• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETHINK PAIR SHARE(TPS) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

MARISTA SURFIANAWATI

Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara aktif dan

mandiri, saling bekerja sama, serta berkomunikasi satu sama lain. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas

TPS ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa. Populasi dalam

pe-nelitian ini adalah siswa siswa kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way

Pengubuan. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII-B sebagai kelas

eksperimen dan VIII-C sebagai kelas kontrol yang diambil secaracluster random sampling. Data penelitian diperoleh dari nilai tes pemahaman konsep matematika siswa. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TPS

kurang efektif diterapkan pada pembelajaran matematika pokok bahasan lingkaran

ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII MTs-PSA Nurul

Qodiri Way Pengubuan semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

(2)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETHINK PAIR SHARE(TPS) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh

MARISTA SURFIANAWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

Marista Surfianawati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

1. Efektivitas Pembelajaran... 8

2. Pembelajaran Kooperatif TPS... 9

3. Pembelajaran Konvensional... 14

4. Pemahaman Konsep Matematika ... 16

B. Penelitian Relevan ... 19

C. Kerangka Pikir... ... 20

D. Hipotesis ... 21

(5)

B. Desain Penelitian... 22

C. Langkah-langkah Penelitian ... 23

D. Data Penelitian ... 24

E. Teknik Pengumpulan Data ... 24

F. Instrumen Penelitian... 24

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

B. Pembahasan ... 35

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 37

B. Saran ... 38

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Atika Catur. 2011.Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Ditinjau dari Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Fogarty dan Robin. 1996.Think Pair-Share.

www.Broward kl2.fl.us/Ci/Whatsnew/strategies and such/ strategies/thinkpairshare (9 Desember 2011)

Guza, Afnil.2009.Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003.Asa mandiri. Jakarta

Hamalik, Oemar. 2004.Proses Belajar Mengajar.Bumi Aksara. Jakarta Isjoni. 2010.Cooperative Laearning. Alfabeta. Bandung

Jannah, Miftahul. 2007.Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Tanjung Brebes Dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik Education (RME) pada Sub Materi Pokok Bahasan Persegi Panjang dan Persegi Tahun Pelajaran 2006/2007.

doc.pdf (3 Januari 2012)

Juliantara, Ketut. 2009.Pembelajaran Konvensional.

http://www.kompasiana.com/ikpj (21 Agustus 2010)

Noer, Sri Hastuti. 2010.Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila. Bandar Lampung.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. (Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta

Rivai, H Veithzal. 2008.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Belajar Mahasiswa.

http://dc189.4shared.com/doc/Gt7eOnmx/preview.efektivitas.html (10 Februari 2012)

Safari. 2004.Teknik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Non tes. Jakarta: Depdiknas.

(7)

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Depdiknas. Jakarta

Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sudjana. 2005.Metode Statistika.Tarsito. Bandung

Suherman, H. Erman. 2003.Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jica. Bandung

Sunartombs. 2009.Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namum Paling Disukai.

http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/ (21 Agustus 2010)

Suryosubroto, B. 2009.Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta

Trianto. 2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prestasi Pustaka. Jakarta

Wenangsari, Wahyu Setya. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar.

http://www.google.co.id/penelitian penerapan pemembelajaran kooperatif tipe TPS (10 Januari 2012)

Widarti, A. 2007.Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Pokok Bahasan Segi Empat Pada Siswa Kelas VII Semester 2.

(8)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematika ... 18

3.1 Desain Penelitian ... 22

3.2 Interprestasi Nilai Tingkat Kesukaran Butir Tes ... 26

3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 27

3.4 Data Uji Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ... 28

4.1 Statistik Deskriptif Data Pemahaman Konsep Matematika ... 32

4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematika ... 33

(9)

A. Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia.

Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui

berbagai cara salah satunya yaitu pendidikan, karena pendidikan merupakan usaha

sadar manusia untuk meningkatkan kemampuan diri dengan membina potensi-potensi pribadi yang dimilikinya yaitu rohani (pikiran, karsa, rasa, serta cipta) dan

jasmani (panca indera berikut keterampilan-keterampilannya). Hal ini tercantum

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Begitu pentingnya pendidikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya

manusia, maka mutu pendidikan harus terus diperbaiki agar pendidikan yang

diterima calon sumber daya manusia dapat diserap dengan baik sehingga sumber

daya manusia yang tercipta memiliki kualitas yang baik. Perbaikan mutu

didikan adalah tugas semua pihak khususnya kepada guru sebagai tenaga

pen-didik. Guru sangat berperan penting dalam perbaikan mutu pendidikan karena

(10)

2

yang bernilai pendidikan dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah

tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi edukatif harus menggambarkan

hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah pengetahuan

sebagai mediumnya yang biasanya terjadi pada proses belajar di sekolah.

Proses belajar di sekolah merupakan wahana pendidikan untuk membina dan

membentuk siswa ke arah kedewasaan dan dalam pelaksanaannya berpedoman

pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 41 Tahun 2007 tentang Standar

Proses Satuan Pendidikan pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan :

untuk satuan pendidikan mencakup perencanaan proses pembelajaran,

pe-laksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran Hal ini berkaitan dengan pencapaian tujuan pendidikan

nasional yang di dalamnya terdapat sejumlah mata pelajaran pokok dan

pen-dukung. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi Satuan Pendidikan pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa salah satu

di antara mata pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa adalah mata pelajaran

matematika.

