REPRESENTASI KELOMPOK MARGA (SUAK SUKU)
DALAM KEKUASAAN DI TINGKAT LOKAL:
KASUS DI PAKPAK BHARAT
TESIS
Oleh
NAZIR SALIM MANIK
107024013/SP
PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
REPRESENTASI KELOMPOK MARGA (SUAK SUKU)
DALAM KEKUASAAN DI TINGKAT LOKAL:
KASUS DI PAKPAK BHARAT
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) dalamProgram Magister Studi Pembangunan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Oleh
NAZIR SALIM MANIK
107024013/SP
PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : REPRESENTASI KELOMPOK MARGA (SUAK) DALAM KEKUASAAN DI TINGKAT LOKAL: KASUS DI PAKPAK BHARAT
Nama Mahasiswa : Nazir Salim Manik
Nomor Pokok : 107024013
Program Studi : Studi Pembangunan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. R. Hamdani Harahap. M. Si) (Husni Thamrin, S.Sos, MSP Ketua Anggota
)
Ketua Program Studi Dekan
(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)
Telah diuji pada
Tanggal 26 Agustus 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
KETUA : Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si
Anggota : M. Arifin Nasution, S.Sos, MSP
: Drs. Kariono, M.Si : Drs. T. Saladin, MSP
PERNYATAAN
REPRESENTASI KELOMPOK MARGA (SUAK SUKU) DALAM KEKUASAAN DI TINGKAT LOKAL: KASUS DI PAKPAK BHARAT
TESIS
Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis menjadi rujukan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 16 Agustus 2012
REPRESENTASI KELOMPOK MARGA (SUAK SUKU) DALAM KEKUASAAN DI TINGKAT LOKAL :
KASUS DI PAKPAK BHARAT
ABSTRAK
Akar dan semangat penyelenggaraan negara yang bersifat desentralisasi telah lebih tua di bandingkan dengan usia negara Indonesia. Ini dapat dilihat fakta sejarah bahwa beberapa kerajaan di nusantara dulu menerapkan pola konfederasi Al. Kerajaan Simalungun, Raja Ampat, dll. Seiring dengan dinamika penyelenggaraan negara, maka tafsir tentang pola penyelenggaraan kenegaraan di Indonesia selalu disesuaikan dnegan tafsir penguasa. Saat kran reformasi terbuka, maka tuntutan untuk menempatkan azas desentralisasi yang bersinergi dengan sistem politik yang memperbesar penerapan azas keterwakilan elemen masyarakat di daerah semakin berpeluang terwujud. Salah satu daerah hasil pemekaran di Indonesia adalah Pakpak Bharat yang secara faktual juga memiliki masalah yang sama. Karenanya maka kajian tentang representasi elemen masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat pada DPRD tersebut menjadi relevan dilakukan. Secara umum masalah yang ingin dikupas melalui penelitian ini adalah; (1) Bagaimana kondisi perkembangan atau dinamika keterwakilan suak etnik yang dalam hal ini diwakili oleh kelompok marga lokal dalam pranata politik lokal?, (2) Hal-hal apa saja yang secara langsung mempengaruhi representasi kelompok marga tersebut dalam pranata politik lokal (DPRD)? Dan (3) Bagaimana prospek pembentukan keseimbangan pada pranata politik lokal dikaitkan dengan keterwakilan elemen masyarakat termasuk kelompok marga di Kabupaten Pakpak Bharat ?. Untuk mengkaji masalah-masalah terbeut, peneliti menggunakan tipe penelitian kualitatif. Proses pengumpulan data sepenuhnya menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumen. Masing-masing teknik pengumpulan data diharapkan akan bisa menjawab permasalahan penelitian secra jelas dan rinci. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa selain identitan dan sentimen kelompok marga, identitas lainnya yang juga bermain dalam ranah politik di Pakpak Bharat adalah identitas agama. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pola pembentukan keseimbangan representasi kelompok marga dalam pranata politik sedikit banyak bersinggungan erat dengan identitas keagamaan. Pola representasi elemen masyarakat Pakpak Bharat dalam pranata Politik terutama dalam lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pakpak Bharat masih bergerak menuju arah keseimbangan. Guna menghindari dampak buruk yang muncul dalam proses transformasi representasi kelompok marga yang ada di dalam lembaga politik, maka upaya untuk mendorong semua elemen termasuk setiap kelompok marga agar terlibat aktif dalam setiap kegiatan dan momen politik menjadi sangat penting.
