• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Karakteristik Transmisi Optik Menggunakan Perangkat DWDM (Studi Kasus Pada PT. Indosat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Karakteristik Transmisi Optik Menggunakan Perangkat DWDM (Studi Kasus Pada PT. Indosat)"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

ANALISIS KARAKTERISTIK TRANSMISI OPTIK

MENGGUNAKAN PERANGKAT DWDM

(STUDI KASUS PADA PT. INDOSAT)

O

L

E

H

DANIEL SEMBIRING

050402004

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS KARAKTERISTIK TRANSMISI OPTIK

MENGGUNAKAN PERANGKAT DWDM

(STUDI KASUS PADA PT. INDOSAT)

Oleh :

DANIEL SEMBIRING

050402004

Disetujui oleh:

Pembimbing,

MAKSUM PINEM ST, MT

NIP.

132 282 135

Diketahui oleh:

Pelaksana Harian Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,

PROF. DR. IR. USMAN BAAFAI

NIP. 19461022 1973021001

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

(3)

ABSTRAK

Kinerja dari sistem transmisi optik dipengaruhi oleh karakteristik

optik yang terdapat pada jaringan transmisi optik. Beberapa karakteristik yang

mempengaruhi kinerja dari sitem transmisi optik antara lain level daya transmitter

dan receiver serta redaman transmisi.

Dalam Tugas Akhir ini akan dilakukan pengukuran dan

perhitungan karakteristik optik pada transmisi optik. Adapun karakteristik yang

akan diukur adalah level daya transmitter dan receiver pada perangkat transmisi,

sedangkan karakteristik optik yang dihitung adalah besar redaman transmisi.

Pengukuran level daya transmitter dan receiver dilakukan pada saat instalasi awal

dan setahun operasional sistem transmisi. Teknologi pentransmisian sinyal optik

menggunakan DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing). Transmisi

optik yang akan dianalis adalah transmisi backbone milik PT. INDOSAT North

Sumatera Regional sepanjang Medan sampai dengan Ujung Tanjung. Transmisi

optik Medan sampai Ujung Tanjung terbagi dalam beberapa segmen.

Dari hasil pengukuran diperoleh bahwa besar level daya

transmitter dan receiver setiap segmen pada transmisi Medan – Ujung Tanjung

saat instalasi awal berbeda dengan besar level daya transmitter dan receiver

transmisi Medan – Uujung Tanjung saat setahun operasional. Perhitungan besar

redaman transmisi Medan – Ujung Tanjung diperoleh dengan dua cara yaitu

dengan selisih besar level daya transmitter dan receiver setiap segmen serta

dengan parameter link power budget. Perbandingan hasil perhitungan redaman

transmisi Medan – Ujung Tanjung menunjukkan adanya penambahan redaman

sebesar 0.6 dB akibat dari kabel putus pada link Bagan Batu – Ujung Tanjung dan

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini

yang berjudul “Analisis Karakteristik Transmisi Optik Yang Menggunakan

Perangkat DWDM (Studi Kasus Pada PT. INDOSAT, Tbk).”

Adapun penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat kelulusan

yang harus diselesaikan penulis sebagai mahasiswa Pendidikan Strata 1 Jurusan

Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini penulis banyak menerima bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir.Usman Ba’afai, dan Bapak Rahmat Fauzi, ST, MT

selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro USU.

2. Bapak Maksum Pinem, ST, MT selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir,

atas segala bimbingan, pengarahan,motivasi dan dukungannya.

3. Bapak Ir. Sumantri Zulkarnain selaku Dosen Wali penulis, atas bimbingan

dan arahannya selama dalam menyalesaikan perkuliahan.

4. Bapak Suherman dan Bapak David Sinaga (PT . INDOSAT North

Sumatera Regional) atas segala bantuannya kepada penulis dalam

(5)

5. Seluruh bapak dan ibu dosen Departemen Teknik Elektro USU, khususnya

bapak dan ibu dosen pada Sub Jurusan Teknik Telekomunikasi.

6. Bapak dan ibu staf pegawai Departemen Teknik Elektro.

7. Orang tua penulis, Bapak S.M Sembiring dan Ibu Rosalina Sitepu (in

memoriem) yang dengan sabar membesarkan dan mendidik penulis, nenek

biring, yang selalu memberi motivasi dan arahan dan doa kepada penulis,

kakak penulis Rivayani Rika Sembiring/suami Petrus M H Simaramata

dan keponakan penulis Nicola Simarmata.

8. Riris Banurea yang selalu memberikan semangat dan setia kepada penulis.

9. Rekan-rekan Jurusan Teknik Elektro stambuk 2005 khususnya Elis, Eko,

Richard, Colin Vincent Napitupulu, Edison (Lae Kandung), Rainhard,

Kristopher, Bimbo, Apriany, Eternal, Mikha, beserta rekan-rekan lain yang

tidak dapat disebutkan seluruhnya.

Akhir kata, penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam Tugas

Akhir ini dan mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan dari Tugas Akhir ini. Semoga dapat bermanfaat bagi siapa saja

yang membacanya.

Medan, 24 September 2009

Penulis,

Daniel Sembiring

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………....i

KATA PENGANTAR………...ii

DAFTAR ISI………...……....iv

DAFTAR TABEL………...viii

DAFTAR GAMBAR………..ix

BAB I PENDAHULUAN………...……1

I.1. Latar Belakang………...…………....…....1

I.2. Rumusan Masalah………..……3

I.3. Tujuan Penulisan………..……..4

I.4. Batasan Masalah………..……..4

I.5 Metodelogi Penulisan………..……..5

I.6. Sistematika Penulisan………..………..5

BAB II Konsep Dasar Serat Optik dan Dense Wavelength Division Multiplexing...6

II.1. Umum……….6

II.2. Struktur Kabel Serat Optik...6

II.3 Jenis Serat...7

II.4 Transmisi Serat Optik...9

II.5 Karakteristik Transmisi Optik...9

II.5.1. Panjang Gelombang………10

(7)

II.5.4. Redaman Saluran………....13

II.5.5. Link Power Budget...13

II.5.6. Daya Terima………...14

II.5.7. Amplifier (Penguat)………15

II.5.8. Dispersi………..15

II.6. Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM)………...17

II.6.1. Konsep Dasar DWDM………18

II.6.2. Spasi Kanal………...19

II.6.3. Kelebihan Teknologi DWDM………...20

II.6.4. Elemen Jaringan DWDM………22

II.6.5. Konfigurasi Sistem DWDM………..………..24

II.6.6. Sumber Laser DWDM dan Detektor DWDM……….25

II.7. Alat Ukur………..25

II.7.1. Optical Time Domain Reflectometer (OTDR)……..25

II.7.2. Power Meter...28

BAB III KONFIGURASI TRANSMISI OPTIK MEDAN – UJUNG TANJUNG………...29

III.1. Umum………...29

III.2. Jaringan Fiber Optik PT. Indosat North Sumatera Regional...29

III.3. Konfigurasi Transmisi Optik Medan – Ujung Tanjung……...31

III.3.1. Segmen Medan PKM………....33

III.3.2. Segmen Tebing Tinggi………..34

III.3.3. Segmen Simpang Kawat………...36

(8)

III.3.5. Segmen Bagan Batu………..39

III.3.6. Segmen Ujung Tanjung………...……..40

III.4. Pengukuran Karakteristik Optik Link Medan – Ujung

Tanjung………...41

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN………43

IV.1. Umum……….43

IV.2. Hasil Pengukuran………43

IV.2.1. Sisi Transmitter Medan – Ujung Tanjung………….43

IV.2.2. Sisi Transmitter Ujung Tanjung – Medan…………..44

IV.3. Perhitungan Redaman (Loss) Saluran Transmisi Optik Medan

– Ujung Tanjung dengan Level Daya...45

IV.3.1. Redaman (Loss) pada Sisi Transmitter Medan –

Ujung Tanjung Saat Sistem Transmisi Setahun

Beroperasional...45

IV.3.2. Redaman (Loss) pada Sisi Tranmsitter Ujung Tanjung

– Medan Saat Sistem Transmisi Setahun

Beroperasional...46

IV.4. Data Pengukuran Instalasi Awal...47

IV.5. Perhitungan Redaman (Loss) Saluran Transmisi Optik Medan –

Ujung Tanjung dengan Data Pengukuran Level Daya Saat

Instalasi Awal...48

IV.5.1. Redaman (Loss) pada Sisi Transmitter Medan – Ujung

(9)

IV.5.1. Redaman (Loss) pada Sisi Transmitter Ujung Tanjung –

Medan Saat Instalasi Awal...50

IV.6. Perhitungan Redaman (Loss) Total Saluran Transmisi Optik Medan – Ujung Tanjung dengan Parameter Link Power Budget...51

IV.7. Perbandingan Analisis Redaman (Loss) Total Saluran Transmisi Optik Medan – Ujung Tanjung...59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...60

V.1 Kesimpulan………..…………60

V.2 Saran………...61

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Spesifikasi teknis transmisi fiber optik PT. INDOSAT, Tbk....31

