• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Sistem Peradilan Pidana Anak Terhadap Pelaku Dan Korban Tindak Pidana (Studi Di Pengadilan Tanjung Balai) Chapter III IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Sistem Peradilan Pidana Anak Terhadap Pelaku Dan Korban Tindak Pidana (Studi Di Pengadilan Tanjung Balai) Chapter III IV"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PENERAPAN SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DI TANJUNG BALAI

A. Pada Tahap Penyidikan

Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi

wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyelidikan (pasal 1 butir 4

KUHAP). Maksud dari penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik

untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana

guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut secara yang

diatur dalam undang-undang. Kekuasaan dan kewenangan (power and authoity)

polisi sebagai penyidik luar binasa penting dan sangat penting.111

Pasal-pasal tersebut menyatakan bahwa penyelidik adalah setiap polisi

Negara Republik Indonesia, maka pasal ini memberi wewenang kepada setiap

polisi negara untuk melakukan atau bertindak sebagai penyelidik, mulai dari yang

berpangkat terendah Bharada sampai yang berpangkat tertinggi, Jenderal polisi

untuk melakukan penyelidikan perkara kejahatan termasuk kejahatan yang

dilakukan oleh anak.

Pasal 4 KUHAP

mengatakan penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara republik indonesia.

112

a. telah berpengalaman sebagai penyidik;

Polisi Seorang penyidik dalam penanganan kasus anak harus memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut:

b. mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah Anak; dan

111

Bambang waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal.41

112

(2)

c. telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan Anak. 113

Pada daerah Tanjung Balai yang dapat menjadi seorang penyidik anak

adalah seluruh anggota kepolisian RI yang memilki kompetensi pada masa itu ,

diketahui pada masa ini masalah yang telah krusial maka adanya penghususan

mengenai anak dan wanita. Syaratnya pun dapat dilihat dari segi formil dan

material, dan pada masa ini tidak ada pelatihan yang menjadi penyidik khusus

untuk anak yang merupakan menjadi suatu kendala. Oleh karena kendala tersebut,

maka ada kekhususan maka ditunjuklah pihak polisi wanita.

Pada daerah tersebut penyidik anak yang digunakan kebanyakan berasal

dari polisi wanita dikarenakan wanita walaupun statusnya masih lajang tetapi

dalam dirinya terdapat jiwa keibuan, sehingga polisi wanita lebih layak menjadi

seorang penyidik anak. Contoh kasus yang sering terjadi yaitu Pencabulan, karena

tidaklah pantas jika seorang penyidik pria yang menangani kasus tersebut.114

1. Penyidik pejabat polisi negara republik indonesia karena kewajibannya

mempunyai tugas dan wewenang :

Dilihat dari tugas dan wewenang penyidik berdasarkan ketentuan Pasal 7

KUHAP dapat berupa :

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak

pidana

b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian

113

Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak

114

(3)

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri

tersangka

d. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat

e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau

saksi

g. Mendatangkan orang ahli yang perlu diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara

h. Mengadakan penghentian penyidikan

i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum.115

Polisi dalam melakukan penyelidikan terhadap anak pelaku tindak pidana

harus memperhatikan berbagai ketentuan mengenai upaya penanganan anak mulai

dari penangkapan sampai proses penempatan. Prosedur yang dilakukan untuk

anak pelaku tindak pidana yaitu penangkapan dan penahanan. 116

a.Penangkapan terhadap anak dilakukan guna kepentingan penyidikan paling

lama 24 jam

mengenai

tindakan penangkapan dan penahanan tidak diatur secara rinci dalam

undang-undang sistem peradilan pidana anak, sehingga berlaku ketentuan-ketentuan

KUHAP. Pasal 30 undang-undang sistem peradilan pidana anak menentukan

bahwa :

b.Anak yang ditangkap wajib ditempatkan dalam ruang pelayanan khusus anak

115

Lilik Mulyadi, Op.cit hal.58

116

(4)

c.Penangkapan terhadap anak wajib dilakukan secara manusiawi dengan

memerhatikan kebutuhan sesuai dengan umurnya

d.Biaya bagi setiap anak yang ditempatkan di LPKS dibebankan pada anggaran

kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial.

Dalam melaksanakan tindakan penangkapan, asas praduga tak bersalah

harus dihormati dan dijunjung tinggi sesuai dengan harkat dan martabat anak.

Melakukan tindakan penangkapan terhadap anak yang diduga melakukan tindakan

penangkapan terhadap anak yang diduga melakukan tindak pidana, didasarkan

pada bukti yang cukup dan jangka waktunya terbatas dalam satu hari.117

Pada dasarnya perihal alat bukti diatur pasal 184 ayat (1) KUHAP,

dimana proses mendapatkan kebenaran material (materiel waarheid) dalam

perkara pidana alat-alat bukti memegang peranan sentral. Secara praktik dan dan

teoritik suatu alat bukti haruslah dipergunakan dan diberi penilaian secara cermat

untuk mencapai kebenaran sejati tanpa mengabaikan hak-hak terdakwa, maka

ketentuan pasal 184 ayat (1) KUHAP sebagai berikut :118

a. keterangan saksi

Untuk menjadi saksi haruslah sesuai dengan apa yang terkandung di dalam

Pasal 1 angka 26 bahwa saksi haruslah, yang melihat sendiri, mendengan sendiri,

alami sendiri, serta menyebutkan alasan dari pengetahuannya itu. Saksi yang tidak

memenuhi syarat diatas tidak dapat menjadi alat bukti saksi. Dan menurut Pasal 1

angka 27 Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang

berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar

117

Maidin Gultom, Op.cit hal. 85

118

(5)

sendiri, Ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dan

pengetahuannya itu.

Jenis-jenis Saksi yang dimaksud dalam Undang-Undang, yaitu:

a. Saksi korban adalah Korban dari suatu tindak pidana berhak mengajukan

laporan kepada penyidik atau penyelidik. Korban dapat dijadikan sebagai

saksi yang umumnya disebut dengan saksi korban. Saksi korban ini dapat

memberikan keterangan mengenai kejadian atau tindak pidana yang

dialaminya sendiri.

b. Saksi pelapor adalah Saksi pelapor merupakan orang yang bukan sebagai

korban tindak pidana, tetapi ia adalah orang yang melihat sendiri, mendengar

sendiri sacara langsung kejadian itu dan bukan diketahui oleh orang

lain. Orang – orang yang menjadi saksi ini adalah seseorang yang memberikan

laporan kepada aparat kepolisian bahwa telah terjadi suatu tindak pidana di

suatu tempat atau dapat juga seseorang yang berada di tempat kejadian perkara

tersebut.

c. Saksi Testamonium de Audituadalah saksi yang menerangkan tentang

apa yang didengarnya mengenai suatu tindak

dasarnya Saksi Testamonium De Auditu bukan merupakan alat bukti yang sah

dalam suatu proses perkara pidana di persidangan sebab saksi Testamonium de

Auditu ini tidak melihat atau mendengar sendiri suatu tindak pidana yang telah

terjadi saksi ini hanya mendengar keterangan dari orang lain walaupun saksi

ini tidak mendengar secara langsung mengenai telah terjadinya suatu tindak

(6)

Hakim, walaupun tidak mempunyai nilai sebagai bukti kesaksian, tetapi dapat

memperkuat keyakinan Hakim yang bersumber kepada dua alat bukti yang

lain. Saksi Testamonium de Auditu ini dapat dijadikan alat bukti yang sah jika

tidak ada alat bukti lain.

d. Saksi a charge, adalah saksi yang dibawa oleh jaksa atau penuntut umum dan

keterangannya diharapkan dapat mendukung dakwaan jaksa atau penuntut

umum;

e. Saksi a decharge, adalah saksi yang dibawa oleh terdakwa atau penasehat

hukum terdakwa dan keterangannya diharapkan dapat meringankan dakwaan

yang didakwaankan kepada terdakwa;119

f. Saksi mahkota, adalah salah seorang tersangka atau terdakwa yang

peranannya paling ringan dalam suatu tindak pidana dapat berdiri sebagai

saksi dalam perkara yang sama;120

g. Saksi verbalisan (penyidik) adalah aksi penyidik yang berfungsi untuk

menguji bantahan terdakwa atas kebenaran BAP. Dan dasar dari adanya saksi

verbalisan ini belum diatur dalam peraturan perundang-undangan yang ada,

namun banyak ditemui dalam praktik.121

h. Saksi berantai, adalah Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri

tentang suatu kejadian atau keadaam dapat digunakan sebagai suatu alat bukti

yang sah apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu dengan yang lain

sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau

119

Darwan Prinst, Hukum Acara Pidana Dalam Praktik, Djambatan, Jakarta,1998, hal. 142

120

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2001, hal 265

121

Diakses dari situs

(7)

keadaan tertentu.122

1. Beberapa kesaksian oleh beberapa saksi, dalam satu perbuatan.

Saksi berantai tersebut juga diungkapkan oleh S.M.

