• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor Penyebab Keilitis Angularis Pada Pasien Pengunjung Yang Berkunjung Ke Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Pendidikan FKG USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-faktor Penyebab Keilitis Angularis Pada Pasien Pengunjung Yang Berkunjung Ke Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Pendidikan FKG USU"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEILITIS ANGULARIS

PADA PASIEN PENGUNJUNG RUMAH SAKIT

GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN

FKG USU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

NURIN FAREHAH MOHD ZULKIFLI NIM : 060600145

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 4 Agustus 2010

Pembimbing : Tanda tangan

(3)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 4 Agustus 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Wilda Hafni Lubis, drg., M Si.

ANGGOTA : 1. Syuaibah Lubis, drg.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW sehingga skripsi yang berjudul ”Faktor-faktor penyebab Keilitis angularis pada pasien pengunjung yang berkunjung ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU”, selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dengan hati yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tersayang yaitu ayah Mohd Zulkifli Mohd Zainudin dan ibu Naziah Basirun yang telah memberikan kasih sayang, doa restu dan dukungan tanpa batas. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Wilda Hafni Lubis, drg., M Si selaku ketua Departemen Penyakit Mulut dan dosen pembimbing skripsi atas kesabaran dan waktu yang diberikannya untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Syuaibah Lubis, drg., selaku tim penguji skripsi dan Sayuti Hasibuan, drg., Sp. PM., selaku koordinator skripsi dan juga tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran kepada penulis.

3. Prof Trimurni Abidin,drg., M.Kes., Sp.KG(K), selaku dosen pembimbing akademik penulis yang telah memberikan motivasi dalam kegiatan akademik penulis.

(5)

Sumatera Utara atas dukungan kepada penulis selama menjalani penelitian di RS GMP FKG USU.

5. Dr. Sofyan Lubis, DMM., Dr Meli dan Ibu Rafidah yang banyak membantu penulis melaksanakan penelitian di laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU.

6. Ibu Tengku Wildan Syahfina yang telah banyak membantu penulis berurusan dengan subjek penelitian.

7. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, SpPd., SpJP(K) selaku ketua komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran USU.

8. Teman-temanku Safiah, Nurulhafizah, Sarah Soraya, Farah Aimi, Ahmad Redzuan, Aiman, Abu, Faiz dan teman-teman seangkatan 2006 lain yang tidak mungkin disebutkan satu per satu atas bantuan, doa dan dukungan yang diberikan dalam suka dan duka.

Akhir sekali, penulis juga mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Penyakit Mulut.

Medan, Agustus 2010 Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

1.3 Tujuan Penelitian……….. 3

1.4 Manfaat Penelitian……… 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……… 5

(7)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN……….. 15

3.1 Jenis Penelitian………... 15

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian………. 15

3.3 Populasi, Besar Sampel dan Cara Sampling………... 16

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi……….. 3.4.1 Kriteria Inklusi………... 3.6 Definisi Operasional………... 18

3.7 Alat dan Bahan Penelitian……….. 3.7.1 Alat-alat………. 3.7.2 Bahan-bahan……….. 19 19 19 3.8 Prosedur Penelitian………. 20

3.9 Alur Penelitian……… 24

3.10 Pengolahan Data………... 25

3.11 Analisa Data………. 25

BAB 4 HASIL PENELITIAN……….. 26

4.1 Data Demografis Subjek Penelitian……… 26

4.2 Prevalensi Faktor-faktor Penyebab keilitis angularis... 28

4.3 Nilai BMI pada penderita keilitis angularis ………... 29

4.4 Hasil kusioner dan pemeriksaan oral ………... 30

BAB 5 PEMBAHASAN………... 34

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Data Demografis Penderita Keilitis Angularis yang

Berkunjung ke RSGMP USU... 25

2 Prevalensi Faktor-faktor Penyebab Keilitis Angularis Pada

Penderita RSGMP USU... 27

3 Prevalensi Faktor-faktor Penyebab Keilitis Angularis

Berdasarkan Agen Infeksi... 27

4 Prevalensi BMI Pada Anak-anak Penderita Keilitis

Angularis...

28

5 Prevalensi BMI Pada Orang Dewasa Penderita Keilitis

Angularis...

29

6 Hasil Kuesioner Defisensi Nutrisi Pada Penderita Keilitis

Angularis Yang Berkunjung Ke RSGMP USU... 29

7

8

Hasil Kuesioner Defisiensi Imun Pada Penderita Keilitis

Angularis yang Berkunjung ke RSGMP USU...

Hasil Kuesioner Faktor Mekanikal Pada Penderita Keilitis Angularis yang Berkunjung Ke RSGMP USU...

30

31

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Gambaran keilitis angularis pada sudut mulut... 8

2 Candida albicans pada kultur... 13

3 Candida albicans pada tahap-tahap yang berbeda... 13

4 Pewarnaan gram Staphylococcus aureus menunjukkan karakteristik kokus gram positif……… 18 5 Pengambilan data dengan kuesioner... 20

6 Sampel lesi keilitis angularis direndam dalam larutan NaCl... 20

7 Hasil kultur pada Media Sabouraud’s Agar... 21

8 Hasil kultur pada media MSA... 22

9 Persentase keilitis angularis laki-laki dan perempuan yang berkunjung ke RS GMP FKG USU... 27

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Lembar Persetujuan Setelah Pengesahan

2 Lembar Penjelasan

3 Lembar Kuesioner Penelitian

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Keilitis angularis suatu masalah lesi oral yang sering ditemui dalam praktek

kedokteran gigi merupakan keadaan inflamasi yang dapat terjadi secara unilateral

atau bilateral pada sudut mulut. Dapat terjadi secara spontan tetapi lebih sering terjadi

pada pasien yang memakai gigi palsu atau pesawat ortho, atau pada anak-anak yang

sering mengences dan yang sering menjilat sudut bibir.1 Keilitis angularis bukan

merupakan penyakit yang membahayakan tetapi memberikan efek yang dapat

mempengaruhi kenyamanan seseorang dalam melakukan aktivitasnya seperti terasa

sakit bila tertawa, kulit menjadi kering dan pecah-pecah dan merasa malu untuk

bersosialisasi. Hal ini mempengaruhi keadaan psikologis yang dapat memicu

terjadinya stres pada seseorang.2

Prevalensi terjadinya keilitis angularis menurut beberapa penelitian yang telah

dilakukan menunjukkan angka yang cukup tinggi. Dari penelitian Martinez P. dkk

melaporkan 2,5% menderita keilitis angularis pada populasi orang dewasa di

Amerika Serikat. Pada penelitian yang dilakukan oleh Parlak AH dkk, prevalensi lesi

oral pada anak usia umur 13-16 tahun di Turki, dilaporkan bahwa 26,2% menderita

lesi oral dan 9% diantaranya menderita keilitis angularis.3 Penelitian lain oleh Axel,

mengenai prevalensi lesi oral pada orang dewasa di Sweden sebanyak 62% menderita

(12)

panti asuhan Kota Madya Medan, 94 diantaranya menderita keilitis angularis (47%).5

Keilitis angularis dapat terjadi pada kanak-kanak dan dewasa, namun lebih sering

terjadi pada orang-orang tua.6

Penyebab utama terjadinya keilitis angularis disebabkan agen infeksi.

