• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Canting Dentoalveolar Pada Maloklusi Klas I, II Dan III dengan Menggunakan Radiografi Panoramik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Canting Dentoalveolar Pada Maloklusi Klas I, II Dan III dengan Menggunakan Radiografi Panoramik"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Canting Dataran Oklusal

Menurut Karad, dataran oklusal adalah garis imajiner sebagai dataran

referensi utama untuk mendapatkan keseimbangan fungsional. Menurut Simoes

menyatakan dataran oklusal adalah dataran oklusal dalam arah anteroposterior selama

fungsional dan pertumbuhan, serta pada keadaan abnormal. Sedangkan menurut

Downs, dataran oklusal adalah garis yang ditarik dari perpotongan tonjol gigi molar

pertama dan insisal overbite. Ricketts menyatakan bahwa dataran oklusal adalah garis

yang ditarik menyinggung titik tonjol gigi molar dan premolar.5

Dataran oklusal merupakan faktor penting dalam penempatan dan adaptasi

mandibular, Selama proses pertumbuhan akan menginduksi adaptasi mandibula ke

depan dengan cara rotasi ke anterior, yang diikuti dengan transformasi aktif dari sendi

temporomandibula.5

Petrovic dan Stutzman menyatakan canting dataran oklusal merupakan faktor

penting yang mempengaruhi posisi vertikal dari dentoalveolar. Penelitian Inui dan

Fushima melaporkan bahwa canting dataran oklusal frontal pada maloklusi dengan

pergeseran mandibula ke lateral (Mandibular Lateral Displacement/MLD) akan

miring ke superior ke arah shifting mandibula dan sering dibarengi dengan timbulnya

gejala pada sendi temporomandibula. Dengan kata lain, posisi vertikal dan transversal

mandibula berhubungan dengan tinggi vertikal gigi posterior. Bertambah atau

(2)

kebiasaan mengunyah satu sisi, perbedaan waktu erupsi gigi maupun perbedaan

tinggi material restorasi) mempengaruhi inklinasi dataran oklusal dan berpotensi

menyebabkan MLD pada sisi dimensi vertikal yang lebih rendah. Analisis sefalogram

anteroposterior pada pasien dengan MLD menunjukkan korelasi yang tinggi antara

inklinasi dataran oklusal dengan MLD, dimana inklinasi ke superior diikuti oleh

MLD pada arah yang sama dan sisi dengan tinggi vertikal yang lebih rendah akan

menginduksi adaptasi lateral mandibula pada sisi tersebut.6

Perbedaan dimensi vertikal antara sisi kiri dan kanan akan menyebabkan

MLD yang diikuti dengan asimetri fungsional. Kondilus akan bergeser ke sisi yang

berlawanan. Rotasi mandibula akan menyebabkan kompensasi yang kuat pada sisi

dimana kondilus bergeser, dan akhirnya menyebabkan kerusakan internal pada sendi

temporomandibula dan osteoarthritis.6

Penelitian Ishizaki dkk. tentang pengukuran occlusal guidance menunjukkan

bahwa inklinasi occlusal guidance pada segmen bukal lebih curam pada sisi yang

nonshifted. Hal ini mungkin alasan terjadinya MLD karena inklinasi yang terlalu

curam pada pada satu sisi gigi bukal akan mengganggu adaptasi mandibula ke sisi

tersebut dan menginduksi pengunyahan sebelah sisi pada sisi yang berlawanan.7 Beberapa penelitian melaporkan bahwa deviasi oklusal berhubungan dengan

pertumbuhan wajah pada pasien dengan asimetri mandibula yang ditandai dengan

inklinasi tranversal dataran oklusal dan aktifitas otot yang berbeda pada kedua sisi.

Hal ini sesuai dengan Dawson yang menyatakan posisi mandibula dipengaruhi oleh

(3)

oklusal gigi atas dengan inklinasi sagital kondilus dan kecembungan lingual gigi

insisivus atas.7

Pembagian canting dibedakan atas:

1. Canting sudut dataran oklusal (Occlusal Plane Angle/OPA canting)

Canting OPA adalah sudut yang dibentuk dari persinggungan dataran oklusal

(OP) dengan dataran Frankfort (FHP) (Gambar 2.1).

Gambar 2.1. Canting sudut dataran oklusal (panah biru).21

Sudut ini ditemukan oleh Downs dan digunakan sebagai salah satu penentu

kesulitan koreksi ortodonti karena maloklusi dikoreksi sepanjang garis oklusal.

