• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Kromatografi serta Pemeriksaan Kadar Logam Kadmium (Cd) dan Timbal (Pb) pada Ekstrak Etanol Kubis Ungu (Brassica Oleracea L.) secara Spektrofotometri Serapan Atom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Kromatografi serta Pemeriksaan Kadar Logam Kadmium (Cd) dan Timbal (Pb) pada Ekstrak Etanol Kubis Ungu (Brassica Oleracea L.) secara Spektrofotometri Serapan Atom"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Menurut Herbarium Medanense (MEDA) klasifikasi tumbuhan kubis (Brassica oleracea L) secara sistematik adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Class : Dicotyledonae Ordo : Capparales Famili : Brassicaceae Genus : Brassica

Spesies : Brasicca oleraceae L.

2.1.2 Nama daerah

Kol biasa disebut juga dengan kubis, kubis telur, kubis krop (Dalimarta, 2000). Nama kubis diduga berasal dari bahasa Inggris yaitu cabbage. Sedangkan di beberapa daerah, disebut kol. Kata kol diduga berasal dari bahasa Belanda yaitu kool (Pracaya, 2001). Nama lokal kubis ungu (Lampiran 1 halaman 60).

2.1.3 Sejarah, habitat dan penyebaran

(2)

Denmark, dan sebelah Utara Perancis Barat. Kubis liar tersebut ada yang tumbuh sebagai tanaman biennial dan ada juga yang perenial. Kubis yang telah dibudidayakan dibuat menjadi tanaman annual. Sayuran ini dapat ditanam didataran rendah maupun di dataran tinggi dengan curah hujan rata - rata 850 – 900 mm (LIPI, 2009).

2.1.4 Morfologi tumbuhan

Tumbuhan kol memiliki batang dengan ukuran pendek, daun berbentuk bulat telur sampai lonjong dan lebar seperti kipas berwarna merah keunguan. Daun bagian luar tertutup lapisan lilin dan tidak berbulu. Daun bawah dapat mencapai panjang 30 cm. Daun muda yang tumbuh berikutnya mulai membengkok menutupi daun muda yang ada di atasnya. Makin lama umur daun muda yang terbentuk semakin banyak sehingga seakan-akan membentuk telur atau kepala. Bentuk kepala atau telur ini yang disebut krop. Bentuk krop bulat memipih dengan ukuran garis tengah dapat mencapai 20 cm. Dengan akar tunggang dan segera bercabang dengan memiliki serabut (LIPI, 2009).

2.1.5 Kandungan kimia

(3)

2.1.6 Khasiat

Vitamin E berguna sebagai antioksidan. Tingginya kandungan vitamin C dalam kubis dapat mencegah timbulnya skorbut (scurvy) alias sariawan. Senyawa CHB, sulforafan, dan iberin yang merangsang pembentukan glutation, yakni suatu enzim yang bekerja dengan cara menguraikan dan membuang zat-zat beracun yang beredar di dalam tubuh. Kandungan zat aktif pada kubis berupa sulforafan dan histidine dapat menghambat pertumbuhan tumor, mencegah kanker kolon dan rektum, detoksikasi senyawa kimia berbahaya, seperti kobalt, nikel, dan tembaga yang berlebihan di dalam tubuh, serta meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan kanker. Kandunganbasam amino dalam sulfurnya juga berkhasiat menurunkan kadar kolestrol yang tinggi, penenang saraf, dan membangkitkan semangat (Unirah, 2011). Flavonoid mampu menghambat adhesi, aktivasi platelet, dan dapat menghambat agregasi platelet karena menghambat pelepasan mediator asam arakidonat dan glikosida isotiosianat yang pada penelitian sebelumnya memiliki aktivitas sebagai anti platelet (Putri, dkk., 2014).

