• Tidak ada hasil yang ditemukan

Giarthy, K.Y. Margiati, Siti Halidjah Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Giarthy, K.Y. Margiati, Siti Halidjah Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 05 MUARA ILAI KECAMATAN BEDUWAI

KABUPATEN SANGGAU Giarthy, K.Y. Margiati, Siti Halidjah

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan

Abstrak : Judul penelitian ini adalah “ Penerapan Pembelajaran Tematik Dengan Menggunakan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 05 Muara Ilai Kecamatan Beduwai Kabupaten Sanggau”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas III Sekolah Dasar Negeri 05 Muara Ilai Kecamatan Beduwai Kabupaten Sanggau melalui penerapan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas dan metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Subjek penelitian adalah guru dan 23 orang siswa kelas III. Hasil analisis data yang diperoleh melalui observasi dalam proses pembelajaran menunjukkan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan motivasi belajar.

Kata Kunci: pembelajaran tematik, bermain peran, dan motivasi belajar siswa Abstract : The title of this research is " Applying of study tematik by using role play method to increase student learning motivation at the third grade of Sekolah Dasar negeri 05 Muara Ilai Kecamatan Beduwai Kabupaten Sanggau ". This research aims to describe the increasing student learning motivation in following the process of student at the third grade of Sekolah Dasar Negeri 05 Muara Ilai Kecamatan Beduwai Kabupaten Sanggau through applying of study tematik by using role play method. This research uses the qualitative approach with the device of classroom action research and method research used is descriptive. The subjek research is teachers and 23 people of student at the third grade of Sekolah Dasar negeri 05 Muara Ilai Kecamatan Beduwai Kabupaten Sanggau. Result of data analysis obtained through observation in course of study to show the study of tematik by using role play method can improving of student learning motivation . Key Words : Study tematik, role play, and student learning motivation

(2)

Motivasi belajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Hal ini ditegaskan oleh Winkel (dalam Iskandar,2009:180) “Motivasi belajar merupakan motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan keseluruhan penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungn belajar dalam mencapai satu tujuan”. Berdasarkan fakta, siswa kelas III SDN muara Ilai kurang memiliki motivasi belajar seperti terlihat siswa kebanyakkan mengantuk dan kurang bersemangat ketika pembelajaran berlangsung. Hasil refleksi awal bahwa kurangnya motivasi belajar siswa dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan guru membosankan dan masih menggunakan pembelajaran secara terpisah-pisah antar mata pelajaran. Padahal tahapan perkembangan anak untuk siswa kelas rendah yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic) dan kondisi psikologis anak masih suka bermain.Salah satu alternatif yang dapat mengatasi masalah kurangnya motivasi belajar siswa tersebut adalah melalui penerapan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran.

Pembelajaran tematik merupakan salah satu pembelajaran terpadu model terjala (jaring laba-laba) yang diterapkan di kelas rendah yaitu kelas I, II dan III sekolah dasar dengan harapan sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic), mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana serta proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung. Depdiknas (dalam Trianto: 2010:79) menyatakan bahwa “istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa”. lebih lanjut Trianto (2010:84) menjelaskan bahwa “pembelajaran tematik / terpadu merupakan pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran”. Salah manfaat pembelajaran tematik menurut Trianto (2010:87) “Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah”.

Pembelajaran tematik dapat diterapkan dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran. Salah satunya adalah metode bermain peran. Bermain peran disebut juga role-play, menurut Hisyam Zaini, dkk. (2008:98) “role-play adalah suatu aktivitas pembejaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik”. Sedangkan menurut Utomo Dananjaya (2012:122) “Role Playing merupakan gambaran suatu kondisi paradigma tertentu pada satu hal di dalam masyarakat”. Lebih lanjut Depdikbud (dalam Aina Mulyana, 2012) “Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang digunakan unutk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara berfikir orang lain”.Tujuan dari penggunaan metode bermain peran Shaftel (dalam Endang Komara, 2009) adalah “untuk motivasi siswa; untuk menarik minat dan perhatian siswa; memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi situasi dimana mereka mengalami emosi, perbedaan pendapat dan permasalahan dalam lingkungan kehidupan sosial anak; menarik siswa untuk bertanya;

(3)

mengembangkan kemampuan komusikasi siswa, melatih siswa untuk berperan aktif dalam kehidupan nyata”.

Pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran salah satu strategi pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini didasarkan pada tujuan dan manfaat dari pelaksanaan pembelajaran tematik dan metode beramain peran tersebut. Oleh karena kurangnya motivasi belajar siswa kelas III SD Negeri 05 Muara Ilai Kecamatan Beduwai Kabupaten Sanggau, maka perlu ditingkatkan. Kondisi seperti inilah yang memotivasi peneliti sekaligus sebagai guru kelas III untuk mengatasi rendahnya motivasi belajar siswa tersebut dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas, yaitu melalui penerapan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran. Peneliti yang sekaligus sebagai guru kelas III berkolaborasi dengan teman sejawat di sekolah dalam melakukan tindakan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran. Indikasi peningkatan motivasi belajar siswa dalam penelitian akan ditunjukan dengan meningkatnya persentase motivasi intrinsik dan ekstrinsik siswa dalam belajar.

METODE

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas. Sedangkan metode penelitiannya adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah observasi langsung dengan alat pengumpulan datanya lembar observasi dan teknik komunikasi langsung dengan alat pengumpulan datanya wawancara. Rancangan penelitian ini terdiri atas 4 tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Sebagaimana yang dikemukakan Iskandar (2009:50) “rincian prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dirinci dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi-evaluasi yang bersifat siklus berulang-ulang, minimal 2 atau 3 siklus”.

