GAMBARAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TERHADAP DEMAM CHIKUNGUNYA TAHUN 2010
Oleh :
NIK ARIF RIDHWAN BIN AZEMI 070100404
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TERHADAP DEMAM CHIKUNGUNYA TAHUN 2010
KARYA TULIS ILMIAH Oleh :
NIK ARIF RIDHWAN BIN AZEMI 070100404
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Gambaran Perilaku Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap Demam Chikungunya Tahun 2010
Nama : NIK ARIF RIDHWAN BIN AZEMI NIM : 070100404
Pembimbing Penguji I
(dr. Dewi Masyithah Darlan, DAP&E, MPH) (dr. Selvi Nafianti , Sp.A) NIP: 197407302001122003 NIP: 400048403
Penguji II
(dr. Nurfida Khairina Arrasyid,M.Kes) NIP : 197008191999032001
Medan, 23 Nopember 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Demam Chikungunya merupakan salah satu penyakit menular dimana penyakitnya mirip dengan Demam Berdarah Dengue dengan keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Di Sumatera Utara, kasus Chikungunya mulai muncul pada tahun 2005 dan selanjutnya sampai 2009 terus berjangkit ke beberapa kabupaten lainnya
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap Chikungunya. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain ini adalah cross sectional study dan pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik stratified random sampling.
Dengan jumlah sampel sebanyak 105 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap Chikungunya berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 51,4%, kategori baik diperoleh sebesar 38,1% dan kategori buruk sebanyak 10,5 %. Hasil uji sikap responden terhadap Chikungunya berada dalam kategori baik yaitu sebesar 83,8%, kategori sedang sebesar 13,3% dan kategori buruk diperoleh sebesar 2,9 %. Hasil uji tindakan responden terhadap chikungunya berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 67,6%, kategori buruk sebesar 20,0% dan kategori baik diperoleh sebesar 12,4%.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU terhadap Chikungunya berada dalam kategori sedang dan sikap mahasiswa FK USU terhadap Chikungunya berada dalam kategori baik. Manakala tindakan mahasiswa FK USU terhadap Chikungunya berada dalam kategori sedang. Masukan kepada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara supaya [eneltian ini bisa dikembangkan ke fakultas lainnya seperti Fakultas Ekonomi dan Hukum.
ABSTRACT
Chikungunya Fever is one of spreading disease which is its cases tend to increase day by day. Chikungunya is similar to Dengue Hemorrhagic Fever, both transmitted by Aedes aegypti mosquitoes. In North Sumatera, first Chikungunya cases appeared on 2005 and till now its already spread to few districts.
The aim of this research is to know the knowledge, attitude and practice among the student of the Medical Faculty in the University of North Sumatera about Chikungunya Fever. This research uses descriptive method with a cross-sectional Approach and the sample withdrawal is done by using a stratified random sampling technique.
With the total sample of 105 people, the results on respondent’s knowledge towards Chikungunya Fever is average which is 51,4%, the good category is 38,1% and the less category is 10,5 %. The results on respondent’s attitude towards Chikungunya Fever is majority in the good category that is 83,8 %, the average category is 13,3 % and the less category is 2,9 %. Then, the results on respondent’s practice shows majority in the average category that is 67,6%, the good category is 12,4% and the less category is 20,0 %
From the mentioned above, we can concluded that the student of Medical Faculty in the University of North Sumatera have average knowledge, good attitude and average practice towards Chikungunya Fever. By doing this research, hopefully this will be an input to the Medical Faculty of North Sumatera University so that this research can be done to other faculty such as Law Faculty and Economy Faculty.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadrat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul:
“Gambaran Perilaku Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
terhadap Demam Chikungunya Tahun 2010”
Proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan jutaan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Dewi Masyithah Darlan selaku Dosen Pembimbing sepanjang penelitian
dilakukan yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahannya.
2. Prof. Dr. Gontar A. Siregar selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan ijin melakukan penelitian.
3. Ayah dan ibu tercinta, terima kasih atas doanya
4. Rakan-rakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
angkatan 2007, 2008, 2009 atas dukungan dan kesediaan menjadi sampel
penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna.
Sebagai manusia biasa penulis tidak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan.
Penulis juga masih berada di tahap pembelajaran yang ingin tetap belajar
memperbaiki kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan
Kepala Batas, Nopember 2010
Penulis
Nik Arif Ridhwan Bin Azemi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan ... i
Abstrak... ii
Abstract...iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... viii
Daftar Gambar ... ix
Daftar Singkatan ... x
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 4
1.3.Tujuan Penelitian ... 4
1.4.Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Demam chikungunya ... 6
2.1.1. Definisi ... 6
2.1.2. Etiologi ... 6
2.1.3. Tanda dan Gejala ... 7
2.1.4 Pemeriksaan Laboratorium ... 8
2.1.5 Pengobatan ... 8
2.1.6 Komplikasi ... 9
2.1.7 Prognosis ... 9
2.1.8 Pencegahan ... 9
2.2. Perilaku ... 12
2.2.1. Pengetahuan ... 13
2.3.2. Sikap ... 15
2.2.3 Tindakan ... 16
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 17
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 17
3.2. Defenisi Operasional ... 17
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 20
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 21
4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 22
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil penelitian ... 23
5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian ... 23
5.1.2. Karateristik responden ... 24
5.1.3. Hasil analisa data 5.1.3.1. Pengetahuan mahasiswa FK USU tentang DemamChikungunya ... 24
5.1.3.2. Sikap mahasiswa FK USU terhadap Demam Chikungunya ... 27
5.1.3.3. Tindakan mahasiswa FK USU terhadap Demam Chikungunya ... 30
5.2. Pembahasan... 32
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan ... 35.
6.2.Saran ... 35
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Bilangan Penderita Chikungunya yang Dilaporkan di Sumatera Utara ... 3
Tabel 5.1 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin ... 24
Tabel 5.2 Distribusi jawaban pertanyaan pengetahuan responden tentang
Chikungunya ... 25
Tabel 5.3 Tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU tentang Chikungunya ... 26
abel 5.4 Tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU tentang Chikungunya mengikut angkatan………... 26
Tabel 5.5 Distribusi jawaban sikap responden tentang Chikungunya ... 27
Tabel 5.6 Sikap mahasiswa FK USU terhadap Chikungunya ... 29
Tabel 5.7 Sikap mahasiswa FK USU terhadap Chikungunya mengikut angkatan .. 29
Tabel 5.8 Tindakan mahasiswa FK USU terhadap Chikungunya ... 30
Tabel 5.9 Tindakan mahasiswa FK USU terhadap Chikungunya mengikut
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR SINGKATAN
USU : Universitas Sumatera Utara
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
DepKes : Departemen Kesehatan
KLB : Kejadian Luar Biasa
WHO : World Health Organization
CHIKV : Chikungunya Virus
RT-PCR : Reverse transcription polymerase chain
TPA :Tempat Penampungan Air
PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk
ABJ : Angka Bebas Jentik
IGRs : Insect growth regulators
SPSS : Statistical Product and Service Solution
ABSTRAK
Demam Chikungunya merupakan salah satu penyakit menular dimana penyakitnya mirip dengan Demam Berdarah Dengue dengan keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Di Sumatera Utara, kasus Chikungunya mulai muncul pada tahun 2005 dan selanjutnya sampai 2009 terus berjangkit ke beberapa kabupaten lainnya
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap Chikungunya. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain ini adalah cross sectional study dan pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik stratified random sampling.
