FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEILITIS ANGULARIS
PADA PASIEN PENGUNJUNG RUMAH SAKIT
GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN
FKG USU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
NURIN FAREHAH MOHD ZULKIFLI NIM : 060600145
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 4 Agustus 2010
Pembimbing : Tanda tangan
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 4 Agustus 2010
TIM PENGUJI
KETUA : Wilda Hafni Lubis, drg., M Si.
ANGGOTA : 1. Syuaibah Lubis, drg.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW sehingga skripsi yang berjudul ”Faktor-faktor penyebab Keilitis angularis pada pasien pengunjung yang berkunjung ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU”, selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dengan hati yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tersayang yaitu ayah Mohd Zulkifli Mohd Zainudin dan ibu Naziah Basirun yang telah memberikan kasih sayang, doa restu dan dukungan tanpa batas. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Wilda Hafni Lubis, drg., M Si selaku ketua Departemen Penyakit Mulut dan dosen pembimbing skripsi atas kesabaran dan waktu yang diberikannya untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Syuaibah Lubis, drg., selaku tim penguji skripsi dan Sayuti Hasibuan, drg., Sp. PM., selaku koordinator skripsi dan juga tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran kepada penulis.
3. Prof Trimurni Abidin,drg., M.Kes., Sp.KG(K), selaku dosen pembimbing akademik penulis yang telah memberikan motivasi dalam kegiatan akademik penulis.
Sumatera Utara atas dukungan kepada penulis selama menjalani penelitian di RS GMP FKG USU.
5. Dr. Sofyan Lubis, DMM., Dr Meli dan Ibu Rafidah yang banyak membantu penulis melaksanakan penelitian di laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU.
6. Ibu Tengku Wildan Syahfina yang telah banyak membantu penulis berurusan dengan subjek penelitian.
7. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, SpPd., SpJP(K) selaku ketua komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran USU.
8. Teman-temanku Safiah, Nurulhafizah, Sarah Soraya, Farah Aimi, Ahmad Redzuan, Aiman, Abu, Faiz dan teman-teman seangkatan 2006 lain yang tidak mungkin disebutkan satu per satu atas bantuan, doa dan dukungan yang diberikan dalam suka dan duka.
Akhir sekali, penulis juga mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Penyakit Mulut.
Medan, Agustus 2010 Penulis,
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan Penelitian……….. 3
1.4 Manfaat Penelitian……… 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……… 5
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN……….. 15
3.1 Jenis Penelitian………... 15
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian………. 15
3.3 Populasi, Besar Sampel dan Cara Sampling………... 16
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi……….. 3.4.1 Kriteria Inklusi………... 3.6 Definisi Operasional………... 18
3.7 Alat dan Bahan Penelitian……….. 3.7.1 Alat-alat………. 3.7.2 Bahan-bahan……….. 19 19 19 3.8 Prosedur Penelitian………. 20
3.9 Alur Penelitian……… 24
3.10 Pengolahan Data………... 25
3.11 Analisa Data………. 25
BAB 4 HASIL PENELITIAN……….. 26
4.1 Data Demografis Subjek Penelitian……… 26
4.2 Prevalensi Faktor-faktor Penyebab keilitis angularis... 28
4.3 Nilai BMI pada penderita keilitis angularis ………... 29
4.4 Hasil kusioner dan pemeriksaan oral ………... 30
BAB 5 PEMBAHASAN………... 34
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Data Demografis Penderita Keilitis Angularis yang
Berkunjung ke RSGMP USU... 25
2 Prevalensi Faktor-faktor Penyebab Keilitis Angularis Pada
Penderita RSGMP USU... 27
3 Prevalensi Faktor-faktor Penyebab Keilitis Angularis
Berdasarkan Agen Infeksi... 27
4 Prevalensi BMI Pada Anak-anak Penderita Keilitis
Angularis...
28
5 Prevalensi BMI Pada Orang Dewasa Penderita Keilitis
Angularis...
29
6 Hasil Kuesioner Defisensi Nutrisi Pada Penderita Keilitis
Angularis Yang Berkunjung Ke RSGMP USU... 29
7
8
Hasil Kuesioner Defisiensi Imun Pada Penderita Keilitis
Angularis yang Berkunjung ke RSGMP USU...
Hasil Kuesioner Faktor Mekanikal Pada Penderita Keilitis Angularis yang Berkunjung Ke RSGMP USU...
30
31
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Gambaran keilitis angularis pada sudut mulut... 8
2 Candida albicans pada kultur... 13
3 Candida albicans pada tahap-tahap yang berbeda... 13
4 Pewarnaan gram Staphylococcus aureus menunjukkan karakteristik kokus gram positif……… 18 5 Pengambilan data dengan kuesioner... 20
6 Sampel lesi keilitis angularis direndam dalam larutan NaCl... 20
7 Hasil kultur pada Media Sabouraud’s Agar... 21
8 Hasil kultur pada media MSA... 22
9 Persentase keilitis angularis laki-laki dan perempuan yang berkunjung ke RS GMP FKG USU... 27
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Lembar Persetujuan Setelah Pengesahan
2 Lembar Penjelasan
3 Lembar Kuesioner Penelitian
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Keilitis angularis suatu masalah lesi oral yang sering ditemui dalam praktek
kedokteran gigi merupakan keadaan inflamasi yang dapat terjadi secara unilateral
atau bilateral pada sudut mulut. Dapat terjadi secara spontan tetapi lebih sering terjadi
pada pasien yang memakai gigi palsu atau pesawat ortho, atau pada anak-anak yang
sering mengences dan yang sering menjilat sudut bibir.1 Keilitis angularis bukan
merupakan penyakit yang membahayakan tetapi memberikan efek yang dapat
mempengaruhi kenyamanan seseorang dalam melakukan aktivitasnya seperti terasa
sakit bila tertawa, kulit menjadi kering dan pecah-pecah dan merasa malu untuk
bersosialisasi. Hal ini mempengaruhi keadaan psikologis yang dapat memicu
terjadinya stres pada seseorang.2
Prevalensi terjadinya keilitis angularis menurut beberapa penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan angka yang cukup tinggi. Dari penelitian Martinez P. dkk
melaporkan 2,5% menderita keilitis angularis pada populasi orang dewasa di
Amerika Serikat. Pada penelitian yang dilakukan oleh Parlak AH dkk, prevalensi lesi
oral pada anak usia umur 13-16 tahun di Turki, dilaporkan bahwa 26,2% menderita
lesi oral dan 9% diantaranya menderita keilitis angularis.3 Penelitian lain oleh Axel,
mengenai prevalensi lesi oral pada orang dewasa di Sweden sebanyak 62% menderita
panti asuhan Kota Madya Medan, 94 diantaranya menderita keilitis angularis (47%).5
Keilitis angularis dapat terjadi pada kanak-kanak dan dewasa, namun lebih sering
terjadi pada orang-orang tua.6
Penyebab utama terjadinya keilitis angularis disebabkan agen infeksi.
