3.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, peneliti
mengidentifikasi lima variabel independent yakni perencanaan anggaran (X1), pelaporan anggaran (X2), komitmen organisasi (X3), kualitas SDM (X4),
komunikasi (X5) dengan pengawasan Inspektorat (Z) sebagai variabel moderating
yang diperkirakan mempengaruhi baik simultan maupun parsial terhadap Kinerja
SKPD (Y). Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Perencanaan Anggaran (X1)
Pengawasan Inspektorat (Z) Pelaporan Anggaran (X2)
Komitmen Organisasi (X3)
Kualitas SDM (X4)
Kinerja SKPD (Y)
Kinerja SKPD (Y) diperkirakan baik secara langsung maupun tidak
langsung dipengaruhi oleh beberapa variabel independen (X) yaitu perencanaan
anggaran (X1), pelaporan anggaran (X2), komitmen organisasi (X3), kualitas SDM
(X4), dan komunikasi (X5) serta pengawasan Inspektorat (Z) sebagai variabel
moderating, dengan uraian sebagai berikut :
a. Perencanaan Anggaran
Dalam perencanaan anggaran dibutuhkan peran aktif aparat
pemerintah/SKPD dalam merencanakan anggaran pada unit kerjanya.
Semakin baik/jelek perencanaan anggaran, maka semakin baik/jelek kinerja
SKPD;
b. Pelaporan Anggaran
Pelaporan Anggaran disusun oleh SKPD secara akurat, tepat waktu dan sesuai
dengan Standard Akuntansi Pemerintah sehingga laporan tersebut dapat
mendukung peningkatan kinerja. Semakin baik/jelek pelaporan anggaran,
maka semakin baik/jelek kinerja SKPD;
c. Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi menunjukkan sejauh mana aparat organisasi sanggup
untuk bertanggungjawab melaksanakan tugas yang diberikan. Semakin
baik/jelek komitmen organisasi, maka semakin baik/jelek kinerja SKPD;
d. Kualitas SDM
Kualitas SDM mempengaruhi pemahaman dan kemampuan dalam
menerapkan segala tugas maupun petunjuk yang diberikan. Semakin
e. Komunikasi
Komunikasi merupakan media yang digunakan dalam mengemukakan ide
serta menyatukan semua komponen yang ada dalam bekerja sama untuk
mencapai tujuan. Semakin baik/jelek Komunikasi, maka semakin baik/jelek
kinerja SKPD;
f. Pengawasan Inspektorat
Pengawasan Inspektorat merupakan proses pemantauan, monitoring, serta
evaluasi yang bertujuan agar pelaksanaan kegiatan pemerintah dapat
terlaksana secara efektif dan efisien serta sesuai dengan ketentuan. Semakin
baik/jelek Pengawasan Inspektorat, maka semakin baik/jelek kinerja SKPD.
3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena
atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Erlina dan Mulyani,
2007). Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H1 : Perencanaan anggaran, pelaporan anggaran, komitmen organisasi,
kualitas SDM dan komunikasi berpengaruh secara simultan dan parsial
terhadap kinerja SKPD di lingkungan pemerintah Kabupaten Samosir.
H2 : Pengawasan Inspektorat dapat memoderasi hubungan antara perencanaan
anggaran, pelaporan anggaran, komitmen organisasi, kualitas SDM, dan
komunikasi dengan kinerja SKPD di lingkungan pemerintah Kabupaten
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kausal yang berguna untuk
menganalisa hubungan antar satu variabel dengan variabel lainnya. Desain kausal
berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel
lain atau untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen (Torang, 2012). Peneliti menggunakan desain penelitian untuk
mengetahui apakah perencanaan anggaran, pelaporan anggaran, komitmen
organisasi, kualitas SDM, dan komunikasi sebagai variabel independen serta
Pengawasan Inspektorat sebagai variable moderating berpengaruh terhadap
kinerja SKPD di lingkungan pemerintah Kabupaten Samosir.
4.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan pemerintah Kabupaten Samosir dan
waktu penelitian dimulai dari bulan Maret sampai Mei 2016 (terlampir).
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Satuan Perangkat Kerja
Daerah di lingkungan pemerintah Kabupaten Samosir yang berjumlah 35 SKPD,
dan keseluruhan populasi akan menjadi sampel. Jika peneliti menggunakan
seluruh elemen populasi menjadi data penelitian maka disebut sensus, dan sensus
populasi yaitu kepala SKPD yang berjumlah 35 orang dijadikan sampel. Metode
yang digunakan adalah metode survey yaitu dengan pengumpulan data primer
yang diperoleh secara langsung dari sumber asli.
Tabel 4.1. Daftar SKPD Pemerintah Kabupaten Samosir
No Nama SKPD No Nama SKPD
1 Sekretariat Daerah 19 Dinas Koperasi, Perindustrian dan
Perdagangan
2 Sekretariat DPRD 20 Dinas Sosial, Tenaga Kerja,
Pemuda dan Olah Raga
3 Inspektorat Kabupaten 21 Dinas Perhubungan, Komunikasi
dan Informatika
4 Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA)
22 Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya
5 Badan Kepegawaian Daerah (BKD) 23 RSUD Dr. Hadrianus Sinaga
6 Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana
25 Kantor Keluarga Berencana
8 Badan Pemberdayaan Masyarakat,
Perempuan dan Otonomi Desa
(BPMPOD)
26 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
9 Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD)
27 Kantor Camat Pangururan
10 Badan Lingkungan Hidup, Penelitian dan Pengembangan (BLHPP)
28 Kantor Camat Simanindo
11 Dinas Pendapatan, Keuangan dan Asset Daerah
29 Kantor Camat Ronggurnihuta
12 Dinas Kehutanan dan Perkebunan 30 Kantor Camat Palipi
13 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 31 Kantor Camat Nainggolan
14 Dinas Pertanian, Perikanan dan
Peternakan
32 Kantor Camat Onan Runggu
15 Dinas Pekerjaan Umum 33 Kantor Camat Sianjur Mulamula
16 Dinas Tata Ruang, Permukiman , Kebersihan dan Pertamanan
34 Kantor Camat Harian
17 Dinas Pendidikan 35 Kantor Camat Sitiotio
18 Dinas Kesehatan
Sumber : Pemerintah Kabupaten Samosir, 2014 4.4. Metode Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang menggunakan
prosedur pengambilan data dengan menggunakan metode sensus di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Samosir. Untuk mendapatkan data dari responden
penelitian berupa kuesioner yang akan diantar sendiri oleh peneliti dengan cara
menyebarkan kuesioner kepada masiang-masing Kepala SKPD dan diberikan
waktu 2 (dua) minggu untuk mengisi. Selanjutnya setelah 2 (dua) minggu
kuesioner diambil kembali oleh peneliti dan kuesioner yang belum atau tidak
dikembalikan dalam jangka waktu 2 (dua) minggu, maka dinyatakan bahwa
kuesioner tersebut tidak kembali. Pilihan jawaban kuesioner menggunakan skala
ordinal pengukuran dengan lima pilihan jawaban yaitu, Sangat Setuju (SS), Setuju
(S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Kusioner dirancang berdasarkan indikator yang terdapat pada setiap variabel
penelitian.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi serta modifikasi dari :
- Kuesioner Asmarani (2013) untuk variabel Kinerja SKPD, Perencanaan
Anggaran, dan Pelaporan Anggaran ;
- Kuesioner Warisno (2009) untuk variabel Komitmen Organisasi, Kualitas
SDM dan Komunikasi;
- Kuesioner Bangun (2009) untuk variabel Moderating Pengawasan Inspektorat.
