• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 (Audited) CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) TAHUN 2018 AUDITED

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 (Audited) CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) TAHUN 2018 AUDITED"

Copied!
347
0
0

Teks penuh

(1)

16

CATATAN ATAS

LAPORAN KEUANGAN

(CALK)

TAHUN 2018

AUDITED

(2)

16

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Maksud penyusunan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi pemerintah daerah Provinsi, dan membantu menentukan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Tujuan penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat adalah menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan daerah serta bermanfaat dalam membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:

a. menyediakan informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran;

b. menyediakan informasi mengenai apakah cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan;

c. menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah Provinsi serta hasil-hasil yang telah dicapai; d. menyediakan informasi mengenai bagaimana

pemerintah daerah Provinsi mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;

e. menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi pemerintah daerah Provinsi berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak, retribusi, dan pembiayaan; dan

f. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan pemerintah daerah Provinsi, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Maksud dan Tujuan

(3)

17

1.2 LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, khususnya bagian yang mengatur Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara;

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

(4)

18 Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keungan Badan Layanan Umum.

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 73 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyisihan Piutang dan Dana Bergulir pada Pemerintah Daerah;

16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;

17. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2016 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Barat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2016 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Barat ;

18. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 37 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntansi Pemerintahan dan Bagan Akun Standar di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 48 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 37 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntansi Pemerintahan dan Bagan Akun Standar di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat; 19. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 90 Tahun 2018

tentang Kebijakan Akuntansi Berbasis Akrual Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.

1.3 INFORMASI UMUM TENTANG ENTITAS

PELAPORAN

Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat yang ditetapkan di Jogjakarta pada tanggal 4 Juli 1950. Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat berkedudukan di kota Bandung tepatnya di Jalan Diponegoro No. 22. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan Jawa Barat dipimpin oleh Gubernur,

(5)

19 yang dalam menyelenggarakan tugasnya dibantu oleh satu orang Wakil Gubernur dan Perangkat Daerah. Perangkat Daerah Tahun 2018 terdiri atas:

1. Dinas Pendidikan; 2. Dinas Kesehatan;

3. Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang; 4. Dinas Sumber Daya Air;

5. Dinas Perumahan dan Permukiman; 6. Satuan Polisi Pamong Praja;

7. Dinas Sosial;

8. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

9. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana;

10. Dinas Lingkungan Hidup;

11. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; 12. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa; 13. Dinas Perhubungan;

14. Dinas Komunikasi dan Informatika; 15. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil;

16. Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu;

17. Dinas Pemuda dan Olahraga; 18. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan; 19. Dinas Kelautan dan Perikanan; 20. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan;

21. Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan; 22. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura; 23. Dinas Perkebunan;

24. Dinas Kehutanan;

25. Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral; 26. Dinas Perindustrian dan Perdagangan; 27. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; 28. Kepala Daeah dan Wakil Kepala Daerah; 29. Sekretariat Daerah;

30. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

31. Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah I;

32. Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah II;

33. Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah III;

34. Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah IV;

35. Badan Penghubung;

36. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; 37. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah; 38. Badan Pendapatan Daerah;

(6)

20 39. Badan Kepegawaian Daerah;

40. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia; 41. Badan Penelitian dan Pengembangan;

42. Inspektorat;

43. Badan Penanggulangan Bencana Daerah; 44. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN CATATAN ATAS

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Sistematika penulisan laporan keuangan disajikan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, dengan beberapa modifikasi dan penambahan yang dianggap perlu untuk tujuan kelengkapan dalam pelaporan keuangan, sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat;

1.2 Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat;

1.3 Informasi Umum Tentang Entitas Pelaporan; 1.4 Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.

Bab II Ekonomi Makro, Kebijakan Strategis, dan Kebijakan Keuangan

2.1 Ekonomi Makro; 2.2 Kebijakan Strategis; 2.3 Kebijakan Keuangan;

2.4 Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD.

Sistematika Penulisan

(7)

21 Bab III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan Pemerintah

Daerah Provinsi Jawa Barat

3.1 Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target APBD Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat; 3.2 Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja

Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat;

3.3 Hambatan dan Kendala yang Ada dalam Pencapaian Target yang telah Ditetapkan. Bab IV Kebijakan Akuntansi

4.1 Entitas Pelaporan Keuangan Daerah;

4.2 Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat;

4.3 Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat;

4.4 Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan dengan Ketentuan yang Ada dalam Standar Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat;

4.5 Prinsip Integrasi Laporan Keuangan BLUD ke dalam LKPD Provinsi Jawa Barat.

Bab V Penjelasan Pos-Pos Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat

5.1 Penjelasan atas Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 5.2.1 Penjelasan Umum Laporan Realisasi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

5.2.2 Penjelasan per Pos Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

5.2 Penjelasan atas Pos-Pos Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

5.2.1 Penjelasan Umum Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;

5.2.2 Penjelasan per Pos Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih.

(8)

22 5.3 Penjelasan atas Pos-Pos Neraca

5.3.1 Penjelasan Umum Neraca; 5.3.2 Penjelasan per Pos Neraca.

5.4 Penjelasan atas Pos-Pos Laporan Operasional

5.4.1 Penjelasan Umum Laporan Operasional;

5.4.2 Penjelasan per Pos Laporan Operasional.

5.5 Penjelasan atas Pos-Pos Laporan Arus Kas 5.5.1 Penjelasan Umum Laporan Arus Kas; 5.5.2 Penjelasan per Pos Laporan Arus Kas. 5.6 Penjelasan atas Pos-Pos Laporan Perubahan

Ekuitas

5.6.1 Penjelasan Umum Laporan Perubahan Ekuitas;

5.6.2 Penjelasan per Pos Laporan Perubahan Ekuitas.

Bab VI Penjelasan atas Informasi-Informasi Non Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat

(9)

23

BAB II

EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN STRATEGIS, DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

2.1 EKONOMI MAKRO

Indikator Ekonomi Makro yang mempengaruhi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat yaitu meliputi Indeks Pembangunan Manusia, Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk, Produk Domestik Regional Bruto, Laju Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Indeks Gini, Ketenagakerjaan, dan Kemiskinan. Ringkasan indikator ekonomi makro dapat dilihat pada tabel berikut:

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat

No Indikator Satuan Realisasi 2017 (LKPJ) Realisasi 2018 (LKPJ) 1 Indek Pembangunan

Manusia (IPM) Poin 70,77 70,99 a. Indeks Kesehatan (IK) Poin 81,18 81,26 b. Indeks Pendidikan (IP) Poin 62,19 63,04 c. Indeks Pengeluaran Poin N/A N/A 2 Jumlah Penduduk Jiwa 48.037.600 48.683.861

3 Laju Pertumbuhan

Penduduk (LPP) % 1,39 1,34

4 a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

- Atas Dasar Harga

Berlaku (ADHB) Trilyun 1.789,06 1.962,23 - Atas Dasar Harga

Konstan (ADHK) Trilyun 1.342,95 1.419,69 5 Laju Pertumbuhan Ekonomi % 5,19 5,58

6 Inflasi % 3,77 3,54

7 Indeks Gini Poin 0,39 0,405

8 Ketenagakerjaan:

a. Penduduk Usia Kerja (15

tahun ke atas) juta orang 35,35 35,96 b.Penduduk Angkatan Kerja juta orang 22,39 22,63

c.Penduduk Bekerja (15

tahun ke atas) juta orang 20,55 20,78 d. Pengangguran juta orang 1,84 1,85 e. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja % 63,34 62,92 f. Tingkat Pengangguran Terbuka % 8,22 8,17 g. Tingkat Kesempatan Kerja Orang 91,78 91,16 9 Kemiskinan

a. Penduduk Miskin juta orang 3,77 3,54

b. Persentase Penduduk Miskin terhadap Total Penduduk

% 7,83 7,25

Indikator Ekonomi Makro

(10)