Belajar matematika dapat membentuk siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan rasional, karena matematika adalah mata pelajaran yang terstruktur,

ter-organisasi, dan sifatnya berjenjang, artinya antara materi yang satu dengan yang

lainnya saling berkaitan. Untuk menguasai materi pelajaran matematika pada

tingkat kesukaran yang lebih tinggi, diperlukan penguasaan materi tertentu

sebagai pengetahuan prasyarat salah satunya yaitu dengan memiliki pemahaman

(11)

pintar dalam memilih model pembelajaran yang akan mendukung terjadinya

pemahaman konsep pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Pe-mahaman konsep yang lebih baik terjadi pada saat siswa menemukan sendiri

konsep dari materi pembelajaran dibandingkan dengan siswa yang menerima langsung konsep dari guru.

Saat ini banyak model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses

pembel-ajaran, salah satunya yaitu model pembelajaran konvensional. Seperti yang

terjadi pada beberapa sekolah di Lampung Tengah, guru mengajar dengan

menggunakan pembelajaran konvensional selama proses pembelajaran di sekolah.

Pembelajaran konvensional yang berlangsung biasanya guru mengajar dengan berpedoman pada buku teks atau LKS, dengan memberi materi melalui ceramah

atau memberikan langsung materi kepada siswa dan memberikan beberapa

pertanyaan kepada siswa, latihan soal kemudian pemberian tugas. Guru

mendominasi kegiatan pembelajaran atau dengan kata lain proses pembelajaran

ini berpusat pada guru. Selama proses pembelajaran ini siswa hanya

mendengar-kan atau mencatat apa yang disampaimendengar-kan guru, sehingga selama proses

pem-belajaran berlangsung siswa menjadi pasif dan mengalami kesulitan dalam me-mahami konsep matematika karena tidak menemukan sendiri konsep dari materi

pembelajaran. Hal serupa juga terjadi di MTs-PSA Nurul Qodiri Way

Pengubuan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di MTs-PSA

Nurul Qodiri Way Pengubuan. Model pembelajaran yang digunakan adalah

model pembelajaran konvensional.

Selama proses pembelajaran guru mendominasi kegiatan pembelajaran dengan berpedoman pada buku teks atau LKS. Guru memberikan langsung materi kepada

(12)

4

pemberian tugas, sedangkan siswa hanya memperhatikan, menjawab,

mendengarkan penjelasan guru dan mencatat bila ada yang perlu dicatat.

Pembelajaran konvensional mengakibatkan rendahnya pemahaman konsep yang

dimiliki oleh siswa, karena siswa menerima langsung dari guru konsep materi pembelajaran. Rendahnya pemahaman konsep siswa khususnya pada bidang studi

matematika, terlihat dari nilai matematika ujian semester ganjil tahun pelajaran

2011/2012 hampir 60% siswa harus mengikuti proses remidial untuk mencapai

ketuntasan belajar yang telah ditetapkan.

Berdasarkan kondisi tersebut, perlu adanya penerapan model pembelajaran yang

lebih baik agar proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru dan siswa menjadi lebih aktif. Sehingga siswa lebih mudah dalam memahami konsep

matematika. Salah satu model pembelajaran yang ada adalah pembelajaran

kooperatif (cooperatif learning). Isjoni (2010) mengemukakan bahwa pem-belajaran kooperatif adalah suatu model pempem-belajaran yang saat ini banyak

digunakan untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa

(student oriented). Pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat

bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang

lain.

Pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai tipe, salah satu model pembelajaran

kooperatif adalah think-pair-share (TPS). Trianto (2009) Pembelajaran TPS dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland pada tahun 1981. Model ini memberi waktu kepada para siswa untuk berpikir dan

(13)

tiga tahap yaitu berpikir (thinking), berpasangan (pairing) dan berbagi (sharing), dengan adanya ketiga tahap tersebut siswa menjadi aktif dapat saling bekerja

sama membantu satu sama lain sehingga siswa dapat lebih mudah dalam

menguasai konsep materi yang diberikan oleh guru. Pembelajaran TPS ini belum pernah diterapkan di MTs-PSA Nurul Qodiri, maka akan diadakan penelitian

dengan menggunakan pembelajaran TPS untuk mengetahui efektivitas

pembel-ajaran kooperatif tipe TPS ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa

kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan tahun pelajaran 2011/2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini: Apakah pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa daripada pembelajaran

konvensional?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe TPS ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan:

1. Bagi guru, dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat

diterap-kan untuk meningkatditerap-kan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.

2. Bagi peniliti lain, dapat menjadi refrensi pada penelitian sejenis.

(14)

6

Agar penelitian ini mencapai sasaran yang diinginkan sebagaimana yang telah

di-rumuskan dalam tujuan dan tidak terjadi salah penafsiran dalam memahami

tulisan ini sekaligus menghindari terjadinya kesimpangsiuran permasalahan yang

akan dibahas, maka perlu adanya pembatasan ruang lingkup penelitian. Adapun pengertian-pengertian yang menyangkut dalam penelitian ini adalah :

1. Efektivitas

Efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan proses pembelajaran

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pembelajaran

ko-operatif tipe TPS dikatakan efektif, jika pemahaman konsep matematika

siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik dari pembelajaran konvensioanal.