Amin,kesaksian berantai ini ada 2 (dua) macam, yaitu:

2. Beberapa kesaksian oleh beberapa saksi, dalam beberapa perbuatan.123

i. Saksi anak, adalah orang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang

melihat, mendengar dan mengalami sendiri atas suatu tindak pidana yang

terjadi dapat memberikan keterangan dihadapan sidang pengadilan.

Apabila jumlah saksi yang akan diajukan banyak maka dibutuhkan

pembatasan jumlah saksi karena apabila jumlah saksi tidak dibatasi akan menjadi

sumber pemborosan dan penyelesaian perkara menjadi tidak efisien. Asas

peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan tidak dapat terlaksana.Sehingga

saksi-saksi yang telah disetujui oleh Hakim Ketua Majelis, wajib untuk didengar

keterangannya di hadapan siding pengadilan. Untuk dapat menilai bagaimana

suatu keterangan saksi memiliki kekuatan hukum, maka hakim harus menilik

kepada:

a. Persesuaian keterangan antara saksi-saksi;

Keterangan saksi satu saja, sedang terdakwa memungkiri kejahatan yang

dituduhkan kepadanya dan keterangan saksi-saksi lainya tidak member petunjuk

terhadap kejahatan yang dituduhkan, belum dapat dianggap cukup membuktikan

kesalahan terdakwa

b. Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain,

122

Hari Sasangka, Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana Untuk Mahasiswa Dan Praktisi, Mandar MajuBandung, 2005, hal.87.

123

(8)

jika yang diajukan jaksa dalam persidangan terdiri dari saksi dan alat bukti

lain berupa ahli, surat atau petunjuk, hakim harus meneliti sungguh-sungguh

persesuaian alat bukti tersebut;

c. Alasan-alasan yang melatar-belakangi keterangan saksi;

d. Hakim harus mencar alasan mengapa saksi memberikan keterangannya

sebagaimana yang telah diuraikan olehnya;

e. Cara hidup dan kesusilaan saksi, dan;

f. Keterangan saksi sebelum dan pada waktu siding pengadilan.

Dalam undang-undang sistem peradilan anak, keabsahan saksi yang

diberikan oleh seorang anak dapat diterima karena keterangan diberikan adalah

hal yang sebenarnya karena anak tidak akan berbohong.

Syarat-syarat sahnya keterangan saksi menurut M. Yahya Harahap adalah:124

1. Harus mengucapkan sumpah atau janji;

2. Keterangan saksi tersebut harus bernilai sebagai bukti;

3. Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan;

4. Keterangan saksi saja dianggap tidak cukup;

5. Keterangan saksi harus terdiri dari beberapa orang saksi dan apa yang

dipersaksikan itu harus saling berhubungan satu sama yang lainnya.

b. Surat

Surat merupakan alat bukti yang menduduki urutan ketiga dari alat-alat bukti

lain.14 Pasal 187 KUHAP, menyatakan bahwa surat dibuat atas sumpah jabatan

atau dikuatkan dengan sumpah, adalah:

124

(9)

1. Berita Acara dan surat-surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh

pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang

memuat tentang keterangan tentang kejadian atau keadaan yang

didengar, dilihat atau dialami sendiri, disertai dengan alasan yang jelas

dan tegas tentang keterangannya itu;

2. Surat yang dibuat berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan

atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam

tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukan

bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan;

3. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan

keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta

secara resmi kepadanya;

4. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi

dari alat pembuktian yang lain;125

c. keterangan ahli

bahwa keterangan seorang ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di

sidang pengadilan. Tidak diberikan penjelasan yang khusus mengenai apa yang

dimaksud dengan keterangan ahli menurut KUHAP, dan menurut Andi Hamzah

dapat merupakan kesenjangan pula. Andi Hamzah mengemukakan, seseorang

dapat memberikan keterangan sebagai ahli jika ia mempunyai pengetahuan,

keahlian, pengalaman, latihan, atau pendidikan khusus yang memadai untuk

125

(10)

memenuhi syarat sebagai seorang ahli tentang hal yang berkaitan dengan

keterangannya.126

Pada pemeriksaan penyidikan demi untuk kepentingan peradilan, peyidik

berwenang mengajukan permintaan keterangan dari seorang ahli. Apabila

keterangan ahli bersifat diminta, ahli tersebut membuat laporan sesuai dengan

yang dikehendaki penyidik.127laporan seperti itu bernilai sebagai alat bukti

keterangan ahli yang diberi nama alat bukti keterangan ahli berbentuk laporan.

Apabila hal itu tidak diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau

penuntut umum, maka pada pemeriksaan di sidang, seorang ahli diminta untuk

memberikan keterangan dan dicatat dalam berita acara pemeriksaan. Keterangan

tersebut diberikan setelah ia mengucapkan sumpah atau janji di hadapan hakim.128

d. petunjuk

Syarat-syarat alat bukti petunjuk adalah:

1. Mempunyai persesuaian satu sama lain atas perbuatan yang terjadi

2. Keadaan-keadaan perbuatan itu berhubungan satu sama lain dengan

kejahatan yang terjadi

3. Berdasarkan pengamatan hakim baik dari keterangan terdakwa maupun

saksi dipersidangan

126

Andi Hamzah (II), Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika,Jakarta, 2005, hal. 268

127

M.Yahya Harahap, Op.cit, hal 296

128

(11)

e. keterangan terdakwa

Keterangan terdakwa ada yang diberikan di dalam ataupun diluar

persidangan. Pengakuan yang diberikan terdakwa diluar persidangan dapat

dipergunakan sebagai alat bukti petujuk. Fungsi dari pengakuan yang diberikan

diluar persidangan tidak bisa berdiri sendiri. Fungsinya hanya dapat digunakan

sebagai alat bukti petunjuk untuk menyempurnakan alat bukti yang lainnya atau

dengan kata lain untuk mencukupi dan mengungkapkan keterbuktian kesalahan

terdakwa.

Menurut teori ekologis menitik beratkan kejahatan berdasarkan

karakteristik kelompok, lingkungan sosial dan fisik.129Menurut teori ini dapat

disimpulkan bahwa kejahatan merupakan hasil-hasil dari pewarisan nilai-nilai dan

pola budaya jahat yang hidup di masyarakat dari generasi ke generasi (Transmisi

Kebudayaan).130

Ditinjau dari undang-undang secara positif, sistem pembuktian positif

bergantung kepada alat-alat bukti sebagaimana dimaksud secara limitatif dalam

undang-undang. Undang-undang telah menentukan tentang adanya alat-alat bukti

yang dapat dipakai Hakim, cara bagaimana hakim harus mempergunakan Pada saat penyidikan ditemukan berbagai hambatan lain selama

proses penyidikan anak adalah minimnya saksi dan juga alat bukti dan hal yang

tersulit adalah saksi pada kasus pencabulan. Penyidik menyerahkan hal tersebut

kepada ahlinya untuk melakukan visum (pasal 187 KUHAP) yang menjadi suatu

keyakinan bagi hakim.

129

Frank E. Hagan, Pengantar kriminologi, Fajar Interpratama Mandiri, Jakarta, 2013, hal 156.

130

Diakses dari

(12)

kekuatan alat-alat bukti tersebut dan bagaimana caranya hakim harus memutus

terbukti atau tidaknya perkara sedang diadili. 131 Jika ditinjau dari sistem

pembuktian menurut keyakinan hakim dimana berdasarkan keyakinan, hakim

dapat menjatuhkan berdasarkan “keyakinan” belaka dengan tidak terikat oleh

suatu peraturan (bloot gemoedelijke overtuiging)132

Memperhatikan alat-alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 184

KUHAP, maka visum et repertum digolongkan kedalam keterangan ahli (dokter

atau dokter ahli kedokteran kehakiman), walaupun secara khusus visum et

repertum tidak pernah dicantumkan dalam KUHAP sebagaimana salah satu alat

bukti yang syah, namun visum ini sudah menjadi bagian dari keterangan ahli dan Dikaitkan dengan kekuatan visum et repertum yang menghubungkan

dokter dengan kalangan penyidik atau kalangan peradilan, maka pemahaman

mengenai masalah ini harus dikuasai dengan baik, tidak saja untuk kalangan

dokter tetapi juga untuk penyidik, penuntut umum, pembela, dan hakim

pengadilan, dimana ada satu ketentuan undang-undang hukum yang menuliskan

langsung tentang visum et repertum, yaitu pada Staatsblad ( Lembaran Negara )

tahun 1937 No. 350. Ketentuan pada staatsblad ini merupakan cara untuk

mengatasi masalah yang dihadapi dokter dalam membuat visum, yaitu mereka

tidak perlu disumpah tiap kali sebelum membuat visum. Setiap keterangan yang

disampaikan untuk pengadilan haruslah keterangan dibawah sumpah. Karena

sumpah yang telah diikrarkan dokter waktu menamatkan pendidikannya, dianggap

sebagai sumpah yang sah untuk kepentingan membuat visum et repertum.

