BAB 33. KEUANGAN.
GARIS BESAR PEMBANGUNAN BIDANG KEUANGAN
Pendahuluan (tindjauan umum)
§ 542. Ekonomi dan keuangan Negara pada dewasa ini berada dalam keadaan jang menghawatirkan, jang mengakibatkan makin ber tambahnja kesulitan dan beban penghidupan rakjat. Keadaan jang demikian disebabkan oleh beberapa masalah sulit sebagai mana tersimpul dalam gambaran jang diberikan oleh Kabinet Kerdja kepada D.P.R. sebagai latar belakang kebidjaksanaan nja mengenai Rantjangan Anggaran Belandja tahun 1960, ada lah sebagai berikut :
a. Masalah ikuttjampurnja Pemerintah dalam kehidupan eko nomi (Ekonomi Terpimpin) :
b. Pengaruh keadaan dan peristiwa2 sedjak tahun 1957 pada
keadaan dan perkembangan dewasa ini, jang bersekitar pada:
1. pemberontakan P.R.R.I,/Permesta
2. besarnja Anggaran Belandja untuk pertahanan
3. defisit besar Anggaran Belandja beberapa tahun bertu rutturut,
c. Kurang tjukupnja persediaan devisen. d. Defisit tahun 1959.
e. Perkembangan harga2.
f. Tindakan2 moneter,
§ 543. Rentetan kesulitan sebagai digambarkan diatas menjebabkan ekonomi Indonesia seluruhnja dibajangi atau diliputi oleh sua sana inflasi. Rentjana dan tindakan jang umumnja terpikirkan untuk menghadapi sesuatu inflasi dapat dirangkaikan mendja di satu manysided program :
a. Menghasilkan surplus jang besar dalam anggaran belandja Negara.
b. Mentjegah iniflasi upah.
c. Pembatasan kredit untuk konsumsi.
d. Penetapan persentase jang rendah dalam pemberian kredit untuk bangunan dan barang tetap lainja, untuk mentjegah supaja djangan timbal perdagangan spekulasi.
e. Kampagne besar2an supaja ada pasaran untuk obligasi Pe
merintah.
f. Alokasi bahan baku dan bahan penolong untuk golongan2
usaha serta pemberian tjatu dan pengendalian harga untuk daerah tertentu,
Mengenai saran2 jang disebut diatas pada umumnja ada per
samaan pendapat dikalangan para ahli keuangan dunia. Semua saran itu sudah dipeladjari oleh Pemerintah dan telah diichtiarkan untuk melaksanakannja.
§ 544. Sekaliptm apa jang disebut „quantity theory” sudah hilang pe
ngaruhnja, hingga sekarang masih Bering kali kita mendengar pendapat, bahwa perubahan2 dalam tingkat harga barang dan
djasa, pada umumnja adalah ditentukan oleh volume uang. Pendapat ini, jang memberi gambaran sederhana dan simplis tis, ada benarnja dan ada salahnja.
Oleh Pemerintah disadari benar2, bahwa sumber terbesar dari
tambahan djumlah uang jang heredar, adalah dari pihak Peme rintah sendiri. Karena itu dengan sekuat tenaga diichtiarkan untuk mentjapai „kloppende begroting” atau begroting dengan defisit seketjil mungkin.
Dalam menjusun Rantjangan Anggaran Belandja tahun 1960 ada keinginan untuk meniadakan system Anggaran Tambahan jang selalu berlaku sampai tahun 1959. Dalam pada itu tidak dapat dipungkiri, bahwa angka2 mengenai tahun 1960 masih
merupakan estimate, djadi masih mungkin mengalami perobahan karena perobahan harga barang kenaikan upah atau tidak ma suknja padjak. Dalam itu belum lagi diperhitungkan kemung kinan tambahan perbelandjaan untuk Angkatan Perang, jang mungkin memerlukannja berhubung dengan pemulihan keama nan atau disebabkan oleh sesuatu perubahan sekonjong2 dalam
keadaan internasional Dalam alam inflasi taksiran memang sa ngat mungkin meleset. Karena itu satu2nja type jang sementara
waktu dapat kita pergunakan untuk Rantjangan Anggaran Be 1andja kita jalah apa jang disebut „managed compensatory pro gram”.
Jang dimaksudkan dengan compensatory program ialah ran tjangan jang sangat flexible sifat mana memang diperlukan untuk menampung perubahan atau adjustment,
Unsur compensasi jang termaktub didalamnja hanja mungkin terpenuhi dengan adanja projek2 pembangunan besar2an, Dalam
memiiih projek2 itu perlu ada jang memeberi hasil jang sub
stantieel jang tjepat. Dengan demikian, maka sedjak semula kita sudah bersiap2 untuk menghadapi sesuatu surprise, baik
jang merugikan maupun jang menguntungkan, Hasil jang di harapkan dari sektor pembangunan memungkinkan pekerdja an improvisasi menghadapi tambahan2 jang tidak disangka2
sehinga global picture mendjadi sangat dynamis.
tambahan belandja untuk Angkatan Perang, melainkan djuga kenaikan upah, jang berarti meringankan beban untuk golong an jang besar dalam masjarakat kita,
Dengan pemikiran diatas itu njatalah sudah, betapa penting nja peranan berbagai2 projek jang dapat mendatangkan hasil
tjepat dan besar, produktiviteit itu merupakan kompentasi atau balancewheel terhadap unsur2 jang memperkuat tendens infla
toir,
§ 545. Perluasan penanaman modal Pemerintah dibidang pemba ngunan lebih urgent lagi dengan adainja pembatasan kredit melalui systeem reserve sebagai ditentukan oleh Dewan Mo neter. Karena systeem ini tidak sadja membatasi kredit untuk konsumsi, melainkan djuga melumpuhkan usaha pembangunan jang bertudjuan deflatoir. Untuk mentjukupi kebutuhan barang2
jang berupa keperluan pokok, perlu ditambah import bahan2
baku dan penolong disektor partikulir jang dewasa ini djika diambil rata2 baru berdjumlah 1 dollar percapita sekwartal.
Disamping itu pengawasan peredaran barang dan pengenda lian harga harus tetap didjalankan untuk penertiban perda gangan,
§ 546. Tindakan2 dalam bidang ekonomimoneter jang telah didjalan
kan harga harus tetap didjalankan untuk penertiban perda out jang mejakinkan dapat mengatasi kesulitan sekarang ini Pemerintah pada umumnja masih tetap mendasarkan penerima an Negara pada kenaikan padjak, kontraksi uang dan defisit, dengan tidak mempertimbangkan sesuatu spurt dalam lapang an pembangunan, sehinga perluasan tindakan2 moneter dan fis
cal sangat berat dirasakan bagi rakjat.
§ 547. Posisi kita jang ketinggalan dalam perkembangan ekonomi du nia tampak sekali dari rendahnja Pendapatan Nasional, jang menurut taksiran Depernas ± Rp. 236 miljar untuk tahun 1960, jang berarti pengahasilan percapita ± Rp. 2500, se tahuni sedangkan penghasilan rata2 untuk tiap penduduk Ma
laya adalah 100 poundsterling setahunn jang berarti ± 5 kali lebih tinggi dari penghasilan ratan penduduk Indonesia, per
tahun,
Untuk mengedjar ketinggalan tni diperlukan usaha beberapa generasi djika ditempuh djalan convensionil, Oleh karena itu kita harus mentjiptakan djalan jang penuh dynamik agar ke tinggalan tersebut segera dapat terkedjar.
Sebagaimana ditandaskan dalam Manifesto Politik, ichtiar un tuk menemukan fikiran dan konsepsi barn dalam meninggikan tarap hidup bangsa Indonesia hingga sedjadjar dengan negara2
lain, harus tetap berorientasi pada ,wilajah kekuasaan R.I. funds dan forces berupa kekajaan alam diperairan kita, keka
jaan diatas dan didalam bumi, berupa hutan dan sumur2 mi
§ 548. Dengan didjalankannja ketiga projek tsb. diatas oleh Perusa haan Negara (State Company) dengan ba:nturan eksploitasi (operational mark) jang dikerdjakan bersama maskapai asing dengan kondisi upah jang lazim disebut Argentinepattern, maka terkumpullah modal milik kita sendiri jang dapat diper gunakan untuk membiajai Pola Pembangunan Semesta Beren tjana tahap pertama.