2. Pembelajaran Kooperatif tipe TPS

Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan salah satu tipe dari model

pem-belajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok kecil dengan siswa

berpasangan yang terdiri dari tiga tahap pembelajaran yaitu tahap berpikir

(thinking),berpasangan (pairing)dan berbagi (sharing).

3. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa digunakan

oleh guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran yang dimaksud

yaitu guru mengajar dengan berpedoman pada buku teks atau LKS, dengan

memberi materi melalui ceramah atau memberikan langsung materi dan

(15)

Pemahaman konsep siswa merupakan kemampuan siswa menguasai konsep

materi pelajaran matematika yaitu lingkaran yang ditunjukkan dari hasil tes

dengan indikator yang terdiri dari:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

dan sasaran yang diharapkan. Rivai (2008) mengatakan pencapaian tujuan

pem-belajaran berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran yang meliputi beberapa aspek antara lain

peningkatan pengetahuan, keterampilan, integrasi, partisipasi, dan perubahan

sikap kemampuan beradaptasi. Aspek-aspek tersebut merupakan aspek yang

menunjukkan terjadinya pembelajaran efektif.

Hamalik (2004) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah

pem-belajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar karena aktivitas yang terjadi dalam

kegiatan pembelajaran yang akan memberikan pengalaman baru bagi siswa untuk

mendapatkan pengetahuan baru pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Trianto

(2009) bahwa belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat

pada siswa. Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luanya

(17)

Lebih lanjut Trianto (2009) menyatakan bahwa hasil yang diperoleh setelah

pelaksanaan proses pembelajaran dapat diketahui dengan memberikan tes, sebab

hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan

pem-belajaran. Dalam penelitian ini pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran

yang menyediakan kesempatan belajar sendiri kepada siswa dalam kegiatan

pembelajaran yang akan memberikan pengalaman baru dan pengetahuan baru bagi

siswa. Sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi yang sedang

dipelajari sehingga memperoleh hasil yang baik.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

cooperative

sama-sama dengan saling membantu satu sama-sama lain sebagai satu tim. Jadi, Cooperative learning menurut Salvin (Isjoni, 2010) merupakan model pembelajaran, di mana guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan

tertentu seperti diskusi atau pembelajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Dalam melakukan proses pembelajaran guru tidak lagi mendominasi seperti

lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan

siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka.

Menurut Johnson & Johnson (dalam Isjoni, 2010) cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam satu kelompok kecil agar siswa

(18)

10

Isjoni (2010) ciri-ciri dari cooperative learning adalah; (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, (c) setiap

anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman

sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat

diperlukan. Nasution (dalam Isjoni, 2010) menyatakan belajar kelompok itu

efektif bila setiap individu merasa bertanggung jawab terhadap kelompok, siswa

turut berpartisipasi dan bekerja sama dengan siswa lain secara efektif,

me-nimbulkan perubahan yang konstruktif pada perilaku seseorang dan setiap anggota

aman dan puas di dalam kelas.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan

adanya kerja sama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan

pem-belajaran. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan

kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan

dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas

pem-belajaran berpusat pada siswa.

Ada berbagai tipe pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah think pair share

(TPS). Think pair sharedikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland pada tahun 1981. Model ini memberi waktu kepada para

siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.

Trianto (2009) mengungkapkan bahwa:

TPS untuk membandingkan tanya jawab kelompok

(19)

a. Langkah 1 : Berpikir (Thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan

pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk

berpikir sendiri jawaban atau masalah. b. Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)

Selanjutnya Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa

yang telah mereka peroleh.

c. Langkah 3 : Berbagi (Sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan

keseluruhan kel

Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif TPS (Fogarty dan Robin, 1996)

adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran yaitu

think(berpikir secara individual),pair(berpasangan dengan teman sebangku), dan

share(berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas). 1. Think(berpikir secara individual)

Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa

sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat

me-mantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat

mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir

pembelajaran. Dalam menentukan batasan waktu untuk tahap ini, guru harus

mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal

(20)

12

think time

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban

mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain

itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.

2. Pair(berpasangan dengan teman sebangku)

Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan

men-diskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini

dapat menghasilkan jawaban bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak

lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir

yang didapat menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi

dan pemecahan masalah yang lain.

3. Share(berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)

Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk

berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh

kelas. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari

pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

Langkah ini merupakan penyempurnaan dari langkah sebelumnya, dalam arti

bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami

mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan

(21)

Kagan (dalam Widiarti, 2007) menyatakan manfaat TPS sebagai berikut:

1. Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan

tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain, ketika mereka terlibat

dalam kegiatan TPS lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin

mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas

jawaban mungkin menjadi lebih baik.

2. Para guru juga mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika

menggunakan TPS. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban

siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan tingkat tinggi.

