• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi Studi pada Komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning Keraton Yogyakarta D 762008001 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi Studi pada Komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning Keraton Yogyakarta D 762008001 BAB V"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

MASJID PATHOK NEGORO PLOSOKUNING

. . Selayang Pandang Plosokuning

Dari sisi geo-sosial yang berada di tengah pusat politik dan kebudayaan Jawa kuno, dahulu daerah Plosokuning dikenal sebagai tanah perdikan setingkat kecamatan yang disebut Kepanewonan dengan pangkat pejabatnya yang bergelar Raden Mas Panewu dalam struktur wilayah Negaragung Kesultanan Yogyakarta (adiningrat. Di pulau Jawa sejak zaman Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang dan dilanjutkan Kerajaan Mataram baru di Yogyakarta, tanah perdikan semula merupakan tanah yang dibebaskan atas pembayaran pajak upeti yang biasanya dibebankan kepada masyarakat dan pemimpin lokal untuk menunjukkan loyalitasnya sebagai warga kerajaan.

Tanah perdikan yang secara harafiah berarti wilayah yang dimerdekakan, tidak hanya bermakna ekonomi yang menunjukkan kebijakan pembebasan dari

Suratmin, dkk., Laporan Akhir Studi Aset Wisata Kabupaten Bantul Yogyakarta: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul dan Lembaga Prapanca Yogykarta, , .

M.C. Ricklefs, Sejarah )ndonesia Modern, diterjemahkan oleh Dharmono (ardjowidjono Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,

(2)

pembayaran pajak pertahun kepada kerajaan dalam rupa penyerahan hasil-hasil pertanian atau barang berharga lain sebagaimana yang harus dibayarkan oleh daerah-daerah yang ditaklukkan, akan tetapi juga bermakna konstitutif, dalam arti pemimpin lokal tanah perdikan karena jasa-jasanya yang luar biasa kepada kerajaan diberi kewenangan khusus mengatur sendiri kehidupan masyarakatnya.

Oleh karena itu tanah perdikan pada masa lalu merupakan wilayah otonomi khusus kerajaan yang kemudian memperoleh dana subsidi yang dapat dimanfaatkan, antara lain untuk membiayai pemeliharaan tempat ibadah atau tempat-tempat suci yang dihormati, seperti candi, vihara, sthana, dharmma, prasada, caitya, dan parhyangan, dan ia juga dipakai untuk membiayai ritus dan upacara keagamaan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Dalam sistem kekuasaan monarkhi

)stilah tanah perdikan juga terdapat pada Prasasti Plumpungan yang berangka tahun M. Prasasti ini ditemukan di Dusun Plumpungan Kelurahan Kauman Kidul, Sidorejo, Salatiga, Jawa Tengah. Sejarawan sekaligus ahli epigraf; Dr. J.G. de Casparis mengalihkan bahasa prasasti itu yang selanjutnya diindonesiakan oleh Prof. R. Ng Poerbatjaraka. Prasasti Plumpungan berisi ketetapan raja tentang status tanah perdikan yang disebut tanah swatantra bagi suatu daerah yang bernama (ampra Salatiga . Pemberian tanah perdikan dipandang istimewa oleh raja dan tidak setiap daerah dapat ditetapkan sebagai tanah perdikan. Dasar pemberian tanah perdikan ditetapkan raja berdasarkan jasanya terhadap kerajaan. Prasasti Plumpungan ditulis oleh seorang Citraleka atau pujangga yang dibantu oleh sejumlah pendeta atau resi, dan dalam bahasa Jawa kuno diberi kata sesanti penanda , "Srir Astu Swasti Prajabyah" yang berarti

"Semoga bahagia, selamatlah rakyat sekalian". Sejarawan memperkirakan,

(3)

tradisional di Jawa masa lalu, tanah perdikan diberikan juga di atas dasar pertimbangan politik raja. Terdapat tiga kepentingan raja dalam mempertahankan kekuasaan monarkhinya berkaitan dengan pemberian tanah perdikan. Pertama, dengan pemberian tanah perdikan,

raja dapat memperoleh keuntungan-keuntungan

langsung dalam rupa martabat gelar dan kehormatan , dan perlindungan protektif raja kepada penguasa lokal dan penundukan lawan-lawannya yang potensial, seperti para pangeran dan pemimpin daerah sebagai imbalan atas dukungan mereka kepada raja dalam pola hubungan

patron-client. Kedua, raja dapat memelihara kultus

pemujaan mengenai diri dan kerajaannya yang mencerminkan sanksi-sanksi gaib yang akan mendukung kebesaran dirinya sebagai dewa raja maharaja karena kekuasaannya yang bersifat ilahiah. Ketiga, raja memiliki tambahan kekuatan militer yang besar yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk menaklukkan daerah lain dalam rangka memperluas wilayah.

Pada masa Kerajaaan Mataram diperintah oleh Sultan Agung, kebijakan menghadiahkan tanah perdikan juga diberikan kepada para pemimpin agama, terutama rohaniawan yang mengasuh pondok pesantren. (al ini bertujuan untuk mengembangkan pendidikan dan ajaran agama )slam secara mandiri di wilayah Kerajaan Mataram

Lih., Soekmono, Candi: Fungsi dan Pengertiannya Semarang: )K)P Semarang Press, , - ; M.C. Ricklefs, Sejarah )ndonesia Modern.....,

(4)

pada waktu itu. Namun dalam perjalanan waktu di kemudian hari, daerah Plosokuning tidak lagi menjadi tanah perdikan yang memiliki otonomi khusus dari Kerajaan Mataram, ia hanya menjadi salah satu nama dusun yang menjadi bagian dari struktur Desa Minormartani. Desa Minomartani berlokasi di sebelah selatan Gunung Merapi, tepatnya menjadi bagian dari daerah administrasi Pemerintahan Kecamatan Ngaglik dalam lingkup Kabupaten Sleman Daerah )stimewa Yogyakarta. Daerah )stimewa Yogyakarta merupakan distrik tertua kedua yang ditetapkan oleh Presiden Soekarno setelah Provinsi Jawa Timur dalam penentuan awal luas wilayah Negara Kesatuan Republik )ndonesia modern.

Secara geografis, daerah Yogyakarta terletak

diantara ’- ’ Lintang Selatan, dan

’-’ Bujur Timur dengan luas wilayah yang dimiliki sebesar . , km . Daerah )stimewa Yogyakarta terdiri dari kabupaten dan kotamadia yang

Ahmad Adabi Darban, Ulama Jawa dalam Perspektif Sejarah , Jurnal (umaniora UGM, Vol. , Nomor , Februari , .

Lutfiana Devi Kurniawati, Sejarah Perkembangan Daerah )stimewa Yogyakarta, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, , Makalah tidak diterbitkan. Sementara itu, kata modern di sini merujuk pada negara )ndonesia yang lahir sebagai negara yang berjiwa demokratis dengan sistem pemerintahan republik, bukan monarkhi absolut seperti kenyataan-kenyataan pemerintahan yang pernah ada di masa lampau. Oleh karena itu )ndonesia modern adalah )ndonesia sabagai suatu fenomena negara yang dibentuk per- Agustus . Lih., John A. Titaley, Strategi Pengembangan Kebudayaan Nasional dan Peran Agama-Agama di )ndonesia , dalam Djam’annuri, dkk., Tahan (.A. Mukti Ali: Agama dan Masyarakat

(5)

masing mempunyai luas wilayah yang berbeda, yaitu Kabupaten Kulonprogo dengan luas wilayah , km², Kabupaten Bantul dengan luas wilayah , km², Kabupaten Gunungkidul dengan luas wilayah terbesar . , km², Kabupaten Sleman dengan luas wilayah , km² dan Kota Yogyakarta dengan luas wilayah yang terkecil, yaitu , km². Sebagai daerah setingkat provinsi, letak geografis Yogyakarta berbatasan dengan wilayah Provinsi Jawa Tengah yang beribukota di Semarang, tepatnya di sebelah utara Gunung Merapi berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Boyolali, di sebelah timur perbukitan Gunung Sewu Gunung Kidul berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri dan Klaten, di sebelah barat Pegunungan Menoreh berbatasan dengan Kabupaten Purworejo dan Magelang, dan di sebelah selatan berbatasan dengan pantai selatan Samudera (india )ndonesia .

. . . Nama Desa dan Dusun

Pada masa awal kemerdekaan, daerah Plosokuning sebelumnya merupakan nama suatu desa sekaligus dusun, kemudian dipaksa berubah status menjadi daerah setingkat dusun yang dikepalai oleh seorang kepala

Lih., Pemerintah Daerah )stimewa Yogyakarta, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban LKPJ Tahun Yogyakarta: Pemerintah D)Y,

.

(6)

dukuh, disebut Pedukuhan Plosokuning. Pedukuhan Ploskuning memiliki stuktur pemerintahan sampai ke bawah dari tingkat RW Rukun Warga hingga ke yang terkecil, yaitu kampung atau RT Rukun Tetangga sebagaimana struktur pemerintahan tingkat pedukuhan se-D)Y. Ciri khas sistem pemerintahan D)Y, selain kedudukan gubernur yang tidak dipilih secara langsung oleh masyarakat, melainkan ditetapkan dengan sistem konsensus representatif setiap tahun oleh parlemen daerah DPRD karena statusnya sebagai raja yang

kemudian dikeluarkan SK Surat Keputusan

pengangkatannya oleh presiden, adalah pada status kepala dukuh yang dijabat hampir sama dangan gubernur, seperti di Dusun Plosokuning.

