• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK DAN FUNGSI PERTUNJUKAN MUSIK POP MANDARIN DALAM PESTA PERNIKAHAN ETNIS TIONGHOA DI SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BENTUK DAN FUNGSI PERTUNJUKAN MUSIK POP MANDARIN DALAM PESTA PERNIKAHAN ETNIS TIONGHOA DI SEMARANG"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK DAN FUNGSI PERTUNJUKAN

MUSIK POP MANDARIN DALAM PESTA

PERNIKAHAN ETNIS TIONGHOA DI SEMARANG

Skripsi

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Nama : Niawati Indri Astuti

NIM : 2501410040

Program Studi : Pendidikan Seni Musik

Jurusan : Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

i

BENTUK DAN FUNGSI PERTUNJUKAN

MUSIK POP MANDARIN DALAM PESTA

PERNIKAHAN ETNIS TIONGHOA DI SEMARANG

Skripsi

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Nama : Niawati Indri Astuti

NIM : 2501410040

Program Studi : Pendidikan Seni Musik

Jurusan : Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Februari 2016

(6)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

- Barang siapa ingin mencari kebahagiaan dunia harus dengan ilmu, barang

siapa ingin mencari kebahagiaan akhirat harus dengan ilmu, dan barang siapa

ingin mencari kebahagiaan dunia akhirat harus dengan ilmu (Al Hadits)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada ALLAH SWT atassemuanikmat-Nya

ku persembahkan skripsi ini kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Endra Siswaka dan Ibu Mai

Munisah yang selalu mendukung baik secara moral, material,

dan doa yang selalu terucap.

2. Adik saya, Kurnia Indriana Artanti (Nina), dan keluarga besar

saya yang selalu memberikan doa dan dorongannya.

3. Dosen Pembimbing dan Dosen Sendratasik yang telah

memberikan ilmu serta pengalamannya.

(7)

SARI

Indriastuti Niawati. 2016.Bentuk dan Fungsi Pertunjukan Musik Pop Mandarin dalam Pesta Pernikahan Etnis Tionghoa di Semarang. Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing: Drs. Moh. Muttaqin, M.Hum.

Kata kunci: Bentuk dan fungsi pertunjukan, pop mandarin

Kota Semarang merupakan salah satu kota multikultural di Indonesia dimana terdapat beberapa etnis masyarakat yang hidup berdampingan di kota Semarang. Beberapa ritual budaya dan kesenian di Semarang pun berasal dari pengaruh budaya etnis-etnis yang ada di Semarang, salah satunya adalah etnis Tionghoa. Masyarakat etnis Tionghoa berinteraksi serta menjalin hubungan baik dengan etnis lain dan masyarakat pribumi. Meski sudah menyatu dengan etnis lain dan masyarakat pribumi, masyarakat etnis Tionghoa di Semarang tetap mempertahankan budaya Tionghoa, salah satu contohnya dengan menyajikan musik pop mandarin atau lagu-lagu pop mandarin pada pesta pernikahan etnis Tionghoa di Semarang. Tujuan penelitian ini sebagai berikut: (1) Mengetahui, menganalisis, dan mendeskripsikan bentuk pertunjukan lagu-lagu pop mandarin dalam pesta pernikahan etnis Tionghoa di Semarang. (2) Mengetahui, menganalisis dan mendeskripsikan fungsi pertunjukan lagu pop mandarin dalam pesta pernikahan Etnis Tionghoa di Semarang.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model analisis data interaktif yang ditempuh melalui proses reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan / verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertunjukan musik lagu pop mandarin pada pesta pernikahan etnis Tionghoa di Semarang merupakan salah satu ragam pertunjukan musik Mandopop yang berasal dari cikal bakal yang disebut Shidaiqu, yakni menggabungkan musik barat dengan melodi Tiongkok. Bentuk penyajian terdiri dari: (1) Waktu penyajian, (2) Tempat, (3) Urutan Penyajian (4) Perlengkapan Pementasan. Sedangkan urutan penyajian meliputi: (1) Persiapan, (2) Pembukaan, (3) Prosesi dan Detail (4) Penutupan. Musik pengiring yang digunakan pada waktu pementasan terdiri dari: (1) Midi, (2) Solo Organ, (3) Band. Lagu pop mandarin yang disajikan dalam pesta pernikahan etnis Tionghoa yaitu: (1) Yue Liang Dai Biao Wo De Xin, (2) Tian Mi Mi, (3) Lao Shu Ai Da Mi. Fungsi lagu yang terkandung dalam pertunjukan pop mandarin pada pesta pernikahan Etnis Tionghoa di Semarang yaitu sebagai kesinambungan budaya, sarana hiburan, presentasi estetis, sebagai fungsi komunikasi.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Dengan berbagai upaya dan kerja keras, akhirnya penulisan skripsi

dengan judul BENTUK DAN FUNGSI PERTUNJUKAN MUSIK POP

MANDARIN DALAM PESTA PERNIKAHAN ETNIS TIONGHOA DI

SEMARANG dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis memanjatkan

puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi taufiq dan

hidayah-Nya selama proses penulisan skripsi ini berlangsung.

Dalam penulisan skripsi ini penulis memperoleh bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga

kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh kuliah di Universitas

Negeri Semarang.

2. Bapak Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Bapak Dr. Udi Utomo, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan

Musik yang telah memberikan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi

ini.

4. Bapak Drs. Moh. Muttaqin, M.Hum., dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu guna memberikan bimbingan, arahan, serta diskusi dalam

(9)

5. Segenap Dosen Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik yang telah

banyak memberi bekal pengetahuan dan ketrampilan selama masa studi S1.

6. Para musisi, MC, penyanyi, grup vokal dan EO Semarang yang telah bersedia

membantu memberikan banyak waktu dan informasi kepada penulis.

7. Para sahabat L. Rosita, M. Bayu, M. Taufiek, Andi Allegri, teman-teman

Sendratasik, Sekolah Musik Indonesia Semarang yang telah memberi

motivasi, bantuan dan dukungan dalam mengerjakan skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari adanya kekurangan dan kelemahan pada penulisan

skripsi ini, untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan. Besar harapan

penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Februari 2016

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

SARI... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR FOTO ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR NOTASI ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB 1: PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 9

1.3 Rumusan Masalah ... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

(11)

BAB 2: LANDASAN TEORI ... 12

2.1 Etnis Tionghoa ... 12

2.1.1 Masyarakat Etnis Tionghoa... 12

2.1.2 Ajaran yang Membentuk Golongan Tionghoa ... 13

2.1.2.1 Ajaran Budha ... 13

2.1.2.2 Ajaran Kong-Fu-Tse... 13

2.1.2.3 Ajaran Tao ... 14

2.2 Bentuk Pertunjukan ... 15

2.2.1 Pengertian Bentuk Pertunjukan ... 16

2.2.2 Fungsi Pertunjukan... 20

2.3 Pertunjukan lagu-lagu Mandarin ... 22

2.3.1 Urutan Materi Penyajian ... 22

2.3.2 Unsur-unsur Dalam Lagu ... 24

2.3.2.1 Harmoni ... 25

2.3.2.2 Irama ... 26

2.3.2.3 Melodi ... 27

2.3.3 Lagu Pop Mandarin ... 27

2.4 Pesta Pernikahan ... 29

2.4.1 Prosesi Pernikahan Adat Tionghoa ... 29

2.5 Kerangka Berpikir ... 32

BAB 3: METODE PENELITIAN ... 34

(12)

xi

3.2 Latar dan Sasaran Penelitian ... 35

3.2.1 Latar Penelitian ... 35

3.2.2 Sasaran Penelitian ... 35

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.3.1 Teknik Observasi ... 35

3.3.2 Teknik Wawancara... 36

3.3.1 Teknik Dokumentasi ... 38

3.4 Keabsahan Data ... 38

3.5 Teknik Analisis Data ... 39

3.5.1 Reduksi Data ... 40

3.5.2 Penyajian Data ... 40

3.5.3 Verifikasi ... 41

BAB 4: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Gambaran Umum ... 42

4.1.1 Geografis ... 43

4.1.2 Letak Astronomis ... 43

4.1.3 Batas Wilayah ... 43

4.1.4 Batas Administrasi ... 43

4.1.5 Penduduk ... 44

4.1.6 Agama ... 44

4.1.7 Mata Pencaharian ... 46

(13)