Tabel 4.1 Tabel hasil pengukuran karakteristik untuk sisi transmitter optik pada

transmisi optik link Medan – Ujung Tanjung saat sistem transmisi

setahun beroperasional... ...44

Tabel 4.2 Tabel hasil pengukuran karakteristik untuk sisi transmitter optik pada

transmisi optik link Ujung Tanjung – Medan saat sistem transmisi

setahun beroperasional...44

Tabel 4.3 Tabel data pengukuran karakteristik optik untuk sisi transmitter optik

pada transmisi optik link Medan – Ujung Tanjung saat instalsi

awal...48

Tabel 4.4 Tabel hasil pengukuran karakteristik optik untuk sisi transmitter optik

pada transmisi optik link Ujung Tanjung – Medan saat instalasi

awal...48

Tabel 4.5 Tabel perbandingan analisis redaman (loss) total saluran transmisi optik

Medan - Ujung Tanjung dengan level daya dan parameter link power

budget pada sisi transmitter...54

Tabel 4.6 Tabel perbandingan analisis redaman (loss) total saluran transmisi

optik Ujung Tanjung - Medan dengan level daya dan parameter link

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Stuktur Kabel Serat Optik...7

Gambar 2.2 Jenis Serat Optik Singlemode... 8

Gambar 2.3 Jenis Serat Optik Multimode...8

Gambar 2.4 Diagram Sistem Transmisi Serat Optik...9

Gambar 2.5 Window Siskom Serat Optik...10

Gambar 2.6 Link Point To Point dan Parameter – parameternya...13

Gambar 2.7 Pulsa bertambah lebar disebabkan oleh peristiwa dispersi……....15

Gambar 2.8 Jaringan yang menggunakan DWDM………..……..18

Gambar 2.9 Sistem DWDM satu arah...24

Gambar 2.10 Sistem DWDM dua arah...24

Gambar 2.11 Blok Diagram OTDR...28

Gambar 3.1 Konfigurasi jaringan transmisi optik link Medan – Ujung Tanjung...32

Gambar 3.2 Konfigurasi Perangkat DWDM Segmen MDN_PKM...33

Gambar 3.3 Konfigurasi Perangkat DWDM Segmen TBT...34

Gambar 3.4 Konfigurasi Perangkat DWDM Segmen SPKW………...36

Gambar 3.5 Konfigurasi Perangkat DWDM Segmen RAP...37

Gambar 3.6 Konfigurasi Perangkat DWDM Segmen BGBT...39

Gambar 3.7 Konfigurasi Perangkat DWDM Segmen UTJ...40

Gambar 4.1 Grafik perbandingan perhitungan redaman (loss) total saluran

(12)

link budget dengan perhitungan redaman (loss) menggunakan data

pengukuran level daya...57

Gambar 4.2 Grafik perbandingan perhitungan redaman (loss) total saluran

transmisi optik Ujung Tanjung - Medan menggunakan parameter

link budget dengan perhitungan redaman (loss) menggunakan data

(13)

ABSTRAK

Kinerja dari sistem transmisi optik dipengaruhi oleh karakteristik

optik yang terdapat pada jaringan transmisi optik. Beberapa karakteristik yang

mempengaruhi kinerja dari sitem transmisi optik antara lain level daya transmitter

dan receiver serta redaman transmisi.

Dalam Tugas Akhir ini akan dilakukan pengukuran dan

perhitungan karakteristik optik pada transmisi optik. Adapun karakteristik yang

akan diukur adalah level daya transmitter dan receiver pada perangkat transmisi,

sedangkan karakteristik optik yang dihitung adalah besar redaman transmisi.

Pengukuran level daya transmitter dan receiver dilakukan pada saat instalasi awal

dan setahun operasional sistem transmisi. Teknologi pentransmisian sinyal optik

menggunakan DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing). Transmisi

optik yang akan dianalis adalah transmisi backbone milik PT. INDOSAT North

Sumatera Regional sepanjang Medan sampai dengan Ujung Tanjung. Transmisi

optik Medan sampai Ujung Tanjung terbagi dalam beberapa segmen.

Dari hasil pengukuran diperoleh bahwa besar level daya

transmitter dan receiver setiap segmen pada transmisi Medan – Ujung Tanjung

saat instalasi awal berbeda dengan besar level daya transmitter dan receiver

transmisi Medan – Uujung Tanjung saat setahun operasional. Perhitungan besar

redaman transmisi Medan – Ujung Tanjung diperoleh dengan dua cara yaitu

dengan selisih besar level daya transmitter dan receiver setiap segmen serta

dengan parameter link power budget. Perbandingan hasil perhitungan redaman

transmisi Medan – Ujung Tanjung menunjukkan adanya penambahan redaman

sebesar 0.6 dB akibat dari kabel putus pada link Bagan Batu – Ujung Tanjung dan

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi menggunakan media transmisi serat optik memiliki kelebihan

yang dalam penggunaannya sebanding dengan kebutuhan perkembangan

teknologi sekarang dan yang akan datang. Salah satu perkembangan teknologi

serat optik yang sering digunakan saat ini adalah DWDM (Dense Wavelength

Division Multiplexing). Teknologi DWDM beroperasi dalam sinyal dan domain

optik dan memberikan fleksibilitas yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan

akan kapasitas transmisi yang besar dalam jaringan. Kemampuannya dalam hal ini

diyakini banyak orang akan terus berkembang yang ditandai dengan semakin

banyaknya jumlah panjang gelombang yang mampu untuk ditransmisikan dalam

satu fiber.

PT.INDOSAT,Tbk sebagai salah satu perusahaan telekomunikasi penyedia

layanan jasa telekomunikasi menggunakan teknologi DWDM dalam mendukung

kinerja jaringan backbone yang telah dimiliki. Salah satunya adalah jaringan

backbone antara Medan dan Ujung Tanjung. Jaringan backbone ini merupakan

bagian dari jaringan backbone MEPARU (Medan – Pekan Baru).

Oleh karena pentingnya mengetahui kinerja transmisi yang akan

digunakan, maka penulis tertarik untuk melakukan pengukuran dan perhitungan

karakteristik optik pada transmisi optik dengan menggunakan perangkat DWDM

sepanjang jalur transmisi optik Medan – Ujung Tanjung. Adapun karakteristik

yang akan diukur adalah level daya transmitter dan receiver pada perangkat

(15)

transmisi. Pengukuran level daya transmitter dan receiver dilakukan pada saat

instalasi awal dan setahun operasional sistem transmisi. Teknologi

pentransmisian sinyal optik menggunakan DWDM. Transmisi optik yang akan

dianalis adalah transmisi backbone milik PT. INDOSAT North Sumatera

Regional sepanjang Medan sampai dengan Ujung Tanjung. Transmisi optik

Medan sampai Ujung Tanjung terbagi dalam beberapa segmen. Adapun perangkat

DWDM yang dipilih adalah DWDM STM-64.

Dari hasil pengukuran diperoleh bahwa besar level daya

transmitter dan receiver setiap segmen pada transmisi Medan – Ujung Tanjung

saat instalasi awal berbeda dengan besar level daya transmitter dan receiver

transmisi Medan – Ujung Tanjung saat setahun operasional. Hal ini dipengaruhi

oleh peningkatan jumlah kanal informasi dan penggunaan perangkat penguat pada

transmisi untuk mengurangi redaman. Perhitungan besar redaman transmisi

Medan – Ujung Tanjung diperoleh dengan dua cara yaitu dengan selisih besar

level daya transmitter dan receiver setiap segmen serta dengan parameter link

power budget. Perbandingan hasil perhitungan redaman transmisi Medan – Ujung

Tanjung menunjukkan pengaruh rugi – rugi tambahan yaitu dispersi pada

transmisi dan penguatan yang digunakan pada transmisi.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan diangkat penulis dalam Tugas Akhir ini adalah :

1. Bagaimana prinsip transmisi jaringan serat optik.

(16)

3. Bagaimana perbandingan perhitungan redaman transmisi dengan selisih

pengukuran level daya transmitter dan receiver setiap segmen sepanjang

transmisi optik Medan – Ujung Tanjung pada saat instalasi awal dan pada

saat pengukuran setahun operasional serta dengan parameter link power

budget.

4. Parameter apa saja yang mempengaruhi bertambahnya nilai redaman pada

transmisi optik.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah :

1. Untuk mengetahui prinsip transmisi komunikasi serat optik.

2. Untuk mengetahui pengaruh besar redaman terhadap kinerja transmisi

optik Medan – Ujung Tanjung.

3. Untuk mengetahui parameter yang mempengaruhi bertambahnya besar

redaman pada transmisi optik Medan – Ujung Tanjung.

1.4 Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang meluas, maka penulis membatasi

pembahasan permasalahan. Adapun yang menjadi batasan masalah dalam Tugas

Akhir ini adalah :

1. Pengukuran dan perhitungan hanya pada karakteristik transmisi optik

(17)

2. Karakteristik optik yang akan diukur adalah level daya tansmitter dan

receiver pada transmisi optik Medan – Ujung Tanjung, sedangkan

karakteristik optik yang akan dihitung adalah besar redaman.

