BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan explanatory study yaitu penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi melalui uji hipotesis, dimana dalam penelitian ini mencari pengaruh faktor psikologis (keyakinan dan persepsi), perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) serta organisasi (kebijakan, SPO, dan kepemimpinan) memengaruhi penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSU. Mitra Medika Medan, dimana rumah sakit ini merupakan salah satu dari rumah sakit kelas C di Kota Medan yang telah menjalani program serta membuat laporan terkait K3RS. Data laporan K3 RSU. Mitra Medika menunjukkan ada setidaknya 10 petugas pelaksana mengalami KAK, 222 kasus rawat jalan dan 17 kasus rawat inap sepanjang tahun 2015.
3.2.2 Waktu Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas pelaksana di RSU. Mitra Medika Medan tahun 2016 yaitu 217 orang. Pertimbangan peneliti memilih petugas pelakasana sebagai populasi adalah karena mereka merupakan kunci utama penerapan keberhasilan penerapan K3RS. Selain itu, petugas pelakasana merupakan individu yang langsung menerapkan K3 serta terpapar dengan resiko bahaya di lapangan. Petugas pelaksana juga menjalankan kebijakan yang ditetetapkan oleh pimpinan sehingga diharapkan mereka mampu menilai manajemen rumah sakit.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau seluruh populasi yang akan diteliti. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus penentuan sampel Taro Yamane untuk penelitian survei (Riduwan, 2008).
n = Keterangan ; n = Besarnya sampel
N = Besarnya populasi
Jumlah populasi dalam penelitian di atas, dari 217 orang petugas pelaksana, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 69 orang dan digenapkan menjadi 100 orang. Untuk mencari jumlah sampel di RSU. Mitra Medika digunakan proporsional random sampling. Menurut Prasetyo dan Jannah (2005) digunakan rumus:
Populasi
Sampel = --- x total sampel Total populasi
Maka sampel pada setiap profesi petugas pelaksana dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel 3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Profesi Petugas Pelaksana
di RSU. Mitra Medika
No Jenis Profesi Perhitungan Jumlah Sampel
Petugas Medis
Sampel digolongkan berdasarkan profesi petugas pelaksana karena ada perbedaan potensi bahaya pada masing-masing lingkungan kerja. Kemudian dari nama-nama petugas pelaksana tersebut diambil sampel penelitian secara probability sampling yaitu tiap subjek dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih atau untuk tidak terpilih sebagai sampel penelitian (Sostroasmoro, 2011). Teknik menentukan sampel adalah systematic sampling yaitu penulis mengacak nomor urut daftar nama petugas pelaksana sebagai sampel penelitian.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada petugas pelaksana untuk menilai semua faktor yang memengaruhi penerapan K3 dan secara observasi untuk menilai aspek tindakan dari faktor perilaku petugas pelaksana. Untuk observasi aspek tindakan, penulis dibantu petugas independen non panitia K3 RSU. Mitra Medika untuk menghindari bias. Data sekunder diperoleh dari RSU. Mitra Medika Medan, yang meliputi : profil rumah sakit, jumlah pekerja, struktur organisasi, laporan K3RS dan data lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
3.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Validitas berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur (instrumen) dalam mengukur suatu data (Ghozali, 2005). Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor r-hitung masing-masing pertanyaan dalam suatu variabel.
Teknik korelasi yang dipakai ialah Pearson Product Moment, dengan kriteria; a. Bila r-hitung > r-tabel maka pertanyaan valid
b. Bila r-hitung < r-tabel maka pertanyaan tidak valid. 2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas diukur dengan metode Alpha Cronbach untuk mengetahui konsistensi internal antar variabel dalam instrumen. Artinya, uji reliabilitas akan mengindikasikan instrumen yang dipakai layak dan berkaitan atau tidak berkaitan. Dalam metode ini bila nilai Alpha Cronbach mendekati 1, maka alat ukur sudah baik (reliable) atau jawaban responden cenderung sama walaupun diberikan ke responden dalam bentuk pertanyaan yang berbeda (konsisten), jadi jika berada di atas 0,8 adalah baik, tetapi bila berada di bawah 0,6 tidak baik atau tidak reliabel (Riduwan, 2008).
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian
a.. Pengetahuan 0,902 Reliabel
Tabel 3.2 (Lanjutan)
No Variabel Pertanyaan Butir
Corrected
c. Kepemimpinan 0,875 Reliabel
1 0,495 Valid
4. Penerapan K3 0,955 Reliabel
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi variabel terikat dan variabel bebas. Variabel bebas terdiri dari faktor psikologis (keyakinan dan persepsi), perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan), serta organisasi (kebijakan, SPO, dan kepemimpinan). Variabel terikat yaitu penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan. 3.5.2 Definisi Operasional
1. Keyakinan adalah tanggapan petugas pelaksana tentang kepercayaan dalam menerapkan K3 di rumah sakit meliputi persiapan/kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi K3.
2. Persepsi adalah tanggapan langsung petugas pelaksana terhadap penerapan K3 di rumah sakit tentang persiapan/kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi K3.
3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui petugas pelaksana tentang penerapan K3 meliputi pengertian, tujuan, bahaya SPO, pemeriksaan kesehatan, APD, sampah/limbah, kebakaran, pencatatan dan pelaporan data K3.
4. Sikap adalah reaksi atau respons petugas pelaksana terhadap penerapan K3 meliputi kebijakan, pelatihan, sosialisasi, SPO, pengawasan lingkungan kerja, fasilitas, pemeriksaan kesehatan, penanganan limbah, evakuasi bencana/ kebakaran, dan pendokumentasian data K3.
bekerja, APD, pelaporan, pelatihan/sosialisasi, keamanan lingkungan kerja, limbah dan B3.
6. Kebijakan adalah pandangan petugas pelaksana terkait tekad yang dimiliki pimpinan rumah sakit untuk tetap konsisten dalam menerapkan K3 terkait pendokumentasian, penyediaan fasilitas termasuk APD, kompetensi petugas, jaminan keselamatan dan kesehatan, penanganan limbah dan B3, bencana dan tanggap darurat, pendidikan dan pelatihan K3.
7. SPO adalah pandangan petugas pelaksana terhadap SPO dan pedoman tertulis yang digunakan untuk menerapkan K3 yang meliputi unsur kepatuhan, pemahaman, keterlibatan, sosialisasi, ketersediaan dan penilaian atas SPO yang telah disusun.
8. Kepemimpinan adalah pandangan petugas pelaksana kepada kepala instalasi/ bagian dan pimpinan rumah sakit dalam menjalankan tanggung jawab serta memberikan arahan, bimbingan, pengawasan, pendokumentasian, koordinasi, dan bantuan terhadap penerapan K3.
9. Penerapan K3 adalah upaya-upaya petugas rumah sakit dalam menerapkan progam K3.
3.6 Metode Pengukuran
interval. Dalam penyusunan daftar pernyataan dan observasi untuk variabel tindakan berisi 2 alternatif jawaban yaitu ya dan tidak, sedangkan untuk variabel pengetahuan adalah benar dan salah. Kemudian kedua jawaban pernyataan variabel bebas ini dikategorikan menjadi baik dan tidak baik.
Sedangkan variabel bebas lainnya berisi 3 alternatif jawaban yaitu setuju, cukup setuju, dan tidak setuju. Kemudian jawaban variabel bebas ini dikategorikan menjadi baik, cukup dan tidak baik.
Untuk pengukuran variabel terikat yaitu penerapan K3 adalah berdasarkan skala interval. Penyusunan pernyataan penerapan K3 dengan menggunakan alternatif jawaban ya dan tidak. Kemudian jawaban tersebut dikategorikan menjadi baik dan tidak baik.
