• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN

TEORI

2.1 Hasil Penelitian Peneliti Sebelumnya.

Ada beberapa penelitian yang terkait yang dapat dijadikan penulis sebagai bahan referensi untuk meneliti penelitian tentang reduplikasi bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia ataupun yang berhubungan dengan kajian Analisis Kontrastif maupun Morfologi, yakni:

1. Aprida Indriani (2005) Mahasiswa Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara yang dalam skripsinya berjudul “Analisis Kontrastif Reduplikasi

Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia Ditinjau dari Segi Morfologi”,

yang menyimpulkan bahwa :

- Dalam reduplikasi bahasa Jepang dan bahasa Indonesia ada yang mengalami perubahan bunyi dan ada juga yang tidak.

- Reduplikasi berubah bunyi pada bahasa Jepang terjadi pada nomina dan adjektiva, pada nomina bahasa Indonesia hanya sedikit.

- Tidak semua nomina dalam bahasa Jepang dapat diulang sedangkan dalam bahasa Indonesia semua nomina dapat diulang dan menyatakan jamak.

- Berdasarkan bunyi yang dihasilkan, reduplikasi nomina pada bahasa Jepang perubahan fonem hanya pada awal katanya saja sedangkan

(2)

dalam reduplikasi nomina bahasa Indonesia perubahan fonem tidak hanya pada awal fonem saja tetapi pada fonem tengah dan fonem akhir. - Dalam bahasa Jepang mengalami reduplikasi berimbuhan pada akhir katanya, sedangkan dalam bahasa Indonesia reduplikasi berimbuhan dapat terjadi di awal, di tengah, dan di akhir kata.

- Pada struktur reduplikasi pronomina bahasa Jepang hanya ada satu macam reduplikasi utuh, sedangkan pada struktur reduplikasi bahasa Indonesia semua persona dapat diulang dan menyatakan jamak.

2. Mariatul Qiftiah (2010) Mahasiswa Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara yang dalam skripsinya berjudul ”Proses Morfemis Prefiks Hi, Fu,

Mu, Dan Mi Dan Juga Pemaknaannya Dalam Bahasa Jepang” yang

menyimpulkan bahwa:

- Pada proses pembentukan katanya, kata baru yang terbentuk pada keemapat prefiks ini ada yang mengalami perubahan kelas kata dan ada yang tidak mengalami perubahan kelas kata. Perubahan kelas kata yang banyak terjadi adalah membentuk kata sifat. Oleh karena itu apabila kata dasarnya adalah kata sifat maka rata-rata proses pembentukan katanya tidak mengalami perubahan kelas kata.

- Tidak ada bunyi tertentu yang harus mengikuti sebuah prefiks ini hal ini dapat terlihat bahwa keempat prefiks tersebut dapat diikuti oleh keempat bunyi awal yang sama.

- Untuk setiap prefiks memiliki kecendrungan yang berbeda pada banyaknya jenis kelas kata yang mengikutinya, untuk prefiks hi lebih

(3)

dominan diikuti oleh kata benda yang sifatnya abstrak. Untuk prefiks fu lebih banyak diikuti oleh kata sifat yang bersifat sesuatu yang berhubungan dengan perasaan. Untuk prefiks mu lebih banyak diikuti oleh kata benda yang konkret. Dan untuk prefiks mi lebih banyak diikuti oleh gokan dari kata kerja.

- Dalam hal pemaknaannya keempat prefiks ini menyatakan penidakan ataupun sifat negatif, adapun perbedaannya adalah bahwa prefiks hi lebih bersifat kepada penidakan pada apa yang tertera pada bentuk dasarnya dan lebih bersifat netral. Untuk prefiks fu lebih menekankan kepada hal-hal yang dianggap memberikan nilai yang kurang baik dirasakan. Untuk prefiks mu karena lebih bnayak diikuti oleh kata benda maka maknanya lebih kepada ketidakadaan wujud dari apa yang tersebut pada bentuk dasarnya. Dan untuk prefiks mi menekankkan makna pada sesuatu atau keadaan yang belum terjadi

- Dijumpai prefiks yang dapat digabung dengan sufiks atau adanya penambahan awalan dan akhiran pada satu kata dasar, yakni pada prefiks hi yang bisa dikonfiks dengan sufiks teki dan prefiks mi yang bisa dikonfiks dengan sufiks sha.

(4)

2.2 Konsep

Woodruff (dalam Amin, 1987), mendefinisikan konsep sebagai berikut: (1) suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, (2) suatu pengertian tentang suatu objek, (3) produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep pengulangan dan analisis kontrastif. Kedua konsep tersebut akan dijabarkan dalam sub bab berikut ini.