131

Lilik Mulyadi, Op.cit hal. 193

132

(13)

keterangan ahli itu sendiri harus memberikan pendapat atau konklusi yang

didasarkan atas keilmuan atau keahlian khusus mengenai suatu hal untuk

kepentingan pemeriksaan. Melalui visum et repertum maka penyidikan tindak

pidana yang menyangkut kesehatan dan nyawa manusia akan menjadi lancar dan

berfungsi guna menggantikan sepenuhnya corpus delicti.133

Proses penyidikan dalam perkara dimulai dari laporan yang diterima oleh

penyidik dari pihak pelapor. Pertama yang dilakukan adalah gelar awal atau bisa

disebut gelar perkara dimana dalam pengaduan harus menemukan 2 alat bukti

berdasarkan pasal 184 KUHAP. Para penyidik menganalisa bukti dan keterangan

yang berasal dari laporan merupakan 1 alat bukti, para penyidik pun masih

mencari alat bukti lain yaitu visum. Setelah alat bukti terpenuhi, apakah

ditemukan visum maka dapat dilanjutkan ke tahap kasus penyidikan, tetapi jika

belum maka dilakukan kembali penyelidikan. Tidak serta merta setiap perkara

tidak selamanya dapat dilanjutkan pada tahap penyidikan.

Berlakunya Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, maka kedudukan

keterangan ahli yang dituangkan dalam bentuk visum et repertum telah diterima

dan diakui undang-undang sebagai alat bukti yang sah disamping visum

digunakan sebagai keterang ahli juga digolongkan sebagai alat bukti surat, sebab

merupakan keterangan ahli yang tertulis, diluar sidang pengadilan, sebagaimana

diatur dalam Pasal 187 KUHAP butir c yang berbunyi “surat keterangan dari

seorang ahli memuat pendapat berdasarkan keadilan mengenai hal atau suatu

keadaan yang diminta secara resmi dari padanya.

133

(14)

Dalam masa penyidikan juga ditemukan kendala dalam pencarian bukti,

seperti menentukan keabsahan alat bukti. Seperti kasus perdagangan anak, dimana

kasus yang dilakukan oleh orang kalangan bawah. Pada suatu tempat yang

dimaksud masih kumuh dan SDMnya masih lemah, dimana letak kualitas dari

segi pendidikannya masih rendah dimana mata pencaharian yang banyak digelut i

adalah nelayan dan buruh, bisa dilhat dari segi kejahatan yang mayoritas

dilakukan oleh anak adalah Pencabulan (Pasal 289 KUHP) dan beberapa

kenakalan ringan seperti pencurian (Pasal 362 KUHP).134

1. Anak telah berumur 14 (empat belas) tahun atau lebih; dan

Penahanan terhadap Anak hanya dapat dilakukan dengan syarat sebagai

berikut:

2. Diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara 7 (tujuh)

tahun atau lebih.

Pada pasal 30 ayat 2 Undang-Undang nomor 11 tahun 2012 tentang

Sistem Peradilan Pidana Anak, dinyatakan “anak yang ditangkap wajib

ditempatkan dalam ruang pelayanan khusus anak”Penahanan didasarkan atas

Undang-undang sistem peradilan anak, yang berdasarkan 2 alat bukti dan

keyakinan penyidik untung menghindari adanya upaya melarikan diri sang anak

yang melakukan pidana.

Anak sebagai pelaku ditempatkan LPKS yang merupakan tempat

sementara bagi sang anak pada saat ditahan selama proses persidangan

berlangsung. Selama anak ditahan, kebutuhan jasmani, rohani dan sosial anak

134

(15)

harus tetap dipenuhi. Pada saat anak ditahan, berhak memperoleh pelayanan,

perawatan, pendidikan dan pelatihan, pembinaan, pengawasan, pembimbingan

dan pendampingan, serta hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan135

Dalam memberikan perintah penahanan bagi pelaku pidana yang masih

dibawah umur sangat diharapkan agar hati dan perasaan para penegak hukum

tergugah untuk lebih memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan serta

perlindungan bagi anak dan yang terpenting para penegak hukum tidak ringan

tangan dalam melakukan penahanan anak.136

Pada proses penyidikan anaklah tidak dilakukan penahanan tetapi

ditempatkan di save house pemerintah, dimana pemerintah tidak siap yang

mengakibatkan kendala. Pada kenyataannya di daerah tanjung balai tidak

memiliki save house, maka dilihat kembali bahwa anak tidak akan melakukan

perbuatan yang sama dan tidak menghilangkan barang bukti maka dikembalikan Pada daerah Tanjung Balai, penyidik melakukan pemeriksaan terhadap

anak dibawah umur berdasarkan Undang-Undang nomor 11 tahun 2012,

sebenarnya tujuan penyidikan anak adanya suatu efek jera. Dilihat dari segi

fasilitas, peyidikan anak di daerah tanjung balai tidaklah layak, karena

pemeriksaan anak tersebut tidaklah sama dengan pemeriksaan unit 1 (dewasa).

Yang berhak melakukan pemeriksaan anak haruslah memiliki sifat yang sabar dan

intergritas yang tinggi, karena faktor eksternal yang mereka hadapi dalam masa

penyidikan berasakan dari pihak keluarga baik pihak korban maupun pelaku.

135

Lilik Mulyadi, Op.cit, hal 196

136

(16)

orang tua. Tetapi jika anak tidak memiliki status (keluarga), maka anak dilakukan

penahanan dan disatukan dengan orang dewasa, oleh sebab itu dilakukan

mempercepat proses penyidikan menghindari trauma.137

1. perdamaian dengan atau tanpa ganti kerugian;

Dalam masa penyidikan, kembali pada undang-undang yang berdasarkan

pasal Pasal 29 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak, dimana penyidik

wajib melakukan diversi dengan batas waktu paling lama 7 hari setelah

penyidikan dimulai.Secara normatif pelaksanaan Diversi akan menghasilkan 2

(dua) hal yakni berhasil mencapai kesepakatan dan tidak berhasil mencapai

kesepakatan. Syarat utama Diversi mencapai kesepakatan adalah pertama :

korban dan/atau keluarga Anak korban, menyetujuinya dan kedua : Anak (pelaku)

serta keluarganya bersedia melakukan Diversi. Kualifikasi “Anak bersedia

melakukan Diversi” diartikan Anak mengakui perbuatannya, karena salah satu

tujuan dari Diversi adalah menanamkan rasa tanggung jawab kepada Anak (Pasal

6 undang-undang SPPA) apalagi dikaitkan jika penyelesaian perkara melalui

Diversi dihitung sebagai terbukti melakukan satu bentuk tindak pidana dan

sebaliknya jika Anak tidak mengakui perbuatannya maka tidaklah mungkin

Diversi bisa berhasil mencapai kesepakatan.Bentuk kesepakatan Diversi dengan

persetujuan korban telah ditentukan dalam undang-undang SPPA yakni berupa :

2. penyerahan kembali kepada orang tua/Wali;

3. keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan di lembaga pendidikan atau

LPKS paling lama 3 (tiga) bulan; atau

137

(17)

4. pelayanan masyarakat (Pasal 11).

Proses Diversi mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak, bukan

perdamaian antara korban dengan anak. Selain itu proses Diversi semestinya tidak

terkungkung dengan batasan ancaman penjara dibawah 7 tahun. Pada prinsipnya

sesuai dengan prinsip – prinsip hukum internasional, proses Diversi haruslah

mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak.138

Diversi wajib dilakukan pada kasus pidana dibawah 7 tahun ke bawah.