Apabila jabatan gubernur dibatasi sampai usia tua yang mununjukkan sudah tidak mampu lagi bekerja, mengundurkan diri atau meninggal dunia. Sedangkan jabatan dukuh dibatasi berusia tahun. Berbeda dengan

Gubernur Yogyakarta adalah jabatan kepala daerah yang membawahi empat kabupaten dan satu kotamadia. Status keistimewaan Yogyakarta tidak serta merta menjadikan jabatan bupati atau walikota ditetapkan seperti gubernur, melainkan dipilih langsung melalui Pilkada. Berdasarkan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah akhir masa jabatan Gubernur D)Y periode - , Pemerintah D)Y dibentuk berdasarkan UU. Nomor Tahun yang berisi tentang posisi D)Y sebagai daerah istimewa setingkat provinsi, yang diamandemen oleh UU. Nomor tahun , dengan penambahan kewenangan. Sedangkan status keistimewaan, diatur dalam UU. Nomor Tahun . Aturan ini mengandung konsekuensi hukum dan politik, terutama dalam hal pengangkatan gubernur dan wakil gubernur. Tetapi tata pemerintahan D)Y telah berjalan jauh sebelum )ndonesia merdeka, yaitu berbentuk monarkhi termasuk Kadipaten Pakualaman. Moch. Faried Cahyono dan Lukman (akim,

(7)

jabatan lurah atau kepala desa yang dipilih setiap tahun dengan sistem demokrasi langsung; masyarakat yang terlibat sendiri secara individu dalam menentukan siapa pimpinan yang paling banyak mendapat dukungan dengan menentukan pilihannya di bilik suara pada saat pencoblosan. Pada setiap pemilihan kepala desa atau lurah, sang calon membentuk organisasi partai sementara dengan menggunakan lambang-lambang tanaman hasil pertanian, seperti jagung, ketela dan padi dalam masa berkampanye. Dari organisasi partai-partai bersifat tentatif itu, tim sukses berkampanye mengusung keunggulan calon dan memperkenalkan program kerja yang hendak dilaksanakan dalam membangun desa apabila menang dalam pemilihan kepala desa. Sementara kepala dukuh diangkat dan diberhentikan langsung oleh gubernur, terutama pengangkatannya melalui usulan dari hasil konsensus tokoh-tokoh masyarakat setempat. Sistem pengangkatan gubernur dan dukuh model konsensus representatif ini tidak ditemui di daerah-daerah lain di )ndonesia sejak era reformasi, ia hanya ada di Yogyakarta.

(8)

Plosokuning )V, ditambah dengan Dusun Gantalan dan Dusun Mlandangan.

Pada fase sebelum )ndonesia lahir sebagaimana telah disebutkan, Dusun Plosokuning merupakan nama daerah setingkat kecamatan yang disebut Kepanewonan. )bukota kecamatan ini ditetapkan oleh raja sebagai daerah pembatas ibukota negara dalam struktur pemerintahan monarkhi, yang berpusat di Keraton. Sesudah masa kemerdekaan, nama Plosokuning berubah menjadi nama desa sekaligus nama dusun bersamaan dengan Keraton bergabung dengan R). Seiring dengan laju kepadatan penduduk yang berpusat di derah Minormatani yang terletak di sebelah selatan Plosokuning bertambah meningkat, sebagai konsekuensi dari pembangunan besar-besaran perumahan baru bagi para

Dokumen Kode dan Wilayah Administrasi Pemerintah Daerah )stimewa Yogyakarta, Kabupaten Sleman Kode . , Tahun .

Dahulu Keraton sebagai pusat kekuasaan monarkhi, juga menjadi istana, tempat kediaman resmi raja, keluarga dan para menteri. Disusul dengan wilayah Kutanegara Kepatihan , yang terletak di luar Keraton, disebut juga Negara atau Nagari, ditandai dengan tugu pembatas Pathok Negoro . Di lingkungan Kutanagara tinggal para abdi dalem pegawai negeri yang menjalankan tugas dan perintah raja. Wilayah di luar Kutanagara,

disebut Nagari Agung atau Negaragung yang merupakan tanah lungguh

(9)

pendatang yang dilakukan oleh pemerintah setempat pada masa awal Orde Baru, yang menggantikan Pemerintah Orde Lama, Desa Plosokuning berubah menjadi nama dusun yang statusnya lebih rendah setingkat di bawah pemerintahan desa. Sedangkan nama Minomartani ditetapkan sebagai nama desa. Meskipun demikian karena nilai historisnya yang tinggi yang melahirkan kebanggaan lokal, penduduk di sekitar Minormatani, banyak yang menghendaki mengubah nama dusunnya menjadi Dusun Plosokuning V dan V).

Plosokuning dari dulu itu masih menjadi satu dengan Minomartani, jadi daerah Plosokuning itu kalau sekarang sudah menjadi Desa Minomartani. Dulu Plosokuning itu adalah nama dusun dan juga nama desa, akan tetapi berubah menjadi nama Desa Minomartani itu setelah )ndonesia merdeka. Jadi sejarahnya daerah Plosokuning itu adalah daerah yang

tidak mau digabung dengan daerah yang lain

setelah kemerdekaan dan oleh sebab itu diganti namanya dengan Desa Minomartani. Jadi nama Minomartani dulu itu tidak ada. Minomartani itu hanya ada satu kelurahan saja, yaitu Desa Plosokuning, lalu menjadi Desa Minomartani.

Wawancara Rr. Salma Mumtaza, Komunitas Plosokuning Jero, pada tanggal Januari .

(10)

. . . Nama Pohon Ploso

)stilah Plosokuning itu sendiri semula bukan nama desa atau dusun, bukan pula nama kota kecamatan, melainkan nama sebuah pohon, yaitu pohon Ploso. Pohon Ploso yang mempunyai bunga berwarna kekuning-kuningan itu kemudian oleh penduduk dianggap sebagai pohon keramat. Dalam manuskrip sejarah disebutkan pohon Ploso pada zaman dahulu tumbuh sekitar meter di sebelah selatan bangunan Masjid Pathok Negoro sekarang. Dari nama pohon Ploso dan warna bunganya yang kuning ini yang memberikan inspirasi pemimpin Keraton waktu itu untuk menyebut daerah ini dengan nama Plosokuning.

Sejarah nama Plosokuning itu berasal dari nama pohon Ploso yang bunganya berwarna kuning, dan itu sebabnya daerah tersebut dinamakan daerah Plosokuning dan pohon Ploso yang bunganya berwarna kuning itu hanya satu-satunya pohon keramat yang berada di daerah sini. Tempat pohon tersebut itu berada di dalam Masjid Sultoni itu, akan tetapi pohon itu ditebang untuk dijadikan masjid dan itu atas perintah dari Keraton.

Namun pohon Ploso yang dikeramatkan dan menjadi saksi bisu sejarah berdirinya masjid itu, kini

Andi Andriyanto, Masjid Pathok Negoro Plosokuning; Sebuah Reportase, Rumah )ndonesia Yogyakarta: Cahaya )nstitute Yogyakarta, ,

.

(11)

sudah tidak tumbuh lagi. (anya saja hubungan Masjid Pathok Negoro dan Pohon Plosokuning yang mengidentikkan masyarakatnya sebagai masyarakat yang hidup dalam ikatan religius dan mitologis. Selain tentu saja juga dalam pertumbuhannya sebagai masyarakat religius, dengan dukungan kultural kehadiran sejumlah pondok pesantren yang berdiri di Plosokuning pada awal abad ke- M., yaitu Pondok Pesantren Mursidul (adi, Pondok Pesantren Qoslul Arifin, Pondok Pesantren Nailul Ula, dan Pondok Pesantren At-Tafsir.

Gambar . . Pohon Ploso Butea Monosperma

Pohon Ploso yang menjadikan daerah tersebut bernama Plosokuning, kehadiran Masjid Pathok Negoro

(12)

dan pertumbuhan pondok pesantren setelahnya, menunjukkan bahwa jatidiri masyarakat Posokuning dikenal oleh masyarakat umum Yogyakarta sebagai masyarakat santri yang memiliki keistimewaan tersendiri, yakni kelompok santri yang bukan sembarang

santri sebagaimana pandangan kulturalnya selama ini

untuk membedakannya dengan kaum priyayi Jawa. Keistimewaan ini muncul karena asal asul kesantrian masyarakat Plosokuning yang dekat dengan budaya priyayi; berkedudukan setara dengan para bangsawan dan raja-raja di Jawa. (anya saja nilai kesantrian mereka juga bersenyawa dengan makna religius pohon Ploso. Sebagaimana juga dalam nilai historisnya, pohon Ploso yang semula berasal dari negeri )ndia ini sangat dekat dengan (induisme yang kaya akan tradisi dan bangunan candi. Pohon Ploso yang berbunga indah ini pada awalnya tumbuh menyebar dari negeri )ndia, kemudian ke Asia Tenggara, hingga ke )ndonesia bersamaan dengan era penyebaran agama (indu dan Buddha. Dari bunga pohon Ploso yang berwarna jingga terang, ungu, merah dan kekuning-keuningan diketahui warna bunga pohon Ploso dapat menghasilkan bahan pewarna alami.

Dusun Plosokuning berlokasi di daerah yang juga berdekatan dengan gugusan candi-candi (indu peninggalan Mataram Kuno, seperti Candi Gebang di Dusun Gebang, Candi Pal Gading, dan Candi Kimpulan di kompleks kampus U)) Yogyakarta.