24 Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2018, jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018 adalah sebanyak 48.683.861 jiwa, Laju Pertumbuhan Penduduk pada tahun 2018 sebesar 1,34 persen

Adapun dilihat dari Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Wilayah Provinsi Jawa Barat terdiri atas: 1) Penduduk Usia Kerja (15 tahun keatas), 2) Penduduk Angkatan Kerja, 3) Penduduk Bekerja (15 tahun keatas), dan 4) Penganggur (Mencari Kerja). Pada Tahun 2018 Penduduk Usia Kerja berjumlah 35,96 juta jiwa. Jumlah angkatan kerja mencapai 22,63 Juta orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja sebanyak 62,92 persen. Jumlah penganggur di Provinsi Jawa Barat sebesar 1,85 juta orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Jawa Barat mengalami penurunan menjadi sebesar 8,17 persen

Terkait dengan kondisi umum kesejahteraan masyarakat Provinsi Jawa Barat dapat dilihat dari pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai barometer indikasi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan perhitungan BPS, seluruh komponen indikator IPM Jawa Barat pada Tahun 2018 sebesar 70,99 poin. Keberhasilan tersebut dicapai dari Angka Harapan Hidup sebesar 72,82 tahun, Harapan Lama Sekolah sebesar 12,88 tahun, Rata-Rata Lama Sekolah 8,18 tahun dan pengeluaran perkapita 10.290,6 juta rupiah per tahun.

Indikator kesejahteraan masyarakat lainnya adalah tingkat kemiskinan. Untuk mengukur keadaan kemiskinan, Badan Pusat Statistik menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach). Pemerintah Provinsi Jawa Barat dari tahun ke tahun telah melaksanakan upaya penanggulangan kemiskinan. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2018 mencapai 3,54 juta orang menurun dari tahun 2017 sebesar 3,77 juta jiwa.

Pembangunan perekonomian Provinsi Jawa Barat telah tumbuh dengan baik dan menunjukan trend positif yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Capaian Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). Capaian PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018 sebesar Rp 501,70 Triliun, sedangkan capaian laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2018 sebesar 5,58 persen, angka

Aspek Ketenagakerjaan Aspek Demografis Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek Kesejahteraan Masyarakat

(11)

25 tersebut masih diatas rata-rata laju pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17 persen.

Kondisi Ekonomi Makro Provinsi Jawa Barat dapat ditunjukkan juga oleh angka inflasi dan Indeks Gini. Indeks Gini Provinsi Jawa Barat tercatat 0,405 poin dan laju inflasi yaitu pada level 3,54 persen. Data tersebut menunjukan pengendalian inflasi di Provinsi Jawa Barat berjalan cukup baik dan kondisi tersebut diharapkan dapat lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat Provinsi Jawa Barat.

2.2 KEBIJAKAN STRATEGIS

Salah satu instrumen untuk dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan layanan prima adalah perumusan perencanaan strategis. Dengan perumusan perencanaan strategik yang dikomunikasikan kepada seluruh lapisan pegawai, maka diharapkan tantangan perubahan zaman dapat disikapi dengan arif dan bijak.

Perencanaan strategik Pemerintah Provinsi Jawa Barat merupakan serangkaian rencana tindakan dan kegiatan mendasar yang dibuat secara bersama-sama antara pimpinan dan seluruh komponen organisasi untuk diimplementasikan oleh seluruh jajarannya dalam rangka pencapaian visi dan misi Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, tantangan, dan peluang yang ada di Jawa Barat serta budaya hidup dalam masyarakat, maka Visi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2013 – 2018 adalah:

“Jawa Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua”

Penjabaran makna dari Visi Jawa Barat adalah:

Maju : adalah sikap dan kondisi masyarakat yang produktif, berdaya saing dan mandiri, terampil dan inovatif dengan tetap dapat menjaga tatanan sosial masyarakat yang toleran, rasional, bijak dan adaptif terhadap dinamika perubahan namun tetap berpegang pada nilai budaya serta kearifan lokal dan berdaulat secara pangan, ketahanan ekonomi, dan sosial.

Sejahtera : adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara lahir dan batin mendapatkan rasa aman dan

(12)

26 makmur dalam menjalani kehidupan. Untuk

Semua

: adalah kondisi dimana hasil pembangunan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan, elemen dan komponen masyakarat.

Agar Visi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dapat diwujudkan dan mendorong efektifitas serta efisiensi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Provinsi Jawa Barat yang menggambarkan tujuan serta sasaran yang ingin dicapai.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat 2013-2018, merupakan tahapan ketiga Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat 2005-2025, yaitu tahap memantapkan pembangunan secara menyeluruh dalam rangka penyiapan kemandirian masyarakat Jawa Barat.

Dalam rangka pencapaian visi yang telah ditetapkan dengan memperhatikan kondisi dan permasalahan, serta memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka ditetapkan 5 (lima) misi yaitu:

Misi Pertama,

Membangun Masyarakat yang Berkualitas dan Berdaya Saing.

Misi Kedua, Membangun Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan.

Misi Ketiga, Meningkatkan Kinerja Pemerintahan, Profesionalisme Aparatur, dan Perluasan Partisipasi Publik.

Misi Keempat,

Mewujudkan Jawa Barat yang Nyaman dan Pembangunan Infrastruktur Strategis yang Berkelanjutan.

Misi Kelima, Meningkatkan Kehidupan Sosial, Seni dan Budaya, Peran Pemuda dan Olahraga, serta Pengembangan Pariwisata dalam Bingkai Kearifan Lokal.

Kebijakan Pembangunan Daerah

Kebijakan pembangunan merupakan penjabaran tujuan dan sasaran misi kebijakan pembangunan tersebut menjadi pedoman dalam pelaksanaan program dan kegiatan selama periode tahun 2013-2018 berdasarkan urusan pemerintahan.

Kebijakan

(13)

27 Misi Pertama, Membangun Masyarakat yang

Berkualitas dan Berdaya Saing Tujuan :

Membangun sumber daya manusia Jawa Barat yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, senantiasa berkarya, kompetitif, dengan tetap mempertahankan identitasdan ciri khas masyarakat yang santun danberbudaya

Sasaran :

1. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pendidikan yang unggul, terjangkau, dan merata;

2. Meningkatnya kualitas layanan kesehatan bagi semua serta perluasan akses pelayanan yang terjangkau dan merata;

3. Meningkatnya daya saing sumber daya manusia dan kelembagaan serta berbudaya IPTEK.

Misi Kedua, Membangun Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan

Tujuan :

Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan mengurangi disparitas ekonomi antar wilayah. Sasaran :

1. Jawa Barat sebagai Daerah Pertanian Berbasis Agrikultur;

2. Meningkatnya daya saing usaha pertanian; 3. Meningkatnya kualitas iklim usaha dan investasi; 4. Meningkatnya jumlah dan kualitas wirausahawan; 5. Meningkatnya pembangunan ekonomi perdesaan dan

regional.