3. Tidak membahas mengenai struktur dan hierarki jaringan.

4. Tidak membahas jenis dan prinsip kerja optical amplifier yang digunakan

pada transmisi.

1.5 Metodologi Penulisan

Langkah yang akan ditempuh dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini

diantaranya adalah :

1. Studi Literatur : mengumpulkan literatur-literatur yang berkaitan dengan

proyek akhir ini, baik berupa artikel, buku referensi, dan sumber-sumber

lainnya.

2. Studi lapangan : melakukan pengukuran terhadap level daya transmitter

dan receiver setiap segmen sepanjang transmisi optik Medan – Ujung

Tanjung pada saat instalasi awal dan setahun operasional.

3. Melakukan perhitungan besar redaman dan perbandingan besar redaman.

1.6 Sistematika Penulisan

Pada Tugas Akhir ini disusun dalam lima bab yang terdiri dari beberapa

sub sebagai penjelasan secara rinci. Kelima bab tersebut antara lain berisi :

BAB I Pendahuluan

Bab ini membahas secara singkat mengenai latar belakang,

(18)

metodologi dan penyelesaian masalah, serta sistematika

penulisan sebagai gambaran umum secara keseluruhan.

BAB II Konsep Dasar Serat Optik dan Dense Wavelength Division

Multiplexing

Bab ini membahas mengenai teori dasar mengenai model kabel

serat optik, bahan dari serat optik kabel serat optik,

karekteristiknya, jenis dari serat optik dan teori dasar DWDM.

BAB III Konfigurasi Transmisi Optik Medan – Ujung Tanjung

Bab ini membahas mengenai konfigurasi transmisi optik

Medan – Ujung Tanjung, pengukuran level daya pada sistem

transmisi optik Medan - Ujung Tanjung.

BAB IV Analisis Hasil Pengukuran dan Perhitungan

Bab ini akan berisikan hasil pengukuran yang telah dilakukan,

perhitungan redaman (loss), perbandingan nilai redaman.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dan saran – saran sebagai penutup

(19)

BAB II

KONSEP DASAR SERAT OPTIIK DAN DENSE WAVELENGTH

DIVISION MULTIPLEXING

2.1 Umum

Teknologi serat optik adalah suatu teknologi komunikasi yang

menggunakan media cahaya sebagai penyalur informasi. Pada teknologi ini terjadi

perubahan informasi yang biasanya berbentuk sinyal elektris menjadi sinyal optik

(cahaya), yang kemudian disalurkan melalui kabel serat optik dan diterima pada

sisi penerima untuk diubah kembali menjadi sinyal elektris.

Perkembangan teknologi pentransmisian sinyal optik pada serat optik yang

digunakan pada saat ini adalah teknologi Dense Wavelength Division Multiplexing

(DWDM). Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) merupakan suatu

metode penggabungan sinyal-sinyal optik dengan panjang gelombang operasi

yang berbeda-beda yang ditransmisikan kedalam sebuah serat optik tunggal

dengan memperkecil spasi antar kanal sehingga terjadi peningkatan jumlah kanal

yang mampu dimultipleks.

2.2. Struktur Kabel Serat Optik

Struktur kabel serat optik secara umum dibagi atas tiga bagian yaitu [1] :

1. Inti (core)

Terbuat dari bahan plastik kaca halus yang berkualitas tinggi dan tidak

mengalami perkaratan (korosi). Inti merupakan bagian utama dari serat

(20)

2. Selubung / kulit (cladding)

Cladding dilapiskan pada core sebagai selubung inti. Selubung

(cladding) ini juga terbuat dari bahan yang sama tetapi indeks biasnya

berbeda dari indeks bias inti, tujuannya agar cahaya selalu dipantulkan

kembali ke inti oleh permukaan selubungnya dan memungkinkan

cahaya tetap berada di dalam serat optik.

3. Jaket / pembungkus (coating)

Sekeliling inti dan selubung dibalut dengan plastik yang berfungsi

untuk melindungi serat optik dari goresan, kotoran dan kerusakan

lainnya. Jaket serat optik juga mengisolasi serat-serat lain yang

berdekatan di dalam satu bundelan jika merupakan kelompok serat,

seperti terlihat pada Gambar 2.1[1].

Gambar 2.1. Struktur Kabel Serat Optik

2.3 Jenis Serat

Jenis serat dapat dibagi menjadi dua macam[1] :

a. Singlemode

Serat singlemode mempunyai ukuran diameter core yang sangat kecil

yaitu sekitar yaitu sekitar 4-10 μm dan diameter cladding sebesar 125

(21)

mentransmisikan sinyal dalam satu mode. Karena singlemode hanya

mentransmisikan sinyal pada mode utama, sehingga dapat mencegah

terjadinya dispersi kromatik. Serat ini baik pita frekuensi transmisi

yang lebar dan kapasitas transmisi yang besar. Oleh karena itu cocok

untuk kapasitas besar dan komunikasi serat optik jarak jauh.

Gambar 2.2 Jenis Serat Optik Singlemode

b. Multimode

Pada panjang gelombang operasi tertentu, jika serat optik

mentransmisikan sinyal dalam berbagai mode, maka disebut serat

multimode. Serat multimode biasanya memiliki diameter core antara

50-70 µm dan diameter cladding antara 100-200 µm seperti pada

Gambar 2.3. Jenis serat ini biasanya memiliki performansi transmisi

yang buruk, bandwidth yang sempit dan kapasitas transmisi yang kecil.

(22)

2.4 Transmisi Serat Optik

Pada bagian pemancar, sinyal elektrik diubah menjadi sinyal optik oleh

optoelektronik berupa Laser Diode (LD) dan Ligth Emiting Diode (LED). Setelah

melalui serat optik cahaya tersebut akan mengalami redaman dan rugi-rugi akibat

penyambungan baik penyambungan secara mekanik maupun dengan teknik

splicing, kemudian sinyal yang berupa cahaya tersebut akan melaui receiver dan

diubah kembali menjadi sinyal elektrik oleh detektor yang terdiri dari

optoelektronik tranducer yaitu photo diode. Secara sederhana transmisi

gelombang cahaya dapat ditunjukkan seperti pada Gambar 2.4[2].

Loss Splicing Fiber

Loss

Photodetector Power Receiver

at Detector Power Coupled

into Fiber LED or LD

Gambar 2.4. Diagram Sistem Transmisi Serat Optik

Dimana light-emiting atau laser diode berfungsi sebagai pengubah menjadi sinyal

optik dan photo diode sebagai kebalikannya.

2.5 Karakteristik Transmisi Optik

Media transmisi serat optik memiliki karakteristik untuk membedakan

jenis serat otik yang akan digunakan pada transmisi optik[3]. Beberapa

karakteristik transmisi optik diuraikan sebagai berikut.

(23)

2.5.1 Panjang Gelombang

Salah satu karakteristik dasar dari serat optik adalah nilai redaman sebagai

fungsi dari panjang gelombang seperti pada Gambar 2.5[3]. Pada awal

penggunaan serat optik digunakan pada daerah panjang gelombang 800-900 nm.

Sejak karakteristik jenis serat optik ditemukan panjang gelombang operasi

dioperasikan pada daerah ini dan menunjukkan redaman minimum pada kurva

redaman, dan sumber optik dan photodetector telah dapat beroperasi pada daerah

ini. Daerah ini sering disebut window I. dengan mengurangi konsentrasi impuritas

ion hidroksil dan ion metalik pada material serat, serat kemudian dibuat pada

daerah redaman yang sangat rendah yaitu pada panjang gelombang 1100-1600

nm. Spektral bandwidth ini menunjukkan daerah long-wavelength. Dua window

didefinisikan disini, window II pada daerah sekitar 1300 nm, dan window III pada

daerah 1550 nm.

Gambar 2.5 Window Siskom Serat Optik

Pada daerah 1550 nm memiliki dispersi yang lebih tinggi daripada 1300

nm. Faktor dispersi ini akan membatasi pengembangan sistem transmisi optik ini

(24)

serat tinggi pada daerah ini. Sementara itu, pada daerah 1550 nm memiliki

dispersi yang besar dengan redaman yang kecil.

Dengan ditemukannya serat jenis dispersi tergeser yang dikenal dengan

Dispersion Shifted Fiber (DSF),maka dispersi tinggi yang terjadi pada daerah

1550 nm tersebut bisa digeser sehingga dispersi nol-nya (zero dispersion) berada

panjang gelombang 1550 nm dan redaman yang lebih kecil daripada 1300 nm

tersebut.

2.5.2 Daya Output

Daya output adalah besarnya daya yang dihasilkan dari sumber cahaya

dalam satuan mW. Daya output ini bisa dihasilkan dari LED dan laser.

Penggunaan kedua sumber ini dapat dipilih berdasarkan pada panjang gelombang

operasi yang digunakan serta bit rate yang digunakan. Daya output digunakan

untuk mengirimkan informasi sehingga dapat diterima dengan baik di penerima,

sehingga Pout = Pt.