Penelitian yang dilakukan oleh Carvalho dkk, (1985) dapat diidentifikasikan bahwa
agen infeksi yang dapat menyebabkan keilitis angularis ialah Staphylococcus aureus,
Candida albicans dan Streptococcus beta-hemolíticos.7 Menurut Ohman dkk, keilitis angularis disebabkan oleh kandida (20%), infeksi campuran antara kandida dan
bakteria (60%) atau hanya bakteria (20%).8 Penelitian dari Samaranayake dkk, pada
49 orang yang menghidap keilitis angularis didapatkan bahwa 59% agen infeksi dapat
diisolasi dan dari jumlah itu Candida spp pada 24 pasien dan Staphylococcus aureus
pada 11 pasien. Penelitian ini membuktikan bahwa penyebab keilitis angularis adalah
Candida spp dan Staphylococcus aureus.9
Disamping itu, keilitis angularis dapat juga disebabkan oleh faktor mekanikal.
Menurut penelitian Carvalho (2000), dari 300 orang tua di Bauru, 232 daripada
mereka memakai protesa, 113 (48,7%) mengalami perubahan pada bukal disebabkan
penggunaan protesa, dari perubahan bukal tersebut, 17 (15%) menghidap keilitis
angularis.7
Defisiensi nutrisi juga dapat sebagai penyebab keilitis angularis terutama
defisiensi riboflavin, asam folat, besi dan protein.10 Menurut Bamji M.S, penelitian di
Hyberabad pada 407 orang anak-anak usia 5-13 tahun telah ditunjukkan bahwa
diantara simptom defisiensi nutrisi yang paling jelas adalah keilitis angularis yaitu
Defisiensi imun seperti penderita diabetes mellitus, Down syndrome atau
infeksi HIV dapat terjadi yang dapat dikaitkan dengan candidiasis. Kasus dengan
infeksi HIV dan kaitannya dengan keilitis angularis dapat dibuktikan melalui
penelitian yang dilakukan oleh Cavassani dan Sobrino (2003) yang mengobservasi
prevalensi keilitis angularis yaitu 19%. 7
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka timbul permasalahan
1. Apakah etiologi keilitis angularis pada pasien yang datang di Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU?
2. Berapakah prevalensi faktor-faktor etiologi keilitis angularis pada pasien
yang berkunjung ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU?
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui etiologi keilitis angularis pada pasien yang berkunjung
ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU.
2. Untuk mengetahui prevalensi faktor-faktor etiologi keilitis angularis di
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah
1. Memberi informasi kepada dokter gigi tentang faktor etiologi yang
berperan pada terjadinya keilitis angularis dan memberikan perawatan
terhadap pasien serta dengan diketahuinya etiologi keilitis angularis dapat
digunakan oleh dokter gigi untuk mengedukasi pasien.
2. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut dan untuk program penyuluhan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keilitis Angularis
Keilitis angularis merupakan suatu keadaan reaksi inflamasi pada sudut mulut
atau komisura labial yang biasanya dimulai dari mucocutaneous junction dan dapat
berlanjut ke kulit. Dikarakteristikan sebagai bentuk berfisur, kulit merekah, sensasi
rasa terbakar dan mengering pada sudut mulut.6 Keilitis angularis juga disebut
sebagai perleche (menjilat dalam bahasa perancis), angular stomatitis dan cheilosis.12
Keilitis angularis dapat terjadi secara unilateral dalam kasus-kasus infeksi
disebabkan Candida albicans, Staphylococcus aureus, dapat berupa gangguan bentuk
anatomis dari satu per tiga dari wajah bagian bawah dan akibat kebiasaan buruk,
dapat juga terjadi secara bilateral yang disebabkan oleh defisiensi nutrisi, anemia dan
Diabetes Mellitus, terjadinya lesi dapat bervariasi dari beberapa hari ke beberapa
tahun tergantung kepada etiologi.6
2.1.1 Etiologi Keilitis Angularis
Keilitis angularis ialah penyakit klinis yang multifaktorial yang dapat
disebabkan oleh empat faktor utama yaitu agen infeksi, faktor mekanikal, defisiensi
imun, dan defisiensi nutrisi yang dapat terjadi secara sendiri atau berupa kombinasi
beberapa faktor.13,14,15,16 Umumnya pada orang dewasa disebabkan oleh agen infeksi
atau faktor mekanikal sedangkan pada anak-anak yang lebih menonjol disebabkan
2.1.1.1 Agen Infeksi
Agen infeksi merupakan penyebab utama dan dapat diisolasi pada lebih 54%
dari lesi, dimana sebagian besar adalah Candida albicans dan Staphylococcus aureus.
Keilitis angularis sering dikaitan dengan keberadaan intra-oral candidiasis, yang
umumnya terjadi pada pasien yang memakai gigi tiruan, terutama pada pasien yang
mengalami denture stomatitis.14 Candida spp. dapat diisolasi kurang lebih dua pertiga
dari pasien yang menghidap keilitis angularis, terjadi karena satu faktor saja atau
merupakan kombinasi dengan Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp.15 Dari
penelitian M Lewis dkk, yang ingin mengetahui etiologi keilitis angularis, terhadap
100 pasien yang diperiksa didapati adanya Candida albicans dalam 31 orang pasien,
pertumbuhan Staphylococcus aureus pada 19 orang pasien dan kombinasi antara
Candida albicans dan Staphylococcus aureus pada 15 orang pasien.16 Menurut Lamey dan Lewis, secara umumnya pasien menderita keilitis angularis yang memakai
protesa lebih cenderung mempunyai Candida spp. yang berkolonisasi dalam flora
oral sedangkan pasien yang sering memakai masker lebih cenderung didapati
kolonisasi Staphylococcus aureus di nares anterior.1 Adanya pengelupasan kulit yang
berwarna kuning menunjukkan infeksi dari Staphylococcus aureus yang dapat
membedakannya dengan Candida spp.17
2.1.1.2 Faktor Mekanikal
Faktor mekanik dapat terjadi pada orang tua dan anak-anak. Pada orang tua
dapat disebabkan oleh pemakaian gigi tiruan yang tidak pas atau akibat proses
menggunakan dot.10,18 Pada orang tua, bila terjadinya kehilangan ketinggian oklusal
disebabkan kerana kehilangan gigi atau pasien dengan gigi tiruan yang tidak pas akan
menyebabkan kurangnya dimensi vertikal, dan seterusnya membentuk lipatan-lipatan
pada sudut mulut. Saliva akan berakumulasi pada lipatan tersebut, menyebabkan
lembab dan menyediakan habitat yang sempurna untuk Candida albicans.18,19 Pada
anak-anak, kebiasaan menjilat sudut bibir dan menghisap jari akan menyebabkan
saliva berkumpul pada sudut mulut dan tanpa disadari turut menyediakan lingkungan
yang sempurna untuk Candida albicans.10
2.1.1.3 Defisiensi Nutrisi
Defisiensi nutrisi merupakan hasil ketidakseimbangan antara penyediaan dan
kebutuhan yaitu ketika pasokan gizi tidak memadai untuk memenuhi tuntutan tubuh.