Pada daerah tanjung balai ditemukan kendala selama proses diversi, dimana

perkara dijadikan bisnis yang menguntungkan salah satu pihak dalam hal ini pihak

korbanlah. Pihak korban meminta ganti rugi diatas jangkauan pihak pelaku yang

tentu saja hal inilah yang menggagalkan diversi tersebut.139

B. Pada Tahap Penuntutan

Setelah penyidikan selesai mengadakan penyidikan, perkara yang telah

selesai disidik diserahkan kepada Penuntut Umum. Tidak setiap jaksa dapat

bertindak sebagai penuntut umum dalam perkara anak, akan tetapi harus ditunjuk

khusus oleh jaksa agung. Apabila disuatu daerah belum ditunjuk jaksa yang

khusus menangani perkara anak, maka barulah jaksa yang ada didaerah itu dapat

bertindak sebagai jaksa penuntut perkara anak.140

138

Diakses dari situs

Menurut KUHAP Bab I tentang ketentuan umum pasal 1 ayat (6)

membedakan pengertian jaksa dan penuntut umum

17 oktober 2016, pukul 20.35

139

Hasil wawancara dengan penyidik anak Kapolres Tanjung Balai, bapak Ibda T. Simanjuntak pada tanggal 22 juni 2016

140

(18)

a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

b. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang undang-undang ini untuk

melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.141

Dari penjelasan tersebut bahwa pengertian jaksa dihubungkan dengan

aspek jabatan, sedangkan pengertian penuntut umum berkorelasi dengan aspek

fungsi melakukan penuntutan dalam persidangan.142

1. Melakukan penuntutan

Selaku lembaga menjalankan

fungsi penuntutan maka berdasarkan KUHAP pasal 14 adalah:

2. Menutup perkara demi kepentingan hukum

3. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai

penuntut umum menurut ketentuan undang-undang

4. Melaksanakan penetapan hakim143

Menurut Undang-Undang nomor 11 tahun 2012 tentang syarat untuk dapat

ditetapkan sebagai Penuntut Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. telah berpengalaman sebagai penuntut umum;

b. mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah Anak;

dan

c. telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan Anak.144

141

Abinroto Prakoso, Pembaruan Sistem Peradilan Anak,Aswaja Pressindo, Surabaya, 2012, hal.120

142

Lilik Mulyadi,Op.cit hal. 33

143

(19)

Pada daerah Tanjung Balai, menjadi seorang jaksa dalam peradilan anak

haruslah memenuhi syarat, yaitu :

b. jaksa tersebut sudah memegang acara yang sudah biasa disidangkan.

c. harus mempunyai empati dan lebih diarahkan ke perempuan karena lebih

bisa memahami kondisi anak

Untuk menjadi jaksa anak berdasarkan SK tetapi hal tersebut menjadi

terkendala, karena begitu banyak jaksa yang belum mendapat pelatihan, sehingga

mengacu ke ayat 2, paling tidak sudah menyidangkan 1-2 tahun perkara dewasa.

Jaksa memiliki wewenang selama proses persidangan yang ditinjau berdasarkan

undang-undang perlindungan untuk melindungi korban anak, sedangkan dalam

sistem peradilan anak dilihat dari fungsi diversi. 145

Pada pasal 42 undang-undang SPPA menentukan bahwa penuntut umum

wajib mengupayakan diversi paling lama 7 (tujuh) hari setelah menerima berkas

perkara dari penyidik. Diversi dilaksanakan paling lama 30 hari. Dalamhal proses Pada saat diversi tahap penuntutan, dimana jaksa menjadi mediator dimana

penuntut melindungi yang terbaik untuk anak. Melihat mental, pendidikan, dan

yang menjadi kendala adalah status anak dan orang tua yang tidak peduli terhadap

anak, maka dapat dilakukan penahanan tetapi disamakan dengan orang dewasa.

Penahanan tidaklah dilakukan pada LPAS, tetapi anak tersebut ditempatkan

dilapas dewasa tetapi dilakukan pemisahan dengan dewasa. Yang menjadi kendala

adanya undang-undang tanpa didukung fasilitas.

144

Pasal 41 ayat (2) undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang undang-undang sistem peradilan pidana anak

145

(20)

diversi berhasil mencapai kesepakatan maka kasus tersebut tidak akan dilanjutkan

hanya sekedar laporan ke kejaksaan bahwa telah ada penyelesaian diluar

persidangan dan hanya register saja dituangkan pada laporan. Dalam hal diversi

gagal, Penuntut Umum wajib menyampaikan berita acara Diversi dan

melimpahkan laporan hasil penelitian kemasyarakat.146 Kesepakatan diversi

antara kedua belah pihak (baik anak korban maupun anak pelaku) yang

didampingi oleh orang tua/wali anak, Pembimbing Kemasyarakatan, Pekerja

Sosial Profesional dan dapat pula didampingi oleh tokoh masyarakat, kesepakatan

tersebut dituangkan dalam bentuk kesepakatan Diversi dan ditandatangani oleh

para pihak yang bersangkutan.147

Pada daerah Tanjung Balai, tahap awal SPDP masuk ke kejaksaan,

memeriksa berkas dari penyidik dan jaksa yang ditunjuk melihat apakah kasus

tersebut dapat dilakukan diversi. Jika dilakukan diversi maka diadakan petunjuk

atau P-19 untuk dilakukan diversi oleh penyidik, jika tidak berhasil maka

dilakukan diversi pada tahap penuntutan dilakukan diversi. Jaksa mempertemukan

kedua belah pihak, dinas sosial, KPAI, tokoh masyarakat agar ada titik pertemuan

untuk perdamaian. Diversi yang tidak berhasil maka dinaikkan pada tahap

pengadilan. Pada tahap pengadilan, hakim anak wajib melakukan kembali diversi.

Pada pengadilan jaksa tidak diizinkan menggunakan atribut untuk menghindari

trauma pada anak. Diversi yang berhasil pada daerah tanjung balai adalah pada

kasus pencurian dan perkelahian. Diversi pada tahap penuntutan hanya berlaku

pada kasus dibawah 7 tahun, sedangkan kasus diatas 7 tahun seperti narkotika

146

Maidin Gultom, Ibid Hal.140

147

(21)

diversi ditiadakan. Pada peradilan anak dijadikan modus untuk kasus perdagangan

narkotika oleh orang dewasa sebagai perantara. Diversi hanya diberlakukan hanya

satu kali kepada anak yang baru pertama kali melakukan tindak pidana dan bukan

kejahatan berulang.

Saksi anakadalah orang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang

melihat, mendengar dan mengalami sendiri atas suatu tindak pidana yang terjadi

dapat memberikan keterangan dihadapan sidang pengadilan.Menurut ketentuan

Pasal 171 KUHAP yang boleh memberikan keterangan tanpa sumpah ialah :

1. Anak yang umurnya belum lima belas tahun dan belum pernah kawin.

2. Orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun kadang-kadang ingatannya

baik kembali. Dari kedua orang saksi yang dimaksud dalam ketentuan

Pasal 171 KUHAP tersebut di atas, penulis hanya ingin menjelaskan butir

pertama (butir a) yaitu anak yang umurnya belum cukup lima belas tahun

dan belum pernah kawin sebagaimana dimaksudkan dalam penelitian ini

sebagai anak yang di bawah umur.

Pasal 161 ayat (2) KUHAP dijelaskan bahwa keterangan saksi atau ahli

yang tidak disumpah atau mengucapkan janji, tidak dapat dianggap sebagai alat

bukti yang sah, tetapi hanyalah merupakan keterangan yang dapat menguatkan

keyakinan hakim. Dari ketentuan-ketentan tersebut di atas jelas bahwa keterangan

dari saksi anak yang masih di bawah umur yang memang tidak dapat diberikan di

bawah sumpah bukanlah sebagai alat bukti yang sah, akan tetapi dapat dipakai :

1. Sebagai petunjuk.

(22)

3. Sebagai keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim.

Memperhatikan alat-alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 184

KUHAP, maka visum et repertum digolongkan kedalam keterangan, walaupun

secara khusus visum tidak pernah dicantumkan dalam KUHAP sebagaimana salah

satu alat bukti yang sah, namun visum ini sudah menjadi bagian dari keterangan

ahli dan keterangan ahli itu sendiri harus memberikan pendapat atau konklusi

yang didasarkan atas keilmuan atau keahlian khusus mengenai suatu hal untuk

kepentingan pemeriksaan.148

Anak yang dibawah umur dalam proses persidangan tidak dapat disumpah,

tetapi alat bukti lain yang mendukung seperti visum. Keterangan anak melalui

perantara orang tua atau dewasa yang disumpah juga dapat dipertimbangkan

menjadi alat bukti. Dalam persidangan orang tua wajib dihadirkan persidangan

agar orang tua bisa dikedepannya dapat mendidik anak ke arah yang lebih baik.

hasil putusan terdiri atas hukuman badan, dikembalikan negara dan diasuh oleh

negara. Keterangan tersebut dipersesuaikan dengan alat bukti surat yaitu

visum.149

Selama dalam proses penuntutan, anak sebagai pelaku memiliki hak

berdasarkan KUHAP salah satunya, sang anak dapat didampingi oleh kuasa

hukum atau orang tua. Anak yang menjadi korban juga dilindungi dimana sang

anak yang merupakan korban mengalami trauma sehingga takut mengeluarkan

kesaksian dalam proses persidangan, maka hakim dapat memerintahkan anak

sebagai pelaku keluar dari ruang persidangan, sehingga sang korban dapat .

