KONFLIK DAN NEGOSIASI
KELOMPOK 4
Lean Eva Oktaviani (0215101693)
Elis Siti Nuraeni (0216101367)
Karin Sari Novia (0215101531)
Pengertian Konflik
 Konflik berasal dari bahasa Latin ‘Confligo’, yang terdiri dari
dua kata, yakni ‘con’, yang berarti bersama-sama dan ‘fligo’, yang berarti pemogokan, penghancuran atau peremukan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata "konflik" berarti "pertentangan" atau "percekcokan". Konflik atau pertentangan bisa terjadi pada diri seseorang (konflik internal) ataupun di dalam kalangan yang lebih luas. Dalam organisasi istilahnya menjadi "konflik organisasi"
 Konflik menurut Robbins, adalah suatu proses yang dimulai
apabila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif atau akan segera
mempengaruhi secara negatif pihak lain, dan Alabenes dalam Nimran (1996) mengartikan konflik sebagai kondisi yang
dipersepsikan ada diantara pihak-pihak atau lebih merasakan adanya ketidaksesuaian antara tujuan dan peluang untuk
Transisi pandangan tentang konflik
 Ada tiga pandangan tentang konflik yaitu:
1. Pandangan Tradisional
Pandangan trandisional(traditional) ini sejalan dengan sikap yang dianut
banyakorang menyangkut perilaku kelompok pada tahun1930-an dan 1940-an. Konflik dipandang sebagai akibat disfungsional dari komunikasi yang buruk, tidak adanya keterbukaan dan kepercayaan antaranggota serta ketidakmampuan para manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan mereka. 2. Pandangan Hubungan Manusia
Pandangan hubungan manusia berpendapat bahwa konflik adalah kejadian
alamiah dalam semua kelompok dan organisasi. Karena konflik tak terhindarkan, mahzab hubungan manusia mendorong kita untuk menerima keberadaan konflik. 3. Pandangan Interaksionis
Bentuk-bentuk Konflik sebagai berikut:
 Konflik fungsional
Konflik yang mendukung tujuan kolompok dan meningkatakan kinerjanya.
 Konflik disfungsional
Konflik yang menghambat kinerja kelompok.
Yang membedakan konflik fungsional dan disfungsional dengan menunjukan dan mempethatikan jenis konfliknya secara spesifikasi, ada tiga tipe konflik, yaitu:
a. Konflik Tugas
Konflik atas muatan dan tujuan pekerjaan.
b. Konflik Hubungan
Konflik berdasarkan hubungan anatrpersonal.
c. Konflik Proses
Jenis dan Penyebab Konflik
 Jenis-jenis Konflik:
1. Konflik Intraindividu
konflik ini dialami oleh individu dengan dirinya sendiri karena adanya tekanan peran dan
dorongan diluar dengan keinginan. 2. Konflik Antarindividu
konflik yang terjadi antarindividu yang berbeda dalam suatu kelompok pada kelompok yang berbeda.
3. Konflik Antarkelompok
konflik ini bersifat kolektif. Konflik Organisasi, konflik yang terjadi antar unit organisasi yang bersifat struktural maupun fungsional. Contoh, konflik antara bagian pemasaran dengan bagian produksi.
 Penyebab konflik sebagai berikut:
1. Saling bergantungan
Dalam sebuah organisasi saling bergantungan dalam
pekerjaan terjadi jika dua kelompok organisasi atau lebih saling membutuhkan satu sama lain guna menyelesaikan tugas.
2. Perbedaan Tujuan
Perbedaan tujuan dari masing-masing sub unit atau
kelompok mempengaruhi secara dari masing-masing sub unit atau kelompok mengejar tujuannya, dan seringkali tujuan dari masing-masing subunit atau kelompok tersebut saling bertentangan. 3. Perbedaan Persepsi
Perbedaan persepsi tentang kenyataan yang terjadi dalam suatu organisasi merupakan penyebab konflik yang cukup potensial. Perbedaan persepsi ini menyebabkan perbedaan
pandangan dan pendapat tentang suatu kenyataan (atau kejadian) antara kelompok satu dengan lainnya sehingga terjadi suatu
Tahap I : Potensi Pertentangan atau Ketidakselarasan
Tahap pertama adalah munculnya kondisi yang member peluang terciptanya konflik. Kondisi-kondisi tersebut juga bisa dianggap sebagai sebab atau sumber konflik. Kategori umumnya antara lain:
 Komunikasi  Strukur
 variabel-variabel pribadi
Tahap II : Kognisi dan Personalisasi
Tahap ini penting karena dalam tahap inilah biasanya isu-isu konflik didefinisikan. Pada tahap ini pula para pihak memutuskan konflik itu tentang apa.
Konflik yang dipersepsi adalah kesadaran oleh satu atau lebih pihak akan adanya kondisi-kondisi yang menciptakan peluang munculnya konflik.
TahapIII : Maksud
Maksud adalah keputusan untuk bertindak dengan cara tertentu. Banyak konflik semakin rumit karena salah satu pihak salah dalam memahami maksud pihak lain.