Ketidakseimbangan ini mungkin hasil dari satu dari tiga penyebab utama yaitu kurang
asupan, gangguan pencernaan dan penyerapan, atau makin banyaknya ekskresi.
Defisiensi pada satu jenis nutrisi dapat berperan kepada defisiensi nutrisi-nutrisi yang
lainnya.20
Defisiensi nutrisi seperti defisiensi besi, asam folat dan vitamin B (B2, B6, B12)
dapat dikaitkan dengan keilitis angularis.10,18,22 Ini menunjukkan pola makanan yang
buruk dapat menyebabkan terjadinya keilitis angularis.21,22 Walaupun hubungan
defisiensi nutrisi dengan keilitis angularis tidak dijelaskan dengan lebih lanjut dalam
sains medis, tetapi terdapat indikasi yang jelas bahwa keduanya saling berhubungan.
Satu penjelasan yang nyata yaitu, bahwa vitamin dan mineral adalah esenssial untuk
lemah dan mikroorganisme yang biasa menjadi flora normal seperti Candida albicans
dapat berproliferasi dan menyebabkan infeksi. Terutama pada anak-anak karena
sering tidak menjaga nutrisi yang baik sehingga menyebabkan defisiensi nutrisi.22
Untuk mengukur status nutrisi, paramater yang sering digunakan ialah
antropometri gizi. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter, antara lain umur, berat badan, tinggi badan, dan
lain-lain. Antropometri yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan berat badan
dan tinggi badan adalah dengan indeks massa tubuh (BMI). Indeks massa tubuh ini
dapat dibahagikan atas dua indeks yaitu indeks massa tubuh untuk anak-anak usia
2-20 tahun dan indeks massa tubuh untuk orang dewasa. Untuk anak-anak indeks massa
tubuh dihitung dengan membagi berat badan dengan tinggi badan yang dipangkat dua
(BB/TB2). Hasil perhitungan indeks massa tubuh dicocokkan dengan kategori yang
terdapat dalam tabel baku pertumbuhan indeks massa tubuh menurut umur anak
untuk dapat mengetahui status gizi anak termasuk dalam kategori underweight,
normal, overweight atau obese. Bagi orang dewasa, perhitungan hanya dilakukan
dengan membagi berat badan dengan tinggi badan yang dipangkat dua (BB/TB2) dan
kemudian nilai yang didapatkan dicocokkan dengan kategori underweight, normal,
overweight atau obese.23
2.1.1.4 Defisiensi Imun
Defisiensi imun merupakan gangguan kemampuan sistem pertahanan tubuh
untuk memerangi infeksi disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur.24 Apabila sistem
infeksi dalam jangka panjang dan sering disebabkan oleh mikroorganisme yang
sebenarnya adalah flora normal pada tubuh.8
Keilitis angularis juga dapat disebabkan oleh defisiensi imun. Keilitis
angularis yang dikaitkan dengan candidiasis merupakan manifestasi awal defisiensi
imunologis seperti Diabetes Mellitus atau infeksi HIV. Pada anak-anak, keilitis
angularis mudah terjadi akibat sistem imun yang belum matang.26 Pada orang-orang
tua dengan daya tahan tubuh yang lemah akan memudahkan pertumbuhan jamur atau
bakteri lain berkembang secara patogen.25 Tumbuh dan berkembangnya jamur dan
bakteri secara patogen dapat mengakibatkan timbulnya lesi keilitis angularis.27
Untuk mengukur defisiensi imun, dapat melalui kusioner yang dikeluarkan
oleh Dr Zbylot P. Kusioner ini terdiri dari 12 soal. Setelah selesai menjawab soal-soal
yang diberikan, pasien dibagikan atas 3 kategori yaitu tidak ada gangguan dalam
sistem imun, borderline (berisiko untuk mengalami defisiensi imun) dan mengalami
defisiensi imun.28
2.1.2 Gambaran Klinis Keilitis Angularis
Pada sudut mulut dapat terjadi secara simetri berupa eritema, rasa sakit dan
pembentukan fisur (celah). Yang paling sering sebagai daerah eritema dan udema
yang berbentuk segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser,
krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. Reaksi jangka
panjang, terjadi supurasi dan jaringan granulasi. Kadang-kadang lesi dapat
dari sudut mulut disebut rhagades, dalam bentuk yang lebih parah, terutama pada
pemakai protesa.14
Gambar 1: Gambaran keilitis angularis pada sudut mulut 15
2.2 Candida albicans
Candida albicans merupakan sel ragi berbentuk lonjong. Candida albicans merupakan jamur dimorfik yang dapat tumbuh dalam morfologi yeast atau bentuk
hifa tergantung pada lingkungan sekitarnya. Candida albicans merupakan flora
normal selaput mukosa saluran pernafasan, saluran pencernaan dan genitalia wanita.
Di tempat-tempat ini, ragi dapat menjadi dominan dan menyebabkan keadaan
patologik.27
2.2.1 Morfologi dan Identifikasi Candida albicans
Pada sediaan apus eksudat, Candida albicans tampak sebagai ragi lonjong,
gram positif, berukuran 2-3 x 4-6 µ m, dan sel-sel yang memanjang menyerupai hifa
(pseudohifa). Pada agar Sabouroud yang dieramkan pada suhu kamar, terbentuk
koloni-koloni berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin dan
kekuningan dan berbau seperti aroma tape.27,29 Bahan yang dibiakkan pada agar
Sabauroud yang dieramkan pada suhu 37ºC akan ditemukan sel-sel pseudomeselium
yang bertunas.27
Candida spp. tidak dapat diidentifikasi secara mikroskopis langsung atau dengan gambaran makroskopis dari kultur. Spesies diidentifikasi berdasarkan:30
1. Pertumbuhan yang cepat dari hifa
2. Produksi dari Klamidospora
3. Fermentasi dan asimilasi daripada gula
4. Utilisasi nitrogen
Gambar 2: Candida albicans pada kultur 30
Pada pemeriksaan mikroskopik, yang diambil dari apusan permukaan lesi, bila
diwarnai dengan Gram akan terlihat adanya sel ragi bertunas dan pseudohifa.