Penelitian yang dilakukan oleh Carvalho dkk, (1985) dapat diidentifikasikan bahwa

agen infeksi yang dapat menyebabkan keilitis angularis ialah Staphylococcus aureus,

Candida albicans dan Streptococcus beta-hemolíticos.7 Menurut Ohman dkk, keilitis angularis disebabkan oleh kandida (20%), infeksi campuran antara kandida dan

bakteria (60%) atau hanya bakteria (20%).8 Penelitian dari Samaranayake dkk, pada

49 orang yang menghidap keilitis angularis didapatkan bahwa 59% agen infeksi dapat

diisolasi dan dari jumlah itu Candida spp pada 24 pasien dan Staphylococcus aureus

pada 11 pasien. Penelitian ini membuktikan bahwa penyebab keilitis angularis adalah

Candida spp dan Staphylococcus aureus.9

Disamping itu, keilitis angularis dapat juga disebabkan oleh faktor mekanikal.

Menurut penelitian Carvalho (2000), dari 300 orang tua di Bauru, 232 daripada

mereka memakai protesa, 113 (48,7%) mengalami perubahan pada bukal disebabkan

penggunaan protesa, dari perubahan bukal tersebut, 17 (15%) menghidap keilitis

angularis.7

Defisiensi nutrisi juga dapat sebagai penyebab keilitis angularis terutama

defisiensi riboflavin, asam folat, besi dan protein.10 Menurut Bamji M.S, penelitian di

Hyberabad pada 407 orang anak-anak usia 5-13 tahun telah ditunjukkan bahwa

diantara simptom defisiensi nutrisi yang paling jelas adalah keilitis angularis yaitu

(13)

Defisiensi imun seperti penderita diabetes mellitus, Down syndrome atau

infeksi HIV dapat terjadi yang dapat dikaitkan dengan candidiasis. Kasus dengan

infeksi HIV dan kaitannya dengan keilitis angularis dapat dibuktikan melalui

penelitian yang dilakukan oleh Cavassani dan Sobrino (2003) yang mengobservasi

prevalensi keilitis angularis yaitu 19%. 7

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka timbul permasalahan

1. Apakah etiologi keilitis angularis pada pasien yang datang di Rumah Sakit

Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU?

2. Berapakah prevalensi faktor-faktor etiologi keilitis angularis pada pasien

yang berkunjung ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU?

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui etiologi keilitis angularis pada pasien yang berkunjung

ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU.

2. Untuk mengetahui prevalensi faktor-faktor etiologi keilitis angularis di

(14)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah

1. Memberi informasi kepada dokter gigi tentang faktor etiologi yang

berperan pada terjadinya keilitis angularis dan memberikan perawatan

terhadap pasien serta dengan diketahuinya etiologi keilitis angularis dapat

digunakan oleh dokter gigi untuk mengedukasi pasien.

2. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut dan untuk program penyuluhan

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keilitis Angularis

Keilitis angularis merupakan suatu keadaan reaksi inflamasi pada sudut mulut

atau komisura labial yang biasanya dimulai dari mucocutaneous junction dan dapat

berlanjut ke kulit. Dikarakteristikan sebagai bentuk berfisur, kulit merekah, sensasi

rasa terbakar dan mengering pada sudut mulut.6 Keilitis angularis juga disebut

sebagai perleche (menjilat dalam bahasa perancis), angular stomatitis dan cheilosis.12

Keilitis angularis dapat terjadi secara unilateral dalam kasus-kasus infeksi

disebabkan Candida albicans, Staphylococcus aureus, dapat berupa gangguan bentuk

anatomis dari satu per tiga dari wajah bagian bawah dan akibat kebiasaan buruk,

dapat juga terjadi secara bilateral yang disebabkan oleh defisiensi nutrisi, anemia dan

Diabetes Mellitus, terjadinya lesi dapat bervariasi dari beberapa hari ke beberapa

tahun tergantung kepada etiologi.6

2.1.1 Etiologi Keilitis Angularis

Keilitis angularis ialah penyakit klinis yang multifaktorial yang dapat

disebabkan oleh empat faktor utama yaitu agen infeksi, faktor mekanikal, defisiensi

imun, dan defisiensi nutrisi yang dapat terjadi secara sendiri atau berupa kombinasi

beberapa faktor.13,14,15,16 Umumnya pada orang dewasa disebabkan oleh agen infeksi

atau faktor mekanikal sedangkan pada anak-anak yang lebih menonjol disebabkan

(16)

2.1.1.1 Agen Infeksi

Agen infeksi merupakan penyebab utama dan dapat diisolasi pada lebih 54%

dari lesi, dimana sebagian besar adalah Candida albicans dan Staphylococcus aureus.

Keilitis angularis sering dikaitan dengan keberadaan intra-oral candidiasis, yang

umumnya terjadi pada pasien yang memakai gigi tiruan, terutama pada pasien yang

mengalami denture stomatitis.14 Candida spp. dapat diisolasi kurang lebih dua pertiga

dari pasien yang menghidap keilitis angularis, terjadi karena satu faktor saja atau

merupakan kombinasi dengan Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp.15 Dari

penelitian M Lewis dkk, yang ingin mengetahui etiologi keilitis angularis, terhadap

100 pasien yang diperiksa didapati adanya Candida albicans dalam 31 orang pasien,

pertumbuhan Staphylococcus aureus pada 19 orang pasien dan kombinasi antara

Candida albicans dan Staphylococcus aureus pada 15 orang pasien.16 Menurut Lamey dan Lewis, secara umumnya pasien menderita keilitis angularis yang memakai

protesa lebih cenderung mempunyai Candida spp. yang berkolonisasi dalam flora

oral sedangkan pasien yang sering memakai masker lebih cenderung didapati

kolonisasi Staphylococcus aureus di nares anterior.1 Adanya pengelupasan kulit yang

berwarna kuning menunjukkan infeksi dari Staphylococcus aureus yang dapat

membedakannya dengan Candida spp.17

2.1.1.2 Faktor Mekanikal

Faktor mekanik dapat terjadi pada orang tua dan anak-anak. Pada orang tua

dapat disebabkan oleh pemakaian gigi tiruan yang tidak pas atau akibat proses

(17)

menggunakan dot.10,18 Pada orang tua, bila terjadinya kehilangan ketinggian oklusal

disebabkan kerana kehilangan gigi atau pasien dengan gigi tiruan yang tidak pas akan

menyebabkan kurangnya dimensi vertikal, dan seterusnya membentuk lipatan-lipatan

pada sudut mulut. Saliva akan berakumulasi pada lipatan tersebut, menyebabkan

lembab dan menyediakan habitat yang sempurna untuk Candida albicans.18,19 Pada

anak-anak, kebiasaan menjilat sudut bibir dan menghisap jari akan menyebabkan

saliva berkumpul pada sudut mulut dan tanpa disadari turut menyediakan lingkungan

yang sempurna untuk Candida albicans.10

2.1.1.3 Defisiensi Nutrisi

Defisiensi nutrisi merupakan hasil ketidakseimbangan antara penyediaan dan

kebutuhan yaitu ketika pasokan gizi tidak memadai untuk memenuhi tuntutan tubuh.