148

R. Atang Ranoemiharja, Loc.cit

149

(23)

mengeluarkan kesaksian tanpa bertemu pandang dengan anak sebagai pelaku

sehingga memberikan rasa aman selama persidangan. Hak-hak anak pada saat

pemeriksaan di kejaksaan ,yaitu:

3. hak untuk mendapatkan keringanan masa/waktu penahanan

4. hak untuk mengganti status penahanan Rutan menjadi berada dalam

tahanan rumah atau tahanan kota

5. hak untuk mendapatkan perlindungan dari ancaman, penganiayaan,

pemerasan dari pihak yang beracara

6. hak untuk mendapatkan mendapatkan fasilitas dalam rangka pemeriksaan

dan penuntutan

7. hak untuk didampingi oleh penasihan hukum150

Penuntut umum anak dalam melakukan tugasnya, meneliti berita acara

yang diajukan oleh penyidik, sehingga jika perlu dan dengan persetujuan Hakim

anak, tidak usah diajukan ke pengadilan anak cukup dikembalikan kepada orang

tuanya dengan teguran, nasihat.151

Tapi kembali melihat kasus yang dilakukan si anak, jika perbutan pidana

yang dilakukan masih katagori ringan seperti perkelahian karena masih dibawah Jadi anak yang terbukti melakukan tindak pidana dan pidana tambahan

atau subsider pelatihan kerja, tetapi tidak ada tersedia tempat latihan kerja yang

memenuhinya dimana anak untuk didik bagaimana nanti anak setelah keluar

mempunyai kemampuan atau keterampilan. Maka anak tersebut diserahkan ke

dinas sosial untuk memberdayakan anak sebagai pengganti pidana anak tersebut.

150

Op.cit, Maidin Gultom, hal.142

151

(24)

kendali emosi, maka dilakukan diversi. Tetapi dalam masa penahanan, jika si

anak masih sekolah menjadi pertimbangan untuk pengalihan penahanan atau tidak

dilakukan penahanan. Posisi masih berada dikota tersebut, tidak dilakukan

penahanan.

Penjatuhan hukuman berdasarkan undang-undang. Penjatuhan hukuman

terhadap anak tidaklah sama dengan dewasa, hanya setengah dari hukuman

maksimal. Karena dilakukan untuk yang terbaik untuk anak, terkesan

perlindungan hanya diberlakukan terhadap pelaku dan mengesampingkan

kepentingan anak korban. Seorang jaksa di dalam proses ini mengupayakan

korban dan pelaku dapat memahami tujuan penuntutan tersebut. Dalam praktiknya

banyak penyimpangan karena pelakunya identik dengan anak sehingga pihak

korban terkadang keadilan merasa timpang.152

Pembinaan keterampilan bertujuan untuk memupuk dan mengembangkan

bakat yang dimiliki anak, sehingga memperoleh keahlian dan keterampilan.

Aktivitas yang dilakukan adalah, menyelenggarakan kursus, pengetahuan

(pemberantasan buta huruf), kursus persamaan sekolah dasar, latihan kejuruan

seperti kerajinan tangan , latihan fisik untuk memelihara kesehatan jasmani dan

rohani. Hasil keterampilan seperti, ukiran, kursi, dan sapu, yang sebagian

dipergunakan di Lembaga Pemasyarakatan Anak, sebagian dijual dan hasil

penjualan dipergunakan untuk membeli peralatan yang lebih lengkap153

Pada kenyataannya di daerah Tanjung Balai kekurangan fasilitas dalam

mencapai tujuan sistem peradilan anak merupakan kendala pada daerah tersebut,

152

Hasil wawancara dengan Jaksa yang menangani kasus anak di Tanjung Balai, ibu Rita pada tanggal 22 juni 2016

153

(25)

sehingga mencari alternatif lain untuk memenuhi putusan hakim tersebut terutama

pada hukuman tambahan

C. Pada Tahap Pengadilan

Hakim anak adalah hakim yang ditetapkan oleh Ketua Hakim yang ditetapkan

oleh ketua mahkamah agung RI sebagai hakim berwenang memeriksa, mengadili

dan memutus perkara anak nakal di pengadilan.154

d. telah berpengalaman sebagai hakim dalam lingkungan peradilan umum; Berdasarkan Pasal 43 ayat (2)

Undang-Undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan anak, hakim anak

harus mempunyai kualifikasi:

e. mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah Anak; dan

f. telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan Anak155

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun 1974 diangkatlah hakim

anak oleh ketua mahmah agung tanpa pelatihan khusus. Setelah lahirnya

undang-undang yang baru, undang-undang-undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan

anak. Maka pada kata sistem tersebut timbulnya kekhususan tentang anak

berdasarkan sertifikasi anak. Pada peradilan negeri tanjung balai hanya ada 2

orang hakim yang yang sudah bersertifikasi. Sertifikasi tersebut mungkin

diklatnya melihat dia harus memiliki dedikasi, harus mempunyai perhatian atas

anak. Seorang hakim anak bukan masalah sertifikatnya tetapi harus menjiwai

154

Sri Sutatlek, Mencari Hakim Anak yang Ideal, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2015, hal.15

155

(26)

anak secara psikologis tersebut karena sudah mendapatkan pelatihan langsung

mengenai anak.156

Peranan Hakim Anak tidak berbeda dengan peranan hakim pada umumnya

dan peranan hakim sendiri tidak dapat dipisahkan dari peranan pengadilan yaitu

wajib memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara dimana pengadilan tidak

boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang

diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas (Pasal 16

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman).157akan

tetapi dalam perkara anak dikenal dengan nama diversi, dimana diversi bertujuan

memulihkan kembali hubungan antara pihak pelaku dan korban dengan tujuan

berdamai tetapi diadili lagi secara litigasi. Persidangan perkara anak berbeda

dengan orang dewasa dimana pemeriksaannya bersifat tertutup untuk umum, tidak

menggunakan atribut, harus didampingi orang tua atau pengacara dan juga

lembaga bimbingan anak.158 Pada ruang khusus anak, diharapkan adanya suasana

kekeluargaan sehingga anak merasa tenang, nyaman, tidak merasa tertekan, dana

pemeriksaan dilakukan secara tertutup. Ketentuan undang-undang sistem

peradilan pidana anak dikorelasi dengan dimensi anak disidangkan dalam khusus

anak.159

Pada persidangan adanya juga keharusan pemisahan persidangan dengan

orang dewasa baik berstatus sipil maupun militer, Bapas pun turut serta membuat

156

Hasil wawancara dengan Hakim Ketua yang menangani kasus anak di Tanjung Balai, ibu Ulina Marbun pada tanggal 22 juni 2016

157

Sudikno Mertokusumo dan Mr. A. Pitlo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hlm.8.

158

Op.cit,Maidin Gultom, hal.145

159

(27)

Laporan Penelitian Kemasyarakatan terhadap anak dan juga hukuman yang

dijatuhkan harus lebih ringan.160

1. Ketua pengadilan wajib menetapkan Hakim atau majelis hakim untuk

menangani perkara Anak paling lama 3 (tiga) hari setelah menerima

berkas perkara dari Penuntut Umum.

Pada tahap diversi yang sering berhasil pada

tahap penyidikan atau kepolisian, lalu melaporkan kepada pengadilan dan

pengadilan mengeluarkan penetapan atas keberhasilan diversi.

Menurut ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana

Anak, Diversi hanya dapat dilaksanakan kepada anak yang diancam dengan

pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun, dan bukan merupakan pengulangan

tindak pidana (residive). Hal ini sangat perlu diperhatikan untuk memperkecil

potensi pemaksaan dan intimidasi pada semua tahap proses diversi. Seorang anak

tidak boleh merasa tertekan atau ditekan agar menyetujui program-program

diversi. Kesepakatan Diversi harus mendapatkan persetujuan korban dan/atau

keluarga Anak Korban serta kesediaan Anak dan keluarganya, kecuali untuk

tindak pidana yang berupa pelanggaran, tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa

korban, atau nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum provinsi

setempat. Terkait penerapannya dalam pemeriksaan dipersidangan diatur dalam

pasal 52 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak yang menyebutkan :

2. Hakim wajib mengupayakan Diversi paling lama 7 (tujuh) hari setelah

ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri sebagai Hakim.

(28)

3. Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan paling lama 30

(tiga puluh) hari.

4. Proses Diversi dapat dilaksanakan di ruang mediasi pengadilan negeri.

5. Dalam hal proses Diversi berhasil mencapai kesepakatan, Hakim

menyampaikan berita acara Diversi beserta kesepakatan Diversi kepada

ketua pengadilan negeri untuk dibuat penetapan.