4.2 Lokasi kegiatan Pernikahan Etnis Tionghoa Semarang ... 49

4.2.1 Palace Fine Cuisin and Ballroom ... 49

4.2.2 Quest Hotel and Ballroom ... 50

4.2.3 Crowne Plaza Hotel and Resort ... 52

4.3 Bentuk Pertunjukan Lagu Pop Mandarin Dalam Pesta Pernikahan Etnis Tionghoa di Semarang ... 55

4.3.1 Waktu Penyajian ... 57

4.3.2 Tempat Pentas ... 58

4.3.3 Urutan Penyajian ... 61

4.3.3.1 Persiapan ... 61

4.3.3.2 Pembukaan ... 63

4.3.3.3 Prosesi ... 64

4.3.3.4 Hiburan/Pertunjukan Inti ... 67

4.3.3.4.1 Tarian ... 67

4.3.3.4.2 Sajian Lagu Pop Barat/Indonesia ... 68

4.3.3.4.3 Sajian Lagu Pop Mandarin ... 69

4.3.3.5 Penutupan ... 70

4.3.4 Perlengkapan Pementasan ... 70

4.3.4.1 Tata Suara... 70

4.3.4.2 Tata Lampu ... 72

4.3.4.3 Tata Rias... 74

4.3.4.4 Tata Busana ... 74

(14)

xiii

4.3.5 Unsur-unsur pertunjukan Lagu-lagu Pop Mandarin Dalam Pesta

Pernikahan Etnis Tionghoa di Semarang ... 86

4.3.6 Penonton ... 86

4.3.7 Materi Sajian ... 86

4.4 Analisis Karya ... 87

4.4.1 Yue Liang Dai Biao Wo De Xin ... 87

4.4.1.1 Partitur Yue Liang Dai Biao Wo De Xin ... 87

4.4.1.2 Tempo, Dinamika, dan Ekspresi ... 88

4.4.1.3 Ritme Yue Liang Dai Biao Wo De Xin ... 88

4.4.1.4 Instrumen ... 89

4.4.1.5 Lirik dan Arti Yue Liang Dai Biao Wo De Xin ... 89

4.4.2 Tian Mi Mi ... 92

4.4.2.1 Partitur Tian Mi Mi ... 92

4.4.2.2 Tempo, Dinamika, dan Ekspresi ... 93

4.4.2.3 Ritme Tian Mi Mi ... 93

4.4.2.4 Instrumen Tian Mi Mi ... 94

4.4.2.5 Lirik dan Arti Tian Mi Mi ... 94

4.4.3 Lao Shu Ai Da Mi ... 96

4.4.3.1 Partitur Lao Shu Ai Da Mi ... 96

4.4.3.2 Tempo, Dinamika, dan Ekspresi ... 98

4.4.3.3 Ritme Lao Shu Ai Da Mi ... 98

4.4.3.4 Instrumen Lao Shu Ai Da Mi ... 99

(15)

4.5 Fungsi Pertunjukkan Lagu-lagu Pop Mandarin Dalam

Pesta Pernikahan Etnis Tionghoa di Semarang ... 101

4.5.1 Kesinambungan Budaya... 101

4.5.2 Sebagai Sarana Hiburan ... 102

4.5.3 Presentasi Estetis ... 102

4.5.4 Komunikasi ... 103

BAB 5: PENUTUP ... 104

5.1 Simpulan ... 104

5.2 Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107

SUMBER INTERNET ... 109

(16)

xv

DAFTAR TABEL

(17)

DAFTAR FOTO

Foto 1 Kesenian Tari Gambang Semarang ... 48

Foto 2 Penghormatan Leluhur pada Ritual Ceng Beng ... 48

Foto 3 Palace Fine Cuisin and Ballroom ... 49

Foto 4 Foto penggunaan Palace Fine Cuisin and Ballroom untuk acara.. 50

Foto 5 Palace Fine Cuisin and Ballroom Pernikahan Tionghoa ... 50

Foto 6 Quest Hotel garden party ... 51

Foto 7 Quest Hotel outdoor Party ... 52

Foto 8 Quest Hotel Semarang ... 52

Foto 9 Crowne plaza grand ballroom bagian luar ... 53

Foto 10 Crowne Plaza Hotel & Resort Semarang ... 53

Foto 11 Crowne Plaza Hotel & Resort Semarang ... 54

Foto 12 Crowne Plaza Ballroom untuk Pernikahan Etnis Tionghoa di Semarang ... 54

Foto 13 Suasana Sesi Hiburan ... 59

Foto 14 Panggung Pesta Pernikahan Etnis Tionghoa di Semarang dengan Perlengkapan pementasan... 61

Foto 15 Nuansa lighting pertunjukkan ... 61

Foto 16 Busana yang dipakai para penyaji ... 69

Foto 17 Pemain Kibor Groovy Band dengan KORG PA 600 dan Triton Le ... 71

(18)

xvii

Foto 19 Permainan Bass Elektrik ... 75

Foto 20 Drum Set Tama Starclassic Maple Japan ... 78

Foto 21 Kresna Raditya dalam pertunjukan lagu-lagu pop Mandarin ... 80

Foto 22 Permainan Biola pada pesta pernikahan etnis Tionghoa ... 81

Foto 23 Permainan Flute pada pesta pernikahan etnis Tionghoa Semarang ... 82

Foto 24 Permainan Cello dalam pesta pernikahan etnis Tionghoa ... 82

(19)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Berpikir ... 32

Bagan 2 Bagan Triangulasi Data Keabsahan ... 39

(20)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gambaran bentuk panggung pesta pernikahan... 59

Gambar 2 Komposisi penataan alat musik,penyanyi dan pelaminan,

(21)

DAFTAR NOTASI

Part Melodi Vokal Lagu Yue Liang Dai Biao Wo De Xin ...87 Part Melodi Vokal Lagu Tian Mi Mi ...92

(22)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi ...111

Lampiran 2 Pedoman Studi Dokumen ...112

Lampiran 3 Pedoman Wawancara ...113

Lampiran 4 Catatan Lapangan ...114

Lampiran 5 Hasil Wawancara I...117

Lampiran 6 Hasil Wawancara II ...120

Lampiran 7 Hasil Wawancara III ...125

Lampiran 8 Hasil Wawancara IV ...131

Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian ...135

Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian ...136

Lampiran 11 Surat Penetapan Dosen Pembimbing ...137

Lampiran 12 Foto Hasil Penelitian ...138

(23)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang

multikultural. Wajah asli kemajemukan masyarakat Indonesia adalah

keanekaragaman kelompok-kelompok sosial atau suku-suku bangsa beserta

kebudayaannya, (Tim Sosiologi, 2006: 74).

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat

keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai

keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah masyarakat multikultural. Bila

kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah cukup lama

hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan dirinya dan

berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu,

maka konsep masyarakat tersebut jika digabungkan dengan multikurtural

memiliki makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang mendalam

untuk dapat mengerti apa sebenarnya masyarakat multikultural itu, (Linton dalam

Safrudin, 2009: 1).

Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap

suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain, sehingga masyarakat

multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup

menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang

(24)

2

Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing

yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut. Dari sinilah muncul istilah

multikulturalisme. Banyak definisi mengenai multikulturalisme, diantaranya

multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat

diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang

penerimaan terhadap realitas keragaman, pluralitas, dan multikultural yang

terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami

sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam “politics of

recognition” (Azra, 2007: 5). Lawrence Blum (dikutip Lubis, 2006: 174)

mengungkapkan bahwa multikulturalisme mencakup suatu pemahaman,

penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta penghormatan dan

keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Berbagai pengertian mengenai

multikulturalisme tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari multikulturalisme

adalah mengenai penerimaan dan penghargaan terhadap suatu kebudayaan, baik

kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. Setiap orang ditekankan

untuk saling menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di

masyarakat. Apapun bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap

orang tanpa membeda-bedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang

lain.

Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan

akibat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan

luas. Menurut kondisi geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana setiap

(25)

3

masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah kebudayaan mengenai

masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas pada keberadaan kebudayaan

yang sangat banyak dan beraneka ragam.

Menurut Geertz dalam Hardiman (1992: 04), Indonesia merupakan negeri

tempat semua arus kultural sepanjang tiga milenia mengalir berurutan memasuki

Nusantara dari India, Cina, Timur Tengah, dan Eropa yang terwakili di

tempat-tempat tertentu. Seperti di Bali terdapat komunitas agama Hindu, Permukiman

Cina terlihat di Jakarta, Semarang dan Surabaya, pusat-pusat muslim di Aceh,

Makasar atau Dataran Tinggi Padang, di daerah-daerah Minahasa dan Ambon

yang Calvinisatau daerah-daerah Flores yang Katolik.

Salah satu kota multikultural di Indonesia adalah Kota Semarang. Kota

Semarang merupakan kota multikultural yang terdiri dari berbagai macam etnis.

Hal tersebut membuat Kota Semarang memiliki potensi seni budaya yang berlatar

belakang pilar seni budaya masa lalu yang membentuk peradaban seni budaya

kota Semarang saat ini yaitu Jawa, Cina, Arab, dan Belanda.

Sebagai kota multikultural Semarang memiliki beberapa ritual budaya dan

kesenian di Semarang yang berasal dari pengaruh budaya etnis-etnis yang ada di

Semarang, Contohnya adalah ritual Ceng Beng, kesenian barongsai, dugderan,

adanya beberapa bangunan kolonial Belanda, kesenian gambang Semarang, dan

lain sebagainya. Salah satu hal yang menarik adalah adanya ikon kota Semarang

yaitu warak ngendog, yaitu mainan anak-anak yang menyerupai seekor hewan

yang memiliki kepala seperti naga (mewakili etnis Tionghoa), tubuhnya

(26)

4

kambing (khas kebudayaan dari etnis Jawa). Ikon tersebut memiliki makna

filosofi yang mendalam tentang etnis-etnis yang berbeda di kota Semarang dapat

hidup berdampingan.