Ketidakseimbangan ini mungkin hasil dari satu dari tiga penyebab utama yaitu kurang

asupan, gangguan pencernaan dan penyerapan, atau makin banyaknya ekskresi.

Defisiensi pada satu jenis nutrisi dapat berperan kepada defisiensi nutrisi-nutrisi yang

lainnya.20

Defisiensi nutrisi seperti defisiensi besi, asam folat dan vitamin B (B2, B6, B12)

dapat dikaitkan dengan keilitis angularis.10,18,22 Ini menunjukkan pola makanan yang

buruk dapat menyebabkan terjadinya keilitis angularis.21,22 Walaupun hubungan

defisiensi nutrisi dengan keilitis angularis tidak dijelaskan dengan lebih lanjut dalam

sains medis, tetapi terdapat indikasi yang jelas bahwa keduanya saling berhubungan.

Satu penjelasan yang nyata yaitu, bahwa vitamin dan mineral adalah esenssial untuk

(18)

lemah dan mikroorganisme yang biasa menjadi flora normal seperti Candida albicans

dapat berproliferasi dan menyebabkan infeksi. Terutama pada anak-anak karena

sering tidak menjaga nutrisi yang baik sehingga menyebabkan defisiensi nutrisi.22

Untuk mengukur status nutrisi, paramater yang sering digunakan ialah

antropometri gizi. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan

mengukur beberapa parameter, antara lain umur, berat badan, tinggi badan, dan

lain-lain. Antropometri yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan berat badan

dan tinggi badan adalah dengan indeks massa tubuh (BMI). Indeks massa tubuh ini

dapat dibahagikan atas dua indeks yaitu indeks massa tubuh untuk anak-anak usia

2-20 tahun dan indeks massa tubuh untuk orang dewasa. Untuk anak-anak indeks massa

tubuh dihitung dengan membagi berat badan dengan tinggi badan yang dipangkat dua

(BB/TB2). Hasil perhitungan indeks massa tubuh dicocokkan dengan kategori yang

terdapat dalam tabel baku pertumbuhan indeks massa tubuh menurut umur anak

untuk dapat mengetahui status gizi anak termasuk dalam kategori underweight,

normal, overweight atau obese. Bagi orang dewasa, perhitungan hanya dilakukan

dengan membagi berat badan dengan tinggi badan yang dipangkat dua (BB/TB2) dan

kemudian nilai yang didapatkan dicocokkan dengan kategori underweight, normal,

overweight atau obese.23

2.1.1.4 Defisiensi Imun

Defisiensi imun merupakan gangguan kemampuan sistem pertahanan tubuh

untuk memerangi infeksi disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur.24 Apabila sistem

(19)

infeksi dalam jangka panjang dan sering disebabkan oleh mikroorganisme yang

sebenarnya adalah flora normal pada tubuh.8

Keilitis angularis juga dapat disebabkan oleh defisiensi imun. Keilitis

angularis yang dikaitkan dengan candidiasis merupakan manifestasi awal defisiensi

imunologis seperti Diabetes Mellitus atau infeksi HIV. Pada anak-anak, keilitis

angularis mudah terjadi akibat sistem imun yang belum matang.26 Pada orang-orang

tua dengan daya tahan tubuh yang lemah akan memudahkan pertumbuhan jamur atau

bakteri lain berkembang secara patogen.25 Tumbuh dan berkembangnya jamur dan

bakteri secara patogen dapat mengakibatkan timbulnya lesi keilitis angularis.27

Untuk mengukur defisiensi imun, dapat melalui kusioner yang dikeluarkan

oleh Dr Zbylot P. Kusioner ini terdiri dari 12 soal. Setelah selesai menjawab soal-soal

yang diberikan, pasien dibagikan atas 3 kategori yaitu tidak ada gangguan dalam

sistem imun, borderline (berisiko untuk mengalami defisiensi imun) dan mengalami

defisiensi imun.28

2.1.2 Gambaran Klinis Keilitis Angularis

Pada sudut mulut dapat terjadi secara simetri berupa eritema, rasa sakit dan

pembentukan fisur (celah). Yang paling sering sebagai daerah eritema dan udema

yang berbentuk segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser,

krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. Reaksi jangka

panjang, terjadi supurasi dan jaringan granulasi. Kadang-kadang lesi dapat

(20)

dari sudut mulut disebut rhagades, dalam bentuk yang lebih parah, terutama pada

pemakai protesa.14

Gambar 1: Gambaran keilitis angularis pada sudut mulut 15

2.2 Candida albicans

Candida albicans merupakan sel ragi berbentuk lonjong. Candida albicans merupakan jamur dimorfik yang dapat tumbuh dalam morfologi yeast atau bentuk

hifa tergantung pada lingkungan sekitarnya. Candida albicans merupakan flora

normal selaput mukosa saluran pernafasan, saluran pencernaan dan genitalia wanita.

Di tempat-tempat ini, ragi dapat menjadi dominan dan menyebabkan keadaan

patologik.27

2.2.1 Morfologi dan Identifikasi Candida albicans

Pada sediaan apus eksudat, Candida albicans tampak sebagai ragi lonjong,

gram positif, berukuran 2-3 x 4-6 µ m, dan sel-sel yang memanjang menyerupai hifa

(pseudohifa). Pada agar Sabouroud yang dieramkan pada suhu kamar, terbentuk

koloni-koloni berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin dan

(21)

kekuningan dan berbau seperti aroma tape.27,29 Bahan yang dibiakkan pada agar

Sabauroud yang dieramkan pada suhu 37ºC akan ditemukan sel-sel pseudomeselium

yang bertunas.27

Candida spp. tidak dapat diidentifikasi secara mikroskopis langsung atau dengan gambaran makroskopis dari kultur. Spesies diidentifikasi berdasarkan:30

1. Pertumbuhan yang cepat dari hifa

2. Produksi dari Klamidospora

3. Fermentasi dan asimilasi daripada gula

4. Utilisasi nitrogen

Gambar 2: Candida albicans pada kultur 30

Pada pemeriksaan mikroskopik, yang diambil dari apusan permukaan lesi, bila

diwarnai dengan Gram akan terlihat adanya sel ragi bertunas dan pseudohifa.