Pseudohifa juga dapat dilihat dengan tetesan kalium hidroksida 10% pada objek
glas.27
Candida albicans meragikan glukosa dan maltosa, menghasilkan asam dan gas; asam dari sukrosa; dan tidak bereaksi dengan laktosa. Peragian karbohidrat ini,
Metode germ tube dilakukan untuk membedakan spesies candida patogen dan
tidak patogen. Oleh karena itu, medium Corn meal digunakan untuk menentukan
Candida albicans dari spesies candida yang lain yaitu pembentukan pseudohifa atau blastokonidia dari candida. Jika diamati dengan menggunakan metode germ tube,
Candida albicans dapat diidentifikasikan dan tidak memerlukan test lebih lanjut. Jika germ tube tidak dapat diamati, koloni yang belum diketahui dapat dilakukan kultur
pada media Corn Meal. Jika terdapat pseudohifa dan blastokonidia, maka jamur yang
belum diketahui diyakini termasuk genus candida. Bisa dijumpai klamidospora yang
berbentuk bulat didiagnosa sebagai Candida albicans.32
Gambar 3: Candida albicans pada tahap-tahap
2.3 Staphylococcus aureus
Stapyhloccus aureus (Greek staphyle = seikat anggur, Latin coccus=bakteria berbentuk sfera, aureus = emas), atau staph emas (disebut ‘staff’), merupakan
Staphylococcus spp. yang umum menyebabkan infeksi pada manusia.33 Staphylococcus aureus berkolonisasi pada nares anterior, tetapi dapat juga ditemui pada bagian tubuh yang lain termasuk kulit, rongga mulut dan saluran pencernaan.35
2.3.1 Morfologi dan Identifikasi Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri kokus gram positif dengan diameter kira-kira 1µ m. Kokus ini terutama tersusun berkelompok seperti anggur,
tetapi ada juga yang berbentuk sel-sel tunggal atau berpasangan terutama ketika
diperiksa dari spesimen patologis. Bakteri ini tidak berspora, non motile dan biasanya
tidak berkapsul.32
Gambar 4: Pewarnaan gram Staphylococcus aureus menunjukkan karakteristik kokus gram positif 36
Spesimen yang ditanam pada lempeng agar darah menunjukkan koloni yang
beberapa hari kemudian secara optimal pada suhu kamar.27 Pada lempeng agar darah
karakteristik Staphylococcus aureus ditandai dengan koloni yang opaque, lembut
dengan pigmentasi kuning.32
Manitol Salt Agar merupakan media selektif dan deferensial untuk
menemukan Staphylococus spp. patogen dari kultur campuran.30 Media ini
mengandung komponen nutrisi seperti:beef extract dan peptone, sodium klorida,
manitol, phenol red dan agar. Kadar sodium klorida yang tinggi akan menghambat
bakteri lain. Staphylococcus aureus tumbuh dengan baik pada media tersebut dan
menghasilkan koloni berwarna kuning. Bakteri ini juga mampu memfermentasi
manitol sehingga merubah warna media menjadi kuning disekitar koloni.30
Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase positif, hal ini membedakannya dari spesies yang lain. Tes koagulase digunakan dengan plasma
kelinci (atau manusia) yang telah diberi sitrat dan diencerkan 1:5 dicampur dengan
biakan kaldu yang sama banyaknya dan kemudian dieramkan pada 37ºC. Sebagai
kontrol, dalam satu tabung dicampurkan plasma dan kaldu steril, kemudian
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif dengan menggunakan
pendekatan cross-sectional. Penelitian survei deskriptif disini adalah penelitian yang
bertujuan melakukan pengumpulan data mengenai faktor-faktor penyebab yang
ditemukan pada pasien keilitis angularis. Hasil penelitian ini akan memberikan data
faktor penyebab apakah yang paling sering terjadi pada pasien keilitis angularis.
Pendekatan cross-sectional dimaksud yaitu peneliti melakukan observasi atau
pengukuran variabel satu kali yaitu pada saat pemeriksaan rongga mulut.
3.2 Tempat dan waktu penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Gigi Mulut Pendidikan (RS
GMP) USU, Medan karena populasi pasien yang menerima perawatan penyakit
keilitis angularis di RS GMP USU cukup banyak yaitu di Departemen Penyakit
Mulut menurut data sekunder sebanyak 120 orang dalam 1 tahun yaitu dari Januari
2009 sehingga Januari 2010. Waktu penelitian direncanakan dari bulan April 2010
3.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel.
Populasi penelitian ini adalah pasien yang menderita keilitis angularis yang
datang ke RS GMP USU untuk mendapatkan rawatan.
Besar sampel adalah dengan menghitung sampel menggunakan rumus di
bawah ini karena penelitian ini menggunakan skala pengukuran kategorikal yaitu
skala nominal. Skala nominal hanya menggunakan nama atau label, dan tidak
mengandung informasi peringkat. Skala nominal dalam penelitian ini dihitung
presentase faktor penyebab penyakit keilitis angularis.
n = Zα2. P.Q
d2
n = jumlah sampel
Z = tingkat kemaknaan yang dikehendaki = 1,96
P = proporsi/prevalensi penyakit (dari penelitian terdahulu) = 47%
Q = 1-p
d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki = 0,1
Dari rumus tersebut, tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki adalah
sebanyak 20% karena ingin mendapatkan jumlah sampel yang minimum sehingga
disesuaikan dengan jumlah pasien di RS GMP USU dan juga lama penelitian.
Semakin besar nilai d, semakin kecil jumlah sampel. Jadi, besar sampel yang akan
digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 48 orang.
Cara sampling adalah dengan cara purposive sampling. Dengan cara ini,
peneliti memilih sampel berdasarkan pada kuesioner yang telah memenuhi kriteria
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1 Kriteria Inklusi
a) Pasien yang mempunyai keilitis angularis.
b) Pasien yang bersedia diperiksa rongga mulutnya.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
a) Pasien yang tidak mempunyai keilitis angularis.
b) Pasien yang tidak bersedia diperiksa rongga mulutnya.
3.5 Identifikasi Variabel
3.5.1 Variabel Independen
Agen infeksi, faktor mekanikal, defisiensi nutrisi dan defisiensi imun yang
mempengaruhi keilitis angularis.
3.5.2 Variabel Dependen
Pasien yang menderita keilitis angularis.
3.5.3 Variabel Perancu
3.6 Definisi Operasional
a.Keilitis angularis
Suatu kondisi lesi inflamasi pada komisura bibir, dapat terjadi pada satu sisi
(unilateral) maupun kedua sisinya (bilateral) berupa retakan, robekan atau fisur yang
dalam dan terasa sakit.
b.Candida albicans
Jamur penyebab keilitis angularis yang membentuk koloni pseudomembrane
yang berwarna putih pada sudut mulut.15
c. Staphylococcus aureus
Bakteri penyebab keilitis angularis yang menyebabkan pengelupasan yang
berwarna kuning pada sudut mulut.15
d.Faktor mekanikal
Kehilangan vertikel dimensi pada sudut mulut akibat pemakaian gigi tiruan
yang tidak pas atau kehilangan gigi hingga dapat menimbulkan keilitis angularis.
e.Defisiensi nutrisi
Gizi yang tidak memadai pada penderita keilitis angularis untuk memenuhi
tuntutan tubuh dapat disebabkan karena kurang asupan, gangguan pencernaan dan
penyerapan, atau makin banyaknya ekresi, dimana dapat diketahui dengan
menggunakan BMI dan kusioner.
f.Defisiensi imun
Gangguan kemampuan sistem pertahanan tubuh pada penderita keilitis
angularis untuk memerangi infeksi oleh bakteri, virus dan jamur. Contoh penyakit
3.7 Alat dan Bahan Penelitian
3.7.1 Alat-alat
3.7.1.1 Alat yang digunakan untuk pemeriksaan rongga mulut adalah kaca
mulut, masker dan sarung tangan.