6. Dalam hal Diversi tidak berhasil dilaksanakan, perkara dilanjutkan ke

tahap persidangan.

Sistem Diversi yang merupakan salah satu pendekatan dari restorative

justice ditegaskan mengenai pelaksanaannya di dalam peraturan

perundan-undangan di Indonesia, yaitu pada Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang

Sistem Peradilan Pidana Anak, yaitu pada Pasal 5, dimana menurut Marlina

Konsep Restorative Justicemerupakan proses penyelesaian tindakan pelanggaran

hukum yang terjadi dilakukan dengan membawa Korban dan Pelaku (tersangka)

bersama-sama duduk dalam satu pertemuan untuk bersama-sama berbicara.161

Konsep restorative justice bisa dijadikan masukan dalam rangka

memberikan perlindungan kepada anak yang berkonflik dengan hukum. Tujuan

utama dari restorative justice adalah perbaikan atau pergantian kerugian yang

diderita oleh korban, pengakuan pelaku terhadap luka yang diderita oleh korban

atau masyarakat akibat tindakannya, konsiliasi dan rekonsiliasi pelaku, Korban

dan masyarakat.162

161

Marlina, Op.cit hal. 180

162

Marlina dalam Reyner Timothy Danielt, Penerapan Restorative Justice Terhadap

Tindak Pidana Anak Pencurian Oleh Anak DI Bawah Umur, Artikel Skripsi Lex

etSocietas,Vol.II/No.6/Juli/2014,Manado,Universitas Sam Ratulangi,2014.,hlm.18

(29)

masyarakat, memperbaiki diri dengan cara menghadapkan anak sebagai pelaku

berupa pertanggungjawaban kepada korban atas tindakannya.163

Pada tahap pembuktian dipengadilan keabsahan keterangan pelaku anak

dan saksi korban anak. Anak yang menjadi pelaku dipersidangan tidak disumpah

karena dalam persidangan dia hanya memberi keterangan, tetapi sang anak dapat

disumpah dan tidak disumpah. Terdapat pembagian dimana usia korban dibawah

15 tahun tidak dapat disumpah, tetapi jika sudah diatas 15 tahun saksi korban anak

wajib disumpah. Karena sudah disumpah maka keterangannya mengikat. Maka

dari keterangan tersebutlah menjadi pertimbangan hakim sehingga dengan ada

sumpah tersebut maka dia terikat dengan sumpahnya. Jika saksi yang telah

bersumpah berkata hal yang tidak sebenarnya maka dapat dijatuhkan hukuman

pidana. seorang hakim dalam menjatuhkan sanksi terhadap terdakwa berdasarkan Proses persidangan anak di daerah tanjung balai dilakukan secara singkat

dimulai pada tahap kepolisan, kejaksaan hingga kepengadilan. Ruang persidangan

tersendiri, hakim yang digunakan hakim tunggal tetapi pada saat ini pengadilan

tanjung balai tidak memiliki telekomfrence, dimana korbannya bertempat tinggal

yang jauh atau sang korban memiliki rasa takut. Selama persidangan diterima

hak-hak yang diterima anak baik pelaku maupun korban yang dilihat berdasarkan

KUHAP, salah satu hak yang diterima oleh anak adalah orang tua wajib

mendampingi sang anak, penasihat hukum. Pada proses pembuktian di daerah

tanjung balai paling lama menangani kasus selama 25 hari termasuk diversi sudah

harusPutus.

163

(30)

alat bukti, keterengan saksi dan terdakwa ditambah keyakinan hakim. Pada

keyakinan hakim ada 2 pandangan mengenai anak dibawah 15 tahun yaitu

1. anak tersebut masih polos

2. anak diperdaya orang lain.164

Anak yang belum berusia 12 tahun, walaupun melakukan tindak pidana

yang belum dapat diajukan ke sidang pengadilan anak. Hal tersebut didasarkan

pertimbangan sosiologis, psikologis, dan paedagogis, bahwa anak yang belum

berumur 12 tahun itu belum dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.165

Menurut undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana

anak, pasal 69 ayat (2), anak yang belum berusia 14 tahun hanya dapat dikenai

tindakan, sedangkan Pasal 70 menyatakan bahwa ringannya perbuatan, keadaan

pribadi anak, atau keadaan pada waktu dilakukan perbuatan atau yang terjadi

kemudian dapat dijadikan dasar pertimbangan hakim untuk tidak menjatuhkan

pidana atau mengenakan tindakan dengan mempertimbangkan segi keadilan dan

kemanusiaan.166

164

Hasil wawancara dengan Hakim Ketua yang menangani kasus anak di Tanjung Balai, ibu Ulina Marbun pada tanggal 22 juni 2016

165

Darwin Prinst, Opcit hal.27

166

Abintoro Prakasa, Opcit hal. 89

Menurut ketentuan pasal 10 KUHP, hukuman itu terdiri dari hukuman

pokok dan hukuman tambahan. Hukuman pokok terdiri hukuman mati, hukuman

penjara yang dapat berupa hukuman seumur hidup dan hukuman sementara

waktu, hukuman kurungan dan hukuman denda. Sementara hukuman tambahan

dapat berupa pencabutan beberapa hak tertentu, perampasan barang tertentu dan

(31)

Undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana

anak tidak mengikuti ketentuan sanksi pidana yang tertuang dalam pasal 10

KUHP itu namun membuat sanksi secara tersendiri. Pidana anak dimuat pada

pasal 71 ayat (1) dan (2) yang berisikan

(1) Pidana Pokok bagi anak terdiri atas :

b. Pidana Peringatan

c. Pidana dengan syarat:

1. Pembinaan di luar lembaga

2. Pelayanan masyarakat

3. Pengawasan

d. Pelatihan kerja

e. Pembinaan dalam lembaga

f. Penjara

(2) Pidana tambahan terdiri atas :

a. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana

b. Pemenuhan kewajiban adat167

Perlindungan anak dimaksud untuk melindungi dan mengayomi anak yang

berhadapan dengan hukum agar anak dapat menyongsong masa depannya yang

masih panjang serta memberi kesepakatan kepada anak agar melalui pembinaan

akan diperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia yang mandiri bertanggung

jawab, dan berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Perampasan kemerdekaan merupakan upaya terakhir merupakan pada dasarnya

167

(32)

anak tidak dapat dirampas kemerdekaan, kecuali terpaksa guna kepentingan

penyelesaian perkara. Dalam proses peradilan pidana anak sebagai pelaku maka

dikembangkan hak-hak demi mewujudkan perlindungan hukum bagi anak. 168

Pada Undang-Undang Perlindungan Anak, kenakalan ringan anak dapat

jatuhkan pidana denda. Tidak selamanya pihak pelaku dapat membayar denda,

maka hukuman tersebut dialihkan ke latihan kerja. Pidana denda yang dibayar

akan diserahkan ke negara dan dari negara akan diserahkan ke dinas sosial

mengarahkan kepada yang memerlukan biaya. Kepada pihak korban yang

memerlukan penanganan khusus disediakan lembaga khusus seperti KPAI, tetapi

di tanjung balai belum ada meminta penanganan khusus mengenai perkara

tersebut.

Pada pengadilan Negeri tanjung balai, Pertimbangan seorang hakim dalam

menjatuh vonis dilihat dari maximum hukuman untuk anak walau tidak sama

dengan hukuman orang dewasa meskipun perbuatannya dikatagorikan sadis, anak

dapat dikembalikan kepada orang tuanya. Di dalam sistem peradilan anak tidak

ditemukan hukuman minimum, jadi jika anak melakukan tindak pidana maka

tidak ada dikenakan hukuman minimum. Pada praktiknya, putusan hakim di

tanjung balai tidak pernah terjadi pernyimpangan dengan undang-undang

perlindungan anak, karena di dalam sistem perlindungan bersifat melindungi.

Penjara merupakan ultimatum rimedium, dimana penjara merupakan terapi

terakhir buat anak.

169

168

Abintoro Prakasa, Opcit hal. 103

169

(33)

Tabel dibawah merupaka beberapa contoh kasus kenakalan remaja yang

timbul di daerah tanjung balai serta putusan yang dijatuhkan.

pada tabel diatas , merupakan beberapa kasus yang sampai pada tahap pengadilan.

Kasus yang sering terjadi adalah Tindak Pidana Narkotika, tetapi pada daerah

kawasan Tanjung balai, kasus yang sering dihadapi adalah Pencabulan dan

Pencurian.