Hal ini didukung oleh penelitian pada 150 maloklusi Klas II yang menemukan

bahwa maloklusi Klas II dengan OPA yang besar terbukti paling sulit dikoreksi.

Nilai normal OPA adalah 1,5-14° ± 9,3° pada laki-laki dan perempuan.Nilai di

atas dan di bawah rentang normal mengindikasikan tingkat kesulitan dalam

perawatan. Peningkatan kecuraman OPA selama perawatan mengindikasikan

(4)

perawatan yang kurang stabil karena OPA menentukan keseimbangan otot,

terutama otot-otot mastikasi.8

2. Canting sudut dataran oklusal frontal (Frontal Occlusal Plane Angle/FrOPA canting)

Canting FrOPA adalah sudut yang dibentuk dari dataran oklusal dengan garis

tegak lurus dataran midsagital (MSP) terhadap titik perpotongan dataran oklusal

dengan dataran midsagital (Gambar 2.2). Padwa dkk. melaporkan 4° sebagai

ambang batas untuk menentukan canting dataran oklusal.8

Gambar 2.2. Canting sudut dataran oklusal frontal.8

3. Canting dataran oklusal (Occlusal Plane/OP canting)

Menurut Ricketts, occlusal plane canting adalah selisih jarak kiri dan kanan yang

diukur dari dataran oklusal ke dataran frontozigomatik (ZP) (Gambar 2.3). Nilai

(5)

Gambar 2.3. Canting dataran oklusal. ZL dan ZR, Titik pada aspek medial sutura frontozigomatik kiri dan kanan.8

4. Canting maksila

Canting maksila adalah selisih jarak kiri dan kanan yang diukur dari dataran fasial

superior (SFP) ke titik jugal (J) (Gambar 2.4). Perbedaan tinggi vertikal antara

kiri dan kanan adalah 0 mm. Nilai normalnya adalah 65 ± 3 mm untuk laki-laki

dan 61 ± 3 mm untuk perempuan.8

(6)

5. Canting mandibula

Canting mandibula adalah selisih jarak kiri dan kanan yang diukur dari dataran

fasial superior (SFP) ke titik gonial (Go) (Gambar 2.5). Dikatakan normal bila

jarak antara kiri dan kanan 0 mm. Nilai normalnya 91 ± 7 mm untuk laki-laki dan

82 ± 7 mm untuk perempuan.8

Gambar 2.5 Canting mandibular.8

6. Canting dataran oklusal fungsional (Functional Occlusal Plane/FuOP canting)

Pada waktu paparan X-rays, letakkan Australian wire 0,014” (0,356 cm) pada

regio mediooklusal gigi molar pertama atas untuk memudahkan penentuan

dataran oklusal fungsional. Kemudian ukur jarak dari garis singgung permukaan

paling bukal gigi molar pertama atas ke garis tegak lurus titik jugal ke dataran

midsagital. Perbedaan jarak antara sisi kiri dan kanan disebut dengan canting

(7)

Gambar 2.6. Canting dataran oklusal fungsional.8

7. Canting dagu

Canting dagu adalah selisih jarak dagu (Ch) kiri dan kanan terhadap garis tegak

lurus dataran fasial superior dengan dataran midsagital (Gambar 2.7). Dikatakan

normal tanpa canting bila perbedaan kiri dan kanan adalah 0 mm.9

(8)

2.2. Etiologi Canting Dataran Oklusal

Canting dataran oklusal secara umum dibedakan menjadi canting dataran

oklusal dental, canting dataran oklusal dental (gambar 2.8) dan canting dataran

oklusal kombinasi. Pasien dengan canting dataran oklusal dental dapat disebabkan

gigi ekstrusi/intrusi. Canting oklusal dental dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor

lokal seperti kehilangan gigi desidui, kehilangan gigi secara kongenital, dan

kebiasaan buruk seperti menghisap jari, dan kebiasaan mengunyah sebelah sisi. Akan

tetapi faktor genetik berupa kelainan anatomis gigi juga dapat menyebabkan canting

dental dimana bentuk anatomis gigi yang berbeda antara gigi disebelah kiri dan kanan

.9

Gambar 2.8. gambar a. Canting dataran oklusal dental terlihat dari penampakan intraoral dari arah frontal dan gambar b. foto model studi.1

