• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMASARAN JAHE (Zingiber Officinale ) DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI. Oleh : ROSITA WIWIEK R. H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PEMASARAN JAHE (Zingiber Officinale ) DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI. Oleh : ROSITA WIWIEK R. H"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

ROSITA WIWIEK R.

H1307091

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

(2)

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : Rosita Wiwiek R.

H1307091

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

(3)
(4)

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-NYA kepada penulis sehingga diberi kemudahan dan kelancaran senantiasa mengiringi di setiap langkah penyusunan karya ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW, keluarga,Sahabat, dan orang-orang yang mengikuti sampai hari pembalasan.

Usaha dan upaya untuk senantiasa lakukan yang terbaik atas setiap kerja menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pemasaran Jahe (Zingiber Officinale.) Di Kabupaten Karanganyar” Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, antara lain :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS selaku dosen pembimbing utama skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis sepanjang menempuh studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Setyowati, SP. MP selaku dosen pembimbing pendamping yang senantiasa memberikan saran, bimbingan dan arahan kepada penulis.

6. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staf Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama

(5)

Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar, Dinas Kecamatan Ngargoyoso beserta staf atas bantuan dan kerjasamanya.

8. Special thanks to kedua orang tua dan adekku tercinta beserta keluarga besar yang senantiasa memberikan doa dan semangat di setiap langkah penulis. 9. Seluruh responden yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya

penyusunan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabatku yang tersayang Che Risang, Fajar P, Momon, Nana, Hesti, Bawel, Boim, Nury, Ayu’, Mey, Nina, Bima, Raden, Dian, Helda, mz Willy, Cupex, Endra beserta seluruh keluarga besar extensi 2007 Agrobisnis maupun Agronomi dan “motivator”ku nan jauh disana yang telah memberikan semangat, doa, dukungan serta perhatian kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

11. Kepada keluarga besar kost Kevin : Vira, Elva, Rahma, Dani, Nurma, Nisa, mb’ella, iyud terima kasih atas bantuan, semangat, doa dan perhatian kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengembangkan diri dan membantu penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa sesungguhnya karya ini hanya sedikit memberikan kontribusi bagi pihak pemerintah Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar maupun bagi almamater. Namun begitu besar memberikan kemanfaatan bagi penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis berharap di balik kekurangsempurnaan karya ini masih ada manfaat yang bisa diberikan baik bagi penulis sendiri, bagi pihak almamater dapat menjadi tambahan referensi, dan bagi pembaca semoga bisa dijadikan tambahan pengetahuan. Amien.

Surakarta, Juli 2011 Penulis

(6)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

RINGKASAN ... xiv SUMMARY ... xv I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Kegunaan Penelitian ... 4

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu ... 5

B. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Komoditi Jahe ... 9

2. Pemasaran ... 10

3. Saluaran dan Lembaga Pemasaran ... 12

4. Metode Analis Data ... 13

a. Biaya Pemasaran ... 13

b. Keuntungan Pemsaran... 14

c. Marjin Pemasaran ... 15

5. Efisiensi Pemasaran ... 16

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 17

D. Pembatasan Masalah ... 21

E. Hipotesis ... 21

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 21

III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ... 23

B. Metode Penentuan Sampel Responden ... 23

(7)

C. Jenis dan Sumber Data ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

1. Metode Pencatatan ... 27

2. Metode Observasi ... 27

3. Metode Wawancara ... 27

E. Metode Analisis Data ... 28

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Karanganyar ... 31

1. Keadaan Alam ... 31 a. Letak Geografis ... 31 b. Topografi ... 31 c. Iklim ... 32 d. Pemanfaatan Lahan ... 32 2. Keadaan Penduduk ... 33 a. Pertumbuhan Penduduk ... 33

b. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 34

c. Keadaan Penduduk Menurut Umur ... 35

d. Keadaan Penduduk Menurut Mata pencaharian ... 36

3. Keadaan Perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi ... 37

4. Keadaan Perkebunan ... 40

B. Keadaan Umum Kecamatan Ngargoyoso ... 41

1. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Ngargoyoso ... 41

2. Keadaan Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ... 42

3. Keadaan Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian Penduduk.... 43

4. Keadaan Pertanian ... 44

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

1. Identitas Petani responden ... 46

a. Umur Petani Responden ... 46

b. Jumlah Anggota Keluarga ... 47

c. Pendidikan Petani Responden ... 48

d. Luas Lahan Usahatani Jahe ... 49

e. Pengalaman Usahatani Jahe ... 49

f. Usahatani Jahe ... 50

2. Identitas Responden Lembaga Pemasaran ... 53

3. Lembaga dan Saluran Pemasaran ... 55

a. Lembaga Pemasaran ... 55

1) Produsen ... 56

2) Pedagang Penebas ... 57

3) Pedagang Pengumpul ... 57

(8)

B. Pembahasan ... 72 1. Efisiensi Ekonomi Pemasaran Jahe

a. Saluran dan Lembaga Pemasaran Jahe ………. 72 b. Biaya, Keuntungan, dan Margin pemasaran Jahe ... 73 c. Efisiensi Pemasaran Jahe ... 74 2. Fungsi-fungsi Lembaga Pemasaran Jahe di Kecamatan Ngargoyoso

Kabupaten Karanganyar ... 74 3. Kendala-kendala yangDihadapi Petani Jahe ... 79 VI. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA

(9)

Tabel 1. Produksi Tanaman Jahe menurut Kecamatan Di Kabupaten

Karanganyar Tahun 2003-2009 ... 2 Tabel 2. Luas Panen dan Produksi Jahe Menurut Kecamatan di Kabupaten

Karanganyar Tahun 2009 ... 24 Tabel 3. Produksi Jahe Diperinci Per Desa di Kecamatan Ngargoyoso

Tahun 2009 ... 25 Tabel 4. Jumlah Petani Jahe di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten

Karanganyar ... 26 Tabel 5. Luas Lahan Menurut Pemanfaatannya di Kabupaten Karanganyar

Tahun 2009 ... 32 Tabel 6. Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar dari Tahun

2005 – 2009 ... ... 34 Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio

di Kabupaten Karanganyar Tahun 2005-2009 ... 35 Tabel 8. Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut Golongan

Umur Tahun 2009 ... 36 Tabel 9. Jumlah Penduduk di Kabupaten Karanganyar Menurut

Mata Pencaharian Utama Tahun 2005-2009 (orang) ... 37 Tabel 10. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga

Berlaku (ADHB) Kabupaten Karanganyar Tahun 2007 - 2009 .. 38 Tabel 11. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan

Usaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kabupaten

Karanganyar Tahun 2007- 2009 ………. 39 Tabel 12. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat menurut Kecamatan

Di Kabupaten Karanganyar Tahun 2003-2009 ... 40 Tabel 13. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten

(10)

Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar Tahun 2009 ... 43 Tabel 16. Luas Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kecamatan

Ngargoyoso Tahun 2009 ... 44 Tabel 17. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Kelompok

Umur di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar ... 46 Tabel 18. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Jumlah

Anggota Keluarga di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten

Karanganyar. ... 47 Tabel 19. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Pendidikan

di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. ... 48 Tabel 20. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan

di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar ... 49 Tabel 21. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan

Pengalaman Usahatani Jahe di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. ... ... 50 Tabel 22. Usahatani Jahe di Kecamatan Ngargoyoso

Kabupaten Karanganyar ... 51 Tabel 23. Tugas dan Fungsi Lembaga Pemasaran Jahe Yang Ada

di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar ... 56 Table 24. Jenis Saluran Pemasaran dan Jumlah Petani Responden

di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar ... 61 Tabel 25. Rata-Rata Biaya, Keuntungan dan Margin Pemasaran Jahe di

Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar pada Saluran

Pemasaran I ... ... 63 Tabel 26. Rata-Rata Biaya, Keuntungan dan Margin Pemasaran Jahe di

Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar pada Saluran

Pemasaran II ... ... 65 Tabel 27. Rata-Rata Biaya, Keuntungan dan Marjin Pemasaran Jahe di

Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar Pada Saluran

(11)
(12)

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian ... 20 Gambar 2. Pola Saluran Pemasaran Jahe Di Kabupaten Karanganyar ... 60

(13)

Nomor Judul Halaman

Grafik1. Produksi Tanaman Jahe Menurut Kecamatan

(14)

oleh pasar dalam negeri maupun luar negeri. Sebagai salah satu komoditas perkebunan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama sebagai bahan rempah-rempah dan obat-obatan tradisional maka jahe mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik untuk dikembangkan. Jahe merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan rakyat yang ada di Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui pola saluran pemasaran Jahe di Kabupaten Karanganyar (2) Mengetahui tugas dan fungsi lembaga pemasaran jahe di Kabupaten Karanganyar (3) Mengetahui biaya, keuntungan, dan marjin pemasaran Jahe di Kabupaten Karanganyar (4) Mengetahui tingkat efisiensi ekonomi dari masing-masing saluran pemasaran Jahe di Kabupaten Karanganyar.