Fogarty dan Robin (1996) menyatakan bahwa teknik pembelajaran TPS

mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut:

1. Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar,

2. Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran,

3. Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat

sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan.

Dengan teknik pembelajaran TPS yang disebutkan Fogarty dan Robin siswa dilatih untuk banyak berfikir dan saling tukar pendapat baik dengan teman

sebangku ataupun dengan teman sekelas, sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar ranah kognitif siswa karena siswa dituntut untuk mengikuti proses

pembelajaran agar dapat menjawab setiap pertanyaan dan berdiskusi.

Dari uraian tersebut, model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah

(22)

meng-14

utamakan adanya kerja sama antar siswa yang berpasangan untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

4. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional yang dimaksud disini adalah suatu pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru di kelas, yaitu pembelajaran dengan menggunakan

metode ceramah. Seperti halnya yang dikemukakan Sinarno Surakhmad M. Ed

(dalam Suryosubroto, 2009), yang dimaksud dengan metode ceramah adalah

pe-nerangan atau penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya. Selama proses

pembelajaran peranan murid adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat

yang pokok-pokok yang dikemukakan oleh guru.

Institute of Computer Technology (dalam Sunartombs; 2009) menyebutnya . Dijelaskannya bahwa pembelajaran

tradisional yang berpusat pada guru adalah perilaku pembelajaran yang paling

umum yang diterapkan di sekolah-sekolah di seluruh dunia. Pengajaran model ini

dipandang efektif, terutama untuk:

a. Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain.

b. Menyampaikan informasi dengan cepat. c. Membangkitkan minat akan informasi.

d. Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan.

Namun demikian pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai beberapa

kelemahan sebagai berikut:

a. Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan.

(23)

c. Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis.

d. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama

dan tidak bersifat pribadi.

Burrowes (dalam Juliantara, 2009) menyampaikan bahwa pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang

cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang telah dipresentasikan,

kemudian menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau

meng-aplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata.

Pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) pembelajaran berpusat

pada guru, (2) terjadi passive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada kelompok-kelompok kooperatif.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah

pembelajaran yang menggunakan metode ceramah atau memberi penjelasan

materi secara lisan kepada siswa, dan pembelajaran ini adalah pembelajaran yang

berpusat pada guru. Dalam penelitian ini pembelajaran konvensional yang

di-maksud adalah pembelajaran melalui ceramah atau memberikan langsung penjelasan materi kepada siswa, memberikan beberapa pertanyaan, latihan soal

serta pemberian tugas.

5. Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman konsep adalah kemampuan dalam memahami konsep yang dipelajari.

Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dalam ranah kognitif dari tujuan

(24)

16

sintesis, dan penilaian (evaluasi). Pemahaman konsep akan memberikan suatu

pemahaman dan kemampuan untuk mengaplikasikan konsep yang telah dikuasai.

Matematika merupakan disiplin ilmu yang meliputi fakta, konsep, operasi atau

relasi dan prinsip. Menurut pendapat Soedjadi (2000) terdapat beberapa definisi matematika yaitu:

1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.

2. Matematika adalah pengetahun tentang bilangan dan kalkulasi.

3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubung-an dengberhubung-an bilberhubung-angberhubung-an.

4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Matematika memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan disiplin ilmu

yang lain. Soedjadi (2000) mengemukakan karakteristik matematika, yakni:

1. Memiliki objek kajian abstrak. 2. Bertumpu pada kesepakatan. 3. Berpola pikir deduktif.

4. Memiliki simbol yang kosong dari arti. 5. Memperhatikan semesta pembicaraan. 6. Konsisten dalam sistemnya.

Pemahaman akan karakteristik-karakteristik matematika dapat membantu siswa dalam mempelajari matematika yang sedang dipelajari. Pemahaman ini

di-maksudkan untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan.

Pembentukan konsep menurut Gagne (dalam Suherman, 2003) disebut juga tipe

belajar mengelompokan, yaitu belajar melihat sifat bersama benda-benda konkrit

atau peristiwa untuk dijadikan suatu kelompok. Tipe belajar ini mengharapkan

siswa untuk mampu memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan. Sedangkan Dienes (Suherman, 2003) mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau

(25)

di-pahami dengan baik. Pemahaman konsep berpengaruh terhadap tercapainya hasil

belajar. Berkenaan dengan hal tersebut, Keller (dalam Hamalik, 2004)

menyata-sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas Ini berarti bahwa besarnya usaha adalah indikator dari adanya motivasi,

sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh

anak.

Menurut Depdiknas (dalam Jannah , 2007) Untuk menilai pemahaman konsep

matematika dapat dilakukan dengan memperhatikan indikator-indikator dari

pemahaman konsep matematika. Indikator tersebut adalah sebagai berikut: a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep merupakan

kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran yang terlihat dari hasil

belajar. Dalam penelitian ini, hasil belajar tersebut berupa nilai yang diperoleh siswa berdasarkan hasil tes berbentuk uraian yang dibuat sesuai indikator

pemahaman konsep yang diteliti yaitu menyatakan ulang konsep, menggunakan,

memanfaatkan atau memilih prosedur operasi tertentu dan mengaplikasikan

konsep. Kriteria penilaian pemahaman konsep, disajikan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Skoring Tes Pemahaman Konsep

No. Indikator Jawaban Skor

1. Menyatakan ulang suatu konsep

Tidak menjawab 0

(26)

18

Memberi contoh dan non-contoh dari konsep tetapi salah.