Usaha ini sesuai dengan pasal 33 U.U.D., karena kuasa dan hak milik, demikian djuga konsesi untuk eksploitasi adalah tetap ditangan Pemerintah, Hutan lain dan kekajaan minjak adalah tetap kepunjaan Negara.
Membawa funds dan forces luar negeri turut Berta dalam spurt pembangunan kita sangat perlu untuk mengedjar waktu, karena sebagaim,ana oleh P.J.M. Presideh, masjarakat Indonesia be kas negeri djadjahan jang belum pernah berkesempatan mem bangun sendiri dan baru berlatih sendiri, mengalami beberapa kekurangan jang meliputi masalah2:
a. modal, b. tenaga2 nhli,
c. tenaga kedjuruan. d. pengalaman2.
Ketiga2nja projek pokok itu memberi djalan jang mejakinkan
akan membubungnja kegiatan2 ekonomi dan merupakan way
out akan terhalaunja semua tendensinflatoir,
Suatu ekspansi kilat dari kegiatan ekonomi memerlukan eks pansi moneter jang besar sekali,
§ 549. Kegiatan2 ekonomi tersebut diatas jang bergandengan deng,an
naiknja penghasilan (desposable income dan pendapatan na sional) perlu merata diseiuruh Indonesia, sampai kepeloksok2.
Llntuk membantu dan mempersiapkan ini perltt disediakan modal besar untuk bank jang akan memuaskan usahanja untuk perkembangan masjarakat desa.
Meningkatnja kegiatan2 didesa akan mempertinggi daja beli
rakjat perluasan keperluan sehari2 jang berarti volume barang
dan djasa jang dapat dibeli bertambah besar. Dengan demi kian kenaikan produktiviteit akan dapat ditampung . didesa2.
Hal ini merupakan faktor jang sangat panting untuk lantjar nja dan stikses pembangunan, jang seakan2 mendjalar kepen
Dengan hasil dari usaha tersebut diatas maka dapat diharapkan nanti bahwa pendapatan nasional akan bertambah besar dalam waktu delapan tahun dengan 31,6% (per kapita 11,6%).
§ 550. Sumber keuangan Negara
Menurut nota keuangan Negara tahun 1960. sumber2 keuang an
Negara adalah
a. 1. Padjak langsung dan tidak langsung. 2. Meerwinst bensin dan minjak tanah. 3. Meerwinst barang dagangan.
b. 1. Perusahaan Negara (LB.W.),
2. Perusahaan asing jang diambil alih.
c. Penerimaan jang berhadapan dengan pengeluaran. d. Perbedaan angka penerimaan I.C.W. dan I.B.W. e. Pindjaman dalam negeri.
f. Dash filrnancing
§ 551. Dibandingkan dengan tahun 1959, maka pendapatan Negara dari perpadjakan pada tahun 1960 mengalami kenaikan lebih dari 60%. Apabila diperhitungkan ,dengan pendapatan dalam
sektor perpadjakan ini dengan Pendapatan Nasional . tahun 1960 jang diperkirakan akan mentjapai djumlah sebesar Rp, 206 miljar, maka pendapatan dari sektor ini sedikitnja mentjapai 15,09% dari pendapatan Nasional, sedangkan pada tahun 1955 hanja 7,5% sadja dari seluruh Pendapatan Nasio nal. Menurut taksiran terachir, maka Pendapatan Nasional tahun 1960 adalah Rp. 236 miljar.
§ 552. Pada susunan anggaran.pendapatan tahun 1960, pemungutan padjak tak langsung menempati angka dan persentase jang tinggi djika dibandingkan dengan padjak langsung.
Kenaikan pendapatan Negara dalam tahun 1960 sebagian besar ditetapkan pada perpadjakan dan perwudjudannja .akan banjak tergantung pada effisiensi administrasi Negara dan ke djudjuran para petugas jang melaksanakannja,
§ 543. Struktur anggaran belandja
Rentjana A.B, tahun 1960 disesuaikan dengan angka realisasi Pa, tahun 1959 dengan perubahan2.
a. meniadakan sistim anggaran tambahan jang selalu berlaku sedjak tahun 1957 — 1959.
b. memakai sistim baru dengan membaginja dalam 4 golongan :
1. sub anggaran biasa,
2. sub anggaran pembangunan, 3. anggaran perusahaan,
4. anggaran perhitungan,
c. menambah sumber penerimaan Negara sedjumlah Rp. 20 miljar berhubung dengan penerimaan Negara jang direntja naka,n untuk tahun 1960 sebesar Rp, 44 miljar, sedang pe nerimaan tahun 1959 sebesar Rp, 24 miljar.
§ 554. Kebidjaksanaan penggunaan A.B.
Sudah mendjadi kenjataan, bahwa perwudjudan dari penggu naan A.B, Negara berturuta sedjak tahun 1956 sampai tahun
1959 selalu mengalami defisit jang besar karena pengeluaran Negara tidak seimbang dengan pendapatan Negara.
Akibat dari defisit jang berturuta terasa sekali dalam bidang
ekonomikeuangan, terutama dalam penambahan beban peng hidupan rakjat. Karena itu dengan sekuat tenaga diichtiarkan untuk mentjapai „kloppende begroting” atau begroting dengan
defisit seketjil mungkin dengan djalan :
a. Tindakan2 disesuaikan dengan manifesto Politik dan tri ,
program Pemerintah jaitu : 1. sandang pangan, 2. keamanan;
3. melandjutkan perdjuangan melawan imperialisme dan kapitalisme.
b. Harus memperkuat dasar2 Pembangunan Semesta,
c. Menekan sekeras2 nja pengeluaran jang tidak perlu,
d. Berusaha memperbesar penerimaan Negara.
e. Masa peralihan untuk Pembangunan Semesta sudah dapat diwudjudkan.
f. Merobah pengawasan dan pelaksanaan A.B.
g. Merobah adminitrasi dan pembukuan serta perhitungan anggaran belandja,
h. Pengeluaran untuk keamanan diberi prioritet disamping operasi sandang pangan.
i. Untuk tahun 1960 tidak diidjinkan lagi pengadjuan angga ran tambahan ketjuali untuk projekekonomi jang harus di tindjau benar rentabilitet dan manfaatnja bagi masjarakat dalam waktu jang tertentu,
Sebagai usaha untuk menekan defisit dalam anggaran belandja tahun 1960, maka Pemerintah berusaha memperbesar penda patan Negara dengan menambah perpadjakan dan meerwinst.
Kebidjaksanaan penggunaan untuk pemulihan keamanan meli
b. Impor diusahakan sedemikian rupa sehingga arus bahan untuk industri dalam negeri dan barang2 pokok jang pen
ting bag' rakjat dapat terdjamin.
c. Pengeluaran untuk djasa ditekan dimana mungkin, seperti: transfer keuntungan, transfer sosiaP, ongkos perwakilan R.I. di luar negeri dan sebagainja.
d. Neratja pembajaran devisen ditekan sedemikian rupa, se hingga kemorosotan persediaan devisen dapat dikekang claim batas jang dianggap tidak membahajakan kegiatan perekonomian Negara.
Dalam keadaan posisi devisen jang sangat labil dianggap perlu mengadakan pembagian devisen untuk sektor partikelir dan Pemerintah, dengan prognose devisen satu tahun dan tiap triwulan.
Prognose ini berdasarkan hasil devisen jang diperkirakan se bagai hasil ekspor jang direaliseer dalam triwulan jang bersang kutan.
Dengan demikian tjara jang ditempuh itu menggantungkan po sisi dan djatah devisen kepada djumlah besarnja pendapatan ekspor dimana perhitungan terpaksa diktat dalam djangka pendek dan djuga tergantung.pada tinggi rendahnja harga ba rang diluar negeri.
§ 544. Situasi devisen dan neratja pembajaran Indonesia
Ekpor jang merupakan sumber dari seluruh pendapatan devi sen Negara, memperlihatkan kemunduran pada tahun 1958. Nilai ekspor (tidak termasuk minjak tanah) untuk tahun 1958 menurut 27% dari tahun 1957 dan djika dibandingkan dengan angka rata2 tahun 1954 — 1956 kemerosotan berdjumlah 35%.
Berhubung dengan menipisnja persediaan devisen, maka ke bidjaksanaan neratja pembajaran tidak dapat ditudjukan untuk membiajai ketekoran dalam neratja djasa"dengan surplus dari neratja barang Satu2nja djalan untuk menutup belandja barang
§ 557. Neratja perdagangan
Pada pokoknja jang tergambar dalam tahun 1958 rata2 semua
djenis ekspor memperlihatkan kemerosotan djika dibandingkan dengan tahun 1957 ketjuali tembakau jang naik dari 14 ribu ton mendjadi 21 ribu ton.
