57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara
Sekolah Dasar Negeri 05 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. Di lihat geografisnya SD ini terletak daerah kota kabupaten Jepara, Jarak tempuh ke SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara dari pusat kota kurang lebih 5 km. SD Negeri 05 Mulyoharjo terletak masih di dearah Kabupaten Jepara. Suasana SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara bising karena desa penduduk desa paving mayoritas sebagai pengrajin sentral ukir, di sekeliling SD Negeri 05 Mulyoharjo terdapat rumah warga kampung yang banyak menggunakan mesin pemotong kayu, di sebelah utara dan timur terdapat persawahan dan perkebunan milik warga di sekitar, sedangkan dibagian depan sekolah terdapat Taman Kanak-Kanak (TK).
4.2 Kondisi Peserta Didik
Jumlah murid SD Negeri 05 Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara mulai dari kelas I sampai kelas VI adalah sebanyak 170 siswa. Dengan keadaan bakat ,kemampuan, katrampilan, yang berbeda-beda, mayoritas siswa dari SD Negeri 05 Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara beragama Islam sedangkan jumlah tenaga pendidik di SD ini terdiri dari 1 Kepala sekolah, 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti, 1 guru agama Islam, 1 bahasa Inggris, 3 kariyawan dan 1 penjaga sekolah. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 05 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dengan subyek penelitian siswa kelas V sebanyak 26 siswa.
4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Agar supaya program pendidikan dapat mencapai tujuan yang diharapkan harus didukung oleh sarana-sarana yang memadai. Sarana yang ikut mendukung di dalam kegiatan proses belajar mengajar di SD negeri 05 Mulyoharjo Jepara diantaranya sebagai berikut:
58
Tabel 4.1
Sarana SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara
No Nama Barang Jumlah Kondisi Asal Barang 1 Alat-alat tulis 345 Baik Subsidi
2 Buku Panduan Pelajrn 1879 Baik Subsidi
3 Kursi ± 150 Baik Subsidi
4 Meja ± 150 Baik Subsidi
5 Papan Tulis 8 Baik Subsidi
6 Peralatan Olahraga 20 Baik Subsidi
7 Komputer 2 Baik Swadaya dan subsidi
8 Alat Peraga ± 30 Baik Subsidi
Adapun prasarana yang ada di SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara antara lain sebagai berikut:
Tabel 4.2
Prasarana SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Kepala Sekolah dan Guru 1 Baik
2 Ruang kelas 7 Baik
3 Ruang UKS 1 Baik
4 Ruang Perpustakaan 1 Baik
5 WC 4 Baik
7 Lapangan 1 Baik
8 Ruang Tamu 1 Baik
4.4 Keadaan Tenaga Pendidik
SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara mempunyai guru dan staf pengajar sebanyak 13 orang, terdiri dari 1 kepala sekolah, 6 orang guru PNS dan 4 orang guru wiyata Bhakti, 3 kariawan.
59
4.5 Hasil Penelitian
4.5.1 Deskripsi Pembelajaran Make A Match
Deskripsi pembelajaran Make A Match dapat dilihat dari hasil observasi. Observasi ini dilakukan pada saat guru menerapkan pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan metode Make A Match. Lembar observasi yang digunakan tersebut didasarkan oleh lembar observasi yang telah dibuat dan disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Keterangan:
Dari hasil observasi pembelajaran Make A Match yang dilakukan oleh observer, didapatkan hasil bahwa pembalajaran dengan menggunakan metode Make A Match belum dilakukan oleh guru kelas VI SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara, karena pada kondisi awal guru memang belum pernah menggunakan metode Make A Match. Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan adanya penlingkatan keaktifan dan hasil belajar siswa SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara.
4.5.2 Deskripsi Kondisi Awal Keaktifan
Kondisi awal keatifan merupakan keadaan siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas V SD Negeri Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 26 siswa pada pembelajaran Matematika, terlihat bahwa keaktifan siswa masih rendah. Hal ini bisa terlihat dari hasil observasi peneliti pada saat guru sedang mengajar, siswa tidak mendengarkan guru yang sedang mengajar tetapi mereka mengobrol sendiri dengan teman, tidak menjawab pertanyaan dari guru, siswa tidak pernah bertanya, dll.
Untuk menentukan kategori keaktifan siswa peneliti menggunakan metode observasi. Pengamatan dilakukan guru lain. Pengamatan dilakukan saat proses belajar mengajar berlangsung dengan mengisi lembar observasi pengamatan keaktifan. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini:
60
Tabel 4.3
Rekap Pengamatan Keaktifan Siswa Kondisi Awal
No. Indikator Keaktifan Jumlah Siswa
Aktif Persentase Keaktifan 1. Semangar mengikuti pembelajaran 14 53,84 % 2. Aktif bertanya 14 53,84 % 3. Aktif menjawab 18 69,23 %
4. Kerjasama antar siswa 16 61,53 %
5. Aktif dalam melakukan
permainan 14 53,84 %
6. Mengemukakan ide 15 57,69 %
7. Menyimpulkan hasil kegiatan 10 38,46 %
Rata-Rata Keaktifan 55,49 %
Dari data tabel 4.3 dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode Make A Match diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa adalah 55,49 % pada kondisi awal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi awal secara klasikal ternyata siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran, berdasarkan standar minimal keaktifan belajar siswa yang telah ditentukan yaitu sebesar 70 %. Hal ini membuktikan bahwa siswa kelas V SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara masih banyak yang belum aktif.
Persentase terendah adalah pada indikator menyimpulkan hasil kegiatan dengan persentase 38,46 % dari jumlah siswa 26 yang melakukan hanya 10 siswa saja. Sedangkan persentase tertinggi adalah indikator aktif menjawab dengan indikator 69,23 % dari 26 siswa yang melakukan 18 siswa.
4.5.3 Deskripsi Kondisi Awal Hasil Belajar
Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas V SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa berjumlah 26 pada pembelajaran
61
Matematika, terlihat bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Data hasil belajar kondisi awal yang didapat dari ulangan harian yang dilakukan guru kelas. Hal ini bisa terlihat dari nilai sekunder hasil evaluasi siswa pada mata pelajaran Matematika yang telah dilakukan dimana sebagian besar siswa memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Dari data. Hasil belajar yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan memang banyak siswa yang masih belum tuntas atau dibawah Kriteria ketuntasa Minimal (KKM).
Dengan demikian dari data yang diperoleh hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan penelitian, yaitu dari nilai sekunder siswa dapat dilihat pada table 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal
No. Nilai Kondisi Awal Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1. < 50 6 23,1 Belum tuntas 2. ≥ 50-54 4 15,4 Belum tuntas 3. 55-59 3 11,5 Belum Tuntas 4. 60-64 2 7,7 Belum Tuntas 5. 65-69 4 15,4 Tuntas 6. 70-74 5 19,2 Tuntas 7. 75-79 1 3,8 Tuntas 8. 80-84 - 0 Tuntas 9. 85-89 - 0 Tuntas 10. 90-94 1 3,8 Tuntas 11. 95-100 - 0 Tuntas Jumlah 26 100 Rata-rata 57,5 Nilai tertinggi 90 Nilai terendah 37 Standar Deviasi 12.69
62
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat jelas perbandingannya siswa yang mencapai ketuntasan belajar (KKM=65) adalah sebanyak 11 siswa atau 42,3%, sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 15 siswa atau 57,7, yang dapat diuraikan jumlah siswa yang mendapat nilai <50 sebanyak 6 siswa atau 23,1%, ≥50-54 sebanyak 4 siswa atau 15,4%, untuk nilai 55-59 ada 3 siswa atau 15,4%, 60-64 sebanyak 2 siswa atau 7,7%, nilai 65-69 sebanyak 4 siswa atau 15,4%, nilai 70-74 sebanyak 5 siswa atau 19,2%, 75-79 hanya 1 siswa saja atau 3,8%, kemudian nilai 80-84 dan 85-89 tidak ada, nilai 90-94 hanya 1 siswa saja atau 3,8%, dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai 95-100. Dengan nilai rata-rata 57,5 sedangkan nilai tertinggi adalah 90 sedangkan nilai terendah adalah 37, sedangkan standar deviasinya adalah 12.69.
