• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Canting Dentoalveolar Pada Maloklusi Klas I, II Dan III dengan Menggunakan Radiografi Panoramik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Canting Dentoalveolar Pada Maloklusi Klas I, II Dan III dengan Menggunakan Radiografi Panoramik"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Latar Belakang: Canting dentoalveolar merupakan kemiringan gigi dalam bidang oklusal yang umum terjadi pada semua orang. Bahan dan Cara: Sampel penelitian ini adalah 60 orang dewasa yang dibagi menjadi tiga kelompok yaitu 20 orang kelompok skeletal Klas I, 20 orang kelompok skeletal Klas II dan 20 orang kelompok skeletal Klas III. Canting dentoalveolar diukur dari Nasal Line (NL) dan Mandibular Line (ML) secara vertikal ke gigi insisivus sentralis dan molar pertama maksila dan mandibula. Nilai indeks canting maksila dan mandibular diperoleh dari perbedaan ketinggian dari regio kiri dan kanan baik maksila maupun mandibula menggunakan metode Fisher’s z pada radiografi panoramik. Untuk mengetahui hubungan canting dentoalveolar pada pasien dengan maloklusi skeletal kelas I, II, dan III dilakukan uji korelasi Spearman. Hasil: Terdapat hubungan canting dentoalveolar pada pasien dengan maloklusi skeletal Klas I, II, dan III. Kesimpulan: Canting dentoalveolar dapat ditemukan pada kelompok skeletal Klas I, II, dan III. Terdapat hubungan yang signifikan antara canting dentoalveolar pada pasien dengan maloklusi skeletal kelas I, II, dan III. Pasien dengan maloklusi skeletal kelas II dan III memiliki tingkat canting yang lebih besar dibandingkan dengan pasien dengan maloklusi skeletal Klas I.

Kata kunci: maloklusi skeletal, canting dentoalveolar, canting maksila dan mandibula.

(2)

ABSTRACT

Introduction: Canting dentoalveolar is the slope of the teeth in the occlusal plane that is appears to everyone with different level. Materials and Methods: The sample was 60 adults were divided into three groups: 20 people skeletal Class I, 20 people skeletal Class II, and 20 people skeletal Class III. Canting dentoalveolar take from Nasal Line (NL) and Mandibular Line (ML) to insisivus central and first molar maxilla and mandible. Index value canting maxilla and mandible from derived height from region left and right maxilla and mandible using a Fisher’s method on panoramic radiographs. The relationship between canting dentoalveolar and malocclusion Class I, II, and III was determined using Spearman correlation test. Results: There are significant relationship between canting dentoalveolar and malocclusion Class I, II, and III. Conclusion: dental canting can find in patient with skeletal Class I,II, and III. There is a significant relationship between the dental canting in patient with skeletal Class I, II, and III. Patient with malocclusion Class II and II have a greater degree of canting compared to patients with skeletal malocclusion Class I.

Keywords: skeletal malocclusion, canting dentoalveolar, canting maxilla and mandible

Referensi

Dokumen terkait

perubahan skeletal dan dental perawatan maloklusi Klas II dengan pesawat Herbst.. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui mekanisme pesawat Herbst

maloklusi Klas III skeletal dengan pertumbuhan mandibula yang berlebihan adalah.. menghambat atau mengarahkan kembali pertumbuhan mandibula yang

Pasien didiagnosis Maloklusi Angle klas II divisi I dengan hubungan skeletal klas II disetai open bite, crowding dan protrusif gigi-gigi anterior rahang atas, diastemata

Diagnosis pasien adalah Maloklusi Angle Klas II divisi 1 dengan hubungan skeletal klas II maksila protrusif dan mandibula retrusif, protrusif gigi insisivus maksila

Perubahan kecembungan jaringan lunak wajah pada maloklusi skeletal Klas II dan Klas III sebelum dan sesudah perawatan pada pasien di klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU.. ix +

Judul Tesis : Hubungan Pola Morfologi Vertikal Skeletal Wajah pada Maloklusi Klas I, II dan III dengan Ketebalan Simfisis Mandibula di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU..

Untuk mengetahui perbedaan pola morfologi vertikal skeletal wajah pada tiap-tiap. maloklusi Klas I, II dan III dengan ketebalan

Pasien didiagnosis Maloklusi Angle klas II divisi I dengan hubungan skeletal klas II disetai open bite, crowding dan protrusif gigi-gigi anterior rahang atas, diastemata