Tabel 3.3 Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel
Tabel 3.3 (Lanjutan)
Analisis statistik yang akan digunakan dalam mencari pengaruh faktor psikologis (keyakinan, persepsi), perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan), dan organisasi (kebijakan, SPO, kepemimpinan) memengaruhi penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan adalah dengan mengunakan metode kuantitatif.
3.7.1 Analisis Univariat
Analisis univariat, yaitu menjelaskan setiap variabel penelitian dengan penyajian dalam tabel distribusi frekuensi.
3.7.2 Analisis Bivariat
3.7.3 Analisis Multivariat
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen dan variabel dependen secara bersama-sama dan untuk melihat variabel yang paling dominan dari variabel independen digunakan teknik analisis regresi linier berganda. Model regresi linier berganda yaitu :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e Keterangan :
Y = Penerapan K3 a = Konstanta
b = Koefisien regresi linier berganda X1 = Keyakinan
X2 = Persepsi X3 = Pengetahuan X4 = Sikap X5 = Tindakan X6 = Kebijakan X7 = SPO
X8 = Kepemimpinan
e = Error (tingkat kesalahan) yaitu 0,05 (95%)
3.7.4 Pengujian Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
a. Analisis Grafik
Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
b. Analisis Statistik
Untuk lebih memperkuat uji normalitas dilakukan secara statistik mengunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria jika nilai asymp sig (2-tailed) > α (0,05), maka sampel berdistribusi normal (Ghozali, 2005).
2. Uji Multikolinieritas
Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (variabel independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel independen sama dengan nol.
Penelitian untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut (Ghozali, 2005):
b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.
c. Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai Tolerance, dan (2) Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitis variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai Tolerance yang rendah sama dengan VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
3. Uji Heterokedastisitas
Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum RSU.Mitra Medika Medan
RSU.Mitra Medika Medan merupakan salah satu rumah sakit swasta yang ada di kawasan Medan Utara yang merupakan kepemilikan swasta di bawah naungan Yayasan RSU.Mitra Medika dengan klasifikasi kelas C yang telah mendapatkan penetapan kelas dari Kementerian Kesehatan Nasional melalui SK Penetapan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.03/I/0972/2014. RSU. Mitra Medika Medan telah berdiri sejak 3 Januari 2004 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan Nomor 445/0175/RS.11/1/04 dengan Nomor Izin Penyelenggaraan : 440/9697/IX/05 tertanggal 26 September 2005.
4.1.1 Visi, Misi, Tujuan dan Motto
Rumusan visi, misi, tujuan dan motto RSU.Mitra Medika Medan adalah sebagai berikut :
1. Visi : Menjadi Rumah Sakit Terbaik di Kawasan Medan Utara 2. Misi :
a. Melakukan pelayanan kesehatan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. b. Meningkatkan mutu pelayanan yang berkesinambungan dengan komitmen
c. Memberikan pelayanan kesehatan prima yang menjunjung rasa kemanusiaan dan keadilan dengan mengutamakan kecepatan waktu, ketepatan
mendiagnosa, tanggap, cakap, berempati, beretika, dan menjadikan pasien sebagai pusat pelayanan.
3. Tujuan :
a. Membantu program pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatanyang maksimal dan terpadu kepada masyarakat khususnya kawasan Medan Utara, dengan kecepatan dan ketepatan penanganan, serta cakap dan tanggap. b. Menciptakan pelayanan kesehatan dimana pasien sebagai pusat
pelayanandengan tetap mengutamakan etika dan rasa empati serta menjunjung tingginilai kemanusiaan.
c. Menghasilkan tenaga profesional yang mempunyai produktifitas kerjayang tinggi dan inovatif serta mempunyai rasa kekeluargaan yang tinggi.
4. Motto :“We Serve You With Smile.” 4.1.2 Jenis Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang diberikan di RSU. Mitra Medika Medan meliputi : a. Instalasi Gawat Darurat (IGD);
b. Instalasi Rawat Jalan; c. Instalasi Rawat Inap;
g. Instalasi Laboratorium Klinik; h. Instalasi Radiodiagnostik;
i. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS); j. Instalasi Dapur Utama dan Gizi Klinik; k. Instalasi K3 dan Sanitasi (K3S);
l. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS); m. Instalasi Bedah Sentral (IBS);
n. Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD); o. Instalasi Pemulasaraan Jenazah (IPJ); p. Instalasi Laundry; dan
q. Medical Check-Up (MCU).
4.2 Karakteristik
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Petugas Pelaksana di RSU. Mitra Medika
10. Petugas fisioterapi/refraksionis 1 1,0
Tabel 4.1 diketahui karakteristik petugas pelaksana berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, profesi, lama bekerja dan keikutsertaan dalam sosialisasi/pelatihan K3. Distribusi umur petugas pelaksana lebih banyak (20-30 tahun) yaitu 79 orang. Petugas pelaksana lebih banyak perempuan yaitu 72 orang. Petugas pelaksana berpendidikan lebih banyak Diploma III yaitu 42 orang. Petugas pelaksana dalam memberikan pelayanan kesehatan lebih banyak perawat yaitu 33 orang. Petugas pelaksana telah bekerja lebih banyak 1-3 tahun yaitu 62 orang. Petugas pelaksana mengikuti sosialisasi atau pelatihan K3 lebih banyak menyatakan pernah yaitu 78 orang.
4.3. Analisis Univariat
4.3.1. Faktor Psikologis
Variabel faktor psikologis diukur berdasarkan keyakinan dan persepsi. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing variabel.
1. Keyakinan
profesional untuk mendukung pelaksanaan K3RS lebih banyak tidak setuju (44%). Petugas pelaksana menyatakan rumah sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan penerapan K3 lebih banyak tidak setuju (41%). Petugas pelaksana menyatakan rumah sakit melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya, penilaian serta pengendalian faktor risiko lebih baik cukup setuju dan tidak setuju dengan frekuensi serupa (38%).
Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Petugas Pelaksana tentang Keyakinan terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No Keyakinan Setuju
1. Saya yakin komitmen
manajemen rumah sakit dalam upaya menyelenggarakan K3 sudah baik.
29 29,0 60 60,0 11 11,0 2. Saya yakin manajemen rumah
sakit menyediakan pendanaan dan sarana yang cukup untuk pelaksanaan K3RS. 4. Saya yakin rumah sakit harus
membuat perencanaan yang
6 Saya yakin petugas panitia K3RS bertanggung jawab menjalankan tugas dan fungsi.
12 12,0 50 50,0 38 38,0 7 Saya yakin manajemen
bekerjasama dengan petugas pelaksana dalam melaksanakan K3 di rumah sakit.
19 19,0 39 39,0 42 42,0 8 Saya yakin petugas panitia
K3RS menyelesaikan masalah K3 dan
mengkomunikasikannya ke instalasi/bagian terkait.
21 21,0 34 34,0 45 45,0
9 Saya yakin petugas panitia K3RS telah melakukan pencatatan dan pelaporan data K3 dengan baik.
14 14,0 45 45,0 41 41,0 10 Saya yakin evaluasi terkait
pelaksanaan K3 telah dilakukan secara rutin dan berkala oleh petugas K3RS.
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa distribusi keyakinan petugas pelaksana terhadap penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan lebih banyak menyatakan tidak baik sejumlah 47 orang (47%).