Untuk lebih jelasnya data ketuntasan hasil belajar pada tabel 4.5 dapat dibuat diagram seperti pada gambar 4.1 di bawah ini:
Gambar 4.1
63
Tabel 4.5
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal
Persentase ketuntasan hasil belajar siswa SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 15 siswa atau 57,7%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 11 siswa dengan persentase 42,2%.
Berdasarkan pengamatan sebelum diadakanya penelitian, rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh sifat mudah bosen siswa selama mengikuti kegiatan pembelajar di kelas dan cara mengajar guru yang masih terpaku di dalam kelas terus dan monoton, dimana metode ceramah masih mendominasi proses kegiatan pembelajaran dan juga model pembelajaran yang kurang cocok untuk mata pelajaran, sehingga mengakibatkan pembelajaran kurang menarik yang berakibat hasil belajar siswa menjadi rendah dan keaktifan siswa pun kurang dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga terjadi hambatan dalam ilmu pengetahuan yang menimbulkan pembelajaran berjalan kurang efektif.
Diperoleh data hasil belajar siswa yang masih rendah dari siswa, penulis melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Dalam penelitian ini menggunakan metode pembelajaran kooperatif teknik Make- A Match guna
No. Nilai Kondisi Awal Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1. < 65 15 57,7 % Belum Tuntas 2. ≥ 65 11 42,3 % Tuntas Jumlah 26 100 % Rata-rata 57,5 Nilai tertinggi 90 Nilai terendah 37 STDEV 12.69
64
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa yang akan dilakukan dalam dua siklus. Dengan menggunakan metode kooperatif teknik Make- A Match.
4.5.4 Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)
Sebelum benar-benar melaksanakan tindakan perbaikan guruyabg akan mengajar, peneliti dan observer melakukan persiapan terakhir. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: a) Guru, peneliti dan observer bersama-sama memeriksa kembali RPP
yang telah disusun. Sambil dibaca ulang, guru, peneliti dan observer mencermati kembali setiap butir yang akan direncanakan. b) Menyiapakan semua alat peraga dan sarana lain yang akan
digunakan apakah sudah benar-benar tersedia.
c) Memeriksa kembali urutan yang sudah rencanakan, dengan kata lain guru memeriksa skenario pembelajaran yang akan diimplementasikan mulai dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir.
d) Guru memikirkan hal-hal yang mungkin mengganggu pembelajaran, seperti keributan ketika peragaan berlangsung, pembagian kartu yang tidak sesuian dengan keinginan anak, pertanyaan yang tidak dijawab oleh siswa, atau ada siswa yang tidak tertarik pada pembelajaran yang berlangsusng. Kemudian guru mencoba merancang antisipasi apa yang akan dilakukan jika hal tersebut benar-benar terjadi.
e) Memeriksa kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul data, seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan teman sejawat yang akan membantu, dan guru yang akan mengajar. f) Meyakinkan bahwa teman sejawat yang akan menbantu dan guru
yang akan mengajar sudah siap di kelas ketika pembelajaran akan dumulai.
65
g) Membuat kesepakatan dengan teman sejawat untuk menentukan fokus observasi dan kriteria yang akan digunakan.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran, guru, peneliti dan observer sepakat untuk melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran yang terdiri dari tiga kegiatan pembelajaran.
PERTEMUAN KE_1
a) Kegitan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru meliputi beberapa kegiatan yaitu pembukaan pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen, mengatur tempat duduk siswa, mengecek persiapan siswa dan mengingatkan cara duduk yang baik saat membaca dan menulis, apersepsi dan motivasi. Kegiatan apersepsi yang dilakukan adalah mengingat kembali tentang pengurangan pecahan serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. b) Kegiatan Inti
Pada kegitan inti, guru menunjukkan katu-karu yang dibawanya kemudin guru bertanya kepada siswa “kalian tahu kartu apa yang sekarang ibu bawa?”, kemudian siswa menjawab. Setelah guru lakukan tanya jawab seputar kartu-kartu yang dibawan guru, kemudian guru menyampaikan materi pembelajaran yang akan diajarkan yaitu pengurangan pecahan dari bilangan asli dan bilangan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama. Guru melibatkan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran.
Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang pengurangan pecahan dari bilangan asli dan bilangan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama dan memberikan contoh di papan tulis. Melalui metode tanya jawab guru menunjuk beberapa siswa untuk maju ke depan meneyelesaikan soal yang ditulis guru di depan papan tulis. Kegiatan ini dapat penulis gambaran sebagai berikut:
66
Beberapa hasil pengarangan Salah satu siswa maju ke depan dan menyelasaikan dengan benar. Kemudian guru bertanya lagi, berapa hasil pengurangan dari Siswa maju ke depan menyelesaikan soal itu, dan ternyata siswa tersebut belum dapat menyelesaikannya, kemudian guru membantu siswa dalam menyelasaikan soal dengan bertanya jawab dengan siswa yang lain. Untuk mengukur keaktifan siswa dan kemampuan siswa terhadap materi ini guru kemudian menjelaskan permainan yang akan dilakukan pada pertemuan hari ini yaitu permainan Make A Match. Karena permainan Make A Match belum pernah dilakukan sebelumnya di kelas ini maka guru harus menjelaskan secara rinci tentang prosedur permaianan Make A Match. Guru kemudian membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada siswa. Setiap siswa mendapat satu kartu (bisa kartu jawaban, bisa kartu soal). Setelah semua siswa mendapat kartu soal atau kartu jawaban guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang oleh masing-masing siswa. Kemudian siswa mencari pasangan kartu yang cocok dari soal atau jawaban yang ia peroleh. Saat proses pembelajaran berlangsung, guru memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan. Siswa yang dapat mencocokkan kartu jawaban atau soal sebelum batas waktu yang ditentukan (10 menit) mendapat point atau penghargaan dari guru. Kegiatan ini dapat diulang kembali, dengan mengocok kartu jawaban atau kartu soal dengan maksud agar siswa dapat kartu soal atau kartu jawaban yang berbeda. Guru mengoreksi kembali apakah pasangan yang siswa dapat sudah benar atau belum dengan menggunakan metode tanya jawab. Namun ketika siswa mencoba mencari pasangan atau soal suasana kelas menjadi ramai tak terkendali. Baru setelah guru mengarahkan siswa untuk tenang
67
suasana menjadi tenang. Aktifitas siswa dapat diamati oleh peneliti dan observer melalui lembar observasi.
Setelah kegiatan ini berlangsung beberapa kali guru kemudian memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang belum dipahami siswa. Kemudian guru membantu siswa membuat kesimpulan tentang materi pertemuan hari ini. Guru membagikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan. Siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal dapat bertanya kepada guru yang sedang mengajar atau kepada teman yang lebih paham atau jelas. Di akhir kegiatan inti ini guru kemudian mengoreksi soal dengan cara meminta siswa yang dapat mengerjakan soal untuk maju ke depan dan mengerjakannya di papan tulis.
c) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir ini guru meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan mengulangi kesimpulan yang sudah dibuat. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dan pemantapan dengan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Kemudian mengadakan kegiatan tindak lanjut yaitu meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari selanjutnya. Kemudian guru memberikan PR untuk siswa.