2.2 Logam Berat

(4)

organisme tersebut. Logam berat merupakan salah satu unsur pencemar yang bersifat toksik dan harus terus diwaspadai keberadaaannya. Penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya yaitu logam berat tidak dapat dihancurkan (non degradable) oleh organisme hidup di lingkungan dan terakumulasi ke lingkungan, terutama mengendap di dasar perairan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik secara adsorbsi dan kombinasi. Daya racun logam berat adalah sebagai berikut : > > > > > > > > (Bangun, 2005). Logam

berat memiliki afinitas tinggi terhadap senyawa-senyawa sulfida, misalnya sulfhidril (-SH) dan disulfida (S-S), sehingga afinitas tinggi ini mendorong logam berat untuk berikatan dengan gugus sulfur (Ridhowati, 2013).

2.2.1 Kadmium

Logam kadmium mempunyai berat atom 112,41; titik cair 321 ºC dan massa jenis 8.65 gr/ml (Bangun, 2005). Konsentrasi kadmium yang normal dalam darah adalah 10 µg/l, Kadmium terutama dalam bentuk oksida adalah logam yang toksisitasnya tinggi. Waktu paruh kadmium ± 10-30 tahun (Sudarmaji, dkk., 2006). Dalam industri pertambangan Pb dan Zn, proses pemurniannya akan selalu memperoleh hasil samping kadmium yang terbuang dalam lingkungan. Kadmium digunakan sebagai pigmen dalam pembuatan keramik, penyepuhan listrik, pembuatan aloi dan baterai alkali (Bangun, 2005).

(5)

2.2.2 Timbal

Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam, dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum dan disimbolkan dengan Pb. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan berat atom (BA) 207,2. Logam Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman mudah dimurnikan. Secara alamiah terdapat pada batu-batuan serta lapisan kerak bumi (Bangun, 2005). Menurut ketentuan WHO, kadar Pb dalam darah manusia yang tidak terpapar oleh Pb adalah sekitar 10 -25 µg/100 ml (Sudarmaji, dkk., 2006).

Timbal dalam jumlah yang sangat besar dibuat untuk digunakan sebagai zat antiknock dalam bahan bakar. Kenaikan timbal di lingkungan paling besar sehubungan dengan pembakaran bahan bakar yang mengandung timbal (Cotton dan Wilkinson, 1976).

2.2.3 Hubungan logam berat dengan tubuh

Logam berat pada umumnya mempunyai sifat toksik dan berbahaya bagi organisme hidup, walaupun beberapa diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil. Beberapa logam berat digunakan dalam berbagai kehidupan sehari-hari (Supriatno dan Lelifajri, 2009). Akumulasi logam berat banyak terdapat pada organ hati, ginjal, dan alat pernafasan. Biokosentrasi logam berat dapat menimbulkan toksisitas dan dapat bersifat karsinogen. Demikian pula bahan pangan dengan kandungan logam berat tinggi dianggap tidak layak konsumsi (Ridhowati, 2013).

(6)

memicu kanker serta abrasi kromosom dari sel – sel darah putih. Pada sistem saraf, gejala yang sering terjadi adalah pelupa, keletihan, sakit kepala, pusing, depresi, penurunan nafsu seksual, bahkan dengan kadar yang sangat tinggi dapat mengakibatkan kelumpuhan otak, perhatian menurun, hilang ingatan, dan lain-lain. Pada ginjal menyebabkan kerusakan pada tubulus proksimal, intersisial fibrosis, sklerosis pembuluh darah, dan gagal ginjal. Selain itu paparan timbal juga dapat mengurangi produksi hemoglobin (Hb) dan memperpendek umur dan fungsi dari sel darah merah sehingga mengakibatkan anemia. Selain mengakibatkan anemia, dapat juga menimbulkan hipertensi (Fernanda, 2012).