1

Memberi contoh dan non-contoh dari konsep dengan benar.

Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika tetapi salah.

1

Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika dengan benar.

Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep tetapi salah.

1

Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep dengan benar.

2

Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu tetapi salah.

1

Menggunakan, memanfaatkan dan memilih Prosedur atau operasi tertentu dengan benr.

2

Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah tetapi salah.

1

Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah dengan benar.

2

(Noer, 2010)

B. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian Septriana (2006) diketahui bahwa penerapan pembelajaran

kooperatif tipe TPS pada MA Negeri 1 Malang dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa. Hal ini disebabkan TPS dapat meningkatkan partisipasi siswa dan meningkatkan banyaknya informasi yang dapat

di-ingat oleh siswa. Sebab siswa saling belajar satu sama lain dan berupaya

bertukar ide dengan pasangannya sebelum mengemukakan idenya ke

kelompok yang lebih besar. Serta meningkatkan rasa percaya diri siswa

(27)

2. Hasil penelitian Dewi (2011) diketahui bahwa pembelajaran kooperatif

tipe TPS efektif diterapkan pada siswa kelas XI IPA semester genap SMA

Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011. Hal ini

disebab-kan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS menciptadisebab-kan suasana belajar yang menyenangkan, karena setiap siswa dapat berdiskusi dan

saling berbagi ide dengan pasangannya untuk mendapatkan jawaban yang

tepat sehingga model pembelajaran ini efektif diterapkan pada

pembelajar-an matematika.

3. Hasil penelitian Wenangsari (2011) menunjukkan bahwa penerapan

pem-belajaran kooperatif model think pair share dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMAN 1 Lawang. Hal ini terlihat dari meningkatnya hasil belajar jika dan hanya jika siswa memberikan respon yang positif.

C. Kerangka Pikir

Pemahaman konsep siswa yang rendah disebabkan oleh ketidaksesuaian dalam

menggunakan model pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk membantu siswa dalam

memahami konsep materi pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe TPS

mem-punyai tiga tahap kegiatan pembelajaran, yaitu thinking, pairing, dan sharing. Pada tahap thinking guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara aktif dan mandiri dalam mencari pengalaman belajar dan memperoleh

pengetahuan baru, sehingga konsep yang ditemukan oleh siswa dapat bertahan

(28)

20

permasalahan yang diberikan oleh guru. Pada tahap ini siswa akan saling bekerja

sama, menjelaskan satu sama lain dalam memahami materi sehingga lebih mudah

memahami konsep dari materi yang diberikan. Selanjutnya yaitu tahap sharing, pada tahap ini siswa berbagi hasil diskusi dengan pasangannya kepada kelompok lain.

Pada saat berdiskusi, berbagi informasi, bertanya, atau mengungkapkan pendapat

akan melatih siswa berkomunikasi di depan kelas. Dalam perkembangannya guru

hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing, sedangkan siswa dituntut

untuk lebih mandiri dalam proses pembelajaran. Siswa aktif selama proses

pem-belajaran dalam mencari pengalaman dan pengetahuan sendiri sehingga mem-permudah siswa dalam memahami konsep materi yang dipelajari dan pemahaman

konsep matematika yang dimiliki oleh siswa akan semakin membaik.

Berbeda dengan pembelajaran konvensional, karena pembelajaran konvensional

adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Pada pembelajaran ini guru

mem-berikan penjelasan materi langsung kepada siswa secara lisan dan memmem-berikan

beberapa pertanyaan, latihan soal kemudian pemberian tugas. Selama proses pembelajaran sebagian besar siswa hanya memperhatikan, menjawab,

men-dengarkan penjelasan guru dan mencatat materi bila ada yang perlu dicatat. Hal

ini mengakibatkan siswa menjadi pasif dan mengalami kesulitan dalam

me-mahami konsep dari materi yang dipelajari, karena siswa tidak secara aktif dan

mandiri dalam menemukan konsep dari materi pembelajaran melainkan

(29)

Dari uraian di atas terilihat bahwa pemahaman konsep matematika siswa dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS akan lebih baik dari pemahaman

konsep matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Pemahaman konsep matematika siswa dapat dilihat dari hasil tes yang diperoleh siswa di akhir pembelajaran.

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe

TPS lebih efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa daripada

(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan semester

genap Tahun Pelajaran 2011/2012, MTs-PSA Nurul Qodiri memiliki jumlah kelas

VIII sebanyak 4 kelas yaitu VIII A, VIII B, VIII C, dan VIII D. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII. Sampel penelitian ditentukan dengan cara cluster random sampling yaitu memilih secara acak 2 kelas dari 4 kelas yang ada dengan masing-masing siswa sebanyak 24 siswa. Kelas yang

terpilih adalah VIII B dan VIII C dengan pembagian kelas VIII B sebagai kelas

eksperimen dan VIII C sebagai kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) mengguna-kan desainpost-test onlydengan kelompok pengendali yang tidak diacak sebagai-mana dikemukankan Furchan (1982) sebagai berikut:

Tabel 3.1 DesainPost-Test Only

Kelompok Perlakuan Post-test

E X O1

P C O2

(31)

E = Kelas eksperimen

P = Kelas pengendali atau kontrol

X = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran TPS

C = Perlakuan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional O1 = Skorpost-testpada kelas ekperimen

O2 = Skorpost-testpada kelas kontrol

Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajran konvensional. Setelah pokok bahasan selesai, dilakukan tes akhir. Tes akhir adalah tes

kemampuan pemahaman konsep yang dilakukan pada kedua kelas sampel dengan soal tes yang sama.