Di sisi lain, biasanya ada perbedaan yang besar antara maksud dan perilaku, sehingga perilaku tidak selalu mencerminkan secara akurat maksud seseorang.
Tahap IV : Perilaku
Pada tahap inilah konflik mulai terlihat jelas. Tahap perilaku ini meliputi pernyataan, aksi, dan reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik. Perilaku konflik ini biasanya merupakan upaya untuk menyampaikan maksud dari masing-masing
Tahap V : Hasil
Pengertian Negosiasi
Negosiasi menurut Ivancevich (2007) sebuah proses
di mana dua pihak (atau lebih) yang berbeda
pendapat
berusaha
mencapai
kesepakatan.
Menurut Sopiah (2008), negosiasi merupakan suatu
proses tawar-menawar antara pihak-pihak yang
terlibat dalam konflik. Sedangkan Robbins (2008)
menyimpulkan negosiasi adalah sebuah proses di
mana dua pihak atau lebih melakukan pertukaran
barang atau jasa dan berupaya untuk menyepakati
nilai tukarnya.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan
Strategi Negosiasi antara lain:
Ada beberapa Strategi Negosiasi atau strategi manajemen konflik antara lain: 1. Negosiasi Menang-Kalah ( Win-Lose )
Pandangan klasik menyatakan bahwa negosiasi terjadi dalam bentuk sebuah permainan yang nilai totalnya adalah nol ( zero sum game ). Artinya apapun yang terjadi dalam negosiasi pastilah salah satu pihak akan menang, sedangkan pihak yang lainnya kalah, atau biasa dikenal dengan pendekatan distributif (ivancevich, 2007).
2. Negosiasi Menang-Menang ( Win-Win )
Pendekatan yang sama-sama menguntungkan, atau pendekatan integratif , dalam bernegosiasi memberikan cara pandang yang berbeda dalam proses
3. Negosiasi Kalah-Kalah
Pandangan Konflik dimana konflik ini bersifat saling kompromi dan mengambil keputusan bersama untuk
mengorbankan hal yang dipermasalkan untuk kepentingan bersama.
Contoh dari konflik ini adalah sengketa lahan yang akan dibangun untuk lapangan dimana pihak yang
berkonflik tidak mau mengalah untuk pembuatan lapangan tersebut untuk itu kedua belah pihak perlu melakukan kompromi untuk mengatasi akar
Proses Negosiasi sebagai berikut:
1) Persiapan dan perencanaanSebelum bernegosiasi perlu mengetahui apa tujuan dari Anda bernegosiasi dan memprediksi rentangan hasil yang mungkin diperoleh dari “paling baik” hingga “paling minimum bisa diterima”.
2) Penentuan aturan dasar
Begitu selesai melakukan perencanaan dan menyusun strategi, selanjutnya mulai menentukan aturan-aturan dan prosedur dasar dengan pihak lain untuk negosiasi itu sendiri.
3) Klarifikasi dan justifikasi
Ketika posisis awal sudah saling dipertukarkan, baik pihak pertama maupun kedua akan memaparkan, menguatkan, mengklarifikasi, mempertahankan, dan menjustifikasi tuntutan awal.
4)Penutupan dan implementasi
Konflik bisa saja bersifat konstruktif maupun destruktif terhadap operasi sebuah kelompok atau unit. Tingkat konflik bisa saja sangat tinggi atau sangat rendah. Kedua kondisi ekstrem ini memang dapat menghambat kinerja. Kondisi yang optimal adalah ketika terdapat cukup konflik untuk mencegah kemandekan, merangsang kreativitas, memungkinkan terkuranginya ketegangan, dan menumbuhkan benih-benih perubahan, walaupun tidak boleh terlalu tinggi sehingga tidak menuggu atau menghalangi koordinasi kegiatan.
Metode Penyelesaian dari Konflik
Ada lima metode untuk menangani konflik yang terjadi di dalam organisasi, yaitu: 1. Competition
Metode ini digunakan untuk mencapai tujuan tanpa menghiraukan dampak terhadap pihak-pihak lain. Biasanya, jika konflik terjadi di dalam suatu organisasi/kelompok yang formal, maka pihak yang dominan/berkuasa akan berusaha untuk menyelesaikan konflik dengan memanfaatkan kekuasaan yang ada di pihaknya.
2. Avoidance
3. Accommodation
Metode ini dilakukan dengan cara salah satu pihak berusaha untuk mengalah, dalam memenuhi tuntutan pihak oposisinya. Jadi dalam rangka untuk memelihara hubungan, salah satu pihak bersedia untuk berkorban.
4. Compromise
Metode ini berusaha untuk menjelaskan konflik dengan menemukan dasar di tengah dari dua pihak yang beroposisi. Jika pihak-pihak yang berselisih sama-sama bersedia berkorban, maka hasil kompromi akan tercapai. Cara ini bisa saja memperkecil kemungkinan untuk menimbulkan permusuhan yang terpendam.
5. Collaboration