PERTEMUAN KE_2
a. Kegitan Awal
Kegiatan awal pada pelaksanaan pertemuan ke 2 pa das iklus I, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi siswa, mengatur tempat duduk siswa, dan mengingatkan cara duduk yang baik saat membaca dan menulis, apersepsi dan motivasi. Kemudian, guru bertanya kepada siswa “Ada PR tidak? Siapa yang tidak mengerjakan PR?”. Kemudian
68
guru bersama siswa mengoreksi PR. Kemudian kegiatan apersebsi mengingat kembali tentang pengurangan pecahan pada pertemuan sebelumnya serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
b. Kegiatan Inti
Pada kegitan inti pertemuan kedua ini, guru menunjukkan katu-karu yang dibawanya kemudin guru bertanya kepada siswa “kalian sudah tahu kartu yang ibu bawa kartu apa bukan?”, kemudian siswa menjawab. Setelah guru lakukan tanya jawab seputar kartu-kartu yang dibawan guru, kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan pada pertemuan pada hari ini. Guru melibatkan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran.
Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang pengurangan tiga pecahan berturut-turut dan memberikan contoh di papan tulis. Melalui metode tanya jawab guru menunjuk beberapa siswa untuk maju ke depan meneyelesaikan soal yang ditulis guru di depan papan tulis. Kegiatan ini dapat penulis gambaran sebagai berikut: Beberapa hasil pengarangan Salah satu siswa maju ke depan dan menyelasaikan dengan benar. Kemudian guru bertanya lagi, berapa hasil pengurangan dari Siswa maju ke depan menyelesaikan soal itu, dan ternyata siswa tersebut belum dapat menyelesaikannya, kemudian guru membantu siswa dalam menyelasaikan soal dengan bertanya jawab dengan siswa yang lain. Untuk mengukur keaktifan siswa dan kemampuan siswa terhadap materi ini guru kemudian guru menjelaskan permainan yang akan dilakukan pada pertemuan hari ini yaitu permainan Make A Match. Karena permainan Make A Match belum pernah dilakukan sebelumnya dikelas ini maka guru harus menjelaskan secara rinci tentang prosedur permaianan Make
69
A Match. Guru kemudian membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada siswa. Setiap siswa mendapat satu kartu (bisa kartu jawaban, bisa kartu soal). Setelah semua siswa mendapat kartu soal atau kartu jawaban guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang oleh masing-masing siswa. Kemudian siswa mencari pasangan kartu yang cocok dari soal atau jawaban yang ia peroleh. Saat proses pembelajaran berlangsung, guru memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan. Siswa yang dapat mencocokkan kartu jawaban atau soal sebelum batas waktu yang ditentukan (10 menit) mendapat point atau penghargaan dari guru. Kegiatan ini dapat diulang kembali, dengan mengocok kartu jawaban atau kartu soal dengan maksud agar siswa dapat kartu soal atau kartu jawaban yang berbeda. Guru mengoreksi kembali apakah pasangan yang siswa dapat sudah benar atau belum dengan menggunakan metode tanya jawab. Namun ketika siswa mencoba mencari pasangan atau soal suasana kelas menjadi ramai tak terkendali. Baru setelah guru mengarahkan siswa untuk tenang suasana menjadi tenang. Aktifitas siswa dapat diamati oleh peneliti dan observer melalui lembar observasi.
Setelah kegiatan ini berlangsung beberapa kali guru kemudian memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang belum dipahami siswa. Kemudian guru membantu siswa membuat kesimpulan tentang materi pertemuan hari ini. Guru membagikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan. Siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal dapat bertanya kepada guru yang sedang mengajar atau kepada teman yang lebih paham atau jelas. Di akhir kegiatan inti ini guru kemudian mengoreksi soal dengan cara meminta siswa yang dapat mengerjakan soal untuk maju ke depan dan mengerjakannya di papan tulis.
70
c. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dan pemantapan dengan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Kemudian mengadakan kegiatan tindak lanjut yaitu meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari selanjutnya.
Karena pada pertemuan kedua ini adalah pertemuan terakhir pada siklus I maka guru menyebarkan try out atau tes sejauh mana siswa menyerap pembelajaran dengan metode Make A Match. Hasil dari try out ini lah yang akan di olah datanya untuk kenaikan hasil belajar siswa.
c. Tahap Observasi (Observasion)
Observer melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa yang sedang melakukan kegiatan pembelajaran perbaikan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi akan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan perbaikan terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan. Setelah kegiatan ini selesai kami melakukan diskusi balikan untuk mambahas kelemahan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung yang akan dijadikan dasar refleksi dan proses perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
Paparan Pembelajaran Make A Match Keaktifan dan Hasil Belajar
Hasil observasi atau pengamatan pembelajaran Make A Match guru telkah menggunakan metode Make A Match dan meningkatkan keaktifan pada pembelajaan siklus I yang diperoleh selama proses pembelajaran metematika sebagai berikut:
71
Tabel 4.6
Pelaksanaan Pembelajaran Make A Match
No
. Aspek Yang Diamati 1 2
1 Persiapan mengajar, memberi salam, melaksanakan presensi √ √ 2 Mengecek persiapan siswa dan mengingatkan cara duduk yang baik saat membaca dan
menulis √ √
3 Memotivasi siswa dengan menyanyikan sebuah lagu √ √
4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √ √
5 Menunjukkan kartu-kartu yang dibawanya √ √
6 Bertanya jawab seputar kartu-kartu yang dibawanya √ √ 7 Melalui tanya jawab guru menjelaskan tentang materi √ √ 8 Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran make a match √ √ 9 Menjelaskan tentang materi yang akan disampaikan √ √ 10 Dengan tanya jawab disertai contoh, guru menjelaskan materi yang disampaikan √ √ 11 Menjelaskan cara permainan make a match (mencari pasangan) √ √ 12 Membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak kepada siswa, tiap peserata didik
mendapatkan satu kartu √ √
13 Siswa memikirkan jawaban dari kartu jawaban kemudian mencari pasangan kartu yang
telah mereka dapatkan √ √
14 Guru memfasilitasi siwa dalam melakukan permainan make a match (mencari pasangan) √ √ 15 Guru memberikan poin kepada siswa yang dapat mencocokkan kartu sebelum batas
waktu - -
16 Guru mengocok kartu-kartu yang berbeda untuk permainan Make A Match untuk babak
ke dua √ √
17 Melalui tanya jawab guru bersama siswa mengoreksi jawaban dari masing-masing kartu
soal yang telah didapat oleh masing-masing siswa √ √ 18 Memberi kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang belum dipahami siswa √ √ 19 Melalui tanya jawab guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari √ √
20 Guru memberikan siswa soal evaluasi √ √
21 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan mengulangi kesimpulan yang sudah dibuat √ √
22 Guru memberikan PR kepada siswa √ √
Terlihat dari tabel 4.6 guru sudah menggunakan metode Make A Match pada siklus I, tetapi guru belum melaksanakan aspek nomor 15 yaitu guru memberikan poin kepada siswa yang dapat mencocokkan kartu sebelum batas
72
waktu. Guru belum melakukan aspek tersebut karena guru belum bisa mengendalikan kelas yang ramai sehingga guru lupa melakukan aspek tersebut.