Pseudohifa juga dapat dilihat dengan tetesan kalium hidroksida 10% pada objek

glas.27

Candida albicans meragikan glukosa dan maltosa, menghasilkan asam dan gas; asam dari sukrosa; dan tidak bereaksi dengan laktosa. Peragian karbohidrat ini,

(22)

Metode germ tube dilakukan untuk membedakan spesies candida patogen dan

tidak patogen. Oleh karena itu, medium Corn meal digunakan untuk menentukan

Candida albicans dari spesies candida yang lain yaitu pembentukan pseudohifa atau blastokonidia dari candida. Jika diamati dengan menggunakan metode germ tube,

Candida albicans dapat diidentifikasikan dan tidak memerlukan test lebih lanjut. Jika germ tube tidak dapat diamati, koloni yang belum diketahui dapat dilakukan kultur

pada media Corn Meal. Jika terdapat pseudohifa dan blastokonidia, maka jamur yang

belum diketahui diyakini termasuk genus candida. Bisa dijumpai klamidospora yang

berbentuk bulat didiagnosa sebagai Candida albicans.32

Gambar 3: Candida albicans pada tahap-tahap

(23)

2.3 Staphylococcus aureus

Stapyhloccus aureus (Greek staphyle = seikat anggur, Latin coccus=bakteria berbentuk sfera, aureus = emas), atau staph emas (disebut ‘staff’), merupakan

Staphylococcus spp. yang umum menyebabkan infeksi pada manusia.33 Staphylococcus aureus berkolonisasi pada nares anterior, tetapi dapat juga ditemui pada bagian tubuh yang lain termasuk kulit, rongga mulut dan saluran pencernaan.35

2.3.1 Morfologi dan Identifikasi Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri kokus gram positif dengan diameter kira-kira 1µ m. Kokus ini terutama tersusun berkelompok seperti anggur,

tetapi ada juga yang berbentuk sel-sel tunggal atau berpasangan terutama ketika

diperiksa dari spesimen patologis. Bakteri ini tidak berspora, non motile dan biasanya

tidak berkapsul.32

Gambar 4: Pewarnaan gram Staphylococcus aureus menunjukkan karakteristik kokus gram positif 36

Spesimen yang ditanam pada lempeng agar darah menunjukkan koloni yang

(24)

beberapa hari kemudian secara optimal pada suhu kamar.27 Pada lempeng agar darah

karakteristik Staphylococcus aureus ditandai dengan koloni yang opaque, lembut

dengan pigmentasi kuning.32

Manitol Salt Agar merupakan media selektif dan deferensial untuk

menemukan Staphylococus spp. patogen dari kultur campuran.30 Media ini

mengandung komponen nutrisi seperti:beef extract dan peptone, sodium klorida,

manitol, phenol red dan agar. Kadar sodium klorida yang tinggi akan menghambat

bakteri lain. Staphylococcus aureus tumbuh dengan baik pada media tersebut dan

menghasilkan koloni berwarna kuning. Bakteri ini juga mampu memfermentasi

manitol sehingga merubah warna media menjadi kuning disekitar koloni.30

Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase positif, hal ini membedakannya dari spesies yang lain. Tes koagulase digunakan dengan plasma

kelinci (atau manusia) yang telah diberi sitrat dan diencerkan 1:5 dicampur dengan

biakan kaldu yang sama banyaknya dan kemudian dieramkan pada 37ºC. Sebagai

kontrol, dalam satu tabung dicampurkan plasma dan kaldu steril, kemudian

(25)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif dengan menggunakan

pendekatan cross-sectional. Penelitian survei deskriptif disini adalah penelitian yang

bertujuan melakukan pengumpulan data mengenai faktor-faktor penyebab yang

ditemukan pada pasien keilitis angularis. Hasil penelitian ini akan memberikan data

faktor penyebab apakah yang paling sering terjadi pada pasien keilitis angularis.

Pendekatan cross-sectional dimaksud yaitu peneliti melakukan observasi atau

pengukuran variabel satu kali yaitu pada saat pemeriksaan rongga mulut.

3.2 Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Gigi Mulut Pendidikan (RS

GMP) USU, Medan karena populasi pasien yang menerima perawatan penyakit

keilitis angularis di RS GMP USU cukup banyak yaitu di Departemen Penyakit

Mulut menurut data sekunder sebanyak 120 orang dalam 1 tahun yaitu dari Januari

2009 sehingga Januari 2010. Waktu penelitian direncanakan dari bulan April 2010

(26)

3.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel.

Populasi penelitian ini adalah pasien yang menderita keilitis angularis yang

datang ke RS GMP USU untuk mendapatkan rawatan.

Besar sampel adalah dengan menghitung sampel menggunakan rumus di

bawah ini karena penelitian ini menggunakan skala pengukuran kategorikal yaitu

skala nominal. Skala nominal hanya menggunakan nama atau label, dan tidak

mengandung informasi peringkat. Skala nominal dalam penelitian ini dihitung

presentase faktor penyebab penyakit keilitis angularis.

n = Zα2. P.Q

d2

n = jumlah sampel

Z = tingkat kemaknaan yang dikehendaki = 1,96

P = proporsi/prevalensi penyakit (dari penelitian terdahulu) = 47%

Q = 1-p

d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki = 0,1

Dari rumus tersebut, tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki adalah

sebanyak 20% karena ingin mendapatkan jumlah sampel yang minimum sehingga

disesuaikan dengan jumlah pasien di RS GMP USU dan juga lama penelitian.

Semakin besar nilai d, semakin kecil jumlah sampel. Jadi, besar sampel yang akan

digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 48 orang.

Cara sampling adalah dengan cara purposive sampling. Dengan cara ini,

peneliti memilih sampel berdasarkan pada kuesioner yang telah memenuhi kriteria

(27)

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1 Kriteria Inklusi

a) Pasien yang mempunyai keilitis angularis.

b) Pasien yang bersedia diperiksa rongga mulutnya.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

a) Pasien yang tidak mempunyai keilitis angularis.

b) Pasien yang tidak bersedia diperiksa rongga mulutnya.

3.5 Identifikasi Variabel

3.5.1 Variabel Independen

Agen infeksi, faktor mekanikal, defisiensi nutrisi dan defisiensi imun yang

mempengaruhi keilitis angularis.

3.5.2 Variabel Dependen

Pasien yang menderita keilitis angularis.

3.5.3 Variabel Perancu

(28)

3.6 Definisi Operasional

a.Keilitis angularis

Suatu kondisi lesi inflamasi pada komisura bibir, dapat terjadi pada satu sisi

(unilateral) maupun kedua sisinya (bilateral) berupa retakan, robekan atau fisur yang

dalam dan terasa sakit.

b.Candida albicans

Jamur penyebab keilitis angularis yang membentuk koloni pseudomembrane

yang berwarna putih pada sudut mulut.15

c. Staphylococcus aureus

Bakteri penyebab keilitis angularis yang menyebabkan pengelupasan yang

berwarna kuning pada sudut mulut.15

d.Faktor mekanikal

Kehilangan vertikel dimensi pada sudut mulut akibat pemakaian gigi tiruan

yang tidak pas atau kehilangan gigi hingga dapat menimbulkan keilitis angularis.

e.Defisiensi nutrisi

Gizi yang tidak memadai pada penderita keilitis angularis untuk memenuhi

tuntutan tubuh dapat disebabkan karena kurang asupan, gangguan pencernaan dan

penyerapan, atau makin banyaknya ekresi, dimana dapat diketahui dengan

menggunakan BMI dan kusioner.

f.Defisiensi imun

Gangguan kemampuan sistem pertahanan tubuh pada penderita keilitis

angularis untuk memerangi infeksi oleh bakteri, virus dan jamur. Contoh penyakit

(29)

3.7 Alat dan Bahan Penelitian

3.7.1 Alat-alat

3.7.1.1 Alat yang digunakan untuk pemeriksaan rongga mulut adalah kaca

mulut, masker dan sarung tangan.

3.7.1.2 Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah kapas lidi

steril, pinset dan tabung reaksi.

3.7.1.3 Alat yang digunakan untuk pengkulturan adalah lampu spiritus,

inkubator dan mikroskop.