3.7.1.2 Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah kapas lidi
steril, pinset dan tabung reaksi.
3.7.1.3 Alat yang digunakan untuk pengkulturan adalah lampu spiritus,
inkubator dan mikroskop.
3.7.2 Bahan-bahan
3.7.2.1 Bahan yang digunakan untuk pengambilan data pasien adalah lembar
kuesioner.
3.7.2.2 Bahan yang digunakan untuk pengambilan sampel ialah larutan garam
(NaCl) fisiologis.
3.7.2.3 Bahan yang digunakan untuk pengkulturan adalah media Sabouraud’s
Agar (untuk mengidentifikasi spesies kandida), media Corn Meal (untuk mengetahui
spesies kandida patogen atau tidak), media Blood agar (untuk mengidentifikasi
spesies stafilokokus) dan media MSA (untuk mengetahui spesies stafilokokus
3.8 Prosedur Penelitian
a) Pemilihan sampel
1. Pemilihan sampel dimulai dengan memerhatikan keadaan pasien menderita
keilitis angularis atau tidak. Apabila pasien menderita keilitis angularis maka dapat
dijadikan sebagai sampel.
2. Setelah itu, pasien diberikan informed consent supaya mendapat izin dari
pasien untuk dijadikan subjek penelitian.
3. Pengambilan data dapat dilakukan pada pasien yang menderita keilitis
angularis dan telah setuju untuk dijadikan subjek penelitian melalui kuesioner yang
diberikan kepada pasien. Data yang dicatat termasuk nama, usia, jenis kelamin,
alamat, adanya pemakaian gigi tiruan atau tidak, ada mengalami penyakit sistemik
atau tidak dan sebagainya.
b) Pengumpulan data
1. Pasien diminta untuk duduk di dental chair dan peneliti dapat meminta pasien
duduk dengan tenang. Diperhatikan keadaan lesi pada sudut mulut dan sekitar bibir
dan diperhatikan juga keadaan rongga mulut pasien.
2. Untuk mengetahui faktor mekanikal, peneliti dapat mengobservasi sendiri
keadaan rongga mulut pasien dan apakah pemakaian gigi tiruan pas atau tidak.
Disamping itu, pasien diwawancarai sesuai kuesioner.
3. Untuk mengetahui mengenai defisiensi nutrisi, dapat dilakukan dengan
mewawancarai pasien dengan kusioner yang telah memenuhi standar yang
4. Untuk mengetahui mengenai defisiensi imun, pasien diwawancarai mengenai
keadaan kesehatan masa lalu dan sekarang.
Gambar 5: Pengambilan data dengan kuesioner
5. Bagi mengukur faktor agen infeksi yakni Candida albicans dan
Staphylococcus aureus, peneliti melihat sudut mulut pasien bila mempunyai koloni pseudomembrane yang berwarna putih atau pengelupasan yang berwarna kuning,
barulah diambil spesimen dari sudut mulut pasien yang terkena lesi keilitis angularis
dengan menggunakan kapas lidi yang steril. Kapas lidi tersebut direndam ke dalam
tabung uji yang berisi larutan garam (NaCl) fisiologis lalu dihantar ke laboratorium
mikrobiologi FK USU untuk tujuan pengkulturan.
c) Pemeriksaan Candida albicans
1. Di laboratorium, bakteri langsung ditanam ke dalam media Sabouraud’s agar
dan digores secara zig-zag dengan menggunakan kapas lidi. Kemudian diinkubasi
selama 3 x 24 jam untuk melihat pertumbuhan mikroorganisma. Koloni yang tumbuh
pada media Sabouraud’s agar diamati bentuk makroskopisnya. Identifikasi kandida
ditemukan jika koloni berwarna putih kekuningan, koloni halus dan kelihatan seperti
pasta, serta mempunyai bau ragi.
Gambar 7: Hasil kultur pada media Sabouraud’s Agar
2. Kemudian koloni yang tumbuh dikultur kembali ke media Corn meal/ slide
cultur untuk memastikan spesies kandida selama 24 jam, lalu diperiksa di bawah mikroskop. Jika dijumpai pseudohifa dan klamidospora maka diidentifikasikan
d) Pemeriksaan Staphylococcus aureus
1.Di laboratorium, bakteri ditanam ke dalam Blood agar dan digores secara zig
zag dengan menggunakan kapas lidi yang dicelup di dalam tabung reaksi (yang berisi
larutan NaCl fisiologis). Kemudian dilakukan pengkulturan didalam inkubator
dengan temperatur 37ºC selama 18-24 jam.
2. Setelah bakteri tumbuh, koloni diidentifikasi sebagai Staphylococcus aureus
diwarnai dengan metode pewarnaan gram dan dilihat secara mikroskopis koloni
Staphylococcus aureus berbentuk kokus dan susunan seperti buah anggur. Koloni yang diidentifikasi sebagai Staphylococcus sp. ditanam ke dalam Mannitol Salt Agar
untuk memastikan adanya Staphylococcus aureus. Kemudian dilakukan pengkulturan
didalam inkubator dengan temperatur 37ºC selama 18-24 jam. Apabila koloni bakteri
memang Staphylococcus aureus, warna media Mannitol Salt Agar akan berubah dari
merah jambu menjadi kuning.
3.10 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.
3.11 Analisa Data
Data diolah dan dihitung dalam bentuk proporsi atau persentase. Data tersebut
disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan faktor-faktor penyebab keilitis angularis
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Data Demografis Subjek Penelitian
Tabel 1. DATA DEMOGRAFIS PENDERITA KEILITIS ANGULARIS YANG BERKUNJUNG KE RS GMP FKG USU
berkunjung ke RS GMP FKG USU dilihat pada Gambar 9, grafik prevalensi keilitis angularis berdasarkan umur penderita yang berkunjung ke RS GMP FKG USU dilihat pada Gambar 10.
Gambar 9. Persentase penderita keilitis angularis laki-laki dan perempuan yang berkunjung ke RS GMP FKG USU
Gambar 10. Prevalensi keilitis angularis berdasarkan umur penderita yang berkunjung ke RS GMP FKG USU
4.2 Prevalensi Faktor-faktor Penyebab Keilitis angularis
Tabel 2. PREVALENSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEILITIS ANGULARIS PADA PENDERITA PENGUNJUNG RS GMP FKG USU
FAKTOR PENYEBAB N %
Agen infeksi 21 43,75
Faktor mekanikal 4 8,33
Defisiensi nutrisi 18 37,5
Defisiensi imun 3 6,25
Agen infeksi + Faktor
mekanikal 2 4,16
Data pada Tabel 2 di atas menunjukkan prevalensi faktor-faktor penyebab
keilitis angularis pada penderita pengunjung RS GMP FKG USU. Faktor penyebab
utama ialah agen infeksi telah menunjukkan persentase terbesar yaitu 43,75%, diikuti
dengan defisiensi nutrisi 37.5%. Faktor mekanikal menunjukkan persentase sebanyak
8,33% dan defisiensi imun menunjukkan persentase sebanyak, 6,25% . Agen infeksi
serta faktor mekanikal menunjukkan persentase sebanyak 4,16%.