(13)

Pohon Ploso yang dalam bahasa Latin disebut Butea

Monosperma adalah sejenis pohon anggota suku

Fabaceae, dikenal sebagai Flame of the Forest dalam bahasa )nggris. Pohon ini mempunyai aneka nama dalam bahasa-bahasa di )ndia, seperti dhaak, palash, palaash, palah, palashpapra, polash, polashi, porasum, parasu,

modugu, dan kela. Di kawasan Asia Tenggara, tumbuhan

ini disebut sebagai pouk-pen Burma ; chaa Kamboja ;

chaan Laos ; thong kwaao, thong thammachaat

Thailand . Pohon Ploso Jawa ditemukan tumbuh secara alami di padang rumput terbuka dan di hutan-hutan campuran. Di pegunungan (imalaya )ndia, pohon Ploso ditemukan hingga ketinggian . m dpl. Sedangkan di Jawa, pohon Ploso tumbuh terbatas di daerah kering terutama di bagian timur pulau, hingga ketinggian . m di atas permukaan laut. Pohon Ploso tahan terhadap iklim kekeringan dan dapat tumbuh baik di tanah-tanah yang bergaram dan tanah yang berdrainase buruk. Pohon Ploso dikeramatkan karena dahulu dipakai untuk upacara keagamaan (indu, terutama bunganya yang berwarna jingga kekuningan yang digunakan untuk menandai dahi pada wajah perempuan yang hendak beribadah di pura atau candi.

(14)

. . . Wilayah dan Penduduk

Letak geografi Dusun Plosokuning berada di sekitar , kilometer di sebelah timur laut arah utara istana Keraton Yogyakarta, dan sekitar kilometer dari sebelah selatan puncak Gunung Merapi. Jika dirinci jarak Dusun Plosokuning dari pusat pemerintahan kecamatan, yaitu Kecamatan Ngaglik adalah , kilometer, jarak dari ibu kota Kabupaten Sleman , kilometer, jarak dari ibukota Dearah )stimewa Yogyakarta sekitar , kilometer, dan jarak dari )bukota Negara Republik )ndonesia kilometer. Berdasarkan data rekapitulasi pada bulan Juli tahun , jumlah penduduk Dusun Plosokuning pada tahun adalah jiwa dengan proporsi penduduk berdasarkan perbedaan gender, laki-laki lebih banyak daripada kaum perempuan, yaitu orang berjenis kelamin laki-laki, sedangkan jumlah penduduk perempuan sekitar orang.

Dusun Plosokuning diketahui mempunyai struktur tanah berdataran tinggi beriklim sejuk dengan komposisi kelembutan tanah yang cukup subur untuk areal pertanian dan tanaman palawija. Namun letak geo-sosial wilayahnya yang strategis karena berada di ujung utara kota Yogyakarta, arah menuju tempat pariwisata hutan lindung Kaliurang sekaligus berdekatan dengan ibukota provinsi, mendorong mobilitas sosial yang cukup tinggi

(15)

bagi masyarakat dan memudahkan untuk akses masuk ke kawasan perkotaan. Bahkan juga letaknya yang berdekatan dengan lokasi kampus U)) Universitas )slam )ndonesia , menjadikan dusun ini sebagai sasaran urbanisasi sosial masyarakat dari berbagai daerah di )ndonesia, seperti tampak dari kian padat rumah dan

kos-kosan mahasiswa di dusun tersebut, yang semakin

menyempitkan areal persawahan yang dahulu sangat subur dan menjadi lahan penghidupan bagi masyarakat setempat. Oleh karena itu pekerjaan penduduk Plosokuning dewasa ini tidak lagi hanya mengandalkan pada bidang pertanian dan tanaman palawija, melainkan seiring dengan modernisasi yang masuk ke Yogyakarta, ia memiliki diferensiasi pekerjaan yang beragam; dari mulai yang berprofesi sebagai pegawai swasta, pegawai pemerintah maupun abdi dalem Keraton, sampai pedagang, dan hanya sebagian kecil yang masih berprofesi sebagai petani.

Dalam hal kehidupan keagamaan, sebagian besar masyarakat Plosokuning merupakan masyarakat santri. (anya saja kesantrian masyarakat Plosokuning berbeda dengan kampung-kampung santri di daerah-daerah yang berbasis masyarakat )slam pada umumnya. Kesantrian masyarakat Plosokuning memiliki nilai keunikan tersendiri sebagaimana disebutkan di atas. Karena mereka mengidentikkan diri sebagai kerabat Keraton.

(16)

Oleh karena itu, masyarakat santri di sini mempunyai ikatan yang kuat dengan kebudayaan Jawa yang diwariskan dan dilestarikan oleh Keraton Yogyakarta.

Seiring dengan pergantian zaman, Dusun Plosokuning berkembang menjadi kawasan yang mengalami perubahan pesat akibat urbanisasi dan modernisasi yang berlangsung di )ndonesia, terutama di daerah Yogyakarta sehingga semakin memperlihatkan tingkat kemajemukan masyarakat, baik secara etnik maupun agama. Selain kampus U)), wilayah dusun ini juga berdekatan dengan jalur pariwisata alam yang banyak dikunjungi turis asing dan domestik, dan juga berdekatan dengan kampus UGM sekitar km , supermarket, Sekolah Tinggi Seminari Katolik Santo Paulus yang dibangun oleh Gereja Katolik. Satu dan lain hal dari kenyataan di atas yang menarik diteliti ialah kedudukan dan peran Masjid Pathok Negoro Plosokuning yang membentuk identitas komunitasnya itu di tengah globalisasi yang hadir ke dunia sosial mereka.

. . Asal Usul Masjid Pathok Negoro

. . . Makna Teologis dan Sosiologis Masjid

(17)

suatu jamaah untuk beribadah. Fungsi kolektivitas masjid sebagai rumah suci, sebagaimana pemikiran sosiologi agama Durkheim tentang asal usul totemisme yang menjadi dasar kemunculan agama di masyarakat, terletak pada praktek-praktek keagamaan yang dijalankan secara bersama-sama yang berfungsi untuk mengukuhkan sistem kepercayaan suci yang diyakini, seperti ritus kewajiban shalat berdoa; memuja lima kali yang dilakukan secara berkelompok, atau tempat berkumpul umat pada hari Jum’at, guna melakukan kebaktian dengan melaksanakan shalat dan menyimak khotbah dalam suatu ikatan persekutuan, yang disebut komunitas.

Oleh karena itu, rumah ibadah masjid berbeda dengan rumah pribadi yang hanya dapat berfungsi sebagai tempat peribadatan yang bersifat individual dalam agama )slam. Pada rumah ibadah masjid, selain dikenal sebagai rumah suci yang dipakai untuk ruang peribadatan pribadi, ia memiliki fungsi pokok sebagai tempat ibadah bersifat kolektif. Masjid menjadi tempat persekutuan umat dalam menjalankan kepercayaan dan ritus keagamaannya.

Dari sudut pandang teologi, kata masjid dalam kitab suci al-Qur’an disebut sebanyak kali, kali diantaranya dalam bentuk kata singular, dan kali dalam

Lih., Emile Durkheim, The Elementary Forms of the Religious Life

(18)

bentuk kata plural jamak . Secara etimologi, kata masjid merupakan derivasi dari kata dasar sajada berubah menjad kata kerja "sujud" yang berarti taat, setia, dan tunduk. Dalam liturgi agama )slam, kata sujud yang merupakan intisari dari rangkaian ibadah shalat menunjuk pada posisi gerakan tubuh di mana kepala menunduk dengan dahi wajah berikut ujung hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua ujung jari kaki menyentuh ke tanah atau lantai, untuk tujuan menghadap pada kekuatan ilahi, yaitu Allah. Kata kerja sujud yang kemudian terinstitusi menjadi kata benda masjid dalam surat-surat yang terdapat pada ayat-ayat dalam kitab suci al-Qur'an mengandung tiga makna teologis, ialah Pertama, sujud berarti penghormatan atau supremasi terhadap pihak lain, seperti para malaikat bersujud kepada Nabi Adam. Tuhan berfirman yang artinya, Dan ingatlah tatkala Kami Tuhan berkata kepada para malaikat; sujudlah kalian kepada Adam! Maka sujudlah mereka untuk menghormati, kecuali iblis yang menyombongkan diri, karena ia makhluk yang tidak

mempercayai Tuhan Q.S. al-Qur’an-Surat al-Baqarah,

: . Kedua, sujud berarti sebagai kesadaran atas

kesalahan yang diperbuat atau pengakuan dosa dari pihak yang satu kepada pihak yang lain, seperti para ahli sihir Raja Fir’aun bersujud kepada Nabi Musa. Tuhan

24Makhmud Syafe’i, Masjid dalam Perspektif Sejarah dan (ukum )slam,

(19)

berfirman yang artinya, Lalu para pesihir itu menunduk bersujud seraya berkata, "Kami telah percaya kepada

Tuhan yang dipercayai (arun dan Musa Q.S. Thaha,

: . Ketiga, sujud berarti mengikuti atau

menyesuaikan diri dengan kehendak Tuhan atas takdir manusia dan alam semesta hasil ciptaan-Nya, seperti bintang-bintang dan pepohonan yang juga bersujud kepada Tuhan. Tuhan telah berfirman yang artinya,

Sesungguhnya matahari dan rembulan beredar menurut perhitungan yang telah ditetapkan, dan bintang-bintang

serta pepohonan, keduanya bersujud kepada-Nya Q.S.

ar-Rahman, : - .

. . . Masjid Batas Negara

Kata Pathok Negoro sebagai identitas utama masjid, yang dalam bahasa Jawa halus Kromo )nggil disebut Pathok Nagari, dalam sejarah merupakan tempat ibadah yang didirikan oleh Keraton untuk masyarakat Plosokuning. Namun fungsi masjid ini tidak semata-semata sebagai tempat beribadah masyarakat dalam membentuk ikatan religiusnya, melainkan sebagai tugu

pembatas ibukota kerajaan, terutama setelah

disepakatinya Perjanjian Giyanti.

