evaluasi alternatif, pembelian, evaluasi hasil, dan

pembelian ulang.

2.2. Kepuasan Pasien

Rowland, et al dalam Sabarguna (2004) mengatakan, kepuasan berarti

keinginan dan kebutuhan seseorang terpenuhi sehingga ini adalah merupakan aspek

yang paling menonjol dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Harapan

pasien dalam proses pengobatan akan menimbulkan suatu kepuasan, di mana

diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan.

Menurut Irawan (2002), kepuasan sebagai persepsi terhadap produk atau jasa

yang telah memenuhi harapannya. Karena itu pelanggan tidak akan puas apabila

pelanggan mempunyai persepsi bahwa harapannya belum terpenuhi. Pelanggan akan

merasa puas jika persepsinya sama atau lebih dari yang diharapkannya.

Menurut Lupiyoadi (2001), dalam menentukan tingkat kepuasan pelanggan

terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan, yaitu:

1. Kualitas produk, pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka

menunjukkan bahwa produk/ jasa yang mereka dapatkan berkualitas.

2. Kualitas pelayanan, pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan

pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.

3. Emosional, pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa

(45)

tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.

Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk, tetapi nilai sosial

atau self esteem yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek tertentu.

4. Harga, produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi harga relatif murah

akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggannya.

5. Biaya, pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu

membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk.

Juran (1995) menyatakan, bahwa :

a. “Produk”,adalah keluaran dari suatu proses. Produk meliputi barang dan jasa.

b. Jasa adalah pekerjaan yang dilaksanakan untuk orang lain,

c. Kepuasan pelanggan adalah hasil yang dicapai pada saat keistimewaan produk

merespons kebutuhan pelanggan.

d. Keistimewaan produk, adalah sifat yang dimiliki oleh suatu produk yang

dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tertentu dari pelanggan (konsumen)

sehingga bisa memberikan kepuasan kepada konsumen. Keistimewaan produk

dapat disebut sebagai keistimewaan kualitas.

e. Kepuasan produk adalah suatu rangsangan terhadap daya jual produk.

f. Dampak utama dari kepuasan produk adalah pada pangsa pasar, dan berikutnya

pada pendapatan penjualan.

(46)

Bilamana provider mau meningkatkan kualitas pelayanan, maka di mata

pelanggan, semakin baik keistimewaan produk, semakin tinggi kualitasnya. Atau

semakin sedikit defisiensi produk, berarti semakin baik kualitasnya.

Dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan adalah hasil akumulasi dari

konsumen atau pelanggan dalam menggunakan produk atau jasa. Oleh karena itu,

setiap transaksi atau pengalaman baru akan memberikan pengaruh terhadap kepuasan

pelanggan.

Menurut Kotler (1997), kepuasan pelanggan dapat diukur dengan berbagai

macam cara, yaitu:

1. Sistem keluhan dan saran. Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan

memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk

menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka. Hal ini juga dapat dilakukan

dengan cara meletakkan kotak saran di koridor, menyediakan kartu komentar

untuk diisi pasien yang akan keluar, dan memperkerjakan staf khusus untuk

menangani keluhan pasien. Dapat juga menyediakan hot lines bagi pelanggan

dengan gratis, juga dapat menambah web page dan e-mail untuk melaksanakan

komunikasi dua arah. Informasi tersebut merupakan sumber gagasan yang baik

yang meyakinkan pelayanan kesehatan dapat bertindak dengan cepat dalam

rangka menyelesaikan masalah.

2. Belanja siluman. Perusahaan dapat membayar orang untuk bertindak sebagai

pembeli potensial guna melaporkan hasil temuan mereka tentang kekuatan dan

(47)

pesaing. Para pembelanja siluman itu bahkan dapat menyampaikan masalah

tertentu untuk menguji apakah penjualan perusahaaan menangani situasi tersebut

dengan baik. Para manajer kadang harus meninggalkan kantor mereka, untuk

melihat situasi penjualan perusahaan di mana mereka tidak dikenal, dan

mengalami sendiri secara langsung perlakuan yang mereka terima sebagai

pelanggan. Variasi dari cara ini adalah manajer menelpon perusahaan mereka

sendiri dengan berbagai pertanyaan dan keluhan untuk melihat bagaimana

panggilan telepon itu ditangani.

3. Analisis pelanggan yang hilang. Perusahaan harus menghubungi pelanggan yang

berhenti menggunakan jasa puskesmas untuk mengetahui sebabnya. Bukan hanya

exit interview saja yang perlu, tetapi pemantauan tingkat kehilangan pelanggan

juga penting. Peningkatan customer loss rate menunjukkan kegagalan perusahaan

dalam memuaskan pelanggannya.