Tabel 4.3 Distribusi Kategori Keyakinan Petugas Pelaksana terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No Kategori Keyakinan n %
1. Baik 23 23,0
2. Cukup baik 30 30,0
3. Tidak baik 47 47,0
TOTAL 100 100,0
2.Persepsi
Tanggapan langsung petugas pelaksana terhadap penerapan K3 di rumah sakit tentang persiapan/kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi K3 menunjukkan bahwa petugas pelaksana merasa komitmen pimpinan sangat penting dalam penerapan K3 lebih banyak setuju (41%). Petugas pelaksana merasa kualitas SDM di bidang K3RS terus ditingkatkan lebih banyak cukup setuju (40%). Petugas pelaksana merasa rumah sakit dalam mengidentifikasi sumber bahaya telah mempertimbangkan kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya lebih banyak setuju (37%). Petugas pelaksana merasa telah mendapat penjelasan dan memahami program-program K3RS lebih banyak cukup setuju (41%). Petugas pelaksana merasa petugas panitia K3RS telah mengendalikan faktor risiko di tempat saya bekerja lebih banyak cukup setuju (44%).
pelaksana merasa pola pembagian tanggung jawab pelaksana K3 di rumah sakit lebih banyak cukup setuju (46%). Petugas pelaksana merasa petugas panitia K3RS selalu berkoordinasi dengan instalasi tempat petugas masing-masing bekerja lebih banyak cukup setuju (49%). Petugas pelaksana merasa pencatatan dan pelaporan K3 di instalasi masing-masing petugas bekerja lebih banyak berjalan cukup setuju (45%). Petugas pelaksana merasakan manfaat dilakukannya pemantauan dan evaluasi K3RS lebih banyak cukup setuju (45%).
Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Petugas Pelaksana tentang Persepsi terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No Persepsi Setuju 1. Saya merasa komitmen
pimpinan sangat penting dalam penerapan K3 di rumah sakit.
41 41,0 34 34,0 25 25,0 2. Saya merasa kualitas SDM
di bidang K3RS terus ditingkatkan.
36 36,0 40 40,0 24 24,0 3. Saya merasa rumah sakit
dalam mengidentifikasi
4. Saya merasa telah mendapat penjelasan dan memahami program-program K3RS.
20 20,0 41 41,0 39 39,0 5 Saya merasa petugas panitia
K3RS telah mengendalikan faktor risiko di tempat saya bekerja.
Tabel 4.4 (Lanjutan)
6 Saya merasa peraturan K3 telah dikomunikasikan dan pelaksana K3 di rumah sakit cukup jelas.
17 17,0 46 46,0 37 37,0 8 Saya merasa petugas panitia
K3RS selalu berkoordinasi baik dengan instalasi tempat saya bekerja.
18 18,0 49 49,0 33 33,0 9 Saya merasa pencatatan dan
pelaporan K3 di instalasi saya bekerja telah berjalan baik.
20 20,0 49 49,0 31 31,0 10 Saya merasakan manfaat
dilakukannya pemantauan dan evaluasi K3RS.
26 26,0 45 45,0 29 29,0
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa distribusi persepsi terhadap penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan lebih banyak menyatakan tidak baik (41%), yakni sejumlah 41 orang (41%).
Tabel 4.5 Distribusi Kategori Persepsi Petugas Pelaksana terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No Kategori Persepsi n %
1. Baik 32 32,0
2. Cukup baik 27 27,0
3. Tidak baik 41 41,0
4.3.2 Faktor Perilaku
Variabel faktor perilaku diukur berdasarkan pengetahuan, sikap dan tindakan. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing variabel.
1. Pengetahuan
Petugas pelaksana lebih banyak tidak tahu waktu pemeriksaan kesehatan dianjurkan bagi petugas rumah sakit adalah 1 tahun sekali (57%). Petugas pelaksana lebih banyak tidak tahu pengertian APAR dan bagaimana cara penggunaannya (55%). Petugas pelaksana lebih banyak tidak tahu penggolongan sampah/limbah yang terpapar dengan cairan tubuh adalah infeksius (66%). Petugas pelaksana lebih banyak tahu bila APD yang disiapkan rumah sakit tidak lengkap maka dapat menolak bekerja (58%). Petugas pelaksana lebih banyak tahu bila terjadi PAK dan KAK melapor ke panitia K3RS khususnya petugas panitia K3RS atau tim keselamatan dan kesehatan (60%).
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Petugas Pelaksana tentang Pengetahuan terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No Pengetahuan Benar Salah
n % n %
1. Pengertian K3RS 60 60,0 40 40,0
2. Tujuan utama K3RS 47 47,0 53 53,0
3. K3RS perlu dimengerti dan
diterapkan oleh 73 73,0 27 27,0
4. Bahaya potensial yang paling sering
ada di rumah sakit 48 48,0 52 52,0
5 Salah satu SPO K3RS 61 61,0 39 39,0
6 Berapa lama sekali pemeriksaan kesehatan dianjurkan bagi petugas rumah sakit
43 43,0 57 57,0
7 Pengertian APAR dan bagaimana cara
penggunaannya 45 45,0 55 55,0
8 Penggolongan sampah/limbah yang
terpapar dengan cairan tubuh 34 34,0 66 66,0 9 Petugas berhak menolak bekerja bila
APD yang disiapkan rumah sakit tidak lengkap
58 58,0 42 42,0
10 Terjadi PAK dan KAK, kemana harus
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa distribusi pengetahuan petugas pelaksana di RSU. Mitra Medika Medan lebih banyak tergolong baik sejumlah 60 orang (60%).
Tabel 4.7 Distribusi Kategori Pengetahuan Petugas Pelaksana terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No Kategori Pengetahuan n %
1. Baik 60 60,0
2. Tidak baik 40 40,0
TOTAL 100 100,0
2. Sikap
Petugas pelaksana bersedia mengumpulkan dan melaporkan data K3RS lebih banyak merespon cukup setuju (55%). Petugas pelaksana wajib memeriksakan kesehatan diri saya secara berkala lebih banyak merespon cukup setuju (54%). Petugas pelaksana bersedia menjaga dan memelihara sarana dan prasarana K3 di rumah sakit lebih banyak merespon cukup setuju (50%). Petugas pelaksana wajib mengelola limbah (termasuk sampah) dan atau B3 dengan baik lebih banyak merespon cukup setuju (47%). Petugas pelaksana bersedia membantu evakuasi bila terjadi bencana/kebakaran lebih banyak merespon cukup setuju (56%).
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Petugas Pelaksana tentang Sikap terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No Sikap Setuju
Cukup
Setuju Tidak Setuju n % n % n % 1. Saya harus mematuhi
kebijakan dan peraturan terkait K3RS.
26 26,0 54 54,0 20 20,0 2. Saya harus membantu
penyebaran informasi K3 kepada rekan kerja, pasien dan pengunjung rumah sakit.
22 22,0 56 56,0 22 22,0 3. Saya wajib mengikuti setiap
kegiatan pelatihan K3RS. 15 15,0 43 43,0 42 42,0 4. Saya harus bekerja sesuai
dengan SPO. 20 20,0 48 48,0 32 32,0
Tabel 4.8 (Lanjutan)
7 Saya wajib memeriksakan kesehatan diri saya secara berkala.
22 22,0 54 54,0 24 24,0 8 Saya bersedia menjaga dan
memelihara sarana dan prasarana K3 di rumah sakit.
22 22,0 50 50,0 28 28,0 9 Saya wajib mengelola
limbah (termasuk sampah) dan atau B3 dengan baik.
22 22,0 47 47,0 31 31,0 10 Saya bersedia membantu
evakuasi bila terjadi bencana/kebakaran.
21 21,0 56 56,0 23 23,0
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa distribusi sikap petugas pelaksana terhadap penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan lebih banyak menyatakan tidak baik, yaknisejumlah 43 orang (43%).
Tabel 4.9 Distribusi Kategori Sikap Petugas Pelaksana terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No Kategori Sikap n %
sama (50%). Petugas pelaksana tidak selalu mengutamakan keselamatan dalam bekerja (54%). Petugas pelaksana tidak memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang disediakan bagi petugas rumah sakit (54%). Petugas pelaksana tidak selalu menggunakan APD (jika diperlukan) saat bekerja (55%).