Kadmium dikenal sebagai salah satu logam berat yang sangat toksik. Keracunan kadmium dapat meningkatkan tekanan darah, kerusakan ginjal, dan hancurnya sel darah merah (Golbedaghi, dkk., 2012). Gejala umum keracunan Cd adalah sakit di dada, nafas sesak (pendek), batuk -batuk dan lemah (Sudarmaji, dkk., 2006). Jangka panjang paparan inhalasi menimbulkan perubahan inflamasi kronis pada fibrosis, paru-paru, dan emphysema. Jangka panjang akibat pemberian oral menghasilkan efek terutama pada ginjal, hati dan kardiovaskular sistem. Efek dan kerusakan plasenta dapat terjadi, tergantung pada relasi antara paparan dan tahap kehamilan (Fernanda, 2012).

2.3 Ekstrak

(7)

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM RI, 1995).

Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet, jika tidak dinyatakan lain dalam monografi. Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90ºC selama 15 menit (Depkes RI, 2000).

Mutu ekstrak dipengaruhi oleh bahan asal yaitu tumbuhan obatnya dan khusus dipandang dari segi biologi maupun segi kandungan kimia. Faktor biologi, baik untuk bahan dari tumbuhan obat hasil budidaya (kultivar) ataupun dari tumbuhan liar yang meliputi identitas jenis, lokasi tumbuhan asal, periode pemanenan hasil tumbuhan, penyimpanan bahan tumbuhan, umur tumbuhan dan bagian yang digunakan. Faktor kimia meliputi jenis, komposisi kualitatif, kuantitatif, kadar total rata-rata senyawa aktif, metode ekstraksi, perbandingan ukuran alat ekstraksi, ukuran, kekerasan, kekeringan bahan, pelarut yang digunakan, kandungan logam berat dan pestisida (Depkes RI, 2000).

Menurut Depkes RI (2000), beberapa metode ekstraksi yaitu menggunakan pelarut dan destilasi uap. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi 2 cara yaitu:

1. Cara dingin meliputi 2 metode yaitu :

a. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokkan atau pengadukkan pada temperatur ruangan (Depkes RI, 2000).

(8)

2. Cara panas meliputi 5 metode yaitu:

a. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000).

b. Soklet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan pendingin balik (Depkes RI, 2000). c. Digesti adalah maserasi kinetic (dengan pengadukkan kontinu) pada

temperature yang lebih tinggi dari temperature ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50ºC (Depkes RI, 2000).

d. Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperature penangas air ( bejana infuse tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98ºC) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Depkes RI, 2000).

e. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥ 30 menit) dan temperature sampai titik didih air (Depkes RI, 2000).

Ekstraksi dengan cara destilasi uap adalah ekstraksi senyawa menguap (minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan tekanan parsial senyawa menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah (Depkes RI, 2000).

2.4 Kromatografi

(9)

telah menggunakannya untuk pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna, dan nama kromatografi diambilkan dari senyawa yang berwarna. Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa-senyawa yang berwarna tak lama dan hampir kebanyakan pemisahan-pemisahan secara kromatografi sekarang diperuntukkan pada senyawa-senyawa tak berwarna, termasuk gas (Sastrohamidjojo, 1985).

Menurut Gritter, dkk., (1991) metode kromatografi, karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan analitik dan preparatif. Hampir setiap campuran kimia, mulai dari bobot molekul rendah sampai tinggi, dapat dipisahkan menjadi komponen-komponennya dengan beberapa metode kromatografi. Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap permulaan untuk semua cuplikkan, dan kromatografi preparatif hanya dilakukan jika diperlukan fraksi murni dari campuran. Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul. Sifat utama yang terlibat ialah:

(1) Kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan)

(2) Kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (absorbs, penjerapan) dan

(3) Kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap (keatsirian).

(10)

1. Fasa bergerak zat cair – fasa tetap padat :

Dikenal sebagai kromatografi serapan yang meliputi − Kromatografi lapis tipis (Kromatografi Planar)

− Kromatografi penukar ion

2. Fasa bergerak gas – fasa tetap padat : − Kromatografi gas padat

3. Fasa bergerak zat cair – fasa tetap zat cair : Dikenal sebagai kromatografi partisi

− Kromatografi kertas (Kromatografi Planar)

4. Fasa bergerak gas – fasa tetap zat cair : − Kromatografi gas-cair

− Kromatografi kolom kapiler.