Pelaksanaan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Tahap perencanaan dilaksanakan dengan merancang prosedur tindakan yang terdapat di RPP, menyiapkan media sebagai skenario bermain peran, menentukan dan mempersiapkan lembar observasi. Tahap pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan tindakan yang telah disusun. Refleksi dilakukan pada setiap akhir pembelajaran atau pertemuan pada setiap siklus. Apa bila peneliti sudah mengetahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan siklus pertama melalui refleksi, maka peneliti menentukan rancangan tindakan siklus kedua. Kegiatan siklus kedua merupakan kelanjutan dari keberhasilan pada siklus pertama yang tahapan kegiatan sama dengan siklus I berupa perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi, namun kegiatan pada siklus dua mempunyai berbagai tambahan untuk perbaikan dari hambatan dan kesulitan yang ditemukan di siklus pertama.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 05 Muara Ilai Kecamatan Beduwai Kabupaten Sanggau yang berjumlah 23 orang, dengan siswa laki-laki berjumlah 11 orang dan siswa perempuan berjumlah 12 orang dan seorang peneliti sekaligus guru kelas III SD Negeri 05 Muara Ilai Kecamatan

(4)

Beduwai Kabupaten Sanggau. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah motivasi intrinsik dan ektrinsik siswa melalui analisis persentase berdasarkan pengamatan terhadap siswa dengan menggunakan lembar pengamatan. Adapun indikator motivasi belajar siswa sebagai berikut.

Tabel 1 Indikator Kinerja Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tematik dengan Menggunakan Metode Bermain Peran

No Jenis Motivasi Indikator

I Intrinsik 1. Siswa memiliki keinginan untuk belajar/ memperoleh pengetahuan belajar yang ditunjukkan melalui siswa banyak menghabiskan waktunya untuk belajar

2. Siswa memiliki keinginan memahami suatu konsep/materi pelajaran yang ditunjukkan melalui perhatian siswa selalu terfokus saat mengikuti pelajaran

3. Siswa merasa membutuhkan belajar yang ditunjukkan siswa melalui aktif bertanya dan mencari pemecahan masalah dengan membaca buku referensi tanpa disuruh guru terlebih dahulu

4. Siswa memiliki hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar yang ditunjukkan menyelesaikan tugas dengan baik.

II Ekstrinsik 1. Siswa senang/suka mengikuti pembelajaran dengan situasi yang diciptakan guru

2. Siswa bersemangat dalam belajar

3. Usaha belajar yang intensif dalam proses belajar yang ditunjukkan melalui keaktifan dalam :

a. Mengajukan pertanyaan ketika guru memberikan kesempatan bertanya

b. Menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari temannya

c. Mencatat materi pelajaran yang dianggap penting/membuat rangkuman

d. Mempelajari buku referensi lain yang berhubungan dengan materi pelajaran.

Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan membuat tabulase dan persentase. Daftar skor diolah dengan mengelompokkan/menghitung jumlah nilai yang sama, persentase, dan skor rata-rata. Hasil analisis disajikan dalam bntuk tabel. Rumus perhitungan analisis porsentase yang digunakan adalah rumus persentase yang dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto (2010:102) rumus persentase sebagai berikut.

NP = x 100

(5)

R = nilai/skor mentah yang diperoleh (skor aktual) SM = skor maksimum ideal dari nilai/skor (skor ideal) 100 = bilangan tetap

Berdasarkan persentase yang diperoleh, maka dapat diinterprestasikan dan diklasifikasi sesuai dengan tabel kriteria motivasi belajar siswa yang adaptasi dari tolak ukur kategori persentase menurut Ngalim Purwanto (2010:103) sebagai berikut.

Tabel 2 Tolak Ukur Kategori Persentase

No Perentase (%) Kategori 1 86 – 100 % sangat baik 2 76 – 85 % Baik 3 60 – 75 % cukup baik 4 55 – 59 % Kurang 5 ≤ 54 % kurang sekali

Sumber: Ngalim Purwanto (2008:103)

Adapun teknis analisis data untuk hasil belajar siswa dengan menggunakan perhitungan rata-rata Mean yang dikemukakan Nana Sudjana (2010: 109) sebagai berikut.

X = ∑ Keterangan:

X = Rata-rata hasil belajar siswa

∑X = Jumlah seluruh nilai hasil belajar siswa N = banyaknya siswa

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan melalui 2 siklus, dengan fokus bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III SD Negeri 05 Muara Ilai Kecamatan Beduwai Kabupaten Sanggau. Pada setiap siklus, penelitian ini berfokus pada tujuan agar motivasi belajar siswa meningkat baik motivasi intrinsik maupun motivasi ektrinsik.

Penelitian tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 11 September 2012 dengan tema pembelajarannya adalah “Lingkungan Sekolahku” yang terdiri dari 3 tahapan proses pembelajaran. Tahapan tindakan pada kegiatan awal pembelajaran berupa curah pendapat merumuskan dan menetapkan tema dengan mengajukan pertanyaan, memberikan penjelasan singkat mengenai tujuan dan langkah-langkah pembelajaran, dan memberikan kontrak belajar dengan harapan siswa mengikuti pembelajaran dengan tertib, disiplin dan termotivasi serta antusias terhadap materi pembelajaran. Tahapan tindakan dalam kegiatan inti terdiri atas tahap ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada tahap ekplorasi pembelajaran dimulai dari siswa dengan bimbingan guru membentuk kelompok belajar yang juga sebagai kelompok bermain peran setiap kelompok terdiri atas 3 sampai 4 orang, siswa mengamati gambar lingkungan sekolah yang sehat dan tidak sehat, Guru meminta siswa mengelompokkan gambar lingkungan sekolah yang sehat dan tidak sehat.