Kondisi awal keatifan siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terlihat bahwa keaktifan siswa masih rendah. Setelah dilakun dilakukan tindakan siklus I keaktifan siswa bertambah atau naik.Hasil observasi dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7
Rekap Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus I
No. Indikator Keaktifan Jumlah Siswa
Aktif
Persentase Keaktifan
1. Semangat mengikuti pembelajaran 19 73,07 %
2. Aktif bertanya 18 69,23 %
3. Aktif menjawab 19 73,07 %
4. Kerjasama antar siswa 20 76,92 %
5. Aktif dalam melakukan permainan 18 69,23 %
6. Mengemukakan ide 19 73,07 %
7. Menyimpulkan hasil kegiatan 20 76,92 %
Rata-Rata Keaktifan 73,07 %
Persentase terendah adalah pada indikator aktif bertanya yaitu 19 siswa dengan persentase 69,23 % dari kondisi awal hanya 14 siswa (53,84 %), indikator aktif bertanya meningkat menjadi 18 siswa dengan persentase 69,23 % dari kondisi awal 14 siswa (53,84 %), indikator aktif menjawab naik menjadi 19 siswa dengan persentase 73,07 % pada kondisi awal 18 siswa (69,23 %), pada indikator kerjasama antar siswa 20 siswa dengan persentase 76,92 % pada kondisi awal 16 siswa (61,53 %), indikator aktif dalam melakukan permainan 18 siswa dengan persentase 69,23 % pada kondisi awal 14 siswa (53,84 %), indikator mengemekakan ide 19 siswa dengan persentase 73,07 % pada kondisi awal 15 siswa (57,69 %), dan indikator yang terakhir adalah menyimpulkan hasil kegiatan 20 siswa dengan persentase 76,92 % pada kondisi awal 10 siswa (38,46 %). Sedangkan persentase tertinggi adalah indikator kerjasama antar siswa dan menyimpulkan hasil kegiatan yaitu 20 siswa dengan indikator 76,92 %. Dari tabel di tas bahwa dengan menerapkan metode Make A Match diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa adalah 73,07 % pada timdakan setelah siklus I secara
73
klasikal, ini berarti telah terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa dari rata-rata keaktifan kondisi awal 55,49 %. Hasil rekap pengamatan observasi keaktifan kondisi awal dengan siklus I dapat dibandingkan sebagai tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Perbandingan Pengamatan Keaktifan Siswa Kondisi Awal dan Siklus I
No Indikator
Kondisi Awal Siklus I
Frekue nsi Persentase Frekue nsi Persenta se 1. Semangar mengikuti pembelajaran 14 53,84 % 19 73,07 % 2. Aktif bertanya 14 53,84 % 18 69,23 % 3. Aktif menjawab 18 69,23 % 19 73,07 %
4. Kerjasama antar siswa 16 61,53 % 20 76,92 % 5. Aktif dalam melakukan
permainan 14 53,84 % 18 69,23 % 6. Mengemukakan ide 15 57,69 % 19 73,07 % 7. Menyimpulkan hasil kegiatan 10 38,46 % 20 76,92 % Rata-Rata Keaktifan 55,49 % 73,07 %
Hasil observasi atau pengamatan hasil belajar pada siklus I yang diperoleh selama proses pembelajaran metematika kelas V SD negeri 05 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Setelah Siklus I
No. Nilai Setelah Siklus I Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1. < 50 1 3,8 Belum tuntas 2. ≥ 50-54 2 7,7 Belum tuntas 3. 55-59 - 0 Belum Tuntas 4. 60-64 7 26,9 Belum Tuntas 5. 65-69 - 0 Tuntas 6. 70-74 10 38,5 Tuntas 7. 75-79 - 0 Tuntas 8. 80-84 4 15,4 Tuntas 9. 85-89 - 0 Tuntas 10. 90-94 2 7,7 Tuntas 11. 95-100 - 0 Tuntas Jumlah 26 100 Rata-rata 66,2 Nilai tertinggi 90 Nilai terendah 53
74
Berdasarkan tabel 4.9 terlihat jelas perbandingan siswa setelah kondisi awal dan setelah siklus I yang mencapai ketuntasan belajar (KKM=65) adalah sebanyak 16 siswa atau 61,5% dari kondisi awal hanya 11 siswa atau 42,3%, sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 10 siswa atau 38,5% dari kondisi awal 15 siswa atau 57,7%, yang dapat diuraikan, hanya ada 1 siswa yang mendapat nilai <50, ≥50-54 sebanyak 2 siswa atau 7,7%, tidak ada siswa yang mendapat nilai 55-59, siswa yang mendapat 60-64 sebanyak 7 siswa atau 26,9%, siswa yang mendapat nilai 65-69 tidak ada, yang mendapat nilai 70-74 sebanyak 10 siswa atau 38,5%, tidak ada siswa yang mendapat nilai 75-79, kemudian nilai 80-84 ada 4 siswa atau 15,4%, dan tidak ada siswa yang mendapat nilai 85-89, nilai 90-94 hanya 2 siswa saja atau 7,7%, dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai 95-100. Dengan nilai rata-rata 66,2 sedangkan nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terendah adalah 50, sedangkan standar deviasinya adalah 10.53. Untuk lebih jelasnya data nilai rekapitulasi ketuntasan hasil belajar pada tabel 4.10 dapat dilihat pada diagram seperti pada gambar 4.2 di bawah ini:
Gambar 4.2
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Setelah Pelaksanaan Siklus I
75
Tabel 4.10
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Setelah Pelaksanaan Siklus I
Dari data tabel 4.10 di atas menunjukkan adanya peningktan hasil belajar siswa. Pada studi awal siswa yang tuntas hasil belajar hanya 11 siswa (42,3%). Yang belum tuntas belajar mencapai 15 siswa (57,7%) dari 26 siswa, dengan nilai rata-rata 57,5. Sedangkan pada siklus I peningkatan hasil belajar meningkat mencapai 16 siswa (61,5%) dari 26 siswa, nilai rata-rata dari studi awal 57,5 naik menjadi 66,2. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, meskipun peningkatan hasil belajar siswa belum sesuai dengan kriteria yang diinginkan yaitu 70% dari 26 siswa.
Persentase letuntasan hasil belajar siswa SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 10 siswa atau 38,5% dari kondisi awal 15 siswa 57,7%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 16 siswa atau 61,5% dari kondisi awal 11 siswa atau 42,3%. Setelah tindakan siklus I nampak terjadi sedikit kenaikan hasil belajar siswa.
Berdasarkan pengamatan setelah diadakanya penelitian tindakan suklus I, terjadi kenaikan hasil belajar siswa, hal tersebut terjadi karena siswa merasa senang dalam proses pembelajaran. Dan siswa tidak mudah bosen saat mengikuti kegiatan pembelajar di kelas, karena medel pembelajaran yang digunakan oleh guru menyenangkan, jadi siswa dapat bermain sambil belajar, sehingga
No. Nilai Setelah Siklus I Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1. < 65 10 38,5 % Belum Tuntas 2. ≥ 65 16 61,5 % Tuntas Jumlah 26 100 % Rata-rata 66,2 Nilai tertinggi 90 Nilai terendah 50
76
pembelajaran lebih menarik yang berakibat hasil belajar siswa mengalami kenaikan dan keaktifan siswa pun nampak dalam mengikuti proses pembelajaran.