Petugas pelaksana menyatakan bila terjadi kejadian K3 sesuai alur/prosedur yang ditetapkan rumah sakit dengan proporsi sama baik yang tidak dilaporkan maupun dilaporkan (50%). Petugas pelaksana tidak selalu ikut dalam setiap kegiatan pelatihan/sosialisasi terkait K3 (54%). Petugas pelaksana menjaga keamanan lingkungan tempat saya bekerja (53%). Petugas pelaksana memilah dan membuang limbah (termasuk sampah) medis dan non medis secara baik dan benar (54%). Petugas pelaksana selalu berhati-hati dalam pekerjaan yang menggunakan B3 (54%).
Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Petugas Pelaksana tentang Tindakan terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No Tindakan Ya Tidak
n % n % 1. Saya bekerja sesuai SPO yang telah
ditetapkan. 70 70,0 30 30,0
2. Saya selalu memperhatikan safety sign (poster dan rambu) termasuk jalur evakuasi ketika bekerja.
50 50,0 50 50,0
3. Saya selalu mengutamakan keselamatan
dalam bekerja. 46 46,0 54 54,0
4. Saya memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang disediakan bagi petugas rumah sakit.
46 46,0 54 54,0
5 Saya selalu menggunakan APD (jika
Tabel 4.10 (Lanjutan)
No Tindakan Ya Tidak
n % n % 6 Saya melaporkan kejadian K3 sesuai
alur/prosedur yang ditetapkan rumah sakit.
50 50,0 50 50,0
7 Saya selalu ikut dalam setiap kegiatan
pelatihan/sosialisasi terkait K3. 46 46,0 54 54,0 8 Saya menjaga keamanan lingkungan
tempat saya bekerja. 53 53,0 47 47,0
9 Saya memilah dan membuang limbah (termasuk sampah)medis dan non medis secara baik dan benar.
54 54,0 46 46,0
10 Saya selalu berhati-hati dalam pekerjaan
yang menggunakan B3. 54 54,0 46 46,0
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa distribusi tindakan petugas pelaksana terhadap penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan lebih banyak menyatakan tidak baik sejumlah 56 orang (56%).
Tabel 4.11 Distribusi Kategori Tindakan Petugas Pelaksana terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No Kategori Tindakan n %
1. Baik 44 44,0
2. Tidak baik 56 56,0
TOTAL 100 100,0
(60%). Petugas pelaksana terlihat tidak memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang disediakan bagi petugas rumah sakit (62%). Petugas pelaksana terlihat tidak selalu menggunakan APD (jika diperlukan) saat bekerja (61%).
Hasil pengamatan tentang kejadian K3 sesuai alur/prosedur yang ditetapkan rumah sakit tidak sesuai alur prosedur yang ditetapkan, dimana petugas tidak melaporkan kejadian tersebut (51%). Petugas pelaksana terlihat tidak selalu diikutkan dalam setiap kegiatan pelatihan/sosialisasi terkait K3 (52%). Petugas pelaksana terlihat menjaga keamanan lingkungan tempat bekerja (51%). Petugas pelaksana terlihat tidak memilah dan membuang limbah (termasuk sampah) medis dan non medis secara baik dan benar (52%). Petugas pelaksana terlihat selalu berhati-hati dalam pekerjaan yang menggunakan B3 (51%).
Tabel 4.12 Distribusi Hasil Observasi terhadap Tindakan Petugas Pelaksana dalam Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No Tindakan Ya Tidak
n % n %
1. Saya bekerja sesuai SPO yang telah
ditetapkan. 66 66,0 34 34,0
2. Saya selalu memperhatikan safety sign (poster dan rambu) termasuk jalur evakuasi ketika bekerja.
47 47,0 53 53,0
3. Saya selalu mengutamakan keselamatan
dalam bekerja. 40 40,0 60 60,0
4. Saya memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang disediakan bagi petugas rumah sakit.
38 38,0 62 62,0
5 Saya selalu menggunakan APD (jika
diperlukan) saat bekerja. 39 39,0 61 61,0
6 Saya melaporkan kejadian K3 sesuai
Tabel 4.12 (Lanjutan)
No Tindakan Ya Tidak
n % n %
7 Saya selalu ikut dalam setiap kegiatan
pelatihan/sosialisasi terkait K3. 48 48,0 52 52,0 8 Saya menjaga keamanan lingkungan
tempat saya bekerja. 51 51,0 49 49,0
9 Saya memilah dan membuang limbah (termasuk sampah)medis dan non medis secara baik dan benar.
48 48,0 52 52,0
10 Saya selalu berhati-hati dalam pekerjaan
yang menggunakan B3. 51 51,0 49 49,0
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa distribusi hasil observasi tindakan petugas pelaksana terhadap penerapan K3 di rumah sakit Mitra Medika Medan lebih banyak menyatakan tidak baik sejumlah 61 orang (61%).
Tabel 4.13 Distribusi Hasil Observasi Kategori Tindakan Petugas Pelaksana Terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No Kategori Tindakan N %
1. Baik 39 39,0
2. Tidak baik 61 61,0
TOTAL 100 100,0
4.3.3 Faktor Organisasi
Variabel faktor organisasi diukur berdasarkan kebijakan, SPO dan kepemimpinan. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing variabel.
1. Kebijakan
semua petugas rumah sakit lebih banyak cukup setuju (46%). Petugas pelaksana menyatakan kebijakan K3 di rumah sakit disusun dengan melibatkan semua petugas lebih banyak cukup setuju (49%). Petugas pelaksana menyatakan rumah sakit harus membuat kebijakan terkait sarana dan prasarana K3 lebih banyak cukup setuju (53%). Petugas pelaksana menyatakan pimpinan rumah sakit telah menyediakan panitia K3 dan petugas yang kompeten dalam struktur organisasi lebih banyak cukup setuju (50%). Petugas pelaksana menyatakan pimpinan rumah sakit meninjau kesesuaian dan kesinambungan kebijakan K3 secara berkala lebih banyak cukup setuju (50%).
Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Petugas Pelaksana tentang Kebijakan Terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No Kebijakan Setuju
2. Kebijakan K3 di rumah sakit disusun dengan melibatkan semua petugas.
28 28,0 49 49,0 23 23,0 3. Rumah sakit harus membuat
kebijakan terkait sarana dan prasarana K3.
33 33,0 53 53,0 14 14,0 4. Pimpinantelah menyediakan
panitia K3 dan petugas yang kompeten dalam struktur organisasi rumah sakit.
29 29,0 50 50,0 21 21,0 5 Pimpinan rumah sakit
meninjau kesesuaian dan kesinambungan kebijakan K3 secara berkala.
24 24,0 50 50,0 26 26,0 6 Rumah sakit membuat
kebijakan dan peraturan terkait pengelolaan limbah (termasuk sampah) dan B3.
31 31,0 45 45,0 24 24,0 8 Rumah sakit harus membuat
kebijakan mengenai jaminan 10 Kebijakan dan peraturan
terkait pendataan dan pelaporan K3 harus disusun.
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa distribusi kategori kebijakan terhadap penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan lebih banyak menyatakan cukup baik sejumlah 52 orang (52%).
Tabel 4.15 Distribusi Kategori Kebijakan terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No Kategori Kebijakan n %
1. Baik 30 30,0
2. Cukup baik 52 52,0
3. Tidak baik 18 18,0
TOTAL 100 100,0
2. SPO
Tabel 4.16 Distribusi Jawaban Petugas Pelaksana tentang SPO terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No SPO Setuju
Cukup
Setuju Tidak Setuju n % n % n % 1. SPO mengenai pelayanan
kesehatan kerja seperti 3. Rumah sakit melibatkan
petugas di setiap 6 SPO pengelolahan limbah
(termasuk sampah) medis dan non medis di rumah sakit telah baik.