3.7.2 Bahan-bahan

3.7.2.1 Bahan yang digunakan untuk pengambilan data pasien adalah lembar

kuesioner.

3.7.2.2 Bahan yang digunakan untuk pengambilan sampel ialah larutan garam

(NaCl) fisiologis.

3.7.2.3 Bahan yang digunakan untuk pengkulturan adalah media Sabouraud’s

Agar (untuk mengidentifikasi spesies kandida), media Corn Meal (untuk mengetahui

spesies kandida patogen atau tidak), media Blood agar (untuk mengidentifikasi

spesies stafilokokus) dan media MSA (untuk mengetahui spesies stafilokokus

(30)

3.8 Prosedur Penelitian

a) Pemilihan sampel

1. Pemilihan sampel dimulai dengan memerhatikan keadaan pasien menderita

keilitis angularis atau tidak. Apabila pasien menderita keilitis angularis maka dapat

dijadikan sebagai sampel.

2. Setelah itu, pasien diberikan informed consent supaya mendapat izin dari

pasien untuk dijadikan subjek penelitian.

3. Pengambilan data dapat dilakukan pada pasien yang menderita keilitis

angularis dan telah setuju untuk dijadikan subjek penelitian melalui kuesioner yang

diberikan kepada pasien. Data yang dicatat termasuk nama, usia, jenis kelamin,

alamat, adanya pemakaian gigi tiruan atau tidak, ada mengalami penyakit sistemik

atau tidak dan sebagainya.

b) Pengumpulan data

1. Pasien diminta untuk duduk di dental chair dan peneliti dapat meminta pasien

duduk dengan tenang. Diperhatikan keadaan lesi pada sudut mulut dan sekitar bibir

dan diperhatikan juga keadaan rongga mulut pasien.

2. Untuk mengetahui faktor mekanikal, peneliti dapat mengobservasi sendiri

keadaan rongga mulut pasien dan apakah pemakaian gigi tiruan pas atau tidak.

Disamping itu, pasien diwawancarai sesuai kuesioner.

3. Untuk mengetahui mengenai defisiensi nutrisi, dapat dilakukan dengan

mewawancarai pasien dengan kusioner yang telah memenuhi standar yang

(31)

4. Untuk mengetahui mengenai defisiensi imun, pasien diwawancarai mengenai

keadaan kesehatan masa lalu dan sekarang.

Gambar 5: Pengambilan data dengan kuesioner

5. Bagi mengukur faktor agen infeksi yakni Candida albicans dan

Staphylococcus aureus, peneliti melihat sudut mulut pasien bila mempunyai koloni pseudomembrane yang berwarna putih atau pengelupasan yang berwarna kuning,

barulah diambil spesimen dari sudut mulut pasien yang terkena lesi keilitis angularis

dengan menggunakan kapas lidi yang steril. Kapas lidi tersebut direndam ke dalam

tabung uji yang berisi larutan garam (NaCl) fisiologis lalu dihantar ke laboratorium

mikrobiologi FK USU untuk tujuan pengkulturan.

(32)

c) Pemeriksaan Candida albicans

1. Di laboratorium, bakteri langsung ditanam ke dalam media Sabouraud’s agar

dan digores secara zig-zag dengan menggunakan kapas lidi. Kemudian diinkubasi

selama 3 x 24 jam untuk melihat pertumbuhan mikroorganisma. Koloni yang tumbuh

pada media Sabouraud’s agar diamati bentuk makroskopisnya. Identifikasi kandida

ditemukan jika koloni berwarna putih kekuningan, koloni halus dan kelihatan seperti

pasta, serta mempunyai bau ragi.

Gambar 7: Hasil kultur pada media Sabouraud’s Agar

2. Kemudian koloni yang tumbuh dikultur kembali ke media Corn meal/ slide

cultur untuk memastikan spesies kandida selama 24 jam, lalu diperiksa di bawah mikroskop. Jika dijumpai pseudohifa dan klamidospora maka diidentifikasikan

(33)

d) Pemeriksaan Staphylococcus aureus

1.Di laboratorium, bakteri ditanam ke dalam Blood agar dan digores secara zig

zag dengan menggunakan kapas lidi yang dicelup di dalam tabung reaksi (yang berisi

larutan NaCl fisiologis). Kemudian dilakukan pengkulturan didalam inkubator

dengan temperatur 37ºC selama 18-24 jam.

2. Setelah bakteri tumbuh, koloni diidentifikasi sebagai Staphylococcus aureus

diwarnai dengan metode pewarnaan gram dan dilihat secara mikroskopis koloni

Staphylococcus aureus berbentuk kokus dan susunan seperti buah anggur. Koloni yang diidentifikasi sebagai Staphylococcus sp. ditanam ke dalam Mannitol Salt Agar

untuk memastikan adanya Staphylococcus aureus. Kemudian dilakukan pengkulturan

didalam inkubator dengan temperatur 37ºC selama 18-24 jam. Apabila koloni bakteri

memang Staphylococcus aureus, warna media Mannitol Salt Agar akan berubah dari

merah jambu menjadi kuning.

(34)
(35)

3.10 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.

3.11 Analisa Data

Data diolah dan dihitung dalam bentuk proporsi atau persentase. Data tersebut

disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan faktor-faktor penyebab keilitis angularis

(36)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Data Demografis Subjek Penelitian

Tabel 1. DATA DEMOGRAFIS PENDERITA KEILITIS ANGULARIS YANG BERKUNJUNG KE RS GMP FKG USU

(37)

berkunjung ke RS GMP FKG USU dilihat pada Gambar 9, grafik prevalensi keilitis angularis berdasarkan umur penderita yang berkunjung ke RS GMP FKG USU dilihat pada Gambar 10.

Gambar 9. Persentase penderita keilitis angularis laki-laki dan perempuan yang berkunjung ke RS GMP FKG USU

Gambar 10. Prevalensi keilitis angularis berdasarkan umur penderita yang berkunjung ke RS GMP FKG USU

(38)

4.2 Prevalensi Faktor-faktor Penyebab Keilitis angularis

Tabel 2. PREVALENSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEILITIS ANGULARIS PADA PENDERITA PENGUNJUNG RS GMP FKG USU

FAKTOR PENYEBAB N %

Agen infeksi 21 43,75

Faktor mekanikal 4 8,33

Defisiensi nutrisi 18 37,5

Defisiensi imun 3 6,25

Agen infeksi + Faktor

mekanikal 2 4,16

Data pada Tabel 2 di atas menunjukkan prevalensi faktor-faktor penyebab

keilitis angularis pada penderita pengunjung RS GMP FKG USU. Faktor penyebab

utama ialah agen infeksi telah menunjukkan persentase terbesar yaitu 43,75%, diikuti

dengan defisiensi nutrisi 37.5%. Faktor mekanikal menunjukkan persentase sebanyak

8,33% dan defisiensi imun menunjukkan persentase sebanyak, 6,25% . Agen infeksi

serta faktor mekanikal menunjukkan persentase sebanyak 4,16%.