(6)

Tahap tindakan selanjutnya dalam kegiatan inti pembelajaran adalah elaborasi. Pada tahap ini dibagikan skenario bermain peran berupa cerita, gambar, dan dialog dengan masing-masing kelompok berbeda tema. Dalam hal ini tema diacak dan siswa diminta memilih tema yang telah ditentukan guru tanpa diketahuinya tema bermain peran tersebut sebelumnya. Selanjutnya siswa diminta secara individu membaca dan memahami skenario bermain peran yang telah disusun guru yang dibagikan guru selama 10 menit. Selama siswa membaca skenario bermain peran guru mengelilingi kelas untuk melihat keseriusan siswa dalam membaca skenario bermain peran. Setelah waktu yang diberikan selesai, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menceritakan, memberikan komentar, atau tanggapan terhadap isi cerita yang akan diperankan oleh masing-masing kelompok.

Setelah waktu yang diberikan selesai, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menceritakan, memberikan komentar, atau tanggapan terhadap isi cerita yang akan diperankan oleh masing-masing kelompok, ternyata tidak ada satupun kelompok yang berani langsung memberikan tanggapannya. Melihat kondisi seperti ini, guru menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik yang merupakan tahap pertama dalam penerapan metode bermain peran. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan pada masing-masing tema tiap kelompok.

Setelah dianggap siswa mengetahui permasalahan yang terdapat dalam masing-masing skenario bermain peran yang mereka baca dan amati gambar skenario bermain peran, kemudian siswa secara berkelompok disuruh melakukan pemilihan partisipan/peran yang merupakan tahap kedua dalam penerapan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran, dalam tahap ini masih ada siswa yang tidak menerima tawaran untuk memerankan tokoh yang ada sehingga guru dapat menunjuk peserta didik yang pantas dan mampu memerankan posisi tertentu.

Selanjutnya kelompok menyusun tahap-tahap peran secara garis besar dari skenario bermain peran yang di susun siswa, dalam hal ini siswa tidak perlu meniru sama persis dengan dialog yang telah ditentukan guru atau tidak perlu ada dialog khusus karena para peserta didik dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan. Guru membantu peserta didik menyiapkan adegan-adegan dengan mengajukan pertanyaan, misalnya di mana pemeranan dilakukan, apakah tempat sudah dipersiapkan, dan sebagainya.), namun demikan ada beberapa siswa mengalami kesulitan untuk menguasai dan mampu untuk bertindak dan berbicara secara spontan, maka perlu diberikan perpanjangan waktu. Akibat dari perpanjangan waktu ini adalah sedikitnya waktu yang tersedia untuk kegiatan presentasi hasil kerja kelompok.

Tindakan selanjutnya adalah menyiapkan pengamat, dalam hal ini kelompok yang belum melakukan pemeranan secara otomatis sebagai pengamat. Setelah siswa dianggap memahami teknik dan prosedur dalam bermain peran, maka guru meminta kelompok satu untuk melakukan pemeranan, sedangkan siswa yang lain mengamati pelaksanaan bermain peran, sementara itu guru menyemangati siswa melaksanakan peran dengan harapan mereka melakukan perannya dengan baik.

(7)

Dalam melakukan bermain peran beberapa siswa masih terlihat canggung namun antara siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah sudah mendapatkan peran masing-masing.Setelah kelompok satu melakukan pemeranan, tahap selanjutnya pemeranan oleh kelompok lain yakni kelompok dua, tiga, dan kelompok empat, kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan evaluasi terhadap pemeranan serta siswa ditugaskan membuat laporan kegiatan berupa pengalamannya dan mengambil kesimpulan.

Tahapan kegiatan inti selanjutnya adalah konfirmasi. Pada tahap ini siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang hasil pengamatan dari pemeranan (Diskusi dan evaluasi). siswa berbagi pengalaman dalam kegiatan bermain perannya dan dilanjutkan dengan klarifikasi oleh guru tentang hasil kerja kelompok dan diskusi yang telah dilaksanakan oleh siswa pada tahap ekplorasi dan elaborasi.Tindakan pada kegiatan penutup berupa siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan evaluasi atau penilaian hasil belajar siswa serta memberikan tindak lanjut.

Hasil observasi tehadap indikator kinerja motivasi belajar siswa pada sisklus I yang dilakukan oleh teman sejawat ( Hayati, S.Pd.SD ) sebagai kolaborator dalam penelitian tindakan kelas ini dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan sebagai berikut. Pada aspek motivasi intrinsik antara lain siswa yang memiliki keinginan untuk belajar/ memperoleh pengetahuan belajar yang ditunjukkan melalui siswa banyak menghabiskan waktunya untuk belajar berjumlah 18 orang atau 78,26% dari subjek penelitian, siswa yang memiliki keinginan memahami suatu konsep/materi pelajaran yang ditunjukkan melalui perhatian siswa selalu terfokus saat mengikuti pelajaran berjumlah 16 orang atau 69,57% dari subjek penelitian, siswa yang merasa membutuhkan belajar yang ditunjukkan siswa melalui aktif bertanya dan mencari pemecahan masalah dengan membaca buku referensi tanpa disuruh guru terlebih dahulu sebanyak 8 orang atau 34,78% dari jumlah subjek penelitian, dan siswa memiliki hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar yang ditunjukkan menyelesaikan tugas dengan baik sebanyak 18 orang atau 78,26% dari jumlah subjek penelitian. Sedangkan pada aspek motivasi ekstrinsik, siswa yang senang/suka dan bersemangat mengikuti pembelajaran dengan situasi yang diciptakan guru masing-masing sebanyak 20 orang atau 86,96% dari jumlah subjek penelitian, indikator usaha belajar siswa yang intensif dalam proses belajar dengan situasi yang diciptakan guru yang ditunjukkan melalui keaktifan dalam : (1) mengajukan pertanyaan ketika guru memberikan kesempatan bertanya sebanyak 8 orang atau 34,78% dari jumlah subjek penelitian, (2) menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari temannya ketika diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut sebanyak 10 orang atau 43,5% dari jumlah subjek penelitian, (3) mencatat materi pelajaran yang dianggap penting / membuat rangkuman ketika guru menyuruh mencatat materi pelajaran sebanyak 20 orang atau 86,96% dari jumlah subjek penelitian, dan mempelajari buku referensi lain yang berhubungan dengan materi pelajaran ketika diperintahkan oleh guru sebanyak 19 orang atau 82,61% dari jumlah subjek penelitian. Jadi rata-rata motivasi intriksik dan ektrinsik masing-masing sebesar 65,22% dan 78,63% dari jumlah seluruh subjek penelitian.