Salah satu etnis yang berada di Kota Semarang adalah etnis Tionghoa.

Sebagian besar dari orang-orang Tionghoa di Indonesia menetap di pulau Jawa

dan daerah-daerah lain. Di pulau Jawa khususnya kota Semarang, terdapat etnis

Cina (Tionghoa) yang masih mempertahankan dan menggemari budaya ritual dan

musiknya. Secara umum masyarakat Tionghoa terbagi atas dua (2) golongan yaitu

golongan Tionghoa Totok dan Tionghoa Peranakan. Golongan Tionghoa Totok

adalah golongan orang Tionghoa yang dilahirkan di Cina, dan masih memegang

teguh adat, tradisi dan kepercayaan dari negeri Cina. Secara umum golongan

Tionghoa Totok ini kurang beradaptasi dengan budaya lokal. Golongan Tionghoa

Peranakan adalah orang-orang Tionghoa yang dilahirkan di Indonesia dan

merupakan hasil perkawinan antara orang Tionghoa dengan warga lokal serta

sudah beradaptasi dengan budaya lokal.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat etnis Tionghoa telah menyatu

dengan kebudayaan lokal, maupun berinteraksi dan menjalin hubungan baik

dengan masyarakat lokal atau orang pribumi Indonesia. Terbukti dari beberapa

acara yang merupakan ritual etnis Tionghoa, seperti acara pesta pernikahan etnis

Tionghoa terdapat banyak tamu yang merupakan orang pribumi / jawa maupun

etnis lain yang tinggal di Kota Semarang.

Salah satu usaha mempertahankan budaya, masyarakat Tionghoa

(27)

5

Pada umumnya musik (hiburan) biasanya termasuk dalam bagian susunan acara

disuatu pesta pernikahan etnis Tionghoa di Semarang. Musik yang digunakan

biasanya lagu-lagu pop mandarin. Acara pesta penikahan yang masih menyajikan

lagu-lagu dengan gaya bahasa Tionghoa (mandarin), karena musik juga dapat

menjadi pembangun suasana yang baik dalam sebuah acara. Maka dari itu dapat

dilihat dalam setiap acara selalu disajikan musik baik penampilan secara langsung

dari para pelaku seni maupun musik yang berasal dari MP3.

Lagu pop Mandarin sebagai hiburan saat pesta pernikahan, biasanya

disajikan pada saat resepsi ataupun pada saat upacara pernikahan, tujuan

utamanya adalah untuk menghibur tuan rumah dan para tamu undangan yang

menghadiri pesta pernikahan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat dari

Merriam (2000: 26) bahwa salah satu fungsi musik atau lagu adalah memberikan

kontribusi terhadap integrasi masyarakat. Dalam memberikan suatu golongan

tentang solidaritas disekitar yang anggota-anggota masyarakat bersama-sama,

lagu berfungsi untuk mengintegrasikan masyarakat. Lagu dapat memberikan

sumbangan terhadap integritas masyarakat, jadi dengan begitu musik dapat

berfungsi penting dalam kehidupan manusia dan solidaritas dengan masyarakat.

Misalnya sekelompok masyarakat Tionghoa yang sangat menggemari musik

mandarin, maka akan tercipta solidaritas antar penggemar musik mandarin.

Lagu dapat digunakan sebagai identitas sebuah kelompok atau golongan

dalam suatu masyarakat, tidak hanya itu lagu juga bisa sebagai identitas sebuah

wilayah atau etnis tertentu misal lagu Mandarin sebagai musiknya orang Cina.

(28)

6

menyebut itu musik Cina atau populernya disebut musik Mandarin. Hal ini berarti

bahwa musik dapat mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya

melalui nilai dan norma yang terkandung dalam musik maupun kata-kata di

dalamnya.

Musik tercipta dengan berbagai konsep, gagasan dan ekspresi yang

mengalami perubahan melalui beberapa periode baik dari era Gregorian hingga modern ataupun dari fungsi ritual hingga musik populer. Musik adalah cabang

seni yang membahas dan menetapkan berbagai pola-pola yang dapat dimengerti

dan dipahami oleh manusia (Banoe, 2003: 288). Demikian halnya dengan musik

yang ada di daerah masing-masing. Setiap daerah memiliki ragam musik

tradisional yang mewakili ciri khas sebuah daerah melalui musik, tarian dan

kebudayaan dalam masyarakat itu sendiri.

Dalam bermusik, manusia menciptakan nada-nada atau bunyi musik yang

teratur sehingga menjadi suatu lagu. Lagu adalah bentuk karya seni musik yang

merupakan ekspresi (ungkapan pikiran dan perasaan manusia) dalam bentuk

rangkaian nada, bisa dalam bentuk teks maupun tanpa teks. Jadi dapat dikatakan

bahwa lagu adalah proses kegiatan berkomunikasi penyampaiaan idea tau

pemikiran komunikator (dalam hal ini pencipta lagu) kepada pendengar sebagai

komunikannya. Sebuah lagu, merupakan bagian dari seni juga sebagai suatu

kebutuhan dari kehidupan manusia. Melalui lagu, seorang pencipta maupun

penyaji berusaha menyampaikan sebuah pesan kepada pendengarnya. Oleh karena

itu, sebuah lagu penting untuk dikaji atau dinilai tidak hanya sekedar merupakan

(29)

7

nilai atau pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh pencipta lagu maupun

penyaji.

Analisis yang difokuskan dalam penelitian ini adalah bentuk dan fungsi

pertunjukan lagu-lagu pop mandarin secara tekstual. Menurut Susetyo (2009: 1-2),

aspek kajian bersifat tekstual yang dimaksud adalah hal-hal yang terdapat pada

bentuk seni pertunjukan, saat disajikan secara utuh dan dinikmati langsung oleh

masyarakat pendukungnya, yaitu bentuk komposisi dan bentuk penyajiannya.

Bentuk komposisi suatu lagu atau musik meliputi ritme, melodi, harmoni,

struktur/bentuk lagu, syair, ekspresi, instrumen, dan aransemen. Sedangkan

bentuk penyajian lagu Mandarin yaitu urutan materi penyajian dalam pesta

pernikahan etnis Tionghoa.

Alan P. Merriam (1964: 223-226) menyebutkan keberadaan musik di

masyarakat mempunyai fungsi: sebagai ungkapan emosional, penghayatan estetis, hiburan, media komunikasi, ungkapan simbolik, respon fisik, penguatan dan penyelaras norma-norma sosial, pengesahan intitusi sosial dan religi, kontribusi

untuk kontinuitas dan stabilitas kebudayaan dan sebagai kontribusi integrasi masyarakat.

Penelitian tentang bentuk pertunjukan musik pernah dilakukan oleh Isono

(2013) yang meneliti tentang bentuk pertunjukan musik kasidah modern Al-azhar

di desa Tumbrep kecamatan Bandar kabupaten Batang. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa bentuk pertunjukan musik ditampilkan secara langsung

untuk mengisi hiburan pada acara pernikahan, khitanan dan menyelingi acara

(30)

8

membawakan lagu-lagu kasidah, alat musik yang digunakan adalah gitar elektrik,

bass elektrik, kibor, ketipung, drum set dan suling. Penelitian Prabowo (2013)

tentang bentuk pertunjukan musik Japanese rock di Semarang: kajian musikologis. Hasil penelitian bahwa bentuk pertunjukan musik Japanese Rock di

kota Semarang adalah penampilan dari band yang terdiri atas beberapa personil

yaitu vokalis dan pemain alat musik seperti drum, gitar, bass, kibor. Pertunjukan

musik di kota Semarang tidak hanya menampilkan lagu sendiri tetapi juga

menampilkan lagu yang sudah terkenal dengan aransemen band itu sendiri.

Penelitian-penelitian tentang bentuk pertunjukan musik pop mandarin

hingga saat ini masih langka. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti

tentang bentuk pertujukan musik pop mandarin dalam acara pesta pernikahan

etnis Tionghoa di Semarang. Selain itu, peneliti tertarik untuk meneliti fungsi dari

pertunjukan musik pop mandarin pada pesta pernikahan etnis Tionghoa di

Semarang, karena walaupun banyak jenis-jenis hiburan yang ada di kota

Semarang yang dapat disajikan pada pesta pernikahan, namun lagu-lagu pop

mandarin masih disajikan dalam pesta pernikahan etnis Tionghoa. Berdasarkan

uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengkaji

pertunjukan lagu-lagu pop Mandarin dalam pesta pernikahan etnis Tionghoa di

Semarang. Oleh karena itu, judul penelitian ini adalah “Bentuk dan Fungsi

(31)

9

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Banyak pelaku seni yang sering membawakan lagu pop mandarin dalam pesta

pernikahan Etnis Tionghoa di Semarang, maka perlu dikaji dari segi dari

bentuk pertunjukan lagu pop mandarin yang seperti apa yang dapat disajikan

pada pesta pernikahan Etnis Tionghoa di Semarang.

