• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi Studi pada Komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning Keraton Yogyakarta D 762008001 BAB VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi Studi pada Komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning Keraton Yogyakarta D 762008001 BAB VII"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENUTUP

7. . Kesimpulan

Riset yang dilakukan selama menempuh studi doktoral pada Program Studi Doktor Sosiologi Agama Fakultas Teologi UKSW ini menghasilkan temuan-temuaan lapangan yang bersifat informasi teoritis dan praksis untuk dikembangkan dalam kerangka membangun dasar-dasar teoritis mengenai studi relasi globalisasi dan identitas dalam komunitas agama, terutama masjid dalam ruang lingkup studi sosiologi agama.

Melalui berbagai penelusuran data, baik data itu diperoleh dari hasil penelaahan dokumen buku, jurnal, internet dan arsip; hasil wawancara kepada informan;

pengamatan terlibat maupun diskusi kelompok focus

(2)

ketiga, bab keempat dan bab kelima menghasilkan kesimpulan riset, yang dapat diringkas dalam pemikiran-pemikiran sebagai berikut:

7. . . Asal Usul Komunitas Masjid Pathok Negoro

Dalam penelusuran jejak sejarah, Masjid Pathok Negoro Plosokuning adalah tempat ibadah agama )slam yang didirikan oleh Keraton Yogyakarta. Oleh karena itu asal-usul masjid ini dengan komunitasnya tidak terlepas dari sejarah pertumbuhan Keraton. Keraton Yogyakarta adalah salah satu kerajaan di Jawa yang lahir dari perubahan-perubahan sosial dan politik masyarakat pada masa lalu yang berperan membentuk kebudayaan Jawa. Kebudayaan Jawa sebagai salah satu kebudayaan lokal di )ndonesia adalah kebudayaan yang sangat tua usianya karena lahir sejak abad pertama, bersamaan dengan gelombang kedatangan bangsa-bangsa-)ndia yang membawa agama (indu dan Buddha.

(3)

Sejalan dengan perubahan sosial yang mengiringi, agama )slam dari Timur Tengah juga hadir untuk menemukan tanah tumbuhnya yang baru di Jawa. Kedatangan agama )slam ini tidak hanya membawa agama baru, akan tetapi juga kekuasaan yang menggantikan Kerajaan Majapahit, dengan kemunculan Kerajaan Demak. Seiring dengan kehadiran bangsa-bangsa Eropa, seperti Portugis, Kerajaan Demak menghadapi transisi sosial dan politik yang besar pada saat itu. Kerajaan Demak yang semula berpusat di pesisir yang berkompetisi secara ekonomi dan politik dengan bangsa-bangsa Eropa dan China, mengalami perpindahan ke bagian selatan Jawa, menjadi Kerajaan Pajang dan kemudian Mataram. Kerajaan Mataram yang terletak di bekas ibukota Mataram Kuno ini, ternyata melahirkan kebudayaan unik, yaitu kerajaan ini tumbuh dalam lingkup kebudayaan (indu-Buddha, kebudayaan asli Jawa yang bertemu dengan agama )slam.

(4)

Plosokuning yang dikenal sebagai masjid batas negara, tidak hanya menjelaskan kedudukan masjid yang menjadi batas ibukota negara, dengan kerajaan saudaranya di Surakarta, akan tetapi juga menegaskan benteng kekuasaan simbolik dengan kolonialisme (india-Belanda. )dentitas ini yang membuat Masjid Pathok Negoro Plosokuning menjadi bersifat politik, ia menjadi masjid raja.

)ni artinya Masjid Pathok Negoro Plosokuning tidak hanya menjadi batas atau benteng negara, melainkan ia merupakan kepanjangan kekuasaan kerajaan di masa lalu. Karena juga kedudukan pengurus Masjid Pathok Negoro Plosokuning yang berperan sebagai pejabat kerajaan. Sebetulnya istilah Pathok Negoro tidak hanya muncul pada zaman Mataram di Yogyakarta dalam rupa bangunan masjid. Akan tetapi juga sudah ada semenjak zaman Majapahit yang ditandai dari pembangunan candi atau gapura kembar sebagai Pathok Negoro pada masa itu.

7. . . Identitas Etnik dan Agama

(5)

gunungan yang sarat dengan makna religius dan filosofi kebudayaan Jawa, akan tetapi juga menjadi ciri sosial yang membelah komunitas masjid menjadi dua, yaitu Plosokuning Jero dan Plosokuning Jobo.

(6)

menjadi bagian komunitas Masjid Pathok Negoro Plosokuning.