4. Survei kepuasan pelanggan. Umumnya penelitian mengenai kepuasan pelanggan

dilakukan dengan penelitian survey, baik survey melalui pos, telepon, maupun

wawancara pribadi. Melalui survey perusahaan akan memperoleh tanggapan dan

umpan balik secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan tanda positif

bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya. Berbagai cara

pengukuran survey dapat dilakukan antara lain:

a. Pengukuran secara langsung (direct reported satisfaction). Pasien diberi

pertanyaan secara langsung dan dibuat skala untuk menjawabnya. Contoh:

(48)

b. Derived satisfaction. Pasien diberi pertanyaan mengenai seberapa besar

pelanggan mengharapakan suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang

mereka rasakan.

c. Problem analysis. Responden diminta untuk menuliskan masalah yang

dihadapi dan perbaikan yang disarankan pelanggan.

d. Importance rating. Reponden diminta untuk membuat ranking dari berbagai

elemen pelayanan. Ukuran pembuatan ranking ini didasari oleh derajat

pentingnya setiap bagian dan seberapa baik kinerja perusahaan dalam

masing-masing elemen.

Menurut Muninjaya (2004), kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya.

Dalam hal ini aspek komunikasi memegang peranan penting karena pelayanan

kesehatan adalah high personal contact.

2. Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan. Sikap ini akan

menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan

pasien (compliance).

3. Biaya (cost). Tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber moral

hazard bagi pasien dan keluarganya.

4. Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan ruangan

(49)

5. Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan (assurance).

Ketepatan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter termasuk dalam faktor ini.

6. Keandalan dan keterampilan (reliability) petugas kesehatan dalam member

perawatan.

7. Kecepatan petugas memberi tanggapan terhadap keluhan pasien (responsiveness).

2.3. Manajemen Kualitas Pelayanan

Untuk menilai hasil pelayanan yang dapat dirasakan atau dinikmati pasien,

terdapat 5 (lima) kesenjangan (discrepancy atau gap) dalam hubungan pemberi

pelayanan kesehatan (provider) dengan pasien (consumer, pelanggan).

Sebagaimana telah dikemukakan dalam sub-bab 2.1 tentang definisi Kualitas

Pelayanan, maka persoalan akan timbul jika terjadi kesenjangan discrepancy/ gap

antara harapan/ ekspektasi dengan persepsi dari pelanggan.

Kelima (5) gap/ kesenjangan/ discrepancy tersebut dapat menimbulkan

defisiensi produk, dalam hal ini adalah jasa/ pelayanan kesehatan, dibahas sebagai

berikut :

1. Kesenjangan di antara ekspektasi pelanggan dengan persepsi pelanggan atas

pelayanan provider (GAP 5).

2. Kesenjangan antara harapan/ ekspektasi Pelanggan dengan Persepsi pihak

Manajemen terhadap harapan-harapan tsb (GAP 1).

3. Kesenjangan antara Spesifikasi Kualitas Pelayanan dengan Persepsi Manajemen

(50)

4. Kesenjangan antara pemberian pelayanan (delivery service) oleh provider dengan

spesifikasi kualitas pelayanan (service quality specification) (GAP3)

5. Kesenjangan antara pemberian pelayanan (service delivery) oleh provider dengan

komunikasi keluar (external comunication) kepada Pelanggan (GAP 4)

Penjelasan kesenjangan-kesenjangan / gap tersebut, adalah sbb.:

1. Kekurangan-kekurangan atau kelemahan-kelemahan pada kualitas pelayanan

yang dipersepsi pelanggan (GAP 5), yakni: potensi kesenjangan (potential

discrepancy/gap) antara ekspektasi dengan persepsi atas pelayanan, dilihat dari

(51)

Pelanggan

Gap 5

Provider

Gambar 2.1. GAP 5 : Kesenjangan antara Ekspektasi Pelanggan dengan Persepsi Pelanggan Atas Pelayanan Provider

Sumber: Zeithaml A, Valarie,dkk,1990

2. Kekurangan atau kelemahan yang terdapat pada organisasi provider, di mana

para manajer tidak mengerti dengan baik dan teliti apa sesungguhnya yang

diharapkan pelanggan, dan apa sebenarnya masalah yang sedang pelanggan

hadapi (GAP 1).