Dengan jumlah sampel sebanyak 105 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap Chikungunya berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 51,4%, kategori baik diperoleh sebesar 38,1% dan kategori buruk sebanyak 10,5 %. Hasil uji sikap responden terhadap Chikungunya berada dalam kategori baik yaitu sebesar 83,8%, kategori sedang sebesar 13,3% dan kategori buruk diperoleh sebesar 2,9 %. Hasil uji tindakan responden terhadap chikungunya berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 67,6%, kategori buruk sebesar 20,0% dan kategori baik diperoleh sebesar 12,4%.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU terhadap Chikungunya berada dalam kategori sedang dan sikap mahasiswa FK USU terhadap Chikungunya berada dalam kategori baik. Manakala tindakan mahasiswa FK USU terhadap Chikungunya berada dalam kategori sedang. Masukan kepada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara supaya [eneltian ini bisa dikembangkan ke fakultas lainnya seperti Fakultas Ekonomi dan Hukum.
ABSTRACT
Chikungunya Fever is one of spreading disease which is its cases tend to increase day by day. Chikungunya is similar to Dengue Hemorrhagic Fever, both transmitted by Aedes aegypti mosquitoes. In North Sumatera, first Chikungunya cases appeared on 2005 and till now its already spread to few districts.
The aim of this research is to know the knowledge, attitude and practice among the student of the Medical Faculty in the University of North Sumatera about Chikungunya Fever. This research uses descriptive method with a cross-sectional Approach and the sample withdrawal is done by using a stratified random sampling technique.
With the total sample of 105 people, the results on respondent’s knowledge towards Chikungunya Fever is average which is 51,4%, the good category is 38,1% and the less category is 10,5 %. The results on respondent’s attitude towards Chikungunya Fever is majority in the good category that is 83,8 %, the average category is 13,3 % and the less category is 2,9 %. Then, the results on respondent’s practice shows majority in the average category that is 67,6%, the good category is 12,4% and the less category is 20,0 %
From the mentioned above, we can concluded that the student of Medical Faculty in the University of North Sumatera have average knowledge, good attitude and average practice towards Chikungunya Fever. By doing this research, hopefully this will be an input to the Medical Faculty of North Sumatera University so that this research can be done to other faculty such as Law Faculty and Economy Faculty.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini Indonesia masih dihadapkan dengan meningkatnya beberapa penyakit
menular (Re-Emerging Diseases), sementara penyakit tidak menular atau penyakit
degeneratif juga terus meningkat. Di samping itu telah muncul lagi berbagai penyakit
baru (New-Emerging Diseases). Salah satu masalah yang menjadi perhatian dan
tercantum dalam PERPRES No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 adalah perkembangan re-emerging
diseases seperti Chikungunya yang mana jumlah kasusnya cenderung meningkat
serta penyebarannya semakin luas (Oktikasari, F.Y., Susanna, D., dan Djaja, I.M.,
2008).
Demam Chikungunya adalah penyakit virus yang disebabkan oleh alfa virus
yang disebarkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nama chikungunya ini berasal
dari kata Makonde yang berarti "yang membungkuk " mengacu pada postur bungkuk
yang dikembangkan sebagai hasil dari gejala arthritis penyakit ini. Di Indonesia,
infeksi virus Chikungunya telah ada sejak abad ke-18. Saat itu infeksi virus ini
menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam 5 hari yang kadangkala
disebut juga sebagai demam sendi (Depkes RI, 2003).
Gejala utama yang sering ditimbulkan berupa demam mendadak, nyeri pada
persendian dan ruam makulopapuler (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit
yang kadang-kadang disertai rasa gatal. Beberapa gejala lainnya jaga bisa ditemukan
seeperti nyeri otot, sakit kepala, menggigil mual dan muntah. Walaupun gejalanya
adalah pada chikungunya tidak terjadi perdarahan hebat, renjatan maupun kematian.
Masa inkubasinya dalam 3 sampai 7 hari tetapi bisa bervariasi dalam 2-12 hari.
Demam chikungunya biasanya berakhir beberapa hari ke 2 minggu tetapi sesetengah
pasien berasa kelelahan sehingga beberapa minggu (Swaroop, A., Jain, A., Kumhar,
M., Parihar, N., and Jain, S., 2007).
Demam chikungunya pertama kali dilaporkan di Tanzania pada tahun 1952.
Setelah tercetusnya wabah sekitar tahun 1952-1953, virus telah tersebar meluas ke
seluruh bagian sub-Sahara Afrika, India, dan negara-negara Asia Tenggara sehingga
menyebabkan banyak kejadian epidemi di tahun-tahun berikutnya (Edelman et al
2000 dalam Sudeep, A .B and Parashar D 2008). Virus tersebut kemudian menjadi
endemik di Afrika sebagaimana dibuktikan dengan sering wabah di Uganda,
Republik Demokratik Kongo, Zimbabwe, Senegal, Nigeria, Afrika Selatan dan Kenya
(Powers dan Logue 2007). Sementara itu tercetusnya wabah pertama di Asia
dilaporkan di Bangkok pada tahun 1958 serta diikuti oleh sejumlah wabah di
Kamboja, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan lain-lain di tahun-tahun berikutnya
(Sudeep, A .B and Parashar D 2008).
Di Indonesia, Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit Chikungunya pertama kali
dilaporkan pada tahun 1973 yang terjadi di Samarinda Provinsi Kalimantan Timur
dan di DKI Jakarta. Kemudian juga timbul pada tahun 1982 di Kuala Tungkal
Provinsi Jambi dan tahun 1983 di Daerah Istimewa Yogyakarta. KLB Chikungunya
mulai banyak dilaporkan sejak tahun 1999 yaitu di Muara Enim (1999), Aceh (2000),
Jawa Barat yakni Bogor, Bekasi, dan Depok (2001) yang menyerang secara
bersamaan pada penduduk di satu kesatuan wilayah (RW/Desa). Pada tahun 2002
banyak daerah melaporkan terjadinya KLB Chikungunya seperti Palembang,
Semarang, Indramayu, Manado, DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur dan lain-lain. Pada
dan Kalimantan Tengah. Kemudian tahun 2006 dan 2007 terjadi KLB di Provinsi
Jawa Barat dan Sumatera Selatan (Depkes RI, 2003).
Di Sumatera Utara mulai November tahun 2005 kasus Demam Chikungunya
muncul, yakni di Pancur Batu-Deli Serdang. Selanjutnya sejak tahun 2008 sampai
dengan tanggal Oktober 2009 Chikungunya telah berjangkit di beberapa Kabupaten /
Kota dengan beberapa penderita namun belum ada kematian, dengan rincian
berdasarkan laporan yang masuk, sebagai berikut :
Tabel 1.1 : Bilangan Penderita Demam Chikungunya yang
Dilaporkan di Sumatera Utara
Kabupaten / kota Bilangan penderita
Kabupaten Asahan 1947 penderita.
Kabupaten Serdang Bedagai 461 penderita.
Kabupaten Labuhan Batu
Utara
581 penderita
Kabupaten Labuhan Batu
Selatan.
179 penderita
Kabupaten Labuhan Batu. 59 penderita
Kabupaten Nias Selatan 84 penderita.
Kabupaten Deli Serdang 199 penderita
Kabupaten Batubara 199 penderita,
Kabupaten Pak Pak Bharat 65 penderita .
Kota Medan, 5 penderita
Kabupaten Nias 54 penderita.
Kota Padang Sidempuan 120 penderita .
Kabupaten Padang Lawas 48 penderita
Kabupaten Tapanuli Selatan 377 penderita
Proses terjadinya penularan Chikungunya di suatu daerah meliputi tiga faktor
utama yakni adanya manusia, virus dan vektor perantara yaitu nyamuk. Melalui
nyamuk ini penyakit ini bisa menyebar dan menjangkiti individu lainnya. Untuk itu
harus dilakukan upaya pencegahan sesegera mungkin agar penularan dan angka
kejadian penyakit ini tidak meningkat. Beberapa faktor yang menjadi penyebab
timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) Chikungunya adalah perpindahan penduduk
dari daerah terinfeksi, sistem pengelolaan limbah dengan penyediaan air bersih yang
tidak memadai, serta sanitasi lingkungan yang buruk. Kurangnya pengetahuan dan
kepedulian masyarakat tentang keberadaan penyakit ini bisa menyebabkan angka
kejadiannya semakin bertambah (Sunarto dkk, 2000).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, perkara yang menjadi permasalahan dalam
kedokteran di USU tentang penyakit demam chikungunya dan pencegahan
penularan wabah Chikungunya ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui prilaku mahasiswa fakultas kedokteran (FK) di USU
terhadap penyakit demam chikungunya.