Tabel 3. PREVALENSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEILITIS ANGULARIS BERDASARKAN AGEN INFEKSI

AGEN INFEKSI N

%

(39)

Staphylococcus aureus 10 20,83

Candida albicans dan Staphylococcus aureus

5 10,41

Data pada Tabel 3 di atas menunjukkan prevalensi faktor-faktor penyebab

keilitis angularis berdasarkan agen infeksi pada penderita pengunjung RS GMP FKG

USU. Agen infeksi yang paling terbesar persentase ialah faktor Staphylococcus

aureus iaitu 20,83% diikuti dengan Candida albicans yaitu 18,75% dan kombinasi antara Candida albicans dan Staphylococcus aureus ialah 10,41%.

4.3 Nilai BMI pada penderita keilitis angularis

Tabel 4. PREVALENSI BMI PADA ANAK-ANAK PENDERITA KEILITIS ANGULARIS

LAKI-LAKI PEREMPUAN

N % N %

Jumlah anak 12 40 18 60

Underweight 8 26,67 8 26,67

Normal BMI 2 3,33 10 33,33

Overweight atau obese 2 3,33 0 0

Data tabel 4 menunjukkan BMI pada anak-anak yang menderita keilitis

angularis. Dari jumlah 30 orang anak yang menderita keilitis angularis, jumlah

(40)

perempuan. Anak-anak yang menunjukkan BMI yang normal ialah 2 orang bagi

anak-anak lelaki dan 10 orang bagi anak-anak perempuan. Jumlah anak laki-laki yang

overweight ialah 2 orang.

Tabel 5. PREVALENSI BMI PADA ORANG DEWASA PENDERITA KEILITIS ANGULARIS

N %

Underweight(<18.5) 1 5,55

Normal (18.5-24.9) 17 94,4

Overweight( 25.0-29.9) 0 0

Obese(>30) 0 0

Dari tabel 5 menunjukkan BMI pada orang dewasa yang menderita keilitis

angularis. Jumlah orang dewasa yang underweight ialah 1 orang dan jumlah orang

dengan BMI normal ialah 17 orang.

4.4 Hasil kusioner dan pemeriksaan oral

Tabel 6: HASIL KUESIONER DEFISIENSI NUTRISI PADA PENDERITA KEILITIS ANGULARIS YANG BERKUNJUNG KE RS GMP FKG USU

JUMLAH PENDERITA

(N)

TOTAL (%)

Jumlah penderita dengan skor 6

(41)

Jumlah penderita dengan skor 5

(nutrisi yang baik) 14 29,16

Jumlah penderita dengan skor 4

(nutrisi yang kurang baik) 7 14,58

Jumlah penderita dengan skor 0-3

(defisiensi nutrisi) 18 37,5

Dari tabel 6 menunjukkan hasil kusioner bagi kategori defisiensi nutrisi pada

penderita keilitis angularis yang berkunjung ke RS GMP FKG USU. Persentase yang

terbesar adalah yang dengan skor 0-3 yaitu 37,5% diikuti dengan skor 5 yaitu

29.16%. Persentase dengan skor 6 adalah 18,75% manakalah persentase yang terkecil

ialah dengan penderita dengan skor 4 yaitu 14,58%.

Tabel 7: HASIL KUESIONER DEFISIENSI IMUN PADA PENDERITA KEILITIS ANGULARIS YANG BERKUNJUNG KE RS GMP FKG USU

JUMLAH PENDERITA

(N)

TOTAL(%)

Jumlah penderita dengan

skor 8-12 (defisiensi imun) 3 6,25

Jumlah penderita dengan

(42)

Jumlah penderita dengan

skor 0-4 (tiada defisiensi

imun)

26 54,16

Tabel 7 menunjukkan hasil kuesioner defisiensi imun pada penderita keilitis

angularis yang berkunjung ke RS GMP FKG USU. Persentase yang terbanyak adalah

dengan skor 0-4 yaitu 54,16% diikuti dengan skor 5-7 yaitu 39,58%. Persentase

terkecil adalah dengan skor 8-12 yaitu 6,25%.

Tabel 8: HASIL KUESIONER FAKTOR MEKANIKAL PADA PENDERITA KEILITIS ANGULARIS YANG BERKUNJUNG KE RS GMP FKG USU

Data dari tabel 8 menunjukkan hasil kuesioner faktor mekanikal pada

penderita keilitis angularis yang berkunjung ke RS GMP FKG USU. Jumlah

penderita dengan skor 2-4 ialah 12,5% dan jumlah penderita dengan skor 0-2 ialah

(43)

Tabel 9: HASIL PEMERIKSAAN INTRA ORAL PADA PENDERITA KEILITIS ANGULARIS YANG BERKUNJUNG KE RS GMP FKG

USU

JUMLAH PENDERITA

(N)

TOTAL(%)

Denture stomatitis 2 4,16

Data dari tabel 9 menunjukkan pemeriksaan intra oral pada penderita keilitis

angularis yang berkunjung ke RS GMP FKG USU. Dijumpai adanya denture

(44)

BAB 5

PEMBAHASAN

Keilitis angularis telah menjadi satu kasus penyakit mulut yang sering terjadi

pada pasien yang berkunjung ke RS GMP FKG USU, ini dibuktikan dengan

diperoleh populasi penderita keilitis angularis sepanjang tahun 2009 sebanyak 120

orang. Jumlah ini cukup banyak sehingga menjadi alasan bahwa penelitian

faktor-faktor penyebab keilitis angularis ini dilakukan pada penderita pengunjung RS GMP

FKG USU. Faktor-faktor penyebab yang djumpai dalam penelitian ini terbagi empat

yaitu agen infeksi, defisiensi nutrisi, defisiensi imun dan faktor mekanikal.

Persentase keilitis angularis perempuan lebih tinggi sesuai dengan penelitian

Almeida dkk yang mengkaji prevalensi keilitis angularis pada orang-orang di Bauru

dimana kondisi ini lebih banyak mengenai perempuan (12,76%) berbanding laki-laki

(11,32%).7 Data ini juga sesuai dengan literatur yang mengatakan keilitis angularis

lebih sering terjadi kepada perempuan karena perempuan lebih banyak mengalami

anemia defisiensi besi dimana salah satu manifestasinya adalah keilitis angularis dan

perempuan juga mengalami reaksi alergik terhadap gincu atau bahan kosmetik.12

Selain itu, penelitian ini didapati golongan anak-anak lebih banyak menderita keilitis

angularis berbanding orang dewasa tetapi berbeda dengan penelitian oleh Anil S.

yang mendapati golongan antara 40-60 tahun yang lebih sering menderita keilitis

angularis.6

Agen infeksi menunjukkan persentase tertinggi dalam tabel 2 sesuai dengan

(45)

infeksi, dimana dapat diisolasi lebih dari 54% dari lesi dengan agen infeksi yang

utama ialah Candida spp dan Staphylococci spp.13 Dalam tabel 3, agen infeksi yang

diteliti adalah Candida albicans dan Stapyhlococus aureus sesuai dengan penelitian