2.2.1 Definisi Pengulangan

Verhaar (2001:152) menyatakan bahwa proses pengulangan (reduplikasi) atau pengembaran adalah proses morfemis yang mengulangi bentuk dasar atau sebagian dari bentuk dasar tersebut. Muslich (2008:48) menyatakan bahwa proses pengulangan atau reduplikasi adalah peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak.

Menurut Chaer (2007:182) pengulangan adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi. Kridalaksana (1984:167) menyatakan bahwa pengulangan adalah proses dan hasil ulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau gramatikal.

(5)

Dapat disimpulkan bahwa pengulangan adalah suatu proses morfemis yang mengulangi suatu bentuk dasar maupun bentuk yang sudah terjadi afiksasi.

2.2.2 Definisi Linguistik Kontrastif

Menurut Tarigan (1988:23-29) menyatakan bahwa Analisis Kontrastif atau yang lebih dikenal dengan Anakon adalah aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur bahasa pertama dengan bahasa kedua untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan antara dua bahasa.

Pada Analisis Kontrastif inilah dapat digunakan sebagai landasan dalam menemukan perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan antara bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia.

2.3 Landasan Teori 2.3.1 Definisi Morfologi

Cabang linguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal disebut Morfologi (Verhaar:2001:97). Alwasilah (1993:110;111;118) juga menyatakan Morfologi adalah bagian linguistik yang mempelajari morfem serta menganalisis struktur, bentuk, klasifikasi kata-kata. Menurut Samsuri (1994:191) bahwa yang disebut dengan proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.

Crystal (dalam Muis dan Herman, 2005:1), Morfologi adalah cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui penggunaan

(6)

morfem. Morfologi pada umumnya dibagi ke dalam dua bidang: yakni telaah infleksi (inflectional morphology), dan telaah pembentukan kata (lexical or

derivational morphology).

Dari beberapa teori para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Morfologi dalah salah satu cabang linguistik yang mempunyai tugas untuk menelaah struktur dan pembentukan kata yang ada kaitannya dengan morfem.

2.3.2 Definisi Morfem

Berikut adalah beberapa pendapat para ahli yang yang mengemukakan batasan tentang morfem.

Menurut Samsuri (1994:170) morfem adalah komposit bentuk-pengertian yang terkecil yang sama atau mirip yang berulang. Akmajian dkk. (1984:58) menyatakan bahwa morfem adalah satuan terkecil dari pembentukan kata dalam suatu bahasa yang tidak dapat diuraikan lebih lanjut ke dalam bagian-bagian yang bermakna atau yang dapat dikenal. Bauer (1987:13-17), menyatakan morfem adalah satuan-satuan dasar analisis yang dikenal dalam morfologi.

Muslich (2008:3) menyatakan bahwa morfem ialah bentuk-bentuk berulang yang paling kecil beserta artinya. Beliau juga menguraikan ada tiga bentuk morfem yaitu; morfem bebas (free form or free morpheme) yakni bentuk-bentuk yang dapat dipakai secara tersendiri dalam kalimat atau tuturan biasa, morfem terikat (bound form or bound morpheme) yakni bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri, baik dalam kedudukannya sebagai kalimat maupun sebagai kata

(7)

yang menjadi unsur pembentuk kalimat, dan morfem semibebas (semi-free form

or semi-free morpheme) yakni bentuk yang masih mempunyai kebebasan.

Dalam bahasa Mandarin, morfem disebut dengan yu su [语素]. Suparto (2003:17) menyatakan morfem adalah bagian paling kecil dalam tata bahasa yang mempunyai pelafalan dan arti [语素是最小的语音语义结合体,是最小的语法 单 位 ]. Fungsi morfem adalah membentuk kata. Berdasarkan kemampuannya dalam membentuk kalimat, morfem dibagi menjadi dua jenis, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang bisa berfungsi sebagai kata, misalnya 人 (ren)、高 (gao)、山 (shan). Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berfungsi sebagai menjadi kata, baru setelah bergabung dengan kata lain ia membentuk kata, misalnya 民 (min)、机 (ji)、 dan 丽 (li). Yongxin (2005:2) juga menyatakan bahwa morfem adalah satuan terkecil pembentuk kata yang mmpunyai bunyi dan arti.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa morfem adalah satuan yang terkecil dalam tata bahasa yang mempunyai makna dan pelafalan yang berfungsi untuk membentuk kata.