§ 558. Politik dan sistim ekspor dan impor
Ekspor dan impor merupakan rangkaian jang sangat panting dalam ekonomi dan keuangan Negara.
Sistim impor dan ekspor jang dilakukan sekarang merupakan sistim tjampuran (mixed) jang pada pokoknja barang jang di hasilkan Negara diekspor oleh Pemerintah sendiri sedangkan jang lain disalurkan melalui RT.2 Negara atau gabungan eks portir swasta. Dalam bidang impor barang2 jang vital (sandang
pangan) didjalankan oleh Pemerintah sedangkan barang2 lain
nja disalurkan melalui_P.T2 Negara atau gabungan importir swasta,
Sebagian dari barang2 vital masih diserahkan pada importir
swasta dengan melalui screening jang didjalankan oleh pengu saha industri jang disahkan oleh Pemerintah,
Dalam taraf pertama politik tjampuran itu dapat dibenarkan karena akan ada proses penjederhanaan mengenai djumlah eks portir dan importir dan dengan kontrole jang keras akan ter tjipta kristalisasi dan dapat menghindarkan manipulasi.
Tindakan jang didjalankan untuk memperbesar ekspor diusa hakan dengan djalan
a. Menertibkan djalan ekspor;
1. Bahan/barang jang dihasilkan oleh Negara diekspor sendiri oleh badan jang dibentuk dan/atau jang ditun djuk oleh Negara,
2. Prodttsen besar Pemerintah diandjurkan sedapat mung kin mongekspor bahan dan barang produksi sendiri dan apabila diinginkan bahan dan barang produksi itu dapat diserahkan ekspornja kepada P.T.2 Negara dan/atau eksportir swasta.
3. Hasil bumi lainnja diserahkan ekspornja kepada P.T.2 Negara dan eksportir swasta.
b. Menertibkan tjara perdagangan lokal dan sedapat mungkin memperpendek rangkaian perdagangan antara produsen dan eksportir dengan maksud mendjaga untuk bahan dan barang jang di ekspor dan menghilaigkan tindakan spe kulasi. Tjara penjehatan dibidang ini ialah :
Pimpinan dari perserikatan ini ditundjuk oleh Pemerin tah dan policy serta pengawasan Pemerintah dilakukan melalui pimpinan gabungan tsb.
2. mengad.akan suatu „richtprijsstop” mengenai harga ba
han dan harang ekspor didalam negeri jang disesuaikan dengan harga bahan dan barang dipasaran bar negeri, sehingga dapat dihindarkan adanja „dispariteit” harga
dan spekulasi dapat dihilangkan atau dikurangi.
3. menundjuk makelar jang disumpah oleh Pemerintah un tuk menghantir „richtprijsstop” tersebut diatas.
c. Mengenai perdagangan dalam negeri dapat diuraikan sbb.: 1. Dari perkembangan harga diseluruh Indonesia menge
nai barang2 termasuk sandang dan pangan dapat diambil
kesimpulan bahwa :
(c) sifat spekulasi jang terdapat dikalangan pedagang
atau badan penjaluran lainnja.
3. Tjara Pemerintah menjebatkan keadaan ini ialah
(a) membentuk badan jang berstatus resmi urusan djenis barang, termasuk sandang dan pangan, jang ber tugas :
— merentjanakan kebutuhan, — melaksanakan supervisi.
(b) membentuk organisasi atau perserikatan jang ber status swasta menurut rayon2 diseluruh Indonesia,
guna penjaluran tiap djenis barang, termasuk san dang dan pangan.
§ 549. Politik perkreditan jang didjalankan Pemerintah dewasa ini
Sebagai akibat dari makin besarnja defisit dalam anggaran belandja jang berturut2 dari tahun 1956 — 1959 sangat terasa
pengaruh inflasi jang makin mendjalar kedalam semua bidang kehidupan Negara.
Untuk mengurangi inflasi tersebut telah diusahakan dengan se kuat tenaga dan segala daja, diantaranja dengan djalan :
Akan tetapi pembatasan ini dirasa kurang mentjapai hasil jang dimaksud hingga terpaksa diambil tindakan moneter pada tanggal.25 Agustus 1959 jang antara lain membekukan djumlah saldo simpanan di Bank2 dan diganti mendjadi obli
gasi negara,
(a) untuk pembiajaan muka barang2 konsumsi (teks til
dan tepung terigu sampai 50% dari harga B.E.) (b) untuk pembiajaan muka barang2 lainnja (bahan ba
usaha bank umum, sedangkan Bank Industri Negara merupakan suatu financieringsinstelling.
Bank Negara Indonesia, B.R.I. dan Bagian Komersil Bank Indonesia melakukan tugas bank umum dalam arti jang seluas2nja, termasuk djuga usaha? dalam perkenankan untuk turut serta dalam lalulintas giro, sedangkan pindjaman jang dikeluarkannja djuga terbatas.
b. kegiatan bank dalam perokonomian dan lalulintas pemba jaran.
1. Kegiatan bank chususnja terletak dalam pemberian kre dit dalatn pelbagai sektor perekonomian.
Dalam kegiatan tersebut, bank partikelir Belanda dan asing lainnja memainkan peranan jang, sangat panting
jang meliputi 16,8% dari seluruh djumlah kredit jang diberikan oleh Bank,
2. Ditindjau dari kegiatan bank dalam lalulintas pembaja ran maka djumlah giro, deposito dan wesel oleh 13 bank devisen (tanpa Bank Indonesia) berdjumlah 81,8% se dangkan oleh hank lainnja (bukan bank devisen)
4. Perkreditan jang tidak sehat jang kerap kali diberikan atas dasar jang tidak zakelijk.
5. Kurangnja pengetahuan tentang persoalan perbankan. 6. Kurang djudjurnja beberapa anggota pimpinan.
d. Mengingat pentingnja bank2 dalam lalulintas perdagangan
Tiap undang2 bagi Negara perlu disesuaikan dengan tugas,
kewadjiban dan bidang kerdja bank untuk masa datang didalam rangka Pembangunan Semesta Berentjana,
Lalulintas uang dan lalulintas kredit menghendaki penam pungan sehingga perkreditan dibidang produktif harus te tap dapat berdjalan dengan ketentuan bahan semua tran saksi jang dapat dipertanggungdjawabkan dibidang keua ngan dan ekonomi harus melewati bank dengan tjara me mindahbukukan, Dengan demikian akan terdjamin usaha mentjiutkan "uang beredar" ditengah masjarakat, sedang produksi tetap dapat berdjalan.
§ 561. Keadaan asuransi dewasa ini
Fungsi perasuransian sebagai suatu tjabang kehidupan per ekonomian dalam Negara, selain bersifat.pertanggungan untuk
mendjaga risiko, djuga bisa digunakan sebagai pemupukan mo dal dalam arti kata membatutu usaha pembangunan dibidang lain, Dilain fihak, sifat menjimpan bagi beberapa djenis usaha perasuransian membawa element educatief bagi masjarakat menudju kearah perekonomian jang sehat,
§ 562. Stabilisasi keuangan Negara dan a. Keadaan sekitar sanering:
3. dengan pengurasan supply uang tersebut hendak diatur produksi liwat politik kredit kwalitatif sesuai dengan pola ekonomi terpimpin, sehingga kemudian dapat diha rapkan stabilliteit harga dan dengan demikian akan mempermudah pelaksanaan program sandang pangan dan mentjiptakan landasan buat penjusunan struktur ekono nomi jang sehat.
c. Situasi keuangan dan perekonomian.
Soal moneter sesungguhnja tidak dapat dipisahkan dari per soalan ekonomi Negara seluruhnja. Stabilisasi keuangan Negara dalam tingkat pertama dapat dikatakan berhasil apabila anggaran belandja dapat dikuasai sepenuhnja dan. produksi dalam negeri dapat berdjalan dengan lantjar dan berarti pula mentjiptakan kesempatan bekerdja jang luas. Tekanan inflatoir sebagai akibat tambahnja uang jang ber edar sebenarnja dapat diperlunak apabila diimbangi dengan banjaknja barang jang beredar, akan tetapi produksi barang ekspor didalam negeri menundjukkan tendensi jang menu run dan kelesuan, disebabkan :
1. soal resesi di Amerika Serikat 2. gangguan keamanan
3. perdagaflgan barter liar 1958
4. menurunnja hasil perusahaanz asing (Belanda) jang di
ambil alih.
