• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 1979-7109

Jurnal Penelitian dan

Pengembangan

Pendidikan

Volume 4, Nomor 3, Desember 2010

JPPP

(2)

ISSN 1979-7109

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN (JPPP)

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

Penerbit

Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Ganesha

Pembina

Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd (Rektor Undiksha) Prof. Dr. I Gusti Putu Suharta, M.Si (PR I Undiksha)

Pemimpin Redaksi

Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M. Si.

(Ketua Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Ganesha)

Wakil Pemimpin Redaksi

Prof. Dr. I Nengah Suandi, M. Hum.

(Sekretaris Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Ganesha)

Dewan Redaksi

Prof. Dr. I Nyoman Sudana Degeng, M.Pd (UM) Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, M.S (Unud) Prof. Dr. I Nyoman Sudyana, M.Sc (Unpar)

Dr. Ir. Dwi Sulisworo, M.Si (UAD) Prof. Dr. Sukadi. M. Pd., M. Ed. (Undiksha) Drs. I Wayan Muderawan, M. Si., Ph. D. (Undiksha) Dr. I Gusti Agung Nyoman Setiawan, M.Si (Undiksha)

Dr. Ida Bagus Nyoman Sudria, M.Sc (Undiksha) Dr. I Gede Budasi, M. Ed. (Undiksha)

Dr. Made Tegeh, M. Pd. (Undiksha) Putu Agus Mayuni, S.Pd., M. Pd. (Undiksha) Wayan Artana Yasa, S. Pd., M. Pd. (Undiksha)

Putu Indah Rahmawati, M.Bis (Undiksha) Drs. I Gede Nurjaya, M.Pd (Undiksha)

Bendaharawan

Dra. Ni Ketut Wirati

Tata Usaha & Sirkulasi

Ida Bagus Astiyasa Ketut Sempidi Made Suardana Putu Putrayana Wardana

Alamat Redaksi

Jl. Udayana 12C, 81116, Singaraja Telepon (0362)22928, Fax. (0362)22928

(3)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan ISSN 1979-7109

WACANA

Pembaca yang budiman, penerbitan JPPP oleh Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Ganesha kali ini merupakan penerbitan yang kesebelas. Kehadiran JPPP ini diharapkan dapat mengoptimalkan kinerja Lembaga Penelitian, khususnya dalam upaya menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi hasil penelitian melalui publikasi ilmiah secara berkala.

(4)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan ISSN 1979-7109

pekerti. (7) Pengaruh usia dan strategi berbahasa: sebuah studi pragmatik tentang kesantunan berbahasa pada para penutur Bbahasa Indonesia (Peneliti: I. G. A. Lokita Purnamika Utami & I P. N. Wage Myartawan). Implikasi penelitian, bahwa variabel usia hendaknya mendapat perlakuan yang layak dan proporsional, ada baiknya ketika merumuskan tingkat kesantunan sebuah pertuturan variabel usia juga ada di dalamnya.

(5)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan ISSN 1979-7109

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PENDIDIKAN (JPPP)

Volume 4, Nomor 3, Desember 2010

DAFTAR ISI

iii Wacana

V Daftar Isi

252-266 Pengembangan model pelatihan penelitian tindakan kelas

reflektif berbasis kompetensi

Putu Kerti Nitiasih, Ni Nyoman Padmadewi, & L. P. Artini Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FBS Undiksha

267-281 Pengembangan model pelatihan lesson study untuk

meningkatkan profesionalisme guru penjasorkes pendidikan dasar di Provinsi Bali

I Nyoman Kanca & Made Agus Wijaya Jurusan Penjaskesrek FOK Undiksha

282-299 Pengembangan modul software multimedia interaktif untuk

meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar fisika siswa SMA

I Nyoman P Suwindra, Rai Sujanem, & Iwan Suswandi Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha

300-314 Pengembangan bahan ajar berbasis kearifan lokal untuk mata

pelajaran sains SMP

I Wayan Sukra Warpala, Jurusan Pendidikan Biologi, I Wayan Subagia, Jurusan Pendidikan Kimia, &

I Wayan Suastra, Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha 315-328 Evaluasi diri berbasis assesmen portopolio untuk

meningkatkan kemampuan menulis siswa

Ni Luh Putu Eka Sulistia Dewi, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FBS Undiksha

329-345 Pengembangan perangkat pembelajaran matematika

berpendekatan tematik untuk meningkatkan kompetensi kritis, kreatif, dan produktif siswa

Ni Nyoman Parwati, I Gst. Putu Sudiarta, & I Wayan Puja Astawa, Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Undiksha 346-361 Pengaruh usia dan strategi berbahasa: sebuah studi pragmatik

tentang kesantunan berbahasa pada para penutur Bbahasa Indonesia

(6)
(7)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

PENGEMBANGAN

MODEL PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS REFLEKTIF BERBASIS KOMPETENSI

P. Kerti Nitiasih, Ni N. Padmadewi, L. P. Artini Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris

I Made Sutama

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Undiksha

Abstrak

Penelitian ini bertujuan (a) mengembangkan Model Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas ‘Reflektif Berbasis Kompetensi’ (PTK-RBK), (b) meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun proposal penelitian, dan (c) meningkatkan profesionalisme guru di Provinsi Bali. Model pengembangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan yang terdiri dari tiga tahap umum yaitu (1) determinasi masalah, (2) desain, dan (3) pengembangan. Model pelatihan yang dikembangkan adalah model penelitian ‘reflektif’ dari Wallace (1991). Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar validasi dan wawancara. Data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif. Temuan penelitian menunjukkan bahwa model pelatihan reflektif yang terdiri atas 5 (lima) fase, (1) pemberian informasi, (2) refleksi dan penyusunan proposal, (3) presentasi, (4) refleksi, (5) kompetensi profesional, berada dalam kategori valid dan praktis untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun proposal penelitian tindakan kelas yang pada akhirnya dapat meningkatkan profesionalis-me guru.

Kata-kata kunci: model pengembangan reflektif; penelitian tindakan kelas; profesionalisme guru

Abstract

(8)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

determination, (b) design, and (c) development, whereasthe model designed for the training which is called ‘reflective model by Wallace (1991). Data of this research were gathered by using validation sheet and interview.Itwas then analysed descriptively. The result showed that the reflective model of training consisted of (1) received knowledge, (2) reflection dan proposal designing, (3) presentation, (4) reflection, (5) professional competence professional is valid and practical to improve the teachers’ ability in designing research proposal and be able to increase their professional competentece.

Key words: reflective model; classroom action research; teachers proffesionalism.

Pendahuluan

Undang-Undang tentang Sisdiknas (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang melahirkan paradigma baru pendidikan nasional), secara khusus menggariskan bahwa pendidik adalah tenaga profesional yang harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Di samping itu, PP No 19 th 2005 tentang SNP, mempersyaratkan pendidik memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tuntutan ini mengisyaratkan agar mempertimbangkan dengan serius penggunaan ilmu pengetahuan secara kritis. Guru diharapkan memiliki kompetensi yang seluas-luasnya sebagai atribut profesinya seperti yang disampaikan oleh Goneonce (1983) bahwa

Competence is supposed to include all “ qualities of personal effectiveness that are required in the workplace”.it is certain that we have here a very attunements of all kinds, percepliveness, receptivity, openness, creativity, social skills generally, interpersonal maturity, kinda of personal identification, etc.-as well as knowledge, understandings, action and skills’ Inti dari pengertian kompetensi menurut Goneonce tersebut lebih cenderung pada apa yang dapat dilakukan seseorang / masyarakat dari pada apa yang mereka ketahui (what people can do rather than what they know).

(9)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

pandangan DeRoche (1989) bahwa “I’ve never seen a good school without a good teacher” dapat terwujud.