2.3.3 Definisi Kata

Menurut Crystal (1980:383-385), kata adalah satuan ujaran yang mempunyai pengenalan intuitif universal oleh penutur asli, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulisan. Muslich (2008:5) juga menyatakan bahwa kata adalah satuan ujaran bebas terkecil yang bermakna.

(8)

Suparto (2003) memberi definisi bahwa kata dalah bagian yang terkecil dari bahasa yang mempunyai arti dan dapat berdiri sendiri. Sedangkan Yongxin (2005:2) menyatakan bahwa kata adalah satuan terkecil bahasa yang bisa berdiri sendiri, mempunyai arti dan bisa digunakan untuk membentuk kalimat. Misalnya: kata “ 农 民 ” ( dibaca nong min ) adalah satu kata, karena mempunyai arti “pekerja yang menggeluti pekerjaan agrikultur jangka panjang”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kata merupakan satuan terkecil dalam tata bahasa yang mempunyai arti serta dapat berdiri sendiri yang nantinya digunakn untuk membentuk suatu kalimat.

2.3.4 Kelas kata

Istilah kelas kata disebut juga dengan jenis kata, dalam bahasa Mandarin disebut ci lei ming cheng [词类名称] atau didalam bahasa Inggris disebut dengan

parts of speech. Muslich (2008:110), jenis kata ialah golongan kata yang

mempunyai kesamaan bentuk, fungsi, dan perilaku sintaksisnya.

2.3.4.1 Kelas Kata Bahasa Mandarin

Menurut Yongxin (2005:11-56), pembagian kelas kata dalam bahasa Mandarin adalah sebagai berikut:

1. Kata Benda (名词= ming ci)

Kata Benda menyatakan orang, benda, waktu dan tempat, dan lain-lain, seperti:

(9)

学生 (xue sheng= pelajar),电话 (dian hua= telepon),教师 (jiao shi= pengajar),汽车 (qi che= mobil), dan lain-lain.

2. Kata Bilangan (数词= shu ci) dan Kata Bantu Bilangan (助量词= liang ci) Kata Bilangan adalah kata yang menyatakan angka-angka. Kata bantu bilangan adalah kata yang menyatakan satuan kegiatan atau benda. Contoh kata bilangan seperti:

一 (yi= Satu), 四 (si= empat), 四分之一 (si fen zhi yi= seperempat), 三分 之一 (san fen zhi yi= sepertiga), dan lain-lain.

Contoh kata bantu bilangan seperti:

个 (ge= sebuah [digunakan untuk semua benda]), 朵 (duo= sekuntum), 只 (zhi= seekor), 本 (ben= sebuah[klasifikasi kata untuk buku]), dan lain-lain. 3. Kata Kerja (动词= dong ci)

Menyatakan tindakan, tingkah laku atau perubahan dari tindakan yang dilakukan orang atau benda, seperti:

去 (qu= pergi), 教 (jiao= mengajar), 帮助 (bang zhu= menolong), 学习 (xue xi= belajar), dan lain-lain.

4. Kata Sifat (形容词= xing rong ci)

Kata sifat adalah kata yang mendeskripsikan bentuk, kualitas, gerakan, tingkah laku, perubahan suatu benda atau orang. Contoh:

大 (da= besar), 冷 (leng= dingin), 干净 (gan jing= bersih), 高兴 (gao xing= gembira), dan lain-lain.

(10)

Kata keterangan adalah kata yang menyatakan tindakan, tingkah laku, perubahan waktu, lingkup, kualitas, dan keadaan. Contoh:

不 (bu= tidak), 都 (dou= semua), 正在 (zheng zai= sedang), 一起 (yi qi= bersama), dan lain-lain.

6. Kata Ganti (代词= dai ci)

Kata ganti adalah kata yang mewakili/ menggantikan kata benda, kata kerja, kata sifat, dan lain-lain. Contoh:

我 (wo= saya), 你 (ni= kamu), 这儿 (zhe er= ini), 这样 (zhe yang= begini), dan lain-lain.

7. Kata Depan (介词= jie ci)

Kata depan adalah kata yang diletakkan di depan kata benda, kata ganti atau frasa, membentuk frasa kata depan, yang bersama-sama menyatakan arah , obyek, waktu, tempat, dan lain-lain. Contoh:

在 (zai= di, berada), 从 (cong= dari), 对 (dui= terhadap), 跟 (gen= dengan), dan lain-lain.