Beberapa penelitian menyebutkan banyak kemungkinan terjadinya canting

dataran oklusal skeletal (gambar 2.9) dapat disebabkan oleh trauma atau penyakit

sistemik.9

Canting dataran oklusal skeletal akibat trauma bisa akibat dari: drifting and

tipping of teeth (gigi yang bergeser atau miring pada saat gigi bercampur); Canting

(9)

microsomia (kelainan pertumbuhan yang terhambat pada setengah wajah bagian

bawah), hemifacial hypertrophy (kelainan pertumbuhan yang terlalu berlebihan pada

setengah wajah bagian bawah), juvenile rheumatoid arthritis (radang pada sendi yang

disebabkan oleh inflamasi pada anak-anak), condylar hyperplasia (pertumbuhan

berlebih pada mandibular dibagian kondilus), cleft lip dan cleft palate (kelainan

pertumbuhan pada bagian langit-langit mulut yang tidak menutup),

holoprosencephaly (kelainan pertumbuhan pada sefalik), neurofibromatosis (penyakit

kelainan genetic yang menyebabkan pertumbuhan berlebih pada system saraf berupa

tumor), mandibular fractures (fraktur pada mandibular).9

Gambar 2.9. Canting dataran oklusal skeletal terlihat dari penampakan intraoral dari arah frontal dan foto radiografi Anterior-Posterior .9

2.3. Klasifikasi Canting dataran oklusal

Canting umumnya terlihat pada hampir setiap pasien tetapi dengan tingkat

canting yang berbeda, beberapa variasi canting yang dapat terjadi pada pasien dengan

(10)

1. Canting dataran oklusal dental yang disebabkan kemiringan dari bidang oklusal

akibat adanya gigi anterior atau posterior yang terlalu intrusi atau ekstrusi

(Gambar1).

2. Canting dataran oklusal skeletal berupa kemiringan dari bidang oklusal yang

disebabkan oleh kelainan dari pertumbuhan atau trauma atau penyakit sistemik

skeletal yang menyebabkan kemiringan bidang oklusal bisa disebabkan oleh

hipertrofi atau hipotrofi skeletal fasial (Gambar 2.9).

3. Canting dataran oklusal dentoskeletal bisa disebabkan kelainan dari skeletal dan

dental yang menyebabkan perawatan terhadap kelainan harus dilakukan secara

dental dan juga skeletal.

2.4. Asimetri

Pengertian simetri menurut Dorland adalah susunan yang sama dalam bentuk

dan hubungan dari bagian-bagian di sekitar satu aksis yang sama atau pada

masing-masing tubuh. Menurut McCoy, simetri adalah kondisi dimana satu sisi dapat

bercermin pada sisi lainnya. Asimetri berarti ketidakseimbangan ukuran, bentuk serta

susunan pada bidang, titik maupun garis antara satu sisi dengan sisi lainnya.22 Asimetri merupakan suatu kondisi yang dapat ditemui hampir pada semua individu

seperti halnya asimetri fungsi ataupun morfologi yang dapat terlihat dalam aktifitas

hidup sehari-hari.11

Perbedaan antara canting dan simetri menurut Dorland dimana canting

menunjukan perbedaan pada bidang vertikal sedangkan asimteri menunjukan

(11)

Schmid dan Mongini menyatakan bahwa asimetri struktur kraniomandibula

dapat bersifat kongenital, herediter infeksi, maupun traumatik. Selama pertumbuhan,

gangguan pembebanan fungsional yang diaplikasikan ke tulang akan menyebabkan

pergeseran mandibula ke posisi interkuspal maksimum dan akhirnya menyebabkan

asimetri yang nyata.Etiologi asimetri bersifat multifaktorial dan berbeda pada setiap

individu, serta melibatkan faktor genetik dan lingkungan. Erupsi gigi yang tidak

normal, gigi desidui yang tanggal terlalu dini, ekstraksi gigi permanen dan kelainan

skeletal yang meliputi maksila dan mandibula dapat menjadi faktor penyebab

terjadinya asimetri. Meskipun sangat beragam, etiologi asimetri dapat dikelompokkan

dalam tiga kategori, yaitu karena gangguan perkembangan, trauma dan patologi.12 Gangguan perkembangan adalah gangguan yang terjadi selama proses

pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang menyebabkan kondisi yang

sebelumnya simetri menjadi asimetri. Kebiasaan mengunyah atau tidur dengan posisi

miring pada satu sisi dapat menyebabkan terjadinya perubahan skeletal atau jaringan

lunak yang bersifat ipsilateral/unilateral. Trauma pada sendi temporomandibula dapat

menyebabkan perkembangan mandibula pada sisi yang terkena trauma tidak sesuai

dengan perkembangan yang seharusnya sehingga menyebabkan tampilan asimetri

pada wajah. Penyakit seperti arthritis, infeksi pada sendi temporomandibula dan

paralisis otot-otot ekspresi wajah seperti yang terjadi pada pasien Bell’s Palsy, juga

dapat menyebabkan asimetri pada wajah.12

Klasifikasi asimetri berdasarkan struktur kraniofasial yang terlibat adalah

asimetri dental, asimetri skeletal, asimetri jaringan lunak dan asimetri fungsional.