(8)

Hasil wawancara terhadap siswa terhadap kepuasan siswa dalam mengikuti pembelajaran menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merasa puas dalam mengikuti pembelajaran, namun pada item pertanyaan “Apakah dengan belajar tentang tema tertentu dan bermain peran kamu lebih berani dan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru maupun temanmu?” masih tergolong rendah yakni hanya 10 orang siswa saja yang menjawab “ya”, jadi hanya 43,48% saja dan perlu ditingkatkan.

Hasil refleksi terhadap pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini menemukan beberapa kelebihan pada pelaksanaan metode bermain peran diantaranya adalah siswa lebih termotivasi dan aktif dalam belajar, siswa dapat berlatih untuk memahami sesuatu dan mencoba melakukannya, memupuk rasa percaya diri siswa serta siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran karena proses pembelajaran berlangsung dalam suasana menyenangkan terlebih ketika saat pemeranan. Namun demikian masih terdapat kekurangan pada proses pembelajaran berlangsung yakni (1) tingkat keaktifan dalam mengajukan pertanyaan, menulis materi yang penting untuk dicatat selama pembelajaran (rangkuman), siswa memberikan saran terhadap kelompok yang lain, dan dalam membuat keputusan untuk menerima atau menolak sikap/watak tokoh yang melakukan pemeranan masih rendah, (2) suasana kelas belum maksimal terkendali karena kebanyakkan siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran yang menyenangkan sehingga mereka kurang disiplin dan tertib.

Menurut pengamatan observer kegagalan siswa tampak dengan jelas dalam memanfaatkan waktu. Siswa belum mampu memanfaatkan waktu sesuai dengan yang dialokasikan untuk setiap tahapan dalam penerapan langkah-langkah bermain peran. Agar siswa dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan tersebut dan mampu untuk bertindak dan berbicara secara spontan tanpa dialog khusus yang telah disusun guru, maka perlu diberikan perpanjangan waktu. Sehingga waktu kegiatan belajar lainnya sedikit.

Berdasarkan permasalahan dan kegagalan di atas, maka peneliti mencarikan solusinya untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan di siklus II yaitu menekankan kegiatan pembelajaran tematik dengan metode bermain peran dari tahapan yang terintegrasi dalam proses pembelajaran terutama pada tahapan menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan. Masalah dapat diangkat dari kehidupan peserta didik, agar dapat merasakan masalah itu hadir dihadapan mereka, dan memiliki hasrat untuk mengetahui bagaimana masalah yang hangat dan aktual, langsung menyangkut kehidupan peserta didik, menarik dan merangsang rasa ingin tahu peserta didik, serta memungkinkan berbagai alternatif pemecahan. Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan paling menentukan keberhasilan.

Pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran pada siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 19 September 2012. Seperti halnya dengan siklus I, pelaksanaan tindakan di siklus II terdiri dari

(9)

3 tahapan proses pembelajaran, sebagai berikut. Tindakan pada kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan menyuruh siswa untuk duduk dalam satu kelompok sesuai dengan pertemuan Siklus I. Tindakan pada kegiatan awal pembelajaran selanjutnya berupa Curah pendapat merumuskan dan menetapkan tema dengan mengajukan pertanyaan.

Berdasarkan pengamatan observer siswa merasa senang dengan pertanyaan yang diajukan guru hal ini mungkin pertanyaannya sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar anak sendiri. Hal ini terlihat anak bersemangat menjawab semua pertanyaan guru. Tindakan selanjutnya guru meminta pendapat siswa tentang setuju tidaknya mereka kalau hari ini belajar tentang “Lingkungan Sekitar Rumahku”. Semua siswa menjawab setuju. Guru selanjutnya memberikan penjelasan singkat mengenai tujuan dan langkah-langkah pembelajaran. Dan tidak lupa guru memberikan kontrak belajar dengan harapan siswa mengikuti pembelajaran dengan tertib, disiplin dan termotivasi serta antusias terhadap materi pembelajaran.

Tahapan tindakan dalam kegiatan inti terdiri atas tahap ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada tahap ekplorasi pembelajaran dimulai dengan siswa mengamati gambar tentang macam-macam pencemaran lingkungan dan menyebutkan macam-macam pencemaran lingkungan berdasarkan pengamatan pada gambar tersebut. Selanjutnya siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang pengaruh berbagai macam pencemaran lingkungan terhadap kesehatan, dan kemudian Siswa mengamati gambar cara melestarikan lingkungan alam dan lingkungan buatan di sekitar rumah dan menjelaskan cara melestarikan lingkungan alam dan lingkungan buatan di sekitar rumah kegiatan pengamatan tersebut. Pada kegiatan ekplorasi ini siswa tampak termotivasi dalam belajar dengan situasi yang diciptakan guru hal ini dapat dilihat kebanyaknya siswa serius dan fokus mengamati gambar yang diperlihatkan guru dan memiliki rasa ingin tahu dari terhadap maksud dari gambar tersebut yang ditunjukkan melalui aktif bertanya dan menjawab serta menanggapi pertanyaan baik dari guru maupun siswa lainnya melalui media yang ditampilkan guru sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Tindakan selanjutnya guru menempelkan skenario bermain peran dengan tema yang cukup banyak dan model skenario bervariasi ada yang berupa gambar, cerita, dan gambar disertai dialog. Kemudian siswa secara berkelompok diminta memilih salah satu tema yang mereka sukai.