)bid

(20)

Pada masa kepemimpinan Sri Sultan (amengkubowono ) yang bertahta di Yogyakarta, Masjid Pathok Negoro mulai dicanangkan berdiri. Ada empat

Opak yang berada di sebelah barat Candi Prambanan, sedangkan di sebelah timur menjadi wilayah Surakarta. Setelah mendapatkan bagian itu, Pengeran Mangkubumi membangun Pesanggrahan istana di Ambarketawang Gamping, Sleman . Kemudian ia memindahkan pusat pemerintahan di tempat sekarang Yogyakarta , berdasarkan letak geo-sosialnya yang strategis, yakni diapit oleh Sungai Code dan Winongo yang mengaliri areal pertanian yang luas, dengan mengambil poros imajiner yang ditarik dari posisi Gunung Merapi ke Laut Selatan. Poros ini berada di Desa Patjetokan di tengah hutan bernama Paberingan. Pembangunan Keraton diresmikan pada tanggal Okober , dan ia menobatkan dirinya sebagai, Sampeyan Dalem )ngkang Sinuwun Kanjeng Sri Sultan (amengku Buwono ) Senopati )ng Ngalaga Ngabdurahman Sayidin Panatagama Khalifatullah yang artinya, Beliau yang terhormat dan yang dimuliakan penguasa yang sah atas dunia yang mempunyai kewenangan menentukan perdamaian dan peperangan sebagai panglima tertinggi angkatan perang, pemimpin semua agama dan wakil Tuhan . Sementara lambang dua naga yang saling melilit adalah tahun berdirinya kerajaan, yakni pada tahun Saka yang dibaca dari belakang = dwi, = naga, = rasa, = tunggal . Sangkala dwi naga rasa tunggal dapat dibaca menjadi dwi nagara satunggal yang artinya adalah dua negara dalam satu kesatuan , yang mempunyai arti obsesif sekalipun kerajaan terbagi dua, tetapi tetap satu jiwa. Lih., http://www.kerajaannusantara.com. / . Diunduh pada tanggal Januari ; Bdk., M.C. Ricklefs, Sejarah )ndonesia Modern...., - ; (aryadi Baskoro & Sudomo Sunaryo, Catatan Perjalanan Keistimewaan Yogya Merunut Sejarah Mencermati Perubahan Menggagas Masa Depan Yogyakarta: Pustaka Pelajar, , .

Selain merancang pembangunan Masjid Pathok Negoro, Sri Sultan (amengku Buwono ) juga membuka pintu masuk kepada orang-orang China untuk menetap di Yogyakarta. Para perantau China ini berasal dari marga (okkian dari Provinsi Fu Kien dan Kwang Tung. Mereka ini yang menyebar ke berbagai wilayah di Jawa, dan sebagian wilayah pantai Sumatra. Menurut data statistik jumlah orang China di Yogyakarta antara tahun sampai adalah orang. Pada umumnya orang-orang China di Yogyakarta mempunyai keperluan untuk berdagang. Oleh karena itu, lingkungan tempat tinggal mereka selalu berkoherensi dengan pusat perdagangan, yaitu pasar. (al tersebut juga menguntungkan bagi ekonomi kerajaan. Untuk mengurus kepentingan orang-orang China, baik dalam urusan kelahiran, kematian, surat jalan, maupun penarikan pajak ditunjuk seorang Kapiten China. Raja pernah mengangkat beberapa orang Kapiten China di Yogyakarta, antara lain: To )n - , Gan Kek Ko - , Tan Lek Ko - , Que Jin Sing - , Tan Jing Sin - , Que Wi Kong

(21)

buah Masjid Pathok Negoro yang dibangun dengan lokasi yang berbeda sesuai dengan batas-batas ibukota kerajaan berdasarkan empat arah mata angin, yaitu lokasi masjid yang berada di Plosokuning yang menjadi pembatas ibukota di sebelah utara, masjid yang berada di Mlangi yang menjadi pembatas ibukota di sebelah barat, masjid di lokasi Kauman Dongkelan yang menjadi batas ibukota di sebelah selatan, dan masjid yang terletak di Babadan yang menjadi pembatas ibukota di sebelah timur.

Konsep pembangunan masjid dalam posisi empat arah itu juga sejalan dengan filosofi kebudayaan Jawa kuno mengenai makna tata ruang kosmik. Dalam kontek hubungan individu dengan dunia sosial, kebudayaan Jawa juga memiliki empat lingkaran pandangan dunia konsentris yang lahir dari tata ruang kosmik itu di mana dunia dipandang oleh individu sebagai keseluruhan sistem nilai, yakni benar dan salah, estetik dan tidak yang menjadi kerangka dasar individu dalam memahami diri dan dunia sosial yang menghidupinya. Terdapat empat struktur lingkaran kosmik di mana individu memahami dunia sosialnya ketika berinteraksi, yaitu lingkaran pertama adalah sikap individu terhadap dunia luar yang dipahami sebagai sebuah kesatuan kesadaran antara manusia, alam dan dunia adikodrati. Lingkaran kedua

dianugerahi gelar kebangsawanan di bawah adipati, yaitu Tumenggung Secodiningrat. Lih. http://kebudayaan.kemdikbud.go.id. Diunduh pada tanggal Februari .

(22)

adalah penghayatan kekuasaan politik sebagai perpanjangan tangan kekuatan adikodrati yang bersifat ilahiah. Lingkaran ketiga adalah pengalaman mistis batiniah dalam memahami eksistensi diri sebagai bagian dari dunia sosial. Lingkaran keempat adalah penentuan semua lingkaran di atas sebagai bagian dari takdir kehidupan pribadi

Menurut kebiasaan orang Jawa, imajinasi simbol yang berjumlah empat arah berada dalam suatu sudut ruang, masing-masing sudut ruang itu mengikuti arah mata angin yang mengelilingi suatu titik pusat ruang konsentris sebagaimana konsep struktur kekuasaan Jawa masa lampau, yaitu satu ada di tengah sebagai kepala ditambah empat berada di sekeliling sebagai pembantu utama sang kepala. Sebagai contoh pada masa Kerajaan Majapahit, apabila raja sedang duduk di singgasananya, dihadapan para abdi dalem; mereka membentuk lingkaran duduk konsentris mengelilingi raja, seperti juga letak bangunan Candi Parambanan yang dikelilingi candi-candi kecil. (al ini menunjukkan keberadaan Masjid Pathok Negoro yang berada di empat lokasi membentuk formasi mengelilingi Keraton yang berada di tengah sebagai pusat kosmik raja, sebagaimana juga struktur konsentris zaman kerajaan-kerajaan Jawa masa lalu.

Lih., Franz Magnis Suseno S.J., Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi Tentang Kebijaksanaan (idup Jawa Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, ,

- .

(23)

Keempat Masjid Pathok Negoro itu sampai kini masih berfungsi dengan baik sebagai tempat ibadah, namun tidak berfungsi lagi sebagai benda penanda batas ibukota negara. (anya saja yang masih terjaga keaslian aristektur Masjid Pathok Negoro adalah yang berada di Plosokuning. Sedangkan ketiga masjid lain telah mengalami perubahan radikal, sehingga nyaris kehilangan wujud asalnya.

Gambar . . Masjid Pathok Negoro Plosokuning

. . . Masjid Raja

Masjid Pathok Negoro Plosokuning disebut juga sebagai Masjid Sultoni. )ni artinya Masjid Pathok Negoro

Bdk., Yohanes Setiawan, Agamaning Wong Balong Salatiga: Fakultas Teologi UKSW Salatiga , - .

(24)

merupakan Masjid Kagungan Dalem yang berarti masjid milik raja dan menjadi bagian dari aset Kerajaan Mataram di Yogyakarta. Menurut catatan sejarah yang tidak terdokumentasi dengan baik, Masjid Pathok Negoro Plosokuning didirikan dalam masa pembangunan yang cukup lama, diperkirakan dibangun secara bertahap

selama hampir tahun, yakni antara tahun

-M. dalam periode tiga raja yang memerintah. Pada awal mula masjid ini berdiri, dikisahkan pada waktu Kerajaan Mataram yang beribukota di Kartasura, Raja Amangkurat

Jawi )V yang memerintah pada tahun - M.

memiliki beberapa orang putra, diantaranya yang terkenal adalah Raden Mas )chsan yang menyandang gelar sebagai Bendara (aryo Sandiyo, Pangeran Adipati Anom dan Pangeran Mangkubumi. Sepeninggal Raja Amangkurat Jawi )V terjadi perselisihan antara kedua putranya kakak beradik , yaitu Pangeran Adipati Anom dengan Pangeran Mangkubumi. Perselisihan itu berakhir dengan pembagian kerajaan sebagai harta warisan yang

(asil FGD, pandangan )bu Farida, Komunitas Plosokuning Jobo, pada tanggal Desember .

Sebagaimana akibat tradisi lesan yang kuat dalam masyarakat Jawa, sumber-sumber sejarah tertulis tidak ada yang menjelaskan secara rinci perihal hari dan tanggal kelahiran Raden Mas )chsan yang menjadi cikal bakal berdirinya Masjid Pahok Negoro di lingkungan Keraton Yogyakarta. Namun diperkirakan ia lahir pada tahun , terutama ketika ayahnya, Raden Mas Suryo Putro meninggalkan Pondok Pesantren Gedangan di Jawa Timur pada tahun untuk dinobatkan menjadi Raja Mataram yang kemudian dikenal dengan nama Prabu Amangkurat Jawi. )stri Raden Mas Suryo yang juga ditinggalkan di pesantren ketika itu masih mengandung bayi laki-laki yang kelak lahir bernama Raden Mas )chsan. )rwan Masduqi, Suluk Sufi Ulama Karaton Yogyakarta Ajaran Kyai Nur )man Yogyakarta: Assalafiyah Press,

(25)

ditinggalkan oleh ayahnya itu menjadi dua. Pangeran Adipati Anom menjadi raja bergelar Susuhunan Pakubuwono yang beribukota di Kartasura.