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan
mahasiswa FK USU terhadap demam chikungunya.
1.3.2.2 Melihat perbandingan tingkat pengetahuan antara mahasiswa FK USU
angkatan 2007, 2008 dan 2009.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
1. Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang telah
diteliti selama ini
2 Sebagai penyuluhan bagi responden dalam menentukan kebijakan
yang akan digunakan untuk pelaksanaan P2M dimasa yang akan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Demam Chikungunya 2.1.1. Definisi.
Demam Chikungunya adalah suatu penyakit virus yang ditularkan melalui
nyamuk dan dikenal pasti pertama kali di Tanzania pada tahun 1952. Nama
chikungunya ini berasal dari kata kerja dasar bahasa Makonde yang bermaksud
“membungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri
sendi hebat (arthralgia) (Powers and Logue 2007).
2.1.2. Etiologi.
Penyakit Demam Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV)
yang termasuk keluarga Togaviridae, Genus Alphavirus dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Kamath, S., Das, A.K., and Parikh, F.S., 2006).
CHIKV sebagai penyebab Chikungunya masih belum diketahui pola masuknya ke
Indonesia. Sekitar 200-300 tahun lalu CHIKV merupakan virus pada hewan primata
di tengah hutan atau savana di Afrika. Satwa primata yang dinilai sebagai pelestari
virus adalah bangsa baboon (Papio sp), Cercopithecus sp. Siklus di hutan diantara
satwa primata dilakukan oleh nyamuk Aedes sp (Hendarwanto,1996).
Cara transmisi bagi chikungunya ini adalah vector-borne yaitu melalui gigitan
terjadi dengan satu kasus pernah dilaporkan. CHIKV dikatakan tidak bisa ditularkan
malalui ASI (Staples, J.E., Fischer, M. and Powers, A. M , 2009).
2.1.3. Tanda Dan Gejala.
Rata-rata masa inkubasi bagi Chikungunya adalah sekitar 2-12 hari tetapi
umumnya 3-7 hari (Centers for Disease Control and Prevention, 2010).
Gejala yang sering ditimbulkan infeksi virus ini berupa demam mendadak
disertai menggigil selama 2-5 hari. Gejala demam biasanya timbul mendadak secara
tiba-tiba dengan derajat tinggi ( >40ºC). Demam kemudian menurun setelah 2-3 hari
dan bisa kambuh kembali 1 hari berikutnya. Demam juga sentiasa berhubungan
dengan gejala-gejala lainnya seperti sakit kepala, mual dan nyeri abdomen (Swaroop,
A., Jain, A., Kumhar, M., Parihar, N., and Jain, S., 2007).
Nyeri sendi (arthralgia) dan otot(myalgia) bisa muncul pada penderita
chikungunya. Keluhan arthralgia ini ditemukan sekitar 80% pada penderita
chikungunya dan biasanya sendi yang sering dikeluhkan adalah sendi lutut,siku,
pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang. Pada posisi berbaring
biasanya penderita miring dengan lutut tertekuk dan berusaha mengurangi dan
membatasi gerakan. Gejala ini dapat bertahan selama beberapa minggu, bulan bahkan
ada yang sampai bertahan beberapa tahun sehingga dapat menyerupai Rheumatoid
Artritis. Nyeri otot pula bisa terjadi pada seluruh otot terutama pada otot penyangga
berat badan seperti pada otot bagian leher, daerah bahu dan anggota gerak (Ng,
K.W., et al 2009).
Pada kebanyakan penderita , gejala peradangan sendi biasanya diikuti dengan
adanya bercak kemerahan makulopapuler yang bersifat non-pruritic. Bercak
kaki. Bercak ini akan menghilang setelah 7-10 hari dan kemudiannya diikuti dengan
deskuamasi (Yulfi, H., 2006)
Gejala-gejala lain yang bisa ditemukan termasuk sakit kepala, pembesaran
kelenjar getah bening di leher dan kolaps pembuluh darah kapiler (Oktikasari, F.Y.,
Susanna, D., dan Djaja, I.M., 2008).
2.1.4. Pemeriksaan Laboratorium.
Deteksi dini dan diagnosis yang teratur memainkan peran penting dalam
mengontrol infeksi virus ini secara efektif. Pemeriksaan melihat perkembangan IgM
melalui enzyme linked immunosorbent asssay (MAC-ELISA) telah menjadi
pemeriksaan serologi yang major karena teknik pemeriksaan ini sangat cepat dan
reliabel (Sudeep, A .B and Parashar D 2008). Teknik pemeriksaaan lain yang bisa
dilakukan untuk mendeteksi dan mengindentifikasi antigen virus adalah teknik
immunofluorescent antibodi secara tidak langsung (Sudeep, A .B and Parashar D
2008). Reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) juga telah dikenal
sangat berguna dalam mendiagnosa virus chikungunya (CHIKV) dengan cepat
(Sudeep, A .B and Parashar D 2008). Malah RT-PCR juga merupakan teknik
mendeteksi m-RNA yang paling sensitif. Dibandingkan dengan 2 teknik lain yang
sering digunakan untuk menkuantifikasi m-RNA level yaitu Northen blot analysis dan
RNase protection assay, RT-PCR dapat digunakan untuk menkuantifikasi m-RNA
level dari jumlah sampel yang kecil. Malah kombinasi RT- PCR dan nested PCR
terbukti efisien untuk deteksi spesifik dan mengenotip CHIKV (Yulfi, H., 2006.).
2.1.5. Pengobatan.
Sehingga kini masih tiada pengobatan spesifik untuk penyakit ini dan vaksin
yang berguna sebagai tindakan preventif juga belum ditemukan. Pengobatannya
inflamasi (Sudeep, A.B. and Parashar, D. 2008). Pemberian aspirin kepada penderita
demam chikungunya ini tidak dianjurkan karena dikuatiri efek aspirin terhadap
platelet. Pemberian chloroquine phosphate sangat efektif untuk arthritis chikungunya
kronis (Abraham, A.S., and Sridharan, G., 2007). Penularan wabah chikungunya
yang semakin berkembang membuat para peneliti berminat mengembangkan agen
antivirus baru, RNAi. Ianya bertindak mencegah infeksi yang ditimbulkan virus
dengan mengganggu post transcriptional expression mRNA (Sudeep, A.B. and
Parashar, D 2008 ).
2.1.6. Komplikasi.
Penyebab morbiditas yang tertinggi adalah dehidrasi berat, ketidakseimbangan
elektrolit dan hipoglikemia. Beberapa komplikasi lain yang dapat terjadi meskipun jarang berupa gangguan perdarahan, komplikasi neurologis, pneumonia dan gagal
nafas (Swaroop, A., Jain, A., Kumhar, M., Parihar, N., and Jain, S., 2007)
2.1.7. Prognosis.
Penyakit ini bersifat self limiting diseases, tidak pernah dilaporkan adanya
kematian sedangkan keluhan sendi mungkin berlangsung lama. Penelitian
sebelumnya pada 107 kasus infeksi Chikungunya menunjukkan 87,9% sembuh
sempurna, 3,7% mengalami kekakuan sendi atau mild discomfort, 2,8% mempunyai
persistent residual joint stiffness tapi tidak nyeri dan 5,6% mempunyai keluhan sendi
2.1.8. Pencegahan.
Melihat masih tiada kematian karena chikungunya yang dilaporkan dan tiada
pengobatan spesifik dan vaksin yang sesuai, maka upaya pencegahan sangat
dititikberatkan. Upaya ini lebih menjurus ke arah pemberantasan sarang nyamuk
penular dengan cara membasmi jentik nyamuk. Individu yang menderita demam
chikungunya ini sebaiknya diisolasi sehingga dapat dicegah penularannya ke orang
lain. Tindakan pencegahan gigitan nyamuk bisa dilakukan dengan menggunakan obat
nyamuk dan repelan tetapi pencegahan yang sebaiknya berupa pemberantasan sarang
nyamuk penular. Pemberantasan sarang nyamuk seharusnya dilakukan pada seluruh
kawasan perumahan bukan hanya pada beberapa rumah sahaja. Untuk itu perlu
diterapkan pendekatan terpadu pengendalian nyamuk dengan menggunakan metode
yang tepat (modifikasi lingkungan, biologi dan kimiawi) yang aman, murah dan
ramah lingkungan (Depkes RI, 2003).