Misi Ketiga, Meningkatkan Kinerja Pemerintahan, Profesionalisme Aparatur, dan Perluasan Partisipasi Publik

Tujuan :

1. Meningkatkan kualitas birokrasi yang profesional dan akuntabel dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik serta pembangunan partisipasi;

(14)

28 3. Terwujudnya profesionalisme pemerintahan yang

didukung oleh aparatur yang kompeten; 4. Meningkatkan stabilitas di daerah. Sasaran :

1. Meningkatnya kualitas dan akuntabilitas layanan Pemerintahan serta mewujudkan perluasan partisipasi publik;

2. Meningkatnya kualitas tata kelola Pemerintahan berbasis IPTEK;

3. Meningkatnya profesionalisme dan kualitas kesejahteraan aparatur;

4. Meningkatnya stabilitas tibumtranmas, kesadaran politik, dan hukum.

Misi Keempat, Mewujudkan Jawa Barat yang Nyaman dan Pembangunan Infrastruktur Strategis yang Berkelanjutan

Tujuan :

1. Meningkatkan kelestarian lingkungan hidup dan keberlanjutan pembangunan;

2. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur untuk peningkatan produktivitas ekonomi, dan pelayanan dasar.

Sasaran :

1. Meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta kualitas penanganan bencana;

2. Meningkatkan kualitas pemenuhan infrastuktur dasar masyarakat;

3. Meningkatkan percepatan pembangunan infrastuktur strategis.

Misi Kelima, Meningkatkan Kehidupan Sosial, Seni dan Budaya, Peran Pemuda dan Olahraga serta Pembangunan Pariwisata dalam Bingkai Kearifan Lokal

(15)

29 Tujuan :

1. Mewujudkan kesejahteraan para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS);

2. Mewujudkan pemuda yang tangguh dan berdaya saing serta meningkatnya prestasi olahraga;

3. Melestarikan seni dan budaya berbasis kearifan lokal dan mengembangkan pariwisata yang berdaya saing; 4. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan dasar dan hak

dasar manusia. Sasaran :

1. Pencegahan dan penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS);

2. Meningkatnya peran pemuda, organisasi kemasyarakatan, dan prestasi olahraga serta penanganan komunitas tertentu;

3. Meningkatnya peran masyarakat dalam pembangunan olahraga, seni, budaya, dan pariwisata;

4. Meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat dan kerukunan antar umat beragama;

5. Meningkatnya kualitas ketahanan keluarga.

Prioritas Pembangunan Daerah

Visi dan Misi yang telah dijelaskan tujuannya perlu dipertegas cara untuk mencapai tujuan misi tersebut melalui arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah yang akan dilaksanakan, strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat ditetapkan berdasarkan rumusan isu strategis pembangunan daerah yang selanjutnya menjadi dasar dalam penetapan program dan kegiatan pembangunan daerah.

Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran setiap misi dilaksanakan melalui 10 (sepuluh) skenario pembangunan

Common Goals berbasis tematik sektoral. Adapun

operasionalisasi Common Goals dilaksanakan berdasarkan 5 (lima) strategi yaitu: Pertama, pelibatan komunitas berbasis masyarakat dengan prinsip penguatan aktor lokal (strengthening local actor); Kedua, integrasi seluruh potensi nyata pembangunan dan daya saing di seluruh kabupaten/kota; Ketiga, penerapan manajemen pemerintahan model hibrida sebagai penghela percepatan pembangunan, yaitu mengkombinasi manajemen berbasisdaerah otonom Kabupaten/Kota dengan

Prioritas Pembangunan Daerah

(16)

30 manajemen kewilayahan; Keempat, penguatan komitmen pelaksanaan pembangunan lintas sektor dan lintas pemerintahan; serta Kelima, peningkatan peran multi pihak dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan mutu serta akuntabilitas pembangunan.

Program/kegiatan yang disinergikan melalui Common Goals merupakan bagian dari upaya pencapaian Visi dan Misi Jawa Barat 2013-2018. Common Goals merupakan rencana kerja prioritas pembangunan yang dikelompokan dalam 10 (sepuluh) Common Goals adalah :

1. Meningkatkan Aksesibilitas dan Mutu Pendidikan Dengan sasaran prioritas pembangunan sebagai berikut :

a. Jabar bebas putus jenjang sekolah;

b. Peningkatan pelayanan pendidikan non formal plus kewirausahaan dengan sasaran usia 15 tahun ke atas;

c. Pendidikan berkebutuhan khusus;

d. Peningkatan relevansi dan kualitas pendidikan tinggi serta Pembangunan Perguruan Tinggi di Luar Domisili dan Penegerian;

e. Peningkatan fasilitas pendidikan, fasilitas laboratorium, ruang kelas baru, kobong pondok pesantren, dan kompetensi tenaga pendidik.

2. Meningkatkan Aksebilitas dan Kualitas Layanan Kesehatan

Dengan sasaran prioritas pembangunan sebagai berikut :

a. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas, puskesmas PONED, dan pemenuhan sumber daya kesehatan;

b. Pemenuhan pelayanan kesehatan dasar ibu dan anak;

c. Peningkatan fasilitas dan layanan Rumah Sakit Rujukan dan Rumah Sakit Jiwa;

d. Pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.

3. Mengembangkan Infrastuktur Wilayah, Energi dan Air Baku

Dengan sasaran prioritas pembangunan sebagai berikut :

a. Penanganan kemacetan lalu litas di Metropolitan Bodebek-Karpur dan Bandung Raya;

(17)

31 b. Infrastuktur strategi di Koridor Bandung-Cirebon,

Cianjur-Sukabumi-Bogor, Jakarta-Cirebon, Bandung-Tasikmalaya, serta Jabar Selatan;

c. Infrastuktur jalan dan perhubungan, pembangunan BIJB Kertajati dan Bandara Strategis lainnya, Air

Strip serta pembangunan jalan tol, jalan lintas cepat,

monorel, kereta api, dan LRT (Light Rail Transit); d. Infrastruktur sumber daya air, dan irigasi strategi,

serta pengendalian banjir;

e. Kawasan industri terpadu, infrastrutur permukiman dan perumahan serta Sanitasi Lingkungan, Kawasan Aerotropolis Kertajati dan Pengembangan Kota Baru; f. Jabar mandiri energi perdesaan untuk listrik dan

bahan bakar kebutuhan domestik, serta peningkatan Rasio Elektrifikasi Rumah Tangga;

g. Pemenuhan kecukupan air baku dan pengembangan infrastruktur air bersih perkotaan dan perdesaan di Jawa Barat.

4. Meningkatkan Ekonomi Pertanian

Dengan sasaran prioritas pembangunansebagai berikut :

a. Jabar sebagai sentra produksi benih/bibit nasional; b. Pengembangan agrobisnis, forest business, marine

business, dan agroindustry;

c. Perlindungan lahan pertanian berkelanjutan, pemenuhan 13 juta ton GKG, dan swasembada protein hewani;

d. Jawa Barat bebas rawan pangan;

e. Meningkatnya dukungan infrastruktur (jalan, jembatan, dan irigasi) di sentra produksi pangan. 5. Meningkatkan Ekonomi Non Pertanian

Dengan sasaran prioritas pembangunan sebagai berikut :

a. Peningkatan budaya masyarakat bekerja, perluasan lapangan kerja, dan kesempatan berusaha UMKM; b. Perkuatan peran BUMD dalam pembangunan dan

mewujudkan Jawa Barat sebagai tujuan investasi; c. Pengembangan skema pembiayaan alternatif; d. Pengembangan industri manufaktur;

e. Pengembangan industri kreatif, dan wirausahawan muda kreatif, serta menciptakan pengusaha besar berkelas dunia.

6. Meningkatkan Pengelolaan Lingkungan Hidup,dan Kebencanaan

(18)

32 Dengan sasaran prioritas pembangunan sebagai berikut :

a. Pengendalian pemanfaatan sumber daya mineral dan non mineral;

b. Konservasi dan rehabilitasi kawasan lindung 45 persen;

c. Pengendalian pencemaran limbah industri, limbah domestik, dan pengelolaan sampah regional.

d. Penanganan bencana longsor dan banjir.