2.5.3 Attenuasi (Redaman)

Attenuasi (Redaman) sebagai perbandingan antara daya input (Pin) optik

terhadap daya output (Pout) sepanjang serat L. redaman dalam serat optik untuk

berbagai panjang gelombang tidak selalu sama karena redaman ini merupakan

fungsi panjang gelombang[3].

Dalam perhitungan sinyal redaman optik sederhana, prosedur umum untuk

menyatakan koefisien redaman dalam satuan decibel per kilometre. Gambaran

(25)

db km

Satuan daya dBm adalah level daya dihubungankan dengan 1 mW dan dinyatakan

dengan Persamaan 2.2[3] sebagai berikut :

dBm =

Penyebab attenuasi yaitu karena absorbsi serat yang terdiri dari dua

penyebab[4] :

1. Redaman instrinsik yaitu redaman oleh material serat (silica). Material

serat akan meredam pada frekuensi tertentu berdasarkan sifat resonansi

elektronik dan resonansi vibrasi.

2. Redaman ekstrinsik yang terjadi oleh karena adanya ketidakmurnian oleh

karena adanya atom-atom yang tercampur seperti Fe; Cu; Co; Ni; Mn;

dan Cr yang mengakibatkan redaman kuat pada daerah panjang

gelombang disekitar 0,6 sampai dengan 1,6 μm.

Penyebab redaman yang lain adalah efek hamburan (scattering).

Hamburan ini bisa diperinci lebih jauh dengan hamburan linier dan hamburan non

linier. Selain itu penyebab attenuasi yang lain yaitu radiasi sinyal yang

disebabkan oleh karena kegagalan pantulan total oleh lekukan/bengkokan

(26)

2.5.4 Redaman Saluran

Dalam suatu transmisi optik terdapat redaman total saluran yang

dinyatakan dengan persamaan berikut:

αtot = nc. αc + αs. ns + αf.L (2.3)

dimana :

αtot = besarnya redaman total (dB)

nc = jumlah konektor yang digunakan

αc = redaman konektor (dB) ns = jumlah sambungan

αs = redaman splice/sambungan (dB)

αf = redaman serat optik (dB/Km) L = panjang kabel optik (Km)

2.5.5 Link Power Budget

Pertimbangan lain yang paling penting untuk sistem transmisi optik adalah

power budget. Dengan mengurangkan seluruh redaman optik sistem daya yang

dikirimkan oleh transmitter, perencanaan sistem serat optik memastikan bahwa

sistem mempunyai daya yang cukup untuk mengemudikan receiver pada level

yang diinginkan. Parameter – parameter link budget antara lain daya transmitter,

redaman konektor, redaman splice (sambungan), redaman serat optik dan daya

receiver seperti pada Gambar 2.6[4].

(27)

Daya input yang diizinkan untuk receiver disebut dengan sensitivitas

receiver dan akan tergantung pada BER (Bit Error Ratio) tertentu. Perbedaan

antara daya output transmitter dan sensitivitas receiver disebut dengan gain.

Disain suatu serat optik juga harus menyisakan beberapa margin tambahan di atas

daya input minimum receiver untuk mengkompensasi degradasi dan fluktuasi

sistem atau penggabungan komponen-komponen tambahan ke dalam suatu

rentang fiber guna penyediaan layanan dan kapabilitas jaringan baru. Persyaratan

performansi BER dan cost tergantung dari aplikasi, dimana harga margin daya 3

sampai 10 dB[4]. Persamaan umum untuk perencanaan power budget adalah:

Pout = Pin + αtot + Ms (2.4)

dimna :

Pout = Daya ouput (dBm)

Pin = Daya Terima (dBm)

αtot = Loss channel total (dB)

Ms = Sistem margin/cadangan daya (dB)

2.5.6 Daya Terima

Sensitivitas penerima didefinisikan sebagai level sinyal terima yang

diterima di receiver. Untuk mencari besar sensitivitas penerima dapat digunakan

persamaan berikut yang diturunkan dari persamaan link power budget, yaitu :

Pin = Pout – αtot - Ms (2.5)

dimana :

Pin = daya terima (dBm) Pout = daya kirim (dBm)

αtot = besarnya redaman (dB)

(28)

2.5.7 Amplifier (Penguat)

Amplifier atau penguat berfungsi sebagai penguat sinyal transmisi. Pada

tranmisi fiber optik, amplifier lebih dikenal dengan nama optical amplifier.

Optical amplifier dapat diletakkan pada jaringan kabel serat optik dan pada

perangkat transmisi seperti DWDM.

Umumnya optical amplifier yang sering digunakan pada transmisi optik

sekarang ini adalah EDFA (Earth Doped Fiber Amplifier) dan Raman Amplifier.

Besar nilai optical amplifier disesuaikan dengan nilai redaman yang terjadi pada

transmisi dalam satuan dB. Selisih besar nilai penguat dengan redaman sama

dengan nol.

2.5.8 Dispersi

Dispersi merupakan peristiwa melebarnya pulsa optik yang merambat

sepanjang serat optik seperti pada Gambar 2.7[2]. Pulsa output mempunyai lebar

pulasa lebih besar dari lebar pulsa input. Dispersi suatu serat optik dinyatakan

sebagai pelebaran pulsa per satuan panjang (ns/km).

Gambar 2.7 Pulsa bertambah lebar disebabkan oleh peristiwa dispersi

(29)

1. Dispersi intramodal

Dispersi ini adalah pelebaran pulsa yang terjadi dalam suatu serat optik

singlemode. Sinar yang berasal dari LED dan Laser Dioda

mengandung berbagai panjang gelombang, dan dikatakan memiliki

suatu pita panjang gelombang atau lebar spektral, dimana bila semakin

besar lebar spektral sinar yang memasuki serat optik, maka akan

semakin banyak macam panjang gelombang dan semakin besar

pelebaran pulsa (distorsi sinyal) yang terjadi. Dispersi intramodal ini

disebut juga dispersi kromatik, ada dua macam dispersi intramodal,

yaitu:

a. Dispersi Pandu Gelombang

Dispersi yang timbul karena variasi kecepatan group terhadap

panjang gelombang suatu modus.

b. Dispersi material

Dispersi yang terjadi karena diakibatkan adanya variasi indeks bias

sebagai fungsi yang tidak linier dari panjang gelombang.

2. Dispersi Intermodal

Dispersi Intermodal adalah pelebaran pulsa sebagai akibat dari

perbedaan kecepatan group axial antara satu modus dengan modus

penjalaran lainnya meskipun frekuensinya sama. Dimana untuk

menempuh panjang serat yang sama, sinar yang bermodus lebih tinggi

akan lebih lambat dibandingkan dengan sinar yang bermodus lebih

rendah, sehingga terjadi pelebaran pulsa. Gangguan ini dapat

(30)

Pengaruh dispersi pada kinerja dari system transmisi fiber optik dikenal

dengan intersymbol interference (ISI). Intersymbol interference terjadi ketika

peleberan pulsa yang diakibatkan oleh dispersi menyebabkan pulsa output pada

sistem menjadi overlap dan membuatnya tidak terdeteksi. Jika sebuah pulsa input

yang diakibatkan menjadi melebar yaitu perubahan rata-rata dari input melebihi

batas dispersi dari serat, data output akan menjadi tidak dapat dibedakan.

2.6 Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM)

Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) merupakan teknologi

terbaru dalam telekomunikasi dengan media kabel serat optik. Dimana Dense

Wavelength Division Multiplexing (DWDM) merupakan suatu metode

penggabungan sinyal-sinyal optik dengan panjang gelombang operasi yang

berbeda-beda yang ditransmisikan kedalam sebuah serat optik tunggal dengan

memperkecil spasi antar kanal sehingga terjadi peningkatan jumlah kanal yang

mampu dimultipleks. Teknologi DWDM adalah teknologi dengan memanfaatkan

sistem SDH (Synchoronous Digital Hierarchy) yang sudah ada (solusi

terintegrasi) dengan memultiplekskan sumber-sumber sinyal yang ada. Menurut

definisi, teknologi DWDM dinyatakan sebagai suatu teknologi jaringan transport

yang memiliki kemampuan untuk membawa sejumlah panjang gelombang (4, 8,

16, 32, dan seterusnya) dalam satu fiber tunggal. Artinya, pabila dalam satu fiber

itu dipakai empat gelombang, maka kecepatan transmisinya menjadi 4x10 Gbs

(kecepatan awal dengan menggunakan teknologi SDH)[6].

Inti perbaikan dari DWDM ini terdapat pada infrastruktur yang digunakan,

(31)

perkembangan teknologi fotonik, seperti penemuan EDFA (Erbium Doped Fiber

Amplifier) sebagai penguat optis, dan laser dengan presisi yang lebih tinggi.

Penemuan EDFA memungkinkan DWDM beroperasi pada daerah 1550 nm yang

memiliki attenuasi rendah. Secara sederhana sebuah jaringan yang menggunakan

DWDM dapat dilihat pada Gambar 2.8[6].