2.8.1.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
PSN ini bertujuan mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus sehingga penularan Chikungunya dapat dicegah atau dibatasi. Sasaran bagi
PSN ini adalah semua tempat perkembangbiakan nyamuk penular Chikungunya
seperti:
a. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari.
b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari (non-TPA).
c. Tempat penampungan air alamiah.
Keberhasilan kegiatan PSN Chikungunya antara lain dapat diukur dengan
Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ ≥ 95% diharapkan penularan Chikungunya
Cara memberantas nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang tepat
melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah kegiatan memberantas jentik
ditempat berkembang biaknya dengan cara :
2.8.1.1.1. Kimiawi (Larvasidasi).
Larvasidasi adalah pemberantasan jentik dengan menaburkan bubuk larvasida..
Kegiatan ini tepat digunakan apabila surveilans epidemiologi penyakit penyakit dan
vektor menunjukkan adanya periode berisiko tinggi dan di lokasi dimana KLB
mungkin timbul.
Terdapat 2 jenis larvasidasi (insektisida) yang dapat digunakan pada wadah yang
dipakai untuk menampung air bersih (TPA) yakni :
(1) Temephos 1%.
Formulasi yang digunakan adalah granules (sand granules). Dosis yang
digunakan adalah 1 ppm atau 10 gram (1 sdm rata) untuk tiap 100 L air. Dosis ini
telah terbukti efektif selama 8-12 minggu atau sekitar 2-3 bulan (Sunarto dkk,
2000).
(2) Insect Growth Regulators ( Pengatur Pertumbuhan Serangga )
Insect Growth Regulators (IGRs) mampu menghalang pertumbuhan nyamuk
dimasa sebelum dewasa dengan menghambat proses chitin synthesis selama
masa jentik berganti atau mengacaukan proses perubahan pupa menjadi nyamuk
dewasa. Contoh IGRs adalah Methroprene dan Phyriproiphene. Secara umum
IGRS akan memberikan efek ketahanan 3-6 bulan dengan dosis yang cukup
Kegiatan larvasidasi bisa meliputi :
1. Larvasidasi Selektif.
Larvasidasi selektif adalah kegiatan pemeriksaan tempat penampungan air
(TPA) baik di dalam maupun di luar rumah pada seluruh rumah dan bangunan di
desa/kelurahan endemis dan sporadis serta penaburan bubuk larvasida pada TPA
yang ditemukan jentik dan dilaksanakan 4 kali dalam 1 tahun (3 bulan sekali).
Pelaksana larvasidasi adalah kader yang telah dilatih oleh petugas Puskesmas.
Tujuan larvasidasi selektif adalah sebagai tindakan sweeping hasil
penggerakan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk.
2. Larvasidasi Massal.
Larvasidasi massal adalah penaburan bubuk larvasida secara serentak
diseluruh wilayah/daerah tertentu di semua tempat penampungan air baik terdapat
jentik maupun tidak ada jentik di seluruh bangunan termasuk rumah, kantor-kantor
dan sekolah. Kegiatan larvasidasi massal ini dilaksanakan di lokasi terjadinya KLB
Chikungunya.
2.8.1.1.2. Biologi
Penerapan pengendalian biologis yang ditujukan langsung terhadap jentik
hanya terbatas pada sasaran berskala kecil. Pengendalian dengan cara ini misalnya
dengan memelihara ikan pemakan jentik atau dengan bakteri.
Ikan yang biasa dipakai adalah ikan larvavorus (Gambusia affins, Poecilia
ini ada 2 spesies yakni bakteri Bacillus thuringiensis serotipe H-14(Bt.H-14) dan
Bacillus sphaericus (Bs) yang memproduksi endotoksin.
2.8.1.1.3. Fisik
Pengendalian secara fisik ini dikenal dengan kegiatan 3M Plus (Menguras,
Menutup, Mengubur) yaitu :
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak
mandi, drum dan lain-lain seminggu sekali (M1).
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air ,
tempayan dan lain-lain (M2).
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan (M3)
2.2 PERILAKU
Perilaku merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang berasal dari
dalam dan luar dirinya Perilaku kesehatan pula adalah suatu respon seseorang
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim
pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo,
2007).
Menurut L.Blum dalam buku Notoatmodjo ( 2007 ) disebutkan bahwa perilaku
sesorang terdiri atas 3 bagian yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga
2.2.1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah suatu hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Tanpa pengetahuan seseorang
tidak akan mempunyai dasar pegangan untuk mengambil keputusan dan menentukan
tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Secara garis besar pengetahuan dibagi
menjadi enam tingkat, yaitu :
a. Tahu ( Know ) diartikan hanya sebagai memanggil memori yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami ( Comprehension ) diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
mengintrepretasi materi tersebut yang benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi ( Application ) diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang
sebenarnya.
d. Analisis ( Analysis ) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan, membedakan dan mengelompokan.
e. Sintesis ( Synthesis ) merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan beberapa bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dalam kata lain ada kemampuan untuk membina suatu
formulasi yang baru hasil dari gabungan beberapa formulasi yang telah
f. Evaluasi ( Evaluation ) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Tahap pendidikan yang rendah bisa mempengaruhi perilaku masyarakat
dalam melakukan upaya penanggulangan terhadap penyakit Demam Chikungunya.
Malah program pembangunan kesehatan juga bisa terhambat karena rendahnya
tingkat pendidikan.
Sejauh mana pengetahuan mahasiswa FK USU mengenai penyakit Demam
Chikungunya terutama mengenai tipe virus pembawa penyakit, cara penularan dan
cara pemberantasan penyakit chikungunya masih belum diketahui. Mereka mungkin
bisa tahu bahwa penyebab penyakit Demam Chikungunya adalah suatu virus tetapi
mungkin hanya beberapa orang sahaja yang mengetahui golongan virus mana yang
terlibat.
Hal lain yang mungkin kurang dipahami mahasiswa pada umumnya adalah
cara penularan penyakit dan cara pemberantasannya. Adanya proses penularan dari
penderita, gigitan nyamuk, pemindahan penyakit masih kurang dimengerti dengan
baik oleh mahasiswa. Konsep pemberantasan sarang nyamuk belum diketahui dengan
baik karena mereka belum juga memahami tujuan, manfaat dan hubungan
pembersihan sarang nyamuk dan jentik dengan kejadian penyakit Demam
Chikungunya.
2.2.2. Sikap ( attitude )
Sikap adalah merupakan reaksi atau respons sesorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007) . Salah seorang ahli
psikologi sosial, Newcomb, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau
Sikap mempunyai tiga komponen menurut Allport (1954) yang dikutip dalam
Notoatmodjo (2007) yaitu :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak.
Sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan yakni ( Notoadmodjo ( 2007 ):
a. Menerima ( Receiving ) diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan.
b. Merespon ( Responding ) adalah memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
c. Menghargai ( Valuing ) adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.
d. Bertanggung jawab ( Responsible ), bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala resiko.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Niven (2002) yaitu
a. Pengalaman pribadi
b. Pengaruh orang lain dianggap penting
c. Media massa
2.2.3.Tindakan (practise)
Suatu sikap belum tentu terwujud secara otomatis dalam suatu tindakan.
Untuk terwujudnya sikap menjadi perbuatan nyata maka diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan.
Tindakan ini juga terdiri atas beberapa tingkatan yaitu :
a. Persepsi ( Perception )
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil
b. Respon Terpimpin ( Guided Respons )
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai
dengan contoh
c. Mekanisme ( Mecanism )
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
ototmatis ataupun sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan
d. Adaptasi ( Adaptation )
Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik yang
mana artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut
Secara umumnya masih ramai masyarakat belum melakukan tindakan yang
sewajarnya dalam upaya pemberantasan penyakit Demam chikungunya seperti
menutup tempat penampungan air, memperhatikan dan memberantas jentik nyamuk
di lingkungan rumah sehingga dengan sendirinya mendukung penyebaran penyakit.
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1
3.2. Defenisi Operasional
Variabel-variabel yang telah diteliti mencakup karaktristik pengetahuan, sikap dan tindakan dalam pencegahan Demam chikungunya.
a) Pengetahuan menunjukkan seberapa besar mahasiswa mengetahui penyakit
Demam Chikungunya dan langkah-langkah yang diperlukan dalam
pencegahannya. Selain itu pengetahuan juga mencakup tentang gejala klinis
penyakit, etiologi penyakit, jenis nyamuk penular, cara penularan penyakit
penatalaksanaan penyakit, dan cara pemberantasan penyakit. Responden telah
diberikan kuesioner. Tiap pertanyaan mempunyai nilai 0 - 1 dengan kriteria:
Perilaku mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
- Pengetahuan - Sikap
[image:32.612.134.512.233.397.2]bila jawaban benar diberi nilai 1, dan bila jawaban salah diberi nilai 0 (Imron
TA M dan Munif A, 2010). Adapun untuk tingkat pengetahuan dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu baik, sedang dan buruk (Pratomo, 1986):
a. Baik, jika jawaban benar responden mencapai > 75 % dari
keseluruhan kuesioner yaitu responden mendapat skor jawaban
6-7.
b. Sedang, jika jawaban benar responden mencapai 40 – 75 % dari
keseluruhan kuesioner yaitu responden mendapat skor jawaban
3-5.
c. Buruk, jika jawaban benar responden mencapai < 40 % dari
keseluruhan kuesioner yaitu responden mendapat skor jawaban
0- 2.
Skala pengukuran : ordinal
b) Sikap merupakan predisposisi tindakan mahasiswa terhadap upaya-upaya
penanggulangan penyakit demam chikungunya. Hal ini akan mencakup
mengenai sikap mahasiswa terhadap pertolongan penderita, penyebab,
pencegahan, dan bahaya penyakit, pemberantasan sarang nyamuk, serta
pemberantasan jentik. Responden telah diberikan kuesioner. Tiap pertanyaan
mempunyai nilai 0-1-2 dengan kriteria: bila jawaban benar diberi nilai 2,
kurang benar diberi nilai 1 dan bila jawaban tidak benar diberi nilai 0.
Dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu baik, sedang dan buruk (Pratomo,
1986):
a. Baik, jika jawaban benar responden mencapai > 75 % dari
keseluruhan kuesioner yaitu responden mendapat skor jawaban
b. Sedang, jika jawaban benar responden mencapai 40 – 75 % dari
keseluruhan kuesioner yaitu responden mendapat skor jawaban
5-8.
c. Buruk, jika jawaban benar responden mencapai < 40 % dari
keseluruhan kuesioner yaitu responden mendapat skor jawaban 0-4
.
Skala pengukuran : ordinal
c) Tindakan adalah mengenai tindakan yang akan dilakukan mahasiswa dalam
mencegah berlakunya Demam Chikungunya. Hal ini meliputi
tindakan-tindakan seperti menutup tempat penampungan air, memperhatikan dan
memberantas jentik nyamuk di lingkungan rumah. Responden telah diberikan
kuesioner. Tiap pertanyaan mempunyai nilai 0 - 1 dengan kriteria: bila
jawaban benar diberi nilai 1, dan bila jawaban salah diberi nilai 0 (Imron TA
M dan Munif A, 2010). Dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu baik,
sedang dan buruk (Pratomo, 1986) :
a. Baik, jika jawaban benar responden mencapai > 75 % dari
keseluruhan kuesioner yaitu responden mendapat skor jawaban
19-21.
b. Sedang, jika jawaban benar responden mencapai 40 – 75 % dari
keseluruhan kuesioner yaitu responden mendapat skor jawaban
10-18.
c. Buruk, jika jawaban benar responden mencapai < 40 % dari
keseluruhan kuesioner yaitu responden mendapat skor jawaban 9
dan ke bawah.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang telah menilai tingkat
pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa tentang Demam Chikungunya.
Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah studi potong lintang
(cross-sectional study), dimana telah dilakukan pengumpulan data berdasarkan survei
terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian
Pengumpulan data ini telah dilaksanakan pada bulan Juli 2010 hingga Agustus
2010.
4.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kampus Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara yang merupakan tempat perkuliahan bagi mahasiswa FK USU.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara yang berada di angkatan 2007, 2008, dan 2009. Jumlah
mahasiswa yang terdaftar adalah berjumlah 1300 orang.
4.3.2. Sampel penelitian
Perkiraan besar sampel yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan
rumus dibawah ini :
N
n =
1 + N (d)2
Keterangan:
N : Besar populasi
n : Besar sampel
1300
n =
1 + 1300 (0,1)2
= 92,85
~ 100 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random
sampling. Setelah ditetapkan sampel diambil sebanyak 100 orang, maka diperlukan
seramai 35 orang dari masing-masing angkatan. Pengambilan sampel dilakukan
secara acak dari tiap angkatan sehingga mencapai jumlah yang diinginkan.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner
yang diisi oleh responden yaitu mahasiswa yang terpilih tersebut. Uji validitas
dilakukan pada variabel pengetahuan, sikap dan tindakan. Uji validitas ini dilakukan
untuk mengetahui bahwa kuesioner tersebut benar-benar mengukur tingkat
pengetahuan, sikap dan tindakan responden. Uji validitas dan reliabilitas ini akan
dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.
Pengolahan data telah dilakukan dengan menggunakan program komputer
SPSS untuk mengetahui frekuensi data. Hasil penelitian telah disajikan dalam bentuk
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan
menggunakan kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat penelitian tanpa
dibawa pulang ke rumah. Hasil dari kuesioner tersebut telah dikumpulkan kemudian
dianalisa sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian.
Penelitian ini diadakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
yang berlokasi di jalan dr. Mansyur No.5 Medan, Indonesia dimana fakultas ini
merupakan salah satu fakultas kebanggaan di Universitas Sumatera Utara. Fakultas
Kedokteran USU dibuka pada tanggal 20 Agustus 1952 oleh Yayasan Universitas
Sumatera Utara yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru
dengan batas wilayah:
a. Batas Utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan
b. Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
c. Batas Timur : Jalan Universitas, Padang Bulan
d. Batas Barat : Fakultas Psikologi USU
Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas 100
Ha yang berada di tengahnya. Fakultas ini menerima mahasiswa baru sejumlah 400
lebih orang setiap tahunnya dan kemasukan mahasiswa ini melalui berbagai jalur
5.1.2 Karakteristik individu
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2007, angkatan 2008 dan
angkatan 2009 yang terpilih yaitu sebanyak 35 orang. Total responden adalah
sebanyak 105 orang.