14 14,0 46 46,0 40 40,0 7 SPO mengenai pengelolahan
B3 di rumah sakit telah baik. 10 10,0 40 40,0 50 50,0 8 SPO pemakaian APD,
sarana dan prasarana rumah sakit telah baik.
20 20,0 48 48,0 32 32,0 9 SPO pengumpulan dan
pelaporan data K3 telah baik.
16 16,0 45 45,0 39 39,0 10 SPO penggunaan alat
pemadam kebakaran dan prosedur menghadapi bencana telah baik.
Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa distribusi kategori SPO terhadap penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan lebih banyak menyatakan tidak baik sejumlah 53 orang (53%).
Tabel 4.17 Distribusi Kategori SPO Terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No Kategori SPO N %
1. Baik 16 16,0
2. Cukup baik 31 31,0
3. Tidak baik 53 53,0
TOTAL 100 100,0
3. Kepemimpinan
Penilaian petugas pelaksana tentang pandangan kepada kepala instalasi/bagian dan pimpinan rumah sakit dalam menjalankan tanggung jawab serta memberikan arahan, bimbingan, pengawasan, pendokumentasian, koordinasi, dan bantuan terhadap penerapan K3 menunjukkan bahwa petugas kesehatan menyatakan kepala instalasi/bagian selalu memberi arahan dan bimbingan terkait pelaksanaan K3 di masing-masing instalasi/bagian lebih banyak menjawab cukup setuju (58%). Petugas pelaksanamenyatakan kepala instalasi/bagian melakukan pengawasan terkait pengelolahan limbah (termasuk sampah) dan atau B3 lebih banyak menjawab cukup setuju (44%).
(45%). Petugas pelaksana menyatakan kepala instalasi/bagian memeriksa peralatan K3RS termasuk APD secara rutin sebelum dan setelah bekerja lebih banyak menjawab tidak setuju (48%). Petugas pelaksana menyatakan kepala instalasi/bagian membangun dan memelihara kesadaran, motivasi dan keterlibatan semua petugas di rumah sakit lebih banyak menjawab tidak setuju (44%).
Tabel 4.18 Distribusi Jawaban Petugas Pelaksana tentang Kepemimpinan terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No Kepemimpinan Setuju 7 Pimpinan rumah sakit
menyediakan dana, sarana
Tabel 4.19 menunjukkan bahwa distribusi kategori kepemimpinan terhadap penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan lebih banyak menyatakan tidak baik sejumlah 53 orang (53%).
Tabel 4.19 Distribusi Kategori Kepimpinan terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No Kategori Kepemimpinan n %
1. Baik 16 16,0
2. Cukup baik 31 31,0
3. Tidak baik 53 53,0
TOTAL 100 100,0
4.3.4 Penerapan K3
Penilaian petugas pelaksana tentang upaya-upaya dalam menerapkan program K3 menunjukkan bahwa petugas panitia K3RS selalu mengingatkan untuk memprioritaskan K3 dalam bekerja (61%). Sebagian besar petugas pelaksana (52%) menyatakan bahwa petugas panitia K3RS selalu mensosialisasikan setiap kebijakan maupun regulasi K3. Petugas pelaksana menyatakan bahwa petugas panitia K3RS telah menyampaikan tujuan dan manfaat K3 (72%). Mayoritas petugas pelaksana (62%) menyatakan bahwa petugas panitia K3RS tidak menginformasikan peran mereka dalam keberhasilan program K3. Sebanyak 51% petugas pelaksana menyatakan petugas panitia K3RS tidak melibatkan mereka dalam penyimpanan, resiko pajanan dan cara penanggulangan B3 bila terjadi kontaminasi.
sesuai dengan SPO. Petugas pelaksana menyatakan bahwa petugas panitia K3RS selalu memberikan arahan dan komunikasi yang jelas mengenai tindakan yang dilakukan ketika terjadi bencana/kebakaran (61%). Sebesar 62% petugas pelaksana menyatakan rumah sakit memberikan dan memastikan keamanan fasilitas dalam mendukung pelaksanaan program K3. Petugas pelaksana juga menyatakan bahwa petugas panitia K3RS memberi solusi dan bantuan jika mereka menemukan kendala dalam menerapkan K3 (63%).
Petugas pelaksana menyatakan bahwa tanpa pengawasan petugas panitia K3RS, mereka melakukan pekerjaan sesuai tugas (65%). Sebagian besar petugas pelaksana (65%) menyatakan bahwa rumah sakit mempunyai nilai K3 yang menjadi acuan saya dalam bekerja. Petugas pelaksana menyatakan bahwa panitia K3RS tidak memberi sanksi dan penghargaan kepada petugas dalam penerapan K3 (67%). Petugas pelaksana menyatakan bahwa mereka diberi kesempatan dalam menyampaikan saran/kritik untuk perbaikan K3RS (56%). Petugas pelaksana menyatakan rumah sakit mewajibkan mereka untuk mengikuti pelatihan/sosialisasi K3 (52%).
panitia K3RS dalam mengumpulkan, mendokumentasikan dan melaporkan data terkait K3 (57%). Petugas pelaksana menyatakan mereka bersama petugas panitia K3RS berpartisipasi dalam program akreditasi rumah sakit terkait K3 (66%).
Tabel 4.20 Distribusi Jawaban Petugas Pelaksana tentang Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No Penerapan K3 Ya Tidak
n % n % 1. Petugas panitia K3RS selalu mengingatkan
saya untuk memprioritaskan K3 dalam bekerja.
61 61,0 39 39,0 2. Petugas panitia K3RS selalu
mensosialisasikan setiap kebijakan maupun regulasi K3 kepada saya.
52 52,0 48 48,0 3. Petugas panitia K3RS telah menyampaikan
tujuan dan manfaat K3 kepada saya. 72 72,0 28 28,0 4. Petugas panitia K3RS menginformasikan
peran saya dalam keberhasilan program K3.
38 38,0 62 62,0 5 Petugas panitia K3RS melibatkan saya
dalam penyimpanan, resiko pajanan dan cara penanggulangan B3 bila terjadi kontaminasi.
49 49,0 51 51,0 6 Dalam menerapkan K3RS, saya selalu
melakukan koordinasi dengan rekan kerja dan pimpinan.
63 63,0 37 37,0 7 Petugas panitia K3RS selalu menghimbau
saya untuk bekerja sesuai dengan SPO. 63 63,0 37 37,0 8 Petugas panitia K3RS memberikan arahan
dan komunikasi yang jelas mengenai tindakan yang dilakukan ketika terjadi bencana/kebakaran.
61 61,0 39 39,0 9 Rumah Sakit memberikan dan memastikan
keamanan fasilitas dalam mendukung pelaksanaan program K3.
62 62,0 38 38,0 10 Petugas panitia K3RS memberi solusi dan
bantuan jika saya menemukan kendala dalam menerapkan K3.
Tabel 4.20 (Lanjutan)
No Penerapan K3 Ya Tidak
n % n % 11 Tanpa pengawasan petugas panitia K3RS,
saya melakukan pekerjaan sesuai tugas yang diberikan.
65 65,0 35 35,0 12 Rumah sakit mempunyai nilai-nilai K3 yang
menjadi acuan saya dalam bekerja. 65 65,0 35 35,0 13 Panitia K3RS memberi sanksi dan
penghargaan ke petugas dalam penerapan K3 33 33,0 67 67,0 14 Saya diberi kesempatan menyampaikan
saran/kritik untuk perbaikan K3RS. 56 56,0 44 44,0 15 Rumah sakit mewajibkan saya untuk
mengikuti pelatihan/sosialisasi K3. 52 52,0 48 48,0 16 Area/tempat saya bekerja sudah
melaksanakan program K3RS. 60 60,0 40 40,0
17 Rumah sakit dan saya sendiri bertanggung
jawab terhadap kesehatan selama bekerja. 59 59,0 41 41,0 18 Petugas panitia K3RS melibatkan saya
dalam pengelolahan limbah (termasuk sampah) di rumah sakit.