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Untuk menghindari kesalahpahaman atau memberikan gambaran yang
jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian ini, maka perlu diberikan
definisi operasional variabel yang akan diteliti sebagai dasar dalam menyusun
kuisioner penelitian, definisi operasional dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kinerja SKPD (Y) sebagai variabel dependen didefenisikan sebagai hasil
perencanan dan penganggaran, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, pengawasan dan penempatan staf.
2. Perencanaan anggaran (X1) sebagai variabel independen adalah proses
perencanaan atas partisipasi manajerial SKPD dalam proses penganggaran
daerah, seperti program dan kegiatan yang akan dilaksanakan, keikutsertaan
dalam menentukan target anggaran dan sebagainya.
3. Pelaporan Anggaran (X2) sebagai variabel independen adalah sistim
akuntansi yang memastikan pelaporan yang cepat untuk semua transaksi
keuangan dan membuat laporan keuangan yang terpercaya, berimbang dan
tepat waktu sehingga dapat dipergunakan oleh pihak yang berkepentingan
baik pihak internal maupun eksternal.
4. Komitmen Organisasi (X3) sebagai variabel independen adalah kesanggupan
untuk bertanggungjawab terhadap hal-hal yang dipercayakan kepada
seseorang dalam hal ini keinginan dari kepala SKPD untuk melakukan
perubahan sesuai dengan adanya perubahan peraturan dan
perundang-undangan.
5. Kualitas SDM (X4) sebagai variabel independen adalah kemampuan dari
anggota SKPD dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan latar belakang
pendidikan, pelatihan yang diperoleh, pemahaman tentang tugasnya, kesiapan
dalam melakukan perubahan dalam Pengelolaan Keuangan Daerah.
6. Komunikasi (X5) sebagai variabel independen adalah media yang digunakan
untuk mengemukakan ide dan gagasan dalam rangka menunjang pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab yang diberikan sebagai pengelola keuangan daerah
7. Pengawasan Internal Inspektorat (Z) sebagai variabel moderating adalah
proses kegiatan dalam penyelanggaran pemerintah daerah yang ditujukan
untuk menjamin agar pelaksanaan pemerintah daerah berjalan secara efektif
dan efisien sesuai dengan perencanaan dan ketentuan perundang-undangan.
Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel Variabel
Penelitian Defenisi Operasional Indikator
Skala Pengukuran
1 2 3 4
Kinerja SKPD (Y)
Hasil dari proses aktivitas manajerial yang efektif mulai dari proses
5. Kinerja dalam pemilihan staf anggaran untuk pembuatan anggaran daerah multi tahun yang seksama yang secara jelas terkait dengan rencana daerah
1. Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up yang partisipatif, perencanaan
pembangunan daerah, perencanaan sektoral dan APBD
2. Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
3. Target anggaran layak dan berdasarkan proses penyusunan anggaran yang realistis
Lanjutan
1 2 3 4
Pelaporan Anggaran (X2)
Informasi keuangan yang disusun oleh suatu entitas bagi kepentingan pihak internal maupun ekseternal, yang terpercaya, akurat, berimbang dan tepat waktu
1. Adanya kapasitas SDM dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi akuntansi dan keuangan 2. Sistem informasi
akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
3. Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara akurat dan tepat waktu
4. Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemenyang dapat hal-hal yang dipercayakan kepada seseorang. Komitmen adalah keinginan dari pengelola keuangan SKPD melakukan perubahan sesuai dengan adanya perubahan peraturan dan perundang-undangan
Komitmen organisasi diukur berdasarkan persepsi dari responden sebagai pengelola/penanggungjawab SKPD, kesanggupan melaksanakan tugas dan loyalitas bekerja.
Skala Interval
Kualitas SDM (X4)
Kemampuan dari anggota SKPD dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan latar belakang pendidikan, pelatihan yang diperoleh, pemahaman tentang tugasnya, kesiapan dalam melakukan perubahan dalam pengelolaan keuangan daerah
Diukur berdasarkan persepsi responden tentang
Media yang digunakan untuk mengemukakan ide dan gagasan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang diberikan sebagai pengelola keuangan daerah pada Satuan Kerja Perangkat 5. Laporan lisan dan tertulis 6. Kejujuran dan
keterbukaan
Lanjutan
Proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan perencanaan dan ketentuan perundang-undangan
1. Pelaksanaan program kerja pengawasan tahunan (PKPT) laporan keuangan dan evaluasi LAKIP
Skala Interval
4.6. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif,
analisis regresi berganda (Multiple Regression Analysis) dan uji residual untuk
variabel moderating. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan program
Statistical Package for Social Science (SPSS). Analisis regresi berganda
bermaksud untuk meramalkan bagaimana keadaan variabel dependen bila
dihubungkan dengan dua atau lebih variabel independen. Untuk menguji variabel
moderating dipilih menggunakan uji residual.