Tabel 3. PREVALENSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEILITIS ANGULARIS BERDASARKAN AGEN INFEKSI
AGEN INFEKSI N
%
Staphylococcus aureus 10 20,83
Candida albicans dan Staphylococcus aureus
5 10,41
Data pada Tabel 3 di atas menunjukkan prevalensi faktor-faktor penyebab
keilitis angularis berdasarkan agen infeksi pada penderita pengunjung RS GMP FKG
USU. Agen infeksi yang paling terbesar persentase ialah faktor Staphylococcus
aureus iaitu 20,83% diikuti dengan Candida albicans yaitu 18,75% dan kombinasi antara Candida albicans dan Staphylococcus aureus ialah 10,41%.
4.3 Nilai BMI pada penderita keilitis angularis
Tabel 4. PREVALENSI BMI PADA ANAK-ANAK PENDERITA KEILITIS ANGULARIS
LAKI-LAKI PEREMPUAN
N % N %
Jumlah anak 12 40 18 60
Underweight 8 26,67 8 26,67
Normal BMI 2 3,33 10 33,33
Overweight atau obese 2 3,33 0 0
Data tabel 4 menunjukkan BMI pada anak-anak yang menderita keilitis
angularis. Dari jumlah 30 orang anak yang menderita keilitis angularis, jumlah
perempuan. Anak-anak yang menunjukkan BMI yang normal ialah 2 orang bagi
anak-anak lelaki dan 10 orang bagi anak-anak perempuan. Jumlah anak laki-laki yang
overweight ialah 2 orang.
Tabel 5. PREVALENSI BMI PADA ORANG DEWASA PENDERITA KEILITIS ANGULARIS
N %
Underweight(<18.5) 1 5,55
Normal (18.5-24.9) 17 94,4
Overweight( 25.0-29.9) 0 0
Obese(>30) 0 0
Dari tabel 5 menunjukkan BMI pada orang dewasa yang menderita keilitis
angularis. Jumlah orang dewasa yang underweight ialah 1 orang dan jumlah orang
dengan BMI normal ialah 17 orang.
4.4 Hasil kusioner dan pemeriksaan oral
Tabel 6: HASIL KUESIONER DEFISIENSI NUTRISI PADA PENDERITA KEILITIS ANGULARIS YANG BERKUNJUNG KE RS GMP FKG USU
JUMLAH PENDERITA
(N)
TOTAL (%)
Jumlah penderita dengan skor 6
Jumlah penderita dengan skor 5
(nutrisi yang baik) 14 29,16
Jumlah penderita dengan skor 4
(nutrisi yang kurang baik) 7 14,58
Jumlah penderita dengan skor 0-3
(defisiensi nutrisi) 18 37,5
Dari tabel 6 menunjukkan hasil kusioner bagi kategori defisiensi nutrisi pada
penderita keilitis angularis yang berkunjung ke RS GMP FKG USU. Persentase yang
terbesar adalah yang dengan skor 0-3 yaitu 37,5% diikuti dengan skor 5 yaitu
29.16%. Persentase dengan skor 6 adalah 18,75% manakalah persentase yang terkecil
ialah dengan penderita dengan skor 4 yaitu 14,58%.
Tabel 7: HASIL KUESIONER DEFISIENSI IMUN PADA PENDERITA KEILITIS ANGULARIS YANG BERKUNJUNG KE RS GMP FKG USU
JUMLAH PENDERITA
(N)
TOTAL(%)
Jumlah penderita dengan
skor 8-12 (defisiensi imun) 3 6,25
Jumlah penderita dengan
Jumlah penderita dengan
skor 0-4 (tiada defisiensi
imun)
26 54,16
Tabel 7 menunjukkan hasil kuesioner defisiensi imun pada penderita keilitis
angularis yang berkunjung ke RS GMP FKG USU. Persentase yang terbanyak adalah
dengan skor 0-4 yaitu 54,16% diikuti dengan skor 5-7 yaitu 39,58%. Persentase
terkecil adalah dengan skor 8-12 yaitu 6,25%.
Tabel 8: HASIL KUESIONER FAKTOR MEKANIKAL PADA PENDERITA KEILITIS ANGULARIS YANG BERKUNJUNG KE RS GMP FKG USU
Data dari tabel 8 menunjukkan hasil kuesioner faktor mekanikal pada
penderita keilitis angularis yang berkunjung ke RS GMP FKG USU. Jumlah
penderita dengan skor 2-4 ialah 12,5% dan jumlah penderita dengan skor 0-2 ialah
Tabel 9: HASIL PEMERIKSAAN INTRA ORAL PADA PENDERITA KEILITIS ANGULARIS YANG BERKUNJUNG KE RS GMP FKG
USU
JUMLAH PENDERITA
(N)
TOTAL(%)
Denture stomatitis 2 4,16
Data dari tabel 9 menunjukkan pemeriksaan intra oral pada penderita keilitis
angularis yang berkunjung ke RS GMP FKG USU. Dijumpai adanya denture
BAB 5
PEMBAHASAN
Keilitis angularis telah menjadi satu kasus penyakit mulut yang sering terjadi
pada pasien yang berkunjung ke RS GMP FKG USU, ini dibuktikan dengan
diperoleh populasi penderita keilitis angularis sepanjang tahun 2009 sebanyak 120
orang. Jumlah ini cukup banyak sehingga menjadi alasan bahwa penelitian
faktor-faktor penyebab keilitis angularis ini dilakukan pada penderita pengunjung RS GMP
FKG USU. Faktor-faktor penyebab yang djumpai dalam penelitian ini terbagi empat
yaitu agen infeksi, defisiensi nutrisi, defisiensi imun dan faktor mekanikal.
Persentase keilitis angularis perempuan lebih tinggi sesuai dengan penelitian
Almeida dkk yang mengkaji prevalensi keilitis angularis pada orang-orang di Bauru
dimana kondisi ini lebih banyak mengenai perempuan (12,76%) berbanding laki-laki
(11,32%).7 Data ini juga sesuai dengan literatur yang mengatakan keilitis angularis
lebih sering terjadi kepada perempuan karena perempuan lebih banyak mengalami
anemia defisiensi besi dimana salah satu manifestasinya adalah keilitis angularis dan
perempuan juga mengalami reaksi alergik terhadap gincu atau bahan kosmetik.12
Selain itu, penelitian ini didapati golongan anak-anak lebih banyak menderita keilitis
angularis berbanding orang dewasa tetapi berbeda dengan penelitian oleh Anil S.