7. Meningkatkan Pengelolaan Seni, Budaya dan Wisata,serta Kepemudaan

Dengan sasaran prioritas pembangunan sebagai berikut :

a. Pengembangan fasilitas olahraga dan kepemudaan; b. Pelestarian seni budaya tradisional dan benda cagar

budaya di Jawa Barat;

c. Gelar karya dan kreativitas seni budaya di Jawa Barat yang diakui Nasional dan Internasional serta Pembangunan Pusat Seni dan Budaya bertaraf Internasional;

d. Pengembangan destinasi wisata siap kunjung dan destinasi Wisata Dunia.

8. Meningkatkan Ketahanan Keluarga dan Kependudukan Dengan sasaran prioritas pembangunan sebagai berikut :

a. Peningkatan ketahanan keluarga dan program keluarga bencana;

b. Peningkatan pemberdayaan perempuan, danekonomi keluarga, serta Posyandu;

c. Peningkatan pengelolaan dan pengendalian kependudukan.

9. Menanggulangi Kemiskinan, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial,dan Keamanan

Dengan sasaran prioritas pembangunan sebagai berikut :

a. Pengurangan kemiskinan dan perbaikan Rumah Tidak Layak Huni;

b. Peningkatan rehabilitas sosial, pemberdayaan sosial, jaminan sosial, dan perlidungan sosial terhadap PMKS;

c. Peningkatan ketentraman, dan keamanan masyarakat, serta penanganan dampak sosial pembangunan infrastruktur strategis.

(19)

33 10. Meningkatkan kinerja aparatur serta tata kelola

pemerintahan dan pembangunan berbasis IPTEK. a. Modernisasi Pemerintahan dan profesionalisme

aparatur;

b. Peningkatan kualitas komunikasi organisasi dan komunikasi publik;

c. Penataan sistem hukum dan penegakan hukum; d. Kerjasama program pembangunan dan pendanaan

multipihak;

e. Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian dan akuntabilitas pembangunan serta pengelolaan aset dan keuangan;

f. Peningkatan sarana dan prasarana Pemerintahan. Untuk mendukung tujuan dan strategi di atas, maka kebijakan umum pembangunan Jawa Barat Tahun 2018 diarahkan untuk :

1. Membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing dimaknai melalui kebijakan optimalisasi kualitas dan sebaran layanan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial, serta peningkatan kapabilitas sumberdaya manusia Jawa Barat;

2. Membangun perekonomian yang kokoh dan berkeadilan dimaknai melalui kebijakan pengembangan kemampuan dan daya saing ekonomi Jawa Barat berbasis potensi lokal;

3. Meningkatkan kinerja pemerintahan melalui profesionalisme tata kelola dan perluasan partisipasi publik dimaknai melalui kebijakan penyelenggaraan good

governance yang bermutu, akuntabel, toleran dan

berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi;

4. Mewujudkan Jawa Barat yang nyaman dengan pembangunan infrastruktur strategis yang berkelanjutan dimaknai melalui kebijakan optimalisasi kuantitas, kualitas dan pelayanan infrastruktur wilayah serta pengendalian tata ruang berbasis daya dukung lingkungan dan mitigasi bencana serta peningkatan penciptaan dan pemanfaatan energi baru terbarukan;

5.

Mengokohkan kehidupan sosial kemasyarakatan melalui peningkatan peran pemuda, olahraga, seni, budaya dan pariwisata dalam bingkai kearifan lokal dimaknai melalui kebijakan peningkatan kehidupan sosial kemasyarakatan yang berbasis potensi lokal.

(20)

34 Selanjutnya rencana kerja kedua, yaitu Non-Common Goals merupakan rencana kerja penunjang yang dikatagorikan bukan merupakan kegiatan prioritas pembangunan. Rencana kerja Non-Common Goals diarahkan untuk kegiatan-kegiatan yang mendukung operasional dan peningkatan kinerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Perangkat Daerah/Biro.Kegiatan yang termasuk dalam lingkup Non-Common Goals adalah kegiatan tetap dan mengikat (fixed cost) dan kegiatan rutin (regular cost). Cakupan kegiatan tetap dan mengikat yaitu kegiatan yang harus dialokasikan oleh Perangkat Daerah /Biro karena merupakan kebutuhan dasar untuk operasional dan penunjang kinerja. Sedangkan kegiatan rutin adalah kegiatan yang merupakan tugas fungsi Perangkat Daerah/Biro dan bukan kegiatan unggulan namun akan berdampak luas apabila tidak dilaksanakan.

2.3 KEBIJAKAN KEUANGAN

Arah Kebijakan Perekonomian Daerah

Kebijakan keuangan Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 secara umum disusun dalam rangka mewujudkan arah kebijakan pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Tahun 2013-2018, dan tidak terlepas dari kapasitas fiskal daerah sebagai salah satu penopang strategis dalam implementasi pembangunan Provinsi Jawa Barat. Kebijakan belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2018 diarahkan untuk meningkatkan pencapaian sasaran Pembangunan Jawa Barat melalui pengaturan pola pembelanjaan yang lebih fokus, proporsional, efektif, dan efisien.

Kebijakan pengelolaan keuangan daerah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2018 berdasarkan atas Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS), dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat tentang APBD yang telah disepakati antara DPRD dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.

Kebijakan Pendapatan Daerah Provinsi pada Tahun Anggaran 2018, diarahkan melalui upaya peningkatan pendapatan daerah Provinsi dari sektor pajak daerah Provinsi, retribusi daerah Provinsi, dan dana perimbangan dengan cara:

Kebijakan

Pendapatan Daerah

(21)

35 1. Memantapkan kelembagaan melalui peningkatan peran

dan fungsi CPDP, UPT, UPPD dan Balai Penghasil; 2. Intensifikasi dan ekstensifikasi sumber pendapatan

melalui penerapan secara penuh penyesuaian tarif terhadap pajak daerah dan retribusi daerah;

3. Meningkatkan koordinasi dan perhitungan lebih intensif, bersama antara pusat-daerah untuk pengalokasian sumber pendapatan dari dana perimbangan dan non perimbangan;

4. Meningkatkan deviden BUMD dalam upaya meningkatkan secara signifikan terhadap pendapatan daerah;

5. Meningkatkan kesadaran, kepatuhan dan kepercayaan serta partisipasi aktif masyarakat/lembaga dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak dan retribusi; 6. Meningkatkan dan mengoptimalkan pengelolaan aset

daerah secara profesional;

7. Peningkatan sarana dan prasarana dalam rangka meningkatkan pendapatan;

8. Pemantapan kinerja organisasi dalam meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak;

9. Meningkatkan kemampuan aparatur yang berkompeten dan terpercaya dalam rangka peningkatan pendapatan dengan menciptakan kepuasan pelayanan prima.

Sedangkan untuk meningkatkan dana perimbangan dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan penerimaan pajak orang pribadi dalam negeri (PPh OPDN), PPh pasal 21, pajak ekspor, dan PPh badan;

2. Meningkatkan akurasi data sumber daya alam sebagai dasar perhitungan bagi hasil dalam dana perimbangan; serta

3. Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat untuk dana perimbangan dan kabupaten/kota untuk obyek pendapatan sesuai wewenang provinsi.