Dalam kenyataannya, dari berbagai kajian, hingga saat ini, mutu guru ditengarai masih kurang memuaskan, baik dalam hal menguasai substansi keilmuan maupun kompetensi dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Penguasaan bidang studi dinilai kurang mendalam. Di samping itu, kompetensinya dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik lebih banyak bersifat teoretis. Isu tentang kualitas guru yang masih rendah ini tidak dapat dilepaskan dari tantangan global yang nyaris tidak terelakkan dan perubahan situasi secara nasional. Kedua faktor tersebut memiliki implikasi terhadap perlunya peningkatan standar kualitas guru hingga mencapai atau mendekati standar nasional dan internasional, sehingga mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas dan memiliki karakter yang tangguh.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru, seperti memberikan pelatihan tentang metode pembelajaran, kurikulum, dan studi lanjut bagi yang belum S1, namun upaya tersebut tampaknya belum berhasil secara maksimal untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan yang dilakukan oleh guru ketika telah selesai mengikuti pelatihan adalah ‘back to their habit’ (hasil wawancara informal dengan pengawas SMP di Kabupaten Buleleng dan Karangasem). Guru kembali dengan cara mengajar mereka yang lama sehingga pelatihan yang telah diberikan tidak berguna karena ilmu yang diperoleh tidak diaplikasikan di sekolah.

Berdasarkan kebiasaan tersebut, pemerintah kemudian merubah materi pelatihan yaitu memberikan pelatihan penelitian tindakan kelas kepada guru, melalui pelatihan ini, guru diberi kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga guru sadar terhadap kesalahan dan permasalahan yang terjadi serta dengan sadar pula mereka mencarikan solusi terhadap permasalahan mereka sendiri. Menurut T.RakaJoni (1998), kemampuan melakukan Penelitian Tindakan Kelas merupakan representasi kompetensi profesional dan pedagogik secara holistik yang dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa yang merupakan salah satu ciri dari profesionalisme guru.

(10)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

adalah ketika guru diminta membuat proposal sebagai aplikasi dari pemahaman yang mereka peroleh dalam pelatihan, sebagian besar guru merasa sulit untuk membuat proposal tersebut. Mereka cendrung meminta contoh proposal kepada instruktur, sehingga permasalahan yang diperoleh bukan merupakan hasil refleksi dari permasalahan yang mereka temukan sehari-hari.

Berdasarkan hasil interviú dengan peserta ditemukan bahwa pada pelatihan yang diberikan, guru kurang diberikan kesempatan untuk mempelajari secara sistematis dan terkendali tentang berbagai masalah pembelajaran yang dihadapi dalam kesehariannya. Guru kurang dilatih tentang cara-cara mendiagnosis masalah pembelajaran sendiri, menemukan penyebab utama masalah, dan melakukan terapi terhadap masalah pembelajarannya secara sistematis, terkendali, serta terprogram secara berkelanjutan. Dengan kata lain, guru kurang diberikan kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran mereka sendiri.

Model pelatihan seperti diatas merupakan model pelatihan tradisional yang tahapannya adalah instruktur mentransfer pengetahuan tentang PTK kepada peserta, dan selanjutnya praktek penyusunan proposal PTK. Model seperti itu belum bisa sepenuhnya melatih kemampuan reflektif guru dan kompetensi merencanakan Penelitian Tindakan Kelas untuk memperbaiki kualitas pembelajaran mereka.

Dengan melihat kelemahan dari pelatihan yang sudah pernah dilakukan perlu dikembangkan model pelatihan penelitian tindakan kelas

(classroom action reserarch) yang mampu memberikan kesempatan kepada guru untuk berlatih melakukan refleksi terhadap pelaksanaan KBM dikelas mereka sendiri, memiliki kompetensi untuk mendeteksi masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan KBM di kelas yang diasuhnya, mencari faktor-faktor penyebab masalah tersebut sehingga mereka sendiri pada akhirnya mampu menemukan cara-cara yang paling tepat untuk memecahkan masalahnya, dan menggunakan cara tersebut untuk memperbaiki mutu pembelajaran di kelas yang diasuhnya sehingga mutu pembelajaran meningkat. Dengan demikian profesionalisme guru otomatis meningkat.