(12)

2.4.1. Asimetri dental

Asimetri dental merupakan asimetri yang terjadi karena ketidakseimbangan

antara jumlah gigi dengan lengkung gigi, ketidakseimbangan antara jumlah gigi

dengan lengkung gigi maksila dan mandibula pada segmen yang berlawanan, serta

ketidakseimbangan sebagian atau keseluruhan lengkung gigi maksila dan

mandibula.20 Pada individu dengan perkembangan yang simetri ditemukan sedikit perbedaan antara sisi kiri dan kanan, mungkin karena faktor lingkungan eksternal,

seperti: mengisap ibu jari, pengunyahan unilateral, kehilangan kontak karena gigi

berlubang, kehilangan dini karena ekstraksi atau trauma.14

2.4.2. Asimetri skeletal

Asimetri skeletal adalah asimetri yang terjadi pada tulang pembentuk wajah,

termasuk tulang rahang maksila maupun mandibula. Asimetri skeletal dapat

mencakup satu atau beberapa tulang pendukung wajah. Salah satu bentuk asimetri

yang mencakup beberapa tulang pendukung wajah adalah hemifacial microsomia. 14 1. Asimetri maksila

Asimetri maksila tidak ada yang berdiri sendiri karena deformasi maksila

secara bersamaan menyebabkan gangguan pada mandibula.Asimetri maksila dapat

terjadi karena:15

1. Rotasi di sekitar sumbu sagital, dengan manifestasi canting transversal dataran

oklusal maksila.

(13)

3. Deviasi transversal di sepanjang dataran transversal, dengan manifestasi crossbite

posterior bilateral maupun unilateral.

Gambar 2.10. Hemifacial microsomia.3

2. Asimetri mandibula

Haraguchi dkk. menyatakan bahwa asimetri pada 1/3 wajah bawah lebih besar

dibandingkan pada 1/3 wajah tengah dan atas. Asimetri skeletal lebih sering terjadi

pada mandibula karena pertumbuhan mandibula berlangsung lebih lama dari maksila

sehingga cenderung menunjukkan lebih banyak deviasi. Selain itu, mandibula

merupakan organ yang bebas bergerak dan dapat beradaptasi secara fungsional,

sedangkan maksila terhubung secara kaku ke struktur skeletal yang berdekatan

dengan sutura dan sinkondrosis.15

Asimetri mandibula merupakan masalah yang penting karena berpengaruh

langsung terhadap tampilan wajah. Potensi pertumbuhan mandibula yang paling besar

terletak pada regio kartilago kondilus. Kondilus mempunyai kemampuan

pertumbuhan ke segala arah serta mampu beradaptasi sebagai respon selektif terhadap

(14)

segala arah sesuai dengan kemampuan pertumbuhan individu yang bervariasi. Cedera

pada regio kondilus selama periode pertumbuhan dapat mengganggu potensi

pertumbuhan mandibula ke depan dan ke bawah, sehingga terjadi pergeseran

mandibula ke arah sisi yang terkena. Besarnya kemampuan adaptasi kondilus akan

mempengaruhi ramus. Ramus adalah bagian penting yang dipengaruhi secara

langsung dalam kompensasi pertumbuhan.15

Etiologi asimetri mandibula sangat luas, kemungkinan kombinasi genetik dan

pengaruh lingkungan. Penyebab umum termasuk trauma, infeksi, kelainan

perkembangan, masalah miogenik seperti: miospasme, pemendekan otot kronis, atau

splinting otot, sindrom Treacher Collins seperti: gangguan oklusal, serta patologi

sendi seperti rheumatoid arthritis. Selain itu, dapat juga merupakan hasil dari

perkembangan asimetri dental, jaringan lunak maupun fungsional yang tidak dirawat

dalam jangka waktu yang lama.15

Beberapa penulis menyatakan bahwa struktur yang paling penting dalam

menentukan asimetri skeletal mandibula adalah kondilus dan ramus. Asimetri ramus

ditentukan menurut metode yang dikemukakan Habets dkk.