Lewis dkk yang telah membuktikan agen infeksi tersebut yang sering dijumpai pada

kasus keilitis angularis.15 Dari literatur mengatakan Candida albicans dan

Stapyhlococus aureus merupakan flora normal dalam rongga mulut.28,35

Nilai BMI adalah sebagai alat bantu penilaian status nutrisi secara

individual.35 BMI anak-anak yang berusia dari 2-20 tahun disesuaikan dengan tabel

baku pertumbuhan (CDC 2000) dari Amerika Serikat. Didapati pada anak-anak

penderita keilitis angularis lebih banyak anak-anak yang underweight yang menderita

keilitis angularis dibandingkan dengan anak-anak yang mempunyai BMI yang

normal.Ini menunjukkan nilai BMI yang underweight pada anak-anak ada kaitannya

dengan defisiensi nutrisi. Dari hasil penelitian Selianty N, menunjukkan persentase

keilitis angularis pada anak dengan underweight (56%) lebih besar daripada anak

status gizi normal (44%), hampir sama dengan penelitian Lubis S (2003), dimana

perbandingan persentase keilitis angularis pada anak KEP dengan anak status gizi

baik ialah 55,32% banding 44,68%.5,39 Hal ini sesuai dengan literatur yang

menjelaskan salah satu faktor terjadi keilitis angularis ialah kurang gizi, terutama

pada anak-anak.13

Kusioner yang dilakukan oleh Dr Stewart A. pada lebih 2000 orang di British

untuk mengetahui tentang status nutrisi mereka. Kuesioner untuk menguji defisiensi

(46)

mencukupi dan tidak perlu melakukan perubahan dalam diet. Bila skor 5

menunjukkan skor yang baik tetapi diet harus diperhatikan. Bila skor 4, tergolong

dalam kelompok dengan nutrisi yang kurang baik, harus melakukan usaha untuk

meningkatkan diet mereka dan merupakan faktor risiko untuk kekurangan nutrisi

tertentu. Jika skor 0-3, berarti individu mengalami defisiensi nutrisi dan perlu bantuan

dokter untuk mendapatkan edukasi tentang nutrisi.24 Hasil penelitian ini ini didapati

sebanyak 18 orang mengalami defisiensi nutrisi.

Kusioner yang dibuat oleh Dr Zbylot P. dkk untuk mengetahui fungsi sistem

imun pasien-pasiennya di Amerika Serikat. Kusioner ini memberitahu secara

ringkasan bila ada kelainan dalam fungsi sistem imun. Kusioner untuk defisiensi

imun ini mengandung 12 pertanyaan. Bila penderita mendapat skor kurang dari 4

berarti tidak ada gangguan dalam sistem imun. Penderita mendapat skor antara 4-8

berada dalam golongan borderline untuk mengalami defisiensi imun dan harus

merujuk kepada dokter untuk mendapatkan tindakan lanjut. Penderita yang mendapat

skor 8-12 maka penderita mengalami defisiensi imun dan harus segera mendapatkan

perawatan lanjut.29 Dari kuesioner ini didapati hanya 3 orang yang mendapat skor

8-12, maka mereka berada dalam kelompok defisiensi imun.

Hasil kuesioner dari tabel 8 untuk mengetahui tentang faktor mekanikal.

Daripada 48 orang yang menderita keilitis angularis didapati hanya 6 orang yang

memakai gigitiruan. Kusioner untuk faktor mekanikal ini terdiri 4 pertanyaan.

Melalui kusioner hanya 6 orang yang mendapat skor 2-4 dimana didapati faktor

mekanikal yang menjadi penyebab keilitis angularis. Usia dari enam penderita

(47)

proses penuaan dan pemakaian gigi tiruan menyebabkan perubahan pada bentuk

anatomi, termasuk kehilangan vertikel dimensi pada maxila dan mandibula yang

menyebabkan adanya lebihan lipatan. Perubahan ini dapat menyebabkan keilitis

angularis.10

Hasil pemeriksaan intra oral pada penderita keilitis angularis dan didapati 2

orang mengalami denture stomatitis. Menurut penelitian Greenberg dkk, 30% dari

pasien dengan denture stomatitis turut menderita keilitis angularis tetapi hanya

(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil yang didapati pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor

penyebab keilitis angularis yang dapat dilihat pada pasien yang berkunjung ke RS

GMP FKG USU adalah multifaktorial yaitu agen infeksi, defisiensi nutrisi, defisiensi

imun dan faktor mekanikal. Agen infeksi yang lebih banyak ditemui dalam penelitian

ini ialah Staphylococcus aureus dibandingkan dengan Candida albicans. Defisiensi

nutrisi lebih banyak ditemukan pada anak-anak yang menderita keilitis angularis

dibandingkan orang tua, defisiensi imun dan faktor mekanikal hanya ditemukan pada

orang tua. Dari penelitian ini, keilitis angularis didapati lebih banyak mengenai

anak-anak berbanding dewasa.

6.2 Saran

a. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang mencerminkan populasi yang

diteliti maka diperlukan besar sampel yang lebih besar dan lebih representatif.

b. Dapat dilakukan pemeriksaan hematologi untuk menguji defisiensi nutrisi

yang lebih spesifik seperti kekurangan besi dan vitamin B12.

c. Untuk mendapatkan hasil penyebab defisiensi imun lebih tepat dengan

(49)

DAFTAR RUJUKAN

1. Devani, Barankin D. Dermacase, Angular cheilitis.Can Fam Physician 2007;53:1022-23

2. Faiz R. Angular cheilitis-overview and Symptoms of Angular Chelitis. 23 Januari

2008.

3. Parlak Ah, Koybasi S, Yavuz T, Yesildad N , Anul H, Aydigan I, dkk. Prevalance of

oral lesion in 13 to 16 years old student in Duze,Turkey.Oral Dis 2006;12(6):553-8.

(abstract)

4. Axèll T. Prevalance study of oral mucosal lesion in an adult Swedish population.

Odontol Revy Suppl.1976; 36:1-103. (abstract)

5. Lubis S. Hubungan status gizi dengan terjadinya keilitis angularis pada anak umur

6-12 tahun di enam panti asuhan di kota madya Medan. Dentika J Dent 2006;11:117-27

6. Hari S, Anil S. Angular Cheilitis:Review of etilogy and clinical management, K.Dent

J,1989:Vol 13(2)229-231

7. Almeida Maira GD, Moratto LM , Carvalho IM. Angular cheilitis Prevalence in

Cleft Lip/Cleft Palate Patients from Hospital For Rehabilitation of Craniofacial

Anomalies, USP, Bauru. J Salusvista 2005; 24(1): 105-111

(50)

9. Samaranayake L.P , Warnakulasuriya K.A.A.S

group of Sri Lankan adults: a clinical and microbiologic study. J of Oral

Pathology&Medicine 2006; 20(4):172-175.

10.Bruce A, Tierney K.R. Angular Cheilitis. <

11.Bamji M.S, Rameshwarsarma K.V, Radhaiah G. Relationship between biochemical

and clinical indices of B-vitamin deficiency. A study in rural school boys. Br. J. Nutr.

1979;41:431-441

12.Langais R.P, Miller C.S. Color Atlas of Common Oral Disease.3rd edition.

Philadephia:Lippincott Williams&Wilkins, 2003:94.

13.Scully C, Dunitz M. Handbook of Oral Diseases:Diagnosis and Management.

London: Thieme Medical Publishers, 2001:311-2

14.Scully C. Oral and Maxillofacial Medicine. The basis of diagnosis and treatment. 2nd

edition. Philadelphia: Churchill Livingstone, Elsevier: 2003, 147-149.