Kemerosotan dalam bidang produksi ekspor dengan sendi dirinja me'rupakan tjermin pula adanja kemerosotan dalam bidang ekspor dan oieh karena ekonomi Indonesia bagian besar masih tergantung pada ekspor maka dengan sendiri nja mengakibatkan pengurangan impor, baik kebutuhan ba rang konsumsi, modal maupun barang baku jang diperlukan bagi industri dalam negeri.
Tidaklah mengherankan apabila industri dalam negeri jang memerlukan bahan baku dari luar negeri ratan hanja dapat
bekerdja 40% — 60% dari. kapasitetnja.
Untuk mentjegah kemerosotan volume ekspor jang mengan dung bahaja itu, maka tindakan tegas dan effektif guna menggiatkan menambah produksi barang2 pertanian asasi
Ada dua penetapan harga : (a) Untuk barang2 impor,
(b) Untak barang2 bikinan dalam Negeri.
Untuk penetapan harga barang impor dipakai sebagai dasar
"landed cost" ditambah dengan marge keuntungan bagi ran
tairantai perdagangan,
Untuk barang2 bikinan dalam Negeri dipakni sistim pem
berian keuntungan jang lajak bagi pengusaha diatas biaja pokok dari pada barang jang bersangkutan (sistim voor dan nacalculatie).
§ 563. Keadaan pindjaman luar negeri dan pangganaannja
a. Pindjaman luar negeri diktat untuk projek pembangunan artinja penggunaan pindjaman tsb. terikat kepada projek2
ataupun barang jang diingini.
b. Kebidjaksanaan penggunaan kredit luar negeri tidak djelas dan kurang koordinasi jang baik dalam pelaksanaannja; se hingga pelaksanaan pembangunan jang dimaksud hukan me rupakan pembangunan jang berentjana.
c. Untuk mentjukupi persediaan barang baku dan konsumsi dalam negeri, pada tahun 1958 terpaksa dibiajai dengan pin djaman luar negeri, supaja persediaan barang dalam negeri djangan sampai membahajakan,
d. Karena tidak adanja persiapan jang tjukup untuk pembiajaan rupiah maka sexing terdjadi, bahwa barang2 modal tidak da
pat ditebus dari pelabuhan sehingga pelaksanaan dari projek jang bersangkutan mendjadi tertunda atau malah terheng kalai sama sekali.
e. Salah satu sarat mutlak bagi keselamatan pelaksanaan Pem bangunan Semesta ialah persediaan modal rupiah dalam ne geri sebelum barangs modal dari loan negeri tiba,
§ 564. Saran tentang rasionalisasi/effisiensi
Sebelum pelaksanan Rentjana Pembangunan Semesta dimulai, perlu diadakan persiapan jang baik agar dalam pelaksanaannja tidak timbul gangguan atau kematjetan,
Persiapan itu selain dibidang financiering, skill, man power, djuga diadakan dalam bidang organisasi dan aparatur Negara, oleh karena itu perlu diperhatikan hala sebagai berikut i
a. Penertiban dan penjederhanaan dibidang pemerintahan Pusat (Kabinet).
Untuk memberi kelonggaran gerak tjepat dalam Pemerin tahan dan meringgankan pembiajaan dalam A.B., harus di usahakan:
Perdana Menteri, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Negara,
2. apabila jang demikian itu sukar dilaksanakan hendak nja diambil djumlah maksima. Djumlah Departemen di tetapkan tidak akan melebihi 15 buah seperti waktu Ka binet Negara Kesatuan jang pertama,
b. Penertiban dan penjederhanaan dibidang organisasi Depar temen dan djawatan Pemerintah :
1. harus ditjoba memperketjil djumlah bagian dan sub ba gian jang kurang perlu digabungkan atau dihapuskan, demikian djuga djawatan jang dipandang kurang has tugasnja digabungkan atau dihapuskan damditarik ke pusat Departemen masuk dalam bagian atau biro jang sudah ada.
2. tjabang djawatan kanfor inspeksi jang berkedudukan di Daerah Swatantra Tingkat I dan II jang masih dapat di gabungkan hendaknja diusahakan penggabungannja, . 3. beberapa djawatan perlu diperhatikan pula organisasi
vertikalnja, Sussman vertikal hanja perlu diadakan apa bila ternjata benar bahwa tugas jang harus diselenggara kan didaerah itu tak dapat diserahkan kepada instansi lain jang sudah ada dan djika perlu dengan memperkuat instansi itu dengan beberapa tenaga chusus.
4. memperbaiki koordinasi antara Departemen, antara dja watan antara kantor dan koordinasi dalam lingkungan masingt.
5. untuk menampung akibat dari pada pelaksanaan reorga nisasi Departemen dan djawatan sebagai diusulkan oleh PANOK, maka hendaknja mulai sekarang sudah disiap kan tenaga2 pegawai untuk dipindahkan dari bagian ad
ministrasi kebidang distribusi dan produksi, dengan di beri pendidikan seperlunja oleh Lembaga Administrasi Negara.
c. Penertiban dan penjederhanaan dalam bidang perlengkapan dan peralatan.
1. menertibkan dan menjederhanakan penggunaan perleng kapan dan peralatan bagi instansi Pemerintah,
2. pembelian kendaraan bermotor bagi instansi Pemerintah hendaknja dihentikan, kalau perlu benar hendaknja di belikan kendaraan jang kuat, rnurah dan praktis.
Djuga pemeliharaan atas kendaraan jang sudah ada su paja lebih diperhatikan.
3. penertiban dan pembatasan penerbitan madjalah dan bro sur atau siaran jang bermatjam2 dari hampir semua De
partemen dan djawatan, jang kadang2 isinja banjak ber
samaan.
4. pembatasan terhadap konperensi dinas oleh Departemen selain biajanja sangat besar djuga faedahnja kadang2
djuga kurang sepadan dengan besarnja biaja; djuga per djalanan dinas perlu dikurangi atau dibatasi,
5. memperhebat pemberantasan korupsi tanpa pandang pangkat dan golongan karena alat Negara jang korup tidak mungkin dipergunakan untuk melaksanakan Pem bangunan Semesta jang diharapkan akan dapat menda tangkan kemakmuran.
d. Penertiban dan pemeliharaan dibidang pegawai Negeri :
1. untuk mentjapai efisiensi jang sebesar2nja dikalangan
pegawai hendaknja dipupuk dan dikembangkan djiwa kepegawaian sehingga corspgeest dapat tumbuh subur dan didjauhkan dari segala jang hanja memetjah belah kebulatan djiwa kepegawaian,
2. memberantas tjara jang berlaku dalam bidang politik ke pegawaian jang menimbulkan kegelisahan dan kemoro sotan prestasi kerdja misalnja sistim klik atau sistim kontjo. Rasa keadilan harus dipegang teguh.
3. dalam melaksanakan peraturan peremadjaan harus ber dasarkan pandangan jang objektip serta zakelijk,
4. diadakan udjian djabatan bagi tjalon pegawai selain sarat2
umum jang harus dipenuhi, djuga dalam kenaikan pangkat bagi seseorang pegawai.
5. untuk mendjaga kesungguhan kerdja dan hasil prestasi jang baik hendaknja diusahakan pembatasan perang kapan djabatan bagi seseorang pegawai.
6. memperbaiki dan memperhatikan kebutuhan pokok para pegawai dengan djalan distribusi jang teratur.
e. Penertiban dalam bidang perusahaan Negeri.
Untuk menambah daja guna dan hasil jang menguntungkan bagi Negara maka perusahaan Negara baik jang berbentuk I.C.W., hB.W, ataupttn perusahaan Belanda jang diambil alih meskipun harus mempunjai funksi sosial namun tudjuan komersilnja harus djuga diperhatikan dengan sungguh2.
§ 565. Rentjana dibidang Pendapatan Nasional
a. Pendapatan Nasional adalah suatu ukuran bagi kemakmuran sesuatu bangsa dan djuga merupakan alat jang penting untuk perentjanaan dan alat untuk menilai hasil dari perentjanaan itu.
djumlah dari harga tambahan bersih. (net value added) dari barang dan djasa jang diprodusir oleh masjarakat jang ber sangkutan dalam setahun, dalam bentuk final termasuk peng hasilan dari luar negeri dan dikurangi dengan penghasilan jang mengalir keluar negeri,
c. Untuk menghitung Pendapatan Nasional tidaklah mudah. Kalau mau mendapatkan jang lengkap, harus dikumpulkan angka2 jang kongkrit dari segala bidang jang terdapat pada
tahun itu.