REPRESENTATION OF FAMILY GROUP (SUKU SUAK) IN LOCAL LEVEL POWER : CASE IN PAKPAK BHARAT
ABSTRACT
Roots and spirit of decentralized state administration has been older than the age of the Indonesian state. It can be seen in the fact that some of the kingdom 's history in the nusantara archipelago before implementing a confederation such as Simalungun kingdom, Raja Ampat, etc. Along with the dynamics of the state, then the interpretation of the pattern of organization of the state in Indonesia has always adapted to the ruler’s interpretation. When the faucet of reformation is open, it demands to put the principle of decentralization in synergy with the political system that magnifies the application of the principle of representation of society in areas more likely to be realized. One of the areas of the division in Indonesia is factually Pakpak Bharat also has the similar problem. Therefore the study of the representation of Pakpak Bharat society becomse relevant in the local/regional Parliament to do. In general, the problem to be solved through this research is; (1) What is the condition of development or inlet dynamics of ethnic representation in this case represented by a local clan groups in local political institutions?, (2) what are the things that directly affect the representation of the clan groups in local political institutions (local parliament) ? And (3) How does the prospect of the establishment of equilibrium in the local political institutions associated with the representation of the elements of society, including clan groups in Pakpak Bharat?. To examine these issues, researchers used a type of qualitative research. The data collection process fully using observation, interviews and document research. Each of these data collection techniques are expected to be able to answer the problem of perpetually clear and detailed. The results showed that in addition to identy and sentiment of clan groups, other identities also play in the political arena in Pakpak Bharat is a religious identity. This fact indicates that the balanced pattern formation of the clan groups representation in political institutions more or less associated with religious identity. Pattern representation of Pakpak Bharat elements of society in Political institutions, especially in the Legislative Council/Parliament of Pakpak Bharat Regency is still moving toward equilibrium. In order to avoid the adverse effects that arise in the process of transformation of existing clan group representation in political institutions, then the efforts to encourage all the elements including each clan group to be actively involved in any political activity and becomes a very important political moment .
KATA PENGANTAR
Semangat penyelenggaraan negara yang bersifat desentralisasi telah lebih
tua di bandingkan dengan usia negara Indonesia. Ini dapat dilihat dari rekaman
sejarah yang menceritakan bahwa sejak jaman penjajahan praktek dan semangat
desentralisasi telah muncul. Tidak hanya itu, catatan sejarah juga menceritakan
bahwa banyak kerajaan-kerajaan di nusantara berbentuk semacam konfederasi
dimana di masing-masing kerajaan menyelenggarakan kegiatannya secara
otononom. Berbeda dengan tujuan desentralisasi di masa kerajaan dan penjajahan,
tujuan desentralisasi pasca kemerdekaan adalah untuk mencapai demokrasi
sebagai cara penyelenggaraan kehidupan bernegara. Seiring dengan begulirnya
reformasi di tahun 1998 yang juga menandai berakhirnya era orde baru, ternyata
berimbas pada munculnya dua perubahan mendasar dalam diskursus politik di
Indonesia. Pertama, hancurnya pandangan bahwa pemusatan kekuatan politik
adalah satu-satunya cara yang dianggap tepat untuk mengelola dan mengawasi
keanekaragaman sosial dan budaya di Indonesia. Kedua, ada keinginan untuk
memperluas pandangan diskursus tentang hak, karena dulu pengertian hak
merupakan wilayah penafsiran yang dikuasai oleh negara. Bagi Negara Indonesia
yang sampai saat ini selalu menekankan negara kesatuan, kedua perubahan
diskursus politik tersebut yang lebih jauh lagi tentang otoritas negara, fungsi
kelembagaan negara, peranan masyarakat dalam penyelenggaraan dan kritik
terhadap pembangunan, serta pengertian kewarganegaraan. Perdebatan tersebut
mengerucut pada persoalan yang sering disebut sebagai desentralisasi, yaitu
pembagian sebagian otoritas politik, otoritas pembuatan undang-undang, dan
otoritas fiskal ke pemerintah kabupaten/kota. Terbukanya kran desentralisasi
ternyata direspon oleh banyak daerah dan komunitas di Indonesia. Dengan
berbagai motif dan argumen maka bermunculanlah daerah-daerah baru sebagai
hasil pemekaran atau gabungan beberapa daerah. Kondisi itu ternyata mendapat
payung hukum yang diproduksi secara politis di lembaga-lembaga politik.
ternyata juga dapat dicermati pada proses kelahiran Kabupaten Pakpak Bharat di
Sumatera Utara.
Perlu dipahami, secara emik etnik Pakpak mengelompokkan diri ke dalam
beberapa kelompok subsuku yang memiliki teritori identik. Pengelompokan ini
lebih dikenal dengan suak. Menurut Berutu dan Nurbani (2007) wilayah
komunitas Pakpak tradisional, tidaklah identik dengan wilayah administrasi
Kabupaten Pakpak Bharat. Ini dikarenakan kelompok suku pakpak tersebar di
beberapa wilayah kabupaten di Sumatera Utara dan Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. Dalam konteks penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan di daerah,
kehadiran suak etnik Pakpak jelas memberi pengaruh baik secara langsung
maupun tidak langsung. Hal ini dapat diketahui dari pengamatan awal yang
dilakukan yang memperlihatkan bahwa kehadiran komponen subkelompok etnik
yang diwakili oleh suak marga yang ada ternyata berkaitan dengan proses
pembentukan komposisi keanggotaan pada pranata Dewan Perwakilan Rakayat
Derah (DPRD). Atas dasar berbagai hal terkait dengan kedudukan pranata politik
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang urgen, maka kajian tentang
representasi elemen masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat pada pranata terebut
menjadi alasan utama mengapa penelitian yang kemudian dituangkan dalam
tulisan berikut ini dilakukan.
