• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pola Morfologi Vertikal Skeletal Wajah pada Maloklusi Klas I, II dan III dengan Ketebalan Simfisis Mandibula di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pola Morfologi Vertikal Skeletal Wajah pada Maloklusi Klas I, II dan III dengan Ketebalan Simfisis Mandibula di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

6

ABSTRAK

Latar Belakang: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola morfologi vertikal skeletal wajah dan inklinasi insisivus mandibula pada maloklusi Klas I, II dan III dengan ketebalan simfisis mandibula. Bahan dan Cara: Sampel pada penelitian ini berjumlah 157 foto sefalometri lateral yang dibagi menjadi tiga kelompok yaitu maloklusi Klas I, II dan III. Tiap-tiap kelompok dibagi lagi menjadi tiga sub kelompok berdasarkan pola morfologi vertikal skeletal wajah yaitu hipodivergen, normodivergen dan hiperdivergen . Ketebalan simfisis mandibula yang diukur meliputi ketebalan tulang kortikal labial (C-D), ketebalan tulang kortikal lingual (F-E), ketebalan tulang spongious labial (L1a-D), ketebalan tulang spongious lingual (L1a-E) dan ketebalan tulang spongious dan tulang kortikal (F-C). Untuk mengetahui perbedaan dan hubungan pola morfologi vertikal skeletal wajah pada maloklusi Klas I, II dan III dengan ketebalan simfisis mandibula dilakukan uji Kruskal Wallis dan Kolmogorov Smirnov dan untuk mengetahui hubungan inklinasi insisivus mandibula pada berbagai pola morfologi vertikal skeletal wajah dengan ketebalan simfisis mandibula dilakukan uji Pearson. Hasil: Terdapat perbedaan dan hubungan yang sangat signifikan, pola morfologi vertikal skeletal wajah pada maloklusi Klas I, II dan III dengan ketebalan simfisis mandibula (p=0.000;p<0.005). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara inklinasi insisivus mandibula pada berbagai pola morfologi vertikal skeletal wajah dengan simfisis mandibula. Kesimpulan: Sampel dengan pola morfologi vertikal skeletal wajah hiperdivergen memiliki simfisis mandibula yang tipis jika dibandingkan sampel dengan pola morfologi vertikal skeletal hipodivergen dan normodivergen, sehingga ortodontis diharapkan lebih berhati-hati ketika merencanakan pergerakan labio-lingual insisivus mandibula pada pasien hiperdivergen.

(2)

7

ABSTRACT

Background: The purpose of this study was to determine relationship between the pattern of vertical facial skeletal morphology and mandibular incisors inclination in Class I, II dan III malocclusion with the thickness of mandibular symphysis Materials and Methods: The sample in this study 157 lateral cephalometric photos were divided into three groups: Clas I, II dan III malocclusion. Each group is further divided into three sub groups based on the pattern of vertical facial skeletal morphology: hypodivergen, normodivergen and hyperdivergen. Mandibular symphysis thickness measured are labial cortical bone thickness (C-D), lingual cortical bone thickness (F-E), labial spongious bone thickness (L1a-D), lingual spongious bone thickness (L1a-E) and spongious and cortical bone thickness (F-C). Difference and relationship between the pattern of vertical facial skeletal morphology in each Clas I, II and III malocclusison with the thickness of mandibular symphysis was determined using Kruskal Wallis test and Kolmogorov Smirnov test and the relationship between mandibular incisors inclination in variety the pattern of vertical facial skeletal morphology with the thickness of mandibular symphysis was determined using Pearson test. Result: There was a significant difference and relationship between facial vertical skeletal morphology pattern in Clas I, II dan III malocclusion with the thickness of mandibular symphysis. There was no relationship between mandibular incisors inclination in variety the pattern of vertical facial skeletal morphology with the thickness of mandibular symphysis. Conclusion: Sample with hyperdivergen has thin mandibular symphysis than sample with hypodivergen or normodivergen, therefore orthodontist expected to be more cautious when planning labio-lingual movement of mandibular incisors in hyperdivergen patient.

Referensi

Dokumen terkait

rahang atas dan rahang bawah terhadap kranium normal, skeletal Klas II adalah relasi. rahang atas terhadap kranium lebih ke anterior dari rahang bawah, skeletal Klas

Central Incisor and Associated Alveolar Bone in Adults with

mengenai morfologi vertikal skeletal wajah pasien Suku Batak di RSGMP

Individu dengan sudut MP- SN yang lebih besar akan cenderung memiliki wajah panjang karena rotasi mandibula menjauhi maksila sehingga menghasilkan pertambahan panjang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sampel dengan skeletal Klas III mempunyai sudut dataran mandibula yang tinggi, korpus mandibula tinggi, ramus mandibula tinggi, dan sudut

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan variasi morfologi sella tursika pada kelompok maloklusi Klas I dibandingkan dengan kelompok

Distribusi tipe vertikal wajah suku Batak Klas III skeletal adalah 100% tipe pendek/ hypodivergent , 0% tipe normal/ normodivergent , dan 0% tipe panjang/

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer untuk menghitung persentase tipe vertikal skeletal wajah dengan relasi rahang Klas I, II, III pada pasien Suku Batak