Kesulitan jang dihadapi orang dalam menghitung Penda patan Nasional antara lain adalah:
1. Kurang lengkap angka2 statistik dalam negara jang baru
sadja berkembang (lessdeveloped countries) dan ne gara jang sedang bergolak,
2. Belem dapat dihitung penghasilan tiap penduduk.
3. Kesulitan menentukan perbedaan antara konsumsi tera chir dan konsumsi pertengahan (final consumption and intermediate consumption),
4. Kurang pengertian masjarakat.tentang pentingnja per hitungan Pendapatan Nasional.
d. Perhitungan Pendapatan Nasional.
Berdasarkan konsep Pendapatan Nasional pada tahun2
1957, 1958, 1959, 1960, adalah sebagai berikut :
Setelah diketahui djumlah National Income tahun 1960. sebe sar Rp. 206 miljar, maka sampailah kita kepada pertanjaan:
Berapa % dari Nasional Income itu dapat disisihkan untuk in vestasi dan berapa % dapat dipergunakan untuk konsumsi.?
f. Berdasarkan Angka2 biaja jang terlamrpul dari laporan ber
bagai Seksi Depernas dapat diambil suatu gambaran, bahwa untuk sektor pertanian paling banjak dapat dipergu nakan 21% dari seluruh biaja pembangunan, sedang 79% lagi akan disediakan untuk sektor perindustrian,
g. Untuk menaikkan Pendapatan Nasional dengan tingkat jang wadjar dan sesuai dengan jang ditjita'kan oleh bangsa Indo nesia maka tiap tahun perlu ditanam modal sedjumlah 30%. dari Pendapatan Nasional atau 0,3 X Rp. 206 miljar = Rp. 61,8 miljar,
Dari djumlah ini ditaksir 50% berupa $ U.S. ($ 690 djuta) sedang 50% lainnja atau Rp. 31 miljar harus tersedia un tuk pelaksanaan projek didalam negeri.
Untuk tingkat sekarang barulah dapat ditanam modal se djumlah 13% dari Pendapatan Nasional jaitu ± Rp. 30 miljar setiap tahun berdasarkan perhitungan Pendapat Na sional 1960 sebesar Rp. 236 miljar, Dalam Rentjana I ini akan digunakan modal sebesar 8 X Rp, 30 miljar = Rp. 240 miljar.
h. Perhitungan Pendapatan Nasional Indonesia.
1. Pendapatan Nasional dapat dihitung dengan mengguna kan:
(a) „Producs Aproach” jaitu menghitung djumlah ba
nangbarang dan djasa2 jang dihasilkan oleh sesuata
negara dalam satu tahun atau
(b) "Income approach" jaitu menghitung pendapatan
masjarakat jang bekerdja disemua sektor misalnja sektor produksi, sektor perhubungan, sektor kepe gawaian, sektor perdagangan dan sebagainja.
2. Data2 mengenai lapangan jang disebut diatas harus ada,
apabila kita hendak menghitung Pendapatan Nasional dengan tepat. Apabila data' itu tidak ada, kita tidak mungkin menghitung Pendapatan Nasional dengan tepat, tetapi hanja dapat menaksir sadja. Namun tidak akan kita sangkal, bahwa taksiran itu djuga dapat mendekati ke. benanan,
3. Di Indonesia data2 jang disebutkan diatas ternjata tidak
lengkap, tetapi hanja sebagian2 sadja jang ada misalnja :
dalam laporan produksi agraria tidak termasuk prodksi buah2an dan sajur2an. Laporan mengenai produksi non
agraria tidak lengkap dan sebagainja,
4. Oleh karena data2 tersebut diatas tidak lengkap, tidak'
mungkin kita menghitung Pendapatan Nasional dengan tepat. Hanja taksiran jang dapat kita lakukan dan hal ini telah didjalankan oleh Biro Perantjang Negara, Univer sitas Gadjah 1Vlada, Newmark dan sebagainja.
harus menghitung Pendapatan Nasional Indonesia ber dasarkan keterangan2 jang eksak dengan tepat. Untuk itu
data2 jang dibutuhkan harus diusahakan dan sekarang
djuga harus dimulai mengadakan penjdidikan dan men tjari bahan2 tersebut. Sampai saat ini belum mungkin men
tjiptakan angka Pendapatan .Nasional jang sungguh2 dapat
dipertjajai.
6. Perhitungan Pendapatan Nasional untuk waktu jang akan datang dengan mengetahui djumlah investasi sadja, tanpa mengetahui djenis projek dan besarnja investasi untuk tiap2
projek, akin mengalami kesukaran, karena masing2 projek
memberi hasil jang berbeda2 (I.C.R, tidak sama).
7. Sumber2 Pendapatan Nasional Indonesia dapat dibagi da
lam dua sektor jaitu : (a) Sektor agraria
(b) Sektor nonagraria dengan perbandingan 60 : 40. Berdasarkan perbandingan tersebut, maka Pendapa tan Nasional ditaksir sebagai berikut (menurut la
poran
resmi).
Tahun Hasil sektor
agraria Perbandingan Pendapatan Nasiona l
1957 57,1 miljar 56:44 100/56 X 57,1 = ± 120 miljar 1958 105,2 miljar 58:42 100/58 X 105,2 = ± 182 miljar 1959 115,7 miljar 60:40 100/60 X 115,7 = ± 193 miljar 1960 127,3 miljar 62:38 100/62 X 127,3 = ± 206 miljar
Kenaikan produksi rata2 10% tiap tahun.
8. Dalam laporan resmi Pemerintah disebutkan kenaikan harga hasil produksi agraria 42% antara tahun 1957/ 1958. Berdasarkan kenaikan harga itu, Pendapatan Na sional bukanlah seperti diatas. Apabila kita mengambil kenaikan 30% sadja (bukan 42%), maka Pendapatan Nasional tahun 1959 — 1960 adalah sebagai berikut :
Tahun Produksi Produksi agraria dengan kenaikan
1960 127,3 165,5 100/62 X 165,5 = 267 Apabila produksi nonagraria tetap (tidak naik 10%) se ang produksi agraria naik 10% tiap tahun maka Penda patan Nasional mendjadi sebagai berikut :
1959 = 240 miljar. 1960 = 256,8 miljar.
9. Dari pendjelasan dan angka2 diatas dapatlah kita lihat
beberapa perbedaan dalam djumlah Pendapatan Nasio nal kita jang didasarkan pada taksiran sadja. Kiranja ada baiknja kalau kita mengambil angka antara kedua djenis taksiran itu sehingga Pendapatan Nasional kita adalah :
Dengan mengetahui Pendapatan Nasional dan pendapat tan percapita dapatlah kita mengetahui apakah tingkat hidup kita lebih rendah atau lebih tinggi dari tingkat hi dup dinegara lain.
11.Apabila tingkat hidup mereka lebih tinggi maka kita ha rus berusaha untuk mengedjar ketinggalan tersehut dan inilah salah satu maksud dari perhitungan Pendapatan Nasional itu dengan tepat.
§ 566. Perentjanaan pembiajaan Pembangunan Semesta
a. Untuk meningkatkan taraf penghidupan rakjat setjara pesat dan mengingattinginja I.C.O.R, dalam tahun2 tahapan per
tama, maka sedikitnja harus ditanam modal sedjumlah 30% dari Pendapatan Nasional setahun untuk pelaksanaan Pem bangunan Semesta, x) I.C.O.R, (Perbandingan antara djum
lah modal jang ditanam dengan djumlah hasil jang akan
b. Dengan demikian harus sekurang2nja tersedia tiap tahun
modal sebesar 30% dari Rp. 206 miljar dibulatkan Rp. 62 miljar, sedangkan modal jang dibutuhkan untuk Rentjana.I
adalah = 8 X 30 miljar Rupiah = Rp, 240 miljar).
Untuk memperoleh modal demikian besarnja dari keuangan Indonesia sendiri dirasakan tidak mungkin, maka diambil kesimpulan bahwa modal jang sebesar itu harus datang dari luar Negeri,
c. Suatu tjara mendatangkan modal dart luar Negeri, ialah kehutanan setjara ilmiah dan tidak merugikan hutan2 jang
bersangkutan. Luas seluruh "nonreserved forest" di Indo
nesia adalah 729.301 km2.