yang mendapati golongan antara 40-60 tahun yang lebih sering menderita keilitis
angularis.6
Agen infeksi menunjukkan persentase tertinggi dalam tabel 2 sesuai dengan
infeksi, dimana dapat diisolasi lebih dari 54% dari lesi dengan agen infeksi yang
utama ialah Candida spp dan Staphylococci spp.13 Dalam tabel 3, agen infeksi yang
diteliti adalah Candida albicans dan Stapyhlococus aureus sesuai dengan penelitian
Lewis dkk yang telah membuktikan agen infeksi tersebut yang sering dijumpai pada
kasus keilitis angularis.15 Dari literatur mengatakan Candida albicans dan
Stapyhlococus aureus merupakan flora normal dalam rongga mulut.28,35
Nilai BMI adalah sebagai alat bantu penilaian status nutrisi secara
individual.35 BMI anak-anak yang berusia dari 2-20 tahun disesuaikan dengan tabel
baku pertumbuhan (CDC 2000) dari Amerika Serikat. Didapati pada anak-anak
penderita keilitis angularis lebih banyak anak-anak yang underweight yang menderita
keilitis angularis dibandingkan dengan anak-anak yang mempunyai BMI yang
normal.Ini menunjukkan nilai BMI yang underweight pada anak-anak ada kaitannya
dengan defisiensi nutrisi. Dari hasil penelitian Selianty N, menunjukkan persentase
keilitis angularis pada anak dengan underweight (56%) lebih besar daripada anak
status gizi normal (44%), hampir sama dengan penelitian Lubis S (2003), dimana
perbandingan persentase keilitis angularis pada anak KEP dengan anak status gizi
baik ialah 55,32% banding 44,68%.5,39 Hal ini sesuai dengan literatur yang
menjelaskan salah satu faktor terjadi keilitis angularis ialah kurang gizi, terutama
pada anak-anak.13
Kusioner yang dilakukan oleh Dr Stewart A. pada lebih 2000 orang di British
untuk mengetahui tentang status nutrisi mereka. Kuesioner untuk menguji defisiensi
mencukupi dan tidak perlu melakukan perubahan dalam diet. Bila skor 5
menunjukkan skor yang baik tetapi diet harus diperhatikan. Bila skor 4, tergolong
dalam kelompok dengan nutrisi yang kurang baik, harus melakukan usaha untuk
meningkatkan diet mereka dan merupakan faktor risiko untuk kekurangan nutrisi
tertentu. Jika skor 0-3, berarti individu mengalami defisiensi nutrisi dan perlu bantuan
dokter untuk mendapatkan edukasi tentang nutrisi.24 Hasil penelitian ini ini didapati
sebanyak 18 orang mengalami defisiensi nutrisi.
Kusioner yang dibuat oleh Dr Zbylot P. dkk untuk mengetahui fungsi sistem
imun pasien-pasiennya di Amerika Serikat. Kusioner ini memberitahu secara
ringkasan bila ada kelainan dalam fungsi sistem imun. Kusioner untuk defisiensi
imun ini mengandung 12 pertanyaan. Bila penderita mendapat skor kurang dari 4
berarti tidak ada gangguan dalam sistem imun. Penderita mendapat skor antara 4-8
berada dalam golongan borderline untuk mengalami defisiensi imun dan harus
merujuk kepada dokter untuk mendapatkan tindakan lanjut. Penderita yang mendapat
skor 8-12 maka penderita mengalami defisiensi imun dan harus segera mendapatkan
perawatan lanjut.29 Dari kuesioner ini didapati hanya 3 orang yang mendapat skor
8-12, maka mereka berada dalam kelompok defisiensi imun.
Hasil kuesioner dari tabel 8 untuk mengetahui tentang faktor mekanikal.
Daripada 48 orang yang menderita keilitis angularis didapati hanya 6 orang yang
memakai gigitiruan. Kusioner untuk faktor mekanikal ini terdiri 4 pertanyaan.
Melalui kusioner hanya 6 orang yang mendapat skor 2-4 dimana didapati faktor
mekanikal yang menjadi penyebab keilitis angularis. Usia dari enam penderita
proses penuaan dan pemakaian gigi tiruan menyebabkan perubahan pada bentuk
anatomi, termasuk kehilangan vertikel dimensi pada maxila dan mandibula yang
menyebabkan adanya lebihan lipatan. Perubahan ini dapat menyebabkan keilitis
angularis.10
Hasil pemeriksaan intra oral pada penderita keilitis angularis dan didapati 2
orang mengalami denture stomatitis. Menurut penelitian Greenberg dkk, 30% dari
pasien dengan denture stomatitis turut menderita keilitis angularis tetapi hanya
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Hasil yang didapati pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor
penyebab keilitis angularis yang dapat dilihat pada pasien yang berkunjung ke RS
GMP FKG USU adalah multifaktorial yaitu agen infeksi, defisiensi nutrisi, defisiensi
imun dan faktor mekanikal. Agen infeksi yang lebih banyak ditemui dalam penelitian
ini ialah Staphylococcus aureus dibandingkan dengan Candida albicans. Defisiensi
nutrisi lebih banyak ditemukan pada anak-anak yang menderita keilitis angularis
dibandingkan orang tua, defisiensi imun dan faktor mekanikal hanya ditemukan pada
orang tua. Dari penelitian ini, keilitis angularis didapati lebih banyak mengenai
anak-anak berbanding dewasa.
6.2 Saran
a. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang mencerminkan populasi yang
diteliti maka diperlukan besar sampel yang lebih besar dan lebih representatif.
b. Dapat dilakukan pemeriksaan hematologi untuk menguji defisiensi nutrisi
yang lebih spesifik seperti kekurangan besi dan vitamin B12.
c. Untuk mendapatkan hasil penyebab defisiensi imun lebih tepat dengan
DAFTAR RUJUKAN
1. Devani, Barankin D. Dermacase, Angular cheilitis.Can Fam Physician 2007;53:1022-23
2. Faiz R. Angular cheilitis-overview and Symptoms of Angular Chelitis. 23 Januari
2008.
3. Parlak Ah, Koybasi S, Yavuz T, Yesildad N , Anul H, Aydigan I, dkk. Prevalance of
oral lesion in 13 to 16 years old student in Duze,Turkey.Oral Dis 2006;12(6):553-8.
(abstract)
4. Axèll T. Prevalance study of oral mucosal lesion in an adult Swedish population.
Odontol Revy Suppl.1976; 36:1-103. (abstract)
5. Lubis S. Hubungan status gizi dengan terjadinya keilitis angularis pada anak umur
6-12 tahun di enam panti asuhan di kota madya Medan. Dentika J Dent 2006;11:117-27
6. Hari S, Anil S. Angular Cheilitis:Review of etilogy and clinical management, K.Dent
J,1989:Vol 13(2)229-231
7. Almeida Maira GD, Moratto LM , Carvalho IM. Angular cheilitis Prevalence in
Cleft Lip/Cleft Palate Patients from Hospital For Rehabilitation of Craniofacial
Anomalies, USP, Bauru. J Salusvista 2005; 24(1): 105-111
9. Samaranayake L.P , Warnakulasuriya K.A.A.S
group of Sri Lankan adults: a clinical and microbiologic study. J of Oral
Pathology&Medicine 2006; 20(4):172-175.