49 49,0 51 51,0 19 Saya bekerjasama dengan petugas panitia K3
mengumpulkan, mendokumentasikan dan melaporkan data K3.
43 43,0 57 57,0 20 Saya bersama petugas panitia K3RS
berpartisipasi dalam program akreditasi rumah sakit terkait K3.
66 66,0 34 34,0
Berdasarkan tabel 4.21 diketahui bahwa distribusi kategori penerapan K3 petugas pelaksana di RSU. Mitra Medika Medan lebih banyak menyatakan tidak baik, yakni sejumlah 51 orang (51%).
Tabel 4.21 Distribusi Kategori Penerapan K3 Petugas Pelaksana di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
No Kategori Penerapan K3 N %
1. Baik 49 49,0
2. Tidak baik 51 51,0
Adapun deskripsi terkait penerapan K3 petugas pelaksana di RSU. Mitra Medika adalah sebagai berikut:
a. Dari 51 orang responden yang tidak baik penerapannya, 42 orang (82,4%) diantaranya berusia 20-30 tahun; 7 orang (13,7%) diantaranya berusia 31-40 tahun dan 2 orang (3,9%) diantaranya berusia 41-50 tahun.
b. Dari 51 orang responden yang tidak baik penerapannya, 36 orang (70,6%) diantaranya berjenis kelamin perempuan dan 15 orang (29,4%) berjenis kelamin laki-laki.
c. Dari 51 orang responden yang tidak baik penerapannya, 23 orang (45,1%)
diantaranya berlatar pendidikan Diploma III; 17 orang (33,3%) berpendidikan S1 dan 11 orang (21,6%) berpendidikan SMU atau sederajat.
d. Dari 51 orang responden yang tidak baik penerapannya, 17 orang (33,3%) diantaranya berprofesi perawat; 6 orang (11,8%) dokter umum; 4 orang (7,8%) bidan; 4 orang (7,8%) back office; 3 orang (5,9%) petugas gizi; 3 orang (5,9%) petugas CS; 3 orang (5,9%) petugas security; 2 orang (3,9%) petugas
laboratorium; 2 (3,9%) petugas rekam medis; 2 orang (3,9%) petugas front office; 2 orang (3,9%) petugas teknisi; 1 orang (2%) petugas fisioterapi; 1 orang (2%) petugas K3S; 1 orang (2%) supir ambulans.
f. Dari 51 orang responden yang tidak baik penerapannya, 43 (84,3%) diantaranya telah pernah mengikuti pelatihan/sosialisasi dan 8 orang (15,7%) lainnya belum pernah mengikuti pelatihan/sosialisasi.
4.4 Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel faktor psikologis, faktor perilaku dan faktor organisasi dengan penerapan K3RS menggunakan uji statistik korelasi pearson product moment pada taraf kemaknaan 95%, disajikan dalam Tabel 4.22 sebagai berikut.
Tabel 4.22 Hubungan Faktor Psikologis (Keyakinan, Persepsi), Faktor Perilaku (Pengetahuan, Sikap, Tindakan) dan Faktor Organisasi (Kebijakan, SPO,
Kepemimpinan) dengan Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan Tahun 2016
Variabel n Pearson Correlation p value
Keyakinan 100 0,733 <0,001
Persepsi 100 0,705 <0,001
Pengetahuan 100 0,630 <0,001
Sikap 100 0,725 <0,001
Tindakan 100 0,706 <0,001
Kebijakan 100 0,326 0,001
SPO 100 0,725 <0,001
Kepemimpinan 100 0,676 <0,001
4.5. Analisis Multivariat
4.5.1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian statistik dengan analisis regresi dapat dilakukan dengan pertimbangan tidak adanya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik. Asumsi-asumsi klasik tersebut antara lain:
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear berganda, variabel memiliki distribusi normal. Untuk mendeteksi apakah variabel berdistribusi normal atau tidak dilakukan dengan analisis grafik. Uji normalitas yang dilakukan melalui analisis grafik dihasilkan melalui perhitungan regresi dengan SPSS. Deteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik. Pada output SPSS bagian Normal P-P plot of Regression, dapat dijelaskan bahwa data cenderung lurus mengikuti garis diagonal, sehingga data dalam penelitian ini cenderung berdistribusi normal, dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut:
Penyebaran data (titik-titik) berhimpit di sekitar garis diagonal dan cenderung mengikuti arah garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian menunjukkan indikasi atau tergolong normal. Data dalam penelitian dapat penulis simpulkan layak untuk diuji dengan model regresi.
Tabel 4.23 Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 100
Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000
Std, Deviation 1,42932130
Most Extreme Differences Absolute ,143
Positive ,076
Negative -,143
Kolmogorov-Smirnov Z 1,434
Asymp, Sig, (2-tailed) ,093
a Test distribution is Normal, b Calculated from data,
Hasil perhitungan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05, maka dapat dikatakan variable independen yang terdiri dari faktor psikologis, faktor perilaku dan organisasi berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinieritas
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai Tolerance yang rendah sama dengan VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance <0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
Tabel 4.24 Nilai Tolerance danVariance Inflation Factor (VIF)
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Keyakinan 0,468 2,135
Pengetahuan 0,595 1,681
Sikap 0,428 2,339
Tindakan 0,494 2,025
SPO 0,367 2,723
Kepemimpinan 0,415 2,410
Hasil perhitungan nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) seperti yang ditunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 5. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antara variabel independen dalam model regresi.
3. Uji Heterokedastisitas
artinya varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tidak tetap atau berbeda. Apabila sama maka disebut homokedastisitas. Untuk mengetahui hal ini digunakan alat bantu SPSS yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.2. berikut :
Gambar 4.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Penyebaran titik-titik terlihat secara acak, baik di atas maupun di bawah angka nol dan sumbu Y, serta tidak membentuk pola tertentu. Menurut Santoso (2000), apabila tidak terdapat pola tertentu yang teratur serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 dan sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi layak digunakan dalam penelitian ini.
4.5.2. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda diperoleh variabel yang memengaruhi penerapan K3 di RSU.Mitra Medika Medan yaitu keyakinan, pengetahuan, sikap, tindakan, SPO dan kepemimpinan dan variabel yang tidak berpengaruh adalah variabel persepsi dan kebijakan.
1. Persamaan Regresi Linier Berganda
Hasil penelitian diperoleh persamaan regresi linier berganda yaitu: Y = 15,022 + 0,147X1 + 0,213X2 + 0,108X3+ 0,247X4 + 0,140X5+ 0,140X6. 2. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh dalam model regresi pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.25 di bawah ini.
Tabel 4.25 Hasil Uji Determinasi (R2) Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std, Error of
the Estimate Durbin-Watson
1. 0,883(c) 0,780 0,766 1,506 1,605
2. Uji Simultan (Uji F)
Uji serentak atau uji F pada dasarnya menunjukkan variabel independen (keyakinan, pengetahuan, sikap, tindakan, SPO dan kepemimpinan) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (penerapan K3) seperti pada Tabel 4.26.berikut :
Tabel 4.26 Hasil Uji Serentak (Uji F) ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig,
1 Regression 746,935 6 124,489 54,915 <0,001(c)
Residual 210,825 93 2,267
Total 957,760 99
Secara serentak keyakinan, pengetahuan, sikap, tindakan, SPO dan kepemimpinan berpengaruh terhadap penerapan K3 di RSU.Mitra Medika Medan.Kesimpulan dari uraian di atas, bahwa keseluruhan variabel independen (keyakinan, pengetahuan, sikap, tindakan, SPO dan kepemimpinan) berpengaruh terhadap variabel dependen (penerapan K3) di RSU.Mitra Medika Medan dengan nilai p lebih kecil dari 0,05.