Dari perbandingan antara kondisi awal dengan setelah dilakukan tindakan siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.11
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal dan Setelah Siklus I
No. Nilai
Kondisi Awal Siklus I
Jumlah Siswa Persentase (%) Jumlah Siswa Persentase (%) 1 Tuntas 11 42,3% 16 61,5 % 2 Belum Tuntas 15 57,7% 10 38,5 % Jumlah 26 100% 26 100%
Dari tabel 4.11 terlihat peningkatan hasil belajar pada siklus I, meskipun belum sesuai dengan yang diharapkan ketuntasan belajar 70 % tetapi dapat dilihat perbandingan peningkatan hasil belajar dari kondisi awal dengan setelah dilakukan siklus I pada gambar 4.3 di bawah ini:
Gambar 4.3
Perbandingan Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal dengan Setelah Tindakan Siklus I
77
Tabel 4.12
Perbandingan Pesentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal Dengan Siklus I
No. Pembelajaran Siswa Tuntas Siswa Belum Tuntas Standar Deviasi
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1. Kondisi Awal 11 38,5 % 15 57,7 % 12.69
2. Siklus I 16 61,5 % 10 38,5 % 10.53
Berdasarkan tabel 4.12 di atas terlihat jelas peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan. Dari studi awal ke siklus I peningkatan yang terjadi mencapai 19,2%.
d. Tahap Refleksi (Rerflection)
Pembelajaran matematika kelas V dengan kompetensi dasar menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan pada siklus I ini belum berhasil sesuai kriteria yang ditentukan karena ketuntasan belajar baru 61,5%, ini berarti baru 16 siswa dari 26 siswa tuntas belajar atau mendapat nilai 65 ke atas. Sedangkan keaktifan siswa pada kondisi awal rata-rata keaktifannya adalah 73,07 %.
Hasil diskusi guru dengan observer dapat mengungkapakan faktor penyebab kekurang keberhasilan dalam pembelajaran yaitu: a) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali saat pada saat
siswa mencari pasangan jawaban atau soal masing-masing.
b) Guru belum memberi reward/penguatan pada siswa yang menjawab benar.
c) Guru tidak memandu siswa dalam mencari pasangan jawaban, sehingga waktu yang dibutuhkan cukup lama.
Berdasarkan data yang terkumpul dan data hasil diskusi peneliti melakukan penelaahan dan mencoba menyimpulkan hasil tindakan yang telah dilakukan. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa sudah meningkat, meskipun belum sesuai dengan kriteria
78
keberhasilan yang ditentukan karena ketuntasan belajar baru 61,5%, ini berarti baru 16 siswa dari 26 siswa yang tuntas belajar atau mendapat nilai 65 ke atas. Sedangkan siswa yang aktif terhadap pembelajaran baru mencapai 15 siswa (57,7%) dan siswa yang kurang aktif ada 11 siswa (42,3%).
Berdasarkan hasil evaluasi observasi, peneliti memutuskan untuk mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut:
1) Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru memikirkan cara mengatasi kegaduhan yang nanti akan timbul
2) Memandu siswa dalam mencari pasangan jawaban sehingga waktu tidak terbuang sia-sia.
3) Memberikan reword kepada siswa yang menjawab benar baik secara individu maupun kelompok. Reword/penguatan kepada siswa berupa poin-poin.
4.5.5 Siklus II
a. Tahap Pelaksaan (Planning)
Bersama-sama dengan supervisor dan observer guru merevisi RPP dan menyiapkan kembali scenario tindakan yang akan dilaksanakan pada perbaikan pembelajaran siklus II. Berdasarkan hasil diskusi dengan observer dan refleksi siklus I maka guru melakukan upaya perbaikan pembelajaran, memandu siswa dalam mencari pasangan jawaban dan memberikan reword/penguatan kepada siswa yang menjawab benar. Selain itu guru juga menyiapkan kembali lembar kerja siswa, lembar evaluasi, dan menyiapakan alat peraga. Tidak lupa observer bersama guru juga menyepakati fokus observer dan kriteria yang akan digunakan.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
Setelah guru menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran, guru bersama observer sepakat untuk melaksanakan
79
kegiatan perbaikan pembelajaran yang terdiri dari tiga kegiatan pembelajaran yaitu:
PERTEMUAN KE_1
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal pada siklus II ini yang dilakukan oleh guru meliputi beberapa kegiatan yaitu pembukaan pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen, mengatur tempat duduk siswa, mengecek persiapan siswa dan mengingatkan cara duduk yang baik saat membaca dan menulis, apersepsi dan motivasi. Kegiatan apersepsi yang dilakukan adalah mengingat kembali tentang pengurangan pecahan serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
b) Kegiatan Inti
Pada kegitan inti, guru menunjukkan katu-karu yang dibawanya kemudin guru bertanya kepada siswa “kalian pastu sudah tau fungsi kartu-kartu yang ibu bawa sekarang. Pada 2 pertemuan sebelumnya kita sudak bermain Make A Match,pada pertemuan kali ini kita akan mengulangu permainantersebet?”, kemudian siswa menjawab. Setelah guru lakukan tanya jawab seputar kartu-kartu yang dibawan guru, kemudian guru menyampaikan materi pembelajaran yang akan diajarkan yaitu pengurangan pecahan dari bilangan asli dan bilangan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama. Guru melibatkan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran.
Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan dan memberikan contoh di papan tulis. Melalui metode tanya jawab guru menunjuk beberapa siswa untuk maju ke depan meneyelesaikan soal yang ditulis guru di depan papan tulis. Kegiatan ini dapat penulis gambaran sebagai berikut: Beberapa hasil pengarangan Salah satu siswa maju
80
ke depan dan menyelasaikan dengan benar. Kemudian guru bertanya lagi, berapa hasil pengurangan dari Siswa maju ke depan menyelesaikan soal itu, dan ternyata siswa tersebut dapat menyelesaikannya. Untuk mengukur keaktifan siswa dan kemampuan siswa terhadap materi ini guru kemudian menjelaskan permainan yang akan dilakukan pada pertemuan hari ini yaitu permainan Make A Match. Karena permainan Make A Match belum pernah dilakukan sebelumnya di kelas ini maka guru harus menjelaskan secara rinci tentang prosedur permaianan Make A Match. Guru kemudian membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada siswa. Setiap siswa mendapat satu kartu (bisa kartu jawaban, bisa kartu soal). Setelah semua siswa mendapat kartu soal atau kartu jawaban guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang oleh masing-masing siswa. Kemudian siswa mencari pasangan kartu yang cocok dari soal atau jawaban yang ia peroleh. Saat proses pembelajaran berlangsung, guru memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan. Siswa yang dapat mencocokkan kartu jawaban atau soal sebelum batas waktu yang ditentukan (10 menit) mendapat point atau penghargaan dari guru. Kegiatan ini dapat diulang kembali, dengan mengocok kartu jawaban atau kartu soal dengan maksud agar siswa dapat kartu soal atau kartu jawaban yang berbeda. Guru mengoreksi kembali apakah pasangan yang siswa dapat sudah benar atau belum dengan menggunakan metode tanya jawab. Namun ketika siswa mencoba mencari pasangan atau soal suasana kelas menjadi ramai tak terkendali. Baru setelah guru mengarahkan siswa untuk tenang suasana menjadi tenang. Aktifitas siswa dapat diamati oleh peneliti dan observer melalui lembar observasi.
81
Setelah kegiatan ini berlangsung beberapa kali guru kemudian memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang belum dipahami siswa. Kemudian guru membantu siswa membuat kesimpulan tentang materi pertemuan hari ini. Guru membagikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan. Siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal dapat bertanya kepada guru yang sedang mengajar atau kepada teman yang lebih paham atau jelas. Di akhir kegiatan inti ini guru kemudian mengoreksi soal dengan cara meminta siswa yang dapat mengerjakan soal untuk maju ke depan dan mengerjakannya di papan tulis.
c) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir ini guru meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan mengulangi kesimpulan yang sudah dibuat. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dan pemantapan dengan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Kemudian mengadakan kegiatan tindak lanjut yaitu meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari selanjutnya. Kemudian guru memberikan PR untuk siswa.