Pada penelitian ini jumlah jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak
dibatasi. Karena dalam penelitian ini peneliti hanya ingin melihat gambaran perilaku
responden tentang demam Chikungunya, maka peneliti tidak membandingkan
[image:40.612.110.520.391.497.2]perilaku tentang demam Chikungunya berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 5.1. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi(f) %
Laki-laki 56 53,3
Perempuan 49 46,7
Jumlah 105 100
5.1.3. Hasil Analisa Data
5.1.3.1. Pengetahuan Mahasiswa FK USU tentang Demam Chikungunya
Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 7 pertanyaan
mengenai pengetahuan terhadap demam Chikungunya. Pertanyaan-pertanyaan yang
pertanyaan-pertanyaan tersebut telah dapat mewakili pengetahuan responden tentang
demam Chikungunya. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner
[image:41.612.109.533.293.594.2]responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.2. Distribusi jawaban pertanyaan pengetahuan responden tentang chikungunya
Jawaban
Pertanyaan
No Pertanyaan Benar Salah
f % F %
1 Nyamuk penular
chikungunya
66 62,9 39 37,1
2 Gejala utama Chikungunya 80 76,2 25 23,8
3 Masa inkubasi demam
chikungunya
57 54,3 48 45,7
4 Ciri-ciri nyamuk penular 44 41,9 61 58,1
5 Diagnosa pasti chikungunya 62 59,0 43 41,0
6 Tahap nyamuk yg dibunuh oleh larvasidasi
78 74,3 27 25,7
7 Kegiatan larvasidasi 46 43,8 59 56,2
Berdasarkan tabel 5.2 diatas, pertanyaan-pertanyaan yang paling banyak
dijawab dengan benar adalah pertanyaan pada nomor 1, 2, 5 dan 6 yaitu sebanyak
dijawab dengan salah adalah pertanyaan nomor 4 dan 7 yaitu sebanyak 58,1% dan
56,2%.
Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini telah dibedakan menjadi 3 tingkat
yaitu baik, sedang dan buruk. Tingkat pengetahuan seseorang responden dikatakan
baik sekiranya menjawab 5-7 pertanyaan dengan benar, sedangkan jika menjawab
3-4 pertanyaan dengan benar responden tersebut dikatakan berpengetahuan sedang.
Tingkat pengetahuan seseorang responden dikatakan buruk bila hanya menjawab
lebih kecil atau sama dengan 2 pertanyaan pengetahuan dengan benar. Berdasarkan
hasil uji tersebut maka tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran
[image:42.612.128.501.417.552.2]Universitas Sumatera Utara dapat dikategorikan pada tabel dibawah.
Tabel 5.3 Tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU tentang Chikungunya
Pengetahuan Frekuensi (f) %
Baik 40 38,1
Sedang 54 51,4
Buruk 11 10,5
Total 105 100
Dari tabel 5.3 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dalam kategori
buruk memilki persentase paling kecil yaitu 10,5% sedangkan tingkat pengetahuan
yang dikategorikan sedang menunjukkan persentase terbanyak yaitu sebanyak 51,4
%.
5.1.3.1.1 Tingkat Pengetahuan mahasiswa FK USU tentang Chikungunya mengikut angkatan
Tingkat pengetahuan pada penelitian ini kemudian didistribusikan mengikut kelompok angkatan mahasiswa. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan maka
tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
[image:43.612.119.532.356.540.2]mengikut angkatan dapat dikategotikan pada tabel dibawah.
Tabel 5.4 Tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU tentang Chikungunya mengikut angkatan
Tingkat Pengetahuan
Angkatan Baik Sedang Buruk
f % f % f %
2007 17 48,6 17 48,6 1 2,8
2008 15 42,8 14 40,0 6 17,1
2009 8 22,8 23 65,7 4 11,4
Dari tabel 5.4 diatas, pengetahuan mahasiswa angkatan 2007 lebih banyak berada
pada kategori baik dan sedang dengan masing-masing sebanyak 17 responden
(48,6%). . Pada mahasiswa angkatan 2008, pengetahuan mereka lebih banyak berada
pada kategori baik yaitu sebanyak 15 responden (42,8%). Sedangkan pada mahasiswa
pengetahuan baik dan persentase terbanyak berada pada kategori sedang dengan
sebanyak 23 responden (65,7%) .
5.1.3.2 Sikap Mahasiswa FK USU tentang Chikungunya
Pada penelitian ini, terdapat 6 pertanyaan mengenai sikap tentang demam
chikungunya. Pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam kuesioner tersebut telah diuji
validitas dan reliabilitasnya. Sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat mewakili
sikap responden tentang demam Chikungunya. Data lengkap distribusi frekuensi
[image:44.612.110.532.431.683.2]jawaban responden pada variabel sikap dapat dilihat pada tabel dibawah
Tabel 5.5. Distribusi jawaban pertanyaan sikap responden terhadap Chikungunya
Jawaban Pertanyaan No Pertanyaan Setuju Kurang
Setuju
Tidak Setuju
f % F % f %
1 Bak mandi
hendaklah selalu diperiksa dan dibersihkan
72 68,6 33 31,4 0 0,0
2 Hukuman denda
berat kepada yang
membiarkan pembiakan
nyamuk
3 Tindakan memeriksa dilakukan seminggu sekali
73 69,5 28 26,7 4 3,8
4 Kegiatan larvasidasi dilakukan sebulan sekali
69 65,7 35 33,3 1 1,0
5 Pihak kesehatan haruslah
sentiasa melakukan
pemantauan ke setiap rumah
71 67,6 31 29,5 3 2,9
6 Kita harus siap memberantas sepanjang masa
74 70,5 30 28,6 1 1,0
Dari tabel di atas terlihat bahwa pertanyaan sikap yang paling banyak dijawab
dengan setuju adalah pada pertanyaan nomor 6 yaitu sebanyak 74 % . Pertanyaan
sikap paling sedikit dijawab setuju adalah pertanyaan nomor 2 dan 4 yaitu
masing-masing sebesar 69%.
Penilaian sikap dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang
dan buruk. Seorang responden akan dikatakan baik bila menjawab 5-6 pertanyaan
sikap dengan benar sedangkan seorang responden dikatakan memiliki sikap sedang
bila menjawab 3-4 pertanyaan sikap dengan benar dan dikatakan memiliki sikap
benar. Berdasarkan hasil uji tersebut maka sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara dapat dikategorikan pada tabel ini:
Tabel 5.6 Sikap mahasiswa FK USU terhadap Chikungunya
Sikap Frekuensi (f) %
Baik 88 83,8
Sedang 14 13,3
Kurang 3 2,9
Total 105 100
Dari Tabel 5.6 diatas dapat dilihat bahwa sikap yang dikatakan baik memiliki
persentase yang paling besar yaitu 83,8% sedangkan sikap dalam kategori buruk
hanya 2,9%.
5.1.3.2.1. Sikap mahasiswa FK USU terhadap Chikungunya mengikut angkatan Sikap pada penelitian ini kemudian didistribusikan mengikut kelompok
angkatan mahasiswa. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan maka sikap
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengikut angkatan
Tabel 5.7 Sikap mahasiswa FK USU terhadap Chikungunya mengikut angkatan
Sikap Angkatan
Baik
Sedang Buruk
f % f % f %
2007 31 88,5 3 8,6 1 2,9
2008 33 94,2 2 5,7 1 2,9
2009 25 71,4 9 25,7 1 2,9
Dari Tabel 5.7 diatas, pada mahasiswa angkatan 2007 diperoleh sebanyak 31
responden (88,5%) bersikap baik sedangkan pada mahasiswa angkatan 2008 pula
diperoleh sebanyak 33 responden (94,2%) mempunyai sikap baik. Pada mahasiswa
angkatan 2009, diperoleh sebanyak 25 responden (71,4%) menunjukkan sikap yang
baik.