3. Uji Parsial (Uji T)
Tabel 4.27 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig,
B
Std,
Error Beta
(Constant) 15,022 1,215 12,365 <0,001
Keyakinan 0,147 0,043 0,244 3,431 0,001
Pengetahuan 0,213 0,092 0,145 2,306 0,023
Sikap 0,108 0,049 0,163 2,197 0,031
Tindakan 0,247 0,085 0,201 2,907 0,005
SPO 0,140 0,058 0,194 2,415 0,018
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, faktor yang memengaruhi penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan seperti faktor psikologis (keyakinan dan persepsi), faktor perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) dan faktor organisasi (kebijakan, SPO, dan kepemimpinan) memiliki keragaman hasil penelitian. Dari kedelapan faktor tersebut, 6 faktor terkesan tidak baik, yaitu keyakinan (41%), persepsi (41%), sikap (43%), tindakan (56%), dimensi SPO (53%), dan kepemimpinan (53%). Variabel pengetahuan dikategorikan baik (60%) dan kebijakan cukup baik (52%).
Untuk pengujian uji statistik berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji korelasi product moment diperoleh bahwa faktor psikologis (keyakinan dan persepsi), faktor perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) dan faktor organisasi (kebijakan, SPO, dan kepemimpinan) berhubungan dengan dengan penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan dengan nilai p<0,05. Ini berarti semua kedelapan faktor tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam meningkatkan penerapan K3di suatu organisasi sesuai teori Dominic Cooper yang memakai pendekatan budaya.
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda diketahui bahwa pengaruh faktor psikologis (keyakinan dan persepsi), faktor perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan faktor organisasi (kebijakan, SPO dan kepemimpinan) terhadap penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan, dimana variabel yang berpengaruh hanya6 faktor yaitu keyakinan, pengetahuan, sikap, tindakan (paling dominan), SPO dan kepemimpinan.
5.1 Pengaruh Faktor Keyakinan terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra
Medika Medan Tahun 2016
Keyakinan yang kurang baik ini disebabkan para petugas pelaksana yang telah lama bekerja lebih meyakini pengalaman mereka selama ini bahwa manajemen rumah sakit pada tahun-tahun sebelumnya kurang memperhatikan sumber daya dalam segi K3. Selain itu, para petugas pelaksana yang baru bekerja lebih sering meyakini informasi yang disampaikan oleh senior mereka. Ini sejalan dengan Dharma (2009), yang menyatakan bahwa keyakinan dapat tercipta dari pengalaman seseorang dan juga dari referensi atau contoh.
Setidaknya terdapat 39% petugas pelaksana meyakini manajemen rumah sakit belum menyediakan pendanaan dan sarana yang cukup untuk pelaksanaan K3RS. Menurut penulis dan ketua panitia K3RS, hal ini disebabkan karena beberapa sarana untuk penerapan K3 belum optimal. Sumber daya seperti dana dan petugas pelaksana juga lebih diprioritaskan ke bagian/instalasi yang produktif.
Menurut OSHA (2014), bila pekerja meyakini suatu tempat kerja tidak aman bagi mereka ataupun bagi pekerja lain maka mereka memiliki hak menolak bekerja dan juga berhak menyampaikan keluhan mereka secara tertulis maupun lisan. Oleh karena itu, manajemen rumah sakit berkewajiban menyediakan pendanaan dan sarana yang cukup dalam penyelenggaraan K3RS.
Sesuai data sekunder, kedua hal tersebut disebabkan jumlah dan kualifikasi pendidikan para petugas panitia K3RS belum sesuai dengan ketentuan Kepmenkes RI Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010. Saat ini, RSU. Mitra Medika hanya memiliki tenaga Kesehatan Masyarakat K3 S1 dan dokter umum yang bersertifikat K3RS masing-masing sebanyak 1 orang. Bila syarat minimal dari ketentuan tersebut terpenuhi, maka diharapkan proses manajemen yang meliputi Planning, Organizing, Acting, and Controlling (POAC) dapat berjalan baik sehingga keberhasilan penerapan K3RS dapat meningkat.
Selain itu, petugas pelaksana meyakini bahwa manajemen rumah sakit belum bekerjasama dalam melaksanakan K3 (42%) serta meyakini petugas panitia K3RS belum menyelesaikan masalah K3 dan mengkomunikasikannya ke instalasi/bagian terkait (45%), karena selama ini manajemen termasuk panitia K3RS jarang berkoordinasi dan berkomunikasi langsung dengan petugas pelaksana terkait K3RS. Misalnya apabila petugas pelaksana mengalami PAK atau KAK, mereka hanya diobati saja tanpa monitoring dan evaluasi dari pimpinan untuk mencegah dan mengurangi risiko tersebut.
dinyatakan bahwa keyakinan pekerja sangat tergantung dari kepedulian manajemen akan kesejahteraan pekerja (Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), 2003).
Hasil uji regresi linier berganda pada penelitian ini menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara keyakinan terhadap penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan dengan nilai p<0,05. Hal ini berarti keyakinan yang dimiliki oleh petugas pelaksana mendukung terhadap penerapan K3 di rumah sakit. Jika ditinjau dari nilai koefisien regresi keyakinan menunjukkan 0,147, berarti setiap peningkatan keyakinan petugas pelaksana akan mengakibatkan peningkatan penerapan K3 sebesar 0,147 di RSU. Mitra Medika Medan.
5.2 Pengaruh Faktor Persepsi terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika
Medan Tahun 2016
Persepsi berkaitan dengan tanggapan langsung petugas pelaksana terhadap penerapan K3 di rumah sakit tentang persiapan/kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi K3. Penelitian menunjukkan hasil bahwa distribusi persepsi terhadap penerapan K3 lebih banyak menyatakan tidak baik (41%).
Menurut data sekunder, hal ini disebabkan masih kurangnya sosialisasi dan edukasi berkala ke setiap petugas pelaksana. Di samping itu, sebagian petugas pelaksana non kesehatan merupakan tamatan sejenjang Sekolah Menengah Umum sehingga mereka masih kurang paham mengenai kesehatan khususnya bidang K3. Hal ini ternyata sesuai menurut Sugiyanta (2008), yang menyatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara pemahaman dengan persepsi.
Namun pada penelitian Pratiwi (2011) diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara persepsi responden terhadap peraturan dan kebijakan perusahaan dengan tindakan tidak aman. Selain itu, hasil uji regresi linier berganda dari penelitian ini sendiri juga menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara persepsi terhadap penerapan K3 di RSU. Mitra Medika Medan. Hal ini berarti persepsi petugas pelaksana yang baik maupun tidak baik belum tentu dapat mewujudkan penerapan K3 di rumah sakit. Walaupun persepsi petugas pelaksana tidak baik dalam penerapan K3RS namun dalam praktiknya di lapangan, mereka diharuskan dan diawasi bekerja sesuai aturan rumah sakit sehingga diperoleh hasil yang kurang signifikan. Di sisi lain, petugas pelaksana juga harus bekerja dengan baik di rumah sakit supaya tetap berpenghasilan.
Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Bangun (2010) bahwa variabel persepsi memengaruhi penerapan K3 bagi petugas Search And Rescue (SAR) kota Medan dan Agiviana (2015) yang menyatakan bahwa faktor persepsi memengaruhi perilaku keselamatan karyawan di PT. Mulia Glass Container. Menurut Robbins (2003) persepsi dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu: pelaku persepsi, objek atau target, dan kontek situasi itu dilakukan.
manusia. Selain itu, KAK dan PAK yang dapat terjadi pada mereka umumnya lebih fatal dan mematikan dibandingkan dengan kejadian yang dapat terjadi di rumah sakit.