Eksploitasi sementara ditudjukan kepada bagian nonreser ved forest untuk Kalimantan jang luasnja 370.197 km2.
Tiap2 km2 hutan kaju dapat menghasilkan 800 m3.
Sementara dipikirkan pengolahan 12%% dari nonreserved forest Kalimantan tiap tahun, sehingga hasil 1 tahun diha rapkan 370.197 X 800 m3 dibulatkan 37.000.000, m3. jang berharga : 37.000.000 X $ 20 = $ 740 djuta, Dari hasil ini 50% mendjadi bagian Pemerintah dan 50% men djadi bagian Pengusaha, jaitu sesudah dari seluruh hasil itu dipotong 21,5% untuk : depreciation, damages tool, mendjadi biaja mengambil dsb. jaitu masing2 ½ X ($ 740 — 21,5% X
$ 740)) djuta = $ 291 djuta. Ini adalah pendapatan opti mum dalam keadaan jang sempurna. jang dapat segera di realisasi adalah lebih sedikit.
e. Kemungkinan pendatangan modal melalui perikanan laut se tiara besarbesaran dan pengeksporan ikan laut.
Luasnja laut perikanan jang dapat diusahakan adalah 5.000.000 km2. Tiap km2 dapat menghasilkan serendah2nja
1. Kenaikan tambahan produksi minjak bumi dengan tjara mendatangkan alat' dan tenaga ahli dengan modal $ 1.500 djuta pada achir tahun 1966 akan mendjadi 212 djuta ton. Untuk biaja produksi, ditaksir 20% atnu 42,4 djuta ton. Sisa bersih : 169,6 djuta ton
Hasil bersih untuk Pemerintah 169,6 djuta ton x
2
$ 14 = $ 1.187,2 djuta dibulatkan $ 1.180 djuta,
2. Hasil P.U.I.M. dengan mendatangkan barang2 modal =
$ 1,050 djuta,
3. Keuntungan jang diperoleh dari pengimporan barang2
jang akan didjual lag( kepada raklat
($ 750 djuta X Rp. 77) — ( $ 750 djuta X Rp. 45,) = Rp. 24 milijar.
Djumlah hasil jang diharapkan ialah ($ 1180 I $ 1050) djuta + Rp. 24 miljar,
g. Untuk rugi mendatangkan modal dari luar negeri. 1. Kredit :
(a) Faktor2 jang merugikan :
(1). Harus membajar bunga jang seluruhnja ber djumlah ± 25 — 40% dari modal,
(2). Harga barang2 modal jang diperoleh melalui
kredit 20 — 30% lebih mahal.
(3). Angsuran kredit dan bunga, susah ditepati dji ka produksi tidak mentjapai volume jang di harapkan,
(4). Risiko sepenuhnja dipikul oleh hangsa kita.
(5). Berhubung dengan kondisi (b) maka hampir tidak ada projek jang wadjar dilaksanakan melalui kredit luar negeri.
(b) Kondisi ekonomis.dan politis dalam negeri.
(1). Harus ada stabilitet politik dalam negeri untuk.
(2). Berhubung tidak stabilnja politik dan ekonomi dapat mendjamin kelantjaran pembangunan.
untuk sementara projek2 dibatasi pada jang
a). I.C.O.R. rendah.
b). Membutuhkan sedikit technical skill,
c). Jung sangat lekas menghasilkan, supaja dapat melunasi kredit luar negeri.
2. Pengumpulan modal melalui usaha2 jang berdasarkan
"pattern of terms fifty2",
(a) Faktor'jang menguntungkan;
(1) Tidak ada hutang sehingga tidak ada bunga dan angsuran modal.
(2) Tidak ada risiko keuangan.
(3) Hasil langsung mendjadi penghasilan negara. (b) Kondisi, ekonomis dan politis dalam negeri,
(1) Harus mempertimbangkan projek2 setjara objek
tif serta didasarkan perhitungan untung rugi ba gi rakjat.
(2) Ketidak stabilan ekonomis dan politik tidak menghalangi pembangunan projek, karena te naga pelaksana tidak ada hubungan dengan ke adaan politik dan ekonomi dalam negeri:
3. Faktor2 memperbesar kebenaran perhitungan.
(a) Dalam projek kehutanan barn sebahagian „non reserved forest” Kalimantan jang digarap sedang nonreserved forest dikepulauan lain tetap belum digarap.
Dari nonreserved forest di Kalimantan itu hanja 1214% dipergunakan tiap2 tahun.
(b) Dalam projek perikanan laut, lazimnja volume ha sil adalah 25 ton per km2, sedang. diperhitungkan
Disamping 3 projek pokok jang dikemukakan di atas sudah terang masih ada bidang lain jang setjara njata membantu pembajaran pembangunan misalnja : bidang kopra, bidang karat dan bidji sawit dan lain. 4. Pengumoulan modal melalui setengah dari pindjaman
luar negeri (kredit) dan setengah melalui sumber be.
rupa projek pembangunan jang diselenggarakan dengan production share.
§ 567. Perentjanaan kebidjaksanaan pindjaman luar negeri
a. Perentjanaan kebidjaksanaan pindjaman luar negeri harus bertolak dari penilaia.n kemampuan bangsa Indonesia untuk membajar kembali dan tidak dapat didasarkan atas ke inginan atau keperluan sematamata untuk memindjam uang dari Mar negeri.
b. Pendapatan Nasional 1960 ditaksir Rp. 206 miljar atau Rp, 2.220 per capita. Walaupun belum tersedia angka2 sta
pulan bahwa pendapatan kita per capita dewasa ini termasuk kepada golongan pendapatan jang sangat rendah. Menurut taksiran kemudian jang lebih hati2 maka Pendapatan Nasio
nal 1960 = Rp, 236 miljar atau percapita — Rp, 2.500.
c. Pembiajaan Pembangunan Semesta atas dasar penarikan uang dari masjarakat, baik melalui politik perpadjakan, maupun melalui politik deficit spending tidaklah sesuai de ngan Sila perkemanusiaan dari Pantjasila kita jang didjun djung tinggi itu, karena tiap sistim perpadjakan ataupun de ficit spending pada hakekatnja akan memperberat beban rakjat.
Pindjaman Iuar negeri akan menambah babas rakjat, kare na tiap pindjaman disertai kewadjiban membajar bunga.
Penambahan beban jang berupa pembajaran bunga modal pindjaman luar negeri itu lebih akan terasa berat oleh rak jat karena modal asing serta bunganja itu harus dibajar kem bali dengan valuta using jang berarti pembajaran dengan barang2 ekspor.
Untuk mentjari modal Pembangunan Semesta, melalui kredit pindjaman Mar negeri jang sedjumlah $ 690 djuta dan Rp. 31 miljar setahun amat berat, sebab pindjaman luar negeri ti dak dapat dilepaskan dari penilaian kemampuan membajar kembali, Harus diperhatikan bahwa Negara kini telah mem punjai hutang sedjumlah
± $ 1.40 djuta ± Rp. 50 milijar
d. Berhubung dengan tertutupnja djalan memperoleh modal pembangunan melalui kredit luar negeri maka timbul pemi kiran dan pernjataan untuk mempertaruhkan sebagian ke kajaan alam Indonesia kedalam usaha pengumpulan mo dal dengan konsep kerdja sama dengan pengusaha2 dari dunia
internasional untuk segera memberikan hasil konkrit dan untuk pembiajaan Pembangunan Semesta jang hakekatnja berupa penambahan Pendapatan Nasional.
§ 568. Rentjana dibidang politik dan sistim iuran jang sehat
b. Dari angka2 jang digambarkan dalam Nota Keuangan Negara
1960 njata bahwa penerimaan negara hampir 75% berdasarkan hasil' pemungutan padjak langsung atau tidak langsung dan 25% berdasarkan hasil' pemungutan iuran jang berhubungan dengan usaha2 produktip,
c. Dinegara2 jang telahmadju sebagian terbesar daripada beban
perpadjakan itu diletakkan atas pundak perusahaan (terutama industri berat dan industri ringan), sehingga hasil' pemungutan padjak diperoleh melalui proses produksi dan konsumsi masal. Menunggu hasil pelaksanaan Pembangunan Semesta Be rentjana, Pemerintah sebaiknja segera mulai menggeser titik berat pemungutan loran dari sektor perpadjakan kepada.sektor produktip, sehingga dalam tahun2 jang akan datang
perbandingan antara djumlah hasil pemungutan padjak dan djumlah hasil pemungutan iuran dari sektor produktip mendjadi lebih sehat.