7. . . Agama dan Identitas Kebudayaan

Sejak Keraton bergabung ke dalam Negara Kesatuan Republik )ndonesia, terjadi transformasi besar-besaran. (al ini ditandai dari kehadiran pusat-pusat pendidikan tinggi dan urbanisasi sosial, yang berakibat secara tidak langsung bagi perubahan identitas komunitas masjid. Perubahan ditandai tidak hanya dari renovasi arsitektur masjid, akan tetapi juga memudarnya batas-batas sosial dan politik komunitas Plosokuning Jero dan Plosokuning Jobo. Seiring dengan globalisasi yang masuk dengan isu-isu multikulturalisme dan toleransi religus, serta penetapan Keraton sebagai lembaga adat dan kebudayaan Jawa, Pemerintah Republik )ndonesia menetapkan Masjid Pathok Negoro menjadi cagar kebudayaan nasional.

(7)

suara, alat teknologi informasi dan komunikasi, seperti media internet, blogspot, koran onlien, televisi, video you tube, w.w.w., dan gadget handphone. Bahkan globalisasi yang masuk itu telah meratakan jalan, yakni memperkuat kesadaran identitas komunitas dalam mengekpsresikan tradisi keagamaan dan kebudayaan lokal ke dunia global dengan perangkat teknologi itu. )ni artinya hubungan dialogis antara agama )slam dari luar yang tumbuh dalam kebudayaan Jawa yang menjadi ciri identitas komunitas masjid, serta faktor globalisasi yang masuk, memberikan jalan yang rata bagi perubahan identitas komunitas itu menjadi kekuatan lokal yang mempengaruhi globalisasi yang telah didatarkan.

7. . . Perubahan Identitas

(8)

kedudukan komunitas masjid sebagai kekuatan lokalitas yang mempengaruhi globalisasi.

7. . Temuan Teoritis

7. . . Identitas Etnik dan Agama

Ketika agama luar masuk ke dalam kebudayaan lokal di )ndonesia, khususnya di Jawa, ia sebenarnya memiliki sifat terbuka baca: toleran untuk menerima perubahan. )dentitas agama tidak saja didasarkan pada ikatan teologis dan wahyu yang sama, akan tetapi ditundukkan oleh kebudayaan yang mengikat di mana agama itu tumbuh di masyarakat. Bahkan ikatan kebudayaan ini yang memberikan jawaban dari pertanyaan pelik, mengapa agama dapat menjadi bagian dari kebudayaan, seperti yang ditunjukkan dari masuknya agama )slam dari tanah Arab dalam kebudayaan Jawa di mana ia tumbuh menjadi komunitas masjid. (asil dialog agama dan etnik lokal ini yang membentuk identitas komunitas masjid. Dalam konteks kebudayaan Jawa, agama dilihat seperangkat nilai dan kebudayaan

simbolik yang memuat nilai-nilai itu.

7. . . Globalisasi dan Perubahan Identitas

(9)

bangsa-bangsa ke seluruh dunia, seperti yang terjadi di daerah Yogyakarta, di mana bangsa-bangsa asing, seperti )ndia, Arab, China, Barat yang masuk ke masyarakat Jawa di masa lampau dan berinteraksi mewarnai identitas lokalnya. Oleh karena itu globalisasi tidak hanya diartikan sistem dunia tunggal, di mana globalisasi melahirkan keseragaman akibat proses interaksi yang bersifat vertikal. Akan ia juga merupakan tatanan dunia baru yang telah diratakan secara horisontal dari sekat-sekat vertikal yang membatasinya, sehingga bersifat heterogen dan bioregional. Sifat bioregional globalisasi muncul akibat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, yang menghidupkan kreatifitas lokal dalam bentuk lahirnya kekuatan komunitas lokal. Karena globalisasi juga melahirkan respon kebudayaan yang menghasilkan menguatnya identitas lokal, yang disebut dengan glokalisasi atau globalisasi lokal .

7. . Temuan Praktis

(10)

identitas komunitas, agama dapat berdamai dengan kebudayaan lokal di mana agama tumbuh di masyarakat etniknya. Namun melalui keterbukaannya terhadap dunia luar, berupa globalisasi yang masuk, identitas komunitas agama ini menguat sekaligus mengalami perubahan menjadi kekuatan lokal yang tumbuh kreatif dalam dunia global.

7. . Saran-saran Penelitian

7. . Gelar kebangsawanan dalam komunitas Masjid

Pathok Negoro Plosokuning mencerminkan ketinggian status sosial yang baik. Namun

sebenarnya pada masa lampau gelar

kebangsawanan tidak hanya untuk kebanggaan status, akan tetapi tempat lahirnya nilai-nilai dan spirit kebangsaan, yakni kesadaran sebagai bangsa atau cita-cita kebesaran kebudayaan yang menjadi identitas leluhurnya. Meskipun ajaran leluhur itu membuat suatu kelompok bersikap feodalistik, merasa menjadi keturunan terbaik, ras yang unggul, atau nenek moyang terhebat yang tanpa sadar kadang telah menciptakan diskriminasi sosial dan bertindak tidak adil terhadap umat manusia.