C. Langkah-Langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah

1. Observasi sekolah, untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas yang

ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika selama

pem-belajaran.

2. Menentukan sampel penelitian.

3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen

dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS dan untuk kelas

kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

4. Menyiapkan instrumen penelitian berupa LKS dan tes pemahaman konsep

sekaligus aturan penskorannya. 5. Melakukan validasi instrumen.

(32)

24

7. Melakukan perbaikan instrumen.

8. Melaksanakan penelitian/ perlakuan.

9. Mengadakanpost-testpada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 10. Menganalisis data.

11. Membuat simpulan.

D. Data Penelitian

Data penelitian ini merupakan data nilai pemahaman konsep matematika siswa

yang berupa data kuantitatif, diperoleh melalui tes pemahaman konsep yang

dilakukan diakhir pokok bahasan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, baik dalam pembelajaran

yang menggunakan pembelajaran kooperatif TPS maupun dengan pembelajaran

konvensional. Tes ini bertujuan untuk memperoleh data skor tes siswa di akhir

pokok bahasan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman

konsep matematika yang berbentuk uraian. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam

kegiatannya mengumpulkan data. Instrument dalam penelitian ini berupa tes, baik

dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran TPS maupun dengan

(33)

dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan di ukur sesuai

dengan materi dan tujuan kurikulum yang berlaku pada populasi, menyusun

kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih, menyusun butir

tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Hal ini dilakukan untuk menjamin validitas isi soal tes yang diujikan.

Validitas tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika kelas

VIII MTs-PSA Nurul Qodiri, dengan asumsi bahwa guru mengetahui dengan

benar kurikulum SMP/MTs. Penilaian guru menyatakan bahwa butir-butir tes

telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur maka tes

tersebut dikategorikan valid. Setelah tes dinyatakan valid, tes tersebut diuji coba di luar sampel tetapi masih dalam populasi, uji coba tes ini dimaksudkan untuk

mengukur tingkat reliabilitas tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran

tes.

1. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan instrumen dalam menilai apa yang

dinilai. Untuk menentukan reliabilitas instrumen tes digunakan rumus Alpha. Rumus Alpha dalam Sudijono (2003) adalah sebagai berikut:

r = n

n 1 1

S

S

Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

2

(34)

26

2

= Varian total

Menurut Sudijono, tes dikatakan reliabilitas jika r11lebih dari 0,70.

2. Tingkat Kesukaran (TK)

Berdasarkan pendapat, Safari (2004) menyatakan tingkat kesukaran butir tes

adalah peluang untuk menjawab benar suatu butir tes pada tingkat kemampuan

tertentu. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir tes digunakan rumus berikut:

maks

TKi = Tingkat kesukaran butir tes ke-i

S = Rataan skor siswa pada butir ke-i

Si maks= Skor maksimum butir ke-i

Penafsiran atas tingkat kesukaran butir tes digunakan kriteria menurut

Witherington (dalam Sudijono, 2003) berikut:

Tabel 3.2. Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes

Besar TKi Interprestasi

Dalam penelitian ini butir soal yang akan digunakan adalah soal yang mempunyai

derajat kesukran cukup (sedang).

3. Daya Pembeda (DP)

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat

(35)

siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai

terendah, kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi disebut

kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut

kelompok bawah). Daya pembeda ditentukan dengan rumus:

DP = JA JB

IA

Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu JA = Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah

JB = Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah

IA = Skor maksimum butir soal yang diolah

Penafsiran interpretasi nilai daya pembeda butir tes digunakan kriteria menurut

Sudijono (2003) dalam tabel 3.3.

Tabel 3.3. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Dari perhitungan uji coba tes yang telah dilakukan pada Lampiran C.1 dan C.2,

diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 3.4. Data Uji Coba Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

No Soal Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran

Reliabilitas

1

a 0,79 (Baik Sekali) 0,50 (Sedang)

b 0,43 (Baik) 0,54 (Sedang)

(36)

28

b 0,36 (Sedang) 0,54 (Sedang) 0,74

3 0,71(Baik Sekali) 0,54 (Sedang)

4 0,39 (Sedang) 0,36 (Sedang)

5 0,79 (Baik Sekali) 0,48 (Sedang)

Uji coba tes dilakukan pada salah satu kelas yang masih dalam populasi yaitu

kelas VIII D. Berdasarkan Tabel 3.4 diperoleh reliabilitas sebesar 0,74 dan

mempunyai derajat kesukaran yang sedang pada setiap butir soalnya. Instrumen

tes pemahan konsep ini reliable, karena memiliki koefesien reliabilitas tes lebih

dari 0,70. Setiap butir soal tes tersebut memiliki derajat kesukaran yang sedang

ini sesuai dengan kriteria soal yang akan digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, instrumen tes pemahaman konsep ini dapat digunakan untuk

mengumpulkan data.