PERTEMUAN KE _2
a. Kegitan Awal
Kegiatan awal pada pelaksanaan pertemuan kedua pada siklus II, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi siswa, mengatur tempat duduk siswa, dan mengingatkan cara duduk yang baik saat membaca dan menulis, apersepsi dan motivasi. Kemudian, guru bertanya kepada siswa “Ada PR tidak? Siapa yang tidak mengerjakan PR?”. Kemudian guru bersama siswa mengoreksi PR. Kemudian kegiatan apersebsi mengingat kembali tentang pengurangan pecahan pada pertemuan
82
sebelumnya serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
b. Kegiatan Inti
Pada kegitan inti pertemuan kedua ini, guru menunjukkan katu-karu yang dibawanya kemudin guru bertanya kepada siswa “kalian sudah tahu kartu yang ibu bawa kartu apa bukan, pada pertemuan sebelum-sebelunya kita sudah melakukan permainan Make A Match, pada pertemuan kali ini kita juga akan melakukan permainan yang sama?”, kemudian siswa menjawab. Setelah guru lakukan tanya jawab seputar kartu-kartu yang dibawan guru, kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan pada pertemuan pada hari ini. Guru melibatkan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran.
Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang pengurangan tiga pecahan berturut-turut dan memberikan contoh di papan tulis. Melalui metode tanya jawab guru menunjuk beberapa siswa untuk maju ke depan meneyelesaikan soal yang ditulis guru di depan papan tulis. Kegiatan ini dapat penulis gambaran sebagai berikut: Beberapa hasil pengarangan Salah satu siswa maju ke depan dan menyelasaikan dengan benar. Kemudian guru bertanya lagi, berapa hasil pengurangan dari Siswa maju ke depan menyelesaikan soal itu, dan ternyata siswa tersebut belum dapat menyelesaikannya, kemudian guru membantu siswa dalam menyelasaikan soal dengan bertanya jawab dengan siswa yang lain. Untuk mengukur keaktifan siswa dan kemampuan siswa terhadap materi ini guru kemudian guru menjelaskan permainan yang akan dilakukan pada pertemuan hari ini yaitu permainan Make A Match. Karena permainan Make A Match sudah pernah dilakukan dipertemuan sebelum-sebelumnya d
83
ikelas ini maka guru hanya mengulang penjelasan secara singkat tentang prosedur permaianan Make A Match. Guru kemudian membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada siswa. Setiap siswa mendapat satu kartu (bisa kartu jawaban, bisa kartu soal). Setelah semua siswa mendapat kartu soal atau kartu jawaban guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang oleh masing-masing siswa. Kemudian siswa mencari pasangan kartu yang cocok dari soal atau jawaban yang ia peroleh. Saat proses pembelajaran berlangsung, guru memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan. Siswa yang dapat mencocokkan kartu jawaban atau soal sebelum batas waktu yang ditentukan (10 menit) mendapat point atau penghargaan dari guru. Kegiatan ini dapat diulang kembali, dengan mengocok kartu jawaban atau kartu soal dengan maksud agar siswa dapat kartu soal atau kartu jawaban yang berbeda. Guru mengoreksi kembali apakah pasangan yang siswa dapat sudah benar atau belum dengan menggunakan metode tanya jawab. Namun ketika siswa mencoba mencari pasangan atau soal suasana kelas menjadi ramai tak terkendali. Baru setelah guru mengarahkan siswa untuk tenang suasana menjadi tenang. Aktifitas siswa dapat diamati oleh peneliti dan observer melalui lembar observasi.
Setelah kegiatan ini berlangsung beberapa kali guru kemudian memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang belum dipahami siswa. Kemudian guru membantu siswa membuat kesimpulan tentang materi pertemuan hari ini. Guru membagikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan. Siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal dapat bertanya kepada guru yang sedang mengajar atau kepada teman yang lebih paham atau jelas. Di akhir kegiatan inti ini guru kemudian mengoreksi soal dengan cara meminta siswa yang dapat
84
mengerjakan soal untuk maju ke depan dan mengerjakannya di papan tulis.
c. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dan pemantapan dengan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Kemudian mengadakan kegiatan tindak lanjut yaitu meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari selanjutnya.
Karena pada pertemuan kedua ini adalah pertemuan terakhir pada siklus II sekaligus pertemuan terakhir untuk penelitian ini, maka guru menyebarkan try out atau te. Untuk mengetahui sejauh mana siswa menyerap pembelajaran dengan metode Make A Match. Hasil dari try out siklus II inilah yang akan di olah datanya untuk kenaikan hasil belajar siswa pada siklus II. Sekaligus penentu sukses atau tidaknya penelitian ini.
c. Tahap Observasi (Observasion)
Observer malakukan pengamatan tehadap guru dan siswa yang sedang melaksanakan kegitan pembelajaran perbaikan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi akan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan penelitian terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan. Penarapan Keaktifan dan Hasil Belajar
Paparan keaktifan dan hasil belajar siklus II
Hasil observasi atau pengamatan keaktifan pada siklus II yang diperoleh selama proses pembelajaran metematika kelas V SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dipaparkan oleh penulis, data yang didapatkan dapat dilihat sebagai berikut:
85
Tabel 4.13
Pelaksanaan metode Make A Match
No. Aspek Yang Diamati 1 2
1 Persiapan mengajar, memberi salam, melaksanakan presensi √ √
2 Mengecek persiapan siswa dan mengingatkan cara duduk yang baik
saat membaca dan menulis √ √
3 Memotivasi siswa dengan menyanyikan sebuah lagu √ √
4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √ √
5 Menunjukkan kartu-kartu yang dibawanya √ √
6 Bertanya jawab seputar kartu-kartu yang dibawanya √ √
7 Melalui tanya jawab guru menjelaskan tentang materi √ √
8 Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran
make a match √ √
9 Menjelaskan tentang materi yang akan disampaikan √ √
10 Dengan tanya jawab disertai contoh, guru menjelaskan materi yang
disampaikan √ √
11 Menjelaskan cara permainan make a match (mencari pasangan) √ √
12 Membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak kepada siswa,
tiap peserata didik mendapatkan satu kartu √ √
13 Siswa memikirkan jawaban dari kartu jawaban kemudian mencari
pasangan kartu yang telah mereka dapatkan √ √
14 Guru memfasilitasi siwa dalam melakukan permainan make a match
(mencari pasangan) √ √
15 Guru memberikan poin kepada siswa yang dapat mencocokkan kartu
sebelum batas waktu √ √
16 Guru mengocok kartu-kartu yang berbeda untuk permainan Make A
Match untuk babak ke dua √ √
17 Melalui tanya jawab guru bersama siswa mengoreksi jawaban dari masing-masing kartu soal yang telah didapat oleh masing-masing siswa
√ √
18 Memberi kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang
belum dipahami siswa √ √
19 Melalui tanya jawab guru bersama siswa menyimpulkan materi yang
telah dipelajari √ √
20 Guru memberikan siswa soal evaluasi √ √
21 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan mengulangi kesimpulan yang sudah dibuat
√ √
22 Guru memberikan PR kepada siswa √ √
Dari observasi di siklus II dapat dilihat bahwa guru sudah melaksanakan metode Make A Match dengan baik karena semua aspek telak silaksanakan.