(Gambar 2.9).Perbedaan nilai dimensi vertikal ramus dihitung menggunakan rumus

berikut:15

(15)

Gambar 2.11. Pengukuran tinggi ramus menurut Habets dkk. (panah merah).5,15,20,30,31,33,34,36

Penegakan diagnosa asimetri mandibula harus menggunakan kombinasi

berbagai alat, yang mencakup pemeriksaan klinis yang menyeluruh diikuti dengan

foto dari berbagai pandangan frontal dan lateral, serta pemeriksaan radiografi.

Radiografi yang dapat digunakan untuk mendiagnosa asimetri mandibula adalah

sefalometri lateral dan anteroposterior, radiografi oblikus mandibula dengan sudut

45°, radiografi submentovertex, serta radiografi panoramik.15

2.4.3. Asimetri jaringan lunak

Asimetri jaringan lunak merupakan asimetri yang terjadi karena

perkembangan otot yang abnormal maupun penyakit yang mempengaruhi

perkembangan otot di salah satu sisi wajah, seperti cerebral palsy dan hemifacial

(16)

2.4.4. Asimetri fungsional

Asimetri fungsional adalah asimetri yang terjadi karena adanya gangguan

untuk mencapai oklusi sentrik sehingga mandibula beradaptasi dengan bergerak lebih

ke lateral atau anteroposterior ketika oklusi sentrik. Hal yang dapat menghalangi

oklusi sentrik tersebut antara lain terjadinya kontriksi lengkung maksila ataupun

karena adanya gigi yang malposisi. Pada kasus gangguan sendi temporomandibula

pada satu sisi, penentuan asimetri fungsional ditunjukkan dengan adanya pergeseran

midline wajah pada saat pembukaan mulut karena adanya gangguan pergerakan

mandibula pada bagian yang terganggu.15

2.5. Pemeriksaan Canting dataran oklusal

Alat-alat diagnostik yang sesuai dapat menentukan klasifikasi canting yang

dialami oleh pasien, Metode pemeriksaan pada canting dataran oklusal dilakukan

dengan beberapa cara 16: 1. Analisis klinis

2. Analisis model studi

3. Analisis radiografi

Pemeriksaan klinis dapat menentukan secara umum terjadinya canting dapat

dilihat dari evaluasi midline gigi, evaluasi vertikal, dan evaluasi transversal dan

(17)

3.5.1 Analisa Klinis 1. Evaluasi Midline Gigi

Evaluasi midline gigi dilakukan dengan pemeriksaan: pembukaan mulut

ketika relasi sentrik, kontak awal, dan ketika oklusi sentrik. True canting akan

memperlihatkan diskrepansi midline yang sama (gambar 2.12) ketika relasi sentrik

maupun oklusi sentrik berbeda ketika adanya hambatan oklusal dimana terdapat

perbedaan midline akibat shifting dari mandibular ketika sentrik relasi maupun oklusi

sentrik.16

Gambar 2.12. Adanya hambatan oklusal terjadinya pergeseran midline akibat broadie bite.

2. Evaluasi Oklusi secara Vertikal

Canting oklusal skeletal terjadi akibat perbedaan ketinggian vertikal dari arah

unilateral, baik panjang kondilus maupun panjang ramus. Canting dari bidang oklusal

secara skeletal diobservasi dengan pemeriksaan tongue blade untuk melihat hubungan

(18)

Gambar 2.13. Pemeriksaan menggunakan tongue blade untuk melihat hubungan dari bidang interpupil.

3. Evaluasi Oklusi Transversal dan Anterior

Evaluasi canting dalam hubungan bukolingual harus didiagnosis untuk

melihat adanya canting dental, skeletal, dan fungsional. Jika ada deviasi mandibular

dari relasi sentrik ke oklusi sentrik, midline dental rahang bawah dan titik dagu

dibandingkan dengan midsagital gigi, skeletal dan jaringan lunak.16

Pada beberapa kasus evaluasi klinis digunakan untuk melihat shifting

fungsional. Ketika shifting terjadi kita harus melakukan pemasangan oklusal splint.

