• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PENGERJNG TEROWONGAN ENERGI SURYA RANCANGAN HOHENHEJM. Oleh : SAMcrRI F

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PENGERJNG TEROWONGAN ENERGI SURYA RANCANGAN HOHENHEJM. Oleh : SAMcrRI F"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PENGERJNG TEROWONGAN ENERGI SURYA RANCANGAN HOHENHEJM

Oleh : SAMcrRI F01495005

1999

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

FAICULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PENGERING TEROWONGAN ENERGI SURYA RANCANGAN HOHENHEIM

SIUUPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Juiusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : SAMUM F01495005 w.

' >

Disetujui, a

.

'.*%* CJ t >#,

,

.

.T-, '9. Boey; !qgptember . i 1999

(3)

Samuri F01495005. Analisis Kelayakan Penggunaan Pengering Terowongan Energi Surya Rancangan HOEJENHEIhf. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir.

Hadi K. Punvadaria, IPm.

RINGKASAN

Pengeringan merupakan salah satu cara pengolahan produk pangan dan hasil pertanian yang telah banyak digunakan masyarakat Indonesia semenjak dahulu. Pengeringan yang paling sederhana adalah penjemuran. Masalah yang dihadapi dengan penjemuran ini adalah waktu pengeringan yang lama. Dengan waktu pengeringan yang lama ini dapat m e n d a n mutu produk yang dikeringkan yaitu warna dan aroma. Selain itu penjemuran yang dilakukan di lantai jemur atau tikar kurang higenis dari seranggga, kotoran dan debu. Penggunaan sinar matahari untuk pengering mekanis adalah salah satu altematif sumber energi untuk pengeringan selain dengan penjemuran biasa. Pengering terowongan energi surya rancangan Hohenheim merupakan pengering mekanis yang menggunakan kolektor surya sebagai sumber panasnya.

Penelitian pengeringan ini dilakukan pada komoditas-komoditas unggulan di Sumatera Barat. Komoditas tersebut adalah kayu manis, gambir, bawang putih, bawang merah, dan cabe merah. Hal ini dapat dilihat dari volume ekspor kayu manis tahun 1997 sebesar 19 999 ton. Sedangkan volume ekspor gambir pada tahun 1996 sebesar 5 978 ton. Produksi cabe merah pada tahun 1997 sebesar 34 644 ton, sedangkan produksi bawang merah sebesar 25 402 ton dan produksi bawang putih sebesar 2 813 ton.

Tujuan penelitian ini adalah 1) mengurnpulkan informasi tentang permasalahan yang dijumpai pada waktu penggunaan alat pengering tipe

(4)

terowongan rancangan Hohenheim di lapangan, 2) Identifikasi produk pengeringan dan penggunaan alat pengeringan di masyarakat Sumatera Barat, 3) menentukan proses pra pengeringan dan proses pengeringan untuk jenis komoditas yang disarankan, 4) analisis struktur biaya pada usaha pengeringan;

BIC rasio, IRR dan NPV.

Kayu manis yang dikeringkan adalah termasuk kelas AA and Washed artinya kayu manis mutu AA dan setelah dibersihkan dicuci terlebih dahulu dengan panjang potongan 8 cm. Gambir yang dikeringkan adalah gambir yang dicetak dengan ukuran tinggi 3 cm dan diameter 3 cm. Disini dilakukan dua perlakuan yaitu pengeringan tanpa jarak dan pengeringan jarak 1 cm. Pengeringan cabe merah menggunakan tiga perlakuan yaitu tanpa perlakuan, diblansir dan dibelah, dan diblansir tanpa dibelah. Pengeringan bawang putih menggunakan dua perlakuan yaitu tiap siung bawang putih dibiarkan utuh dan dibelah dua. Pengeringan bawang merah dilakukan dua perlakuan juga yaitu tiap umbi bawang , ~nerah dipotong secara vertikal dan horizontal.

Pengeringan komoditas kayu manis, cabe merah, bawang merah, bawang putih menggunakan dua kipas yang digerakkan oleh sel fotovoltaik, kisaran suhu pengeringan antara 41.3 OC

-

78.5 OC. sedangkan pada pengeringan gambir dengan

menggunakan tambahan 4 kipas 15 watt yang digerakkan oleh listrik diperoleh kisaran suhu pengeringan antara 37.5 OC - 64 OC dari pukul08.00 - 17.00.