Tahapan tindakan selanjutnya adalah tahap elaborasi. Pada tahap ini siswa membaca dan memahami skenario bermain peran yang telah disusun guru yang dibagikan guru selama 10 menit. Selama siswa membaca dan memahami skenario bermain peran guru mengelilingi kelas untuk melihat keseriusan siswa dalam membaca skenario bermain peran. pada kegiatan ini siswa secara umum serius dan fokus untuk memahami isi skenario. Tindakan selanjutnya memulai tahapan kegiatan bermain peran.

Sebagaimana hasil refleksi siklus I dan perncanaan siklus II, pembelajaran menekankan pada langkah-langlah kegiatan bermain peran. Kondisi riil pelaksanaan tahapan elaborasi pada pelaksanaan metode bermain peran terdapat perbedaan dengan pelaksanaan di siklus I yang dapat dideskripsikan sebagai berikut.(1) Guru menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik dengan

(10)

mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan. Melalui tindakan ini guru berusaha menghangatkan suasana dan memotivasi siswa sehingga siswa lebih aktif dalam menyampaikan gagasan tentang permasalahan dan mampu menjelaskan peran dan watak , masing-masing tokoh dalam skenario yang mereka baca. Dengan demikian menunjukkan bahwa siswa termotivasi dan tertarik pada masalah tersebut, karena permasalah atau tema pada skenario bermain peran yang ditentukan guru diangkat dari kehidupan peserta didik, setelah siswa menguasai permasalahan yang akan diperankan, kemudian melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu memilih partisipan/peran. (2) Memilih partisipan/peran dalam hal ini guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran. Pada saat pemilihan partisipan/peran, siswa mendiskusikannya bermasa teman kelompoknya dan hasilnya semua siswa menerima semua tokoh yang perankan mereka masing-masing berdasarkan tawaran yang diajukan oleh ketua kelompok. Hal ini dikarenakan siswa telah memahami watak atau karakter masing-masing tokoh serta mereka menguasai apa yang harus mereka kerjakan.

Setelah siswa memiliki perannya masing-masing. Tindakan guru selanjutnya membagikan kartu nama tokoh yang akan diperankan masing-masing siswa dan ditempelkan di dada mereka. Hal ini bertujuan agar pada saat pemeranan berlangsung siswa dapat berkomunikasi secara langsung dengan tokoh tersebut serta mampu mengingat perannya masing-masing. Di samping itu juga mempermudah pengamat melihat kelebihan dan kekurangan pemeran dalam memerankan seorang tokoh tertentu sehingga membantu mereka untuk mengevaluasi pelaksanaan pemeranan serta memberikan tanggapan dan sarannya langsung kepada tokohnya maupun kepada kelompok tersebut. (3)Menyusun tahap-tahap peran dengan menyusun garis-garis besar adegan yang akan dimainkan berdasarkan skenario bermain peran yang telah disusun guru. Dalam hal ini, para peserta didik dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan pada saat melakukan pemeranan. Untuk itu, guru membantu peserta didik menyiapkan adegan-adegan dengan mengajukan pertanyaan, misalnya di mana pemeranan dilakukan, apakah tempat sudah dipersiapkan, apakah kalian telah siap mengekplorasikan dan mengekpresikan sesuai watak tokoh yang diperankan, dan sebagainya. Persiapan ini penting untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi seluruh peserta didik, dan mereka siap untuk memainkannya. Hasilnya siswa terlihat semangat dan ingin segera bermain peran. (4) Menyiapkan pengamat secara matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya. Agar pengamat turut terlibat, maka guru memberikan mereka tugas misalnya menilai apakah peran yang dimainkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya? Bagaimana keefektifan perilaku yang ditunjukkan pemeran? Bagaimana lafal dan intonasinya yang diucapakan pemeran? Apakah pemeran dapat menghayati peran yang dimainkan?. Memalui tindakan diharapkan aktifitas belajar siswa lebih aktif dan merupakan rekomendasi dari refleksi siklus I untuk menjelaskan panduan memberikan tanggapan evaluasi terhadap

(11)

pelaksanaan pemeranan, (5) Menyediakan alat perekam, (6) Siswa melakukan pemeranan dengan terlebih dahulu guru memotivasi peserta didik agar bersemangat dan percaya diri sehingga tidak takut dan malu-malu lagi tampil bermain peran. Guru mengingatkan kepada siswa yang aktif dan kelompok yang tampil terbaik dalam bermain peran serta menyelesaikan tugas kelompok dengan baik dengan menjanjikan pemberian hadiah bagi pemenangnya dan harus mampu memanfaatkan waktu yang telah ditentukan. Tindakan selanjutnya pemeranan, pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara spontan, sesuai dengan peran masing-masing. Mereka berusaha memainkan setiap peran seperti benar-benar dialaminya serta sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. (7) Siswa melakukan diskusi dan evaluasi pelaksanaan pemeranan , (8) Pemeranan ulang bagi kelompok yang belum melaksanakan pemeranan dengan baik dan sempurna sesuai tema bermain peran berdasarkan hasil diskusi dan evaluasi tahap 1. Pemeranan ulang ini dilakukan oleh 2 kelompok yang kelompok satu dan kelompok empat hasilnya mereka tampil dengan maksimal atau lebih baik dari sebelumnya.