Gambar 2.8 Jaringan yang menggunakan DWDM

2.6.1 Konsep Dasar DWDM

Masukan sistem DWDM berupa trafik yang memiliki format data dan laju

bit yang berbeda dihubungkan dengan laser DWDM. Laser tersebut akan

mengubah masing-masing sinyal informasi dan memancarkan dalam panjang

gelombang yang berbeda-beda λ1, λ2, λ3,………, λN. Kemudian masing-masing

panjang gelombang tersebut dimasukkan kedalam MUX (multiplexer), dan

keluaran disuntikkan kedalam sehelai serat optik. Selanjutnya keluaran MUX ini

akan ditransmisikan sepanjang jaringan serat. Untuk mengantisipasi pelemahan

sinyal, maka diperlukan penguatan sinyal sepanjang jalur transmisi. Sebelum

ditransmisikan sinyal ini diperkuat terlebih dahulu dengan menggunakan penguat

akhir (post amplifier) untuk mencapai tingkat daya sinyal yang cukup. ILA (in

(32)

Sedangkan penguat awal (pre-amplifier) digunakan untuk menguatkan sinyal

sebelum dideteksi. DEMUX (demultiplexer) digunakan pada ujung penerima

untuk memisahkan antar panjang gelombang yang selanjutnya akan dideteksi

menggunakan photodetector[7]. Multiplexing serentak kanal masukan dan

demultiplexing kanal keluaran dapat dilakukan oleh komponen yang sama, yaitu multiplexer/demultiplexer.

2.6.2 Spasi Kanal

Spasi kanal merupakan jarak minimum antar panjang gelombang agar

tidak terjadi interferensi. Standarisasi spasi perlu dilakukan agar sistem DWDM

dari berbagai vendor yang berbeda dapat saling berkomunikasi. Jika panjang

gelombang operasi berbanding terbalik dengan frekuensi, hubungan bedanya

dikenal dalam panjang gelombang masing-masing sinyal. Faktor yang

mengendalikan besar spasi kanal adalah bandwidth pada penguat optik dan

kemampuan penerima mengidentifikasi dua set panjang gelombang yang lebih

rendah dalam spasi kanal. Kedua faktor itulah yang membatasi jumlah panjang

gelombang yang melewati penguat. Saat ini terdapat dua pilihan untuk melakukan

standarisasi kanal, yaitu menggunakan spasi lamda atau spasi frekuensi.

Hubungan antara spasi lamda dan spasi frekuensi adalah:

λ

λ ∆

− ≈

∆ 2

c

f (2.7)

dimana :

Δf = spasi frekuensi (GHz) Δλ = spasi lamda (nm)

(33)

Konversi spasi lamda ke spasi frekuensi (dan sebaliknya) akan

menghasilkan nilai yang kurang presisi, sehingga sistem DWDM dengan satuan

yang berbeda akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. ITU-T kemudian

menggunakan spasi frekuensi sebagai standar penentuan spasi kanal.

2.6.3 Kelebihan Teknologi DWDM

Secara umum keunggulan teknologi DWDM adalah sebagai berikut[7]:

1. Tepat untuk diimplementasikan pada jaringan telekomunikasi jarak

jauh (long haul) baik untuk sistem point-to-point maupun ring

topology.

2. Lebih fleksibel untuk mengantisipasi pertumbuhan trafik yang

tidak terprediksi.

3. Transparan terhadap berbagai terhadap berbagai trafik. Kanal

informasi masing-masing panjang gelombang dapat digunakan

untuk melewatkan trafik dengan format data dan laju bit yang

berbeda. Ketransparanan sistem DWDM dan kemampuan add/drop

akan memudahkan penyedia layanan untuk melakukan

penambahan dan atau pemisahan trafik.

4. Tepat untuk diterapkan pada daerah dengan perkembangan

kebutuhan bandwidth sangat cepat.

Perbandingan teknologi serat optik konvensional dan teknologi DWDM

adalah sebagai berikut.

1. Kapasitas serat optik yang dipakai lebih optimal. DWDM dapat

mengakomodir banyak cahaya dengan panjang gelombang yang

(34)

konvensional hanya dapat mentransmisikan satu panjang gelombang

dalam sehelai serat optik.

2. Instalasi jaringan lebih sederhana. Penambahan kapasitas jaringan pada

teknologi serat optik konvensional dilakukan dengan memasang kabel

serat optik baru, sedangkan pada DWDM cukup dilakukan dengan

penambahan beberapa panjang gelombang baru tanpa harus melakukan

perubahan fisik jaringan.

3. Penggunaan penguat lebih efisien. DWDM menggunakan penguat optik

yang dapat menguatkan beberapa panjang gelombang sekaligus dengan

interval penguatan yang lebih jauh, sehingga penguat optik yang

digunakan pada DWDM lebih sedikit dibandingkan dengan teknolog

serat optik konvensional. Penguat optik yang digunakan dalam

teknologi DWDM adalah EDFA. EDFA (Erbium Doped Fiber

Amplifier) merupakan serat optik dari bahan silica (SiO2) dengan

intinya (core) telah dikotori dengan bahan Erbium (Er3+), termasuk ke

dalam golongan Rare-Earth Doped Fiber Amplifier. Berikut ini

beberapa keunggulan yang dimiliki oleh EDFA, sehingga dapat

mendukung teknologi DWDM:

a. Faktor peroleh EDFA sangat tinggi EDFA pada tahap eksperimen

memiliki gain sebesar 40 dB. Sedangkan perangkat EDFA

komersil mempunyai gain 20-30 dB dengan memompa energi

(35)

b. Bandwidth lebar

Ion Erbium melepaskan foton dengan interval panjang gelombang

1530-1560 nm atau sama dengan bandwidth sebesar 3 THz. Pada

interval tersebut redaman yang terjadi pada serat optik hanya

berkisar 0.2 dB/km[7], sehingga EDFA dapat memperkuat puluhan

sinyal dengan panjang gelombang yang berbeda secara bersamaan.

c. Noise Figure EDFA kecil

Noise Figure merupakan perbandingan antara S/Nin dengan

S/Nout, sehingga untuk tansmisi jarak jauh akan menghasilkan

akumulasi derau optik, namun dengan adanya tapis optik pada

perangkat EDFA maka noise figure yang muncul sangat kecil.

d. Daya output yang besar

Daya output pada EDFA meningkat seiring dengan meningkatnya

daya diode laser (optical pump).

e. Kemudahan instalasi

EDFA mudah diinstalasi karena EDFA juga berbentuk serat.

4. Biaya pemasangan, pemeliharaan dan pengembangan lebih efisien. Hal

ini akibat arsitektur jaringan DWDM lebih sederhana dibandingkan

arsitektur jaringan serat optik konvensional.

2.6.4 Elemem Jaringan DWDM

Dalam aplikasi DWDM terdapat beberapa elemen yang memiliki

spesifikasi khusus disesuaikan dengan kebutuhan sistem[8]. Elemen tersebut

(36)

1. Wavelength Multiplexer/Demultiplexer

Wavelength Multiplexer berfungsi untuk memultiplikasi kanal-kanal

panjang gelombang optik yang akan ditransmisikan dalam serat optik.

Sedangkan wavelength demultiplexer berfungsi untuk

mendemultiplikasi kembali kanal panjang gelombang yang

ditransmisikan menjadi kanal kanal panjang gelombang menjadi

seperti semula.

2. Optical Add/Drop Multiplexer (OADM)

Diantara titik multiplexing dan demultiplexing dalam sistem DWDM

merupakan daerah dimana berbagai macam panjang gelombang

berada, pada beberapa titik sepanjang span ini sering diinginkan untuk

dihilangkan atau ditambah dengan satu atau lebih panjang gelombang.

OADM (Optical Add/Drop Multiplexer) inilah yang digunakan untuk

melewatkan sinyal dan melakukan fungsi add and drop yang bekerja

pada level optik.

3. Optical Cross Connect (OXC)

Perangkan OXC (Optical Cross Connect) ini melakukan proses

switching tanpa terlebih dahulu melakukan proses konversi OEO

(Optik-elektrooptik) dan berfungsi untuk merutekan kanal panjang

gelombang. OXC ini berukuran NxN dan biasa digunakan dalam

konfigurasi jaringan ring yang memiliki banyak node terminal.

4. Optical Amplifier Unit (OAU)

Merupakan penguat optik yang bekerja dilevel optik, yang dapat

(37)

2.6.5 Konfigurasi Sistem DWDM

Menurut konfigurasinya sistem DWDM dibagi menjadi 2 (dua)[8] :

1. Sistem DWDM satu arah (one way transmission), pada sistem ini dalam

satu serat dapat terjadi beberapa transmisi dengan arah yang sama secara

simultan seperti Gambar 2.9[8] berikut ini :

Gambar 2.9 Sistem DWDM satu arah

2. Sistem DWDM dua arah (two way transmission), dimana dalam sebuah

serat terjadi dua transmisi dengan arah yang berlawanan secara simultan

seperti ditunjukkan pada Gambar 2.10[8]. Dimana pada serat terjadi

pengiriman informasi dari DWDM 1 ke DWDM 2 dengan panjang

gelombang λ1 dan pada saat yang bersamaan ditransmisikan informasi

dari DWDM 2 ke DWDM 1 dengan panjang gelombang λ2.