Pakubuwono )) menyebut kerajaannya dengan nama Kesunanan Surakarta. Sedangkan Pangeran Mangkubumi diangkat menjadi raja di Yogyakarta dengan gelar Sri Sultan (amengku Buwono. )a menjadi raja

Setelah penyerbuan etnik China yang gagal dalam melawan Kompeni Belanda yang bersekutu dengan Pakubuwono )), ibukota Keraton Kartasura mengalami kehancuran fisik yang parah. Pada tahun , Pakubuwono )) memindahkan ibukota ke Surakarta. Pemindahan ibukota ditetapkan di Desa Solo yang terletak di dekat Tempuran titik pertemuan dua sungai, yaitu Sungai Pepe dan Sungai Bengawan Solo. Desa Solo dipandang lebih strategis karena berdekatan dengan Sungai Bengawan Solo, sebuah sungai yang sejak zaman dulu mempunyai peranan sosial penting yang menghubungkan masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur. Penetapan Desa Solo sebagai ibukota kerajaan juga didasarkan pada pertimbangan bahwa Solo telah menjadi desa yang ramai, bukan hutan yang harus dibuka sehingga tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak untuk membabat hutan. Selain tentu saja karena alasan perhitungan mistik petungan, di mana keadaan tanah di Desa Solo menurut perhitungan kalender Jawa menbawa pengaruh kehidupan yang baik bagi penghuninya yang hendak bertempat tinggal dan mendirikan bangunan. Yohanes Setiawan, Agamaning Wong Balong...., - .

Karena lebih tua dan merasa paling berhak sebagai pewaris dinasti Mataram dibanding Kesultanan Yogyakarta, Kesunanan Surakarta tidak pernah merasa puas dengan pembagian wilayah kerajaan ini. Pada tahun -an Pakubuwono )V Raden Mas Subadya , pernah berharap agar Pemerintah (india Belanda bersedia membantu Kesunanan Surakarta untuk merebut Yogyakarta dari tangan Raden Mas Sundoro Sri Sultan (emengkubuwono )) , meskipun kemudian ditolak. Pada tahun , ketika Kerajaan )nggris menguasai Jawa, Pakubuwono )V juga memanfaatkan Kerajaan )nggris untuk merebut Yogyakarta, namun gagal. Sri Wintala Achmad dan Krisna Bayu Adji, Geger Bumi Mataram Yogyakarta: Araska,

, .

(26)

pertama dan menyebut kerajaannya dengan nama Kesultanan Yogyakarta (adiningrat. Sesudah Pangeran Mangkubumi wafat pada tahun , ia digantikan oleh

ibukota Mataram dipindah ke Kartasura, dan sejak Perjanjian Giyanti beribukota di Surakarta dan Yogyakarta. Dalam penyerbuan Trunojoyo yang meluluhlantakkan Keraton Plered, dikisahkan bahwa setelah berhasil mengusir raja keluar dari istana dan mengungsi ke Tegal, Jawa Tengah, ia dengan nada kesal mengungkapkan, Ratu Mataram iku dakumpamakake tebu, pucuke maneh yen legiya, senajan bongkote ya adhem bae, sebab raja trahing wong tetanen, anggur macula bae bari angon sapi , yang artinya,Raja Mataram itu kuumpamakan tebu, ujungnya pun tidak manis, begitu juga pangkalnya, sebab ia raja keturunan petani, lebih baik mencangkul saja sambil menggembalakan seekor sapi. Bdk., Aryaning Arya Kresna, The Concept of Power and Democracy in Javanese Worldview, Makalah dipresentasikan dalam )nternational Conference and Summer School on )ndonesian Studies )CSS)S tahun , di Fakultas )lmu Budaya Universitas )ndonesia, dan dimuat dalam prosiding konferensi tersebut.

(27)

putranya yang bernama Bendoro Raden Mas Sundoro dengan gelar Sri Sultan (amengku Buwono )). Sri Sultan (emengkubuwono )) memerintah secara terputus-putus - M . Kemudian ia diganti oleh Sri Sultan (amengku Buwono ))) yang memerintah dari tahun sampai . Pada masa pemerintahan Sri Sultan

Sri Sultan (amengku Buwono )) - atau disebut Sultan Sepuh diikenal sebagai penentang yang keras terhadap Kompeni Belanda dan )nggris, dengan melakukan konfrontasi terbuka kepada Gubernur Jendral Daendels dan Letnan Gubernur Raffles. Sultan menentang aturan protokoler baru ciptaan Daendels mengenai alat kebesaran Residen Belanda pada saat

sowan menghadap raja yang hanya menggunakan payung dan tidak perlu membuka topi, karena tidak menghormati unggah ungguh tata krama Jawa. Perselisihan antara Sultan Sepuh dengan Kesunanan Surakarta tentang batas wilayah juga mengakibatkan Daendels memaksa Sultan Sepuh turun tahta pada tahun dan untuk selanjutnya bertahta secara terputus-putus, selama tiga kali, yaitu - , - , - . Pada akhir tahun ketika Kerajaan )nggris menginjakkan kaki di Jawa dan menyerbu Keraton pada tahun , Sultan Sepuh diturunkan tahtanya. Pada masa Sri (amengku Buwono ))), )V dan V bertahta, ia masih hidup dalam karantina. Pada saat menjadi putra mahkota, Sultan Sepuh pernah mengusulkan membangun benteng untuk menahan kedatangan tentara )nggris. Namun pada tahun , ia ditangkap )nggris dan diasingkan di pulau Penang Malaysia, kemudian dipindah ke Ambon. Pada masa pemerintahannya, Pangeran Notokusumo putra Sri Sultan (amengku Buwono ) dinobatkan Raffles sebagai Pangeran Amardiko pada tanggal Juni . Adapun perjanjian antara Pangeran Amardiko dengan )nggris ditandatangani pada tanggal Maret M. dengan memecah Keraton menjadi dua, yaitu Kasultanan dan Paku Alaman. Bagian wilayah Paku Alaman seluas . cacah, mencakup kawasan istana, Adikarto Kulonprogo , dan Karang Kemuning yang mempunyai empat distrik, yaitu Galur, Tawangharjo, Tawangsongko, dan Tawangkerto, dengan Brosot sebagai pusatnya. Namun sejak Sri Paku Alam V)), wilayah Paku Alaman yang berada di luar Kota Yogyakarta disebut Kadipaten Adikarto dengan ibukota di Wates. Kadipaten ini membawahi desa dengan empat kapanewonan, yaitu: Panjatan, Brosot, Bendungan, dan Temon. Adapun wilayah dalam kota meliputi Kecamatan Paku Alaman, yaitu Kalurahan Gunung Ketur dan Purwokinanti. Lih.. http://kebudayaan.kemdikbud.go.id..., ; )dem, Geger Bumi Mataram....,

-.

(28)

(emengkubuwono ))) ini, Masjid Pathok Negoro Plosokuning diresmikan berdiri, yaitu sejak Kyai Raden Mustofa bergelar Kyai (anafi ), cucu dari Raden Mas )chsan ditetapkan sebagai abdi dalem yang berkedudukan di Plosokuning.

Sejarah Masjid Pathok Negoro Plosokuning berdiri sekitar tahun yang lalu, dengan pimpinan dari Kyai Raden Nur )man yang mengutus putranya yang bernama Kyai Mursodo dan anaknya Kyai Mustofa untuk mendirikan masjid ini

Dalam kisah yang juga banyak dituturkan masyarakat setempat, Raden Mas )chsan putra pertama Raja Amangkurat Jawi )V memang tidak dinobatkan menjadi raja, melainkan sesuai dengan minatnya yang bertahun-tahun mondok di pesantren-pesantren Jawa Timur, ia mencari jalan hidup sendiri menjadi tokoh spiritual dengan gelar kebesaran yang disandangnya,

(india Belanda ditaklukkan oleh )nggris, ia turun tahta dan kerajaan dipimpin oleh Sultan Sepuh kembali . Pada masa kepemimpinannya, Keraton mengalami kemunduran besar-besaran, antara lain kehilangan daerah Kedu, separuh Pacitan, Jipang dan Grobogan yang diserahkan kepada )nggris, angkatan perang kerajaan diperkecil satuannya, dan sebagian daerah Keraton diserahkan kepada Pangeran Notokusumo. Pada tahun , ia wafat dalam usia tahun. Lih. https://masdidit .wordpress.com, Diunduh pada tanggal Februari ; )dem, Geger Bumi Mataram...., - .

http://jogjatrip.com/id. Diunduh pada tanggal November ; https://sarjiono .wordpress.com. Diunduh pada tanggal November

.

(29)

yaitu Kyai Raden Nur )man. Kyai Raden Nur )man yang secara harafiah berarti kyai yang membawa cahaya keimanan, kemudian menjadi penyebar agama di Gegulu, suatu nama desa yang terletak di bagian selatan Kabupaten Kulonprogo. )a mengajarkan agama )slam ke masyarakat setempat seraya mendirikan pondok pesantren.

Tidak lama kemudian karena hambatan kultural dan agama dari sisa-sisa kepercayaan lama masyarakat Gegulu, Kyai Raden Nur )man berpindah tempat dan mendirikan pondok pesantren baru di sebelah timur sekitar kilometer dari Gegulu, tepatnya di Desa Mlangi, Kabupaten Sleman. Selama tinggal di Mlangi, Kyai Raden Nur )man juga membangun rumah tangga sehingga dikaruniai banyak putra, antara lain yang terkenal Raden Mursodo dan Raden Nawawi yang di kemudian hari

Pada waktu perang saudara antara Pangeran Adipati Anom dan Pangeran Mangkubumi berkecamuk. Kyai Raden Nur )man memutuskan keluar dari istana. )a bersama pengawalnya pergi mengembara ke Gegulu Kulonprogo, diterima oleh Ki Demang (adiwongso, penguasa daerah setempat. Namun setelah Demang (adi Wongso meninggal, Kyai Raden Nur )man berpindah ke utara di sebelah timur Sungai Progo, yaitu Desa Kerisan. Di desa ini ia bertemu dengan utusan raja yang memintanya kembali ke Keraton. Namun ia menolak, dan memilih tinggal di tanah perdikan. Permintaan itu direstui raja, ia kemudian membangun pondok pesantren. Dari asal kata mulangi pondok pesantren yang berarti mengajar di lembaga pendidikan pondok pesantren, daerah perdikan ini disebut Kampung Mlangi. Lih., M. Lutfi Khamdani, dkk., Sejarah Mbah Kyai Nur )man Yogyakarta: Panitia Peringatan Khaul Mbah Kyai Nur )man, .