2. Keberadaan Etnis Tionghoa di Indonesia terutama di Semarang sudah sangat

menyatu dengan budaya pribumi Indonesia, dapat terlihat pada pesta

pernikahan Etnis Tionghoa yang tidak sedikit dihadiri oleh orang asli

Indonesia, namun Etnis Tionghoa masih sering menyajikan lagu-lagu pop

mandarin. Oleh karena itu perlu digali fungsi dari penyajian lagu pop

mandarin pada pesta pernikahan etnis Tionghoa.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang tersebut, dipandang perlu

dirumuskan masalah penelitian, supaya tidak semakin melebar dan menyimpang

serta dianggap penting dari sudut pandang peneliti maka permasalahan yang akan

menjadi fokus dari peneliti ini dirumuskan sebagai berikut :

1.3.1 Bagaimana bentuk pertunjukan lagu pop mandarin dalam pesta pernikahan

Etnis Tionghoa di Semarang?

1.3.2 Bagaimana fungsi pertunjukan lagu pop mandarin dalam pesta pernikahan

(32)

10

1.4 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut dapat dikemukakan suatu tujuan penelitian

sebagai berikut:

1.4.1. Mengetahui, menganalisis dan mendeskripsikan bentuk pertunjukan

lagu-lagu pop mandarin dalam pesta pernikahan etnis Tionghoa di Semarang.

1.4.2. Mengetahui, menganalisis, dan mendeskripsikan fungsi pertunjukan

lagu-lagu pop mandarin dalam pesta pernikahan etnis Tionghoa di Semarang.

1.5 Manfaat Penelitian

Diadakannya penelitian ini, karena penulis berharap ada manfaat yang dapat

diambil. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Teoritis

1.5.1.1 Sebagai sumbangsih pemikiran bagi UNNES khususnya mahasiswa

seni musik untuk menambah referensi dalam mengetahui bentuk dan

fungsi pertunjukan lagu-lagu mandarin dalam pesta pernikahan etnis

Tionghoa khususnya di Semarang.

1.5.1.2 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk

mempelajari lagu mandarin.

1.5.2 Manfaat Praktis

1.5.2.1 Manfaat bagi mahasiswa seni musik dalam penelitian ini yaitu

memberikan ide lebih mendalam untuk meneliti lebih mendalam

makna dan bentuk lagu-lagu mandarin yang sering disajikan dalam

pesta pernikahan etnis Tionghoa di Semarang.

1.5.2.2 Manfaat penelitian ini bagi penulis yaitu sebagai bahan informasi

tentang lagu-lagu pop mandarin yang disajikan dalam pesta

(33)

11

1.5.2.3 Manfaat bagi para pelaku seni sebagai referensi bentuk penyajian

(34)

12 BAB 2

LANDASAN TEORI 2.1. Etnis Tionghoa

2.1.1. Masyarakat Etnis Tionghoa

Masyarakat dalam bahasa inggris disebut society (berasal dari kata latin

socius, yang berarti “kawan”) ini paling lazim dipakai dalam tulisan-tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari untuk menyebut kesatuan-kesatuan hidup

manusia. “Masyarakat” sendiri berasal dari akar kata arab syaraka, yang artinya “ikut serta, berperan serta”. Jadi apa yang disebut masyarakat adalah sekumpulan

manusia yang saling berinteraksi (Koentjaraningrat, 2003: 119).

Istilah “orang Tionghoa“ merupakan perdebatan hingga kini terus

berlanjut. Relasi kekuasaan dalam konteks penjulukan yang ditunjukkan pada

orang tionghoa telah dijadikan politik identitas. Politik identitas telah terjadi pada

zaman penjajahan Belanda. Sebutan Cina berasal dari bahasa Belanda Chi’na

yang mengacu pada Cina kunciran. Istilah cina mengandung arti yang

merendahkan, dan dianggap oleh orang yang bersangkutan sebagai sebutan yang

bersifat menghina dan meremehkan (Lim, 2009: 6).

Orang Tionghoa bukan merupakan kelompok homogen. Dari sudut

kebudayaan, mereka pada dasarnya dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok

besar, yaitu mereka yang disebut dengan peranakan dan totok (Suryadinata, 2002:

17). Penggolongan tersebut bukan hanya berdasarkan kelahiran saja, artinya:

orang peranakan itu, bukan hanya orang Tionghoa yang lahir di Indonesia, hasil

(35)

13

orang totok bukan hanya orang Tionghoa yang lahir di Negara Tionghoa.

Penggolongan tersebut juga menyangkut soal derajat penyesuaian dan akulturasi

dari para perantau Tionghoa itu terhadap kebudayaan Indonesia yang ada di

sekitarnya, sedangkan derajat akulturasi itu tergantung kepada jumlah generasi

para perantau itu telah berada di Indonesia dan kepada intensitet perkawinan

campuran yang telah terjadi diantara para perantau itu dengan orang Indonesia.

Orang peranakan berasal dari suku bangsa Hokkien, mereka berasal dari propinsi

Fukien bagian selatan, sedangkan orang totok berasal dari suku bangsa Hakka dan

mereka tinggal di propinsi Kwantung.

2.1.2. Ajaran yang Membentuk Golongan Tionghoa

Ajaran yang membentuk golongan Tionghoa terdiri dari ajaran Budha,

ajaran Kong Fu-Tsedan ajaran Tao. 2.1.2.1. Ajaran Budha

Meskipun ajaran Buddha tidak asli dari Tionghoa, tetapi ajaran Budha

mempunyai pengaruh yang cukup berarti pada golongan Tionghoa. Seperti di

ketahui, Buddha dianggap penganutnya seperti guru dunia yang memerangi umat

manusia dan menunjukkan kepadanya jalan yang melepaskan mereka dari

kesengsaraan. Dalam ajarannya Buddha Gautama sebenarnya hanya

menyampaikan ajaran moral belaka dan mengajarkan manusia menghindari

kejahatan tertentu, seperti membunuh, mencuri, menipu, berdusta, berzina,

mabuk, madat, dan lainnya.

2.1.2.2. Ajaran Kong Fu-Tse

(36)

14

terutama mengenai kewajiban kebaktian anak terhadap orang tuanya. Dalam

pemujaan leluhur dengan memelihara abu dalam rumah, ayah menjadi pemuka

upacara. Kewajiban ini kemudian turun kepada anak laki-lakinya yang sulung,

dan begitu seterusnya. Anak perempuan tidak disebutkan dalam pemujaan leluhur,

oleh karena anak perempuan sesudah menikah mengikuti suaminya dan dengan

begitu yang turut diurusnya ialah pemujaan leluhur pihak suaminya

(Koentjaraningrat, 2002: 369).

2.1.2.3. Ajaran Tao

Taoisme (Agama Tao) adalah Agama yang berasal dari Tiongkok, dan

termasuk agama yang tertua di dunia ini, umumnya diakui sudah ada sejak abad

ke-6 SM, dan juga merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar orang

Tionghoa. Nama Tao diambil dari huruf China yang artinya “jalan” yang oleh

penganut Tao dianggap sumber dari segala sesuatu yang ada di alam ini.

Berdasarkan sumber-sumber tertulis, umumnya Agama Tao diyakini berasal dari

Kaisar Kuning (Wang-di), dikembangkan oleh Lao-zi dan terorganisasi menjadi

sebuah institusi Keagamaan lengkap oleh Zhang Tao Ling (Tanggok, 2006: 17).

Tanggok juga mengatakan di dalam buku “Mengenal lebih Dekat Agama

Tao” tahun 2006, di dalam Taoisme, Ketuhanan terwujud di dalam berbagai cara.

Semua penciptaan yang ada di dalam ini adalah suatu wujud dari ungkapan

tentang Tuhan atau menggambarkan tentang kebenaran Tuhan, seperti ungkapan

dalam agama Tao bahwa segala sesuatu datang dari Tao (jalan) dan segala sesuatu

juga akan kembali kepada Tao. Tao bukanlah mahluk tertinggi, dia adalah

(37)

15

Dalam kosmologi orang cina, kekuasaan tertinggi di alam ini terletak pada langit

atau sering disebut dewa langit atau Thian (Tuhan) yang sangat dihormati oleh

orang Cina, yang dianggap menciptakan segala-galanya dan yang menentukan

kebahagian serta nasib manusia.

Dengan ‘Naluri Alamiah’, para leluhur Tionghoa kuno mengembangkan

segenap potensi dirinya yaitu kecerdasan, nurani serta akal budi, dan mulai

mengembangkan sebuah metode untuk menjalani hidup. Proses perkembangan

ajaran Tao terjadi secara bertahap. Diwariskan dan diperbaiki dari generasi ke generasi berikutnya. Membentuk berbagai seni dan ilmu yang mewarnai budaya

Tionghoa. Secara garis besar, pengembangan ajaran Tao dapat dikelompokkan

menjadi: hubungan manusia dengan alam semesta, hubungan manusia dengan

tuhan/dewa-dewi/para suci, hubungan manusia dengan sesamanya dan hubungan

manusia dengan kehidupan pribadinya.