Metode dasar yang digunakan adalah deskriptif analitik. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Karanganyar diambil secara sengaja (purposive), sedangkan penentuan kecamatan penelitian menggunakan metode Purposive sampling yaitu Kecamatan Ngargoyoso. Metode pengambilan sampel petani secara Proporsional random sampling sedangkan sampel pedagang secara Snowball sampling. Data yang diambil data primer dengan teknik observasi.

Hasil penelitian menunjukkan ada 3 (tiga) tipe saluran pemasaran Jahe yaitu, saluran I: Petani → Pedagang Besar → Pabrik Jamu, saluran II: Petani → Pedagang Pengumpul → Pedagang Besar → Pabrik Jamu, saluran III: Petani → Pedagang Penebas → Pedagang Pengumpul → Pedagang Luar Kota. Pada saluran I mengeluarkan total biaya pemasaran Rp 182,34 per kg, margin pemasaran Rp 500 per kg, dan keuntungan pemasaran Rp 317,66 per kg. Pada saluran II mengelurkan total biaya pemasaran Rp 748,36 per kg, margin pemasaran Rp 1000 per kg, dan keuntungan pemasaran Rp 251,64 per kg. Pada saluran III mengeluarkan total biaya pemasaran Rp 611,66 per kg, margin pemasaran Rp 1241,28 per kg dan keuntungan pemasaran Rp 602,61 per kg. Farmer’s Share dari ke tiga saluran pemasaran Jahe berbeda. Farmer’s Share saluran I sebesar 94,89%, saluran II 89,7 %, saluran III sebesar 87,3%. Saluran I adalah saluran pemasaran jahe yang paling efisien, karena memiliki margin pemasaran terendah yaitu Rp 500 per kg dan nilai Farmer’s Share 94,89%.

(15)

domestic and international market. As one of plantation commodities that are needed especially asspices and traditional medicines, ginger has a good marketing prospect to be developed. Ginger is one of the best plantation commodities in Karanganyar Regency. A good product would be useless without good and efficient marketing. The research aims (1) to identify the pattern of marketing flow of at Karanganyar regency, (2) to know the duties and functions of marketing institutions of Ginger at Karanganyar regency, (3) to analyse the cost, profit and marketing margin of ginger at Karanganyar regency, (4) to identify the marketing efficiency rate of Ginger at Karanganyar regency viewed from economical sector.

This research applied abalitic descriptive as the basic method. The research was done purposive in Karanganyar regency, while the decision of sub district applied purposive sampling technique which is Ngargoyoso sub district. The method of collecting the samples of farmers was taken random with return back system, while the Snowball sampling was done to select the trader. The primary data were taken by using observation technique.

The research results that there are 3 (three) types of marketing pattern of Ginger, which are pattern I: Farmer → grand buyer → Medicinal Plant, pattern II: Farmers → collector buyer → grand buyer outside→ Medicinal Plant, pattern III: Farmers → wholesale buyer → collector buyer → grand buyer Outer City merchants. In pattern I costs marketing fee Rp 182.34 per kg, marketing margin of Rp 500 per kg, and marketing profit of Rp 317.66 per kg. In pattern II cost marketing fee Rp 748.36 per kg, marketing margin of Rp 1000 per kg, and marketing profit of Rp 251.64 per kg. In pattern III cost marketing fee Rp 611.66 per kg, marketing margin Rp 1241.28 per kg and marketing profit of Rp 602.61 per kg. Farmer's Share from these three marketing pattern of Ginger is different. Farmer's Share for pattern I amounts 94,89%, pattern II 89,7%, pattern III 87,3%. The pattern I is the most efficient marketing pattern for Ginger since it has the lowest marketing margin which is Rp 500 per kg and Farmer's Share rate amounst 94,89%.

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jahe merupakan komoditas tanaman obat yang banyak diminati saat ini baik oleh pasar dalam negeri maupun luar negeri. Komoditas ini menempati posisi yang sangat penting dalam perekonomian masyarakat Indonesia karena peranannya dalam berbagai aspek : kegunaan, perdagangan, kehidupan, adat

kebiasaan, dan kepercayaan dalam masyarakat bangsa Indonesia (Balitro, 1997).

Sebagai salah satu komoditas perkebunan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama sebagai bahan rempah-rempah dan obat-obatan tradisional maka jahe mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik untuk dikembangkan. Indonesia pernah menguasai pangsa pasar jahe dunia dengan nilai ekspor terbesar pada tahun 1990 sampai 1993 namun sejak tahun 1994 sampai tahun 2007 posisi ini digantikan Cina. Lima negara pengekspor jahe terbesar pada tahun 2007 adalah Cina dengan nilai ekspor US$ 153.298.869, Belanda US$ 16.178.743, Thailand US$ 14.890.545, India di urutan keempat dengan nilai US$ 8.951.147, dan Brazil sebesar US$ 6.436.831. Indonesia hanya menempati posisi ke-14 pada tahun 2009 dengan nilai ekspor sebesar US$ 1.635.026. Menurunnya daya saing Indonesia disebabkan oleh produksi yang tidak stabil dan mutu yang kurang baik sehingga kualitas produk ikut menurun. Untuk memperbaiki masalah ini maka strategi pengembangan yang dapat dilakukan adalah pembentukan kemitraan antara petani dengan pengusaha dan eksportir, mengadakan bimbingan, pendampingan dan pembinaan kepada masyarakat petani jahe, melakukan teknik budidaya yang tepat, dan perlakuan pemanenan dan pascapanen yang tepat (Anonim, 2010a).

Jahe merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan rakyat yang ada di Kabupaten Karanganyar. Setiap tahunnya, produktivitas jahe di Kabupaten Karanganyar mengalami peningkatan, dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut :

(17)

Tabel 1. Produksi Tanaman Jahe menurut Kecamatan Di Kabupaten Karanganyar Tahun 2003-2009 No Tahun Produksi (kg) 1 2003 1.656.000 2 2004 2.084,25 3 2005 2.088.250 4 2006 2.088.250 5 2007 2.088.250 6 2008 3.652.830 7 2009 1.425,64

Sumber: Dinas Pertanian (Perkebunan) Kabupaten Karanganyar, 2010

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa produksi jahe dari tahun 2003 sampai 2004 mengalami penurunan yang diakibatkan oleh cuaca yang tidak menentu. Pada tahun 2005 sampai tahun 2009 produksi jahe di Kabupaten Karanganyar berfluktuasi, tahun 2005 sampai tahun 2007 produksinya cukup stabil, kemudian dari tahun 2007 samapi tahun 2008 produksinya mengalami peningkatan dan dari tahun 2008 sampai tahun 2009 produksinya mulai menurun kembali. Hal ini dikarenakan curah hujan di Kabupaten Karanganyar tidak menentu sehingga banyak petani jahe yang mengalami gagal panen. Jika digambarkan dalam bentuk grafik maka produksi tanaman jahe di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2003-2009 adalah sebagai berikut :

Grafik 1. Produksi Tanaman Jahe di Kabupaten Karanganyar

Dilihat dari aspek pemasaran, di Kabupaten Karanganyar pemasaran jahe masih terbatas di pasarkan di beberapa kota seperti Salatiga, Semarang

(18)

dan Jakarta. Untuk menjangkau pasar yang lebih luas produsen tidak mampu apabila hanya mengandalkan penjualan langsung kepada konsumen, sehingga dalam hal pemasaran jahe di Kabupaten Karanganyar melibatkan beberapa lembaga pemasaran agar dapat menyalurkan produk dengan baik. Melihat potensi pengembangan budidaya jahe yang ada di Kabupaten Karanganyar dan permintaan pasar yang terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk serta produksi yang masih bisa ditingkatkan lagi maka mendorong calon peneliti mengadakan suatu penelitian mengenai analisis pemasaran jahe (Zingiber Officinale) di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. B. Perumusan Masalah

Pemasaran merupakan hal yang penting dalam menjalankan suatu usaha pertanian karena pemasaran merupakan tindakan ekonomi yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pendapatan petani. Hasil pengamatan pra survey pada bulan Desember tahun 2010 di peroleh data bahwa harga jahe ditingkat petani dalam bentuk rimpang adalah Rp. 7.000,00/kg, dan ditingkat konsumen harga jahe dalam bentuk rimpang adalah Rp. 12.000,00/kg. Selisih harga tersebut disebabkan karena pemasaran dalam menyampaikan barang dari produsen ke konsumen akan berpengaruh terhadap harga yang dibayar oleh konsumen dan harga yang diterima tingkat produsen.