Kebutuhan Pribadi

Pengalaman Masa Lampau Komunikasi

dari Mulut

k l

Pelayanan yang Diharapkan

l

Pelayanan yang Dipersepsi

l

(52)

GAP 1

Gambar 2.2. GAP 1 : Kesenjangan antara Harapan / Ekspektasi Pelanggan dengan Persepsi Pihak Manajemen terhadap Harapan- Harapan

Sumber: Zeithaml A, Valarie,dkk,1990

3. Kekurangan / kelemahan yang merupakan kesenjangan/gap /discrepancy antara

spesifikasi kualitas pelayanan (service quality specifications) dengan persepsi

manajemen atas harapan-harapan pelanggan (GAP2).

Gap 2

Gambar 2.3. GAP2 : Kesenjangan antara Spesifikasi Kualitas Pelayanan dengan Persepsi Manajemen terhadap Ekspektasi / Harapan Pelanggan

Sumber: Zeithaml A, Valarie, dkk,1990

Spesifikasi Kualitas

Persepsi Manajemen terhadap Harapan

Pelanggan

Harapan-Harapan Pelanggan

Persepsi manajemen terhadap Harapan

(53)

4. Kekurangan / kelemahan yang merupakan kesenjangan yang dijumpai antara

spesifikasi kualitas pelayanan dengan pemberian pelayanan (service delivery)

oleh provider.

GAP 3

Gambar 4: GAP 3 : Kesenjangan antara Pemberian Pelayanan (Delivery Service) oleh Provider dengan Spesifikasi Kualitas Pelayanan (Service Quality Specification)

Sumber: Zeithaml A, Valarie,dkk,1990

5. Kekurangan/kelemahan yang dapat menimbulkan kesenjangan antara pemberian

pelayanan (service delivery) oleh provider dengan komunikasi eksternal

(external communication).

GAP 4

Gambar 2.5. GAP 4 : Kesenjangan antara Pemberian Pelayanan (Service Delivery) dengan Komunikasi Keluar (External Comunicatio) kepada Pelanggan

Sumber: Zeithaml A, Valarie, dkk,1990

Pemberian Pelayanan (Service Delivery)

Spesifikasi Kualitas Pelayanan (Service Quality Specification)

Komunikasi Eksternal kepada Pelanggan Pemberian Pelayanan

(54)

2.4. Konsep Pengembangan Kualitas Pelayanan

Untuk dapat memahami apa sebenarnya pengaruh kualitas pelayanan

kesehatan yang dilakukan unit haemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan terhadap

kepuasan pasien haemodialisa, digunakan pendekatan dalam memahami sebab-sebab

kesenjangan / gap / discrepancy yang digambarkan pada GAP5, GAP1, GAP2, GAP3

(55)

Pelanggan

Gambar 2.6. Gabungan GAP5, GAP1, GAP3, GAP2 dan GAP4. Menunjukkan Hubungan yang Saling Terkait dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pelayanan

Sumber: Zeithaml A, Valarie ,dkk,1990

Gambar

Tabel 1.1. Perbandingan Standar Pernefri dan Kenyataan Lapangan Layanan Hemodialisa
Gambar 2.1. GAP 5 : Kesenjangan antara Ekspektasi Pelanggan dengan
Gambar 2.3. GAP2 : Kesenjangan antara Spesifikasi Kualitas Pelayanan dengan Persepsi Manajemen terhadap Ekspektasi / Harapan Pelanggan
Gambar 4: GAP 3 : Kesenjangan antara Pemberian Pelayanan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem proteksi pada gardu induk terdiri dari peralatan yang disusun menjadi sebuah sistem, antara lain: Relai, sebagai alat perasa untuk mendeteksi adanya

(2) Proteksi beban lebih bagi motor yang bekerja pada sistem tegangan di ats 1000 V harus berupa suatu pemutus daya yang dilengkapi dengan pengindera beban lebih,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh

Dalam pembuatan web Liga Utama Inggris ini penulis menggunakan PHP dan MySQL dengan browser Internet Explorer 5.0. Penggunaan web ini sangat mudah pengunjung tinggal meng â klik

[r]

Sastrawan terkenal seperti al- Akhthal, Farazdaq dan Jarîr jika diapresiasi secara mendalam maka muatan tema yang ekspresikan banyak menggambarkan situasi sosial

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ HUBUNGAN PENGETAHUAN SIKAP DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA PENGASAH BATU AKIK TERHADAP

Sedangkan untuk pedagang kelontongan lantai 2 lantai sebesar 0,08 kg/ m 2 / hari, pedagang daging 0,20 kg/ m 2 / hari dan pedagang kue sebesar 0,10 kg/ m 2 / hari mempunnyai data