Alat ini digunakan untuk mengatur tekanan otot untuk mengerakkan gigi tanpa ada

hambatan oklusal.16

3.5.2 Analisis Model Studi

Model studi sebagai komponen penting dalam perawatan ortodonti

dibuat dengan beberapa tujuan dan kegunaan, yaitu titik awal dimulainya perawatan,

(19)

pemeriksaan klinis. Praktisi menggunakan model studi bukan hanya untuk

melihat keadaan gigi geligi dan mulut pasien sebelum perawatan tetapi juga untuk

menentukan adanya perbedaan ukuran, bentuk, dan kedudukan gigi geligi pada

masing -masing rahang serta hubungan antar gigi geligi rahang atas dengan rahang

bawah. Data yang lengkap memungkinkan untuk dilakukan analisis pada model

studi.16

Analisis model studi adalah penilaian secara tiga dimensi terhadap gigi

geligi pada rahang atas maupun rahang bawah , dan penilaian terhadap hubungan

oklusal. Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan gigi geligi pada

rahang antagonis dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal (gambar 2.13).16 Pemeriksaan dari bidang vertikal dapat juga dilihat dari arah sagital

dibandingkan dengan lengkung dari gigi. Overerupsi gigi anterior dapat berupa

gigitan dalam sedangkan infraerupsi akan menghasilkan gigitan terbuka anterior.17

(20)

Canting akibat malposisi gigi dari bidang oklusi secara vertikal:23 1. Supraversi : overerupsi terhadap bidang oklusi

2. Infraversi : erupsi tidak mencapai bidang oklusi

2.6. Analisis Radiografi

Diskrepansi vertikal sering muncul pada pasien dengan canting dataran

oklusal. Canting dapat dievaluasi dari kelainan komponen skeletal atau komponen

dentoalveolar. Pemeriksaan secara radiografi membantu dalam menentukan canting

pada pasien, baik pada canting dental, skeletal atau kombinasi. Radiografi dapat

digunakan untuk mengevaluasi komponen skeletal kondilus dan ramus sebelah kanan

dan kiri yang harus dianalisis untuk melihat apakah terdapat perbedaan ketinggian.

Fossa glenoidalis dilihat dari Anterior Posterior pada maksila dapat menjadi patokan

untuk penentuan posisi canting. 17

Radiografi penting dilakukan untuk diagnosis dan evaluasi dari canting.

Pemeriksaan radiografi yang dilakukan untuk menentukan canting dari oklusal

berupa:17

1. Sefalometri lateral (pemeriksaan canting dataran oklusal dental atau tidak)

2. Radiografi Panoramik (pemeriksaan canting dataran oklusal dental atau tidak)

3. Radiografi posteroanterior (pemeriksaan canting skeletal atau dental)

4. Radiografi submentoverteks (pemeriksaan canting dataran oklusal dental atau

(21)
(22)

Tabel 2.2. Definisi dari titik referensi skeletal (1-6), alveolar (7-10), dan gigi (11-18) variable yang digunakan pada analisis radiografi sefalometri (LCR) dan

(23)

1.6.1 Radiografi Sefalometri Lateral

Radiografi Sefalometri Lateral merupakan pemeriksaan radiografi dasar yang

dilakukan sebelum dilakukan perawatan ortodontik (gambar 2.14). Radiografi

sefalometri itu kita dapat menentukan adanya canting dataran oklusal atau tidak

(gambar 2.15). Kekurangan dari sefalometri lateral adalah superimposisi yang

dihasilkan dari foto ini. Beberapa praktisi menggunakan posisi dari external auditory

meatus untuk melihat kesimetrisan. Distorsi selama proses foto sering menyebabkan

ketidaksesuain dari penggunan sefalometri lateral sebagai alat diagnosis

kesimetrisan.19

(24)

Gambar 2.16. Titik referensi dari radiografi sefalometri untuk penentuan canting.4

(25)

1.6.2 Radiografi Panoramik

Radiografi panoramik adalah proyeksi yang berguna untuk melihat struktur

dental maupun tulang maksila dan mandibula, menentukan keberadaan kondisi

patologis, mengetahui adanya gigi yang agenesis dan gigi supernumerari, sehingga

sering digunakan sebagai salah satu alat bantu untuk menegakkan diagnosis.