Beberapa kendala yang mempengaruhi pemasaran jahe di Kabupaten Karanganyar adalah pola saluran, biaya, margin, keuntungan dan efisiensi pemasaran. Biaya pemasaran jahe dipengaruhi berbagai faktor antara lain pengangkutan, penyimpanan, resiko dan lain-lain. Proses penyampaian barang konsumsi tersebut oleh produsen atau lembaga pemasaran bisa disalurkan melalui lebih dari satu saluran pemasaran. Masalah pemasaran ini sebenarnya bukan semata-mata terletak pada panjang pendeknya saluran pemasaran, tetapi saluran pemasaran mana yang memberikan tingkat efisiensi yang paling tinggi. Oleh karena itu dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa masalah efisiensi ekonomi pemasaran sebagai berikut :

(19)

2. Berapa besar marjin, biaya dan keuntungan pemasaran pada tingkat lembaga pemasaran dalam saluran pemasaran jahe di Kabupaten Karanganyar?

3. Bagaimana tingkat efisiensi ekonomi pemasaran jahe di Kabupaten Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pola saluran pemasaran jahe di Kabupaten Karanganyar.

2. Untuk mengetahui tugas dan fungsi lembaga pemasaran jahe di Kabupaten Karanganyar.

3. Untuk mengetahui besarya biaya, keuntungan, dan margin pemasaran dari jahe di Kabupaten Karanganyar.

4. Untuk mengetahui tingkat efisiensi ekonomi dari masing-masing saluran pemasaran jahe di Kabupaten Karanganyar.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi petani dan pelaku pemasar jahe, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pemikiran dalam peningkatan usaha dan mampu memberikan pendapatan yang lebih baik.

2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan terutama dalam pengembangan jahe di Kabupaten Karanganyar.

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan tambahan referensi terutama untuk penyusunan penelitian selanjutnya

4. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(20)

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Yuhono J. T dan Kemala S (1991) tentang Sistem Produksi dan Pemasaran Jahe di daerah Sentra Produksi dan Prospek Internasional, menyatakan bahwa terdapat lima macam saluran pemasaran yaitu :

1. Saluran I

Petani Pedagang Pengumpul Eksportir 2. Saluran II

Petani Pedagang Pengumpul I Pedagang antar daerah Eksportir

3. Saluran III

Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Antar Daerah Pedagang Besar Eksportir

4. Saluran IV

Petani Eksportir 5. Saluran V

Petani pedagang Pengumpul Pedagang antardaerah Industri Dari hasil penelitian tersebut masih sedikit yang menggunakan saluran VI, baru di daerah Jawa Barat yang menggunakan saluran ini, sedangkan sentra produksi di Sumatera belum ada eksportirnya. Dengan demikian rantai saluran pemasaran jahe didaerah sentra produksi masih panjang.

Penelitian Irwan (2003) yang berjudul Kajian Pemasaran Komoditi Jahe di Kabupaten Aceh Besar Naggroe Aceh Darussalam. Saluran pemasaran yang ditempuh petani jahe di Kabupaten Aceh Besar melalui 3 (tiga) saluran pemasaran, yaitu:

1. Petani KUD Pedagang Besar

2. Petani Pedagang Desa Pedagang Besar 3. Petani Pedagang Besar

(21)

Dari ketiga saluran tersebut, yang sangat menguntungkan petani yaitu melalui saluran satu. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga di tingkat petani secara nyata yaitu mutu dan volume penjualan sedang lembaga pemasaran dan cara pembayaran tidak berpengaruh secara nyata. Hasil analisa keterpaduan pasar menunjukkan bahwa harga di tingkat pedagang tidak ditransmisikan secara sempurna kepada harga di tingkat petani.

Berdasarkan penelitian Fatmawati (2007) yang berjudul Analisis Risiko Usahatani Jahe (Zingiber Officinale) di Kabupaten Boyolali. Metode analisis data yang digunakan antara lain adalah analisis biaya usahatani yang digunakan untuk mengetahui besarnya biaya usahatani yang dialokasikan untuk tanaman jahe menggunakan perhitungan biaya bersama dalam tumpangsari, perhitungan penerimaan, keuntungan dan resiko. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata luas lahan 2362,5 m2 atau

0,23625 ha, rata-rata alokasi biaya bersama untuk usahatani jahe adalah Rp 2.710.964,20/Ha/MT sehingga biaya yang dikeluarkan pada usahatani

jahe selama musim tanam 2004/2005 adalah sebesar Rp. 9.752.630,00 kg/Ha/MT dengan hasil panen sebesar 9.405,2 kg/Ha/MT rimpang jahe. Rata-rata penerimaan pada usahatani jahe selama musim tanam 2004/2005 adalah Rp. 26.670.729,17 Ha/MT sehingga rata-rata keuntungan yang

diperoleh petani jahe di Kabupaten Boyolali sebesar Rp. 16.918.098,3/Ha/MT. besarnya koefisien variasi (KV) adalah 0,24 dan

nilai batas bawah keuntungan (BBK) adalah Rp. 8.958.663,24 Ha/MT. Hal ini dapat diartikan bahwa usahatani jahe di kabupaten Boyolali beresiko rendah karena memiliki nilai KV < 0,5. dengan resiko tersebut, petani jahe masih memiliki peluang memperoleh keuntungan yang layak dengan keuntungan terendah sebesar Rp. 8.479.451,60/Ha/MT.

Penelitian Natalia Kris Tri Astuti (2007) yang berjudul Strategi Pemasaran Jahe (Zingiber officinale Rosc.) di Kabupaten Karanganyar. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskritif kualitatif untuk mengidentifiaksi faktor eksternal dan internal yang menjadi kekuatan,

(22)

kelemahan, peluang dan ancaman dalam pemasaran jahe di Kabupaten Karanganyar, matriks SWOT dan matriks QSP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kekuatan dalam usaha pemasaran jahe adalah OPT yang terkendali, adanya bantuan dari pemerintah berupa benih dan sarana produksi, adanya keragaman produk jahe, saluran distribusi yang lancar, dan adanya kemitraan dengan perusahaan jamu. Kelemahan dalam usaha pemasaran jahe adalah harga yang berfluktuatif, permodalan terbatas, keuntungan yang cenderung menurun, belum adanya promosi yang memadai, dan sumber daya manusia yang masih rendah. Peluang dalam usaha pemasaran jahe adalah kebijakan pemerintah dalam mendukung budidaya jahe, tingkat kesuburan tanah yang mendukung budidaya jahe, adanya teknologi budidaya dan pengolahan hasil, maraknya budaya back to nature, peningkatan daya beli masyarakat, dan pertumbuhan penduduk yang besar. Sedangkan ancaman dalam usaha pemasaran jahe adalah harga tawar pembeli yang rendah, tuntutan kualitas dari konsumen, dan langganan tersebar di daerah yang luas. (2) Berdasar matriks SWOT alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan adalah meningkatkan kualitas produk dengan penggunaan teknologi dan bantuan dari pemerintah; memperluas jaringan distribusi dan menjalin kerjasama dibidang pemasaran; meningkatkan promosi dan merencanakan program promosi; stabilisasi harga dengan pemanfaatan teknologi. (3) Berdasar matriks QSP prioritas strategi yang dapat diterapkan adalah stabilisasi harga dengan pemanfaatan teknologi dengan nilai AS sebesar 4,893.

Penelitian Khalimatus (2009) tentang Analisis Pemasaran Pada Komoditi Kencur (Kaemfaria Galanga L.) di Kabupten Boyolali. Penelian ini menggunakan alat analisis biaya dan marjin pemasaran (cost marjin analisis ) untuk menghitung besarnya biaya, keuntungan dan marjin pemasaran pada tiap lembaga perantara berbagai saluran pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan ada tiga saluran pemasaran yaitu :

(23)

1. Saluran Pemasaran I

Produsen Pedagang Pengumpul Pedagang kencur (Kencur Basah) Konsumen luar kota

2. Saluran Pemasaran II

Produsen Pedagang Besar (simplisia) konsumen (pabrik jamu) 3. Saluran Pemasaran III

Produsen Pedagang Pengumpul Pedagang Besar (Simplisia) Konsumen (Pabrik Jamu)

Jika dilihat dari efisiensi secara ekonomis dari ketiga saluran yang ada di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali maka saluran II adalah saluran pemasaran yang paling efisien karena mempunyai marjin pemasaran terendah yaitu 23,58% dan mempunyai nilai farmers share tertinggi yaitu 76%.