4.6.1. Uji Kualitas Data 4.6.1.1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk menilai sejauh mana suatu alat ukur diyakini
dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item-item pertanyaan/pernyataan
kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas
pertanyaan/pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl
pertanyaan/pernyataan kuesioner valid tetapi sebaliknya jika rhitung lebih kecil dari
rtabel, maka skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner tidak valid. Selain untuk
kuesioner yang didisain sendiri akan dilakukan uji pra test sebelum dilakukan
pengujian statistik lebih lanjut.
4.6.1.2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk menguji kestabilan dan konsistensi
instrumen dalam mengukur konsep dan membantu menetapkan kesesuaian
pengukur. Pengujian reliabilitas setiap variabel dilakukan dengan teknik
Cronchbach Alpha. Teknik ini merupakan pengujian yang paling umum dilakukan
pada pengujian reliabilitas inter item, yaitu menggunakan item-item yang berskala
multipont. Ghozali (2013) menyatakan bahwa suatu instrumen dinyatakan reliabel
jika memiliki nilai Cronchbach Alpha lebih besar dari 0,7.
4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik diperlukan sebelum dilakukan pengujian
hipotesis, yaitu untuk menentukan syarat persamaan pada model regresi dapat
diterima secara ekonometrik, dalam analisis ini perlu dilihat terlebih dahulu
apakah data penelitian bisa dilakukan pengujian model regresi. Pengujian asumsi
klasik terdiri dari pengujian normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.
4.6.2.1. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2013) bahwa uji normalitas bertujuan “untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal”. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji Kolmogorov-smirnov, jika nilai signifikan lebih besar dari α
penellitian ini untuk menguji kenormalan data adalah dengan cara melihat grafik
Normal PP Plots. Data yang tersebar di sekeliling garis berarti berdistribusi
normal dan data yang tersebar jauh dari garis berarti berdistribusi tidak normal.
Apabila data terdistribusi tidak normal, maka akan dilakukan transformasi data,
agar data normal.
4.6.2.2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Ghozali, 2013). Metode regresi linier berganda terbebas
dari asumsi klasik heteroskedastisitas dan layak digunakan dalam penelitian jika
output scatter plot menunjukkan titik data menyebar di atas dan di bawah atau
disekitar angka nol. Uji heteroskedastisitas juga dapat dilihat dengan uji Glejser.
Jika setiap variabel independen nilai signifikannya lebih besar dari α0,05, maka
dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.6.2.3. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2013) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen (tidak terjadi multikolinieritas). Untuk melakukan uji
multikolinearitas dalam penelitian ini, peneliti menilai dari nilai tolerance dan
variance inflationfactor (VIF). Batas nilai tolerance adalah 0,10 dan batas VIF
adalah 10. Apabila nilai tolerance kurang dari 0,10 atau VIF lebih dari 10 maka
4.6.3. Pengujian Hipotesis
4.6.3.1. Pengujian Hipotesis pertama
Pengujian hipotesis pertama yaitu untuk melihat apakah ada pengaruh
Perencanaan Anggaran, Pelaporan Anggaran, Komitmen Organisasi, Kualitas
SDM dan Komunikasi secara simultan dan parsial terhadap Kinerja Kepala SKPD
dengan menggunakan analisis regresi berganda. Untuk menguji hipotesis pertama
digunakan pengujian hipotesis secara parsial dengan uji t, dan secara simultan
dengan uji F. Persamaan struktur untuk hipotesis pertama yaitu :
Y = a+ b1 X1+ b2 X2+ b3 X3+ b4 X4+ b5 X5+ e
Keterangan:
Y = Kinerja SKPD
X1 = Perencanaan Anggaran
X2 = Pelaporan Anggaran
X3 = Komitmen Organisasi
X4 = Kualitas SDM
X5 = Komunikasi
b1, b2, b3,b4,b5 = Koefisien Regresi a = Konstanta
e = error
1. Uji F
Uji F menguji pengaruh simultan antara variabel independen terhadap
variabel dependen. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk
uji F adalah sebagai berikut :
H0 : ρ = 0 Perencanaan anggaran, pelaporan anggaran, komitmen organisasi,
kualitas SDM dan komunikasi tidak berpengaruh secara simultan
H1 : ρ≠ 0 Perencanaan anggaran, pelaporan anggaran, komitmen organisasi,
kualitas SDM dan komunikasi berpengaruh secara simultan terhadap
kinerja SKPD.
Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung
dengan nilai F-tabel, jika nilai F-hitung lebih besar dari pada nilai F-tabel dapat
dinyatakan bahwa semua variabel independen secara simultan dan signifikan
mempengaruhi variabel dependen. Juga dapat dilihat dengan nilai signifikan, jika
nilai signifikan lebih kecil dari α0,05 maka dapat disimpulkan seluruh variabel
independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Uji t
Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan dengan uji t, yaitu menguji
pengaruh parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen, dengan
asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan. Langkah-langkah dalam
pengambilan keputusan untuk uji t adalah sebagai berikut :
H0 : ρ = 0 Perencanaan anggaran, pelaporan anggaran, komitmen organisasi,
kualitas SDM dan komunikasi tidak berpengaruh secara parsial
terhadap kinerja SKPD.
H1 : ρ≠ 0 Perencanaan anggaran, pelaporan anggaran, komitmen organisasi,
kualitas SDM dan komunikasi berpengaruh secara parsial terhadap
kinerja SKPD.
Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan tabel t, dimana
jika nilai t-hitung lebih besar dari pada t-tabel dapat disimpulkan bahwa suatu
variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen. Juga dapat
lebih kecil dari α 0,05 maka dapat disimpulkan variabel independen secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen dan sebaliknya jika mendekati nol (Ghozali,
2013).