(38)

2.6.6 Sumber Laser DWDM dan Detektor DWDM

Salah satu contoh sumber laser yang digunakan dalam sistem DWDM

adalah Distribution Feedback (DFB) laser. DFB memiliki kelebihan mampu

mengakses semua bandwidth optik pada jendela transmisi 1550 nm, yang

memiliki daya output sampai 25 mW (tunable) dari 1530-1563 nm. APD

(Avanlanche Photo Dioda) adalah salah satu jenis detector yang digunakan dalam

DWDM, yang memiliki sensitivitas penerimaan yang besar dan akurat.

2.7 Alat Ukur Transmisi Optik

Dalam pengukuran karakteristik optik digunakan alat ukur OTDR (Optical

Time Domain Reflectometer) dan Power Meter yang duraikan sebagai berikut[8].

2.7.1 OTDR (Optical Time Domain Reflectometer)

OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) adalah alat yang digunakan

untuk mendapatkan gambar secara visual karakteristik dari redaman sebuah fiber

dalam suatu jaringan. Selain itu, OTDR merupakan alat untuk menentukan lokasi

dari fiber optik yang terputus dan juga dapat digunakan untuk menentukan

rugi-rugi (loss) pada tiap sambungan atau konektor.

Pada intinya OTDR memiliki 4 fungsi utama, yaitu[8]:

1. Dapat menentukan jarak lokasi pada jaringan yang patah.

2. Dapat menentukan loss dari setiap splice atau total end to end loss. 3. Dapat menentukan redaman serat sepanjang link.

(39)

Prinsip kerja OTDR adalah dengan mengirimkan pulsa cahaya ke serat

optik berupa sinar laser sampai ke ujung core yang kita ukur. Cahaya yang

dikirimkan sebagian dipantulkan kembali ke OTDR, hal tersebut terjadi karena

ketidakmurnian dan ketidaksempurnaan serat optik sehingga menyebabkan

refleksi sepanjang serat.

Gambar 2.11 Blok Diagram OTDR

Dari Gambar 2.11[8] dapat dijelaskan prinsip kerja dari OTDR. Pulsa

generator membangkitkan sebuah pulsa elektrik yang diubah menjadi pulsa optik

oleh laser diode. Pulsa tersebut diteruskan ke kabel optik melalui sebuah optical

directional coupler. Pulsa tersebut akan dipantulkan kembali dan jika terjadi

perubahan pada kabel (EVENT), yang disebabkan oleh adanya splicing

(sambungan) pada kabel, konektor, microbending (kabel putus). Pulsa balik

tersebut diterima kembali oleh optical directional coupler dan diteruskan ke

photodiode yang mengubah kembali menjadi pulsa listrik. Pulsa tersebut diukur

Pulsa Generator

Laser Diode

(LD)

Avalanche photodiode

(APD)

Averaging circuit

DISPLAY

OTDR

Optical directional coupler

(40)

besarnya dan ditampilkan di layar display. Lamanya waktu antara pulsa yang

dibangkitkan dan pulsa yang diterima akan diukur dan dapat dikonversikan

menjadi jarak antara pesawat OTDR dengan EVENT tersebut (splicing, konektor,

ujung kabel dan lain – lain).

Beberapa fungsi yang dapat dilakukan oleh OTDR yaitu :

1. Mengukur Loss per satuan panjang

Loss Pada saat Instalasi serat optik mengasumsikan redaman serat optik

tertentu dalam loss persatuan panjang. OTDR dapat mengukur redaman

sebelum dan setelah instalasi sehingga dapat memeriksa adanya

ketidaknormalan seperti bengkokan (bend) atau beban yang tidak

diinginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :

X[dBW] = A [dB] . α .L [dB]

dimana :

X = Besarnya daya untuk jarak L

A = Daya awal yang diberikan OTDR ke serat optik untuk OTDR mini,

Amax adalah 31 dBw

α = Redaman (dB/km)

L = Panjang

Sehingga dengan membaca grafik X dan L, akan didapat α (redaman), dan

dengan membandiingkannya dengan loss budget akan dapat disimpulkan

apakah telah terjadi ketidaknormalan.

2. Mengevaluasi sambungan dan konektor

Pada saat instalasi OTDR dapat memastikan apakah redaman sambungan

(41)

3. Fault Location

Fault seperti letaknya serat optik atau sambungan dapat saat atau setelah

instalasi, OTDR dapat menunjukkan lokasi faultnya atau ketidaknormalan

tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat jarak terjadinya end of

fiber pada OTDR, jika kurang dari jarak sebenarnya maka pada jarak

tersebut terjadi kebocoran/ keretakan (asumsi set OTDR benar). End of

fiber pada OTDR ditandai dengan adanya daya <3 dB (dapat disesuaikan

dengan menset) yang berfluktuasi. OTDR, pulse width, dispersi, rise time

merupakan domain waktu, sedangkan bandwidth, merupakan domain

frekuensi.

2.7.2 Power Meter

Power meter optical adalah peralatan penting untuk pengukuran daya

dalam sistem komunikasi serat optik. Pengukuran daya adalah salah satu dasar

banyak pengukuran serat optik. Nilai untuk pengukuran rugi -rugi dengan daya

pada kirim (sumber) atau daya pada akhri penerima yang berbeda – beda. Jenis

optical power meter menggunakan bahan semikonduktor photodetector seperti

Silicon (Si), Germanium (Ge), atau Indium Gallium Arsenide (InGaAs),

tergantung pada panjang gelombang yang digunakan. Si detector digunakan pada

daerah panjang gelombang 850 nm, sedangkan Ge dan InGaAs detector adalah

(42)

BAB III

KONFIGURASI TRANSMISI OPTIK MEDAN – UJUNG TANJUNG

3.1 Umum

Sebagai penyedia jaringan telekomunikasi, Indosat memiliki jaringan

kabel laut serat optik, terestrial serat optik, microwave, wireless maupun satelit

yang paling lengkap dan mampu menghubungkan sistem komunikasi sebuah di

dalam negeri dan atau di luar negeri secara on-line. Untuk transmisi jarak jauh

atau luar kota (long haul transmission system) digunakan serat optik single mode

sebagai media transmisinya.

Pada bab ini akan dibahas tentang jaringan fiber optik Medan – Ujung

Tanjung milik PT. Indosat North Sumatera Regional, pengukuran level daya

transmitter dan level daya receiver serta gain dari sistem transmisi optik Medan –

Ujung Tanjung.

3.2 Jaringan Fiber Optik PT. Indosat North Sumatera Regional

PT. Indosat North Sumatera Regional sebagai penyedia jaringan

telekomunikasi menggunakan medium transmisi fiber optik sebagai salah satu

medium transmisi jarak jauh. Digunakannya serat optik sebagai media transmisi

jarak jauh karena kemampuan serat optik yang optik yang baik dalam

mengantarkan data dengan kapasitas data yang lebih besar dalam jarak transmisi

yang cukup jauh, kecepatan transmisi yang tinggi hingga mencapai ukuran

gigabits, serta tingkat kemungkinan hilangnya data yang sangat rendah.

Jaringan fiber optik milik PT. Indosat North Sumatera Regional

(43)

bagian utara sampai ujung Sumatera bagian selatan. Jaringan ini terbagi atas

beberapa segmen besar yaitu :

1. Bandarame (Banda Aceh – Pangkalan Brandan – Medan)

2. Meparu (Medan – Pekan Baru)

3. Baparu (Batam – Pekan Baru)

4. Paku Baru (Padang – Payakumbuh – Pekan Baru)

5. Parisidan (Pariaman – Padang Sidempuan – Medan)

6. Jabat (Jambi – Batam)

7. Palembaru (Palembang – Pekan Baru)

8. Balaprabang (Bandar Lampung – Prabumulih – Palembang)

masing – masing dari segmen besar akan melalui beberapa segmen kecil. Pada

segmen – segmen kecil terdapat perangkat DWDM yang didalamnya memiliki

komponen OADM atau hanya Repeater. Pada repeater hanya berfungsi sebagai

penguat.

Tipe serat optik yang digunakan adalah G.652 D yang merupakan standar

rekomendasi ITU-T dengan karakteristik kabel optik tipe single mode dengan

jumlah core sebanyak 48 core. PT. INDOSAT, Tbk menggunakan kabel fiber

optik tipe G.652 karena merupakan tipe fiber yang sering digunakan saat ini dan

semua tipe dari tipe fiber yang ada sekarang ini menyesuaikan dengan tipe G.652.