Beberapa kesamaan yang terdapat dalam penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan oleh calon peneliti adalah sama-sama menggunakan komoditi jahe sebagai obyek penelitian. Walaupun ada satu obyek penelitian yang tidak sama (kencur) namun alat analisis yang digunakan dalam penelitian sama yaitu cost margin anaysis (Analisis marjin dan biaya). Terdapat pula beberapa perbedaan metode analisis data yang digunakan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu yaitu dalam penelitian Fatmawati (2007) yang berjudul Analisis Risiko Usahatani Jahe (Zingiber Officinale) di Kabupaten Boyolali, menggunakan analisis biaya usahatani, perhitungan penerimaan, keuntungan dan resiko. Sedangkan pada penelitian Natalia Kris Tri Astuti (2007) yang berjudul Strategi Pemasaran Jahe (Zingiber officinale Rosc.) di Kabupaten Karanganyar menggunakan analisis deskritif kualitatif, matriks SWOT dan matriks QSP.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diatas maka dapat disimpulkan bahwa panjang pendeknya saluran pemasaran jahe merupakan salah satu faktor penentu efisien atau tidaknya suatu pemasaran jahe yang dilakukan dan semakin pendek saluran pemasaran suatu produk, dengan margin pemasaran

(24)

rendah serta farmer’s share yang tinggi, maka pemasaran akan semakin efisien serta memberikan keuntungan pada produsen. Dengan demikian penelitian-penelitian tersebut dapat dijadikan acuan bagi peneliti untuk menganalisis pemasaran jahe di Kabupaten Karanganyar.

B. Tinjauan Pustaka 1. Jahe

Sistematika taksonomi tumbuhan jahe dapat di klasifikasikan sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Zingiber Species : Z. officinale

Jahe merupakan salah satu jenis tanaman obat yang berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai bumbu, bahan obat tradisional, dan bahan baku minuman serta makanan. Jahe banyak dimanfaatkan sebagai obat antiinflamasi, obat nyeri sendi dan otot, tonikum, serta obat batuk. Jahe juga diandalkan sebagai komoditas ekspor nonmigas dalam bentuk jahe segar, jahe kering, minyak atsiri, dan oleoresin. (Anonim, 2010b).

Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu jahe putih/kuning besar yang biasanya disebut jahe gajah, jahe putih/ kuning kecil biasanya disebut dengan jahe sunti atau jahe emprit dan jahe merah. Jahe emprit (Zingiber officinale var. Rubrum) merupakan salah satu jenis jahe yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan. Hal ini dikarenakan rimpang jahe emprit berserat lembut, beraroma tajam, dan berasa pedas meskipun ukuran rimpang kecil. Rimpang jahe emprit juga

(25)

mengandung gizi cukup tinggi, antara lain 58% pati, 8% protein, 3-5% oleoresin dan 1-3% minyak atsiri (Rukmana, 2000).

Untuk budidaya jahe diperlukan lahan didaerah yang sesuai untuk pertumbuhannya. Untuk pertumbuhan jahe yang optimal diperlukan

persyaratan iklim dan lahan sebagai berikut : iklim tipe A, B, C (Schmidt & Ferguson), ketinggian tempat 300-900 mdpl, temperatur rata-rata tahunan 25-300c, jumlah bulan basah (> 100 mm/bl) 7-9 bulan per tahun, curah hujan per tahun 2500-4000 mm, intensitas cahaya matahari 70-100% atau agak ternaungi sampai terbuka, drainase tanah baik, tekstur tanah lempung sampai lempung liat berpasir, pH tanah 6,8-7,4. pada lahan dengan pH rendah dapat diberikan kapur pertanian (kaptan) 1-3 ton/ha atau dolomit 0,5-2 ton/ha untuk meningkatkan pH tanah. Pada lahan dengan kemiringan > 3% dianjurkan untuk dilakukan pembuatan teras, teras bangku sangat dianjurkan bila kemiringan lereng cukup curam. Hal ini untuk menghindari terjadinya pencucian lahan yang mengakibatkan tanah menjadi tidak subur, dan benih hanyut terbawa arus (Anonim, 2011).

2. Pemasaran

Menurut Kotler (2000), pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan pada usaha untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran. Dengan adanya pertukaran, berbagai kelompok sosial seperti individu-individu, kelompok kecil, organisasi dan kelompok masyarakat lainnya dapat terpenuhi kebutuhannya. Kebutuhan dan keinginan menciptakan keadaan yang meresahkan diri pada seseorang, yang dihilangkan dengan menerima hasil produksi untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan tersebut.

Menurut Swastha (2003), menyatakan bahwa secara formal, pemasaran atau “Marketing” yaitu suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan

(26)

dan jasa baik para konsumen saat ini maupun konsumen potensial. Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi didalam suatu lingkungan yang dibatasi oleh sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri, peraturan-peraturan, maupun konsekuensi sosial dari perusahaan berusaha menghasilkan laba dari penjualan barang dan jasa yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pembeli.

Sasaran fundamental dari kebanyakan bisnis adalah kelangsungan hidup, laba, dan pertumbuhan. Pemasaran memberikan kontribusi secara langsung untuk mencapai sasaran ini. Pemasaran terdiri dari kegiatan berikut ini, yang penting bagi organisasi bisnis, menilai keinginan dan kepuasan dari konsumen saat ini dan calon konsumen, mendesain dan mengatur penawaran produk, menentukan harga dan kebijakan harga, mengembangkan strategi distribusi, dan melakukan komunikasi dengan konsumen saat ini dan calon komsumen (Mc Daniel dan Lamb, 2001).

Hasil akhir suatu pemasaran berdasarkan hubungan adalah membangun suatu aset perusahaan berupa jaringan pemasaran. Menurut Kotler (2000), cit Susanto (2000) jaringan pemasaran terdiri dari suatu perusahaan dengan pemasok, distributor dan pelanggannya dimana sudah terdapat suatu hubungan bisnis yang kuat dan dapat diandalkan. Semakain lama pemasaran semakin bergeser dari memaksimalkan keuntungan dari setiap transaksi ke memaksimalkan hubungan saling menguntungkan dengan mitranya. Prinsip dasarnya adalah dengan membangun hubungan baik, transaksi yang menguntungkan akan datang sendiri.

Fungsi pemasaran adalah kegiatan utama yang khusus dilaksanakan untuk menyelesaikan proses pemasaran. Secara umum, fungsi pemasaran diklasifikasikan menjadi 8 yaitu:

a. Fungsi penjualan

Fungsi tentang bagaimana memperlancar penjualan barang atau jasa yang dihasilkan dengan melakukan tindakan yang aktif dan dinamis

(27)

b. Fungsi pembelian

Merupakan usaha untuk mendapatkan barang dagangan atau bahan baku secara efisien dan efektif.

c. Fungsi pengangkutan

Usaha menyalurkan barang atau jasa secara fisik, yang dapat dilakukan sendiri atau melalui jasa transport.

d. Fungsi penyimpanan

Fungsi penyimpanan barang dari bahan baku sampai berupa barang yang siap dikonsumsi.

e. Fungsi pembelanjaan

Fungsi mendapatkan modal dari sumber ekstern (kredit dagang, kredit bank) guna menyelenggarakan kegiatan pemasaran

f. Fungsi standarisasi dan grading

Standarisasi adalah penentuan batas-batas dasar bentuk barang manufaktur. Grading merupakan usaha menggolong-golongkan barang sesuai standar kualitas yang telah ditetapkan.

g. Fungsi penanggulangan resiko

Fungsi menghindari dan mengurangi resiko yang berkaitan dengan pemasaran barang.

h. Fungsi pengumpulan informasi

Pengumpulan dan penafsiran keterangan tentang macam-macam barang yang beredar di pasar, jumlah, macam barang yang dibutuhkan konsumen, harga, dan lain-lain (Kotler, 2000).