Tindakan selanjutnya masih dalam kegiatan inti pembelajaran yaitu tahap konfirmasi. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang hasil pengamatan dari pemeranan (Diskusi dan evaluasi tahap 2). Pada saat diskusi tahap dua siswa sangat antusias untuk mengemukakan gagasan mengingat kompetisi yang berlangsung seru karena jumlah skor kelompok secara langsung diketahui siswa sebagaimana yang dituliskan oleh guru di papan tulis. Dengan demikian tingkat keaktifan dan keberanian dalam melakukan aktivitas belajar siswa meningkat sehingga motivasi belajar mereka terlihat jelas. Kegiatan pembelajaran selanjutnya membagi pengalaman Dalam tahap ini banyak siswa yang ingin tampil mempersentasikannya di depan kelas, tetapi karena waktunya terbatas maka guru hanya memberikan berberapa perwakilan siswa saja untuk membagi pengalamannya. Kemudian dilanjutkan dengan klarifikasi atas persentasi yang ditampilkan siswa dan pemberian motivasi kepada siswa yang tampil dengan mengajak siswa lain untuk bertepuk tangan dan pujian. Selanjutnya guru mengumumkan kelompok terbaik dan siswa teraktif dalam kegiatan pembelajaran dan diberikan hadiah sebagai penghargaan serta memotivasi siswa lain untuk lebih senang dan meningkatkan aktivitas belajarnya. Guru selanjutnya mengklarifikasikan dan mengintegrasikan kegiatan bermain peran dengan materi pembelajaran sehingga siswa mencapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran.

Hasil observasi tehadap indikator kinerja motivasi belajar siswa pada sisklus I yang dilakukan oleh teman sejawat ( Hayati, S.Pd.SD ) sebagai kolaborator dalam penelitian tindakan kelas ini dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan sebagai berikut. Pada aspek motivasi intrinsik antara lain siswa yang memiliki keinginan untuk belajar/ memperoleh pengetahuan belajar yang ditunjukkan melalui siswa banyak menghabiskan waktunya untuk belajar berjumlah 23 orang atau 100% dari subjek penelitian, siswa yang memiliki keinginan memahami suatu konsep/materi pelajaran yang ditunjukkan melalui perhatian siswa selalu terfokus saat mengikuti pelajaran berjumlah 20 orang atau 86,96 % dari subjek penelitian, siswa yang merasa membutuhkan belajar yang

(12)

ditunjukkan siswa melalui aktif bertanya dan mencari pemecahan masalah dengan membaca buku referensi tanpa disuruh guru terlebih dahulu

atau 43,48% dari jumlah subjek penelitian, dan

keinginan untuk berhasil dalam belajar yang ditunjukkan menyelesaikan tugas dengan baik sebanyak

Sedangkan pada aspek motivasi ekstrinsik, siswa yang

bersemangat mengikuti pembelajaran dengan situasi yang diciptakan guru sebanyak 23 orang atau 100% dari jumlah subjek penelitian, indikator u belajar siswa yang intensif dalam proses belajar dengan situasi yang diciptakan guru yang ditunjukkan melalui keaktifan da

ketika guru memberikan kesempatan bertanya dari jumlah subjek penelitian, (2) m

dari temannya ketika diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut sebanyak 15 orang atau 65,22% dari jumlah subjek penelitian, (3) m

pelajaran yang dianggap penting

mencatat materi pelajaran sebanyak 23 orang atau 100% dari jumlah subjek penelitian, dan mempelajari b

pelajaran ketika diperintahkan oleh guru sebanyak 20 orang atau 86,96% dari jumlah subjek penelitian. Jadi rata

masing sebesar 82,61% dan 92,39% dari jumlah selu

Hasil penelitian pada motivasi belajar siswa melalui pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran pada siklus I dan siklus II dapat digambarkan diagram batang sebagai berikut.

Gambar 4.1 Diagram Motivasi Belajar Sis

Hasil belajar siswa

dengan menggunakan metode bermain peran mengalami peningkatan rata nilai hasil belajar siswa yakni dari 66,09 di siklus I menjadi 80,43 di siklus II. Sedangkan hasil wawancara s

informasi bahwa siswa merasa puas dan termotivasi dalam belajar dengan kegiatan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran.

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00%

ditunjukkan siswa melalui aktif bertanya dan mencari pemecahan masalah dengan membaca buku referensi tanpa disuruh guru terlebih dahulu sebanyak 10 orang atau 43,48% dari jumlah subjek penelitian, dan siswa memiliki

keinginan untuk berhasil dalam belajar yang ditunjukkan menyelesaikan tugas sebanyak 23 orang atau 100% dari jumlah subjek penelitian. Sedangkan pada aspek motivasi ekstrinsik, siswa yang senang/suka

mengikuti pembelajaran dengan situasi yang diciptakan guru sebanyak 23 orang atau 100% dari jumlah subjek penelitian, indikator u

yang intensif dalam proses belajar dengan situasi yang diciptakan guru yang ditunjukkan melalui keaktifan dalam : (1) mengajukan pertanyaan ketika guru memberikan kesempatan bertanya sebanyak 13 orang atau 56,52% dari jumlah subjek penelitian, (2) menjawab pertanyaan baik dari guru maupun ketika diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut sebanyak 15 orang atau 65,22% dari jumlah subjek penelitian, (3) m

pelajaran yang dianggap penting / membuat rangkuman ketika guru menyuruh mencatat materi pelajaran sebanyak 23 orang atau 100% dari jumlah subjek empelajari buku referensi lain yang berhubungan dengan materi ketika diperintahkan oleh guru sebanyak 20 orang atau 86,96% dari jumlah subjek penelitian. Jadi rata-rata motivasi intriksik dan ektrinsik masing masing sebesar 82,61% dan 92,39% dari jumlah seluruh subjek penelitian.

penelitian pada motivasi belajar siswa melalui pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran pada siklus I dan siklus II dapat

diagram batang sebagai berikut.