Pengeringan kayu manis jenis AA and Washed memerlukan waktu 2.5 jam

efektif dari kadar air awa125.4 % bb menjadi kadar air akhir 13.8 % bb sedangkan dengan penjemuran membutuhkan waktu 6 jam. Rata-rata laju pengeringan adalah 7.2 % bkljam, sedangkan efesiensi pengeringan adalah 75.0 %. Dari segi wama,

(5)

kayu manis hasil pengeringan ini memiliki warna coklat mengkilat dibandingkan warna penjemuran yang tidak mengkilat. Biaya pengeringan kayu manis Rp 26.3 1 kg berat kering sedangkan harga kayu manis jual Rp 8 1001 kg berat kering.

Pengeringan cabe merah memerlukan waktu 13 jam efektif dalam 2 hari dari kadar air awal 78.9 % bb menjadi kadar air akhir 7.4 % bb (tanpa perlakuan), 5.8 % bb (blansir belah), 7.6 % bb elansir tanpa belah). Laju pengeringan rata- rata adalah 28.2 % bkljam (tanpa perlakuan), 28.3 % bk/jam (blansir belah), 28.2 % bk/jam (blansir tanpa belah). Efisiensi pengeringan sebesar 71.4 % (tanpa perlakuan), 71.8 % (blansir belah), 71.4 % (blansir tanpa belah). Dari segi warna cabe yang diblansir memiliki warna merah merata dan mengkilat dibandingkan yang dijemur memiliki warna merah kusam. Biaya pengeringan Rp 449 /kg berat kering sedangkan harga jual cabe merah adalah Rp 50 000 1 kg berat kering.

Pengeringan bawang putih yang diiris utuh memerlukan waktu 36.5 jam efektif dalam 5 hari dari kadar air awal 76.2 % bb menjadi kadar air akhir 5.6 % bb. Sedangkan pada bawang putih yang dibelah dua memerlukan waktu pengeringan 23.5 jam efektif dalam 3 hari dengan kadar air akhir 8.4 % bb. Laju pengeringan rata-rata pada bawang putih yang diiris utuh adalah 8.6 % bkljam sedangkan pada bawang putih yang dibelah dua adalah 13.2 % bk/jam. Efisiensi pengeringan pada bawang putih 24.6 % sedangkan pada bawang yang dibelah dua 37.9 %. Dari segi aroma bawang putih hasil pengeringan memiliki aroma yang kuat, dibandingkan dengan penjemuran bawang putih hasil penjemuran memiliki warna hitam dan ditumbuhi jamur. Biaya pengeringan bawang putih adalah Rp 676.9 k g berat kering sedangkan harga jual cabe Rp 40 000 / k g berat kering.

(6)

Pengeringan bawang merah memerlukan waktu 32 jam efektif dalam 4 hari untuk bawang merah yang diiris secara horisontal dari kadar air awal 82.7 % bb menjadi kadar air akhir 7.4 % bb. Sedangkan pada bawang merah yang diiris secara vertikal memerlukan waktu 35.3 jam efektif dalam 4 hari untuk mencapai kadar air akhir 7.2 % bb. Rata-rata laju pengeringan adalah 14.8 % bkljam dan untuk bawang merah yang diiris secara vertikal adalah 13.3 % bk/jam. Efisiensi pengeringan pada bawang merah yang diiris horisontal 30.6 % sedangkan pada bawang merah yang diiris secara vertikal adalah 27.8 %. Dari

segi mutu bawang merah hasil pengeringan memiliki warna memudar dan aroma yang lemah, namun bila dibandingkan dengan penjemuran masih lebih baik karena bawang merah yang dijemur ditumbuhi jamur sehingga menimbulkan bau busuk. Biaya pengeringan bawang merah adalah Rp 1 244.5 I kg berat kering, sedangkan harga jual bawang merah adalah Rp 40 000 /kg berat kering

Pengeringan gambir memerlukan waktu 29.5 jam efektif dalam 4 hari dari kadar air awal 71.3 % bb menjadi kadar air akhir sebesar 16.3 % bb untuk pengeringan gambir tanpa jarak, sedangkan untuk gambir yang dikeringkan dengan jarak 1 cm kadar air akhimya 16.8 % bb. Efisiensi pengeringan pada gambir tanpa jarak adalah 20.2 % sedangkan pada gambir yang dikeringkan dengan jarak 1 cm efisiensi pengeringan sebesar 14.1 %. Wama garnbir hasil pengeringan berwama hitarn ini disebabkan oleh jenis gambirnya ha1 ini dapat dilihat karena gambir hasil penjemuran pun benvama hitam. Biaya pengeringan untuk gambir adalah Rp 1 281.41 kg berat kering, sedangkan harga jual gambir R p 8 000 / k g berat kering.