3. Saluran dan Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah bentuk saluran distribusi merupakan jalur yang dilalui oleh perpindahan hak milik atas barang yang dipasarkan untuk sampai ke tangan konsumen dengan melalui beberapa perantara, orang atau badan usaha atau lembaga yang secara langsung terlibat didalam mengalirkan barang dari produsen ke konsumen. Lembaga-lembaga pemasaran ini dapat berupa tengkulak, pedagang

(28)

pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer. Lembaga-lembaga dapat didefinisikan sebagai berikut :

a. Tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani, tengkulak melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon maupun dengan kontrak pembelian. b. Pedagang pengumpul, yaitu membeli komoditi pertanian dari

tengkulak biasanya relatif kecil.

c. Pedagang besar, yaitu melakukan proses pengumpulan komoditi dari pedagang pengumpul, juga melakukan proses distribusi ke agen penjualan ataupun pengecer.

d. Pedagang pengecer merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen (Sudiyono, 2002).

Saluran distribusi atau saluran pemasaran merupakan suatu alur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai pada pemakai. Saluran pemasaran merupakan suatu struktur unit organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri atas agen, dealer, pedagang besar, pengecer, melalui mana sebuah komoditi, produk atau jasa dipasarkan (Swastha, 1997).

4. Metode Analisis Data

Untuk mengetahui biaya pemasaran dan marjin pemasaran di tingkat lembaga dalam saluran pemasaran digunakan alat analisis biaya dan marjin pemasaran (cost margin analysis) yaitu dengan menghitung besarnya biaya, keuntungan, dan marjin pemasaran pada tiap lembaga perantara pada berbagai saluran pemasaran.

a. Biaya Pemasaran

Menurut Soekartawi (1993) biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemasaran. Biaya pemasaran meliputi biaya angkut, biaya pengeringan, penyusutan, retribusi dan lainnya. Besarnya biaya ini berbeda satu sama lain disebabkan karena macam komoditi, lokasi pemasaran dan macam lembaga

(29)

pemasaran dan efektivitas pemasaran yang dilakukan. Seringkali komoditi pertanian yang nilainya tinggi diikuti dengan biaya pemasaran yang tinggi pula. Peraturan pemasaran di suatu daerah juga kadang-kadang berbeda satu sama lain. Begitu pula macam lembaga pemasaran dan efektivitas pemasaran yang dilakukan. Makin efektif pemasaran yang dilakukan, maka akan semakin kecil biaya pemasaran yang dikeluarkan.

Secara umum biaya merupakan pengorbanan yang dikeluarkan oleh produsen dalam mengelola usaha taninya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan atau aktifitas usaha pemasaran komoditas pertanian antara lain biaya transportasi/biaya angkut, biaya pungutan retribusi, biaya penyusutan dan lain-lain. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan lokasi pemasaran, lembaga pemasaran (pengumpul, pedagang besar, pengecer, dan sebagainya) dan efektifitas pemasaran yang dilakukan serta macam komoditas (Rahim dan Hastuti, 2007). b. Keuntungan Pemasaran

Keuntungan pedagang merupakan imbalan atas jasa yang dilakukan selama melakukan proses pemasaran. Keuntungan pedagang berbeda-beda antara pedagang satu dengan pedagang yang lainnya. Hal ini diduga karena jasa yang telah dilakukan oleh para pedagang tersebut berbeda-beda (Yusuf et al, 1999).

Selisih harga yang dipasarkan ke produsen dan harga yang diberikan oleh konsumen dikurangi dengan biaya pemasaran disebut keuntungan pemasaran. Jarak yang mengantarkan produksi pertanian dari produsen ke konsumen menyebabkan terjadinya perbedaan besarnya keuntungan. Perbedaan harga di masing-masing lembaga pemasaran sangat bervariasi tergantung besar kecilnya keuntungan

yang diambil oleh masing-masing lembaga pemasaran (Soekartawi, 1993).

(30)

c. Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran adalah selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran atau selisih harga yang dibayarkan di tingkat pengecer dengan harga yang diterima oleh produsen (petani). Dengan kata lain, marjin pemasaran menunjukkan perbedaan harga di antara tingkat lembaga dalam sistem pemasaran. Marjin pemasaran diantara

pertanian dan pedagang eceran bisa diungkapkan dalam notasi PR- PF.

Menurut Sudiyono (2002) marjin pemasaran didefinisikan dengan dua cara yaitu :

1) Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

M = Pr – Pf Keterangan : M : Marjin

Pr : Harga di tingkat konsumen (Rp) Pf : Harga di tingkat produsen (Rp)

2) Marjin pemasaran terdiri dari komponen yang terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran. Secara sistematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :

M = Bp + Kp Keterangan : M : Marjin (Rp/kg) Bp : Biaya pemasaran (Rp/kg) Kp : Keuntungan pemasaran (Rp/kg) 5. Efisiensi Pemasaran

Salah satu sebab tidak efisiennya suatu pemasaran adalah kurangnya pengetahuan konsumen mengenai produk yang dibeli.

(31)

Konsumen harus mempunyai pengetahuan yang cukup sebagai dasar mengambil keputusan untuk pembelian yang akan menghasilkan kepuasan maksimum. Konsumen perlu mendapatkan informasi mengenai produk seperti ciri khusus dan mutu produk. Efisiensi pemasaran merupakan suatu pengendalian atau penghematan produk baik secara fisik maupun ekonomis untuk menekan biaya yang dikeluarkan terhadap kegiatan pemasaran (Sudiyono, 2002).

Faktor-faktor yang dapat sebagai ukuran efisiensi pemasaran adalah sebagai berikut:

a. Keuntungan pemasaran

b. Harga yang diterima konsumen

c. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran yang memadai untuk melancarkan transaksi jual beli barang, penyimpanan, transportasi d. Kompetisi pasar, persaingan diantara pelaku pemasaran

(Soekartawi, 1993).

Untuk mengukur efisiensi pemasaran secara ekonomi digunakan persentase margin pemasaran dan farmer’s share. Persentase margin pemasaran diperoleh dari harga di tingkat konsumen dikurangi harga ditingkat produsen/petani dibagi harga di tingkat konsumen itu sendiri kemudian dikali 100%, adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: % 100 Pr Pr x Pf MP = -Keterangan : Mp : Marjin pemasaran

Pr : Harga di tingkat konsumen Pf : Harga ditingkat produsen/ petani

Menurut Sudiyono (2002), bagian yang diterima petani (Farmer’s Share) ini sama dengan harga yang betul-betul diterima petani dibagi harga yang dibayarkan oleh konsumen dikalikan 100%. Bagian yang

(32)

diterima produsen diperoleh dari 1 dikurangi margin pemasaran dibagi harga di tingkat konsumen kemudian dikalikan 100%. Secara sistematis dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :

% 100 Pr 1 Mp x F ÷ ø ö ç è æ -= Keterangan

F : Bagian yang diterima produsen Mp : Marjin Pemasaran

Pr : Harga di tingkat konsumen C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Pemasaran dapat didefinisikan sebagai telaah terhadap aliran produk secara fisis dan ekonomis dari produsen melalui pedagang perantara sehingga barang dapat sampai ke tangan konsumen. Pemasaran melibatkan banyak kegiatan yang berbeda-beda yang menambah nilai produk pada saat produk bergerak melalui sistem tersebut.

Jejak penyaluran dari produsen jahe sampai dengan konsumen akhir disebut dengan saluran pemasaran. Produsen jahe membutuhkan bantuan pihak lain untuk memasarkan hasil produksinya. Maka dari itu, diperlukan peranan lembaga pemasaran untuk menyalurkan hasil produksi kepada konsumen. Saluran pemasaran jahe di Kabupaten Karanganyar dapat diketahui dengan cara mengikuti aliran dari proses pemasaran jahe dari produsen sampai ke konsumen.