5.1.3.3. Tindakan Mahasiswa FK USU terhadap demam chikungunya
Pada penelitian ini, terdapat 8 pertanyaan mengenai tindakan dalam
pencegahan demam Chikungunya. Penilaian tindakan dalam penelitian ini dibedakan
menjadi 3 yaitu baik, sedang dan buruk. Seorang responden akan dikatakan baik bila
dikatakan memiliki tindakan sedang bila mendapat skor 10-18 pada pertanyaan
tindakan dan dikatakan memiliki tindakan buruk bila mendapat skor lebih kecil atau
sama dengan 9 dari pertanyaan tindakan. Berdasarkan hasil uji tersebut maka
tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dapat
[image:48.612.129.509.308.443.2]dikategorikan pada tabel
Tabel 5.8 Gambaran Tindakan mahasiswa FK USU terhadap Chikungunya
Tindakan Frekuensi (f) %
Baik 13 12,4
Sedang 71 67,6
Buruk 21 20,0
Total 105 100
Dari Tabel 5.8 diatas dapat dilihat bahwa tindakan yang dikatakan sedang
memiliki persentase yang paling besar yaitu 89,9% sedangkan tindakan dengan
5.1.3.3.1 Tindakan mahasiswa FK USU terhadap Chikungunya mengikut angkatan
Tindakan pada penelitian ini kemudian didistribusikan mengikut kelompok angkatan mahasiswa. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan maka sikap
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengikut angkatan
[image:49.612.149.533.352.558.2]dapat dikategotikan pada tabel dibawah.
Tabel 5.9 Tindakan mahasiswa FK USU terhadap Chikungunya mengikut angkatan
Tindakan Angkatan
Baik
Sedang Buruk
f % F % f %
2007 9 25,7 18 51,4 8 22,8
2008 4 11,4 23 65,7 8 22,8
2009 0 0 30 85,7 5 14,2
Dari tabel 5.9 diatas, pada mahasiswa angkatan 2007 diperoleh sebanyak 18
responden (51,4%) yang menunjukkan tindakan sedang. Pada mahasiswa angkatan
2008, diperoleh sebanyak 23 responden (65,7%) tindakannya berada dalam kategori
sedang. Sedangkan pada mahasiswa angkatan 2009, tiada responden berada dalam
5.2 Pembahasan
5.2.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini telah terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dalam penelitian ini, dari 12
pertanyaan yang dirancang, maka dilakukan uji validitas untuk mengukur apakah
pertanyaan tersebut layak dgunakan bagi mengukur variabel yang diinginkan. Setelah
itu, ternyata 7 pertanyaan telah valid dan kemudian hanya 7 soalan tersebut yang
digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur pengetahuan responden. Nilai
maksimum yang bisa dicapai responden untuk pengetahuan adalah 7.
Penelitian ini memperlihatkan tingkat pengetahuan mahasiswa tentang
Chikungunya belum cukup baik karena persentase pada tingkat sedang menunjukkan
angka tertinggi dibanding tingkat lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3 yang
menunjukkan sebanyak 54 responden (51,4%) berada pada tingkat pengetahuan
sedang.
Hal ini mungkin disebabkan beberapa faktor sehingga responden
kebanyakannya berada pada kategori pengetahuan sedang. Kurangnya informasi
tentang Chikungunya dikalangan mahasiswa merupakan salah satu faktor yang
berperan besar. Menurut Wied Hary A.(1996) , informasi akan memberi pengaruh
pada pengetahuan seseorang. Sekiranya mahasiswa ini lebih kerap diberikan
informasi mengenai chikungunya berkemungkinan besar pengetahuan responden
yang baik akan lebih tinggi.
Berdasarkan tabel 5.4, pada mahasiswa angkatan 2007 dan 2008 lebih banyak
diperoleh responden yang berpengetahuan baik dibanding mahasiswa angkatan 2009.
Hal ini mungkin karena mahasiswa yang lebih senior telah mendapat informasi yang
5.2.2. Sikap
Dari 8 pertanyaan yang dirancang untuk mengukur sikap mahasiswa tentang
Chikungunya, terdapat 6 pertanyaan yang valid dan hanya 6 pertanyaan ini yang
digunapakai dalam penelitian ini.
Sikap responden mengenai chikungunya tampak begitu baik karena sebanyak
88 responden (83,8%) dikategorikan mempunyai sikap baik dan hanya 3 orang yang
dikategorikan dalam sikap buruk. Bila dilihat dari pengetahuan responden yang
banyak dikategorikan sedang maka hal ini bercanggah dengan teori yang
dikemukakan oleh Notoadmojo (2003). Menurut Notoadmojo (2003) pengetahuan
yang diperoleh subjek selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk
sikap terhadap objek yang telah diketahuinya. Tetapi pada penelitian ini didapati hasil
pengetahuan dan sikap tidak sejalan, dimana pengetahuan yang diperoleh dalam
penelitain ini berada pada kategori sedang dan sikap berada pada kategori baik.
Hal ini mungkin dipengaruhi beberapa faktor sehingga responden bisa
memilki sikap yang baik walaupun dengan pengetahuan yang sedang. Menurut
Azwar(2005) sikap dapat dipengaruh oleh beberapa faktor seperti lingkungan,
kebudayaan, adat istiadat ataupun pengalaman.
Berdasarkan tabel 5.6 tiada perbedaan ketara ditemukan pada sikap
mahasiswa ketiga-tiga angkatan terhadap Chikungunya. Pada angkatan 2007
sebanyak 31 responden (88,5%) dikategorikan baik, sedangkan pada angkatan 2008
sebanyak 33 responden (94,2%)dan angkatan 2009 pula sebanyak 25 responden
(71,4%). Hal ini menunjukkan angkatan maupun usia tidak berpengaruh dalam
5.2.3. Tindakan
Tindakan di ukur dengan 8 pertanyaan mengenai langkah pencegahan demam
chikungunya. Pada penelitian ini, dilihat bahwa mahasiswa dengan kategori sedang
menunjukkan persentase tertinggi dimana dicatat sebanyak 71 responden (67,6%).
Melihat pada tingkat pengetahuan mahasiswa sebelumnya yang juga berada pada
kategori sedang, maka ini menunjukkan bahwa tindakan mahasiswa ini sejalan
dengan tingkat pengetahuan mereka.
Namun, kategori baik pada tindakan menunjukkan persentase terendah yaitu
sebanyak 13 responden (12,4%). Hal ini jelas berbeda dengan kategori baik
pengetahuan sebelumnya yang berada pada tangga kedua. Menurut Notoadmojo
(2003) seseorang dapat bertindak tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus
yang diterimanya. Dengan kata lain meskipun seseorang itu berpengetahuan kurang
baik, namun tidak semestinya sesuatu tindakan yang dilakukannya juga kurang baik.
Tetapi tindakan yang didasari dengan pengetahuan lebih dititikberatkan dibanding
tindakan yang tidak didasari pengetahuan. Maka disini dapat dinyatakan bahwa
mahasiswa dengan pengetahuan baik atau sedang tidak selalunya melakukan tindakan
yang benar.
Berdasarkan tabel 5.8 tindakan dalam kategori baik lebih banyak ditenukan
pada angkatan 2007 dibanding dua angkatan lainnya. Hal ini mungkin karena
tindakan tersebut didasari adanya pengetahuan tentang Chikungunya. Namun,
angkatan 2007 dan 2008 juga menunjukkan bilangan responden yang banyak pada
tindakan kategori buruk yaitu sebanyak 8 responden (22,8%). Angka ini mungkin
mewakili sebilangan kecil mahasiswa yang kurang praktis dalam membasmi
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari uraian data yang telah diperoleh dapat disimpulkan yaitu:
a. Pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
tentang Chikungunya berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 54
responden (51,4%), sedangkan pada kategori baik sebanyak 40 responden
(38,1%) dan pada kategori buruk diperoleh sebanyak 11 responden (10,5%).