Gambar 4.1 Diagram Motivasi Belajar Siswa

belajar siswa yang dievaluasi setiap akhir pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran mengalami peningkatan rata nilai hasil belajar siswa yakni dari 66,09 di siklus I menjadi 80,43 di siklus II.

hasil wawancara setelah pelaksanaan tindakan siklus II

informasi bahwa siswa merasa puas dan termotivasi dalam belajar dengan kegiatan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran.

SIKLUS I SIKLUS II

Motivasi Intrinsik Motivasi Ekstrinsik

ditunjukkan siswa melalui aktif bertanya dan mencari pemecahan masalah dengan sebanyak 10 orang iswa memiliki hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar yang ditunjukkan menyelesaikan tugas 23 orang atau 100% dari jumlah subjek penelitian. senang/suka dan mengikuti pembelajaran dengan situasi yang diciptakan guru sebanyak 23 orang atau 100% dari jumlah subjek penelitian, indikator usaha

yang intensif dalam proses belajar dengan situasi yang diciptakan engajukan pertanyaan sebanyak 13 orang atau 56,52% enjawab pertanyaan baik dari guru maupun ketika diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut sebanyak 15 orang atau 65,22% dari jumlah subjek penelitian, (3) mencatat materi ketika guru menyuruh mencatat materi pelajaran sebanyak 23 orang atau 100% dari jumlah subjek uku referensi lain yang berhubungan dengan materi ketika diperintahkan oleh guru sebanyak 20 orang atau 86,96% dari rata motivasi intriksik dan ektrinsik

masing-ruh subjek penelitian.

penelitian pada motivasi belajar siswa melalui pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran pada siklus I dan siklus II dapat

pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran mengalami peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siswa yakni dari 66,09 di siklus I menjadi 80,43 di siklus II.

etelah pelaksanaan tindakan siklus II diperoleh informasi bahwa siswa merasa puas dan termotivasi dalam belajar dengan kegiatan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran.

Motivasi Intrinsik Motivasi Ekstrinsik

(13)

Refleksi terhadap hasil pengamatan pada proses pembelajaran menunjukkan bahwa semua siswa mampu memahami dengan baik dan benar masalah dalam skenario bermain peran. Masing-masing kelompok sudah kelihatan benar dalam melakukan peragaan dan tidak mengalami kesulitan dalam melakukan pemeranan.Siswa sudah menunjukkan keberanian dan tidak malu-malu mengemukakan pendapatnya dalam diskusi kelas. Demikian juga mereka telah berani memberikan memberikan komentar atas pendapat temannya.

Berdasarkan tujuan peneletian dan hasil-hasil penelitian maka fokus pembahasannya adalah mendeskripsikan dan menunjukkan peningkatan motivasi belajar maka peneliti melaksanakan tindakan sebanyak dua siklus. Motivasi belajar siswa yang di ukur dalam penelitian ini meliputi aspek motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

Peningkatan motivasi intrisik siswa dapat dilihat dari berberapa indikator berikut. (1) Siswa memiliki keinginan untuk belajar/ memperoleh pengetahuan belajar yang ditunjukkan melalui siswa banyak menghabiskan waktunya untuk belajar meningkat baik dari siklus I maupun siklus II dibandingkan sebelum diberikan tindakan, peningkatannya sebanyak 21,74% dari 78,26% siklus I menjadi 100 % di siklus II dengan kategori “Sangat Baik”. (2) siswa yang memiliki keinginan memahami suatu konsep/materi pelajaran yang ditunjukkan melalui perhatian siswa selalu terfokus saat mengikuti pelajaran meningkat 17,39% dari 69,57% siklus I menjadi 86,96% di siklus II dengan kategori “Sangat Baik”. (3) Siswa merasa membutuhkan belajar yang ditunjukkan siswa melalui aktif bertanya dan mencari pemecahan masalah dengan membaca buku referensi tanpa disuruh guru terlebih dahulu meningkat 8,70% dari 34,78% siklus I menjadi 43,48% di siklus II dengan kategori “Kurang Sekali”. (4) Siswa memiliki hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar yang ditunjukkan menyelesaikan tugas dengan baik terjadi peningkatan sebesar 21,74% dari 78,26% di siklus I menjadi 100% di siklus II dengan kategori “Sangat Baik” rata-rata motivasi belajar siswa. Dari hasil penelitian tindakan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran terdapat satu indikator motivasi belajar intrinsik siswa yang peningkatannya kurang signifikan yakni pada aspek siswa merasa membutuhkan kegiatan belajar yang dapat dilihat dari kegiatan aktif bertanya dan mencari pemecahan masalah dengan membaca buku referensi lain tanpa disuruh gurunya.

Sedangkan aspek motivasi ektrinsik siswa dalam belajar terdapat peningkatan yang signifikan, hal ini dapat dilihat dari : (1) Siswa senang/suka mengikuti pembelajaran dengan situasi yang diciptakan guru yakni pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran mengalami peningkatan sebesar 13,04% dari 86,96% di siklus I menjadi 100% siklus II dengan kategori “Sangat Baik” rata-rata motivasi belajar siswa. (2) Siswa bersemangat dalam belajar dengan situasi yang diciptakan guru yakni pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran mengalami peningkatan sebesar 13,04 dari 86,96% di siklus I meningkat secara maksimal menjadi 100% siklus II sehingga motivasi belajar siswa pada aspek ini termasuk kategori “Sangat Baik”.(3) Usaha belajar yang intensif dalam proses belajar dengan situasi yang diciptakan guru yakni pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain pera yang

(14)

ditunjukkan melalui keaktifan dalam mengajukan pertanyaan ketika guru memberikan kesempatan bertanya, menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari temannya ketika diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut, mencatat materi pelajaran yang dianggap penting / membuat rangkuman ketika guru menyuruh mencatat materi pelajaran dan mempelajari buku referensi lain yang berhubungan dengan materi pelajaran ketika diperintahkan oleh guru secara umum mengalami peningkatan sebesar 15,22% dari rata-rata usaha belajar 61,96% di siklus I menjadi 77,18% di siklus II dan termasuk kategori “Baik”.