Pedagang atau lembaga pemasaran dalam menyampaikan barang dari produsen ke konsumen selalu mengambil keuntungan dan juga mengeluarkan biaya-biaya dalam kegiatan pemasaran. Perbedaan kegiatan pada setiap lembaga pemasaran akan menyebabkan perbedaan harga jual antara lembaga yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan harga suatu komoditi ditingkat petani dengan ditingkat konsumen disebut marjin pemasaran. Marjin pemasaran jahe dapat diperhitungkan dengan menggunakan dua cara, yaitu:

(33)

1. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga ditingkat petani dengan harga ditingkat pengecer. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Mp = Pr – Pf Keterangan:

Mp : Marjin pemasaran jahe (Rp/kg)

Pr : Harga jahe ditingkat pengecer (Rp/kg) Pf : Harga jahe ditingkat petani (Rp/kg)

2. Margin pemasaran terdiri dari komponen yang terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Mp = Bp + Kp Keterangan:

Mp : Marjin pemasaran jahe (Rp/kg) Bp : Biaya pemasaran jahe (Rp/kg) Kp : Keuntungan pemasaran jahe (Rp/kg)

Marjin pemasaran disebabkan adanya biaya yang dikeluarkan dalam menyampaikan barang dari produsen ke konsumen kegiatan pemasaran. Biaya pemasaran mencakup sejumlah pengeluaran yang dilakukan untuk keperluan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan penjualan hasil produksi dan sejumlah pengeluaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Sehingga dapat dirumuskan :

Bp = Bp1 + Bp2 + Bp3 + … + Bpn Keterangan:

Bp : Biaya pemasaran jahe (Rp/kg)

Bp1, Bp2, …, Bpn : Biaya pemasaran setiap lembaga pemasaran jahe (Rp/kg)

Selain biaya pemasaran yang dikeluarkan, marjin pemasaran juga disebabkan oleh masing-masing lembaga pemasaran ingin memperoleh

(34)

keuntungan, maka harga yang dibayarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran itu juga berbeda. Harga ditingkat petani akan lebih rendah dari pada harga ditingkat pedagang perantara dan harga ditingkat pedagang perantara juga akan lebih rendah dari pada harga ditingkat pengecer (Soekartawi, 1993). Secara sistematis dapat dirumuskan:

Kp = Kp1 + Kp2 + Kp3 + … + Kpn Keterangan:

Kp : Keuntungan pemasaran jahe (Rp/kg)

Kp1, Kp2, …, Kpn : Keuntungan setiap lembaga pemasaran jahe (Rp/kg) Untuk mengukur efisiensi pemasaran jahe secara ekonomi di Kabupaten Karanganyar digunakan persentase margin pemasaran dan farmer’s share, dengan rumus sebagai berikut:

a. Presentase margin pemasaran % 100 Pr Pr x Pf MP = -Keterangan :

Mp : Marjin pemasaran jahe

Pr : Harga di tingkat konsumen jahe Pf : Harga ditingkat produsen/ petani jahe b. Farmer’s share % 100 Pr 1 Mp x F ÷ ø ö ç è æ -= Keterangan

F : Bagian yang diterima produsen jahe Mp : Marjin Pemasaran jahe

Pr : Harga di tingkat konsumen jahe

Kriteria yang digunakan untuk mengetahui bahwa pemasaran jahe dianggap efisien secara ekonomis adalah tiap-tiap saluran pemasaran mempunyai nilai persentase marjin pemasaran yang rendah dan mempunyai nilai persentase bagian yang diterima petani jahe yang tinggi. Bila bagian

(35)

yang diterima petani < 50% berarti belum efisien, dan bila bagian yang diterima petani > 50% maka pemasaran dikatakan efisien (Sudiyono, 2002).

Dari penjelasan diatas maka alur berpikir dalam pemecahan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian D. Pembatasan Masalah

1. Harga jahe yang diteliti adalah tingkat harga yang berlaku pada saat penelitian pada bulan April tahun 2011.

2. Daerah pemasaran jahe yang diteliti terbatas pada Kabupaten Karanganyar. Petani jahe Pemasaran jahe Saluran Pemasaran ke I Saluran Pemasaran ke III Saluran Pemasaran ke II

Efisiensi Ekonomi Pemasaran Biaya Pemasaran Marjin Pemasaran Keuntungan Pemasaran Presentasi Marjin Pemasaran Farmer’s Share

(36)

3. Jahe yang diteliti adalah jahe yang masih berbentuk rimpang. E. Hipotesis

1. Terdapat beberapa pola saluran pemasaran jahe di Kabupaten Karanganyar.

2. Saluran pemasaran jahe yang lebih pendek di Kabupaten Karanganyar lebih efisien secara ekonomi.

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Pemasaran jahe adalah mengalirnya barang produksi khusus jahe di produsen ke konsumen yang dapat terjadi karena adanya lembaga pemasaran.

2. Produsen adalah petani yang mengusahakan jahe, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, dan konsumen jahe.

3. Pedagang penebas jahe adalah orang yang membeli jahe kepada petani dalam kondisi buah masih di pohon telah siap panen (Rp/kg).

4. Pedagang pengumpul dan penebas jahe adalah orang yang mengumpulkan jahe dalam jumlah yang besar dengan cara membeli langsung dari petani dan kemudian menjualnya lagi kepada pedagang besar (Rp/kg).

5. Konsumen jahe yang dimaksud adalah orang yang membeli jahe untuk dikonsumsi langsung sebagai bumbu masak, ramuan obat dan lain sebagainya untuk kebutuhan sehari-hari.

6. Lembaga pemasaran adalah badan-badan atau lembaga-lembaga yang berusaha dalam bidang pemasaran, menggerakkan barang dari produsen ke konsumen melalui proses jual beli.

7. Harga yang diterima petani produsen dan pedagang adalah harga jahe pada saat terjadi jual beli yang ditentukan berdasarkan keadaan pasar pada saat terjadi transaksi dan dinyatakan dalam rupiah per kilogram (Rp/kg).

(37)

8. Harga yang diterima konsumen adalah harga pada saat terjadi jual beli yang ditentukan kesepakatan antara penjual dan pembeli pada saat terjadi transaksi diukur dalam rupiah perkilogram (Rp/kg).

9. Biaya pemasaran jahe adalah semua biaya yang timbul pada berbagai saluran pemasaran untuk kegiatan pemasaran, diukur dalam (Rp/kg). 10. Keuntungan pemasaran jahe adalah penjumlahan dari semua keuntungan

yang diperoleh dalam tiap lembaga pemasaran yang merupakan selisih dari marjin pemasaran dan biaya pemasaran (Rp/kg).

11. Marjin pemasaran jahe adalah selisih atau perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen akhir jahe dengan harga yang diterima oleh produsen jahe (Rp/kg).

12. Farmer’s share adalah perbandingan antara harga yang diterima produsen dengan harga yang diterima konsumen dan dinyatakan dalam persen (%).

13. Efisiensi pemasaran adalah penggunaan input minimal dari berbagai sumber daya ekonomi yang menghasilkan kepuasan konsumen atas barang atau jasa yang dihasilkan. Efisiensi pemasaran secara ekonomis diukur dengan melihat marjin pemasaran dan membandingkan bagian yang diterima petani dengan harga ditingkat konsumen (Farmer’s Share) dalam persen.

(38)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah penelitian ini adalah

metode deskriptif, yaitu penelitian yang didasarkan pada pemecahan masalah-masalah aktual yang ada pada masa sekarang. Data yang

dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis (metode ini sering disebut dengan metode analitik) (Surakhmad, 1994).

Sedangkan teknik penelitian yang digunakan adalah metode Survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuisioner sebagai alat untuk mengumpulkan data (Singarimbun dan Effendy, 1995).

B. Metode Penentuan Sampel 1. Penentuan Lokasi Penelitian

a. Lokasi Kecamatan

Penentuan lokasi kecamatan dilakukan dengan metode Purposive Sampling yaitu penentuan daerah sampel yang diambil secara sengaja berdasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan Ngargoyoso merupakan daerah yang mempunyai luas panen dan produksi jahe tertinggi diantara kecamatan lainnya di Kabupaten Karanganyar, dapat dilihat pada Tabel 2.

(39)

Tabel 2. Luas Panen dan Produksi Jahe Menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009

No Kecamatan Luas

panen (ha) Produksi (Ton)

1. Jatipuro 20 4,8 2. Jatiyoso 173,2 86,66 3. Jumapolo 8 6,50 4. Jumantono 20 3,20 5. Matesih 4,5 11,54 6. Tawangmanggu 11,5 50 7. Ngargoyoso 123 380 8. Karangpandan 33 85 9. Karanganyar 0,7 0,53 10. Tasikmadu - - 11. Jaten - - 12. Colomadu - - 13. Gondangrejo - - 14. Kebakkramat - - 15. Mojogedang 80 320 16. Kerjo 440 308 17. Jenawi 155,1 169,34 Jumlah 1.069 1.425,64

Sumber : Dinas Pertanian (Perkebunan) Kabupaten Karanganyar, 2010

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar hanya 10 kecamatan saja yang menghasilkan jahe yaitu Kecamatan Jatipuro, Jatiyoso, Jumapolo, Jumantono, Matesih, Ngargoyoso, Karangpandan, Karanganyar, Mojogedang, dan Jenawi. Dari 10 kecamatan tersebut dipilih Kecamatan Ngargoyoso sebagai daerah penelitian dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Ngargoyoso merupakan kecamatan dengan jumlah produksi dan luas panen jahe urutan terbesar di Kabupaten Karanganyar yaitu 380 ton dengan luas 123 ha.

b. Desa Sampel

Penentuan desa sampel penelitian dipilih secara sengaja (purporsive sampling). Penentuan desa sampel ditentukan dengan berdasarkan kriteria tertentu yaitu 2 desa penghasil jahe sebagai

(40)

sentra produksi yang diambil dari jumlah produksi yang memiliki dua urutan terbesar dengan kualitas produksi jahe yang baik. Kualitas yang dimaksud disini adalah pada saat dipanen kondisi jahe masih utuh.