(30)

keduanya menjadi ulama. Sebagaimana juga dalam sistem kekerabatan bangsawan Jawa, Raden Nawawi diangkat oleh Keraton menjadi abdi dalem Pathok Negoro ) di Mlangi menggantikan ayahnya. Sedangkan Raden Mursodo yang berputra Raden Mustofa diangkat sebagai abdi dalem Pathok Negoro yang berkedudukan di Plosokuning dengan gelar Kyai Raden (anafi ). Raden Mustofa adalah guru spiritual dari Sri Sultan (amengku Buwono ))). Karena alasan itu pula, Masjid Pathok Negoro Plosokuning dibangun sebagai bentuk persembahan dan rasa hormat raja kepada guru spiritualnya itu. Bahkan di kompleks masjid ini juga menjadi kediaman resmi Raden Mustofa karena kedudukannya sebagai penasehat spiritual raja. Ada juga sumber yang menjelaskan Raden

(31)

Mustofa juga menjadi guru agama Pangeran Diponegoro.

Jadi dari generasi Kyai Raden Nur )man dari Mlangi, pertumbuhan agama )slam dan Masjid Pathok Negoro Plosokuning menemukan keterkaitan historisnya, sebagaimana juga dituturkan oleh salah satu marbot masjid, yaitu Bapak Raden Muhammad Agung :

Masjid Plosokuning ini masih trah dari Mlangi, jadi Kyai Mbah Nuriman itu adalah kesepuhan dari Plosokuning. Jadi beliau memiliki putra yang bernama Kyai Mursodo dan memiliki putra namanya Kyai Mustofa yang menjadi cikal bakalnya daerah Plosokuning. Akan tetapi cikal bakal dari Masjid Pathok Negoro ini adalah dari Kyai Mursodo yang diutus oleh ayahnya Kyai Nuriman Mlangi. Dan yang menurunkan Plosokuning ini adalah Kyai Mustofa di mana Kyai Mustofa sebagai kakek buyutnya orang Plosokuning, karena warga sekitar masjid masih memiliki ikatan darah dari Kyai Mustofa dan dianggap memiliki garis keturunan darah biru, orang sekitar masjid masih memiliki garis keturunan dari darah biru.

. . . Arti Pathok Negoro

)stilah Pathok Negoro sendiri yang melekat menjadi identitas masjid tersebut, ternyata mempunyai banyak

)bid.

(32)

pengertian semantik. Kata pathok itu sendiri yang berasal dari bahasa Jawa mempunyai beberapa makna, antara lain pertama, pathok berarti benda, baik berupa kayu, batu, tiang atau benda-benda lain yang ditancapkan ke tanah sebagai penanda sesuatu. Pathok adalah sejenis penanda suatu wilayah, seperti bangunan gapura kembar pintu masuk yang didirikan di desa-desa di Jawa Tengah dan Yogyakarta, atau gapura penanda batas wilayah kabupaten-kabupaten dan kotamadia di )ndonesia. Kedua,

istilah pathok mengandung pengertian tetap dan tidak berubah atau tidak dapat ditawar-tawar lagi seperti ungkapan patokan harga barang di pasar . Jadi harga barang atau makanan sudah dipatok sekian, sehingga menjadi stabil atau tidak berubah karena perubahan pasar atau konsumen.

Ketiga pathok juga dapat berarti tempat ronda atau

(33)

dalam mengambil tindakan. Pathok merupakan cara-cara menentukan suatu keputusan bersama, disebut juga standar operasional kegiatan atau program. Keenam

pathok berarti dasar hukum, yakni dasar filosofi dan tata tertib bersama yang digunakan untuk menetapkan suatu masalah hukum di masyarakat. Sedangkan istilah

negoro, dalam bahasa Jawa halusnya disebut nagari yang

mempunyai makna sinonim dengan negara atau kerajaan. Jadi kata pathok negoro berarti batas wilayah negara :

Kalau ditinjau dari segi sejarah, istilah dari Pathok Negoro atau Pathok Nagari ini tidak lepas dari Pemerintahan Kesultanan Yogyakarta yang di bawah pimpinan Sri Sultan (amengku Buwono ). Jadi pada masa pemerintahan (amengku Buwono ) ini pada intinya untuk

menyusun dan membenahi sistem

pemerintahan yang akan diterapkan, setelah Mataram terpecah menjadi dua. Meskipun begitu ada aturan yang masih digunakan dari sisa-sisa Kerajaan Mataram sebelum terpecah menjadi dua, yaitu terkait dengan masalah keagamaan dan kehidupan masyarakat. Misalkan kalau ada masyarakat yang melanggar aturan, maka diselesaikan dalam Pengadilan

Surambi atau yang sering disebut (ukum

Ndalem )ng Surambi. Jadi, badan peradilan itu

terbagi atas ketua yang menjabat sebagai penghulu sekaligus bergelar Kyai Penghulu dibantu oleh anggotanya. Anggota tersebut

(34)

berjumlah empat orang dan itu yang disebut dengan Pathok Negoro atau Pathok Nagari. Jabatan ini merupakan jabatan rendah di istana, namun jabatan ini sangat penting pada saat itu, karena keempat orang ini ditempatkan di Masjid

Kagungan Dalem yang memiliki arti sebagai

masjid milik raja. Keempat orang itu ditempatkan di Mlangi, Plosokuning, Dongkelan dan Babadan. Jadi keempat orang ini yang bertanggung jawab atas kemakmuran masing-masing masjid yang dipimpinnya. Jadi keempat orang tersebut memang sengaja ditempatkan secara berjauhan, hal ini dikarenakan untuk membentengi kesultanan dan menyebarkan

agama serta memperkuat semangat

nasionalisme untuk menanggulangi pengaruh asing di segala bidang yang sekiranya akan merusak kebudayaan Jawa waktu itu. Jadi untuk pengangkatan Pathok Negoro ini langsung oleh Sultan dan mendapatkan Serat Kekancingan. Kalau pada zaman dulu yang dijadikan sebagai Pathok Negoro langsung ditunjuk oleh Sultan, kalau sekarang untuk menjadi Pathok Negoro itu dengan cara mengajukan surat lamaran kepada Keraton. Jadi, kata Pathok Negoro sendiri itu terdiri berasal dari dua kata, yaitu Pathok dan Negoro. Pathok sendiri mempunyai banyak arti, diantaranya adalah suatu benda yang ditancapkan baik berupa kayu atau yang lainnya, dengan maksud dijadikan sebagai tanda, bersifat tetap dan tidak ditawar-tawar lagi, tempat para ronda berkumpul, sawah pembagian yang utama, aturan, dan yang ke dasar hukum. Sedangkan Negoro sendiri menurut bahasa Jawa halusnya namanya Nagari

(35)

pemerintahan. Jadi secara harafiah Pathok Negoro dapat diartikan sebagai batas negara, aturan negara ataupun dasar hukum negara. Jadi Masjid Pathok Negoro tersebut tidak hanya dijadikan sebagai tempat beribadah, akan tetapi juga memiliki fungsi kemasyarakatan yang meliputi fungsi politik, keagamaan yang meliputi pernikahan dan kematian.

)stilah Pathok dengan demikian, menunjukkan baragam pengertian. Namun jika diringkas ia mengandung makna state dalam pengertian politik, yaitu tanah yang dipathok ditandai melambangkan bahwa tanah sebagai sumber awal pertumbuhan wilayah kekuasaan, kemudian patokan harga yang melambangkan kekuasaan itu membutuhkan sumber daya ekonomi, dan pathok ronda melambangkan kekuasaan membutuhkan keamanan dalam mempertahankan stabilitas sosial, dan juga membutuhkan aturan hukum demi ketertiban negara dan masyarakat. Dari rangkaian makna ini, kata pathok negoro tidak semata-mata menjadi identitas tempat ibadah, melainkan identitas politik, sebagai pejabat negara yang kedudukannya setingkat di bawah raja. Dari pengertian itu dapat dipahami Masjid Pathok Negoro Plosokuning tidak hanya menjadi tanda atas keabsahan raja dalam kontek agama, melainkan juga kultural dan

(36)

politik. )a secara kultural berfungsi menjadi palindung kekuatan ilahi dan penjaga kekuasaan raja. )ni artinya fungsi masjid menjadi bersifat politik karena kekuatan legitimasinya yang dipakai oleh raja dalam menjalankan pemerintahan.

Gambar . . Pintu gerbang Masjid Pathok Negoro Plosokuning

. . . Pejabat Pathok Negoro

Sebagai Pathok Negoro, pemimpin Masjid Pathok Negoro Plosokuning adalah pejabat negara yang tergabung dalam keanggotaan Al-Mahkamah Al-Kabirah

atau Mahkamah Agung, yakni institusi Peradilan Surambi

peradilan teras dalam Kesultanan Yogyakarta yang dipimpin oleh imam besar Masjid Gedhe. Terdapat empat imam besar Al Mahkamah Al Kabirah yang diangkat oleh raja, yaitu di Mlangi, Plosokuning,

Nasruddin Anshariy, Matahari Pembaharu: Rekam Jejak K(. Ahmad Dahlan Yogyakarta: Penerbit Yogya Bangkit Publisher, , .