No Nomor register Nama anak Usia klasifikasi Tuntutan PU Putusan

1. 7/Pid.sus.anak/2015/Pn.Tjb Aldi setiawan

(aldi)

17 tahun Perlindungan

anak

6 tahun denda 300

juta rupiah subs 6

bulan pelatihan

kerja

1 tahun denda 100

juta rupiah subs 3

bulan pelatihan

kerja

2. 11 Pid.sus.anak/2015/Pn.Tjb Syahrial 17 tahun Kejahatan yang

membahayakan

kemanan umum

bagi orang atau

barang

1 tahun 6 bulan 9 bulan

3. 12 Pid.sus.anak/2015/Pn.Tjb Eric Syahputra

(Acen bin Huang

kuong Chien)

16 tahun Perjudian 5 bulan 5 bulan

4. 17 Pid.sus.anak/2015/Pn.Tjb Jais 16 tahun Pelanggaran

kesuilaan

1 tahun 6 bulan

denda 800 juta

rupiah subs 6 bulan

pelatihan kerja

6 bulan denda 60

juta rupiah subs 3

bulan pelatihan

rupiah subs 9 bulan

pelatihan kerja

1 tahun denda 1

miliyar rupiah subs

6 bulan pelatihan

(34)

D. Pada Tahap Lapas Anak

Ketentuan mengenai penempatan secara terpisah ini sudah diatur dalam

peraturan perundang-undangan di Indonesia, yaitu antara lain Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (selanjutnya disebut

undang-undang Pemasyarakatan) yang pada pasal 4 disebutkan bahwa Lembaga

Pemasyarakatan termasuk Lembaga Pemasyarakatan Anak didirikan disetiap

ibukota kabupaten atau kotamadya anak-anak pada situasi rawan menjadi korban

berbagai tindak kekerasan170

Secara umum dikenal beberapa lembaga Pemasyarakatan, misalnya

lembaga pemasyarakatan (untuk orang dewasa), lembaga pemasyarakatan wanita

dan lembaga pemasyarakatan anak.Lembaga Pembinaan Khusus Anak atau

disingkat LPKA, merupakan implementasi undang-undang Sistem Peradilan

Pidana Anak Nomor 11 Tahun 2012 yang melahirkan paradigma baru penanganan

anak yang berhadap dengan hukum171Lembaga pembinaan khusus anak adalah

lembaga atau tempat anak menjalani masa pidananya. 172 Dalam paradigma

undang-undang SPPA, lembaga baru ini bukan sekedar euphimisme dari rumah

tahanan (rutan), akan tetapi diharapkan memuat suatu konsepsi yang

menyelaraskan antara keadilan dan kepentingan perlindungan anak. Adanya

diperkenalkan sarana penunjang baru berupa pelayanan khusus anak, yang

difungsikan sebagai ruang untuk menempatkan anak yang sedang dalam masa

penangkapan 24 (dua puluh empat) jam.173

170

Nashriana, Loc.cit

171

Abintoro Prakasa, Opcit hal. 129

172

M. Nashir Djamil, Op.cit,hal.167

173

Lilik Mulyadi, Op.cit,hal. 230

(35)

akan digolongkan berdasarkan dasar umur, jenis kelamin, lama pidana yang

dijatuhkan, jenis kejahatan, dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau

dalam rangka pembinaan.174

1. Lapas anak mengerjakan sistem paket A B dan C

Pada daerah Tanjung Balai tidak ditemukan LPKA yang berfungsi sebagai

tempat pembinaan untuk pelaku anak. Para pelaku anak di gabungkan dengan

lapas dewasa tetapi dilakukan pemisahan untuk mencegah kontak dengan tahanan

dewasa. Pada lapas anak pada saat ini terdapat kurang lebih 25 anak dimana

mayoritas kenakalan remaja yaitu pencurian dengan mengikuti zaman disertai

dengan tindak pidana narkotika.

Fasilitas yang tersedia pada lapas anak terdapat keminimnya karena

keterbatasan sarana prasana hingga mempengaruhi keamanan bagi anak. Fasilitas

yang dibawah standart anak, lapas anak menyediakan fasilitas yang ada, yaitu :

2. Perpusatakan

3. Tempat ibadah baik muslim maupun nasrani

4. Pelatihan keterampilan Kayu yang bertujuan untuk melatih kemampuan

anak

Berhubungan dengan pendidikan anak, lapas anak pada daerah tanjung

balai bekerjasama dengan PKBM, dimana pihak tersebut menyediakan tenaga

pengajar dan lapas melakukan sertifikasi tempat dengan siswanya. Pada lapas

anak melakukan pembinaan yang telah memperoleh kekuatan hukum, pihak lapas

bekerja sama yang merupakan bantuan hukum dan menjalin kerja sama dengan

174

(36)

pihak yang terkait. Karena petugas yang tersedia hanya 47 orang, dimana SDM

nya sangat kurang untuk memperhatikan anak terutama person to person. Dalam

lapas anak tetap memperoleh haknya yaitu pendidikan, kerohanian (hak dasar),

permisi (pada anak bersyarat), informasi.175

1. berijazah paling rendah diploma tiga (D-3) bidang ilmu sosial atau yang

setara atau telah berpengalaman bekerja sebagai pembantu Pembimbing

Kemasyarakatan bagi lulusan:

Pasal 64 Undang-Undang SPPA menentukan bahwa penelitian

kemasyarakatan, pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap anak

dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan. Syarat untuk dapat diangkat

sebagai Pembimbing Kemasyarakatan yaitu :

a. sekolah menengah kejuruan bidang pekerjaan sosial berpengalaman

paling singkat 1 (satu) tahun; atau

b. sekolah menengah atas dan berpengalaman di bidang pekerjaan sosial

paling singkat 3 (tiga) tahun.

2. sehat jasmani dan rohani;

3. pangkat/golongan ruang paling rendah Pengatur Muda Tingkat I/ II/b;

4. mempunyai minat, perhatian, dan dedikasi di bidang pelayanan dan

pembimbingan pemasyarakatan serta pelindungan anak; dan

5. telah mengikuti pelatihan teknis Pembimbing Kemasyarakatan dan

memiliki sertifikat.176

175

Hasil wawancara dengan Kepala Lapas kelas II Tanjung Balai, bapak Kuhen pada tanggal 23 juni 2016

176

(37)

Hambatan dalam melakukan pembinaan anak pelaku adalah kurangnya

sumber daya manusia yang betul-betul profesional dimana pengetahuan dan

pemahaman tentang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

Peradilan Pidana anak dan peraturan lain yang berkaitan177

Pada lapas itu sendiri juga menyediakan hukuman tersendiri pada

penghuni rumah binaan yang sedang masa pembinaan, tetapi kembali melihat

seberapa berat konflik yang terjadi didalam rumah binaan. Petugas lapas harus

memisahkan mereka untuk menghindari perkelahian dan berdamai lalu

digabungkan kembali. Pada pemakaian narkotika hanya terpisahkan ruangannya

dengan kejahatan lainnya, tetapi program rehabilitasi pada daerah tanjung balai

tidak tersedia atau dikatagorikan minim yang tersedia dan merupakan salah satu Hambatan yang terjadi pada lapas anak pun turut terjadi, seperti kurangnya

SDM yang berfungsi mengatur kegiatan anak sehingga sulit agar sang anak tidak

bersinggungan dengan tahanan dewasa. Lapas anak sudang merangkap Bappas,

dimana dilakukan pembimbingan terhadap anak sesuai dengan putusan anak.

Lapas anak menyediakan pelatihan kerja contohnya bengkel kerja dengan waktu

yang diberlakukan 4 jam per hari.

Di dalam lapas juga tidak terelakkan kontak fisik antar sesama pelaku.

Dimana petugas lapas harus memahami psikologi anak dimana petugas lapas

harus bisa melakukan pengontrolan dan pengawasan untuk mencegah terjadinya

kontak fisik. Petugas lapas pun harus bisa mampu mengalihkan kejenuhan mereka

selama di dalam rumah binaan.

177

(38)

kendala. Upaya penanggulang kejahatan yang diberikan oleh lapas anak hanya

berdasarkan pendekatan saja, penanggulangan secara intens atau khusus sangatlah

minim karena kurangnya tersedia sarana dan prasana yang disedikan oleh lapas itu

sendiri.178

E. Perbedaan Penerapan Sistem Peradilan Pidana Anak Pengadilan Negeri Tanjung Balai pada Pidana pencabulan dan pencurian.