2.2. Bentuk Pertunjukan

Pertunjukan adalah seni yang disajikan dengan penampilan peragaan,

maksudnya seni itu akan dapat dihayati selama berlangsungnya proses ungkap

oleh pelakunya (Bastomi, 1990: 72). Seni pertunjukan mengandung pengertian

untuk mempertunjukan sesuatu yang bernilai seni, senantiasa berusaha untuk

menarik perhatian bila ditonton, (Jazuli, 1994: 64). Jenis dan bentuk pertunjukan

berkaitan dengan materi pertunjukan. Jenis pertunjukan meliputi teater, tari,

musik, sedangkan bentuknya bisa berupa tradisional, kreasi atau pengembangan,

(38)

16

Menurut Soewito (1996: 3), bentuk pertunjukan musik ditinjau dari jumlah

pemusik atau pendukungnya digolongkan menjadi 4 golongan yaitu solo, duet,

ansambel, orkestrasi. Solo adalah bentuk pertunjukan musik yang dibawakan oleh

seseorang saja secara tunggal misalnya seorang membawakan suatu lagu, yang

tidak dibantu oleh orang lain. Duet adalah dua orang yang membawakan suatu

lagu secara vokal, atau memainkan alat musik dalam menyajikan suatu lagu.

Demikian selanjutnya Trio (tiga orang), Kwartet (empat orang), Kwintet (lima

orang), Sektet (enam orang), Septet (tujuh orang). Ansambel adalah pertunjukan

atau permainan musik yang dimainkan secara bersama baik alat musik sejenis,

beberapa jenis atau disertai nyanyian. Sedangkan orkestrasi adalah pertunjukan

musik yang terdiri dari gabungan berbagai alat musik yang dimainkan menurut

jenis lagunya. Orkestrasi ini terdiri dari: Orkes keroncong yang memainkan

lagu-lagu keroncong, orkes gambus yang memainkan lagu-lagu-lagu-lagu padang pasir, dan

lain-lain.

Aspek kajian bentuk musik pop Mandarin tidak terlepas dari pengkajian

seni pertunjukan pada umumnya, dimana aspek yang bersifat tekstual senantiasa

menyertai bentuk musik itu sendiri. Dalam mewujudkan pertunjukan ada dua

faktor yang membentuk pertunjukan tersebut yaitu bentuk komposisi dan bentuk

penyajiannya (Susetyo, 2007: 1-2).

2.2.1. Pengertian Bentuk Pertunjukan

Seni pertunjukan merupakan suatu bentuk karya seni yang dipertunjukan dan melibatkan aksi individu dan kelompok di tempat dan waktu tertentu. Seperti

(39)

17

yang bersifat menyenangkan hati, jenis ini dipertunjukan untuk dinikmati oleh

apresiator dengan cara melibatkan diri dalam pertunjukan. Oleh karena itu tidak

ada aturan yang ketat untuk tampil diatas pentas yang penting asal penikmat bisa

mengikuti serta merespons. Maka kenikmatan pribadi akan tercipta.

Seni pertunjukan hadir dikarenakan kebutuhan masyarakat yang tidak hanya sebatas sarana ritual saja, tetapi juga sebagai hal terpenting dalam adat

masyarakat. Seni pertunjukan memerlukan perhatian serius karena pertunjukan

kesenian memerlukan penyajian yang baik, seperti yang diungkapkan oleh

Soedarsono (1998: 58) menyatakan bahwa: Seni pertunjukan yang berfungsi

sebagai penyajian estetis memerlukan penggarapan yang serius, oleh karena

penikmat pada umumnya membeli karcis, menuntut sajian pertunjukan yang baik.

Menurut Mulyadi (2008: 2) bentuk adalah organisasi yang paling cocok

dan kekuatan-kekuatan, dan hubungan-hubungan yang didasarkan oleh seniman,

hingga dia dapat meletakkannya dengan sesuatu yang obyektif.

Arti bentuk musik selanjutnya menurut Jamalus (1988: 34) bahwa bentuk

adalah susunan serta hubungan antara unsur-unsur musik sehingga menghasilkan

suatu komposisi atau lagu yang bermakna. Pendapat Suwanda berbeda dengan

Hadi (2003: 24) yang menyatakan bahwa bentuk adalah suatu aspek ruang yang

selalu ada dalam musik.

Bentuk adalah unsur dasar dari semua perwujudan. Bentuk seni sebagai

penciptaan seniman merupakan wujud dari ungkapan isi, pandangan dan

tanggapanya kedalam bentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indra. Bentuk

(40)

18

musik adalah kerangka musikal sebagaimana halnya kerangka bagi mahluk hidup

sehingga sangat besar peranannya bagi suatu karya musik (Kurniasih, 2006: 5).

Bentuk musikal juga bisa dipahami sebagai disain atau rancangan karya musik,

kurang lebih sama dengan rancangan arsitektur sebuah rumah, suatu blok-blok

perkantoran atau sebuah pabrik. Dalam konteks musik, komposer harus membuat

rancangan karya musiknya karena jika tidak suatu karya seni atau karya musik

akan tidak seimbang atau tidak jelas.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa bentuk

adalah suatu wujud dari suatu tata hubungan faktor-faktor yang mendukungnya

dan saling tergantung serta terkait satu sama lain, dan dapat ditangkap indra

sebagai media untuk menyampaikan arti yang ingin disampaikan oleh

penciptanya. Dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk adalah unsur dari dasar dari

semua perwujudan. Bentuk seni sebagai ciptaan seniman merupakan wujud dan

ungkapan isi, pandangan dan tanggapannya kedalam bentuk fisik yang dapat

ditangkap oleh indra.

Pendapat Jazuli (1994: 72-74), jenis dan bentuk pertunjukan berkaitan

dengan materi pertunjukan. Jenis pertunjukan meliputi teater, tari, musik,

sedangkan bentuknya dapat berupa tradisional, kreasi/pengembangan, modern

atau kontemporer. Pertunjukan adalah istilah yang biasanya mengacu pada seni

konseptual atau avant garde yang tumbuh dari seni rupa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 1559), kata pertunjukan artinya suatu tontonan. Bentuk pertunjukan seni lebih banyak menampilkan jenis

(41)

19

seni merupakan pertunjukan yang di dalamnya terdapat seniman, karya seni dan

penikmat seni.

Hermin (2000: 75) berpendapat bahwa seni pertunjukan adalah

aspek-aspek yang divisualisasikan dan dipergelarkan mampu mendasari suatu

perwujudan yang disebut sebagai seni pertunjukan. Dalam hal ini dapat

disebutkan bahwa arti kata pertunjukan adalah cara menyampaikan suatu data atau

pengaturan penampilan. Jadi dengan kata lain bahwa pertunjukan adalah cara

menyampaikan data dari yang disampaikan dengan menggunakan tata cara sendiri

sesuai dengan obyek yang ada.

Bastomi (1990: 42) mengungkapkan bahwa pertunjukan adalah seni yang

disajikan dengan tampilan peragaan, yaitu seni akan dapat dinikmati, dihayati

selama berlangsung ungkapan oleh pelaku seni. Ketika suatu pertunjukan

berlangsung akan terjadi kepuasan antar seniman dan penonton sebagai penikmat

seni. Dalam mewujudkan pertunjukan ada dua faktor yang membentuk

pertunjukan tersebut yaitu komposisi dan bentuk penyajian (Susetyo 2007: 5-11).

Beberapa pengertian yang ada tentang kata bentuk dan pertunjukan, maka

dapat disimpulkan bahwa: bentuk pertunjukan adalah suatu wujud dari beberapa

unsur yang menghasilkan suatu tatanan yang dapat dipertontonkan kepada semua

orang dalam bentuk seni drama, tari ataupun musik sehingga apa yang dibuat,

diciptakan dan diperlihatkan kepada orang banyak dapat dinikmati, dirasakan dan

dapat bermanfaat dengan menggunakan panca indra yang ada sehingga dari hal

tersebut maka akan terjadi kesan dan pesan dalam masing-masing diri masyarakat

(42)

20

2.2.2. Fungsi pertunjukan

Arti kata fungsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga

adalah kegunaan suatu hal (2005: 322). Menurut Spiro (dalam Koetjaraningrat,

1984: 215), menyebutkan konsep fungsi ada 3 arti dalam pegunaannya: (1) fungsi

menerangkan adanya hubungan antara satu hal dengan tujuan tertentu; (2) fungsi

dalam pengertian korelasi dan; (3) fungsi untuk menerangkan hubungan yang

terjadi antara satu hal dengan hal-hal lain dalam satu sistem terintegrasi. Menurut

Sedyawati (2007: 293), fungsi seni pertunjukan terkait dengan fungsi-fungsi

religius, peneguhan integrasi sosial, edukasi dan hiburan.

Salah satu peran seni pertunjukan tradisional sebagai bentuk kesenian

mempunyai fungsi yang dapat memenuhi kebutuhan akan keindahan dan dapat

menunjang kepentingan kegiatan manusia dalam beraktivitas dalam hidupnya.

Alan P. Merriam (1964: 223-226) menyebutkan keberadaan musik di masyarakat

mempunyai fungsi yaitu: sebagai ungkapan emosional, penghayatan estetis,

hiburan, media komunikasi, ungkapan simbolik, respon fisik, penguatan dan

penyelaras norma-norma sosial, pengesahan intitusi sosial dan religi, kontribusi

untuk kontinuitas dan stabilitas kebudayaan dan sebagai kontribusi integrasi

masyarakat.