Radiografi ini selain digunakan untuk pengukuran mandibula, seperti panjang gigi

dan tinggi tulang, dapat juga digunakan pada kasus yang lebih rumit, antara lain

evaluasi asimetri mandibula serta untuk mengetahui adanya masalah sendi

temporomandibula. Pengukuran asimetri mandibula dapat dilakukan secara angular

yaitu pengukuran sudut gonial, sudut pogonion dan sudut kondilus, maupun secara

linear yaitu perbedaan tinggi vertikal kondilus serta ramus kiri dan kanan.19

Radiografi panoramik rutin digunakan di klinik sebagai bahan diagnosa

karena hasil radiografinya dapat diterima, tidak invasif, hemat dan subjek terpapar

radiasi yang minimal. Menurut Graber, pembesaran pada radiografi panoramik

merata dan secara material tidak mempengaruhi keputusan diagnostik. Dalam bidang

vertikal, pembesaran tergantung pada faktor proyeksi. Karena jarak titik fokus antara

tabung X-rays dan film selalu sama maka pembesaran subjek di atau dekat palung

fokus adalah linear. Oleh karena itu, beberapa penulis menyatakan bahwa pengukuran

vertikal pada radiografi panoramik relatif dapat dipercaya.20

Kambylafkas dkk. menyatakan bahwa radiografi panoramik dapat digunakan

(26)

panoramik dapat dipercaya jika posisi kepala pasien pada headholder benar dan

menggunakan bite block Habets dkk.20

Radiografi panoramik sangat berguna untuk menentukan canting baik pada

(gambar 2.18) mandibula ataupun maksila jika terdapat kelainan pertumbuhan

maupun adanya canting seperti canting dental akibat supernumerari gigi ataupun

adanya agenesis gigi. Kekurangan dari alat ini adalah distorsi besar serta adanya

perbedaan tingkat ketajaman alat sehingga pengukuran dengan alat berbeda

menghasilkan foto radiografi panoramic yang berbeda. 20

(27)

Gambar 2.19. Titik referensi radiografi panoramic untuk penentuan canting. 4

Panoramik (PAN) digunakan untuk evaluasi diskrepansi vertikal (gambar 2.19

– 2.20) tetapi teknik ini memiliki kekurangan dimana posisi kepala dapat

(28)

Gambar 2.20. Garis referensi dan titik yang dipakai untuk mengukur jarak ke gigi dentoalveolar pada radiografi panoramik. 4

2.6.3 Radiografi Anteroposterior

Maloklusi dan deformitas dentofasial merupakan kondisi yang bersifat tiga

dimensi. Pemeriksaan sefalometri anteroposterior sangat penting dilakukan pada

kasus asimetri wajah dan dentoalveolar, crossbite dental dan skeletal, serta shifting

fungsional mandibula.21

Radiografi anteroposterior merupakan alat bantu diagnosa yang baik untuk

(29)

tersebut memiliki jarak yang sama terhadap film dan sumber sinar X-rays sehingga

pembesaran karena distorsi sinar X-rays berkurang. Oleh karena itu, dapat digunakan

untuk menentukan dan mengevaluasi midline dental dan wajah yang tepat, serta

sebagai perbandingan yang akurat untuk menentukan ada atau tidaknya asimetri.22 Asimetri wajah dan crossbite merupakan masalah yang sering berhubungan

dengan disfungsi sistem stomatognasi. Komponen yang penting dari differential

diagnosis adalah penentuan status fungsional dan struktural pasien berdasarkan

riwayat medis, evaluasi fungsional dan klinis, occlusal splints, pemeriksaan sendi

temporomandibula dan laboratorium.22

Dalam literatur, beberapa ahli melakukan analisa sefalometri anteroposterior

pada struktur kraniofasial untuk mengukur lebar dan tinggi, sudut dan perbandingan

volume dalam dimensi vertikal, transversal dan sagital. Perbedaan struktur pada sisi

kanan dan kiri, serta wajah atas dan bawah dapat diperiksa dalam dimensi vertikal,

posisi dan proporsi. Analisis menurut Grummons dan Kappeyne Van de Coppelo

meliputi pemeriksaan kuantitatif dari dimensi dan proporsi vertikal. Asimetri vertikal

dapat dilihat dari sefalogram anteroposterior dengan menghubungkan struktur

bilateral atau landmark, kemudian menggambarkan bidang transversal dan melihat

orientasi relatifnya.23

Indikasi utama penggunaan sefalometri anteroposterior adalah penentuan

asimetri wajah, sehingga analisanya banyak yang berhubungan dengan variabel dan

pengukuran dimensi transversal. Walaupun superimposisi dari berbagai struktur

membuat interpretasi dari sefalogram anteroposterior lebih sulit dibandingkan pada

(30)

informasi untuk melengkapi diagnostik. Beberapa kegunaan sefalometri

anteroposterior antara lain:24

1. Inspeksi menyeluruh. Sefalogram anteroposterior berguna untuk melihat

morfologi, bentuk dan ukuran dari tengkorak, kepadatan tulang, morfologi sutura

serta sinostosis prematur yang mungkin terjadi sehingga dapat digunakan untuk

mendeteksi patologi jaringan lunak dan keras.