4.6.3.2. Pengujian Hipotesis kedua
Pengujian Hipotesis kedua dilakukan untuk melihat apakah variabel
moderating dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen, dengan menggunakan Uji Residual. Persamaan
struktur untuk hipotesis kedua adalah :
Z = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + e (1)
| e | = a + b6 Y (2)
Keterangan:
Z = Pengawasan Internal Inspektorat X1 = Perencanaan Anggaran
X2 = Pelaporan Anggaran
X3 = Komitmen Organisasi
X4 = Kualitas SDM
X5 = Komunikasi
b1,b2,b3,b4,b5 = Koefisien Regresi
a = Konstanta
e = Error
Pengujian variabel moderating dengan uji residual digunakan untuk
mengatasi kecenderungan akan terjadi multikolinieritas yang tinggi antar variabel
independen (Ghozali, 2013). Uji residual menguji pengaruh deviasi dari suatu
model regresi dengan melihat Lack of Fit (ketidakcocokan) yang ditunjukkan oleh
nilai residual. Kriteria uji residual adalah P Value (Sig) < 0,05 dan nilai Koefisien
parameternya negatif , maka dapat memoderasi. Tetapi apabila P Value (Sig) >
5.1.Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Data Penelitian
5.1.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Samosir
Kabupaten Samosir merupakan daerah otonomi yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir
dan Kabupaten Serdang Bedagai, yang selanjutnya diresmikan pada tanggal 7
Januari 2004 oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia.
Secara geografis Kabupaten Samosir terletak pada 2024’ - 2045’ Lintang Utara
dan 98021’-99005’ Bujur Timur, dengan luas daerah 2.069,05 km2, terdiri dari
luas daratan 1.444,25 km2 dan luas danau 624,80 km2, pembagian luas daratan
menurut kecamatan adalah : Kecamatan Harian 560,45 km2 (38,81 persen),
Simanindo 198,20 km2 (13,72 persen), Sianjur Mula-Mula 140,24 km2 (9,71
persen), Palipi 129,55 km2 (8,97 persen), Ronggur Nihuta 94,87 km2 (6,57
persen), Pangururan 121,43 km2 (8,41 persen), Nainggolan 87,86 km2 (6,08
persen), Onan Runggu 60,89 km2 (4,22 persen), dan Sitio-Tio 50,76 km2
(3,51 persen). Kabupaten Samosir diapit oleh tujuh kabupaten sebagai batas-batas
wilayah yaitu, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten
Simalungun, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan
Kabupaten Humbang Hasundutan, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat, dan sebelah timur berbatasan dengan
5.1.1.2. Tingkat Pengembalian Kuesioner
Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 35 SKPD di
Kabupaten Samosir sebagai sampel penelitian. Kuesioner yang disebar seluruhnya
kembali sebagaimana diuraikan dalam tabel mengenai tingkat pengembalian
kuesioner.
Tabel 5.1. Tingkat pengembalian kuesioner
No Uraian SKPD Sebar Kembali Tidak
Berikut adalah karakteristik responden dalam penelitian ini.
Tabel 5.2. Karakteristik responden
No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
V Kursus/Diklat Bidang Akuntansi
1 Tidak Pernah 5 14,28%
2 1 – 2 Kali (Minim Sekali) 8 22,85%
3 3 – 5 Kali (Pernah) 15 42,85%
4 6 – 10 Kali (Sering) 5 14,28
5 10 Kali (Sangat Sering) 2 5,71%
Dari tabel karakteristik responden dapat dilihat bahwa demografi jumlah
responden Laki-laki lebih banyak yaitu 33 orang (94,28%) daripada responden
pada laki-laki sebanyak 2 orang (5,71%). Dari segi pangkat Golongan bahwa
hampir seluruhnya Golongan IV yaitu sebanyak 34 orang (97,14%) dan sisanya 1
orang (2,85%) adalah Golongan III. Berdasarkan pendidikan terakhir responden
dapat dilihat bahwa Pendidikan S1 sebanyak 18 orang (51,42%), Pendidikan S2
sebanyak 15 orang (42,85%) dan Pendidikan SMA sebanyak 2 orang (5,71%).
Selanjutnya berdasarkan lama bekerja responden dapat dilihat bahwa 27 orang
(77,14%) memiliki masa kerja diatas 21 tahun, 7 orang (20%) dengan masa kerja
16 sampai 20 tahun serta 1 orang responden (2,85%) dengan masa kerja 6 sampai
10 tahun. Selanjutnya berdasarkan Kursus/Diklat bidang Akuntansi yang diikuti
dapat dilihat bahwa 15 orang (42,85%) pernah mengikuti diklat sebanyak 3
sampai 5 kali, 8 orang (22,85%) mengikuti diklat sebanyak 1 sampai 2 kali
(Minim sekali), 5 orang (14,28%) mengikuti diklat sebanyak 6 sampai 10 kali
(sering), 2 orang5,71%) pernah mengikuti diklat sebanyak lebih dari 10 kali
(Sangat Sering), dan bahkan ada sebanyak 5 orang (14,28%) yang tidak pernah
mengikuti diklat bidang akuntansi.
5.1.1.4. Statistik Deskriptif
Gambaran rata-rata skor yang diperoleh dari jawaban atas kuesioner
Tabel 5.3. Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation Perencanaan Anggaran 35 37,00 44,00 40,1714 2,13494
Pelaporan Anggaran 35 18,00 21,00 19,4286 ,88403
Komitmen Organisasi 35 29,00 35,00 31,7429 1,14642
Kualitas SDM 35 19,00 22,00 19,9429 ,87255
Komunikasi 35 33,00 39,00 36,3143 1,58618
Kinerja SKPD 35 62,00 70,00 64,8286 2,13494
Pengawasan Inspektorat 35 27,00 33,00 29,4286 1,17036 Valid N (listwise) 35
Berdasarkan hasil tabulasi data pada 35 kuesioner yang telah dikumpulkan,
maka dapat diuraikan jawaban responden terhadap pernyataan pada kuesiner
penelitian. Pada variabel perencanaan anggaran nilai rata-rata (mean) adalah
40,171 yang artinya rata-rata jawaban dari kuesioner atas variabel perencanaan
anggaran adalah setuju. Skor jawaban berkisar antara 37,00 sampai 44,00 dengan
standard deviasi sebesar 2,13495 yang berarti bahwa persepsi responden atas
perencanaan anggaran sangat baik.