Alan P. Merriam,(dalam Susetyo, 2007: 45) mengatakan ada delapan fungsi penting dari musik, yaitu (1) sebagai kenikmatan estetis, yang bisa

(43)

21

fisik; (6) memperkuat konformitas norma-norma sosial; (7) pengesahan instituisi-instituisi sosial dan ritual-ritual keagamaan; dan (8) sumbangan pada pelestarian

serta stabilitas kebudayaan.

RM Soedarsono (dalam Susetyo, 2007: 47) menjelaskan, garis besar seni

pertunjukan memiliki tiga fungsi, yaitu: (1) sebagai sarana ritual; (2) sebagai ungkapan pribadi yang pada umumnya berupa hiburan pribadi; (3) sebagai presentasi estetis.

AR. Radcliffe – Brown (1976: 503-511) mendefinisikan, kontribusi yang dibuat oleh suatu aktifitas tertentu terhadap aktifitas total yang ia merupakan bagiannya. Fungsi dari suatu kebiasaan sosial tertentu adalah kontribusi yang ia

buat terhadap kehidupan sosial secara total sebagai pefungsian dari sistem sosial secara total. Kita bisa mendefinisikan bahwa segalanya dalam kehidupan dari

setiap komunitas mempunyai sebuah fungsi.

Menurut (Rismoko, 2011: 3), fungsi seni sejalan dengan perkembangan jaman dan peradaban manusia, maka berkembanglah pula seni dalam kehidupan.

Seni menduduki fungsi-fungsi tertentu dalam kehidupan terutama dalam fungsi pemenuhan kebutuhan. Secara umum seni memiliki dua fungsi, yaitu fungsi

individu dan fungsi sosial. Fungsi individu merupakan suatu fungsi seni yang

bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan pribadi individu itu sendiri, misalnya yang

mengacu pemenuhan kebutuhan fisik sehingga segi kenyamanan menjadi hal

penting, dan mengacu pada pemenuhan kebutuhan emosional contohnya karena

rutinitas sehari-hari maka manusia mengalami kelelahan sehingga membutuhkan

(44)

22

fungsi yang bermanfaat sebagai pemenuhan kebutuhan sosial suatu individu,

misalnya sebagai fungsi rekreasi, fungsi kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi

artistik, fungsi guna, fungsi rohani dan fungsi komunikasi.

Dari beberapa teori fungsi, teori yang digunakan pada penelitian ini adalah

teori dari Alan P. Meriam.

2.3. Penyajian lagu –lagu Mandarin

Pengertian penyajian menurut Djelantik (1999: 73) penyajian yaitu

bagaimana kesenian itu disuguhkan kepada yang menyaksikannya, penonton, para

pengamat, pembaca, pendengar, khalayak ramai pada umumnya. Sedangkan unsur

yang berperan dalam penampilan atau penyajian adalah bakat, keterampilan, serta

sarana atau media.

Menurut pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa penyajian

merupakan penampilan yang meliputi hal-hal sebagai berikut seperti alat musik,

pemain musik, musik, kostum, penonton dan tempat pertunjukan. Maka

unsur-unsur yang terdapat di dalamnya seperti musik, susunan pemusik, pemain musik,

tempat pertunjukan dan penonton merupakan unsur dari bentuk penyajian seni.

Hal tersebut pula dapat diterapkan pada pertunjukan lagu-lagu pop mandarin pada

pesta pernikahan etnis Tionghoa di Semarang, karena pertunjukan lagu-lagu pop

mandarin tersebut juga merupakan penyajian seni.

2.3.1. Urutan materi penyajian

Pertunjukan lagu-lagu Mandarin dalam pesta pernikahan etnis Tionghoa

dilakukan bersamaan dengan acara resepsi pernikahan. Urutan materi penyajian

(45)

23

1) Urutan pertama yaitu acara pembuka.

Sesi ini, mempelai pria dan wanita akan memasuki ruangan resepsi diiringi

lagu mandarin yang khas seperti Xiao Wei, Everyone is Number One, Tian Mi Mi, Yue Liang Dai Biao Wo De Xin baik secara live maupun hanya melalui

musik MP3. Biasanya ada sepasang anak kecil yang akan menyambut kedua

mempelai ini. Di sesi ini juga kedua pengantin baru akan memotong kue

pernikahannya dan melakukan kecupan kasih sayang.

2) Urutan kedua yaitu acara makan-makan.

Setelah kedua mempelai dan walinya duduk dimeja khusus yang diberi taplak

warna merah maka makanan baru mulai disajikan. Makanan pembuka selalu

“Santapan Dingin” (Leng Pua) yang isinya beberapa jenis daging dari udang, bebek, cumi dan sebagainya. Biasanya jumlah menu makanan yang disajikan

itu berjumlah 8 sebagaimana kepercayaan orang chinesse 8 itu angka keberuntungan.

3) Urutan ketiga yaitu acara hiburan.

Urutan ini merupakan acara yang dilakukan berdampingan dengan menikmati

hidangan yang tersedia di meja, para hadirin sekalian dihibur oleh nyanyian

atau lagu-lagu Mandarin. Kedua mempelai biasanya akan memberikan angpao

bagi siapapun yang nyanyi di panggung. Acara hiburan ini di meriahkan juga

tarian-tarian dan kebanyakan anak-anak yang diundang untuk memberikan

tarian ini. Lalu kedua mempelai akan ikut juga menyumbangkan lagu

kesayangannya di sesi ini dan giliran para hadirin yang memberikan angpao

(46)

24

4) Urutan keempat yaitu acara terima kasih.

Ditengah-tengah acara, MC akan mempersilahkan kedua mempelai dan wali

untuk naik ke panggung. Kedua mempelai kemudian menuangkan champagne

ke gelas yang udah disusun berbentuk piramida. Gelas-gelas yang udah berisi

ini akan dibagikan kepada kedua mempelai beserta wali agar bisa diadakan

toast bersama dengan para tamu yang hadir tanda terimakasih atas kehadirannnya.

5) Urutan kelima atau terakhir yaitu acara foto-foto.

Ini merupakan sesi terakhir dimana para tamu yang hadir khususnya

teman-teman dan sanak famili diminta ke panggung untuk diadakan foto bersama

yang tentunya diiringi lagu-lagu Mandarin.

2.3.2. Unsur- Unsur dalam lagu

Sebuah lagu selalu terdiri atas beberapa kalimat musik. Jumlah kalimat

musik inipun ada yang sedikit ada yang banyak, ada yang diulang, ada yang

divariasikan seperti kalau kita melihat rangkaian kata-kata dalam puisi. Seorang

komposer akan selalu memperhatikan secara detail pengaturan antara kata-kata

dalam lagu dengan komposisi musik secara keseluruhan, yang dimaksudkan

sebagai struktur lagu.

Struktur lagu ini sebenarnya merupakan susunan atau hubungan antara

unsur-unsur musik sehingga menghasilkan komposisi musik yang bermakna.

Dasar pembentukan musik/lagu ini mencakup pengulangan suatu bagian lagu

(47)

25

menambah bagian baru yang berlainan atau berlawanan (kontras) dengan selalu

memperhatikan keseimbangan antara pengulangan dan perubahannya. Struktur

musik/lagu ini merupakan suatu keseluruhan yang menyatukan musik/lagu yang

dibuat sehingga ada keutuhan.

Bentuk lagu dan struktur lagu adalah susunan serta hubungan antara

unsur-unsur musik dalam suatu lagu sehingga menghasilkan suatu komposisi atau lagu

yang bermakna. Susunan dari karya seni adalah aspek yang menyangkut

keseluruhan dari karya itu dan meliputi dari peran masing-masing bagian akan

keseluruhan itu. Kata struktur mengandung arti bahwa dalam karya seni itu

terdapat suatu pengorganisasian, penataan dan ada hubungan tertentu antara

bagian-bagian yang tersusun (Djelantik, 1999: 41).

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa struktur lagu

merupakan suatu susunan kesatuan atau keterkaitan dengan bentuk didalamnya

terdapat unsur-unsur musik dari yang terkecil sampai yang terbesar sehingga

membentuk serangkaian bunyi dalam keterkaitan yang jelas, teratur, dan

bermakna yaitu lagu.

Secara garis besar unsur-unsur musik/lagu terdiri atas melodi, ritme,

harmoni, dan dinamik.

2.3.2.1. Harmoni

Menurut Miller (2001: 40) harmoni adalah elemen musikal didasarkan

atas penggabungan suara simultan dari nada-nada. Jika melodi adalah sebuah

(48)

26

secara serentak terdengar enak dan harmonis. Wujud penerapan harmoni lebih

lanjut dalam musik yaitu berupa rangkaian kord (progresi) yang mengiringi suatu

melodi atau ritme tertentu dan rangkaian ritme tertentu dan rangkaian kord yang

berbeda pada bagian akhir suatu melodi, frase atau ritme disebut kadens.

2.3.2.2. Irama

Irama merupakan aliran ketukan dasar yang teratur mengikuti beragam

variasi gerak melodi. Irama dapat kita rasakan dengan mendengarkan sebuah lagu

berulang-ulang. Pola irama pada musik memberikan perasaan ritmis tertentu pada

kita karena hakekatnya irama adalah gerak yang menggerakkan perasaan kita dan

sangat erat hubungannya dengan gerak fisik. Irama dapat dirasakan dan

didengarkan atau dirasakan dan dilihat.