Dalam merealisasikan perkiraan rencana penerimaan pendapatan daerah (target) diperlukan strategi pencapaiannya sebagai berikut:

a. Strategi pencapaian target pendapatan asli daerah, ditempuh melalui:

1. Penataan kelembagaan, penyempurnaan dasar hukum pemungutan dan regulasi penyesuaian tarif pungutan;

2. Pelaksanaan pemungutan atas obyek pajak/retribusi baru dan pengembangan sistem

(22)

36 operasi penagihan atas potensi pajak dan retribusi yang tidak memenuhi kewajibannya;

3. Peningkatan fasilitas dan sarana pelayanan secara bertahap sesuai dengan kemampuan anggaran; 4. Melaksanakan pelayanan dan pemberian

kemudahan kepada masyarakat dalam membayar pajak melalui drive thru, Gerai Samsat dan Samsat Mobile, layanan SMS, dan pengembangan Samsat Outlet serta Samsat Gendong;

5. Mengembangkan penerapan standar pelayanan kepuasan publik di seluruh kantor bersama/samsat dengan menggunakan parameter iso 9001-2008; 6. Penyebarluasan informasi di bidang pendapatan

daerah dalam upaya peningkatan kesadaran masyarakat;

7. Revitalisasi BUMD melalui berbagai upaya: pengelolaan BUMD secara profesional, peningkatan sarana, prasarana, kemudahan prosedur pelayanan terhadap konsumen/nasabah, serta mengoptimalkan peran Badan Pengawas, agar BUMD berjalan sesuai dengan peraturan sehingga mampu bersaing dan mendapat kepercayaan dari perbankan;

8. Optimalisasi pemberdayaan dan pendayagunaan aset yang diarahkan pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah; serta

9. Melakukan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Keuangan pada tataran kebijakan, dengan POLRI dan kabupaten/kota termasuk dengan daerah perbatasan, dalam operasional pemungutan dan pelayanan Pendapatan Daerah, serta mengembangkan sinergitas pelaksanaan tugas dengan Perangkat Daerah penghasil.

b. Strategi pencapaian target dana perimbangan, melalui: 1. Sosialisasi secara terus menerus mengenai

pungutan pajak penghasilan dalam upaya peningkatan kesadaran masyarakat dalam pembayaran pajak;

2. Peningkatan akurasi data potensi baik potensi pajak maupun potensi sumber daya alam bekerjasama dengan Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal Pajak sebagai dasar perhitungan Bagi Hasil;

(23)

37 3. Peningkatan keterlibatan pemerintah daerah dalam

perhitungan lifting migas dan perhitungan sumber daya alam lainnya agar memperoleh proporsi pembagian yang sesuai dengan potensi;

4. Peningkatan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian teknis, Badan Anggaran DPR RI dan DPD RI untuk mengupayakan peningkatan besaran Dana Perimbangan (DAU, DAK dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak).

Dalam menentukan besaran belanja yang dianggarkan senantiasa akan berlandaskan pada prinsip disiplin anggaran, yaitu prinsip kemandirian yang selalu mengupayakan peningkatan sumber-sumber pendapatan sesuai dengan potensi daerah, prinsip prioritas yang diartikan bahwa pelaksanaan anggaran selalu mengacu pada prioritas utama pembangunan daerah, prinsip efisiensi dan efektifitas anggaran yang mengarahkan bahwa penyediaan anggaran dan penghematan sesuai dengan skala prioritas.Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Perkembangan target (murni) alokasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu 6 tahun (2010-2015) mengalami kenaikan sebesar 22,38 persen. Sementara perkembangan realisasi alokasi belanja daerah selama kurun waktu 2010-2014 rata-rata mengalami peningkatan sebesar 25,82 persen. Secara keseluruhan, realisasi penggunaan anggaran belanja dibandingkan dengan anggaran yang tersedia rata-rata sebesar 90,29 persen.

Pada Tahun 2018 pemerintah telah merubah prinsip dari yang menggunakan prinsip money follow function, karena manfaatnya tidak jelas, diubah menjadi money follow programme dengan memperhatikan prioritas pembangunan sesuai permasalahan serta situasi dan kondisi pada tahun mendatang, artinya program dan kegiatan strategis yang memang menjadi prioritaslah yang mendapatkan anggaran.

Kebijakan Belanja Daerah

(24)

38 Hal ini juga yang menjadi pedoman untuk pelaksanaan Tahun 2018.

Kecenderungan semakin meningkatnya kebutuhan belanja pegawai, pemenuhan belanja rutin perkantoran (fixed cost), belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, tidak berbanding lurus dengan peningkatan pendapatan daerah walaupun pendapatan daerah Provinsi Jawa Barat dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini berdampak pada kemampuan riil keuangan daerah yang cenderung semakin menurun. Dengan menggunakan indikator ruang fiskal (ketersediaan dana dalam APBD yang dapat digunakan secara bebas oleh daerah), ruang fiskal daerah Jawa Barat menunjukkan kecenderungan menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Kebijakan belanja daerah Tahun 2018 diupayakan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang akuntabel, proporsional, efisien dan efektif. Adapun kebijakan belanja daerah untuk Tahun 2018 sebagai berikut:

1. RPJMD 2013-2018, 11 Prioritas Pembangunan Jawa Barat Tahun 2018, program prioritas dan kegiatan prioritas dengan pembagian: urusan pemerintah wajib pelayanan dasar sejumlah enam (6) urusan, wajib non pelayanan dasar sejumlah 18 urusan dan pemerintah pilihan sejumlah delapan (8) urusan serta penunjang pemerintahan sejumlah delapan (8) urusan; Pendukungan Sustainable Development Goals (SDGs); pengentasan kemiskinan;

2. Dukungan RPJMN 2015–2019 dan RKP 2018;

3. Penggunaan dana fungsi pendidikan 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan;

4. Penggunaan dana fungsi kesehatan 10%, dalam rangka peningkatan fungsi kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat secara konsisten dan berkesinambungan mengalokasikan anggaran kesehatan minimal 10% (sepuluh persen) dari total belanja APBD di luar gaji, pembiayaan tidak hanya urusan kesehatan tetapi non urusan kesehatan yang merupakan fungsi kesehatan seperti sarana olahraga dan sumber daya insani;

5. Penggunaan dana fungsi infrastruktur 10% dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) termasuk yang dibagihasilkan kepada kabupaten/kota, dialokasikan untuk mendanai pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana

(25)

39 transportasi umum sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009;

6. Bantuan keuangan kab/kota, bantuan desa, hibah, Bansos dan subsidi;

7. Penggunaan Dana DAK, DBHCHT, BOS Pusat, Pajak Rokok;

8. Pendukungan untuk optimalisasi penggunaan aset milik daerah;

9. Pendukungan penyelenggaraan Asian Games Tahun 2018;

10. Pemberian penghargaan bagi atlet berprestasi;

11. Pembangunan dan pengembangan pusat pelayanan publik dan sosial.

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja daerah terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung.

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung terdiri dari pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada kabupaten/kota, belanja bantuan keuangan kepada kabupaten/kota dan pemerintah desa, dan belanja tidak terduga.

Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barangdan jasa, serta belanja modal.

Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan di terima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiyaan dan pengeluaran pembiayaan, adapun penerimaan pembiayaan tersebut bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan

Kebijakan

(26)

40 pinjaman daerah, penerimaan kembali pembelian pinjaman dan penerimaan piutang daerah. Pemerintah pusat membuka kesempatan bagi pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan untuk melakukan pinjaman sebagai salah satu instrumen pendanaan pembangunan daerah, yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Namun demikian, adanya konsekuensi kewajiban yang harus dibayar atas pelaksanaan pinjaman pemerintah daerah dimaksud, seperti angsuran pokok, biaya bunga, denda, dan biaya lainnya, dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudential management), profesional, dan tepat guna agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah. Selain itu juga dibuka peluang bagi pemerintah daerah untuk menggalang dana pinjaman pemerintah daerah. Sumber pendanaan tersebut adalah obligasi daerah untuk mendanai investasi sektor publik yang menghasilkan penetapan dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Sampai saat ini, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat belum memanfaatkan sumber-sumber penerimaan pembiayaan yang lain kecuali SiLPA.