2. Deskripsi dan perbandingan. Deskripsi tengkorak pada sefalogram anteroposterior

dapat dianalisa dengan cara membandingkannya dengan pasien yang lain maupun

dengan nilai normal yang sudah ada.

3. Diagnosis. Informasi dari sefalogram anteroposterior dianalisa untuk mengetahui

kuantifikasi dan mengklasifikasikan masalah yang ada.

4. Rencana perawatan. Beberapa informasi diagnostik dapat diperoleh dari

sefalogram anteroposterior setelah analisis yang tepat, yang kemudian digunakan

untuk membuat rencana perawatan ortodonti, ortopedi ataupun bedah

komprehensif.

5. Prediksi pertumbuhan dan evaluasi hasil perawatan. Prediksi pertumbuhan

dengan menggunakan sefalogram anteroposterior adalah sulit, akan tetapi

mungkin untuk dilakukan. Hal ini berhubungan dengan ketidakstabilan

superimposisi tracing sefalometri dan kesulitan yang berhubungan dengan postur

(31)

2.6.4. Radiografi Submentoverteks

Submentoverteks (SMV) memperlihatkan tampilan dari anterior posterior

transversal dan menghasilkan gambaran jelas dari relasi mandibular terhadap basis

kranial (gambar 2.21). Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan ada tidaknya kelainan

canting skeletal. 25

(32)

2.7. Kerangka Teori

Canting Dento Skletal

Canting Skeletal Canting Dental

Canting Maksila dan Mandibula

Pemeriksaan

Andres:Perbandingan Canting Dentoalveolar pada Maloklusi Kelas I, II,

(33)

2.8. Kerangka Konsep Maloklusi Skeletal Klas I, II,III

Analisis Parameter Vertikal Dentoalveolar

Radiografi Sefalometri

Andres:Perbandingan Canting Dentoalveolar pada Maloklusi Kelas I, II,

(34)

2.9. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Ada canting dentoalveolar dataran oklusal pada kelompok maloklusi skeletal

Klas I, Klas II, dan Klas III.

2. Ada hubungan antara besarnya canting pada pasien dengan maloklusi skeletal

Gambar

Gambar 2.1.  Canting sudut dataran oklusal (panah biru).21
Gambar 2.2.  Canting sudut dataran oklusal frontal.8
Gambar 2.3.  Canting dataran oklusal. ZL dan ZR, Titik pada aspek medial sutura frontozigomatik kiri dan kanan.8
Gambar 2.5 Canting mandibular.8
+7

Referensi

Dokumen terkait

Begitu juga lebar saluran udara pharynx bawah tidak berbeda secara signifikan pada subjek dengan maloklusi Klas I dan Klas II dengan pola pertumbuhan yang

bahwa pasien-pasien yang datang ke Klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan pada kelompok maloklusi Klas I ini sebagian besar memiliki kasus dengan tingkat

Judul Tesis : Hubungan Pola Morfologi Vertikal Skeletal Wajah pada Maloklusi Klas I, II dan III dengan Ketebalan Simfisis Mandibula di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU..

Hal ini merupakan konsep klasik dari Tweed yang menjelaskan ditemukan inklinasi lingual dari aksis processus alveolaris pada subyek dengan dataran mandibula (MP) yang tinggi,

Dalam prakteknya sejumlah informasi rahasia dapat disembunyikan dalam file gambar bitmap dengan sedikit atau tidak adanya degradasi yang tampak pada gambar tersebut.. Hal itu dapat

Penelitian ini merupakan penelitian case control yang dilakukan untuk mengevaluasi dan membandingkan hasil perawatan ortodonti maloklusi skeletal Klas I dengan menggunakan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sampel dengan skeletal Klas III mempunyai sudut dataran mandibula yang tinggi, korpus mandibula tinggi, ramus mandibula tinggi, dan sudut

Pada gigi desidui umumnya memiliki kurva spee yang berbentuk dari datar hingga lekukan yang ringan, sedangkan kurva Spee pada dewasa lebih dalam.. dibandingkan gigi desidui. 8