15.Lewis MOA, Jordan RCK.A Colour Handbook of Oral Medicine. London:Manson

Publishing Ltd, 2004:88.

16.Samaranayake L.P. Essential Microbiology for Dentistry. Philadelphia: Churchill

(51)

17.Scully C, Bagan J.V, Eisen D, Porter S, Rogers RS. Dermatology of The Lips.

Oxford: Isis Medical Media Ltd, 2000: 169-173

18.Ghom A, Mhaske S. Textbook of Oral Pathology. New Delhi : Jaypee Brothers

Medical Publishers (P) Ltd, 2009: 577-79

19.Rajendran R, Sivapathasundharam B. Shafer’s Textbook of Oral Pathology. India:

Reed Elsevier India (P) Ltd, 2006: 916-18

20.Decker RT. Oral Manifestations of Nutrient Deficiencies. ADA Journal 1998;

65:355–361

21.Verbov JL. Dermatological surgery. London: Springer Publishing Ltd, 1986:26-8

22.Solby C. What Causes Angular Cheilitis.

< http://www.angularcheilitistreatment.com/what-causes-angular-cheilitis>

(1 Desember 2009)

23.Supariasa IND, Bakri B, Fajar I. Penilaian status gizi. 1st ed; Jakarta: Penerbit Buku

kedokteran ECG,2001: 36-63

24..Andrei A, Gonzaga MV.Immune deficiency.<

25.Kimball KR. Health and disease information about Immunodeficiency.

(52)

26.Brigthman VJ. Red and white lesion of oral mucosa. 8th edition: Lynch MA,

Brigthman VJ, Greenberg MS, Burkets’s oral medicine diagnosis and treatment.

Philadephia:JB Lippincott,1984:221-31

27.Brooks G.F, Butel J.S, Ornston L.N. Mikrobiologi Kedokteran. Alih bahasa. Nugroho

E, Maulany RF. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995: 211-215,627-630.

28.Zabyot P. Immune System Function Questionnaire. 2000

29.Tjampakasari CR. Karakteristik Candida albikans. 2006.

30.Bhatia R, Ichhpujani RL. Essentials of Medical Microbiology. 2th edition. New

Delhi:Jaypee Brothers, 1999:454-55

31.Red Book Online. Clinical Manifestation of Candidiasis (Moniliasis, Thrush).

September 2009)

32.Koneman EW, Procop GW, Schreckenberger PC, Woods GL. Koneman’s Color

Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology. Philadelphia:Lippincott

(53)

33.Cannon R. The Chronic Candidiasis Syndrome, Intestinal Candida and its relation to

chronic illnes<

Desember 2009)

34.Modric J. What is Staphyloccocus aureus?

35.Toddar K. Staphylococcus aureus and Staphylococcal Disease.

36.Rollins DM. Staphylococcus Summary. 2000

37.Dugan C. Clinical Assessment of Nutritional Status. 4th ed. Hamilton, Ontario,

Canada: BC Decker Inc; 2008:6-12.

38.Selanty N. Penilaian tingkat pengetahuan dan status gizi pada anak panti asuhan umur

6-12 tahun hubungannya dengan angular cheilitis. Skripsi, FKG 2008:24-40.

39.Stewart A. Simple Dietary Assessment. 2002

(54)

Nama : No. Kartu :

Apakah dalam menu utama anda senantiasa mengandung makanan yang kaya protein

Satu hidangan makan seharusnya mengandungi 4 ons atau 112 g protein.

YA (√) TIDAK (×)

Sumber haiwani seperti daging, ikan atau telur

Sumberkan nabati seperti kacangan, tauhu, bijirin

Apakah anda mengkomsusi 5 atau lebih porsi daripada buah dan sayuran setiap hari?

1 porsi dari buah atau sayuran adalah sama dengan 80g atau setara dengan buah-buahan di bawah ini

YA (√) TIDAK (×)

Sebuah apel, pear, jeruk atau buah yang sama ukurannya

2 buah plum atau buah yang sama ukurannya

½ dari buah jeruk bali atau alpokat

Satu potong dari buah yang besar seperti melon atau nenas

3 sendok makan sayuran ( mentah, dimasak, sejukbeku)

Satu gelas (150ml) jus buah

(55)

3. Produk susu

Apakah anda mengambil 2 atau lebih hidangan susu atau produk susu lainnya

Satu hidangan adalah 200ml susu, yogurt, atau 50g keju rendah lemak

YA (√) TIDAK (×)

4. Ikan

Apakah anda makan dua atau lebih porsi ikan per minggu termasuk sekurang-kurangnya seekor yang mengandungi minyak essensial

Contoh ikan yang mengandung minyak essensial ialah mackerel, hering, sardin, salmon, tuna, forel dan belut.

YA (√) TIDAK (×)

5.Karbohidrat bergizi

Apakah anda makan karbohidrat yang kaya nutrisi setiap hari

Sereal sarapan seperti muesli atau bubur

6.Sarapan pagi

Apakah anda makan sarapan setiap pagi

(56)

Fungsi sistem imun

1. Apakah anda terpapar oleh bakteri dan atau infeksi Ya Tidak

2. Apakah anda sering mempunyai hidung atau mata

yang gatal Ya Tidak

3. Apakah anda mempunyai hidung berair atau tersumbat

yang kronik Ya Tidak

4. Apakah anda sering mengalami gatal mulut atau tekak Ya Tidak

5.Apakah anda sering mengalami cold sore/flu Ya Tidak

6.Apakah anda sensitif kepada bahan kimia Ya Tidak

7.Apakah anda sering mengalami ruam pada kulit Ya Tidak

8.Apakah anda mengalami reaksi/alergik pada beberapa Ya Tidak jenis makanan

9.Apakah anda sering mengalami keletihan yang

tidak dapat diperbaiki dengan istirahat yang secukupny Ya Tidak

10.Apakah anda perlu memakan diet yang lebih sehat Ya Tidak

11.Apakah anda kurang tidur dan relaksasi Ya Tidak

12.Apakah anda menjalani kehidupan yang stress Ya Tidak

Faktor mekanikal

1.Adakah anda memakai gigitiruan? Ya Tidak

2. Apakah membersihkan gigitiruan? Ya Tidak

3. Apakah gigi tiruan terasa goyang/ longgar

ketika dipakai Ya Tidak

Gambar

Tabel
Gambar 2: Candida albicans                                                                         kultur  pada  30
Gambar 3: Candida albicans pada tahap-tahap
Gambar 7: Hasil kultur pada media Sabouraud’s Agar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan fakta empiris tentang pelayanan kesehatan pada RSGMP FKG USU Medan dirasakan perlu dilakukan penelitian yang akan menganalisis persepsi pasien tentang kualitas

Sri Wulansari: Distribusi Frekuensi Denture Stomatitis Dan Faktor-Faktor Predisposisi Pada Penderita Yang Berobat Di Laboratorium Ilmu Penyakit Mulut FKG-USU Medan Tahun 1999 S/D

Dengan mengetahui prevalensi pencabutan fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG

Populasi penelitian adalah seluruh pasien anak usia 6-11 tahun yang melakukan perawatan gigi di klinik Pedodonsia RSGMP FKG USU Medan, dengan.. jumlah sampel sebesar

Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU tentang tindakan pada saat perawatan dental pada pasien