Pembiayaan ditetapkan untuk menutup defisit yang disebabkan oleh lebih besarnya belanja daerah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Penyebab utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat. Kebijakan Pembiayaan Daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

Penerimaan Pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, mencakup Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, serta penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang daerah.

Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran cicilan pokok hutang yang jatuh tempo, dan pemberian pinjaman. Selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap pengeluaran pembiayaan

(27)

41 disebut sebagai pembiayaan netto. Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit APBD.

a. Penerimaan Pembiayaan

Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik padatahun anggaran yang bersangkutan mupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, mencakup : Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun sebelumnya (SiLPA); Pencairan Dana Cadangan; Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan; Penerimaan Pinjaman Daerah, Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman, dan Penerimaan Piutang Daerah. Struktur pembiayaan daerah untuk sumber penerimaan pembiayaan Tahun Anggaran 2018 adalah bersumber dari SiLPA tahun 2017.

b. Pengeluaran Pembiayaan

Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, mencakup: pembentukan dana cadangan; penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah; pembayaran pokok utang; dan pembayaran pinjaman daerah.

Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan selama Periode Tahun Anggaran 2018 antara lain:

1) Pemerintah Daerah dapat melakukan percepatan pembangunan (khususnya melalui peningkatan pelayanan publik).

2) Adanya unsur keterlibatan dan peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah akan menjadi daya dukung tersendiri bagi Pemerintah Daerah.

3) Pemerintah Daerah memiliki independensi dalam menentukan nilai obligasi yang akan diterbitkan, tingkat bunga/kupon, jangka waktu, peruntukan, dan lain-lain.

4) Peningkatan ekonomi daerah melalui penyediaan layanan umum yang menunjang aktivitas perekonomian.

5) Promosi kepada pihak luar melalui publikasi di pasar modal akan mampu menarik investor menanamkan modalnya yang dapat melebihi nilai penerbitan Obligasi Daerah

(28)

42

2.4 INDIKATOR PENCAPAIAN TARGET KINERJA

APBD

Indikator pencapaian target kinerja APBD menyajikan informasi untuk melihat perbandingan target (anggaran) yang hendak dicapai dengan realisasinya yang dilambangkan dengan angka persentase/indeks/rasio. Indikator pencapaian target kinerja APBD menyajikan informasi tentang pencapaian efektifitas dan efisiensi program, serta kegiatan yang dilaksanakan. Kegunaan indikator adalah sebagai salah satubahan evaluasi serta dapat dijadikan bahan kebijakan untuk menyusun perencanaan tahun berikutnya.

Pendapatan Daerah

Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih daerah. Target Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp33.264.593.878.621,00 dengan realisasi sebesar Rp33.919.022.032.347,78 atau mencapai 101,97%. Capaian realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2018 lebih tinggi sebesar Rp1.755.064.386.743,40 dari Tahun Anggaran 2017 sebesar Rp32.163.957.645.604,30 atau meningkat sebesar 5,46%.

Realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2018 ini berasal dari Pendapatan Asli Daerah yang ditargetkan sebesar Rp18.817.250.109.020,00,00 dengan realisasi sebesar Rp19.642.915.448.763,78 atau 104,39%. Sedangkan Dana

Perimbangan dianggarkan sebesar

Rp14.379.237.589.601,00 dengan realisasi sebesar Rp14.208.000.403.584,00 atau 98,81%. Dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dianggarkan sebesar Rp68.106.180.000,00 dengan realisasi sebesar Rp68.106.180.000,00 atau sebesar 100,00%

Secara ringkas realisasi pendapatan dapat dilihat dalam tabel berikut:

No. Pendapatan Daerah Anggaran (Rp) Realisasi

Rp %

1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 18.817.250.109.020,00,00 19.642.915.448.763,78 104,39

2 Dana Perimbangan 14.379.237.589.601,00 14.208.000.403.584,00 98,81

3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 68.106.180.000,00 68.106.180.000,00 100,00

Pendapatan Daerah

(29)

43 No. Pendapatan Daerah Anggaran (Rp) Realisasi

Rp %

JUMLAH 33.264.593.878.621,00 33.919.022.032.347,78 101,97

Belanja Daerah

Indikator pencapaian target kinerja Belanja APBD dapat dicermati melalui optimalisasi capaian kinerja program. Berdasarkan APBD Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2018. Belanja Daerah dianggarkan sebesar Rp35.669.850.990.459,61 dengan realisasi sebesar Rp33.333.824.961.824,39 atau 93,45%.

Realisasi Belanja Tahun Anggaran 2018 berasal dari Belanja Tidak Langsung yang dianggarkan sebesar Rp27.153.904.782.418,61 dengan realisasi sebesar Rp25.620.293.293.038,00 atau 94,35%. Sedangkan Belanja Langsung Tahun Anggaran 2018 dianggarkan sebesar Rp8.515.946.208.041,00 dengan realisasi sebesar Rp7.713.531.668.786,39 atau 90,58%.

Rincian anggaran dan realisasi Belanja Langsung dijabarkan dalam program sebagai berikut:

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi

Rp %

001.

Program Pendidikan Menengah 1.450.962.163.133,00 1.381.580.460.647,00 95,22

002. Program Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

60.999.000.000,00 46.749.434.035,00 76,64

003. Program Pembinaan dan Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

47.317.360.000,00 44.008.148.664,00 93,01

004. Program Penyelenggaraan Unsur Manajemen dan Fungsi Manajemen

27.365.000.000,00 24.621.447.227,00 89,97

005. Program Pembinaan Bahasa dan Sastra

7.803.320.000,00 6.478.168.650,00 83,02

006.

Program Promosi Kesehatan 4.638.394.950,00 4.131.818.776,00 89,08

007. Program Pengembangan lingkungan sehat

1.242.675.000,00 1.178.230.160,00 94,81

008.

Program Pelayanan Kesehatan 380.207.143.733,00 299.594.304.967,00 78,80

Belanja Daerah

(30)

44

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi

Rp %

009. Program Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular

18.072.524.140,00 13.850.436.616,00 76,64

010.

Program Sumber Daya Kesehatan 416.888.844.672,00 261.475.865.841,00 62,72

011.

Program Manajeman Kesehatan 6.071.850.500,00 4.905.560.192,00 80,79

012. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

442.761.363.835,00 440.710.878.344,00 99,54

013. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan

4.613.800.000,00 4.611.696.740,00 99,95

014. Sistem Informasi dan Data Base Leger Jalan

1.436.419.600,00 1.388.907.140,00 96,69

015.

Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air lainnya

25.157.976.204,00 24.657.259.234,00 98,01

016. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya

98.432.653.370,12 87.232.637.889,00 88,62

017. Program Pengendalian Banjir dan Kekeringan serta Pengamanan Pantai

7.145.670.293,88 7.071.116.412,00 98,96

018. Program Pembinaan Jasa Konstruksi

102.129.914.959,00 91.876.886.742,00 89,96

019. Program Pembangunan dan Peningkatan Jalan dan Jembatan

754.101.867.910,00 736.885.355.317,00 97,72

020.