Pada variabel pelaporan anggaran nilai rata-rata (mean) adalah 19,4286
yang berarti rata-rata jawaban responden atas variabel pelaporan anggaran adalah
setuju. Skor jawaban berkisar antara 18,00 sampai 21,00 dengan standard deviasi
sebesar 0,88403 yang artinya bahwa persepsi responden atas pelaporan anggaran
sangat baik.
Selanjutnya pada variabel komitmen organisasi mempunyai nilai rata-rata
(mean) 31,7429 yang berarti rata-rata jawaban responden atas variabel komitmen
organisasi adalah setuju. Skor jawaban yang berkisar antara 29,00 sampai 35,00
dengan standard deviasi sebesar 1,14642 menunjukkan bahwa persepsi responden
Pada variabel kualitas SDM mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar
19,9429 yang berarti bahwa rata-rata jawaban responden atas variabel kualitas
SDM adalah setuju. Skor jawaban yang berkisar antara 19,00 sampai 22,00
dengan standard deviasi 0,87255 menunjukkan bahwa persepsi responden atas
kualitas SDM sangat baik.
Berikutnya variabel komunikasi mempunyai nilai rata-rata (mean)sebesar
36,3143 yang berarti bahwa rata-rata jawaban responden atas variabel komunikasi
adalah setuju. Skor jawaban yang berkisar antara 33,00 sampai 39,00 dengan
standard deviasi sebesar 1,58618 yang artinya bahwa persepsi responden atas
komunikasi sangat baik.
Variabel kinerja SKPD mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 64,8286
yang berarti bahwa rata-rata jawaban responden atas variabel kinerja SKPD
adalah setuju. Skor jawaban yang berkisar anatara 62,00 sampai 70,00 dengan
standard deviasi sebesar 2,13494 menunjukkan bahwa persepsi responden atas
kinerja SKPD sangat baik.
Selanjutnya pada variabel pengawasan Inspektorat mempunyai nilai
rata-rata (mean) sebesar 29,4286 yang berarti bahwa rata-rata jawaban responden atas
variabel pengawasan Inspektorat adalah setuju. Skor jawaban yang berkisar antara
27,00 sampai dengan 33,00 dengan standard deviasi sebesar 1,17036
menunjukkan bahwa persepsi responden atas pengawasan Inspektorat sangat baik.
5.1.2. Hasil Uji Kualitas Data 5.1.2.1. Hasil Uji Validitas
Ghozali (2013) menyatakan bahwa pengujian validitas untuk setiap
Item-Total Correlation. Jika rhitung > rtabel maka instrumen tersebut dikatakan
valid. Dengan menggunakan jumlah responden (n) sebanyak 30, diperoleh df
(degree of freedom) = n – 2 = 30 – 2 = 28, sehingga nilai rtabel (df= 28 ;
signifikansi 5%)= 0,3610. Apabila rhitung > 0,3610 maka maka instrumen tersebut
dikatakan valid. Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 5.4
Tabel 5.4. Uji validitas instrumen pertanyaan
Variabel Pertanyaan rhitung rtabel Keputusan
Butir 5 0,102 0,361 Tidak Valid
Berdasarkan hasil uji validitas untuk variabel masing-masing variabel
dapat disimpulkan bahwa ada beberapa item pertanyaan yang tidak valid,
sehingga item pertanyaan tersebut tidak dipergunakan sebagai item pertanyaan
untuk mengolah data selanjutnya. Hasil uji validitas untuk variabel perencanaan
anggaran (X1) terdapat 1 item pertanyaan yang tidak valid yaitu butir pertanyaan
nomor 4. Untuk Variabel komitmen organisasi (X3) terdapat 2 pertanyaan yang
tidak valid yaitu butir pertanyaan nomor 9 dan 10. Untuk variabel komunikasi
7, 9, dan 13. Selanjutnya untuk Variabel pelaporan anggaran (X2), kualitas SDM
(X4), kinerja SKPD (Y) dan pengawasan Inspektorat (Z) adalah bahwa setiap butir
item pertanyaan dinyatakan valid.
5.1.2.2. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas data dilakukan dengan melihat nilai cronbach’s alpha,
apabila nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,7 maka kuesioner penelitian
tersebut dinyatakan reliabel (Ghozali, 2013), seperti terlihat dalam Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Uji reliabilitas instrumen pertanyaan
Variabel Cronbach's
Alpha Ambang Batas Keputusan
Perencanaan anggaran (X1) 0,917 0,700 Reliabel
Pelaporan anggaran (X2) 0,747 0,700 Reliabel
Komitmen Organisasi (X3) 0,837 0,700 Reliabel
Kualitas SDM (X4) 0,782 0,700 Reliabel
Komunikasi (X5) 0,831 0,700 Reliabel
Kinerja SKPD (Y) 0,858 0,700 Reliabel
Pengawasan Inspektorat (Z) 0,771 0,700 Reliabel
Tabel uji validitas instrumen pertanyaan menunjukkan nilai cronbach’s
alpha setiap variabel diatas ambang batas 0,7 sehingga dapat dikatakan semua
instrumen masing-masing variabel adalah reliabel, yang artinya konsisten jika
digunakan oleh peneliti lain.
5.1.3. Hasil Uji Asumsi Klasik 5.1.3.1. Hasil Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2013) bahwa uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal (Ghozali, 2013). Uji normalitas dilakukan dengan analisis grafik
dan analisis statistik. Analisis grafik melihat tampilan grafik histogram maupun
grafik normal plot dengan kriteria jika data menyebar disekitar garis diagonal dan
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Analisis
statistik digunakan pendekatan Kolmogorov Smirnov, dimana menurut Ghozali
(2013) bahwa kriteria pengambilan keputusan uji Kolmogorov Smirnov yaitu jika
Asymp.Sig.(2-tailed) > α (0,05), maka variabel residual berdistribusi normal.