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Analisis data yang dilakukan menggunakan uji-t dengan terlebih dahulu

melakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

Langkah-langkah pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor pemahaman

konsep sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan pada data

(37)

H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005) :

= ( )

dengan kriteria uji : terima H0jika 2hitung 2tabel dengan taraf nyata 5%.

Keterangan:

2

= Harga Chi-kuadrat

Oi = Frekuensi observasi

Ei = Frekuensi harapan

k = Banyaknya kelas interval

2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data skor tes pemahaman

konsep matematika siswa yang diperoleh memiliki varians yang sama atau

tidak. Untuk menguji kesamaan dua varians ini digunakan uji Bartlet

(Sudjana, 2005).

H0: 12 22

H1: paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku

Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah uji Bartlett yaitu:

(38)

30

dengan kriteria uji : tolak H0 jika 2 2(1 )(k 1) dimana 2(1 )(k 1)

didapat dari distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1 - ), dk (k 1) dan

taraf signifikansi 5%.

Setelah data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan

melakukan uji hipotesis. Analisis data untuk keperluan uji hipotesis ini

menggunakan uji-t satu pihak yaitu pihak kanan, dengan taraf signifikansi

= 5 %. Uji-t menurut Sudjana (2005) sebagai berikut:

1) Hipotesis uji

H0: 1 2

H1 : 1 2

1: rata-rata pemahaman konsep kelas eksperimen.

2: rata-rata pemahaman konsep kelas kontrol.

2) Statistik uji

x = rata-rata sampel ke-1

2

x = rata-rata sampel ke-2

2 1

s = variansi sampel ke-1

2 2

s = variansi sampel ke-2

1

n = ukuran sampel ke-1

2

(39)

3) Keputusan uji

Terima H0jika < dengan dk = (n1+ n2 2 ) dan peluang

(40)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara pemahaman konsep matematika siswa

dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pemahaman

konsep matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Hal ini berarti, pembelajaran kooperatif tipe TPS kurang efektif diterapkan pada

pembelajaran matematika pokok bahasan lingkaran ditinjau dari pemahaman

konsep matematika siswa kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan

semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Pembelajaran TPS tersebut kurang

efektif disebabkan oleh beberapa hal yaitu sebagai berikut:

1. Pada saat think, siswa tidak menggunakan waktu dengan baik untuk berpikir secara mandiri dalam mengerjakan LKS yang diberikan.

2. Pada saat pair, kurangnya kesadaran siswa untuk saling bekerja sama dengan teman pasangannya mengakibatkan proses berdiskusi dengan

pasangan tidak berjalan dengan baik.

(41)

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai

berikut:

1. TPS tidak disarankan untuk siswa yang kurang mempunyai motivasi

belajar.

2. Dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TPS sebaiknya guru

memberi pengarahan dengan baik mengenai setiap tahap kegiatan

pembelajaran dalam TPS. Khususnya pada tahap think dan pair, guru harus mengarahkan siswa agar dapat menggunakan waktu untuk berpikir

secara mandiri dengan baik dan mengarahkankan siswa agar dapat saling

(42)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPETHINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII MTs-PSA Nurul Qodiri Way Pengubuan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : MARISTA SURFIANAWATI

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021034

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. Gimin Suyadi, M.Si. Dra. Rini Asnawati, M.Pd.

NIP 19480917 198403 1 001 NIP 19620210 198503 2 003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(43)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Gimin Suyadi, M.Si. ____________

Sekretaris : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing: Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315 198503 1 003

(44)

MOTTO

Hidup itu jangan besarin gengsi

(Pak e Sayang)

Berusahalah semaksimal mungkin untuk meraih

apa yang kau inginkan, hingga tiada penyesalan

(45)

BiSMiLLahHirrohmanNirrohim

Puji syukur kehadirat Allah SWT

Kupersembahkan karya kecilku ini kepada :

Kedua Orang tuaku tercinta

(H.Sarwoto dan Hj.Siti Mariyah)

yang selalu melimpahkan kasih sayangnya, selalu ada untuk

tempatku bersandar ketika rapuh, mendoakan, memberikan

motivasi, dan nasehat demi keberhasilanku

Adik- Adikku tersayang

(Puput Yulianawati dan Rizky Fadzkur Rahmatulloh)

Yang selalu mendoakanku, menghiburku dan menyemangatiku

Keluarga besar Mak e dan Pak e yang selalu memberikan

motivasi dan mendoakan keberhasilanku

Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran

(46)

RIWAYAT HIDUP

Rista dilahirkan di desa Lempuyang Bandar, Kecamatan Way Pengubuan,

Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 6 Agustus 1989, sebagai putri sulung

dari tiga bersaudara buah cinta kasih dari pasangan Bapak Sarwoto dan Ibu Siti

Mariyah.