Berdasarkan hasil tes evaluasi pembelajaran pada siklus I dan II dapat dilihat hasil tes akhir siklus II diperoleh nilai rata-rata 80,43. Hal ini mengalami peningkatan dari siklus I yang hanya memperoleh nilai rata-rata 66,09. Dengan demikian membuktikan bahwa proses pembelajaran siklus II lebih baik dari siklus I. sedangkan tingkat kepuasan siswa dalam mengikuti pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran yang diperoleh melalui wawancara menunjukkan bahwa siswa merasa puas dengan kegiatan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran. Hal ini dibuktikan 79,57 % dari setiap item pertanyaan pada siklus I dan 93,04% siswa menjawab “ya” dari setiap pertanyaan setelah pelaksanaan siklus II.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan di atas maka dapat diambil simpulan secara umum bahwa penerapan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 05 Muara Ilai Kecamatan Beduwai Kabupaten Sanggau. Adapun secara khususnya dapat diuraikan beberapa simpulan sebagai berikut. (1) Penerapan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan motivasi belajar intrinsik siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 05 Muara Ilai Kecamatan Beduwai Kabupaten Sanggau dengan peningkatanya sebesar 17,39% dari 65,22% di siklus I menjadi 82,61% di siklus II. Adapun aspek motivasi yang meningkat di siklus II adalah siswa memiliki keinginan untuk belajar/ memperoleh pengetahuan belajar yang ditunjukkan melalui siswa banyak menghabiskan waktunya untuk belajar meningkat sebesar 21,74%, siswa yang memiliki keinginan memahami suatu konsep/materi pelajaran yang ditunjukkan melalui perhatian siswa selalu terfokus saat mengikuti pelajaran meningkat sebesar 17,39% dan siswa memiliki hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar yang ditunjukkan menyelesaikan tugas dengan baik menigkat 21,74% dari siklus I ke siklus II. (2) Penerapan pembelajaran tematik dengan menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan motivasi belajar ekstrinsik siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 05 Muara Ilai Kecamatan Beduwai Kabupaten Sanggau dengan peningkatannya sebesar 13,76% dari 78,63% di siklus I menjadi 92,39% di siklus II. Adapun bagian yang meningkat adalah siswa senang/suka mengikuti pembelajaran dengan situasi yang diciptakan guru dan siswa bersemangat dalam belajar dengan situasi yang diciptakan guru sama-sama meningkat sebesar 13.04%. Sedangkan aspek usaha belajar yang intensif dalam proses belajar dengan situasi yang diciptakan guru mengalami peningkatan sebesar 15,22%.

(15)

DAFTAR RUJUKAN

Aina Mulyana. (2011). Metode Pembelajaran Bermain Peran. (Online) http://ainamulyana.blogspot.com/2011/11/metode-pembelajaran-bermain -peran.html ( diakses Februari 2012).

BSNP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Departemen Pendidikan Nasional.

Endang Komara. (2009) Model Bermain Peran dalam Pembelajaran Partisipatif, (Online) http://dahli-ahmad.blogspot.com/2009/03/model-bermain-peran-dalam pembelajaran_29 . html ( diakses Februari 2012). Hisyam Zaini, dkk. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka

Insan madani.

Iskandar (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Cipayung- Ciputat: Gaung Persada Press.

Iskandar. (2009). Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru. Jambi: Gaung Persada (GP) Press.

M. Ngalim Purwanto. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tim Dosen Pembelajaran Terpadu PGSD. (2006). Pembelajaran Terpadu. Pontianak: FKIP UNTAN PONTIANAK.

Tim Dosen Pkn. (2005). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pontianak Universitas Tanjungpura.

Trianto (2010). Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Redaksi Pustaka

Utomo Dananjaya. (2012). Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Penerbit Nuansa.

Gambar

Gambar 4.1 Diagram Motivasi Belajar Sis

Referensi

Dokumen terkait

Debt to Equity Ratio (DER) akan memperbesar tanggungan perusahaan, Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan,

Karakteristik dasar dari perbankan syariah yang antara lain melarang penerapan riba dan melarang transaksi yang didasarkan pada motif spekulasi, membuat bank

Data-data yang diperoleh dari hasil menghitung atau membilang termasuk dalam data diskrit, sedangkan data-data yang diperoleh dari hasil mengukur termasuk dalam data kontinu..

Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian atas Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan.. Negara, adalah

tertampung oleh alur sungai atau saluran. Aliran yang dimaksud disini adalah aliran air yang sumbernya bisa dari mana saja. Dan air itu keluar dari sungai atau saluran karena

Dengan beberapa contoh kasus cybercrime ini juga kita dapa mengetahui jenis dan baran bukti digital yang biasa di gunakan untuk kejahatan dalam dunia

...Penggunaan bahasa Inggeris dalam pendidikan juga penting kerana dengan penguasaan bahasa tersebut para pelajar yang mendapat keputusan peperiksaan baik dapat berpeluang

Seperti pada jaringan ikat, jaringan ini terdiri atas sel-sel yang terletak dalam matriks.. organik, tetapi matriksnya