Gambar 5.1. Grafik normal plot
Dari hasil analisis grafik terlihat bahwa sebaran data menunjukkan pola
distribusi normal, dengan demikian model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Analisis grafik akan diperkuat dengan analisis statistik menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Uji kolmogorov-smirnov
Unstandardized Residual
N 35
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,04399074
Most Extreme Differences Absolute ,073
Positive ,070
Negative -,073
Test Statistic ,073
Dari Tabel 5.6. terlihat bahwa nilai asymp.sig (2-tailed) 0,200 > 0,05 dengan
demikian model regresi memenuhi asumsi normalitas.
5.1.3.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2013) menyatakan bahwa tujuan uji heteroskedastisitas adalah
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Tabel 5.7.Uji glejser
Model Unstandardized
Coefficients
Standardiz ed
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .057 .160 .358 .723
Perencanaan anggaran .048 .036 .390 1.351 .187 Pelaporan anggaran -.017 .039 -.113 -.432 .669 Komitmen Organisasi -.019 .038 -.101 -.494 .625
Kualitas SDM .015 .039 .101 .400 .692
Komunikasi -.034 .041 -.228 -.828 .415
Dependent Variable: AbsUt
Heteroskedastisitas diuji dengan Uji Glejser, berdasarkan tabel dapat
dilihat nilai probabilitas signifikansi diatas tingkat kepercayaan 5%, maka dengan
demikian keputusan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
5.1.3.3. Hasil Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2013) bahwa tujuan dari Uji Multikolinearitas adalah
untuk menguji apakah dalam model regresi linear ditemukan adanya korelasi antar
variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel independen. Uji mulitikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai
Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Nilai umum yang biasa dipakai
dalam pengambilan keputusan adalah jika nilai Tolerance > 0,10 dan nilai VIF <
Tabel 5.8. Uji multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Perencanaan anggaran .378 2.648
Pelaporan anggaran .462 2.164
Komitmen Organisasi .744 1.344
Kualitas SDM .487 2.052
Komunikasi .413 2.419
a. Dependent Variable: Kinerja SKPD
Nilai Tolerance diatas 0,10 dan VIF dibawah 10 sehingga kesimpulan
tidak terjadi multikolineritas pada model regresi.
5.1.4. Hasil Uji Hipotesis Pertama 5.1.4.1. Hasil Uji F (F-test)
Hasil pengujian statistik F (uji simultan) pada perencanaan anggaran,
pelaporan anggaran, komitmen organisasi, kualitas SDM, dan komunikasi
terhadap kinerja SKPD diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5.9. Uji F
a. Dependent Variable: Kinerja SKPD
b. Predictors: (Constant), Komunikasi, Komitmen Organisasi, Pelaporan
anggaran, Kualitas SDM, Perencanaan anggaran
Berdasarkan tabel uji F, nilai Fhitung (54,915) > Ftabel (2,43) dan nilai
signifikansi 0,000 < 0,05 dengan demikian maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Hal ini berarti semua variabel independen (perencanaan anggaran, pelaporan
anggaran, komitmen organisasi, kualitas SDM, dan komunikasi) secara simultan
5.1.4.2. Hasil Uji t
Hasil pengujian statistik t (uji parsial) pada perencanaan anggaran,
pelaporan anggaran, komitmen organisasi, kualitas SDM, dan komunikasi
terhadap kinerja SKPD diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5.10. Uji t
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) ,443 ,279 1,590 ,123
Perencanaan anggaran ,232 ,062 ,348 3,727 ,001
Pelaporan anggaran ,151 ,068 ,187 2,220 ,034
Komitmen Organisasi ,231 ,066 ,232 3,490 ,002
Kualitas SDM ,182 ,067 ,223 2,714 ,011
Komunikasi ,178 ,072 ,221 2,473 ,020
a. Dependent Variable: Kinerja SKPD
Dari tabel uji t dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Persamaan regresi yang dapat dibentuk adalah sebagai berikut:
Kinerja SKPD (Y) = 0,443+0,232X1+0,151X2+0,231X3+ 0,182X4+0,178X5
2. Konstanta sebesar 0,443 artinya walaupun tidak ada penambahan dari
variabel perencanaan anggaran, pelaporan anggaran, komitmen organisasi,
kualitas SDM dan komunikasi maka kinerja SKPD adalah sebesar 0,443.
3. Variabel perencanaan anggaran (X1) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja SKPD di lingkungan pemerintah Kabupaten Samosir, hal ini
terlihat dari nilai thitung(3,727) > ttabel(2,045) dan signifikan pada 0,001< 0,05.
Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga hipotesis yang
diajukan diterima, hal ini berarti jika terjadi peningkatan perencanaan
anggaran sebesar satu satuan maka akan terjadi peningkatan kinerja SKPD
4. Variabel pelaporan anggaran (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja SKPD, hal ini terlihat dari nilai thitung(2,220) > ttabel(2,045) dan
signifikan pada 0,034< 0,05.
Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga hipotesis yang
diajukan diterima, hal ini berarti jika terjadi peningkatan pelaporan anggaran
sebesar satu satuan maka kinerja SKPD akan meningkat sebesar 0,151.
5. Variabel komitmen organisasi (X3) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja SKPD, hal ini terlihat dari nilai thitung(3,490) > ttabel(2,045)
dan signifikan pada 0,002< 0,05.
Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga hipotesis yang
diajukan diterima, hal ini berarti jika terjadi peningkatan Komitmen
Organisasi sebesar satu satuan maka kinerja SKPD akan meningkat sebesar
0,231.
6. Variabel kualitas SDM (X4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja SKPD, hal ini terlihat dari nilai thitung(2,714) > ttabel(2,045) dan
signifikan pada 0,011< 0,05.
Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga hipotesis yang
diajukan diterima, hal ini berarti jika terjadi peningkatan kualitas SDM
sebesar satu satuan maka kinerja SKPD akan meningkat sebesar 0,182.
7. Variabel komunikasi (X5) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
SKPD, hal ini terlihat dari nilai thitung(2,473) > ttabel(2,045) dan signifikan pada
Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga hipotesis yang
diajukan diterima, hal ini berarti jika terjadi peningkatan komunikasi sebesar
satu satuan maka kinerja SKPD akan meningkat sebesar 0,178.