Menurut Miller (2001: 30) ritme adalah elemen waktu dalam musik yang

dihasilkan oleh dua faktor, yaitu: (1) Aksen, tekanan atau penekanan atas sebuah

nada untuk membuatnya lebih keras. (2) Panjang pendek nada atau durasi.

Jadi irama bisa diartikan sebagai rangkaian gerak yang berupa panjang

pendeknya nada atau ketukan dasar nada, serta aksen yang terdapat pada lagu-lagu

yang menjadi unsur dasar musik, yang mana dapat menjadikan lagu tersebut hidup

dan enak didengar manusia, sehingga akan muncul suatu keindahan yang

tersembunyi. Pola irama pada musik memberikan perasaan ritmis tertentu pada

kita karena hakekatnya irama adalah gerak yang menggerakkan perasaan kita dan

sangat erat hubungannya dengan gerak fisik. Irama dapat dirasakan dan

(49)

27

2.3.2.3. Melodi

Melodi adalah rangkaian nada-nada yang terkait biasanya terkait dalam

tinggi rendah dan panjang pendeknya nada (Miller, 2001: 33). Melodi merupakan

aliran perasaan dan jiwa komponis yang ditungkan dalam rangkaian nada-nada

yang divariasikan ketinggian nada (pitch) dan panjang pendeknya nada (durasi).

2.3.3. Lagu pop Mandarin

Pop Mandarin atau Mandopop adalah musik pop dengan lirik bahasa

Mandarin. Istilah ini dipakai untuk membedakannya dari Pop

Hongkong (Cantopop) yang berlirik bahasa Kantonis. Keduanya merupakan sub

genre dari C-pop. Walaupun RRT (Republik Rakyat Tionghoa) memiliki penutur

bahasa Mandarin terbesar, sebagian di antara bintang pop Mandarin berasal

dari Taiwan. Pop Mandarin berkembang di Taiwan setelah

pemerintah Kuomintang melarang acara televisi dan radio selain dalam bahasa

Mandarin pada tahun 1970-an.

Sejarah atau asal-usul terbentuknya Pop Mandarin dimulai dari perintis

industri rekaman di Cina adalah pengusaha Perancis bernama Labansat.

Bermodalkan sebuah gramofon, ia meminta sejumlah kecil bayaran dari orang

yang ingin mendengar suara gramofon. Rekaman yang dimainkan adalah suara

orang tertawa dengan jaminan uang kembali kalau tidak ikut tertawa. Dari sebuah

toko di Jalan Tibet, Shanghai, Labansat sukses menjadi pemilik studio rekaman

pertama di Cina, Pathé Orient.

Tahun 1920-an sebagai cikal bakal lagu pop Mandarin adalah lagu pop

(50)

28

tahun 1920-an dan 1930-an, shidaiqu mencapai puncak kepopuleran pada tahun 1940-an. Pada waktu itu, Shanghai merupakan pusat industri rekaman pop

Mandarin. Sebagai perintis genre pop Mandarin pada tahun 1920-an, Li

Jinhui sering disebut-sebut sebagai "bapak musik populer Tiongkok". Li

mendirikan rombongan tari dan lagu modern pertama di Tiongkok, The Bright Moon Song and Dance Company. Sebagian dari penyanyi muda yang diasuhnya populer sebagai penyanyi klab malam, bintang film, dan pencipta lagu. Di

antaranya terdapat aktris Wang Renmei, dan Zhou Xuan, serta artis asal penyanyi

klab malam Bai Hongdan Yao Lee (Yao Li).

Tahun 1930-an hingga 1940-an merupakan era tujuh penyanyi bintang

film yang termasyhur: Bai Guang, Bai Hong, Gong Qiuxia, Li Xianglan, Wu

Yingyin, Yao Lee, dan Zhou Xuan. Akting dan lagu-lagu mereka menghiasi layar

perak pada masa itu.

Tahun 1950-an sebagai pop Mandarin di Taiwan. Setelah mendirikan RRT

pada tahun 1949, Partai Komunis menguasai Shanghai. Semua bentuk hiburan

asal "dunia kapitalis yang korup" dinyatakan sebagai "pornografi". Musik pop

dilarang dan digantikan dengan lagu-lagu revolusi. Setelah dilarang di RRT,

musik pop Mandarin mengalami masa keemasan kedua di Taiwan. Terutama

setelah pemerintah nasionalis Cina mengutamakan bahasa Mandarin dari

pada bahasa Taiwan (bahasa Hokkien). Sementara itu pop Taiwan yang berakar

dari Jepang mengalami kemunduran.

Tahun 1970-an hingga 1980-an merupakan kebangkitan pop Mandarin.

(51)

29

bahasa Mandarin". Orang tua dibujuk untuk berbicara bahasa Mandarin dan bukan

dialek bahasa Tionghoa yang lain. Tujuannya agar anak bisa berbicara dan

menulis bahasa Mandarin. Gerakan ini didukung radio dan televisi Singapura,

termasuk SBC. Setelah penayangan acara televisi dan radio dalam dialek bahasa

Tionghoa (bahasa Kantonis, bahasa Hokkien) dihentikan, lagu pop Mandarin

menggantikan tayangan lagu pop Hong Kong.

Lagu mandarin memiliki ciri-ciri secara musikologi, diantaranya: (1.)

Tidak terdapat not relatif 4 (fa) (catatan: do, re, mi, dst adalah not relatif), (2.) Not

7 (si) hanya sedikit jarang muncul dibandingkan dengan not lainnya, tetapi jauh

lebih sering muncul dibandingkan dengan 4 (fa), (3.) Lagu mandarin klasik paling

banyak menunjukan ciri khas tanpa not 4 (fa) dan dengan sedikit not 7 (si), dan

sebaliknya adalah ciri lagu pop mandarin yang sering menggunakan not 4 (fa) dan

7 (si) sehingga terdengar lebih modern dan variatif.

2.4. Pesta pernikahan

2.4.1. Prosesi Pernikahan Adat Tionghoa

Dalam adat-istiadat Tionghoa sebenarnya tidak ada mengatur secara

tertulis mengenai syarat-syarat perkawinan, melainkan syarat-syarat perkawinan

tersebut hanya dilaksanakan secara terus menerus dan turun temurun dari generasi

ke generasi. Peran orang tua sangat besar dalam pelaksanaan maupun pelestarian

adat istiadat dalam perkawinan, terutama mengenai syarat-syarat perkawinan,

antara lain dengan memberitahukan kepada anak dan keturunannya serta

menerapkannya dalam perkawinan anak-anaknya.

Masyarakat keturunan Tionghoa dalam suatu perkawinan yang akan

(52)

30

upacara tata cara agama yang diyakini dan upacara pesta perkawinan/Resepsi

Pernikahan (Puspa, 1996: 43). Ketiga upacara itu tidak diharuskan dilaksanakan

seluruhnya karena di dalam melakukan tiap-tiap upacara tersebut diperlukan

biaya-biaya yang tidak sedikit, kecuali memang tingkat ekonominya mendukung.

Sekalipun hanya melakukan upacara perkawinan secara adat saja maupun tata

cara agama, tanpa melaksanakan upacara pesta perkawinan, perkawinan tersebut

telah dianggap sah dalam masyarakat adat Tionghoa.

Masyarakat Tionghoa yang telah lama tinggal di Indonesia tidak

meninggalkan budaya dari negara asal termasuk adat perkawinan. Adat

perkawinan masyarakat Tionghoa ini sudah mengalami percampuran dengan

budaya setempat, tetapi warna asli budaya Tionghoa masih sangat dominan.

Upacara adat perkawinan Tionghoa melalui tahapan-tahapan yaitu lamaran,

penentuan saat yang baik untuk perkawinan, Sanjit (Seserahan), Menghias Kamar Pengantin, menyalakan lilin, siraman, menyisir rambut, Makan 12 jenis

sayur/hidangan, Menjemput mempelai perempuan dan Penyambutan Pengantin

Perempuan.

(1) Upacara Perkawinan

Menurut agama dan kepercayaan masyarakat Tionghoa upacara ini

meliputi upacara sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa dan/atau leluhur

("Cio Tao"). Di pagi hari pada upacara hari pernikahan, diadakan Cio Tao.

Namun, adakalanya upacara sembahyang Tuhan ini diadakan pada tengah malam

menjelang pernikahan. Selain menyembahyangi Tuhan Yang Maha Esa, calon

(53)

31

pengantin pria dan juga para leluhur dari calon mempelai wanita dengan

disaksikan orangtua dan sanak keluarga sebagai persyaratan sahnya perkawinan

mereka secara adat dan kepercayaan.

Penghormatan kepada Orang tua dan Keluarga. Setelah selesai ritual

sembahyang, dilanjutkan dengan penghormatan kepada kedua orang tua, keluarga

dan kerabat dekat yang lebih tua dari kedua calon mempelai. Penghormatan

dilakukan dengan menuangkan secangkir teh hangat (Phang Teh) untuk diminum

oleh kedua orang tua, keluarga dan kerabat dekat yang lebih tua sebagai wujud

restu atas pernikahan yang mereka lakukan sambil mengelilingi tampah dan

berlutut serta bersujud. Upacara ini sangat sakral dan merupakan salah satu acara

yang paling penting dalam perkawinan adat Tionghoa. Setiap penghormatan akan

dibalas dengan "ang pauw", baik berupa uang maupun emas.