86
Persentase terendah adalah pada indikator aktif bertanya yaitu 21 siswa dengan persentase 80,77 % dari siklus I hanya 19 siswa (73,07 %), indikator aktif bertanya meningkat menjadi 22 siswa dengan persentase 84,62 % dari suklus I 18 siswa dengan persentase 69,23 %, indikator aktif menjawab naik menjadi 23 siswa dari siklus I 19 siswa dengan persentase 73,07 % pada, pada indikator kerjasama antar siswa naik menjadi 23 siswa dengan persentase 88,46 % pada siklus I 20 siswa dengan persentase 69,23 %, indikator aktif dalam melakukan permainan naik menjadi 23 siswa dari siklus I 18 siswa dengan persentase 69,23 %, indikator mengemekakan ide 22 siswa dengan persentase 84,62 % pada siklus I 19 siswa dengan persentase 73,07 %, dan indikator yang terakhir adalah menyimpulkan hasil kegiatan ada 23 siswa dengan persentase 88,46 % pada siklus I 20 siswa dengan persentase 76,92 %. Berikut peneliti sajikan rekap pengamatan
keaktifan pada tabel 4.14 di bawh ini:
Tabel 4.14
Rekap Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus II
No. Indikator Keaktifan Jumlah Siswa
Aktif
Persentase Keaktifan
1. Semangar mengikuti pembelajaran 21 80,77%
2. Aktif bertanya 22 84,62%
3. Aktif menjawab 23 88,46%
4. Kerjasama antar siswa 23 88,46%
5. Aktif dalam melakukan permainan 23 88,46%
6. Mengemukakan ide 22 84,62%
7. Menyimpulkan hasil kegiatan 23 88,46%
Rata-Rata Keaktifan 86,26 %
Dari data tabel 4.14 dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode Make A Match diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa adalah 86,26 % pada timdakan setelah siklus I secara klasikal, ini berarti telah terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa dari rata-rata keaktifan kondisi awal 55,49 % siklus I 73,07 %. Hal ini membuktikan bahwa metode Make A Match dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Telah terjadi peningkatan di atas kriteria minimal yaitu 70%. Hasil
87
rekap pengamatan observasi keaktifan kondisi awal dengan siklus I dapat dibandingkan sebagai berikut:
Tabel 4.15
Perbandingan Pemgamatan Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II
No Indikator Siklus I Siklus II
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1. Semangar mengikuti pembelajaran 19 73,07 % 21 80,77%
2. Aktif bertanya 18 69,23 % 22 84,62%
3. Aktif menjawab 19 73,07 % 23 88,46%
4. Kerjasama antar siswa 20 76,92 % 23 88,46%
5. Aktif dalam melakukan permainan 18 69,23 % 23 88,46%
6. Mengemukakan ide 19 73,07 % 22 84,62%
7. Menyimpulkan hasil kegiatan 20 76,92 % 23 88,46%
Rata-Rata Keaktifan 73,07 % 86,26 %
Hasil observasi atau pengamatan hasil belajar yang diperoleh selama proses pembelajaran menggunakan metode Make A Match pada mata pelajaran metematika adalah sebagai berikut:
Tabel 4.16
Rekapitulasi Hasil Belajar Setelah Pelaksanaan Siklus II
No. Nilai Setelah Siklus II Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1. < 50 1 3,8 Belum tuntas 2. ≥ 50-54 - 0 Belum tuntas 3. 55-59 - 0 Belum Tuntas 4. 60-64 2 7,7 Belum Tuntas 5. 65-69 - 0 Tuntas 6. 70-74 6 23,1 Tuntas 7. 75-79 0 0 Tuntas 8. 80-84 7 26,9 Tuntas 9. 85-89 - 0 Tuntas 10. 90-94 6 23,1 Tuntas
88
Berdasarkan tabel 4.16 terlihat jelas perbandingan siswa setelah siklus II yang mencapai ketuntasan belajar (KKM=65) adalah sebanyak 23 siswa atau 88,5% dari kondisi siklus I hanya 16 siswa atau 61,5%, sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar pada siklus I sebanyak 10 siswa atau 38,5% meningkat menjadi 3siswa atau 11,5%, yang dapat diuraikan jumlah siswa yang mendapat nilai <50 sebanyak 1 siswa atau 3,8%, ≥50-54 sebanyak tidak ada, untuk nilai 55-59 ada tidak ada, 60-64 sebanyak 2 siswa atau 7,7%, nilai 65-69 tidak ada, nilai 70-74 sebanyak 6 siswa atau 23,1%, 75-79 tidak ada, kemudian nilai 80-84 ada 7 siswa atau 26,9%, dan tidak ada siswa yang mendapat nilai 85-89, sedangkan yang mendapat nilai 90-94 hanya 6 siswa saja atau 23,1%, dan 4 siswa yang mendapatkan nilai 95-100. Dengan nilai rata-rata 78,5 sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 60. Sedangkan Standar deviasinya adalah 12.14.
Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.16 dapat dilihat diagram seperti pada gambar 4.4 di bawah ini:
11. 95-100 4 15,4 Tuntas Jumlah 26 100 Rata-rata 78,5 Nilai tertinggi 100 Nilai terendah 60 Standar Deviasi 12.14
89
Gambar 4.4
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Setelah Pelaksanaan Siklus II
Tabel 4.17
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Setelah Pelaksanaan Siklus II
Hasil Ketuntasan belajar siswa SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 10 siswa atau 38,5% pada siklus I kemudian terjadi kenaikan setelah dilakukan siklus II menjadi 3 siswa 11,5%, sedangkan yang
No. Nilai Setelah Siklus II Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1. < 65 3 11,5 % Belum Tuntas 2. ≥ 65 23 88,5 % Tuntas Jumlah 26 100 % Rata-rata 78,5 Nilai tertinggi 100 Nilai terendah 60
90
mencapai ketuntasan minimal sebanyak 16 siswa atau 61,5% pada siklus I kemudian meningkat menjadi 23 siswa atau 88,5% pada siklus II.
Setelah tindakan siklus II nampak selaki terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Ini membuktikan bahwa penelitian yang telah dilakukan telah berhasil karena telah melebihi batas ketuntasan yaitu 70% sedangkan hasil yang didapat adalah 88,5.
Berdasarkan pengamatan setelah diadakanya penelitian tindakan suklus II, terjadi kenaikan hasil belajar siswa. Terjadinya kenaikan hasil belajar siswa tersebut karena siswa merasa senang dalam proses pembelajaran. Dan siswa tidak mudah bosen saat mengikuti kegiatan pembelajar di kelas, karena medel pembelajaran yang digunakan oleh guru menyenangkan, jadi siswa dapat bermain sambil belajar, sehingga pembelajaran lebih menarik yang berakibat hasil belajar siswa mengalami kenaikan dan keaktifan siswa pun nampak dalam mengikuti proses pembelajaran
Pada siklus I siswa yang tuntas hasil belajar sebanyak 16 siswa (61,5%), dan siswa yang belum tuntas belajar mencapai 10 siswa (38,5%) dari 26 siswa dengan nilai rata-rata 66,7. Sedangkan pada siklus II peningkatan hasil belajar meningkat mencapai 23 siswa (88,5 %) dari 26 siswa, dengann nilai rata-rata 78,5. Nilai rata-ratapun meningkat menjadi 78,5. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, bahkan telah melampaui batas kriteria yang telah ditentukan.
Tabel 4.18
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
No. Nilai
Siklus I Siklus II
Jumlah Siswa Persentase (%) Jumlah Siswa Persentase (%)
1 Tuntas 16 61,5 % 23 88,5 %
2 Belum Tuntas 10 38,5 % 3 11,5 %
Jumlah 26 100% 26 100%
Berdasarkan tabel 4.18 di atas terlihat jelas peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan pada siklus I dan
91
mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan pada siklus II. Dari siklus I ke siklus II peningkatan yang terjadi mencapai 27%.