5.1.4.3. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya bertujuan untuk melihat seberapa
besar variabel independen yang diteliti dapat menjelaskan variabel dependen
dimana nilai R2 dalam hal ini: 0 ≤ R2 ≤ 1. Hasil uji koefisien determinasi adalah
sebagai berikut :
Tabel 5.11. Uji koefisien determinasi (R2)
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,951a ,904 ,888 ,04763
a. Predictors: (Constant), Komunikasi, Komitmen Organisasi, Pelaporan anggaran, Kualitas SDM, Perencanaan anggaran
b. Dependent Variable: Kinerja SKPD
Dari tabel 5.11 diketahui nilai R square (R2) sebesar 90,4%, namun jika
independen variabel lebih dari satu maka sebaiknya untuk melihat kemampuan
variabel memprediksi variabel dependen, nilai yang digunakan adalah nilai
adjusted R2. Nilai adjusted R2 sebesar 0,888 mempunyai arti bahwa variabel
dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 88,8%.
Dengan kata lain 88,8% perubahan atas variabel kinerja SKPD mampu dijelaskan
oleh variabel perencanaan anggaran, pelaporan anggaran, komitmen organisasi,
kualitas SDM dan komunikasi, sedangkan sisanya sebesar 11,2% dijelaskan oleh
faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.
5.1.5. Pengujian Hipotesis Kedua
memoderasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
kinerja SKPD di lingkungan pemerintah Kabupaten Samosir.
Tabel 5.12. Hasil uji residual
Model
Unstandardized Coefficients
Standar dized Coeffici
ents T Sig.
B Std.
Error Beta
(Constant) 1,660 ,501 3,313 ,002
Kinerja SKPD -,358 ,116 -,474 -3,092 ,004
a. Dependent Variable: AbsRes
Dari hasil uji residual pada Tabel 5.12 maka diperoleh kesimpulan bahwa
Pengawasan Inspektorat merupakan variabel moderating dikarenakan koefisien
bernilai negatif dan nilai sigifikan 0,004 < 0,05.
Melalui hasil uji residual maka dapat diformulasikan persamaan sebagai berikut:
|e| = 1,660 – 0,358 Y
5.2.Pembahasan Hasil Penelitian
Secara simultan dan parsial perencanaan anggaran, pelaporan anggaran,
komitmen organisasi, kualitas SDM, dan komunikasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja SKPD di lingkungan pemerintah Kabupaten Samosir
dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima karena semua
variabel baik secara simultan maupun parsial memiliki tingkat nilai signifikan
dibawah 0,05.
5.2.1. Pengaruh perencanaan anggaran terhadap kinerja SKPD
Dari hasil pengujian hipotesis nilai koefisien regresi positif sebesar 0,232
dan nilai signifikan sebesar 0,001 yang lebih kecil dari α = 0,05 dapat disimpulkan
SKPD di lingkungan pemerintah Kabupaten Samosir. Berpengaruh positif
menunjukkan bahwa semakin meningkatnya perencanaan anggaran sebesar satu
satuan maka akan meningkat pula kinerja SKPD sebesar 0,232. Demikian juga
sebaliknya dengan menurunnya perencanaan akan menurun pula kinerja SKPD.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 yang menekankan bahwa
SKPD sebagai unit yang menggunakan anggaran dituntut untuk mengajukan
Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD) yang sesuai dengan
kebutuhan, efektif, ekonomis dan efisien dan disusun berdasarkan pendekatan
prestasi kerja. Jika rencana kerja sudah ditentukan dengan baik maka akan semkin
memudahkan suatu instansi untuk melaksanakan kerja sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Apabila suatu pekerjaan dilaksanakan dengan baik sesuai dengan
perencanaan yang baik maka kinerja yang dihasilkan juga akan semakin bagus.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurlaila
(2008) yang menyatakan perencanaan anggaran berpengaruh signifikan terhadap
kinerja manajerial. Selain itu juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Asmarani (2013) yang menyatakan bahwa perencanaan anggaran berpengaruh
terhadap kinerja kepala SKPD. Namun tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Haykal (2007) yang menyatakan bahwa perencanaan anggaran
tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja SKPD.
5.2.2. Pengaruh pelaporan anggaran terhadap Kinerja SKPD
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
positif sebesar 0,151 dan nilai signifikan sebesar 0,034 yang lebih kecil dari α =
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa pelaporan anggaran berpengaruh positif dan
Berpengaruh positif berarti bahwa dengan meningkatnya pelaporan anggaran
sebesar satu satuan maka akan meningkat pula kinerja SKPD sebesar 0,151 dan
demikian pula sebaliknya dengan menurunnya pelaporan anggaran maka akan
menurun pula kinerja SKPD. Hal ini menjelaskan bahwa pelaporan merupakan
bentuk pertanggungjawaban atas apa yang sudah dilakukan dalam periode
tertentu. Pelaporan menunjukkan bahwa segala sumber daya yang dipercayakan
kepada Pemerintah harus dapat dipertanggungjawabkan secara Akuntabel dan
Transparan. Dalam hal ini Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran harus
menyelenggarakan akuntansi dan transaksi keuangan, aset, utang dan termasuk
juga transaksi pendapatan dan belanja yang berada dalam tanggung jawabnya.
Dengan adanya pelaporan yang harus dipertanggungjawabkan secara transparan
per periode tertentu mendorong setiap instansi pemerintah untuk melaksanakan
segala program yang direncanakan dengan baik sehingga kinerja nya akan
menunjukkan hasil yang semakin baik juga.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Asmarani (2013) yang menyatakan bahwa pelaporan anggaran berpengaruh
terhadap kinerja Kepala SKPD. Namun tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Haykal (2007) yang menyatakan bahwa pelaporan anggaran tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja SKPD.