Semua pemisahan tergantung senyawa-senyawa yang dipisahkan terdistribusi sendiri di antara fasa bergerak dan tetap dalam perbandingan yang sangat berbeda-beda dari satu senyawa terhadap senyawa yang lain.

Menurut Rohman (2009) pemisahan kromatografi pada umumnya dihentikan sebelum fase gerak melewati seluruh permukaan fase diam. Solut pada kedua kromatografi ini dicirikan dengan faktor retardasi (Rf) atau jarak migrasi solut terhadap jarak ujung fase geraknya. Rf didefenisikan sebagai :

Rf = !"#$%&' ()*&" !"#$%&' + (# #

(11)

Adsorpsi merupakan penyerapan pada yang melibatkan interaksi- interaksi elektrostatik seperti ikatan hydrogen, penarikan dipole-dipol, dan penarikan yang diinduksi oleh dipole. Solut akan bersaing dengan fase gerak untuk berikatan dengan sisi-sisi polar pada permukaan adsorben. Silika gel merupakan jenis adsorben (fase diam) yang penggunaanya paling luas terdiri atas gugus Si-O-Si dan gugus silanol (Si-OH) yang bersifat sedikit asam dan polar karenanya gugus ini mampu membentuk ikatan hydrogen dengan solut-solut yang agak polar sampai sangat polar (Rohman, 2007).

Menurut Rohman (2007) adanya air dari atmosfer yang diserap oleh permukaan silika gel mampu mendeaktifkan permukaan silika gel karena air akan menutup sisi aktif silika gel. Hal seperti ini dapat diatasi dengan memanaskan pada suhu 105ºC, meskipun demikian reprodusibilitasnya sulit dicapai kecuali jika suhu dan kelembapan dijaga secara hati-hati. Adsorben yang sering digunakan:

Alumina

Karbon aktif (Charcoal) Silika gel

Magnesium silikat Selulosa

Resin-resin polimetrik (Stiren/ difenil benzene)

Paling polar

Paling non polar

Semakin polar solut maka semakin tertahan kuat ke dalam adsorben silika gel ini. Berikut adalah urutan polaritas solut-solut organic: alkana< alkena< aromatis< eter< ester< keton dan aldehid< tiol< amin dan amida< alcohol< fenol< asam-asam organik.

(12)

2.4.1 Kromatografi Kertas (KKt)

Kromatografi kertas (KKt) pada hakekatnya ialah KLT pada lapisan kulit selulosa atau kertas, yang dipakai untuk pemisahan molekul biologi yang poar seperti asam amino, gula, dan nukleutida. Metode ini menggunakan fase diam cair, biasanya air, berada pada serat kertas. KKt tidak memerlukan pelat pendukung, dan kertas dengan mudah diperoleh dalam bentuk murni sebagai kertas saring. Lapisan selulosa harus dicetak atau dibeli khusus. Panjang serabut kertas lebih panjang dari selulosa, menyebabkan lebih banyak terjadi difusi ke samping dan bercak lebih besar (Gritter, dkk., 1991).

Kertas dalam pemisahan terutama mempunyai pengaruh pada kecepatan aliran pelarut. Efek-efek serapan disebabkan oleh sifat polar dari gugus-gugus hidroksil dan sejumlah kecil gugus karboksil dalam gugus selulosa dapat menaikkan terhadap efek-efek pertukaran ion. Berikut ini karakterisktik dari kertas-kertas kromatografi Whatmann (Sastrohamidjojo, 1985):

(13)

2.4.2 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan butir-butir (fase diam) ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisahkan, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Lapisan pemisah dan pengembang yang digunakan harus tepat. Selanjutnya senyawa tidak berwarna ditampakkan (Dumont, dkk., 2009).