Berdasarkan tabel 4.18 peneliti sajikan dalam bentuk gambar 4.5 yang dapat dilihat di bawah ini:
Gambar 4.5
Perbandingan Rekapitulasi
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Dari gambar 4.5 terlihat peningkatan hasil belajar pada siklus I ke siklus II sudah mencapai yang diharapkan yaitu ketuntasan belajar 70 % bahkan melebihi target ketuntasan hingga mencapai 88,5%.
Tabel 4.19
Perbandingan Persentase
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II
No. Pembelajaran Siswa Tuntas Siswa Belum Tuntas
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1. Siklus I 16 61,5 % 10 38,5 %
2. Siklus II 23 88,5 % 3 11,5 %
Berdasarkan tabel 4.19 di atas terlihat jelas peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan pada siklus I dan
92
mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan pada siklus II. Dari siklus I ke siklus II peningkatan yang terjadi mencapai 27 %.
Dari kasil penelitian yang telah dilakukan terdapat kenaikan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan metode Make A Match dalam pelajaran matematika. Berikut penulis sajikan perbandingan kenaikan keaktifan dan hasil belajar siswa sebagai berikut:
Tabel 4.20
Perbandingan Rekap Pemgamatan Keaktifan Siswa Kondisi Awal, Siklus II, dan Siklus II
No Indikator
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Fre- kuensi Presen- tase Fre- kuensi Persen- tase Fre- kuensi Persen- tase 1. Semangar mengikuti pembelajaran 14 53,84 % 19 73,07% 21 80,77% 2. Aktif bertanya 14 53,84 % 18 69,23% 22 84,62% 3. Aktif menjawab 18 69,23 % 19 73,07% 23 88,46%
4. Kerjasama antar siswa 16 61,53 % 20 76,92% 23 88,46%
5. Aktif dalam melakukan permainan 14 53,84 % 18 69,23% 23 88,46% 6. Mengemukakan ide 15 57,69 % 19 73,07% 22 84,62% 7. Menyimpulkan hasil kegiatan 10 38,46 % 20 76,92% 23 88,46% Rata-Rata Keaktifan 55,49 % 73,07 % 86,26 % Tabel 4.21
Perbandingan Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
No. Nilai
Tuntas Belum Tuntas
Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase 1 Kondisi Awal 11 42,3% 15 57,7% 2 Siklus I 16 61,5 % 10 38,5 % 3 Siklus II 23 88,5 % 3 11,5 %
Berdasarkan tabel 4.21 di atas terlihat jelas peningkatan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pada pecahan pada siklus I dan mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan pada siklus II. Dari kondisi awal ke siklus I, dan ke siklus II peningkatan ketuntasan hasil belajar sudah melebihi target 70 %, sedangkan tingkat keberhasilan mencapai 88,5 % ini berarti penelitian yang
93
dilakukan dengan metode make-A Match telah berhasil. Berikut ini peneliti sajikan gambar 4.6 peningkatan ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal, siklus I dan siklus II sebagai berikut:
Gambar 4.6
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar dari Kondisi Awal, Siklus Idan Siklus II
Dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. siswa yang tuntas 16 anak (61,5%), pada siklis II siswa yang tuntas meningkat menjadi 23 anak (88,5%). Peningkatan yang terjadi mencapai 7 siswa (26,9%).
d. Tahap Refleksi (Reflection)
Setelah dilakukan kegiatan perbaikan pembelajaran pada kompetensi dasar menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan pada siklus I dan pada siklus II kompetensi dasar Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan, peneliti bersama observer melakukan refleksi, Ternyata hasil perbaikan pembelajaran berhasil sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan. Dari 26 siswa yang telah berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari kompetensi dasar ini mencapai 23 siswa atau sekitar 88,5%. Ini berarti keberhasilan yang dicapai melampaui batas minimal kriteria
94
keberhasilan yang telah ditentukan sebesar 70%. Keaktifan siswa pun juga mencapai 22 siswa (84,6%). Namun demikian masih menyisakan masalah adanya 3 siswa yang belum tuntas belajar. Dari ke 3 siswa yang belum tuntas belajar ini disebabkan karena 2 siswa mempunyai tingkat Intelgensi rendah (factor intrinsic) dan 1 siswa tidak pernah masuk saat penelitian dilaksanakan.
4.6 Pembahasan
Dari data yang sudah dipaparkan penelis, bahwa pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan keaktifan siswa pada pembalajaran matematika. Dari kondisi awal sebelum dilakukan penerapan Make A Match diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa adalah 55,49 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi awal secara klasikal ternyata siswa belum terlibat aktif damam pembelajaran. Pada siklus I rata-rata keaktifan siswa meningkat menjadi 73,07 %. Sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa adalah 86,26 %. Dari data yang telah diperoleh siswa yang belun aktif 1 diantaranya siswa tersebut tidak pernah mengikuti pembelajaran saat penelitian dilakukuan oleh guru kelas.
Sedangkan untuk hasil belajar pada studi awal siswa yang tuntas belajar sebanyak 11 siswa dari 26 siswa berarti sekitar 42,3 % dengan nilai rata-rata 57,5. Kemudian setelah dilakukan pembelajaran siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 16 siswa dari 26 siswa 61,5% dengan nilai rata-rata 66,2. Ini berarti ada kenaikkan ketuntasan belajar sebasar 19,2%.Walaupun belum sesuai ketuntasan yang diinginkan yaitu diatas 70%, akan di lakukan perbaikan pada siklus II. Sedangkan di siklus II siswa yang tuntas naik mencapai 23 siswa 88,5 %.
Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran Make- A Match dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa karena sudah melebihi kriteria yang ditentukan yaitu 70%. Dari bebrapa siswa yang belum aktif terdapat 1 siswa yang tidak pernah mengikuti pembelajaran saat proses pembelajaran belangsung.
95
Dari hasil dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa gejala yang paling umum terjadi saat pembelajaran adalah:
a) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali saat pada saat siswa mencari pasangan jawaban atau soal masing-masing
b) Guru belum memberi reward/penguatan pada siswa yang menjawab benar. c) Guru tidak memandu siswa dalam mencari pasangan jawaban, sehingga waktu
yang dibutuhkan cukup lama
d) Guru disarankan memberi perhatian khusus kepada siswa yang masih kesulitan dalam menyerap materi
Untuk mengantisipasi keadaan ini upaya yang dilakukan pada siklus II adalah guru memendu siswa dalam mencari pasangan jawaban sehingga waktu tidak terbuang sia-sia, guru member reward/penguatan kepada siswa berupa poin-poin.
Dalam penelitian yang telah dilakukan jelas bahwa terjadi adanya peningkatan baik itu berupa keaktifan siswa, dan hasil belajar siswa. Peningkatan keaktifan siswa ditunjukkan dengan siswa aktif bertanya, semangat mengikuti pelajaran, kedisiplinan siswa mengikuti pembelajaran, aktif menjawab, kerjasama siswa, aktif dalam melakukan permainan, mengemukakan ide, menyimpulkan hasil kegiatan dan kreatifitas. Peningkatan hasil belajar siswa berupa nilai dari soal instrumen. Hal ini dapat membuktikan bahwa penerapan metode pembelajaran Make-A Match sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran, terutama mata pelajaran matematika. Di dalam penerapan metode pembelajaran Make-A Match pelaksanaannya dalam bentuk permainan, sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa sekaligus berdampak pada meningkatnya hasil belajar.