Padahal ajaran luhur dan universal yang lahir dari gelar kebangsawanan itu tidak terletak pada simbolismenya, akan tetapi pada nilai substantif

(11)

menyayomi dan membebaskan masyarakat yang dipimpin oleh kaum bangsawan itu, sebagaimana benih-benih nasionalisme awal yang dicetuskan oleh kaum bangsawan. Dahulu ketika )slam datang dibawa para wali dan tokoh lain, dengan semangat "egalitarianisme" ajaran agama ini, struktur feodalistik yang lahir dari gelar kebangsawanan mulai memudar, terkikis, dan tidak sekaku fungsi politiknya. Namun pada masa kolonialisme, ia menguat lagi, bahkan masuk ke masyarakat )slam. Pada masa Majapahit, misalnya masyarakat dahulu masih terbagi ke dalam empat kelas sosial yang rigid, yang disebut caturjana. Tingkat pertama, mereka yang lahir sudah menjadi orang baik dari

sononya sujanma , seperti para mantri, raja,

rohaniawan, pejabat tinggi serta para bangsawan dan putra putri raja, yang kedua disusul ksatria, yaitu para wali, adipati dan perwira, pegawai sebagai golongan bangsawan rendahan. Kelas ketiga dan keempat adalah wesya dan sudra, yang merupakan golongan masyarakat biasa yang terdiri dari petani, nelayan, buruh, pengrajin, dan tukang.

Oleh karena itu, di tengah perubahan sosial, sejak kedatangan )slam yang mengutamakan hidupnya

ajaran ketuhanan daripada bentuk form

ajarannya, sehingga melahirkan derajat

(12)

dengan kehadiran bangsa-bangsa Barat yang membawa gagasan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya baru menjadi bagian dari tata dunia global, hendaknya nilai-nilai kebangsawanan tidak untuk menyuburkan sikap feodalisme, akan tetapi menjadi semangat kecintaan terhadap bangsa,

terhadap masyarakat umum. Tidak mudah

memang, karena budaya Jawa khususnya, dan budaya bangsa )ndonesia pada umumnya juga masih menyisakan sikap feodalisme dan kolonialisme yang mengakar di masa lalu dan mungkin dapat hidup lagi di masa mendatang, terutama sifat-safat keserakahan dalam menguasai sumber-sumber ekonomi dan aset tanah yang menjadi ciri feodalisme dan kolonialisme kuno.

7. . . Studi sosiologi agama di )ndonesia hendaknya

tidak berkutat pada aspek-aspek teologis dan

sosiologis semata, akan tetapi mampu

mengembangkan aspek-aspek kebudayaan yang lahir dari hubungaan interpretatif teologi dengan kebudayaan lokal masyarakatnya di mana agama itu dihayati oleh masyarakat dan berinteraksi secara budayawi.

7. . . Tempat ibadah sebagai pembentuk ikatan

(13)

memperkaya identitasnya tanpa kehilangan kebenaran transedensinya.

7. . . Dalam konteks perkembangan agama-agama

asing yang kemudian menjadi agama nasional di )ndonesia, khususnya agama )slam hendaknya dapat berkontribusi memperluhur kebudayaan bangsa, sehingga kebudayaan luhur itu memperkaya kebudayaan global saat ini, dan di masa depan.

Referensi

Dokumen terkait

suhu turun) adalah kunci tata laksana infeksi dengue pada anak. • Pemberian cairan segera dan

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang dari Pokja ULP Kegiatan Pengembangan Dan Pengelolaan Sarana Prasarana Penunjang Jalan Pekerjaan Paket 9 - Pemasangan PAL LPJU

 Cairan koloid digunakan pada pasien dengan perembesan plasma hebat, dan tidak ada respon pada minimal volume cairan kristaloid yang diberikan.  Volume cairan rumatan

Bank BNI (Persero) berdasarkan penilaian prestasi kerja dalam pengembangan karier, yang dapat dilihat dari jawaban mereka bahwa setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan, dapat

Isolasi bakteri endofit daun kemangi (O.basilicum L.)dilakukan dengan metode penanaman langsung dan pemurnian isolat dilakukan dengan menggunakan metode streak

Kepada Bapak/Ibu yang bersedia mengikuti penelitian ini nantinya akan diminta mengisi surat persetujuan ikut dalam penelitian, mengikuti wawancara untuk mencari adanya hal-hal

Menimbang bahwa pada dasarnya hadhanah terhadap anak yang belum mumayyiz adalah hak ibunya, sesuai dengan bunyi pasal 105 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam, kecuali

Dari hasil penelitian di atas dapat kita lihat bahwa variabel-variabel yang diteliti seperti pengetahuan, religiusitas, produk, reputasi dan pelayanan yang ada di Bank