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden penelitian ini belum
cukup tinggi.
b. Sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang
Chikungunya berada pada kategori baik yaitu sebanyak 88 responden
(83,8%), sedangkan pada kategori sedang hanya diperoleh sebanyak 14
responden (13,3%) dan pada kategori buruk ditemukan sebanyak 3 responden
(2,9%). Hal ini menunjukkan sikap responden penelitian ini terhadap
Chikungunya amat baik.
c. Tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang
Chikungunya berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 71 responden
(67,6%), sedangkan pada kategori baik hanya diperoleh sebanyak 13
responden (12,4%) dan pada kategori buruk diperoleh sebanyak 21 responden
(20.0%). Hal ini menunjukkan sedangnya tindakan responden penelitian ini
terhadap Chikungunya.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengetahuan dan tindakan mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai Chikungunya sejalan
6.2 Saran
Dari hasil penelitian ini, maka muncul beberapa saran yaitu:
a. Masukan kepada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara supaya
penelitian ini dapat dikembangkan ke beberapa fakultas lainnya seperti
Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Pertanian. Dengan ini dapat
dilihat apakah mahasiswa di fakultas lainnya tahu dan sadar tentang adanya
wabah Chikungunya ini.
b. Masukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
supaya sadar tentang bahaya suatu wabah dan menjadi lebih berwaspada. Di
samping itu, diharap mahasiswa mempraktikkan pengetahuan yang ada dalam
melakukan pencegahan terhadap wabah Chikungunya ini.
c. Diharapkan peneliti selanjutnya bisa melakukan pencarian faktor-faktor yang
bisa mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa yang masih
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, A.S., and Sridharan, G., 2007. Chikungunya virus infection - a resurgent
scourge. Indian J Med Res 126,: 502-504
Centers for Disease Control and Prevention, 2010. Chikungunya Fever in Asia and
the Indian Ocean. Available from :
http://wwwnc.cdc.gov/travel/content/outbreak-notice/chikungunya-fever.aspx
[ Accesses 16 April 2010]
Centers for Disease Control and Prevention, 2008. Chikungunya distribution and
global map. Atlanta: Centers for Disease Control and Prevention. Diunduh
Available from :
[
Accesses 16 April 2010]
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003. waspadai demam chikungunya.
Available from:
Hendarwanto. Penyakit chikungunya, Dalam: Waspadji S, Rachman AM, Lesmana
LA, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta:
Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI ;1996.
451-57
Heriyanto, B., Muchlastriningsih, E., Susilowati, S., dan Hutauruk, D.S., 2005.
Kecenderungan Kejadian Luar Biasa Chikungunya di Indonesia Tahun 2001
– 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Dalam: Cermin Dunia Kedokteran 148: 37-39.
Imron, T.A.M, Munif, A., 2010. Metodologi penelitian bidang kesehatan. Jakarta :
Sagung Seto
Kamath, S., Das, A.K., and Parikh, F.S., 2006. Chikungunya. Journal of Association
of Physician of India vol.54: 725-726
Mohan, A., 2006. Chikungunya Fever: Clinical Manifestations & Management.
Indian J Med Res.124(5):471-474
Ng, K.W., et al 2009. Clinical Features and Epidemiology of Chikungunya Infection
Notoadmojo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Dalam : Notoadmojo, S.
Ilmu kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar, Jakarta: Rineka Cipta,
95-145.
Notoadmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Oktikasari, F.Y., Susanna, D., dan Djaja, I.M., 2008. Faktor Sosiodemografi Dan
Lingkungan Yang Mempengaruhi Kejadian Luar Biasa Chikungunya Di
Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok 2006. Dalam: Makara,
Kesehatan 12 (1): 20-26.
Powers, A.M., Logue, C.H.; 2007. Changing Patterns of Chikungunya Virus:
Re-emergence of a Zoonotic Arbovirus. J Gen Virol;88(9):2363-2377.
Staples, J.E., Fischer, M. and Powers, A. M , 2009. Chikungunya. Centers for
Disease Control and Prevention. Available from :
Sunoto, 1991. Chikungunya, dalam Markum, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta,.: hal 448 - 66.
Sunarto. dkk, 2000. Chikungunya, dalam Standar Pelayanan Medis RSUP Dr.
Sardjito, ed. 2, Cetakan I. Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta : 86
Swaroop, A., Jain, A., Kumhar, M., Parihar, N., and Jain, S., 2007. Chikungunya
Fever. Journal Indian Academy of Clinical Medicine 8(2): 164-168
Widagdo, L., Husodo, B.T., dan Bhinuri; 2008. Kepadatan Jentik Aedes aegypti
Sebagai Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M Plus):
Di Kelurahan Srondol Wetan, Semarang. Dalam: Makara, Kesehatan 12 (1):
13-19.
Yamamoto, K., Matumoto, M., Chang-K. L., Meng, L. M., Kotaki, A., and Takasaki, T., 2010. Chikungunya Fever From Malaysia. The Japanese Society of Internal Medicine 49: 501-505
Yulfi, H., 2006. Chikungunya Virus and Vectors . USU Repository. Available from:
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nik Arif Ridhwan Bin Azemi
Tanggal / Tempat Lahir : 13 Agustus 1988 / Terengganu, Malaysia.
Agama : Islam
Alamat : I-78, Rumah Awam Kos Rendah Bukit Kuang 2, 24000, Kemaman Terengganu
Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Chukai, Kemaman
2. Maktab Rendah Sains MARA Kuala Terengganu
3. Alliaze College Of Medical Sciences (ACMS)
Riwayat Pelatihan : 1. Peserta Penyambutan Mahasiswa Baru 2007 FK USU,
Medan
2. Peserta Minggu Suai Kenal Pelajar Malaysia 2007.
Riwayat Organisasi : 1. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia se
Indonesia (PKPMI)
2. Ahli Persatuan Mahasiswa Malaysia USU (PM-USU)
3. Ahli Jawatankuasa Minggu Suai Kenal Pelajar Malaysia
2008
LAMPIRAN 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TERHADAP
DEMAM CHIKUNGUNYA TAHUN 2010
Lembar persetujuan ini bertujuan untuk meminta persetujuan kepada saudara/i dalam
pengisian kuesioner untuk mengumpulkan data mengenai pengetahuan, sikap dan
tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU terhadap demam chikungunya.
Jawaban responden akan dijamin kerahsiaannya dan responden berhak untuk tidak
mengikuti penelitian ini. Diharapkan dengan berlangsungnya penelitian ini, saudara/i
akan sadar tentang KLB demam chikungunya yang semakin meningkat, dan
mengamalkan upaya pencegahan terhadap penyakit tersebut. Maka diharapkan
saudara/i sudi menjadi sukarelawan dalam penelitian ini dengan menjawab
pertanyaan yang ditanyakan peneliti untuk mengisi kuesioner yang telah dibuat
sebelumnya. Kerjasama saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sangat
saya harapkan.
Setelah membaca penjelasan di atas, saya dengan butiran di bawah ini:
NIM :
Angkatan :
Dengan ini SETUJU untuk mengisi kuesioner yang diajukan peneliti untuk disertakan
ke dalam data penelitian. Kuesioner yang saya isi ini adalah BENAR adanya. Saya
bersedia memberikan pernyataan saya untuk dijadikan bahan penelitian tanpa ada
paksaan dari pihak luar.
Medan, 2010
Peneliti, Yang membuat pernyataan,
LAMPIRAN 3
KUESIONER
Identitas Responden NIM :
Jenis kelamin :
PENGETAHUAN
1. Menurut anda apakah nama nyamuk penular untuk penyakit demam chikungunya
ini?
a. Aedes aegypti
b. Anopheles
c. Culex
d. Drosophila melanogaster
2. Gejala paling awal setelah terkena penyakit Chikungunya adalah
a. Demam tinggi
b. Rasa tebal dan gatal di seluruh tubuh, disertai lemah lesu
d. Pingsan