)bid.

Dokumen pribadi.

(37)

Dongkelan dan Babadan, ditambah pimpinan tertinggi Al

Mahkamah Al Kabirah di Masjid Gedhe. Tugas dan fungsi

dari Al-Mahkamah Alkabirah ternyata dalam prakteknya sangat luas, tidak hanya di bidang keagamaan, tetapi juga dalam bidang sosial dan politik, ia merupakan kepanjangan kekuasaan raja. Dahulu pihak Keraton pada umumnya mendirikan lembaga-lembaga sosial keagamaan dengan tujuan untuk melakukan perubahan-perubahan penting dalam kehidupan politik masyarakat. Perubahan politik Keraton Yogyakarta dalam hal ini diprakarsai oleh raja yang dilakukan melalui berbagai lembaga sosial-politik, termasuk institusi keagamaan.

Lih., Chamamah Soeratno et.al., Keraton Yogyakarta: the (istory and Cultural (eritage Yogyakarta and Jakarta: Keraton Ngayogyakarta (adiningrat and )ndonesia Marketing Associations, .

)stilah Sultan (amengku Buwono yang menjadi gelar resmi raja-raja Mataram di Yogyakarta secara harafiah mengandung arti raja-raja yang memangku dunia . Oleh karena itu secara simbolis, kata hamengku yang terderivasi menjadi kata hamangku, hamêngku dan hamêngkoni jagad

mengandung nilai filosofi universal berkaitan dengan kepribadian ideal seorang pemimpin dalam kebudayaan Jawa. (amangku berhubungan dengan watak yang seharusnya dimiliki oleh seorang penguasa, yakni watak berbudi bawa leksana mengutamakan kebaikan bersama . Dengan hamangku,

penguasa Keraton ingin lebih banyak memberi daripada menerima, terlebih lagi terhadap mereka yang berkekurangan, terbelakang dan menderita dalam kehidupannya. (amengku berkaitan dengan watak ambeg adil paramarta

bersikap adil untuk semua . Dengan hamengku, penguasa Keraton ingin

ngemong, mengayomi dan melindungi siapapun, tanpa membeda-bedakan golongan, keyakinan atau agama. (amengkoni berkaitan dengan watak ing ngarsa sung tulada. Dengan hamengkoni, penguasa Keraton ingin menjadi panutan dunia sanggup berada di depan dan bertanggungjawab sesuai dengan tuntutan pekerjaannya sebagai raja yang gung binathara, seperti dewa agung atau orang suci. Lih., Sindhunata, Kata Pengantar, dalam Sri Sultan (amengku Buwana X, Bercermin di Kalbu Rakyat Yogyakarta: Kanisius, , .

(38)

Kini kedudukan sebagai pejabat Pathok Negoro telah hilang dan digantikan dengan struktur baru masjid yang bersifat spiritual yang terdiri dari Ketua takmir, Khatib pengkhotbah , Muadzin bidang adzan , Jajar jama’ah bidang pembina komunitas , Ulu-ulu bidang perkawinan dan perceraian , dan Jajar Marbot bidang pemelihara fisik . Struktur organisasi masjid saat ini dipimpin oleh Raden Mas Kamaludidn Purnomo sebagai Ketua, Raden Zamakhsari sebagai Khatib, Raden Muhammad Baghowi sebagai Muadzin, Raden Mulyoharjo sebagai Jajar Jama’ah, Raden Ngabaehi Suprobo sebagai Jajar Ulu-ulu, dan Raden Yusuf sebagai Jajar Marbot.

Dengan demikian sejak kemerdekaan )ndonesia, kedudukan dan peran Pathok Negoro berubah sesuai dengan perubahan status Kerajaan Mataram. Kerajaan yang semula mempunyai stuktur kekuasaan pusat yang absolut, dengan sendirinya berubah menjadi stuktur kekuasaan daerah. Keraton Yogyakarta juga Kadipaten Pakualaman telah mengintegrasikan wilayahnya menjadi bagian dari Republik )ndonesia.

)ni artinya ketergabungan kekuasaan monarkhi ini tidak hanya bernilai politik, akan tetapi juga bermakna ideologi dan konstitutif. Oleh karena itu walaupun Republik )ndonesia merupakan negara yang baru berdiri,

(asil FGD, pandangan Bapak Raden Ngabehi Suprobo, A. Ma... )bid.

(39)

namun ia segera mempunyai konstitusi negara, undang-undang dasar dan kebijakan-kebijakan lain yang bersifat demokratis. Peraturan atau undang-undang pemerintah peninggalan masa lalu diubah, termasuk peradilan monarkhi. Selanjutnya pada tanggal Agustus Pemerintah R) mengeluarkan Undang-Undang Nomor

Tahun tentang Penghapusan Pengadilan Raja

Zelfbestuursrecht-spraak di Jawa dan Sumatera. Undang-undang tersebut secara tegas menyebutkan semua pengadilan raja diserahkan kepada pengadilan yang berwenang di bawah Pemerintahan Repubik )ndonesia. Dengan demikian sejak diberlakukan undang-undang tersebut, secara yuridis Peradilan Surambi di Masjid Pathok Negoro telah terhapus. Walaupun tidak mempunyai kewenangan politik, namun penghulu hakim dan pejabat Pathok Negoro secara adat dan kebudayaan masih tetap kedudukannya sebagai abdi dalem di Reh Kawedanan Pangulon Pemerintahan Keraton. Kawedanan adalah nama departemen pemerintah, sedangkan Kawedanan Pangulon merupakan departemen yang mengurusi masalah keagamaan yang kemudian terhapus pula.

Robert (eine Gelderen, Konsepsi Tentang Negara dan Kedudukan Raja di Asia Tenggara, diterjemahan oleh Deliar Noer Jakarta: Rajawali,

(40)

. . Aristektur Masjid: Keaslian dalam Perubahan . . . Tradisionalisme Jawa

Masjid Pathok Negoro Plosokuning berdiri di atas tanah seluas . meter persegi. Pada saat didirikan, bangunan masjid hanya seluas m , tetapi setelah perluasan seiring dengan kepadatan jumlah penduduk, bangunan masjid berkembang menjadi seluas m . Sekilas tidak ada yang istimewa pada bangunan masjid yang berarsitektur tradisional, yaitu beratap gunungan

meru seperti beber gunungan wayang yang pucuk gunungnya atap menghadap ke langit, dengan bahan dasar bangunan dari kayu jati dan batu bata. Namun ia tidak seperti masjid-masjid di Timur Tengah pada umumnya dengan bangunan menara menjulang dan kubah di tengah bangunannya yang bertingkat.

(41)

Masjid yang berlantai satu ini tidak memiliki kubah dan menara menjulang, melainkan hanya ruang serambi teras , tempat mimbar khotbah, hingga kentongan dan bedug di dalamnya sebagai penanda waktu shalat, serta dua gapura berarsitektur Majapahit di halaman luar masjid. Mimbar khotbah ini menarik karena berbentuk singgasana kecil raja dengan tempat duduk bertangga yang terbuat dari kayu jati, berornamen ukiran motif bunga pada pegangan mimbar. Mimbar khotbah juga dilengkapi dengan sebuah tongkat kecil yang dipegang oleh khatib pada saat memberikan khotbah yang sampai sekarang masih digunakan sebagai ciri khas masjid yang berkebudayaan Jawa tradisional. Masjid ini juga masih menganut adat kebiasaan lama di mana adzan pada saat sholat Jum'at disuarakan sebanyak kali. Dahulu sekitar tahun adzan pertama disuarakan oleh lima orang sekaligus dan adzan kedua dilakukan salah seorang dari mereka. Khotbah Jum’at dahulu disampaikan dengan menggunakan bahasa Arab yang tidak dapat dipahami artinya oleh komunitas masjid. Baru pada tahun terjadi perdebatan, adat kebiasan lama tersebut berubah, muadzin yang semula berjumlah orang menjadi orang, tetapi adzan tetap dilakukan sebanyak kali. Khotbah

(42)

juga diganti dengan bahasa Jawa sesuai dengan bahasa ibu komunitasnya.

Ciri khusus lain dari Masjid Pathok Negoro Plosokuning adalah beratap tajuk dengan dua tumpang dan mahkota masjid yang berasal dari tanah liat serta atap masjid dari sirap berbentuk tajuk seperti piramida. Selain ciri-ciri tersebut, di halaman depan masjid adalah adanya kolam keliling sedalam tiga meter, dan pohon sawo kecik. Pohon sawo kecik yang berusia ratusan tahun ini memiliki makna sarwo becik atau serba baik, bahwasanya fungsi masjid adalah untuk kegiatan yang baik, dan tentu saja mendatangkan kebaikan bagi sesama.

Namun dalam perkembangannya, terjadi perubahan bangunan tradisional seiring dengan unsur-unsur arsitektur modern yang masuk di )ndonesia. Pada bagian lantai Masjid Pathok Negoro Ploskuning dahulu diplester biasa dengan menggunakan semen dari batu bata merah, kemudian pada tahun lantai masjid ini diganti dengan tegel biasa. Begitu juga dengan daun pintu dan tembok masjid dilakukan penggantian pada tahun . Dahulu tembok dinding masjid setebal batu bata, namun karena terkikis terus menerus sekarang tinggal

www.gudeg.net. Diunduh pada tanggal Februari . www.iwantgoto.com/yogyakarta/sleman-territories/religion- tourism-sleman-territories/jami-sulthoni-mosque-the-west-pathok-nagari-mosque. Diunduh pada tanggal Januari .