(7)

Usaha pengeringan dalam ~vakru sa:u tahun dengan 3 komoditas yaitu cabe merah, bawang merah, dan bawang putih memililci BC rasio sebesar 1.0 1, NPV sebesar Rp 44 295 742.1 dengan nilai IRR sebesar 34.01 %. BEP untuk cabe 797.3 kg berat kering, bawang putih 843.9 kg berat kering dan untuk baxvang merah 654.1 kg berat kering. Sedangkan untuk pengeringan dengan dua koinoditas yaitu kayu manis dan gambir memiliki BC rasio sebesar 1.01 dengan NPV sebesar Rp 64 179 428.3 dan nilai IRR 59.9 %. BEP untuk k a p manis sebesar 14 354.3 kg berat kering dan BEP untuk gambir sebesar 1247.0 kg berat kering. Dengan demikian usaha penzeringan dengan menggunakan alat pengering terowongan rancangan Hohenheim layak untuk diusahakan.

Permasalahan yang dijumpai dalam penggunaan pengering terowongan energi surya rancangan Hohenheim adalah kapasitas yang terlalu kecil sehingga untuk menggeringkan produk yang jumlahnya besar memerlukan alat yang banyak. Kedua bahan penyusun alat pengering ini kebanyakan bahan yang diimpor sehingga me~nbutuhkan . ~~ investasi. yang lebih besar. Ketiga rol

penggulung plastik penutup pada saat digunakan untuk in~mbuka dan menutup perlu dua orang sehingga cuhvp merepotkan. Keempat fld-tuasi suhu mang pengering dengan bembahnya cuaca.

Untuk menggerakkarf k p a s bisa menggunakan listrik tidak hams menggunakan sel foto.ioltaik. Penggunaan keranglca alat dari besi bisa digantikan dengan kayu untuk menurunkan biaya pelnbuatan alat. Untuk Pengeringan kayu manis alat ini diletakkan pada eksportir untuli menjamin kekontinuan bahan. Hal ini dapa? dilihat d e n g a ~ estimasi rata-rata k a ~ u ~nanis yanz dibeli eksportir sebcsar 600 ton tiap buian dan ekspox? menjual kayu manis dalam bentuk stik

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)

 

 

 

 

 

 

 

L A M P I R A N 

 

(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)

Referensi

Dokumen terkait

pedoman etika dan perilaku, penanganan konflik kepentingan, pengelolaan sistem pengaduan, pengelolaan/ transparansi harta kekayaan, serta pengelolaan penerimaan

Desa juga diberikan kewenangan dalam pembangunan untuk memprakasa dan peran partisipasi yang besar dalam rangka menggali potensi Desa dengan mendorong Pemerintahan

Konsep dari Taman Bacaan Masyarakat ini adalah Public Space Reading Park , yaitu sebuah konsep dimana para pengunjung bisa membaca dimana saja baik di dalam maupun di

Untuk mencapai output yang ditargetkan, kegiatan ini dilaksanakan dengan pembentukan panitia pelaksanaan kegiatan, pengadaan barang dan jasa, peningkatan sarana dan

Berbagai macam pemborosan dapat terjadi pada proses produksi yang disebabkan oleh tata letak fasilitas yang tidak baik, misalnya jarak perpindahan bahan material

memiliki kualitas hidup yang baik hal ini dapat disebabkan oleh sebagian besar lansia masih aktif bekerja 33 (73.3%) subyek, dengan bekerja mereka dapat

Dari beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, peneliti membatasi permasalahan yang akan diteliti untuk mengetahui manakah yang lebih besar pengaruhnya antara

Kakanda Sabrina Hardianty, SKM, alumni Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi bantuan