8. Kata Sambung (连词= lian ci)

Kata sambung adalah kata semu yang menyambungkan kata, frasa, atau klausa. Contoh:

和 (he= dan), 或 (huo= atau), 而 (er= dan), 与 (yu= dan), dan lain-lain. 9. Kata Bantu (助词= zhu ci)

Kata bantu adalah kata yang ditambahkan pada kata, frasa, atau kalimat, menyatakan makna tambahan. Contoh:

(11)

地 (de= digunakan di depan kata kerja atau kata sifat, menyatakan unsur di depannya adalah keterangan yang menerangkan kata kerja atau kata sifat tersebut), 过(guo= diletakkan di belakang kata kerja, menjelaskan suatu tindakan terjadi di masa lampau, atau menyatakan suatu pengalaman pernah terjadi di masa lampau), 啊 (a= digunakan di akhir kalimat pernyataan/deklaratif, menyatakan nada pasti, setuju, mendesak, menasehati, dan lain-lain) 着 (zhe= ditambahkan di belakang kata kerja, menyatakan kesinambungan suatu tindakan atau keadaan), dan lain-lain. 10. Kata Seru dan Kata Peniru Bunyi

Kata seru adalah kata yang menyatakan bunyi suatu seruan, teriakan, atau respon terhadap sesuatu. Kata peniru bunyi merupakan kata yang menirukan bunyi suatu benda atau gerakan. Contoh kata seru:

啊 (a= menyatakan keheranan, kekaguman), 哎呀 (ai ya= menyatakan keheranan), 哈 (ha= mengembuskan napas), 哈哈 (ha ha= menyatakan puas), dan lain-lain.

Contoh kata peniru bunyi:

嗡 嗡 (weng weng= menyatakan bunyi gerakan), 哗 哗 (hua hua= menyatakan bunyi alamiah seperti angin), 哈 哈 (ha ha= suara dari gerakan/kegiatan manusia), 叮当 (ding dang= suara dari benda), dan lain-lain.

(12)

2.3.4.2 Kelas Kata Bahasa Indonesia

Keraf (dalam Muslich, 2008) dalam penjenisan kata, beliau menggunakan kriteria kesamaan morfem-morfem yang membentuk kata-kata itu, atau juga kesamaan ciri dan sifat dalam membentuk kelompok katanya. Berdasarkan kriteria tersebut, kata bahasa Indonesia dapat digolongkan menjadi empat jenis berikut ini.

1. Kata Benda (Nomina)

Kata benda adalah segala macam kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan “yang + kata sifat”. Misalnya:

Gunung yang tinggi, buku yang tebal, jembatan yang kuat, perbuatan yang

baik, dan lain-lain. 2. Kata Kerja (Verba)

Kata kerja adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata “dengan + kata sifat”. Misalnya:

membaca dengan teliti, berjalan dengan cepat, duduk dengan santai, belajar dengan rajin, dan lain-lain.

3. Kata Sifat (Ajektival)

Kata sifat adalah segala kata yang dapat mengambil bentuk “se + reduplikasi + nya, serta dapat diperluas dengan: paling, lebih, sekali. Misalnya:

se-kuat-kuat-nya paling sempurna

se-besar-besar-nya lebih besar

(13)

4. Kata Tugas

Kata tugas adalah segala macam kata yang tidak termasuk salah satu jenis kata, atau menjadi subgolongan jenis-jenis kata di atas. Contoh:

Referensi

Dokumen terkait

kehidupan mereka yang sempurna M 23 24-28 Jun 5.2 MENGHORMATI HAK WANITA Melindungi dan mengiktiraf wanita sebagai individu yang boleh memberi sumbangan dalam

diantaranya adalah karena pemadatan tanah dasar Perkerasan yang kurang sempurna, "levelling" yang ^rang baik, kadar aspal yang tidak merata k.r.n,.. terjadi segregasi

pemasungan pada klien gangguan jiwa di Desa Sungai Arpat Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar berdasarkan karakteristik pekerjaan pada masyarakat yang tidak bekerja

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

Dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blora Tahun 2016-2021 ini akan menjadi acuan dalam penyusunan

• Sebagai contoh bila dikatakan Percentile ke‐ 95 dari suatu pengukuran tinggi badan berarti bahwa 95% populasi merupakan data tinggi badan yang bernilai sama atau lebih rendah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan siaga bencana gempa bumi terhadap kesiapsiagaan anak-anak sekolah dasar dalam menghadapi

Di tengah kesibukan Bapak/ Ibu/ Saudara/i, perkenankanlah saya meminta kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara/i untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi kuesioner