Kalau keadaan sekarang menundjukkan perbandingan: 73,2% (padjak) : 26,8%, (Iuran sektor produksi) maka tudjuan pertama dari politik dan sistim iuran adalah mewudjudkan perbandingan 25% (padjak) : 75% (Iuran sektor produksi). Tudjuan itu dapat terwudjud dengan melaksanakan rentjana Pembangunan Semesta.
Sebagian ketjil daripada tudjuan diatas, akan dapat ditja pal melalui
1. Perbaikan pelaksanaan (management) perusahaan jang diambil alih.
2. Rasionalisasi pelaksanaan perusahaan negara (I.C.W. dan I.B.W.) termasuk perusahaan Daerah2 Swatantra.
Perusahaan jang mempunjai fungsi sosial supaja men tjiptakan anggaran belandja jang berimbang (sluitende begroting) dan memberi keuntungan jang wadjar.
3. Perusahaan atau badan jang dilaksanakan sebagai Djawatan didalam sesuatu Departemen jang menghasilkan barang atau djasa harus selekasnja direorganiseer dan dirasionnaliseer agar supaja badan terse'but tidak mem visen negara maka djalan jang pendek untuk dapat mem biajai pembangunan ialah mendorong produksi barang2 eks
por.
Tjadangan devisen jang tjukup perlu diadakan dalam suatu taraf untuk mempertahankan liquiditet negara dalam hu bungannja dengan luar negeri.
Persediaan devisen guna mendatangkan barang2 perlu di
ambil tindakan2 untuk niendoroug produksi barang2 ekspor
antara lain
1. Meningkatkan ekspor barang2 azasi pertanian, antara
lain karat, kopi, teh, kopra, dengan djalan penetapan quota jang diwadjibkan bagi daerah penghasil.
2. Meningkatkan produksi tambahan dan perbaikan kwa liteit menurut suatu program jang effektip,
3. Eksploitasi tambang minjak bumi jang diusahakan sendiri oleh Pemerintah atau dengan sistim production share (Argintinepattern) .
4. Eksploitasi besar2an mangan, bauxit, bidjih besi, nikel,
uranium jang untuk sementara diekspor langsung f.o.b. 5. Industri kaju dengan production share atau joint, atau
pun diserahkan kepada Swasta.
6. Mengembangkan perikanan laut oleh Pemerintah dan/ atau nelujan Indonesia.
Dengan meningkatkan ekspor persediaan devisen ma kin baik maka penggunaannja dapat diatur sebagai bari kut :
1. Prognoge penggunaan devisen dapat dirantjangkan da lam djangka jang pandjang dan dapat langsung meme san barang2 jang diperlukan,
2. Menggeser penggunaan devisen dari barang2 konsum
si kebarangbarang modal,
3. Tjadangan devisen jang tjukup memang perlu diadakan dalam taraf untuk mempertahankan liquiditet negara dalam hubungan dengan luar negeri,
Barang konsumsi lainja, barang baku dan barang penolong,
(b) Barang modal jang diperlukan sendiri oleh Peme rintah. Harus diberi kesempatan dan fasilitet seluas nja kepada pihak swasta dalam bidang impor me.,
ngenai barang lain, 2. Politik ekspor :
Hasil perkebunan Negara. Hasil pertambangan Negara.
(b) Barang dan hasil ekspor lain dapat diselenggarakan oleh swasta :
3. Dengan politik impor dan ekspor seperti digambarkan diatas dimaksudkan supaja.
(a) Pemerintah menguasai dan mengawasi sepenuhnja bidang impor dan ekspor, tanpa mengganggu. risiko sistim „Verplichte quotum” (volume wadjib) terhadap
bahan ekspor tertentu dan sistim bonus untuk produsen a. Usaha2 dalam djangka pendek.
1. Dalam sektor anggaran belandja negara.
(a) Pengeluaran routine tidak melebihi penerimaan Ne gara sehingga pindjaman luar negeri maupun dalam negeri dan defisit hanja digunakan untuk pemba ngunan.
(b) Pengeluaran jang bersifat konsumtif, dihentikan dan
pengeluaran jang tidak perlu ditjegah. djalan memberi bunga deposito djangka pandjang jang menarik.
(c) Mendjamin rahasia bank jang hanja dapat digang gugugat apabila ternjata perlu untuk pembuktian perkara dalam pengadilan.
(d) Memberi fasilitet jang mudah kepada mereka jang membuka perusahaan produktip untuk serta melak sanakan Rentjana Pembangunan tahapan pertama. (e) Menjediakan kredit dengan bunga jang menarik bagi
pengusaha jang bergerak dalam lapangan pro duksi, (f) Memberi padjak jang ringan kepada para produsen. 3. Dalam perdagangan hear negeri,
Djalan jang harus ditempuh setjepat mungkin ialah usa.
ha menaikkan volume ekspor dengan djalan :
(a) Menaikkan produksi barang azasi antara lain karet, kopra, teh, tembakau dengan djalan penetapan quo ta pemberian bonus dan premi kepada produsen, (b) Eksplotasi dan eksploitasi barang pertambangan
untuk sementara diekspor dan kemudian mengusahahakan sendiri.
b. Usaha2 dalam djangka pandjang,
Usaha2 stabilisasi keuangan dalam djangka pandjang ialah
realisasi pembangunan industri menengah dan industri berat jang tertjantum dalam pola Pembangunan Semesta ke I, ke II dan selandjutnja,
§ 571. Haluan terhadap masa datang dibidang : Politik dan sistim Perbankan/Perkreditan
a. Perbankan.
Garis pokok dalam mentjari arah didunia perbankan, di masa datang Indonesia diliputi oleh :
1. baru mengarah kestabilitet politik ;
2. baru mengarah kestabilitet ekonomi/keuangan/moneter; 3. keamanan dalam negeri ;
4. tidak meninggalkan problemmassa ;
5. disebelah fihak menghadapi projek2 besar, piojek2 „rak
sasa” dalam ukuran dewasa ini ; 6. alam Ekonomi Terpimpin ;
7. bahaja inflasi dan kanjungktur jang melondjak2 ;
b. Tindakan integral jang segera harus dilakukan,
1. Dari sudat politik dan sistim perbankan perlu diadakan : (a) Undang2 Induk Perbankan dan,
(b) Penindjauan kembali undang2 bagi tiap Bank Ne gara,
(a) semua Bank Negara politis harus dibawah satu Ke menterian ;
(b) usaha penerbitan;
(c) harus tidak ada rebutan'bidang kerdja dari pelbagai djenis Bank Negara ;
(d) sifat saling mengisi dan membatu antara Bank2 Ne
gara dart swasta ;
(e) hubungan antara Pemerintah dan Bank2 Negara ;
(f) soal pengawasan; (g) soal bunga ; (h) arah spesialisasi; (i) soal Undang2 inhaeren
(j) penitik beratkan kepada bidang pembangunan ; (k) memulihkan kembali kedudukan rahasia bank ;
(1) perlalulintasan uang dan kredit (geldcreditver keer) harus liwat trangsiksi perbankan,
3. Persaratan jang harus nampak, dapat disebutkan :
(a) suatu Bank Negara harus merupakan perusahaan perbankan (jang dapat „seifbedruipend” dan tidak merupakan „djawatan distribusi uang”) ;
(b) kemungkinan untuk mengadakan usaha akumulasi
'tang ;
(c) penentuan pembagian laba, jang menundjukkan be rapa jang disetorkan pada Negara dan berapa jang ditjadangkan ;
(d) sifat Bank Negara jang mendjalankan „staatzorg” dan
membantu kelantjaran pembangunan dan per ekonomian Negara ;
(e) tinggi bunga serta perongkosan lainnja harus sela jak mungkin ;
(f) kemungkinan akan timbul suatu standaard bunga; (g) pimpinan Bank Negara adalah mempunjai tugas Ne
gara bersifat „staatzorg”. Perusahaan jang didjadi
kan atas kadar staatzorg jang harus dapat memberi kan laba dari „suververrhogen” dan kelebihan la
ba harus digunakan untuk menurunkan tingkatan bunga;
(h) adanja instansi pengawasan jang bersifat financieel technis dan bedrijfsekonomis;
(i) Bank Negara merupakan badan hukum jang dite tapkan dengan Llndang2 (rechtspersoon bij wetsaan
duiding). c. Usaha bank:
1. Mobilisasi tabungan ;
(a) sebagai perusahaan jang berdasarkan „cast and accounting” bank djuga mentjari laba dengan tidak
melupakan togas turut melantjarkan pembangunan Negara, Dalam rangka tabungan terpimpin dapat oleh Pemerintah dengan suatu perundang2an mendirikan
umpama Dana Pembangttnan Rakjat (Dana jang terbentuk dari tabungan rakjat tiap keluarga).