Program Penataan Ruang 444.914.742.000,00 359.926.251.274,00 80,90

021. Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

63.094.100.852,00 48.135.964.327,00 76,29

022. Program Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman

85.242.437.396,00 75.879.400.644,00 89,02

023. Program Pemeliharaan Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat

7.194.648.000,00 6.939.006.285,00 96,45

024. Program Pendidikan Politik

Masyarakat 5.704.993.600,00 5.265.817.740,00 92,30

025. Program Penanggulangan Bencana Alam, Bencana Sosial dan Perlindungan Masyarakat

5.463.350.000,00 5.394.989.706,00 98,75

026. Program Peningkatan Kapasitas Daerah Dalam Pengurangan Risiko

(31)

45

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi

Rp %

Bencana di Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten/Kota

028. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

19.447.707.210,00 18.875.922.467,00 97,06

029.

Program Pemberdayaan Sosial 5.349.983.540,00 5.298.115.590,00 99,03

030. Program Perlindungan dan Jaminan Sosial

24.834.993.080,00 23.896.940.496,00 96,22

031.

Program Pengembangan dan pendayagunaan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).

2.148.039.900,00 2.103.267.625,00 97,92

032. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

9.350.552.000,00 9.192.379.300,00 98,31

033. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan

8.022.594.000,00 7.928.261.800,00 98,82

034. Program Peningkatan Kesempatan Kerja

6.564.949.500,00 6.335.884.800,00 96,51

035. Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender Dalam Pembangunan

1.240.650.000,00 1.226.950.300,00 98,90

036. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak

11.649.220.000,00 10.819.293.591,00 92,88

037. Program Peningkatan Ketahanan Pangan

9.757.140.515,00 9.233.368.617,00 94,63

038. Program Pengadaan, Penataan dan Pengendalian Administrasi tanah

4.113.411.500,00 4.037.275.119,00 98,15

039. Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup

21.908.112.040,00 20.973.324.551,00 95,73

040. Program Pengelolaan Kawasan Lindung

23.762.880.000,00 20.886.077.175,00 87,89

041. Program Penataan Hutan dan Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

2.013.400.000,00 1.991.263.435,00 98,90

042. Program Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

524.000.000,00 495.344.226,00 94,53

043. Program Penataan Administrasi

Kependudukan 5.641.830.280,00 5.562.120.431,00 98,59

044. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat

(32)

46

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi

Rp %

045. Program Pemantapan

Pemerintahan dan Pembangunan Desa

2.295.445.000,00 1.739.181.803,00 75,77

046. Program Peningkatan Infrastruktur Perdesaan

2.717.165.000,00 2.201.854.130,00 81,03

047. Program peningkatan dan

pembinaan peran serta masyarakat dalam pembangunan

3.078.850.000,00 2.768.085.250,00 89,91

048. Program Ketahanan Keluarga dan Kesejahteraan Keluarga

11.698.172.000,00 10.875.649.090,00 92,97

049. Program Pelayanan Keluarga Berencana

645.320.000,00 639.773.500,00 99,14

051. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

118.954.310.555,00 75.644.949.653,00 63,59

052. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan

4.831.020.000,00 4.408.597.707,00 91,26

053. Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas

7.469.648.800,00 6.437.452.249,00 86,18

054.

Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ)

19.212.093.420,00 18.776.535.193,00 97,73

055.

Program Pengembangan Komunikasi, Informasi, Media Massa dan Pemanfaatan Teknologi Informasi

57.341.935.230,00 53.434.975.481,00 93,19

056. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah

2.325.255.000,00 2.274.268.236,00 97,81

057.

Prog Pengembangan

Kewirausahaan dan Keunggulan UKMKompetitif Usaha Kecil Menengah

19.176.600.000,00 17.815.771.270,00 92,90

058. Program penciptaan iklim Usaha Kecil Menengah yang kondusif

179.550.000,00 179.540.000,00 99,99

059. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi

4.698.894.000,00 4.677.911.400,00 99,55

060.

Program Pembinaan dan Pengembangan BUMD dan Lembaga Keuangan Non Perbankan

867.850.000,00 824.927.775,00 95,05

061. Program Peningkatan Investasi Daerah

(33)

47

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi

Rp %

062. Program Peningkatan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

4.664.170.000,00 4.473.704.698,00 95,92

063. Program Peningkatan dan Pembinaan Kepemudaan dan Kepramukaan

8.623.829.700,00 7.828.723.424,00 90,78

064. Program Pembinaan, Pemasyarakatan dan Pengembangan Olah Raga

73.621.814.789,00 69.274.993.053,39 94,10 065. Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah 6.700.244.250,00 6.456.497.958,00 96,36 066. Program Penyelenggaraan Persandian daerah 648.000.000,00 640.939.175,00 98,91

067. Program Pengembangan Nilai Budaya

6.602.835.000,00 6.067.019.689,00 91,89

068. Program Pengelolaan Kekayaan dan Keragaman Budaya

4.418.300.000,00 4.253.148.500,00 96,26

069. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan

5.627.399.050,00 5.552.886.373,00 98,68

070.

Program Pengembangan Kearsipan 3.246.980.500,00 3.089.167.153,00 95,14

071. Program Pengembangan Budidaya Perikanan

5.144.678.500,00 5.056.692.435,00 98,29

072. Program Pengembangan Perikanan Tangkap

4.434.860.000,00 4.332.768.959,00 97,70

074. Program Pemasaran, Pengolahan dan Peningkatan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan

3.258.545.000,00 3.193.631.725,00 98,01

075. Program Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

3.721.785.000,00 3.707.518.278,00 99,62

076. Program Pengelolaan dan Pelestarian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan

18.401.524.540,00 17.913.365.466,00 97,35

077. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

4.862.300.000,00 4.611.492.601,00 94,84

078. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata

6.939.650.000,00 6.914.585.927,00 99,64

079. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan

34.494.429.000,00 34.167.651.199,00 99,05

080. Program Permberdayaan Sumber Daya Pertanian/Perkebunan

(34)

48

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi

Rp %

081. Program Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Tanaman

16.994.393.000,00 16.783.656.559,00 98,76

082. Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian/Perkebunan

5.406.375.000,00 5.315.048.273,00 98,31

083. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan

27.767.625.800,00 27.037.086.963,00 97,37

084. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak

2.197.346.916,00 2.134.368.581,00 97,13

085. Program peningkatan pemasaran Hasil Produksi Peternakan

1.264.750.000,00 1.207.935.106,00 95,51

086. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan

8.734.500.000,00 3.965.980.907,00 45,41

087. Program Penyuluhan dan Pemberdayaan masyarakat di Bidang Kehutanan

7.122.655.848,00 6.930.638.850,00 97,30

088. Program Pembinaan, Pengembangan Sumber Daya Mineral, Geologi dan Air Tanah

8.920.229.975,00 7.962.342.023,00 89,26

089. Program Pembinaan

pengembangan ketenagalistrikan dan pemanfaatan energi

25.597.655.347,00 20.521.730.776,00 80,17

090. Program Perdagangan Dalam Negeri

3.654.260.000,00 3.484.864.541,00 95,36

091. Program Pemberdayaan Konsumen dan Pengawasan Barang beredar dan jasa

4.263.115.000,00 4.148.314.215,00 97,31

092. Program Pengembangan Perdagangan Luar Negeri

2.250.000.000,00 2.221.388.591,00 98,73

093.

Program Pengembangan Industri 6.589.323.000,00 6.481.768.235,00 98,37

094.

Program Penataan Struktur Industri 457.185.300,00 419.935.000,00 91,85

095. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri 3.796.433.100,00 3.661.150.490,00 96,44 096. Program Pengembangan Transmigrasi 1.646.919.000,00 1.628.490.978,00 98,88 097. Program Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Sistem Administrasi Daerah

14.802.421.561,00 13.425.470.937,00 90,70

098. Program Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi

(35)

49

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi

Rp %

Pembangunan Daerah

099.