(11)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

kesempatan kepada guru untuk memiliki kompetensi aplikatif yang akan mampu membentuk guru yang kompeten dan professional. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan satu cara pemecahan masalah yaitu mengembangkan model pelatihan Penelitian Tindakan Kelas Reflektif Berbasis Kompetensi (PTK-RBK), sehingga profesionalisme guru di provinsi Bali dapat ditingkatkan.

Model pelatihan reflectif adalah model yang paling lengkap dibandingkan dengan dua model lainnya yang dikembangkan Wallace (1991). Hal ini disebabkan karena model pelatihan dengan menggunakan model reflektif ini, peserta akan mampu mengembangkan dua pengetahuan sekaligus yaitu yang diterima oleh peserta dari instruktur dan pengetahuan praktis yang sudah dimiliki oleh peserta yang berhubungan dengan pekerjaan mereka sendiri. Berdasarkan kedua pengetahuan tersebut, peserta dapat melakukan refleksi dengan baik tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi pada pembelajarannya, mencari faktor-faktor yang menjadi penyebab masalah tersebut melalui refleksi tentang dan mencari solusi dari permasalahan.

Metode

Pengembangan Model Pelatihan ini menggunakan metode Penelitian Pengembangan dengan melakukan dua tahapan validasi yaitu validasi yang dilakukan oleh pakar dan validasi empiris yaitu uji coba model Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas Reflektif Berbasis Kompetensi (PTK-RBK), kepada guru-guru sebagai pengguna. Metode yang dipergunakan dalam mengembangkan model pelatihan PTK-RBK ini adalah metode Research and Design (R&D) dari Logan (1982), dengan sistematika umum sebagai berikut: (1) determinasi masalah, (2) desain, dan (3) pengembangan.

Model pelatihan yang dikembangkan adalah model penelitian ‘reflektif’ dari Wallace (1991), dengan sintaks 1)pemberian informasi , 2) refleksi dan penyusunan proposal, 3) presentasi,4) refleksi, 5) kompetensi profesional. Subyek penelitian adalah guru-guru SD,SMP dan SMA se Propinsi Bali. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar validasi dan wawancara. Data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif.

Hasil

(12)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

Hasil meta analisis terhadap proposal yang dibuat guru yang sudah pernah mengikuti pelatihan disajikan pada Tabel 01.

Tabel 01

Kelemahan Perumusan Judul Proposal PTK

Aspek Jumlah proposal Persentase (%)

Masalah 20 27

Cara Pemecahan Masalah 14 14

Subjek 16 21

Tempat 14 14,6

Waktu 14 14

Berdasarkan Tabel 01, dapat disimpulkan bahwa pada kenyataannya, kebanyakan kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam rancangan proposal guru-guru khususnya pada komponen judul proposal PTK adalah pada formulasi masalah yang nantinya akan dipecahkan dalam penelitian dengan persentase tertinggi 27%. Kemudian, diikuti oleh persentase kelemahan judul proposal pada aspek subjek penelitian dengan persentase 21%. Jumlah kelemahan terkecil terdapat pada proposal PTK khususnya pada judul proposal PTK adalah pada aspek cara pemecahan masalah, tempat dan waktu pelaksanaan penelitian dengan masing-masing persentase diantara ketiga aspek tersebut adalah 14%.