Konstruksi kabel serat optik yang digunakan adalah jenis duct (bawah

tanah). Jaringan transmisi serat optik bawah tanah disebut sebagai jaringan

transmisi backbone. Spesifikasi teknik kabel serat optik dapat dilihat pada Tabel

(44)

Tabel 3.1 Spesifikasi teknis transmisi fiber optik PT. INDOSAT, Tbk

Karakteristik Nilai

Tipe kabel Single mode

Mode Field Diameter (1310 nm) 0,5µm Mode Field Diameter (1550 nm) 0,5µm

Diameter Cladding (1310 nm) 2µm

Diameter Cladding (1550) 2µm

Attenuasi maksimum pada 1310 nm 0,4 dB/Km

Attenuasi maksimum pada 1550 nm 0,2 dB/Km

Rugi-rugi connector 0,5 dB

Rugi-rugi splicing 0.08 dB

Pelebaran Pulsa 17 ps/km

Margin Daya 5 dB

Teknik multipleks Dense Wavelength-Division

Multiplexing (WDM)

3.3 Konfigurasi Jaringan Transmisi Optik Medan – Ujung Tanjung

Jaringan transmisi optik Medan – Ujung Tanjung milik PT. Indosat merupakan

bagian dari segmen besar jaringan transmisi optik Meparu (Medan – Pekan Baru).

Untuk konfigurasi jaringan transmisi serat optik PT. Indosat link Medan – Ujung

Tanjung dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Perangkat DWDM yang

digunakan pada transmisi optik link Medan – Ujung Tanjung dengan laju bit

sampai STM-64 (10 Gbps).

Pada link kabel optik dari Medan – Ujung Tanjung milik PT. Indosat

(45)

Gambar 3.1 Konfigurasi jaringan transmisi optik link Medan – Ujung Tanjung

Keterangan :

: Terminal pelanggan

: Shelter DWDM

: Shelter Repeater

Segmen pertama dimulai dari SGI Medan PKM sampai Shelter Tebing Tinggi,

digunakan kabel optik sepanjang 103 km. Segmen kedua dimulai dari Shelter

Tebing Tinggi sampai Shelter Simpang Kawat, digunakan kabel optik sepanjang

107 km. Segmen ketiga mulai dari Shelter Simpang Kawat sampai Shelter Rantau

Prapat, digunakan kabel optik sepanjang 102 km. Pada segmen kelima dimulai

dari Shelter Rantau Prapat sampai Shelter Bagan Batu digunakan kabel optik

sepanjang 103 km. Dan pada segmen keenam dimulai dari Shelter Bagan Batu

sampai Shelter Ujung Tanjung, digunakan kabel optik sepanjang 90 km. Untuk

SGI Medan PKM, Shelter Tebing Tinggi dan Shelter Rantau Prapat meggunakan

perangkat DWDM dengan komponen OADM, sedangkan untuk Shelter Simpang

Kawat, Bagan Batu dan Ujung Tanjung menggunakan perangkat DWDM dengan

hanya komponen repeater atau sebagai penguat sinyal transmisi. Kabel optik link

Medan – Ujung Tanjung ini menggunakan kabel serat optik dengan tipe single

mode dan menggunakan panjang gelombang 1310 nm dan 1550 nm dengan 24

jumlah core per kabel dan konstruksi tipe duct. Single mode biasa digunakan

untuk jarak beberapa puluhan meter hingga 100 km tergantung jumlah loss

Tebing Tinggi Simpang Kawat Rantau Prapat Bagan Batu Ujung Tanjung

(46)

rugi) yang disebabkan oleh konektor, splicing, daya transmitter dan sensitivitas

penerima dari perangkat aktif.

3.3.1 Segmen Medan PKM

Segmen Medan PKM atau dikenal dengan istilah segmen MDN_PKM

yang berarti Medan_Perintis Kemerdekaan merupakan segmen dimana di

dalamnya terdapat perangkat DWDM sebagai terminasi pelanggan dari Medan ke

seluruh pelanggan yang terdapat di seluruh pulau Sumatera. Konfigurasi

perangkat DWDM segmen MDN_PKM dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Konfigurasi Perangkat DWDM Segmen MDN_PKM

Keterangan :

Pada perangkat DWDM segmen MDN_PKM sisi transmistter Medan –

Ujung Tanjung seluruh terminal pelanggan dengan masing – masing laju bit 10

Gbps akan di multiplex ke dalam satu kanal. Kemudian akan diteruskan ke card

(47)

module OBU03(c) yang berfungsi menguatkan sinyal transmisi untuk diteruskan

ke kabel transmisi optik menuju Shelter Tebing Tinggi. Sedangkan pada sisi

transmitter Ujung Tanjung - Medan, sinyal yang ditransmisikan dari Shelter

Tebing Tinggi akan diteruskan ke card module OAU03(c) untuk dikuatkan dan

akan kembali di-demultiplex ke seluruh terminal pelanggan di Medan.

3.3.2 Segmen Tebing Tinggi

Segmen Tebing Tinggi atau dikenal dengan istilah segmen TBT

merupakan segmen dimana di dalamnya terdapat perangkat DWDM sebagai

terminasi pelanggan dari Medan ke seluruh pelanggan yang terdapat di seluruh

kawasan jangkauan Shelter Tebing Tinggi dan terminasi sinyal informasi ke

Shelter Simpang Kawat. Konfigurasi perangkat DWDM segmen TBT dapat

dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Konfigurasi Perangkat DWDM Segmen TBT

Keterangan :

: Pelanggan

(48)

OPU03(c) : Card Module Optical Pre - Amplifier Unit (23dB Gain, 15dBm out)

Pada perangkat DWDM segmen TBT sisi transmistter Medan – Ujung

Tanjung, sinyal informasi dari SGI MDN_PKM yang ditranmisikan melalui kebel

transmisi optik akan diteruskan ke card module OAU03(c) yang berfungsi sebagi

penguat sinyal. Kemudian sinyal diteruskan ke card MUX – DEMUX. Tujuan

sinyal informasi kembali di-multiplex dan di-demultiplex adalah memperbaiki

kulitas sinyal. Keluaran dari sinyal informasi yang di-demux ke dalam satu kanal

diteruskan ke card OBU03(c) untuk menguatkan sinyal transmisi dan kemudian

ditransmisikan keluar dari perangkat DWDM menuju Shelter Simpang Kawat

melalui medium transmisi kabel optik.

Sedangkan pada sisi transmitter Ujung Tanjung - Medan, sinyal yang

ditransmisikan dari Shelter Simpang Kawat akan diteruskan ke card module

OPU03(c) yang berfungsi sebagai penguat awal sinyal transmisi. Kemudian sinyal

diteruskan card module OBU03(c) untuk kembali mendapat penguat sinyal.

Selanjutnya sinyal diteruskan ke card MUX – DEMUX untuk kembali di-mux dan

di-demultiplex yang bertujuan memperbaiki kualitas sinyal transmisi. Keluaran

dari sinyal yang di-demux diteruskan ke card module OBU03(c) untuk kembali

mendapat penguat sinyal. Kemudian sinyal keluaran card module OBU03(c)

ditransmisikan keluar dari perangkat DWDM menuju SGI MDN_PKM melalui

(49)

3.3.3 Segmen Simpang Kawat

Segmen Simpang Kawat atau dikenal dengan istilah segmen SPKW

merupakan segmen dimana di dalamnya terdapat perangkat DWDM yang hanya

berfungsi sebagai repeater atau penguat sinyal transmisi. Pada segmen SPKW

tidak terdapat card mux dan demux. Dalam perencanaan jaringan fiber optik jarak

jauh (long haul) diperlukan segmen repeater untuk mengurangi besarnya redaman

yang terjadi saat transmisi. Jumlah dari segmen repeater bergantung pada jarak

transmisi dan besarnya redaman yang terjadi saat transmisi. Konfigurasi perangkat

DWDM segmen SPKW dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Konfigurasi Perangkat DWDM Segmen SPKW

Keterangan :

Pada perangkat DWDM segmen SPKW sisi transmistter Medan – Ujung

(50)

transmisi optik akan diteruskan ke card module OPU03(c) yang berfungsi sebagi

penguat awal sinyal transmisi. Kemudian sinyal diteruskan ke card module

OBU03(c) untuk menguatkan kembali sinyal transmisi dan kemudian

ditransmisikan keluar dari perangkat DWDM menuju Shelter Rantau Prapat

melalui medium transmisi kabel optik.

Sedangkan pada sisi tranmistter Ujung Tanjung - Medan, sinyal yang

ditransmisikan dari Shelter Rantau Prapat akan diteruskan ke card module

OAU03(c) yang berfungsi menguatkan sinyal transmisi. Kemudian sinyal

keluaran card module OAU03(c) ditransmisikan keluar dari perangkat DWDM

menuju Shelter TBT melalui medium transmisi kabel optik.