Diversi merupakan wewenang dari aparat penegak hukum yang

menangani kasus tindak pidana untuk mengambil tindakan meneruskan perkara

atau mengehentikan perkara, mengambil tindakan tertentu sesuai dengan

kebijakan yang dimiliknya.179Tujuan dari diversi adalah untuk mendapatkan cara

menangani pelanggaran hukum di luar pengadilan atau sistem peradilan yang

formal.Pelaksanaan diversi dilatarbelakangi keinginan menghindari efek negatif

terhadap jiwa dan perkembangan anak oleh keterlibatannya dengan sistem

peradilan pidana. Pelaksanaan diversi oleh aparat penegak hukum didasari oleh

kewenangan aparat penegak hukum yang disebut discretion atau

diskresi.180

178

Hasil wawancara dengan Kepala Lapas kelas II Tanjung Balai, bapak Kuhen pada tanggal 23 juni 2016

179

Marlina, Pengantar Konsep Diversi dan Restorative Justice dalam Hukum Pidana, USU Press, Medan, 2010, hlm. 1.

180

Marlina, Op.cit, hal.2

Penerapan ketentuan diversi merupakan hal yang penting, karena

dengan diversi hak-hak asasi anak dapat lebih terjamin, dan menghindarkan anak

(39)

tindakpidana yang diduga melibatkan seorang anak sebagai pelaku dapat

ditangani tanpa perlu melalui proses hukum.181

1. diancam dengan pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun; dan

Pada penerapan sistem peradilan anak dibedakan pada tahap diversi. Di

dalam pasal 5 ayat (1) disebutkan bahwa Sistem Peradilan Pidana Anak wajib

mengutamakan pendekatan Keadilan Restoratif. Keadilan restoratif yang

dimaksud dalam undang-undang SPPA adalah kewajiban melaksanakan

Diversi.Dalam pasal 7 undang-undang SPPA disebutkan bahwa :Ayat (1) “Pada

tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan perkara Anak di pengadilan

negeri wajib diupayakan diversi”.Ayat (2) “Diversi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan :

2. bukan merupakan pengulangan tindak pidana”.

Oleh karena penerapan diversi merupakan suatu kewajiban, maka menjadi

penting bagi pejabat dalam setiap tingkat pemeriksaan untuk benar-benar

memahami bagaimana mekanisme penerapan diversi tersebut.182

Pada tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak-anak di Tanjung

Balai dapat diberlakukan diversi kecuali jika perbuatan tersebut hanya 1 kali

dilakukan atau bisa dikatakan sang anak tidak pernah melakukan perbuatan pidana

karena diversi bisa tidak diberlakukan pada tindak pidana dibawah 1 tahun jika

perbuatan tersebut diberlakukan secara berulang (Residivis). Pada tahap Lapas

pembinaannya dipersamakan baik yang perbuatan pencabulan maupun pencurian,

181

Lushiana Primasari,2010, “Keadilan Restoratif Dan Pemenuhan Hak Asasi Bagi Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum”, available from : http://lushiana.staff.uns.ac.id/pdf, h. 3, pada tanggal 17 oktober 2016

182

(40)

yang dibedakan hanya pada tindak pidana narkotika saja, sedangkan perbuatan

pidana pidana cabul berada diatas 7 tahun maka tidak diperkenankan untuk

diberlakukan diversi mengingat kembali pada pasal 7 undang-undang sistem

peradilan pidana anak berisikan ketentuan pemberlakuan diversi.183

183

(41)

Bab IV

Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan

1. Sistem peradilan anak sebagai pelaku dan korban dalam hukum pidana

berdasarkanundang-undang nomor 11 tahun 2012 memiliki 4 tahapan

yaitu :

a. Tahap Penyidikan, pada proses penyidikan diberlakukan

penangkapan untuk anak setelah diduga bukti melakukan tindak

pidana dan jangka waktu terbatas (24 jam). Setelah tindakan

penangkapan maka diberlakukan penahanan karena dikhawatirkan

anak tidak melarikan diri dan merusak atau menghilangkan barang

bukti dengan syarat anak telah berumur 14 tahun dan telah

melakukan tindak pidana diatas 7 tahun. Jangka waktu penahanan

selama 7 hari tetapi dapat diperpanjang paling lama 8 hari.

b. Tahap Penuntutan, Penuntut Umum meneliti berita acara yang

diajukan penyidik sehingga perlu persetujuan hakim anak untuk

diajukan ke pengadilan. Penuntut umum wajib mengupayakan

diversi 7 hari setelah menerima berkas. Jika diversi berhasil maka

penuntut umum wajib melaporkan berita acara diversi beserta

kesepakatan diversi kepada ketua pengadilan dan jika gagal

penuntut umum wajib melimpahkan perkara ke pengadilan dengan

(42)

c. Tahap Persidangan. Yang berhak memeriksa dan memutus perkara

anak adalah hakim tunggal, tetapi dalam hal tertentu, dimana

ancaman pidana diatas 7 tahun atau pembuktiannya sulit

dimungkinkan diperiksa oleh hakim majelis. Dalam rangka

pemeriksaan di sidang pengadilan maka diberlakukan penahanan

selama 10 hari dan dapat diperpanjang paling lama 15 hari

d. Tahap LPKA lembaga atau tempat anak menjalani masa

pidananya. Anak dalam hal ini memperoleh pembinaan,

pembimbingan, pengawasan, pendampingan, pendidikan dan

pelatihan serta hak lain sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku. Di dalam LPKA anak tersebut akan

digolongkan bedasarkan umur, jenis kelamin, lama pidana yang

dijatuhkan, jenis kejahatan, dan Kriteria lainnya sesuai dengan

kebutuhan atau dalam rangka pembinaan. LPKA berkewajiban

untuk memindahkan anak yang belum selesai menjalani pidana di

LPAK dan telah mencapai umur 18 (delapan belas) tahun ke

lembaga pemasyarakatan pemuda, dan Anak yang telah mencapai

umur 21 (dua puluh satu) tahun ke lembaga permasyarakatan

dewasa dengan memperhartikan kesinambungan pembinaan anak

2. Penerapan Sistem Peradilan Pidana Anak yang berhadapan dengan hukum

di daerah tanjung balai sesuai menurut Undang-Undang nomor 11 tahun

2012, dimana Penerapan tersebut dimulai dari tahap penyidikan,

(43)

diberlakukan proses diversi untuk kasus pidana dibawah 7 tahun dimulai

dari tahap penyidikan hingga sebelum dipersidangan terapi banyak yang

tidak berhasil dikarenakan perkara dijadikan bisnis yang menguntungkan

salah satu pihak. Kendala lain yang ditemukan adalah pencarian bukti

serta menentukan keabsahan alat bukti melihat rendahnya tingkat

pendidikan daerah tersebut. Minimnya fasilitas yang tersedia dan

rendahnya kemampuan para penegak hukum dalam menangani kasus anak

juga merupakan kendala dalam mewujudukan tujuan sistem peradilan

pidana anak dalam menjamin perlindungan kepentingan terbaik terhadap

anak yang berhadapan dengan hukum.Upaya penanggulang kejahatan yang diberikan oleh lapas anak hanya berdasarkan pendekatan saja,

penanggulangan secara intens atau khusus sangatlah minim karena

kurangnya tersedia sarana dan prasana yang disedikan oleh lapas itu

sendiri. B. Saran

Perlunya pelatihan khusus untuk para penegak hukum yang menangani

kriminalitas anak, dimana dapat meningkat kualitas sumber daya manusia

pada daerah Tanjung Balai, agar para penegak dapat mengerti gimana

kondisi anak pada saat dihadapkan pada hukum. Begitu juga dengan

fasilitas yang tersedia sangatlah minim, perlunya sarana yang tersedia

disana dilengkapi sesuai dengan standard undang-undang sppa terutama

Gambar

Tabel dibawah merupaka beberapa contoh kasus kenakalan remaja yang

Referensi

Dokumen terkait

Make sure that you keep a certain portion above the ground level to prevent surface water from flowing inside. waste water from a factory, waste water from workers’ village,

Kegiatan yang tidak membuat polusi lingkungan hidup (pengelolaan limbah, pengurangan emisi dsb). 1 Muwazir & Muhammad (2006)

Singkatnya, suatu halaman situs dapat direpresentasikan sebagai simpul, sedangkan hipertaut atau yang biasa disebut sebagai hyperlink dapat direpresentasikan

SAP2000, the steps that must be done consists of modeling the structure, define material, define and design frame section, define the load patterns and run analysis

(1) NJOP bangunan menara telekomunikasi ketinggian 101 sampai 110m ditetapkan dengan cara mengisi blangko perhitungan biaya pembangunan menara telekomunikasi

menset clok untuk overcloking prosesor dan RAM dapat melalui BIOS.BIOS merupakan set intruksi yang menghubungkan antara system hardware dan software.menset clok dari VGA dapat

(2) Permohonan pengurangan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan yang jelas yang dihitung

Dalam menyelesaikan masalah ini Linier programming menggunakan model matematis, caranya adalah dengan menggunakan tabel keputusan agar didapat jumlah barang yang diproses dan