Tabel 3. Produksi Jahe Diperinci Per Desa di Kecamatan Ngargoyoso Tahun 2009

No Desa Produksi (Ton)

1 Puntukrejo - 2 Berjo - 3 Girimulyo - 4 Segorogunung - 5 Kemuning 180 6 Ngargoyoso 120 7 Jatirejo 45 8 Dukuh 9 9 Nglegok 6 Jumlah 380

Sumber : Kantor Kecamatan Ngargoyoso, 2010

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa 9 desa yang ada di Kecamatan Ngargoyoso hanya terdapat lima desa saja yang membudidayakan jahe yaitu Desa Kemuning, Ngargoyoso, Jatirejo, Dukuh dan Nglegok, dua desa yang akan diambil sebagai desa sampel adalah desa Kemuning dan Ngargoyoso, karena kedua desa tersebut memiliki jumlah produksi yang lebih besar apabila dibandingkan dengan hasil produksi di tiga desa lainnya.

2. Metode Penentuan Responden

Singarimbun dan Effendi (1995), menyatakan jumlah sampel yang dianalisis harus mengikuti distribusi normal, dimana sampel yang tergolong mengikuti distribusi normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan 30 responden. Pada penelitian ini sampel petani 40 orang, diambil dari 2 desa terpilih secara proporsional random sampling yaitu dengan mempertimbangkan jumlah petani yang memenuhi syarat sebagai petani sampel dengan rumus:

Ni = xn N Nk

(41)

Keterangan :

Ni : Jumlah sampel petani jahe pada tiap desa Nk : Jumlah petani jahe desa dari desa terpilih

N : Jumlah populasi petani jahe dari kecamatan terpilih

n : Jumlah sampel petani jahe yang dikehendaki (40 responden) Berikut jumlah petani dan sampel petani jahe di Kecamatan

Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar, dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Petani Jahe di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar

No Desa Jumlah Petani Pemilik Jumlah Responden (orang) (orang)

1. Kemuning 252 30

2. Ngargoyoso 80 10

Jumlah 332 40

Sumber : Analisis Data Sekunder, 2010

Sampel petani yang dipilih dari 2 desa di Kecamatan Ngargoyoso sebanyak 40 responden. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sampel masing-masing desa adalah desa Kemuning sebanyak 30 orang dan Desa Ngargoyoso sebanyak 10 orang. Sampel masing-masing desa dipilih menggunakan metode random sampling (acak sederhana) dengan menggunakan undian. Cara undian tersebut dilakukan dengan sistem pengembalian agar setiap petani mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

3. Metode Penentuan Lembaga Pemasaran

Penentuan sampel lembaga pemasaran di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar menggunakan metode snowball sampling yaitu dengan cara menelusuri saluran pemasaran jahe yang ada di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar mulai dari produsen sampai konsumen akhir berdasarkan berdasarkan informasi yang diberikan produsen.

Menurut Suratna, et al. (1995) metode snowball sampling adalah metode pengambilan sample dengan kelompok kecil yang diminta untuk

(42)

menunjukkan kawan masing-masing kemudian kawan-kawan itu diminta pula untuk menunjukkan kawannya masing-masing dan begitu seterusnya sehingga kelompok tersebut bertambah besar. Berdasarkan informasi yang diperoleh akan di peroleh pula jalur pemasaran dari masing-masing sampel.

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden, dimana data tersebut diperoleh langsung melalui wawancara dengan daftar pertanyaan (kuisioner) yang sudah dipersiapkan. Dalam penelitian ini data primer yang dapat diperoleh dari petani antara lain adalah data luas lahan petani, produksi jahe dan biaya-biaya pemasaran jahe. Selain data primer, ada beberapa data yang diperoleh dari instansi/lembaga yang berhubungan dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik Karanganyar, Dinas Pertanian Karanganyar dan Kantor Kecamatan Ngargoyoso. Data ini digunakan sebagai data penunjang/pelengkap dari data primer, data ini bisa disebut data sekunder.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Pencatatan

Teknik pencatatan ini digunakan untuk mencari data primer dan data sekunder dengan cara membuat catatan yang dikumpulkan dari data

dan publikasi yang sudah ada pada lembaga-lembaga atau instansi-instansi yang terkait.

2. Observasi

Teknik observasi yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung di daerah penelitian sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai daerah penelitian.

3. Wawancara

Metode wawancara yaitu metode pengambilan data primer dengan melakukan wawancara langsung dengan petani sampel dan

(43)

pedagang atau lembaga pemasaran menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.

E. Metode Analisis Data

Analisis pemasaran jahe dilakukan untuk melihat besarnya effisiensi, pola saluran pemasaran, besarnya biaya dan marjin pemasaran, tugas dan fungsi lembaga pemasaran serta kendala-kendala yang ada di dalam kegiatan pemasaran jahe. Untuk menganalisis pola saluran pemasaran jahe di Kabupaten Karanganyar, dengan metode deskriptif. Sedangkan untuk mengetahui besarnya biaya pemasaran dan marjin pemasaran di tingkat lembaga dalam saluran pemasaran digunakan alat analisis biaya dan marjin pemasaran (cost marjin analysis) yaitu menghitung besarnya biaya, keuntungan dan marjin pemasaran pada tiap lembaga perantara pada berbagai saluran pemasaran dengan rumus sebagai berikut :

1. Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran untuk mengetahui tujuan penelitian kedua yaitu perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen, perbedaan harga atau marjin pemasaran tersebut biasanya dikarenakan keuntungan yang diambil oleh lembaga pemasaran. Secara sistematis marjin pemasaran dirumuskan sebagai berikut:

Mp = Pr - Pf Keterangan:

Mp : Marjin pemasaran jahe

Pr : Harga jahe di tingkat konsumen Pf : Harga jahe di tingkat petani

Marjin pemasaran yang diperoleh pedagang perantara terdiri dari sejumlah biaya pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan yang diterima oleh pedagang perantara, dirumuskan:

Mp = Bp + Kp Keterangan:

Mp : Marjin pemasaran jahe Bp : Biaya pemasaran jahe

(44)

Kp : Keuntungan pemasaran jahe 2. Biaya Pemasaran

Biaya Pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan suatu komoditi dari produsen kepada konsumen. Biaya pemasaran biasanya berupa biaya transportasi, biaya bongkar, biaya retribusi dan lain-lain. Adapun rumus biiaya pemasaran dirumuskan sebagai berikut:

Bp = Bp1 + Bp2 + … + Bpn Keterangan:

Bp : Biaya pemasaran jahe

Bp1, Bp2,… Bpn : Biaya pemasaran tiap-tiap lembaga pemasaran jahe 3. Keuntungan Pemasaran

Keuntungan pemasaran adalah penjumlahan dari keuntungan yang diterima oleh setiap rantai pemasaran. Keuntungan tersebut merupakan penjumlahan dari masing-masing keuntungan di tiap-tiap lembaga pemasaran. Adapun keuntungan pemasaran dirumuskan sebagai berikut: Kp = Kp1 + Kp2 + … + Kpn

Keterangan:

Kp : Keuntungan pemasaran jahe

Kp1, Kp2, …, Kpn : Keuntungan tiap-tiap lembaga pemasaran jahe 4. Efisiensi ekonomis

Untuk mengetahui efisiensi pemasaran dilakukan dengan cara memperhitungkan presentase marjin pemasaran dan bagian yang diterima petani (farmer’s share). Semakin besar bagian yang diterima petani maka pemasaran semakin efisien.

Rumus :

a. Presentase marjin pemasaran

Mp = 100% Pr Pr x Pf -Keterangan:

Mp : Efisiensi pemasaran secara ekonomis (%) Pr : Harga jahe di tingkat pengecer (Rp/kg)

(45)

Pf : Harga jahe di tingkat petani (Rp/kg) b. Farmer’s share F = 100% Pr 1 Mp ÷x ø ö ç è æ -Keterangan:

F : Bagian yang diterima petani jahe Mp : Harga jahe di tingkat petani Pr : Harga jahe ditingkat konsumen

Kriteria yang digunakan untuk mengetahui bahwa pemasaran jahe dianggap efisien secara ekonomis adalah tiap-tiap saluran pemasaran mempunyai nilai persentase marjin pemasaran yang rendah dan mempunyai nilai persentase bagian yang diterima petani jahe yang tinggi. Bila bagian yang diterima petani < 50% berarti belum efisien, dan bila bagian yang diterima petani > 50% maka pemasaran dikatakan efisien (Sudiyono, 2002).