5.3 Pengaruh Faktor Pengetahuan terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra
Medika Medan Tahun 2016
Pengetahuan petugas pelaksana berkaitan dengansegala sesuatu yang diketahui petugas pelaksana tentang penerapan K3 meliputi pengertian, tujuan, bahaya SPO, pemeriksaan kesehatan, APD, sampah/limbah, kebakaran, pencatatan dan pelaporan data K3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan lebih banyak dikategorikan baik, yaitu sebesar 60%. Hal ini disebabkan karena setiap petugas pelaksana wajib mengikuti orientasi dimana salah satu materinya adalah mengenai K3RS.
Akan tetapi, masih terdapat 53 % petugas pelaksana yang tidak mengetahui tujuan utama K3RS. Tujuan utamanya adalah terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK. Petugas pelaksana juga banyak tidak tahu bahwa bahaya potensial yang paling sering menimbulkan kejadian K3 adalah bahaya golongan biologis seperti terinfeksi mikroorganisme akibat kejadian seperti tertusuk jarum, dan sebagainya (52%).
55% petugas pelaksana tidak mengetahui pengertian APAR dan bagaimana cara penggunaannya. Selain itu, petugas pelaksana lebih banyak tidak tahu penggolongan sampah/limbah yang terpapar dengan cairan tubuh adalah infeksius (66%).
Dari karakteristik sampel penelitian, semua hal diatas disebabkan masih ada sebagian kecil petugas pelaksana ada yang belum pernah mengikuti sosialisasi dan edukasi K3RS. Di samping itu, masing-masing kepala bagian/instalasi kurang efektif memberikan informasi K3 padahal pengetahuan adalah domain yang sangat penting dalam pembentukan suatu perilaku, sehingga banyak petugas pelaksana yang belum paham dan bingung dalam menerapkan K3 di rumah sakit.
Kondisi ini juga disebabkan karena rumah sakit belum mengenal budaya safety talkyaitu budaya berbicara mengenai K3 pada petugas pelaksana sebelum bekerja untuk menambah pengetahuan K3 dan mengingatkan mereka akan bahaya kecelakaan di lingkungan kerja (Infrastructure Health and Safety Association (IHSA), 2016).
variabel pengetahuan berhubungan dengan kecelakaan ringan pada pekerja produksi shift pagi di PT Aqua Golden Mississippi Bekasi dan penelitian Mufarokhah (2006) yang menyatakan ada hubungan pengetahuan K3 dengan pelaksanaan pencegahan KAK pada karyawan PT. Primatexco Indonesia.
Walaupun pengetahuan yang baik mengenai K3 belum tentu berarti penerapan K3 yang baik pula, namun penulis setuju dengan pendapat Setiawati dan Dermawan (2008) yang menyatakan bahwa pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan berperilaku. Selain itu, petugas pelaksanayang memiliki pengetahuan tinggi umumnya akan mampu membedakan dan mengetahui bahaya disekitarnya serta menghindari PAK dan KAK. Sebaliknya petugas pelaksana yang memiliki pengetahuan rendah akancenderung bekerja terburu-buru dengan mengabaikan prinsip K3 dan bahaya disekitarnya serta hanya ingin menyelesaikan pekerjaan secepatnya guna menghemat waktu.
menciptakan penerapan K3 yang baik. Penelitian Zulliyanti (2011) juga menyatakanbahwa pengetahuan pekerja berpengaruh terhadap penerapan manajemen K3 di PT.Gold Coin Indonesia.
Kendati demikian, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Saragih (2014) yang menunjukkan hasil bahwa tidak ada pengaruh pengetahuan terhadap kejadian KAK pada karyawan lapangan PT. Global pada Bendungan PLTA di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun dan penelitian Agiviana (2015) yang menyatakan bahwa faktor pengetahuan tidak memengaruhi perilaku keselamatan karyawan di PT. Mulia Glass Container.
5.4 Pengaruh Faktor Sikap terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra Medika
Medan Tahun 2016
Sikap petugas pelaksana berkaitan dengan reaksi atau respons petugas pelaksana terhadap penerapan K3 meliputi kebijakan, pelatihan, sosialisasi, SPO, pengawasan lingkungan kerja, fasilitas, pemeriksaan kesehatan, penanganan limbah, evakuasi bencana/ kebakaran, dan pendokumentasian data K3. Walaupun rerata petugas pelaksana pada penelitian ini menyatakan bahwa mereka cukup setuju terhadapsikap K3RS. Namun, dari total skor variabel sikap lebih banyak dikategorikan tidak baik yaitu 43%. Ini menunjukkan sikap petugas pelaksana yang masih negatif terhadap penerapan K3 di rumah sakit.
merupakan beban tambahan dalam pekerjaan. Sikap negatif tersebut seharusnya tidak terjadi bila kepala instalasi/bagian memberi pemahaman dengan komunikasi yang baik kepada petugas pelaksana seperti dalam budaya safety talk. Sikap seseorang ataukelompok dapat terbangun secara positif apabila mereka memiliki pengetahuan atau informasi yang cukup mengenai suatu permasalahan (Setiawati dan Dermawan, 2008).
Menurut Notoadtmodjo (2010), sikap merupakan suatu perasaan mendukung (positif) maupun perasaan tidak mendukung (negatif) pada objek tertentu. Dalam penerapan K3RS, setiap petugas pelaksana dapat memiliki salah satu atau kedua perasaan tersebut sekaligus yang tergantung dari kenyamanan, ketentraman, ketenangan, kesehatan dan keamanan yang timbul dari penerapan K3. Sikap ini sebenarnya juga ditentukan oleh hubungan dan kerjasama yang baik antara petugas pelaksana dengan pihak manajemen.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tumbelaka, dkk (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara sikap pekerja dengan penerapan program K3 pada proyek pembangunan Mall Star Square Manado dengan perusahaan kontraktor PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung dan penelitian Dahlawy (2008) yang juga menyatakan ada hubungan antara sikap dengan perilaku K3 pada karyawan di area pengolahan PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor.
Penelitian Zulliyanti (2011) menyatakan bahwa sikap pekerja berpengaruh terhadap penerapan manajemen K3 di PT. Gold Coin Indonesia. Penelitian Wardani (2008) juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel sikap tentang keselamatan terhadap perilaku keselamatan dalam bekerja pada karyawan Produksi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Kendati demikian, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Kurniawati (2014) yang menyatakan bahwa faktor sikap tidak ada hubungan dengan KAK.
Penelitian Saragih (2014)juga menunjukkan hasil bahwa tidak ada pengaruh sikap terhadap kejadian KAKpada karyawan lapangan PT. Global pada Bendungan PLTA di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun dan penelitian Fausiah, dkk di Unit PLTD PT. PLN (Persero) Sektor Tello tahun 2013 menunjukkan bahwa sikap tidak berpengaruh signifikan terhadap intensi karyawan dalam penerapan K3.
pengalaman, sertifikasi, dan komitmen perusahaan. Namun dari berbagai faktor tersebut hanya pendidikan yang mempunyai korelasi 0,30 (signifikasi 0,048) terhadap sikap K3, sedang faktor lainnya korelasinya tidak signifikan.
5.5 Pengaruh Faktor Tindakan terhadap Penerapan K3 di RSU. Mitra
Medika Medan Tahun 2016
Tindakan petugas pelaksana berkaitan denganreaksi atau respon terbuka petugas pelaksana terhadap penerapan K3 meliputi kebijakan, SPO, safety sign, kesehatan dan keselamatan dalam bekerja, APD, pelaporan, pelatihan/sosialisasi, keamanan lingkungan kerja, limbah dan B3. Berhubung faktor kategori tindakan merupakan respon terbuka maka dalam pembahasan ini dilakukan crossed information dari hasil pengisian kuesioner dan observasi di lapangan terhadap petugas pelaksana dalam penerapan K3RS.