(1) Upacara Pesta Pernikahan (Resepsi Pernikahan)

Selesai upacara penghormatan, pada malam hari dilanjutkan dengan

resepsi pernikahan yang biasanya diselenggarakan di restoran maupun di rumah

dengan mengundang sanak keluarga dan teman-teman dari calon pengantin

maupun kedua orang tuanya. Dalam acara resepsi pernikahan ini dilakukan

pemotongan kue pernikahan (Wedding Cake), acara makan dan hiburan, serta kedua mempelai wanita dan pria beserta kedua orang tua dan keluarga dekat

duduk bersama dalam satu meja yang diberikan kain merah sebagai taplak meja

sebagai lambang kebersamaan dalam kebahagian.

(2) Tul Sam Ciao (Membawa pulang calon mempelai wanita)

(54)

32

melanjutkan hidup sebagai isteri serta menantu keluarga mempelai pria. Mulai

saat itulah, mempelai wanita tinggal bersama dan serumah dengan keluarga

mempelai laki-laki.

(http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika/article/download/5321/4782)

2.5. Kerangka berpikir

Bagan 1: Kerangka Pemikiran (Sumber : Niawati 2015) : Menunjukan sistematika pemikiran Keterangan :

Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, masyarakat Tionghoa memiliki

keunikan adat dan tradisi. Walaupun masyarakat Tionghoa sudah menetap sangat

lama di seluruh wilayah Indonesia termasuk kota Semarang dan sudah beradaptasi

dengan budaya Indonesia, tetapi ada tradisi-tradisi dari tanah asalnya yang masih

diterapkan di Indonesia. Salah satu keunikan tradisinya ditampilkan dalam pesta

pernikahan/perkawinan.

(55)

33

Setelah acara perkawinan yang terkait dengan adat, agama dan

kepercayaan selesai dilakukan, acara selanjutnya adalah pesta pernikahan. Pesta

pernikahan ini merupakan ungkapan rasa syukur karena upacara pernikahan telah

selesai dilakukan dan semua acara berjalan lancar. Pesta pernikahan biasa

dilakukan pada malam hari atau siang hari. Tempat pelaksanaan pesta bisa di

rumah, restoran atau hotel, tergantung pada kemampuan keuangan keluarga kedua

mempelai. Pesta pernikahan ini dihadiri oleh semua sanak keluarga, teman dan

relasi usaha dan sebagainya sehingga diperlukan adanya hiburan secara khusus.

Hiburan yang sebagian besar dipilih oleh etnis Tionghoa dalam acara pesta

pernikahan biasanya adalah lagu-lagu pop Mandarin yang dinyanyikan langsung

oleh penyanyi. Lagu pop Mandarin disajikan oleh penyanyi dengan memilih

beberapa lagu yang cocok dengan situasi pesta pernikahan sehingga baik keluarga

pengantin maupun para tamu akan terhibur. Sedangkan fungsi dari pertunjukan

lagu-lagu pop mandarin tersebut yaitu sebagai (1) kesinambungan budaya, dengan

tujuan mampu memperkenalkan ataupun melesetarikan kebudayaanetnis

Tionghoa (2) sarana hiburan, bertujuan untuk menemani tamu menikmati menu

makanan yang tersaji. (3) presentasi estetis bertujuan memenuhi kebutuhan

estetika dan berekspresi serta berapresiasi seni. (4) fungsi komunikasi bertujuan sebagai sarana komunikasi melalui nusansa musik yang dibawakan dan

(56)

104

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang memfokuskan pada bentuk dan fungsi

pertunjukan lagu-lagu pop mandarin dalam pesta pernikahan etnis Tionghoa di

Semarang dikemukakan suatu simpulan sebagai berikut :

Bentuk pertunjukannya adalah campuran, yaitu penyanyi solo, duet atau

grup vokal, dikolaborasikan dengan solo organ, minusone / midi maupun band dengan format alat musik kibor, gitar, bass, drum dan beberapa alat musik

tambahan seperti biola, saxophone, flute serta perkusi. Perlengkapan yang

mendukung pertunjukan tersebut: tata suara, tata lampu, tata rias, dan tata busana.

Bentuk pertunjukannya meliputi beberapa unsur yaitu: waktu penyajian, tempat

pentas, pemain, penonton, materi penyajian, dan perlengkapan pementasan.

Urutan acara pesta pernikahan etnis Tionghoa di Semarang sebagai berikut:

persiapan, pembukaan, pertunjukan inti, penutup. Bentuk pertunjukan pertunjukan

lagu-lagu pop mandarin dalam pesta pernikahan etnis Tionghoa di Semarang

meliputi beberapa unsur yaitu: waktu penyajian, tempat pentas, pemain, penonton,

perlengkapan penyajian, dan materi penyajian.Tempo yang digunakan pada

lagu-lagu yang dipertunjukan dalam pesta pernikahan etnis Tionghoa di Semarang

(57)

105

ekspresi bahagia dan romantis, karena lirik lagunya mengandung arti tentang cinta

dan bahagia.

Fungsi dari pertunjukan ini yaitu sebagai (1) kesinambungan budaya,

dengan tujuan mampu memperkenalkan ataupun melesetarikan kebudayaan etnis

Tionghoa (2) sarana hiburan, bertujuan untuk menemani tamu menikmati menu

makanan yang tersaji. (3) presentasi estetis bertujuan memenuhi kebutuhan

estetika dan berekspresi serta berapresiasi seni. (4) fungsi komunikasi bertujuan

sebagai sarana komunikasi melalui nusansa musik yang dibawakan dan

mengkomunikasikan perasaannya secara simbolis.

5.2

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, dapat dikemukakan saran

sebagai berikut :

Untuk penyaji musik bisa juga untuk menambahkan instrument khas

Tionghoa pada sajian lagu-lagu pop mandarin pada pesta pernikahan etnis

Tionghoa di Semarang, agar pesan pelestarian dan pengenalan budaya Tionghoa

lebih tersampaikan kepada para tamu undangan. Untuk Wedding Organizer, bisa juga untuk menambahkan tarian-tarian khas Tionghoa, agar suasana lebih meriah

dan hangat, karena sebagian besar tamu yang hadir merupakan warga etnis

Tionghoa.

Untuk warga keturunan Tionghoa Semarang, hendaknya budaya asli khas

Tionghoa tetap dipertahankan sebagai warisan dari leluhur, agar tidak hilang

(58)

106

dapat dimulai dengan menambah hiburan-hiburan khas Tionghoa pada setiap

acara pernikahan etnis Tionghoa di Semarang.

Untuk penyanyi solo atau grup vokal yang sering berkesempatan tampil

pada pesta pernikahan etnis Tionghoa di Semarang, hendaknya menambah jumlah

(59)

107

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Banoe,Pono. 2003.Kamus Musik.Jakarta: PT. Kanisius.

Bastomi, Suwaji. 1990. Wawasan Seni. Semarang: IKIP Semarang Press.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

---. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. ---. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djelantik,M.1999. Estetika Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Media Abadi.

Hadi, Waluyo, 2003. Pendidikan Seni Drama. Semarang: CV Aneka Ilmu.

Hardiman, Fransisco Budi. 1992. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius. Hermin, Kusmayati. 2000. Seni Tentang Pertunjukan. Semarang: CV Aneka Ilmu. Isono, Mukhamad. 2013. Bentuk Pertunjukan Musik Kasidah Modern Al-zhar Di Desa Tumbrep Kecamatan Bandar Kabupaten Batang. Jurnal Seni Musik 2 (1) (2013) Http://Journal.Unnes.Ac.Id/Sju/Index.Php/Jsm

Jamalus, 1988. Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Depdikbud.

Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang Press. ---. 2001. Paradigma Seni Pertunjukan, Sebuah Wacana Seni Tarian yang

dan Seniman. Yogyakarta: Yayasan Lentera Budaya.

Gambar

Gambar 2    Komposisi penataan alat musik,penyanyi dan pelaminan,

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan Early Warning System (EWS) yang diwakili oleh rasio likuiditas, rasio retensi sendiri, rasio beban, dan rasio investasi

Berdasarkan penelitian pada proses pembelajaran secara keseluruhan, dapat disimpulkan mengalami perubahan yang positif, karena didapatkan fakta bahwa motivasi belajar

Imbalan kontingen yang ditunjukkan dalam bentuk perilaku pemimpin yang memberitahukan kepada anggota orgnisasi mengenai kegiatan yang harus dilakukan jika ingin memperoleh

Bakery merupakan kue berukuran kecil yang memiliki cita rasa lezat dan cocok untuk dijadikan sebagai camilan..

Laboaratorium Geometri Berbasis Teori Bruner nantinya akan berisi berbagai macam media, alat peraga, dan permainan yang sesuai dengan materi geometri datar yang

Tujuan akhir dari penelitian pengembangan ini adalah menghasilkan produk berupa buku yang berisikan model pembelajaran renang gaya bebas (crawl) bagi siswa usia

[r]

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-II/2006 tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) Untuk Pengangkutan Hasil Hutan