3.3.4 Segmen Rantau Prapat

Segmen Rantau Prapat atau dikenal dengan istilah RAP merupakan

segmen dimana di dalamnya terdapat perangkat DWDM sebagai terminasi

pelanggan dari Medan – Tebing Tinggi ke seluruh pelanggan yang terdapat di

seluruh kawasan jangkauan Shelter Rantau Prapat dan terminasi sinyal informasi

ke Shelter Bagan Batu. Konfigurasi perangkat DWDM segmen RAP dapat dilihat

pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Konfigurasi Perangkat DWDM Segmen RAP

(51)

Keterangan :

: Pelanggan

OAU03(c) : Card Module Optical Amplifier Unit, max -4dBm IN dan 20 dBm out, Gain (24~36)dB

MUX – DEMUX : Card MUX-DEMUX

OBU03(c) : Card Module Optical Amplifier Unit, max -3dBm IN dan 20dBm out

Pada perangkat DWDM segmen RAP sisi transmistter Medan – Ujung

Tanjung, sinyal informasi dari Sehlter SPKW yang ditranmisikan melalui kabel

transmisi optik akan diteruskan ke card module OAU03(c) yang berfungsi sebagai

penguat sinyal. Kemudian sinyal diteruskan ke card MUX – DEMUX. Tujuan

sinyal informasi kembali di-multiplex dan di-demultiplex adalah memperbaiki

kulitas sinyal. Keluaran dari sinyal informasi yang di-demux ke dalam satu kanal

diteruskan ke card OBU03(c) untuk menguatkan sinyal transmisi dan kemudian

ditransmisikan keluar dari perangkat DWDM menuju Shelter Bagan Batu melalui

medium transmisi kabel optik.

Sedangkan pada sisi transmitter Ujung Tanjung - Medan, sinyal yang

ditransmisikan dari Shelter Simpang Kawat akan diteruskan ke card module

OAU03(c) yang berfungsi untuk menguatkan sinyal transmisi.. Selanjutnya sinyal

diteruskan ke card MUX – DEMUX untuk kembali di-mux dan di-demultiplex

yang bertujuan memperbaiki kualitas sinyal transmisi. Keluaran dari sinyal yang

di-demux diteruskan ke card module OBU03(c) untuk kembali mendapat penguat

sinyal. Kemudian sinyal keluaran card module OBU03(c) ditransmisikan keluar

dari perangkat DWDM menuju Shelter SPKW melalui medium transmisi kabel

(52)

3.3.5 Segmen Bagan Batu

Segmen Simpang Kawat atau dikenal dengan istilah segmen BGBT. Sama

seperti Shelter SPKW, Shelter BGBT merupakan segmen dimana di dalamnya

terdapat perangkat DWDM yang hanya berfungsi sebagai repeater atau penguat

sinyal transmisi. Konfigurasi perangkat DWDM segmen BGBT dapat dilihat pada

Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Konfigurasi Perangkat DWDM Segmen BGBT

Keterangan :

: Konektor ODF (Optical Distribution Frame)

OAU03(c) : Card Module Optical Amplifier Unit, max -4dBm IN dan 20 dBm out, Gain (24~36)dB

Pada perangkat DWDM segmen SPKW sisi transmitter Medan – Ujung

Tanjung, sinyal informasi dari Shelter TBT yang ditranmisikan melalui kabel

transmisi optik akan diteruskan ke card module OAU03(c) yang berfungsi sebagai

penguat sinyal transmisi. Kemudian sinyal dari card module OAU03(c)

ditransmisikan keluar dari perangkat DWDM menuju Shelter Ujung Tanjung

melalui medium transmisi kabel optik.

(53)

Sedangkan pada sisi transmitter Ujung Tanjung - Medan, sinyal yang

ditransmisikan dari Shelter Ujung Tanjung akan diteruskan ke card module

OAU03(c) yang berfungsi menguatkan sinyal transmisi. Kemudian sinyal

keluaran card module OAU03(c) ditransmisikan keluar dari perangkat DWDM

menuju Shelter RAP melalui medium transmisi kabel optik.

3.3.6 Segmen Ujung Tanjung

Segmen Simpang Kawat atau dikenal dengan istilah segmen UTJ. Sama

seperti Shelter SPKW dan Shelter BGBT, Shelter UTJ merupakan segmen dimana

di dalamnya terdapat perangkat DWDM yang hanya berfungsi sebagai repeater

atau penguat sinyal transmisi. Konfigurasi perangkat DWDM segmen UTJ dapat

dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Konfigurasi Perangkat DWDM Segmen UTJ

(54)

OPU03(c) : Card Module Optical Pre – Amplifier Unit (23dB Gain, 15 dBm out)

Pada perangkat DWDM segmen UTJ sisi transmitter Medan – Ujung

Tanjung, sinyal informasi dari Shelter BGBT yang ditranmisikan melalui kabel

transmisi optik akan diteruskan ke card module OPU05(c) yang berfungsi sebagai

penguat awal sinyal transmisi. Kemudian sinyal diteruskan ke card module

OBU05(c) untuk menguatkan kembali sinyal transmisi dan kemudian sinyal

keluaran OBU059(c) ditransmisikan keluar dari perangkat DWDM menuju

Shelter Duri melalui medium transmisi kabel optik.

Sedangkan pada sisi transmitter Ujung Tanjung - Medan, sinyal yang

ditransmisikan dari Shelter Duri akan diteruskan ke card module OPU03(c) yang

berfungsi sebagai penguat awal sinyal transmisi. Kemudian sinyal keluaran card

module OPU03(c) diteruskan ke card module OBU03(c) dimana sinyal akan

mendapat penguat sinyal kembali. Kemudian sinyal ditransmisikan keluar dari

perangkat DWDM menuju Shelter BGBT melalui medium transmisi kabel optik.

3.4 Pengukuran Karakteristik Optik Link Medan – Ujung Tanjung

Pada tugas akhir ini karakteristik yang akan diukur adalah level daya

transmitter, level receiver daya input dan gain pada setiap segmen transmisi optik

link Medan – Ujung Tanjung baik dari sisi transmitter Medan – Ujung Tanjung

maupun dari sisi transmitter Ujung Tanjung – Medan dimana masing – masing

segmen memiliki perangkat DWDM yang berisi card – card module penguat dan

mux-demux. Data pengukuran merupakan data pengukuran setahun setelah

(55)

data pengkuran pada saat instalasi awal yang telah ada. Pengukuran dilakukan di

ruangan transmisi backbone PT. Indosat North Sumatera Regional.

Semua peralatan pengukuran telah terhubung secara terintegrasi dengan

menggunakan software pada komputer pengontrol jaringan. Setiap segmen yang

akan diukur akan menampilkan card module yang dimiliki oleh masing – masing

perangkat DWDM. Dari hasil pengukuran menampilkan pembacaan dari nilai

level daya transmitter, nilai level daya receiver dan nilai gain dari masing –

masing card module. Hasil pengukuran dan analisis hasil pengukuran akan

(56)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Umum

Dari pengukuran yang telah dilakukan pada sistem transmisi optik link

Medan – Ujung Tanjung (studi kasus PT. INDOSAT), maka didapatkan data nilai

level daya output, level daya input dan gain dari setiap card module di dalam

perangkat DWDM setiap segmen.

Pada bab ini akan dibahas analisis karakteristik dari sistem transmisi optik

link Medan – Ujung Tanjung dengan perhitungan dan perbandingan perhitungan

besar redaman kabel transmisi optik dari data hasil pengukuran. Besar redaman

untuk menentukan parameter yang mempengaruhi kinerja sistem transmisi optik

Medan – Ujung Tanjung, dan hal – hal yang dibutuhkan untuk memperbaiki

kualitas kinerja sistem.

4.2 Hasil Pengukuran

Pengukuran karakteristik optik pada sistem transmisi optik Medan – Ujung

Tanjung dilakukan untuk sisi transmitter Medan – Ujung Tanjung dan sisi

transmitter sebaliknya Ujung Tanjung – Medan setiap segmen saat sistem

transmisi setahun beroperasional.

4.2.1 Sisi Transmitter Medan - Ujung Tanjung

Sisi transmitter pada transmisi optik Medan – Ujung Tanjung merupakan

informasi yang dikirim melalui setiap segmen antara SGI Medan sampai Shelter

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Kabel Serat Optik
Gambar 2.2  Jenis Serat Optik Singlemode
Gambar 2.4. Diagram Sistem Transmisi Serat Optik
Gambar 2.5 Window Siskom Serat Optik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Loan to Deposit Ratio (LDR) juga merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh

[r]

Judul yang diambil penulis dalam penyusunan tugas akhir ini adalah PENYUSUNAN MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH APLIKASI AKUNTANSI KEUANGAN (AAK) KASUS

Bunga tidak sempurna adalah bunga yang hanya memiliki benang sari atau.. putik saja pada satu unit bunga

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh lama perendaman dengan menggunakan larutan daun salam terhadap kualitas fisik daging

Pad Pada a pem pemban bangk gkitan sinyal diskri itan sinyal diskrit, t, sem semaki akin n rap rapat at sam sampli pling ng (se (semaki makin n besa besar  r  nilai Fs)

81 Dari hasil rekapitulasi tingkat kompetensi guru dalam pengetikan dasar, aplikasi powerpoint, internet, pembuatan media audio visual, dan pengoperasian media audio

Berdasarkan analisis hasil belajar siswa pada pembelajaran menulis pengumuman di kelas IV SD Inpres 2 Kasimbar dapat dijelaskan yakni skor tertinggi yang