Ia menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Dharma Wanita I Bandar Sakti pada tahun 1995 dan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Bandar Sakti

Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2001. Pada

tahun 2004, penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP

Negeri I Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah dan menyelesaikan

pendidikan menengah atas di SMA Negeri I Seputih Agung Kabupaten Lampung

Tengah pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

melalui jalur seleksi Non SPMB. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah

mengikuti organisasi yaitu sebagai anggota organisasi Forum Pembinaan dan

Pengkajian Islam (FPPI). Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program

(47)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, Tuhan Semesta Alam atas

segala limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bimbingan

dan bantuan berbagai pihak. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan

teri-ma kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas

Lam-pung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan

fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. selaku Ketua Program Studi

Pendi-dikan Matematika FKIP Unila.

4. Bapak Drs. Gimin Suyadi, M.Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus

Pembimbing I atas bimbingan, saran, kritik, serta motivasi baik selama

perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku pembimbing II atas kesediaannya untuk

(48)

6. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas atas kesediaannya

memberikan saran, dan kritik sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Matematika dan guru-guru yang telah memberikan ilmu selama ini kepada penulis.

8. Bapak Dr. Darmadi, S.Ag., M.M., M.Pd., M.Si. selaku Kepala MTs-PSA

Nurul Qodiri Way Pengubuan yang telah memberikan izin dan bantuan

selama penelitian.

9. Bapak Naufal Farid, S.Pd., selaku Guru Mitra serta murid-murid kelas VIII B

dan VIII C MTs-PSA Nurul Qodiri yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.

10. Mamak, Bapak, dan adik-adikku yang selalu menyayangi, mendoakan,

menebarkan kebahagiaan serta memberikan dukungan untuk keberhasilanku.

11. Keluarga besarku yang selalu menantikanku menjadi seorang sarjana pertama

dari keluarga besar Mak e dan Pak e.

12. Sahabat-sahabatku FG (Yuli & Dina) yang telah senantiasa mendengarkan

curahan hati serta mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis. 13. Mbieku sayang (Mardianto) yang selalu jadi penyemangat bagi penulis.

14. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan

Matematika: Dina N, Betutz (Berta), Kang Mas Lihin, Mb endah, Mb eva,

Obet (Robertus), Lia, Uya, Fiska,

Haris, Monmon, Komang, Bily, Heru, Ifan, Bang Ken, Tina, Mb Leni, Nci

(Yesi), Mb Eci (Resia), Nesha, Harvi, Mb Devi, Dwi D, Dwi A, Reni, Mira, Ratna, Fitri, Sevia, Rita, Nana, Tanti, Indah, Dina A, Ali, Munip, Dani, Adi,

(49)

dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya.

15. Teman- Kost Pondok Ratu Mz dodi, Tutut, Eva, Nina, Dina, Lia, , Mira,

Indah, Yuli, Duna, Icha, dan semuanya atas kebersamaannya.

16. Rekan- rekan PPL SMA Surya Dharma Bandar Lampung tahun 2011: Fauzia,

Rohma, Kade, Eva, Jannah, Melda, Laila, Esti, Dedo, Gede, dan Jonnas.

17. Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak tingkat 2004 sampai 2006

khususnya Kak Beni dan Kak Lukman, adik tingkat 2008 sampai 2011, dan teman-teman P.MIPA (Fisika, Biologi, Kimia).

18. Teman- teman TK, SD, SMP dan SMA yang masih selalu mendukungku.

19. Pengurus Referensi P MIPA dan Perpustakaan Unila.

Semoga ALLAH SWT membalas kebaikan yang telah diberikan. Penulispun

berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Bandar Lampung, Agustus 2012 Penulis

Gambar

Tabel 2.1 Skoring Tes Pemahaman Konsep
Tabel 3.1 Desain Post-Test Only
Tabel 3.2.  Interprestasi Tingkat  Kesukaran Butir Tes
Tabel 3.3.  Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Referensi

Dokumen terkait

Konsep pengendalian hama penggerek batang padi dilakukan diversifikasi varietas unggul dan pergiliran tanaman pada satu hamparan, Ketahanan tanaman inang, dapat bersifat : (1)

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan variasi gliserol pada film PPI terhadap impedansi dan uji analisis film PPIG untuk membedakan daging sapi

Tujuan dari program ini adalah membentuk suatu organisasi yang terdiri dari para pengrajin bilik untuk mengorganisir produksi dan pemasaran kerajinan bilik dalam

Dalam konteks komunikasi antarmanusia dengan konsep sibernetik, Dalam konteks komunikasi antarmanusia dengan konsep sibernetik, komunikasi sebagai suatu proses yang

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

• Penelitian ini hanya dilakukan sepanjang koridor Jalan Samanhudi dan tidak membahas pengaruh dan pertumbuhan PKL bagi perkembangan Kabupaten Jember, sehingga memerlukan adanya

Kegiatan KKN-PPM ini akan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada unsur masyarakat desa yang terdiri dari sosialisasi tentang tehnik pengolahan sampah plastik yang

Perhatikanlah salah satu akar yang sudah diketahui adalah berupa bilangan irasional(bilangan bentuk akar), maka salah satu akar yang lainpun juga akan berupa bilangan irasional