10.Bruce A, Tierney K.R. Angular Cheilitis. <
11.Bamji M.S, Rameshwarsarma K.V, Radhaiah G. Relationship between biochemical
and clinical indices of B-vitamin deficiency. A study in rural school boys. Br. J. Nutr.
1979;41:431-441
12.Langais R.P, Miller C.S. Color Atlas of Common Oral Disease.3rd edition.
Philadephia:Lippincott Williams&Wilkins, 2003:94.
13.Scully C, Dunitz M. Handbook of Oral Diseases:Diagnosis and Management.
London: Thieme Medical Publishers, 2001:311-2
14.Scully C. Oral and Maxillofacial Medicine. The basis of diagnosis and treatment. 2nd
edition. Philadelphia: Churchill Livingstone, Elsevier: 2003, 147-149.
15.Lewis MOA, Jordan RCK.A Colour Handbook of Oral Medicine. London:Manson
Publishing Ltd, 2004:88.
16.Samaranayake L.P. Essential Microbiology for Dentistry. Philadelphia: Churchill
17.Scully C, Bagan J.V, Eisen D, Porter S, Rogers RS. Dermatology of The Lips.
Oxford: Isis Medical Media Ltd, 2000: 169-173
18.Ghom A, Mhaske S. Textbook of Oral Pathology. New Delhi : Jaypee Brothers
Medical Publishers (P) Ltd, 2009: 577-79
19.Rajendran R, Sivapathasundharam B. Shafer’s Textbook of Oral Pathology. India:
Reed Elsevier India (P) Ltd, 2006: 916-18
20.Decker RT. Oral Manifestations of Nutrient Deficiencies. ADA Journal 1998;
65:355–361
21.Verbov JL. Dermatological surgery. London: Springer Publishing Ltd, 1986:26-8
22.Solby C. What Causes Angular Cheilitis.
< http://www.angularcheilitistreatment.com/what-causes-angular-cheilitis>
(1 Desember 2009)
23.Supariasa IND, Bakri B, Fajar I. Penilaian status gizi. 1st ed; Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran ECG,2001: 36-63
24..Andrei A, Gonzaga MV.Immune deficiency.<
25.Kimball KR. Health and disease information about Immunodeficiency.
26.Brigthman VJ. Red and white lesion of oral mucosa. 8th edition: Lynch MA,
Brigthman VJ, Greenberg MS, Burkets’s oral medicine diagnosis and treatment.
Philadephia:JB Lippincott,1984:221-31
27.Brooks G.F, Butel J.S, Ornston L.N. Mikrobiologi Kedokteran. Alih bahasa. Nugroho
E, Maulany RF. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995: 211-215,627-630.
28.Zabyot P. Immune System Function Questionnaire. 2000
29.Tjampakasari CR. Karakteristik Candida albikans. 2006.
30.Bhatia R, Ichhpujani RL. Essentials of Medical Microbiology. 2th edition. New
Delhi:Jaypee Brothers, 1999:454-55
31.Red Book Online. Clinical Manifestation of Candidiasis (Moniliasis, Thrush).
September 2009)
32.Koneman EW, Procop GW, Schreckenberger PC, Woods GL. Koneman’s Color
Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology. Philadelphia:Lippincott
33.Cannon R. The Chronic Candidiasis Syndrome, Intestinal Candida and its relation to
chronic illnes<
Desember 2009)
34.Modric J. What is Staphyloccocus aureus?
35.Toddar K. Staphylococcus aureus and Staphylococcal Disease.
36.Rollins DM. Staphylococcus Summary. 2000
37.Dugan C. Clinical Assessment of Nutritional Status. 4th ed. Hamilton, Ontario,
Canada: BC Decker Inc; 2008:6-12.
38.Selanty N. Penilaian tingkat pengetahuan dan status gizi pada anak panti asuhan umur
6-12 tahun hubungannya dengan angular cheilitis. Skripsi, FKG 2008:24-40.
39.Stewart A. Simple Dietary Assessment. 2002
Nama : No. Kartu :
Apakah dalam menu utama anda senantiasa mengandung makanan yang kaya protein
Satu hidangan makan seharusnya mengandungi 4 ons atau 112 g protein.
YA (√) TIDAK (×)
Sumber haiwani seperti daging, ikan atau telur
Sumberkan nabati seperti kacangan, tauhu, bijirin
Apakah anda mengkomsusi 5 atau lebih porsi daripada buah dan sayuran setiap hari?
1 porsi dari buah atau sayuran adalah sama dengan 80g atau setara dengan buah-buahan di bawah ini
YA (√) TIDAK (×)
Sebuah apel, pear, jeruk atau buah yang sama ukurannya
2 buah plum atau buah yang sama ukurannya
½ dari buah jeruk bali atau alpokat
Satu potong dari buah yang besar seperti melon atau nenas
3 sendok makan sayuran ( mentah, dimasak, sejukbeku)
Satu gelas (150ml) jus buah
3. Produk susu
Apakah anda mengambil 2 atau lebih hidangan susu atau produk susu lainnya
Satu hidangan adalah 200ml susu, yogurt, atau 50g keju rendah lemak
YA (√) TIDAK (×)
4. Ikan
Apakah anda makan dua atau lebih porsi ikan per minggu termasuk sekurang-kurangnya seekor yang mengandungi minyak essensial
Contoh ikan yang mengandung minyak essensial ialah mackerel, hering, sardin, salmon, tuna, forel dan belut.
YA (√) TIDAK (×)
5.Karbohidrat bergizi
Apakah anda makan karbohidrat yang kaya nutrisi setiap hari
Sereal sarapan seperti muesli atau bubur
6.Sarapan pagi
Apakah anda makan sarapan setiap pagi
Fungsi sistem imun
1. Apakah anda terpapar oleh bakteri dan atau infeksi Ya Tidak
2. Apakah anda sering mempunyai hidung atau mata
yang gatal Ya Tidak
3. Apakah anda mempunyai hidung berair atau tersumbat
yang kronik Ya Tidak
4. Apakah anda sering mengalami gatal mulut atau tekak Ya Tidak
5.Apakah anda sering mengalami cold sore/flu Ya Tidak
6.Apakah anda sensitif kepada bahan kimia Ya Tidak
7.Apakah anda sering mengalami ruam pada kulit Ya Tidak
8.Apakah anda mengalami reaksi/alergik pada beberapa Ya Tidak jenis makanan
9.Apakah anda sering mengalami keletihan yang
tidak dapat diperbaiki dengan istirahat yang secukupny Ya Tidak
10.Apakah anda perlu memakan diet yang lebih sehat Ya Tidak
11.Apakah anda kurang tidur dan relaksasi Ya Tidak
12.Apakah anda menjalani kehidupan yang stress Ya Tidak
Faktor mekanikal
1.Adakah anda memakai gigitiruan? Ya Tidak
2. Apakah membersihkan gigitiruan? Ya Tidak
3. Apakah gigi tiruan terasa goyang/ longgar
ketika dipakai Ya Tidak