(b) usaha penjimpanan ini dapat pula dilakukan pada tiap debitur bank dan simpanan wadjib ini dalam 2. Instansi2 dan Badan2 Pemerintah;
(a) mengharuskan kepada Instansi2 dan Badan2 Perna
rintah mendjalankan transaksi ekonomi dan keuang annja meliwati bank dengan djalan pemindah bu kuan dan
(b) melarang mendepositokan uangnja pada bank swasta, dapat digunakan untuk pembajaran melalui pemin dahan bukuan (pengetjualian bila sipenjimpan me minta uangnja kembali).
(b). mengadakan penertiban dan usahanja supaja di tudjukan pada bidang rakjat banjak,
d. Hubungan perbankan dengan dunia Iuar.
1. perlu ditindjau hubungan bank chusus dengan badan2
Pemerintahan ;
2. funksi Landskas pada hakekatnja dapat diurus oleh bank ;
3. pembiajaan berbagai djenis pembangunan diserahkan pada bank itu ;
4. Pemerintah mengawasi bank2 Negara melalui Djawa
tan Akuntan Negara;
5. diusulkan agar bidang meneter dimasukkan kedalam Dewan Pembangunan/Ekonomi jang merupakan „policy making board” untuk Pemerintah guna memberikan
garis haluan perbankan
6. hubungan dWbidang „policy” antara Pemerintah de.
ngan bank didjalankan melalui ibank sentral (Bank Indonesia) dan chusus untuk Bank Pembangunan In donesia garis haluan perbankan itu langsung dengan Dewan Pembangunan/Ekonomi dan Moneter;
7. dalam dewan selaln dari Menteri2 jbs. djuga duduk
Gubernur Bank Indonesia dan Presiden Bank Pent bangunan Indonesia ;
8. sifat „advisory” setjara diminta atau tidak senanti.asa
dapat dilakukan oleh Bank sentral dan Bank Pemba ngunan Indonesia kepada Menteri Keuangan atau menteri lainnja dengan setahu Menteri Keuangan ; 9. Penguatan Dewan Pembangunan/Ekonomi dan Moneter
dapat diadakan dengan mengadakan sistim panitia kerdja ;
10. Bank2 Negara setjara perusahaan patut dapat ditem
patkan dalam pengawasan Dewan Pengawas Keuang an.
e. Hubungan kedalam antar bank.
Dalam memandang dunia perbankan dewasa ini, adalah mutlak mengindahkan alam fikiran dan haluan Negara. Unsur2 alam fikiran jang penting adalah :
f. Bidang koordinasi antarbank.
1. bank sentral (Bank Indonesia) jang „mewakli” Bank2
Pemerintah (Negara) lainnja dalam Dewan Pembangu nan/Ekonomi dan Mounter, mendjalankan koordinasi setjara instruktif ;
2. adanja sifat koordinasi jang timbalbalilc antara jang di koordinir dan jang mengkoordinir ;
3. pengkoordinir djangan melewatkan begun sadja bank2
jang sudah spesifik mempunjai bidang kerdja jang chu sus ;
4. politik perimbangan akan senantiasa terdjalin didalam nja, lebih2 karena dalam alam Pembangunan Semesta
Berentjana ini akan tampak :
(a) tugas dari masing2 bank negara/swasta;
(b) bidang kerdja jang ditentukan, sehingga terhindar „rebutan” antara bank jang „berkuasa” terhadap jang
„masih ketjil” dan muda ;
5. koordinasi berarti mengkoordinir kepentingan masjara kat dalam hubungannja dengan perbank/perkreditan, baik :
(a) masjarakat jang merupakan „golongan” (perusaha
an besar),
(b) masjarakat jang tergolong „menengah”, maupun
(c) golongan masjarakat jang bersifat rakjat banjak. 6. koordinasi oleh bank sentral dengan bank', Negara lain
nja didjalankan pula untuk penjesuaian segala sesuatu dalam pemberian kredit pada Bank2 Negara atas dasar
soepel, flexible dan harus tidak mengganggu djalannja
(a) pengawasan dilakukan oleh bank sentral terhadap bank2 Negara ;
(b) perlu diadakannja penindjauan kembali P.P, No. 1 tahun 55 tentang pengawasan terhadap bank ;
(c) bank2 Negara harus mendjalankan pengawasan ter
(d) baik sekali djika bank sentral melakukan pengawa san dibidang politik kredit kwalitatif dan kredit kwantitatif.
3. Bidang penjaluran fikiran sehat:
(a) fikiran jang progresif dan sehat supaja dapat di tampung serta disalurkan;
(b) adanja pergantian Dewan Pimpinan; (c) Baling pengertian antara pimpinan2 bank.
4. Bidang pembagian tugas antara bank :
(a) pembagian tugas dan bidang kerdja dari pelbagai djenis bank Pemerintah, swasta dan kooperasi ; (b) tidak adanja matarantai jang lem.ah dalam Pem
bangunan Semesta Berentjana jang disebabkan oleh perbankan dan perkreditan ;
(c) adanja spesialisasi jang ditudjukan untuk Iebih mentjepatkan kehidupan ekonomi dan kenaikan produksi
(d) tugas Bank Indonesia masih perlu dihadapkan ke pada :
(1) menentukan struktur bunga (2) mengurus sirkulasi uang ;
(3) mendjadi „agency” dari Pemerintah;
(4) menjimpan, mengatur dan mengawasi hal2 me
ngenai alat pembajaran luar negeri sesuai de ngan kebidjaksanaan Dewan Pembangunan/ Ekonomi dan Moneter ;
(5) membimbing dan mendorong pendidikan kader2
bank' untuk seluruh Indonesia ;
(6) mengadakan penjelidikan guna kepentingan pembangunan;
(7) mendjadi „bankers Bank” dan „lender of last
ressort” ;
(8) melantjarkan organisasi perkreditan untuk se luruh Indonesia.
(e) Bank Negara Indonesia, bidang usahanja adalah terletak pada lapangan perdagangan umumnja dan lapangan import dan ekspor pada chususnja dengan ketentuan bidang lalulintas ekspor dan import se bagai akibat pembangunan langsung dari projek2
Rentjana Pembangunan Semesta adalah termasuk lapangan Bank Pempangunan Indonesia.
(f) Bank Industri Negara ;
(1) perusahaan jang telah dilajani tetap dilajani, sedangkan perusahaan baru harms mendapat pelajanan ;
(2) adanj'a penegasan b`ahwa semua pembiajaan projek perindustrian jang masuk dalam rang ka Pembangunan Semesta, diserahkan kepada Bank Pembangunan Indonesia.
(g). Bank Rakjat :
(1) sesudah masa peralihan jang tjukup baik dad B.R.I. jang akan melepaskan bidang kredit ketjil, maupun Bank lain jang diserahi menam pung bidang ini, maka sebaiknja ditinggalkan bidang ini oleh B,R.I, jang sudah mendjalan kan kredit menengah ;
(2) kedudukannja sebagai Bank devisen harus menghendaki penindjauan.
(h) Bank Tani dan Nelajan :
(1) bidang kerdja berputar disegi socialekonomi; (2) B.T.N. tidak bekerdja sebagai Banker's Bank;
(3) dalam mentjari djaminan lain daripada djami nan biasa djika perlu dan mungkin memakai desa sebagai unitdebiteur
(4) menjediakan modalkerdja sebesar Rp. 2½ miljar ;
(1) Aktivitas koperasi dibidang pembelandjaan harms tidak lags melalui budget negara, tetapi harus disalurkan melalui bank ;
(2) Pemerintah sekali2 djangan memberikan kredit
langsung kepada koperasi tetapi melalui per bankan ;
(3) djalan jang njata dan mudah ditempuh, sesu dah Bank Koperasi Indonesia berbadan hukum ialah menetapkan suatu permodalan jang da pat menggerakan segala karja inisial landju tan dibidang koperasi dan diadakan suatu