Menurut Adnan (1997) KLT merupakan kromatografi adsorbsi dan adsorben bertindak sebagai fase stasioner. Berikut ini adalah beberapa adsorben yang umum digunakan:

Adsorben Keasaman Aktivitas Efek pemisahan Senyawa yang dapat dipisahkan

- Lemah Adsorbsi Karetenoid, took ferol

Kalsium sulfat - Lemah Adsorbsi Asam lemak, gliserida

Kieselguhr Netral Inaktif Partisi Gula, farmasetika

(14)

tetesan berikutnya dikerjakan. Pengeringan tetesan sampel pada plat sebaiknya dikerjakan dengan aliran gas nitrogen, untuk mencegah terjadinya kerusakan sampel karena oksidasi. Pengembangan dilaksanakan dengan mencelupkan dasar plat KLT yang telah ditetesi sampel dalam sistem pearut untuk proses pengembangan. Umumnya dikerjakan dalam tempat tertutup. Pemilihan pelarut didasarkan atas prinsip like dissolves like (Adnan, 1997).

2.5 Spektrofotometri Serapan Atom

Untuk banyak atom, perbedaan energi antara orbital keadaan dasar dan keadaan tereksitasinya terlalu besar agar eksitasi termal banyak elektron dapat berlangsung. Atom- atom logam diuapkan dalam suatu nyala dan radiasi dilewatkan melalui nyala tersebut. Dalam hal ini, atom-atom yang diuapkan, yang sebagian besar terdapat dalam keadaan dasarnya sehingga tidak memancarkan energi, akan menyerap radiasi dengan energi yang berkaitan dengan perbedaan antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasinya. Karena lebar garis-garis serapan atom sangat sempit, satu-satunya sumber cahaya ketika serapan yang signifikan dapat diamati, setelah melewati sampel, adalah tempat cahaya itu dihasilkan oleh eksitasi atom- atom unsur yang sedang dianalisis. Lampu yang digunakan disebut ‘lampu katoda rongga’ dan katoda tersebut dilapisi dengan logam yang akan dianalisis. Kerugian teknik ini adalah bahwa lampu harus selalu diganti tiap kali suatu unsur yang berbeda sedang dianalisis dan hanya satu unsur dapat dianalisis pada sewaktu- waktu (Watson, 2005).

(15)

suatu ruang yang cocok, namun terdapat kesulitan dalam memperoleh populasi. Umumnya suatu larutan berair dimasukkan ke dalam nyala sebagai aerosol, yakni suatu kabut yang terdiri dari tetesan yang sangat halus. Ketika butiran ini maju melewati nyala, pelarutnya menguap, dan dihasilkan bintik- bintik halus dari materi berupa partikel, zat padat itu kemudian berdisosiasi, sekurangnya sebagian, untuk menghasilkan atom- atom logam. Semua tahap ini harus berlangsung dengan jarak beberapa sentimeter ketika partikel- partikel sampel itu diangkat dengan kecepatan tinggi oleh gas-gas nyala (Day dan Underwood, 2001).

2.5.1 Instrumen spektrofotometri serapan atom

Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada gambar berikut ini :

2.5.1.1 Sumber sinar

(16)

2.5.1.2 Sumber Nyala

Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu: dengan nyala (flame) dan dengan tanpa nyala (flameless) (Gandjar dan Rohman, 2009).

a. Nyala (Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara suhunya sebesar 22000C. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber nyala yang paling banyak digunakan. Pada sumber nyala ini asetilen sebagai bahan pembakar, sedangkan udara sebagai bahan pengoksidasi (Gandjar dan Rohman, 2009). Temperatur dari berbagai nyala dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Temperatur nyala dengan berbagai kombinasi bahan bakar dan bahan pengoksidasi

Bahan Bakar Oksidan Temperatur Maksimum (°K)

Asetilen Udara 2400-2700

Asetilen Nitrogen Oksida 2900-3100

Asetilen Oksigen 3300-3400

Hidrogen Udara 2300-2400

Hidrogen Oksigen 2800-3000

Sianogen Oksigen 4800

Sumber: Harris, 1948 b. Tanpa nyala (Flameless)

(17)

dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif (Gandjar dan Rohman, 2009).