Sebagai sebuah hasil karya ilmiah, proses penuliasn tesis ini tidaklah akan
bisa diselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor USU Prof. Dr. dr Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K)
yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk melanjutkan studi di
lingkungan Universitas Suamtera Utara,
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Ketua Program Magister Studi
Pembangunan USU
4. Bapak Dr. R. Hamdani Harahap MSi selaku Sekretaris Program
yang juga merupakan Pembimbing Utama dalam penulisan karya tulis ini,
5. Abangda Husni Thamrin, S.Sos, MSP selaku Pembimbing dalam penulisan
tesis ini,
6. Rekan-rekan mahasiswa Studi Pembangunan USU baik yang telah terlebih
dahulu menyelesaikan studinya maupun yang belum.
Akhirnya penulis juga tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada
semua anggota keluarga tak terkecuali kepada istri tercinta dan ananda Kirana
Manik yang telah mengalami sebagian hari-harinya tanpa kehadiran penulis
karena penulis harus menyelesaikan studi. Tanpa dukungan dan binaan orang tua
tercinta terutama ayahanda (alm) H. S. Manik, penulis yakin tidak akan bisa
menyelasikan studi dari jenjang yang paling rendah. Karenanya kepada mereka
penulis mengucapkan rasa terimakasih yang tidak terhingga. Kepada sanak
saudara yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis juga mengucapkan
terimakasih atsa dukungannya. Di atas itu semua, penulis mengucapkan rasa
syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT yang selalu memberikan kesehatan
dan kesmepatan kepada penulis untuk (akhirnya) menyelesaikan satu tahapan
pembelajaran dalam hidup ini.
Semoga tulisan berikut ini akan bisa menjadi bermanfaat dan menjadi
rujukan untuk disempurnakan oleh mereka yang tertarik untuk melakukan
penelitian sejenisnya di masa yang akan datang.
Medan, 10 Agustus 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
2.1. Konsep Etnisitas dan Kelompok Marga di Etnis Pakpak... 9
2.2. Teori Representasi dalam Politik ... 16
2.3. Kelompok Marga dalam Otonomi dan Kekuasaan Lokal di Pakpak Bharat ... 22
2.4. Kerangka Teoritis ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
3.1. Lokasi Penelitian ... 28
3.2. Tipe/ Jenis Penelitian ... 28
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 30
3.4. Analisa Data ... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35
4.1. Sejarah Ringkas dan Gambaran Umum Kabupaten Pakpak Bharat ... 35
4.2. Sejarah Etnik Pakpak ... 45
4.4. Keterwakilan Suak Pakpak Dalam Pranata Politik DPRD ... 54
4.4.1. Kasus Pemilu 2004 ... 55
4.4.2. Kasus Pemilu 2009 ... 59
4.5. Komposisi Keanggotaan Pranata Politik DPRD di Pakpak Bharat: Antara Representasi Kelompok Agama dan Kelompok Marga (Suak) ... 62
4.6. Tradisi Menanda Tahun: Kontestasi Politik Dan Identitas Suak Pakpak Simsim ... 70
4.7. Faktor yang Mempengaruhi Representasi Kelompok Marga (Marga) dan Agama Pada Pranata Politik DPRD di Pakpak Bharat ... 74
4.8. Mendorong Kestabilan Komposisi Representasi Elemen Masyarakat Pada Pranata Politik Lokal ... 78
BAB V PENUTUP ... 80
5.1. Kesimpulan ... 80
5.2. Rekomendasi ... 81
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
4.1. Daftar Kecamatan dan Dusun di Kabupaten Pakpak Bharat ... 41
4.2. Jumlah Penduduk Pakpak Bharat Menusrut Agama yang Dianut ... 42
4.3. Kondisi Persebaran Pemukiman Kelompok Marga di Pakpak Bharat... 51
4.4. Marga Dari Suak Pakpak Lain Yang Berdiam Di Teritori
Suak Simsim ... 52
4.5. Komposisi anggota DPRD Kab. Pakpak Bharat berdasarkan
Suak Etnik/ Etnik dan partai politik tahun 2004-2009 ... 56
4.6. Nama-nama anggota DPRD Kab. Pakpak Bharat Berdasarkan
Agama Dan Partai Politik ... 57
4.7. Komposisi anggota DPRD Kab. Pakpak Bharat berdasarkan
Suak Etnik/ Etnik dan partai politik tahun 2009-2014 ... 60
4.8. Nama-nama Anggota DPRD Pakpak Bharat Tahun 2009-2014 ... 61
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1. Kerangka Pikir Penelitian ... 27
4.1. Peta Kabupaten Pakpak Bharat ... 40