5.2.3. Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja SKPD
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar
0,231 dan nilai signifikan sebesar 0,002 yang lebih kecil dari α = 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan
Berpengaruh positif berarti bahwa dengan peningkatan komitmen organisasi
sebesar satu satuan maka akan meningkat pula kinerja SKPD sebesar 0,231 dan
demikian juga sebaliknya apabila terjadi penurunan komitmen organisasi maka
akan menurun pula kinerja SKPD. Hal ini mendukung pendapat Simanjuntak
(2005) yang menyatakan bahwa komitmen merupakan kesanggupan untuk
bertanggungjawab terhadap hal-hal yang dipercayakan kepada seseorang. Dengan
adanya komitmen yang kuat dari personal SKPD akan memungkinkan setiap
orang akan memaksimalkan segala sumberdaya untuk meningkatkan kinerja demi
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Warisno (2009) dan Ilhima (2013) yang menyatakan bahwa komitmen organisasi
tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja SKPD. Perbedaan hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi responden atas komitmen
organisasi yang dapat mempengaruhi kinerja SKPD.
5.2.4. Pengaruh Kualitas SDM terhadap Kinerja SKPD
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan nilai koefisien regresi positif
sebesar 0,182 dan nilai signifikan sebesar 0,011 yang lebih kecil dari α = 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa kualitas SDM berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja SKPD di lingkungan pemerintah Kabupaten Samosir. Hal ini
berarti bahwa dengan peningkatan kualitas SDM sebesar satu satuan maka akan
meningkatkan kinerja SKPD sebesar 0,182 dan demikian pula sebaliknya dengan
menurunnya kualitas SDM maka akan semakin menurun pula kinerja SKPD.
Sumber daya manusia merupakan pilar penyangga utama sekaligus
organisasi (Azhar, 2007). Kualitas SDM sangat mempengaruhi kinerja SKPD
karena keberhasilan suatu SKPD itu tergantung dari kualitas SDM yang mereka
miliki. Artinya bahwa tinggi rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang
bekerja di SKPD, memungkinkan munculnya kreatifitas dan produktivitas yang
akan direalisasikan dengan hasil kinerja yang baik. Pengelolaan sumber daya
manusia semaksimal mungkin sebagai elemen penting dari sebuah organisasi akan
mampu memberikan kontribusi yang optimal dalam pencapaian tujuan organisasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Warisno (2009)
dan Maswani (2010) yang menyatakan bahwa kualitas SDM berpengaruh
signifikan terhadap kinerja SKPD.
5.2.5. Pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja SKPD
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar
0,178 dan nilai signifikan sebesar 0,020 yang lebih kecil dari α = 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja SKPD di lingkungan pemerintah Kabupaten Samosir. Berpengaruh positif
berarti bahwa dengan peningkatan komunikasi sebesar satu satuan maka akan
meningkatkan kinerja SKPD sebesar 0,178 dan demikian pula sebaliknya dengan
menurunnya komunikasi maka akan menurun pula inerja SKPD. Menurut Suranto
(2005) bahwa dengan komunikasi yang baik maka seluruh komponen SKPD
dapat bekerja sistematis dalam satu arah yang sama untuk meningkatkan
produktivitas instansi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Warisno
namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ilhima (2013) dan
Ernita (2010).
5.2.6. Pengaruh Pengawasan Inspektorat sebagai Variabel Moderating.
Pengawasan Inspektorat dapat memoderasi hubungan antara perencanaan
anggaran, pelaporan anggaran, komitmen organisasi, kualitas SDM, dan
komunikasi dengan kinerja SKPD pada pemerintah Kabupaten Samosir. Hal ini
dapat dilihat dari koefisien yang bernilai negative (-,358) dan nilai sigifikan
0,004< 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pengawasan Inspektorat
merupakan variabel moderating yang dapat memperkuat hubungan antara
perencanan anggaran, pelaporan anggaran, komitmen organisasi, kualitas SDM,
dan komunikasi dengan kinerja SKPD. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
berfungsinya Inspektorat dalam melaksanakan pengawasan, maka kinerja SKPD
akan semakin meningkat.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Bangun (2009), yang menyatakan bahwa pengawasan internal tidak dapat
memoderasi partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran
dan struktur desentralisasi terhadap kinerja manajerial SKPD. Namun sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2011) yang menyatakan bahwa
variabel pemoderasi Pengawasan merupakan variabel yang memperkuat
perencanaan anggaran dan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial.
Dengan adanya pengawasan yang dilakukan dalam setiap tahapan pengelolaan
keuangan daerah (APBD) terutama dalam proses penyusunan anggaran akan
6.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis data penelitian, maka dapat diambil kesimpulan:
1. Perencanaan anggaran, pelaporan anggaran, komitmen organisasi, kualitas
SDM, dan komunikasi secara simultan dan parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja SKPD di lingkungan pemerintah Kabupaten
Samosir.
2. Pengawasan Inspektorat merupakan variabel moderating yang dapat
memperkuat hubungan antara perencanaan anggaran, pelaporan anggaran,
komitmen organisasi, kualitas SDM, dan komunikasi dengan kinerja SKPD di
lingkungan pemerintah Kabupaten Samosir.
6.2.KeterbatasanPenelitian
Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya adalah:
1. Responden yang digunakan dalam penelitian ini belum bersifat independen
dan terkait langsung dengan kinerja yang diukur sehingga penilaian yang
dilakukan cenderung subyektif.
2. Penelitian ini belum menggunakan data sekunder sebagai bahan evaluasi
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja SKPD di lingkungan
pemerintah Kabupaten Samosir.
3. Penelitian ini hanya dilakukan pada pimpinan SKPD di lingkungan
35 orang sehingga hasil dari rekomendasi penelitian ini tidak dapat
diberlakukan bagi daerah lain diluar Kabupaten Samosir.
6.3.Saran
Berdasarkan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka peneliti
memberikan saran atau masukan sebagai berikut:
1. Peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan reponden yang independen atau
tidak terkait langsung dengan kinerja yang diukur sehingga penilaian bisa
lebih objektif.
2. Peneliti selanjutnya sebaiknya juga menggunakan data sekunder sebagai
bahan analisis atas faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja.
3. Peneliti selanjutnya disarankan agar menambah sampel penelitian misalnya
dengan melakukan penelitian pada beberapa Kabupaten/Kota di Sumatera