2.5.1.3 Monokromator

Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian banyak panjang gelombang yang dihasilkan lampu katoda berongga (Gandjar dan Rohman, 2009).

2.5.1.4 Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton. Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi yaitu: (a) yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu; (b) yang hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi (Gandjar dan Rohman, 2009).

2.5.1.5 Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai pencatat hasil. Pencatat hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu recorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Gandjar dan Rohman, 2009).

2.5.2 Gangguan-gangguan pada spektrofotometri serapan atom

(18)

dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2009).

Menurut Gandjar dan Rohman (2009), gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam spektrofotometri serapan atom adalah sebagai berikut:

a. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala.

b. Gangguan kimia yang dapat mempengauhi jumlah/banyaknya atom yang terjadi di dalam nyala.

c. Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi atom yang dianalisis; yakni absorbansi oleh molekul-molekul yang tidak terdisosiasi di dalam nyala. Adanya gangguan dapat diatasi dengan cara:

i. Penggunaan nyala/suhu atomisasi yang lebih tinggi ii. Penambahan senyawa penyangga

iii. Pengekstrasian unsur yang dianalisis iv. Pengekstrasian ion atau gugus pengganggu

d. Gangguan oleh penyerapan non-atomik. Gangguan jenis ini berarti terjadinya penyerapan cahaya dari sumber sinar yang bukan berasal dari atom-atom yang akan dianalisis.

2.6 Validasi Metode Analisis

(19)

a. Kecermatan (Accuracy)

Kecermatan (accuracy) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan hasil analis sangat tergantung kepada sebaran galat sistematik di dalam keseluruhan tahapan analisis. Oleh karena itu untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi galat sistematik tersebut seperti menggunakan peralatan yang dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan suhu, dan pelaksaannya yang cermat, taat asas sesuai prosedur (Harmita, 2004).

Kecermatan dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu: i. Metode simulasi

Metode simulasi (Spiked - placebo recovery) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya) (Harmita, 2004).

ii. Metode penambahan baku

(20)

menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat ditemukan kembali (Harmita, 2004).

iii. Keseksamaan (Precision)

Keseksamaan (precision) diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Harmita, 2004).

iv. Selektivitas (Spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004).

v. Linearitas dan Rentang

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon baik secara langsung atau bantuan transformasi matematika, menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang merupakan batas terendah dan batas tertinggi analit yang dapat ditetapkan secara cermat seksama dan dalam linearitas yang dapat diterima (Harmita, 2004).

vi. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Gambar

Gambar 2.1 Menghitung nilai Rf
Tabel 2.1 Temperatur nyala dengan berbagai kombinasi bahan bakar dan bahan   pengoksidasi

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian yang ditunjukkan oleh tabel 7 sampai tabel 8, ternyata terlihat bahwa sistem pengenalan kata ini tidak dapat digunakan untuk mengenali suara orang lain

Nilai efisiensi pakan yang tinggi pada perlakuan feeding rate 5% dan 7% diduga karena terjadi kelebihan energi yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi oleh ikan,

Pada umumnya jumlah sarana ibadah yang terdapat di Desa Pariksabungan.. adalah 8 (unit) bangunan gereja dan tidak mempunyai masjid ataupun

Persepsi positif diartikan bahwa subjek setuju diet rendah kalori merupakan diet penurunan berat badan dengan susunan hidangan makanan lengkap yang terdiri atas beranekara-

Title I of the International Claims Settlement Act of 1949, as amended, and the Settlement Agreement between the Government of the United States of America and the Government of

Dalam penelitian ini dibangun sistem akses jarak jauh yang dikendalikan baik lewat Web maupun lewat jaringan GPRS telepon selular ( mobile internet ) untuk mengakses sistem

Novel ini merupakan novel edukasi yang bisa dijadikan pembelajaran mengenai pendidikan karakter, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

ada perubahan di mana sebelum diberikan penyuluhan kemampuan melakukan SADARI remaja putri seluruhnya masuk dalam kategori tidak baik 100%, namun setelah diberikan