(46)

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Umum Kabupaten Karanganyar 1. Keadaan Alam

a. Letak Geografis

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten atau kota di Provinsi Jawa Tengah terletak antara 110°40'' - 110°70'' Bujur Timur dan diantara 7028''- 7046” Lintang Selatan, dengan ketinggian antara 511 meter di atas permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperatur 220-310. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Karanganyar sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Sragen

Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo Sebelah Barat : Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali

Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur

Kabupaten Karanganyar merupakan kabupaten yang berpotensi di bidang pertanian dan pariwisata. Letak Kabupaten Karanganyar yang diapit oleh kabupaten-kabupaten yang lain, memungkinkan

hasil-hasil pertanian dapat dipasarkan keluar terutama sayur, buah-buahan dan hasil perkebunan, maka hal ini akan menguntungkan

bagi petani dan pedagang dalam hal ini adalah petani dan pedagang Jahe untuk memasarkan hasil produksi mereka kepada konsumen luar kota atau kabupaten.

b. Topografi

Kabupaten Karanganyar sebagian besar wilayahnya merupakan daerah perbukitan sampai bergunung dengan tingkat kemiringan tanahnya rata-rata 50 %. Keadaan ini berpengaruh terhadap drainase, bila curah hujan tinggi, maka tidak terjadi genangan air. Kabupaten Karanganyar berada pada ketinggian rata-rata 511 meter diatas permukaan air laut. Hal ini yang menjadikan Kabupaten Karanganyar

(47)

mampu mencanangkan penanaman hasil perkebuanan yang tersentra. Sebagai contoh penanaman jahe di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar.

c. Iklim

Kabupaten Karanganyar sebagian wilayahnya adalah perbukitan yaitu dibawah lereng Gunung Lawu sebelah timur sehingga relatif lebih dingin, suhu udara berkisar antara 22-31° C. berdasarkan 6 stasiun pengukur yang ada di Kabupaten Karanganyar, banyaknya hari hujan selama tahun 2009 adalah 97 hari dengann rata-rata curah hujan 2.601 mm, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan terendah pada bulan Juni dan Oktober. Curah hujan mempengaruhi produksi hasil pertanian, dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah produksi jahe, dimana curah hujan rendah produksi melimpah sedangkan curah hujan yang tinggi produksi menurun.

d. Pemanfaatan Lahan

Jenis tanah mempunyai pengaruh terhadap kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh juga pada keputusan dalam penggunaan wilayah. Penggunaan lahan di Kabupaten Karanganyar bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan dan kesesuaian dari kemampuan wilayah tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan wilayah di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 5. Luas Lahan Menurut Pemanfaatannya di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009

Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

Sawah 22.474,91 29,04 Bangunan/pekarangan 21.171,97 27,36 Tegalan 17.863,40 23,08 Hutan Negara 9.729,50 12,57 Perkebunan 3.251,50 4,20 Lain-lain 2886,36 3,73 Jumlah 77.378,64 100,00

(48)

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa di Kabupaten Karanganyar memiliki luas lahan sawah lebih besar dari pada lahan kering. Luas lahan sawah di Kabupaten Karanganyar seluas 22.474,91 ha dan sebagian kecil lahan kering digunakan untuk tegalan/kebun yaitu seluas 17.863,40 ha atau 23,08 %, sedangkan perkebuanan seluas 3251,50 ha atau 4,20% yang ditanami tanaman seperti jahe, kencur, kunir, cengkeh, dan lain sebagainya. Pemanfaatan lahan tersempit adalah perkebunan seluas 4,20 % atau sebesar 3251,50 ha. Pemanfaatan lahan untuk keperluan lainnya seluas 2.886,36 ha atau 3,73 % dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Karanganyar. Dari data tersebut dapat diketahui jika lahan yang berpotensi untuk pengembangan jahe adalah lahan perkebunan rakyat, pekarangan dan tegal seluas 42.286,87 ha atau 54,64 % dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Karanganyar. Jenis lahan ini sangat mendukung untuk usahatani jahe. Biasanya tanaman jahe ditanam di areal perkebunan, pekarangan dan tegalan.

2. Keadaan Penduduk

a. Pertumbuhan Penduduk

Penduduk merupakan sasaran dan pelaku dari pembangunan. Oleh karena itu salah satu keberhasilan pembangunan dipengaruhi oleh keadaan penduduk suatu daerah. Pertumbuhan penduduk di

Kabupaten Karanganyar mengalami peningkatan dari tahun 2005–2009. Peningkatan jumlah penduduk dari lima tahun terakhir

tidak begitu signifikan. Hal ini disebabkan jumlah penduduk yang masuk atau menetap dan menetap lebih banyak daripada penduduk yang mati atau pindah keluar Kabupaten Karanganyar. Jumlah penduduk di Kabupaten Karanganyar dari tahun 2005 hingga tahun 2009 dapat ditunjukkan pada Tabel 6 di bawah ini :

(49)

Tabel 6. Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar dari Tahun 2005 – 2009

No. Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%) 1. 2005 838.182 0,91 2. 2006 844.634 0,77 3. 2007 851.366 0,80 4. 2008 865.580 1,67 5. 2009 872.821 0,84

Sumber : Kabupaten Karanganyar Dalam Angka 2010

Berdasarkan Tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa dari tahun tahun 2005 sampai tahun 2009 jumlah penduduk di Kabupaten Karanganyar mengalami peningkatan dengan rata-rata jumlah penduduk 854.516 jiwa. Tetapi di setiap tahunnya pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karanganyar mengalami penurunan dengan rata-rata presentase pertumbuhan penduduk 0,99%. Pertumbuhan penduduk yang menurun ini disebabkan oleh angka kelahiran yang lebih kecil daripada angka kematian dan angka migrasi masuk lebih sedikit dari angka migrasi keluar. Pertumbuhan jumlah penduduk ini akan berpengaruh terhadap berbagai sektor terutama sektor pertanian. Kabupaten Karanganyar yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani merupakan daerah yang potensial untuk usahatani dan pemasaran jahe.

b. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat mempengaruhi besarnya tenaga kerja terutama disektor pertanian yang dibutuhkan dalam usahatani, karena besarnya tenaga yang dihasilkan antara laki-laki dan perempuan itu berbeda. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :

Gambar

Tabel 1.  Produksi Tanaman Jahe menurut Kecamatan Di Kabupaten  Karanganyar Tahun 2003-2009  No  Tahun  Produksi (kg)  1  2003  1.656.000  2  2004    2.084,25  3  2005  2.088.250  4  2006  2.088.250  5  2007  2.088.250  6  2008  3.652.830  7  2009     1.42
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian  D.  Pembatasan Masalah
Gambar 2. Pola Saluran Pemasaran Jahe Di Kabupaten Karanganyar   Berdasarkan  bagan/pola  saluran  pemasaran  jahe  di  Kecamatan  Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar, melalui beberapa saluran yaitu :  1)  Saluran Pemasaran I

Referensi

Dokumen terkait

Suatu cara mengumpulkan data yang dilaksanakan oleh peneliti dengan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti dalam hal penempatan tenaga kerja antar kerja antar

Perbedaan Hasil Belajar Ekonomi Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dengan Pembelajaran Konvensional di Kelas X SMA Negeri 1 Sungai Aur

Hasil penelitian ini ada kesesuaian dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Eduardus dan Algifari (1999) dapat diketahui bahwa ada hari perdagangan

Promosi Sms Broadcast adalah suatu kegiatan pemasaran yang dilakukan suatu perusahaan untuk memperkenalkan produk dari perusahaannya terhadap konsumen dengan

Penggunaan sarung tangan dan kebersihan tangan, merupakan komponen kunci dalam meminimalkan penyebaran penyakit dan mempertahankan suatu lingkungan bebas infeksi

Kedua pengertian sebagai sifat untuk manusia itu tidak mungkin diterima kedua-duanya dalam waktu yang sama, meskipun manusia itu dapat dibenarkan pada suatu saat

Analisis dilakukan dari hasil perbandingan antara perhitungan ketersediaan kanal berdasarkan kemampuan pantul oleh lapisan ionosfer dan hasil penerapan waveform

[14] Noha a címer, a himnusz és a zászló tekinthető a leginkább elterjedt állami jelképnek, és alig akad olyan ország, amely ne rendelkezne ezekkel a szimbólumokkal, ez nem