(43)

batu. Dahulu pintu masjid hanya ada satu dan sangat rendah setinggi satu meter yang menyebabkan ruang masjid menjadi gelap gulita. Pintu yang rendah ini pada mulanya dimaksudkan agar setiap orang yang masuk ke masjid hendaknya membungkukkan badan dan menundukkan kepala sebagai tanda yang menunjukkan sikap tata krama dan rendah hati untuk menyepi di tempat yang sunyi sekaligus sebagai simbol penghormatan terhadap kesucian tempat ibadah. Namun keadaan demikian menyebabkan ruangan di dalam masjid menjadi gelap dan menyulitkan orang untuk melaksanakan ibadah, sehingga pada tahun

ditambah pintu masuk menjadi tiga bagian setinggi dua meter, yang memudahkan orang memasuki ruangan dalam masjid tanpa perlu lagi membungkukkan badan dan menundukkan kepala, serta ditambah bangunan jendela di ruang dalam masjid untuk memberikan kesempatan cahaya matahari masuk ke ruang dalam.

Pada tahun Masjid Pathok Negoro Plosokuning mengalami renovasi besar-besaran, pada empat tiang utama kayu jati dan beberapa elemen lain yang telah mengalami kelapukan usia diganti, namun tanpa meninggalkan bentuk aslinya. Pada tahun , Dinas Kebudayaan Pemerintah D)Y membantu biaya untuk melakukan renovasi masjid pada bagian ruang serambi depan dan tempat wudhu bersuci . Pada tahun itu pula

(44)

Gambar . . Ruang dalam Masjid

masyarakat secara swadaya mengganti lantai tegel masjid dengan keramik, memasang konblok di halaman serta mendirikan menara pengeras suara setinggi sepuluh meter sebagai penanda baru waktu shalat, meskipun telah tersedia alat bedug dan kentongan. Pada momen-momen tertentu, di masjid ini juga dilaksanakan kegiatan keagamaan yang diikuti oleh keluarga inti Keraton, semisal tradisi Bukhorenan. Tradisi Bukhorenan telah menjadi bagian dari tradisi Keraton yang dilestarikan hingga sekarang. Maksud dan tujuan tradisi Bukhorenan tidak lain adalah untuk mempelajari ajaran Kanjeng Nabi Muhammad melalui perkataan dan perbuatannya dengan

(45)

membaca dan memahami teks-teks hadis yang terdokumentasi dalam Kitab Sahih Bukhari.

Dalam konsep tata ruang Keraton, Masjid Pathok Negoro Plosokuning merupakan stereotype miniatur Masjid Gedhe yang terletak di alun-alun utara. Sampai kini masyarakat di lingkungan masjid ini dikenal berkehidupan yang sangat religius, yang juga ditandai sejak awal abad ke- M. dengan kehadiran sejumlah pondok pesantren baru. Kini bangunan masjid telah masuk dalam inventaris benda cagar kebudayaan tidak bergerak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta.

. . . Papat Kiblat Lima Pancer

Letak Masjid Pathok Negoro Plosokuning juga dibangun dengan menganut pandangan dunia Jawa mengenai papat kiblat lima pancer, yang berarti empat penjuru dengan satu titik pusat sebagaimana juga konsep tata ruang konsentris Jawa. )stilah papat kiblat

lima pancer ini juga mengandung makna filosofis bahwa

keberadaan masjid dengan atap yang berbentuk gunungan menghadap ke langit merupakan satu pancaran cahaya Tuhan dari langit yang hanya dapat terpancar dan diperoleh jika manusia memiliki empat laku hidup sempurna sesuai dengan bentuk kubistik bangunan masjid dalam empat persegi panjang, yakni

)bid.

(46)

melambangkan pencapaian hakikat ketuhanan itu dimaknai dengan beribadah, berkeluarga, berpendidikan dan bersosial kemasyarakatan. Pencapaian hakikat ketuhanan dengan demikian, tidak murni melahirkan pemahaman mengenai agama )slam sebagai sistem kepercayaan personal manusia dalam mengimani Tuhan, melainkan juga kepercayaan publik yang mendorong etos duniawi, terutama dalam berkeluarga, berpendidikan dan bermasyarakat.

Sedangkan air kolam yang dibangun sedalam tiga meter di sekeliling Masjid Pathok Negoro Plosokuning melambangkan makna spiritual bahwa manusia dalam hidup harus selalu berkeadaan bersih dari dosa, seperti air yang berfungsi membersihkan badan, dengan cara tidak hanya rajin beribadah dengan menggunakan air untuk bersuci ketika memasuki tempat ibadah, akan tetapi juga air yang dalam melambangkan menuntut ilmu hendaknya dilakukan yang sedalam-dalamnya, yakni berkompetensi sebagaimana kedalaman air kolam.

Berbicara tentang prinsip pacupat lima pancer

masjid, dapat dijelaskan bahwa dalam bentuk bangunan pancer-nya itu Masjid Gedhe Kauman yang berada di kota Yogyakarta, sedangkan Masjid Pathok Negoro sebagai

pacupat. Berlandaskan atas prinsip pecupat itu

pula, desain semua masjid Pathok Negoro awalnya semua dilengkapi dengan kolam yang

(47)

memberikan petunjuk bahwa untuk masuk masjid pancer masyarakat harus dalam keadaan suci maka harus melewati kolam karena dulu masyarakat tidak terbiasa memakai sandal maupun sepatu .

Empat kiblat lima pancer atau sedulur papat lima

pancer yang secara harafiah berarti empat saudara, dan

yang kelima induknya atau pendawa lima dalam tokoh lima bersaudara pada dunia pewayangan, dalam ajaran mitologi kebudayaan Jawa kuno, juga mengandung pengertian badan manusia yang berupa raga, wadag, atau jasad lahir bersama empat unsur roh alam semesta yang berasal dari tanah, air, api dan udara, Keempat unsur roh ini masing-masing mempunyai tempatnya sendiri yang disebut kiblat papat, yaitu arah timur, selatan, barat dan utara, sedangkan faktor yang kelima bertempat di pusat atau tengah. Lima tempat itu sesuai dengan nama lima pasaran wetonan dalam sistem kalender Jawa yang memiliki kesamaan dengan empat unsur roh di mana ia berasal, yaitu Pertama, Pasaran Legi, roh bertempat di sebelah timur yang melahirkan unsur energi udara, sehingga dimaknai akan memancarkan aura putih atau kesucian hidup. Kedua Pasaran Pahing, roh bertempat di sebelah selatan yang melahirkan unsur api, sehingga dapat memancarkan sinar merah atau spirit kehidupan.

Ketiga, Pasaran Pon yang bertempat di sebelah barat yang

(48)

melahirkan unsur air, sehingga akan memancarkan energi sinar kuning atau sumber kehidupan. Keempat, Pasaran

Wage yang bertempat di sebelah utara yang melahirkan

unsur tanah, sehingga dapat memancarkan sinar hitam atau keabadian. Kelima, Pasaran Kliwon bertempat di tengah, yaitu tempat sukma atau jiwa yang melahirkan sinar manca warna energi lima warna dunia . Pasaran

Kliwon yang bertempat di tengah merupakan pusat jiwa

atau roh yang membawa daya pengaruh energi bagi

kiblat papat. Pancaran pengaruhnya dimulai dari arah

timur berjalan ke barat sesuai dengan perputaran jam dan akan berakhir di titik tengah.

Sementara pada bagian gerbang masjid terdapat tiga undakan tangga yang dibuat sedemikian rupa untuk menunjukkan beberapa hal simbolik yang mengandung banyak makna spiritualitas )slam sebagaimana dalam kontek kebudayaan Jawa yang membungkus nilai ke dalam identitas form . Lambang tiga undakan pertama menunjukkan tiga elemen dasar beragama, yakni iman

kredo; rukun iman , )slam liturgi; rukun )slam , dan

ikhsan spiritualitas . Rukun iman menjelaskan sistem

kepercayaan dalam agama )slam yang tersusun dalam enam kredo pengakuan iman , yaitu kepercayaan kepada Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah, kepercayaan kepada para malaikat sebagai pembantu Tuhan, kepercayaan kepada para utusan Tuhan Rasul yang

Gambar

Gambar �.�.  Pohon Ploso �Butea Monosperma���
Gambar �.�.  Masjid Pathok Negoro Plosokuning��
Gambar �.�.  Pintu gerbang Masjid Pathok Negoro Plosokuning��
Gambar �.�.  Ruang dalam Masjid��
+4

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang bahwa pada dasarnya hadhanah terhadap anak yang belum mumayyiz adalah hak ibunya, sesuai dengan bunyi pasal 105 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam, kecuali

Dari hasil penelitian di atas dapat kita lihat bahwa variabel-variabel yang diteliti seperti pengetahuan, religiusitas, produk, reputasi dan pelayanan yang ada di Bank

Pada hari ini Rabu tanggal dua puluh sembilan bulan Juni tahun dua ribu enam belas (29-06-2016), yang bertandatangan dibawah ini Pokja Pengadaan Kegiatan

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang dari Pokja ULP Kegiatan Pengembangan Dan Pengelolaan Sarana Prasarana Penunjang Jalan Pekerjaan Paket 9 - Pemasangan PAL LPJU

 Cairan koloid digunakan pada pasien dengan perembesan plasma hebat, dan tidak ada respon pada minimal volume cairan kristaloid yang diberikan.  Volume cairan rumatan

Bank BNI (Persero) berdasarkan penilaian prestasi kerja dalam pengembangan karier, yang dapat dilihat dari jawaban mereka bahwa setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan, dapat

Isolasi bakteri endofit daun kemangi (O.basilicum L.)dilakukan dengan metode penanaman langsung dan pemurnian isolat dilakukan dengan menggunakan metode streak

Kepada Bapak/Ibu yang bersedia mengikuti penelitian ini nantinya akan diminta mengisi surat persetujuan ikut dalam penelitian, mengikuti wawancara untuk mencari adanya hal-hal