Program Kerjasama Pembangunan 11.946.420.000,00 11.679.591.447,00 97,77

100. Program Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah

59.090.493.370,00 50.353.187.034,00 85,21

101. Program Peningkatan

Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

17.298.152.506,00 15.514.057.514,00 89,69

102. Program Pengembangan Kompetensi Aparatur

41.091.926.800,00 32.347.558.105,00 78,72

103. Program Peningkatan Kesejahteraan Sumber Daya Aparatur

72.376.569.680,00 63.220.295.083,00 87,35

104. Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur

1.653.495.000,00 1.633.902.975,00 98,82

105. Program Penelitian, Pengembangan dan Penerapan IPTEK

4.249.880.400,00 3.908.452.234,00 91,97

106. Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah

113.422.179.161,00 106.065.400.891,00 93,51

107. Program Pembinaan dan Pengawasan

24.323.642.700,00 24.014.864.770,00 98,73

108. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, Kesadaran Hukum dan HAM

11.008.738.500,00 10.278.963.700,00 93,37

109. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur

446.660.746.288,00 414.276.416.587,00 92,75

110. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

784.044.933.121,00 725.385.500.963,00 92,52

111. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

496.307.172.198,00 443.561.487.076,00 89,37

112. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

1.085.842.890.348,00 1.036.855.544.166,00 95,49

JUMLAH 8.515.946.208.041,00

7.713.531.668.786,39 90,58 1) Program Pendidikan Menengah

Program Pendidikan Menengah memiliki total alokasi anggaran sebesar Rp1.450.962.163.133,00 dan realisasi anggaran sebesar Rp1.381.580.460.647,00 atau 95,22%. Outcome dari program ini diantaranya kegiatan adalah meningkatnya layanan pendidikan

(36)

50 menengah atas dalam rangka penguatan pendidikan karakter, meningkatnya prestasi siswa bidang pembelajaran sains untuk kegiatan tingkat nasional.

2) Program Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Program Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus memiliki total alokasi anggaran sebesar Rp60.999.000.000,00 dan realisasi anggaran sebesar Rp46.749.434.035,00 atau 76,64%. Outcome dari program ini diantaranya adalah 1. Meningkatnya potensi, prestasi, dan kemandirian siswa berkebutuhan khusus untuk dipublikasikan ke masyarakat; 2. Meningkatnya motivasi, profesionalisme, dan daya inovasi siswa Sekolah Luar Biasa untuk menciptakan produk yang bermanfaat bagi masyarakat; 3. Meningkatnya inovasi dan kreativitas pengelola Sekolah Luar Biasa di bidang kewirausahaan; 4. Meningkatnya kemampuan pengelola Sekolah Luar Biasa dalam aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program penyelenggaraan.

3) Program Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

Program Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan memiliki total alokasi anggaran sebesar Rp47.317.360.000,00 dan realisasi anggaran sebesar Rp44.008.148.664,00 atau 93,01%.

Outcome dari program ini diantaranya meningkatnya

pelayanan tunjangan profesi dan kesejahteraan pegawai Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, meningkatnya pelaksanaan seleksi Pendidik dan tenaga kependidikan di Jawa Barat, meningkatnya kinerja GTK di Jawa Barat.

4) Program Penyelenggaraan Unsur Manajemen dan Fungsi Manajemen

Program Penyelenggaraan Unsur Manajemen dan Fungsi Manajemen memiliki total alokasi anggaran sebesar Rp27.365.000.000,00 dan realisasi anggaran sebesar Rp24.621.447.227,00 atau 89,97%. Outcome dari program ini diantaranya meningkatnya penyelengaraan Forum Perangkat Daerah (PD) Pendidikan, meningkatnya kualitas dan kuantitas dokumen perencanaan pembangunan pendidikan di Jawa Barat.

(37)

51 Program Pembinaan Bahasa dan Sastra memiliki total alokasi anggaran sebesar Rp7.803.320.000,00 dan realisasi anggaran sebesar Rp6.478.168.650,00 atau 83,02%. Outcome dari program ini diantaranya meningkatnya angka partisipasi masyarakat dalam pendidikan dan kesenian di Jawa Barat.

6) Program Promosi Kesehatan

Program Promosi Kesehatan memiliki total alokasi anggaran sebesar Rp4.638.394.950,00 dan realisasi anggaran sebesar Rp4.131.818.776,00 atau 89,08 %.

Outcome program ini diantaranya terlaksannya

peningkatan PHBS dan pembinaan Promkes, Meningkatnya terlaksannya peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan, terlaksannya Penguatan kelembagaan Tim Pembina dan Forum Kabupaten dan Kota Sehat di Jawa Barat.

7) Program Pengembangan Lingkungan Sehat

Program Pengembangan Lingkungan sehat memiliki total alokasi anggaran sebesar Rp1.242.675.000,00 dan realisasi anggaran sebesar Rp1.178.230.160,00 atau 94,81%. Outcome program ini diantaranya terlaksananya Penguatan STBM Dalam Pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi, terlaksananya Pengawasan Penyehatan Lingkungan TTU/TPM dan Penyelenggaraaan Ibadah Haji Tahun 2018 Bidang Kesehatan Lingkungan.

8) Program Pelayanan Kesehatan

Program Pelayanan Kesehatan memiliki total alokasi anggaran sebesar Rp380.207.143.733,00 dan realisasi anggaran sebesar Rp 299.594.304.967,00,00 atau 78,80%. Outcome program ini diantaranya terlaksananya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin Jawa Barat yang belum terjamin oleh BPJS di RSUD Al Ihsan, terlaksananya Pelayanan Kesehatan Kerja Yang Prima dan Komprehensif, terlaksananya Pelayanan Kesehatan Kerja bagi Aparatur Pemda Provinsi, terlaksananya Pemasaran Pelayanan Kesehatan RS Jiwa Provinsi Jawa Barat melalui berbagai media.

Gambar

Grafik Komposisi Realisasi Pendapatan PAD – LRA  Tahun Anggaran 2018
Grafik Komposisi Realisasi Pendapatan Pajak Daerah – LRA  Tahun Anggaran 2018
Grafik Komposisi Realisasi Belanja  Tahun Anggaran 2018
Tabel Piutang Pajak

Referensi

Dokumen terkait

Epiklorohidrin merupakan salah satu pengikat silang pada polimer yang juga dapat meningkatkan kemampuan adsorpsi, seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan

Pendekatan statistika dilakukan untuk menguji apakah terdapat perbedaan kadar lemak kasar yang signifikan antara beras merah varietas Slegreng dan Aek Sibundong.. Pengujian

Pendidikan Sekolah akan berjalan dengan baik dengan dilandaskan pada standar pendidikan nasional yang sudah dicanangkan oleh pemerintah. Salah satu standar tersebut

Dalam rangka untuk melindungi daerah-daerah itu harus dilarang untuk mengambil kayu bakar dari daerah tersebut, untuk berburu hewan liar, untuk menanam tanaman atau untuk

Dalam penelitian ii ada beberapa alat yang digunakan untuk mengukur beberapa variabel penelitian yaitu Identitas subjek, Skala A untuk mengukur sikap permisiforang tua

Sistem pengamanan jaringan adalah sebuah sistem rekayasa baru yang berfokus pada pendekatan untuk mengatasi segala ancaman, dengan menggunakan sebuah formulasi

Public Relations Praktis, Jakarta :Widya Padjajaran.. Cutlip,