Tabel 2

Kelemahan-Kelemahan yang Ditemukan dalam Rasional

Aspek Jumlah proposal Persentase (%)

Pendahuluan 9 11

Masalah 12 22

Data Pendukung 9 11

Penyebab Masalah 9 17

Teknik 9 11

Alasan Pemilihan Teknik 12 17

Tujuan 9 11

(13)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

Kemudian diikuti dengan masalah dalam menentukan penyebab masalah sebesar 17 dan alasan pemilihan teknik penulisan dalam aspek pendahuluan sebanyak 17%. Prosentase yang sama ditemukan pada pencarian data pendukung, teknikdan tujuan sebesar 11%.

Tabel 03

Kelemahan-Kelamahan yang Ditemukan dalam Masalah Penelitian

Aspek Jumlah Proposal Persentase (%)

Masalah Nyata 0 0

Spesifik 26 45

Jelas Mendesak 27 50

Identifikasi Penyebab Masalah

17 5

Berdasarkan informasi yang ditunjukkan dalam tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua proposal tidak memiliki kelemahan dalam aspek keaslian masalah yang diajukan yang memang harus benar-benar terjadi dalam proses belajar mengajar disekolah. Masalah terbesar yang membuat proposal guru-guru lemah terjadi pada desain aspek mendesaknya masalah yang diajukan sebanyak 50%. Proposal-proposal ini tidak menyediakan informasi termasuk alasan-alasan mendesaknya atau pentingnya masalah yang diajukan untuk segera dipecahkan. Kemudian 45% proposal yang masih lemah dalam desain aspek spesifikasi masalah. Masalah terkecil terdapat pada desain aspek identifikasi penyebab masalah dengan hanya 5% proposal memiliki kelemahan, seperti yang disajikan pada table 04.

Tabel 04

Kelemahan-Kelemahan yang Ditemukan dalam Cara Pemecahan Masalah

Aspek Jumlah Proposal Persentase (%)

Hasil Analisis Masalah 22 40

Kemantapan Landasan Konseptual

21 30

Teknik yang Digunakan 21 30

(14)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

yang berdasarkan atas hasil analisis (40%). Kemudian diikuti oleh masalah guru dalam merancang kemantapan dan/atau kestabilan landasan konseptual yang mampu mempengaruhi ketepatan penggunaan teknik terhadap masalah yang akan dipecahkan nantinya dalam penelitian yang sama sebesar 30%.

Tabel 05

Kelemahan-Kelemahan yang Ditemukan dalam Tujuan Penelitian

Aspek Jumlah Proposal Persentase (%)

Tujuan penelitian sesuai dengan hakekat

permasalahan

35 40

Tujuan penelitian telah dirancang sesuai dengan bentuk tujuan PTK

37 60

Tabel 05 menunjukkan bahwa 60% proposal guru-guru masih lemah dalam rancangan tujuan penelitiannya. Guru-guru masih belum jelas dalam memformulasikan tujuan penelitiannya sesuai dengan formulasi tujuan PTK. Kemudian 40% proposal masih lemah dalam aspek ketidaktepatan atau ketidaksesuaian formulasi tujuan penelitian dalam proposal dengan hakekat permasalahan yang telah dikemukakan.

Tabel 06

Kelemahan-Kelamahan yang Ditemukan dalam Manfaat Penelitian

Aspek Jumlah Proposal Persentase (%)

Kesesuian Manfaat Penelitian 42 54 Kelengkapan Manfaat

Penelitian

36 46

(15)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

Tabel 07

Kelemahan dalam Rancangan Metode Penelitian Proposal PTK

Aspek Jumlah Proposal Persentase

(%)

Perencanaan 8 10

Tindakan 7 9.5

Observasi 7 9.5

Refleksi 7 9.5

Pengumpulan Data 20 26

Data Analisis 20 26

Indikator Keberhasilan 7 9.5

Pada Tabel 07 di atas dapat dilihat bahwa guru memiliki permasalahan dalam merancang seluruh aspek dari metode penelitian. Hal ini dapat dilihat dari persentase yang ada pada setiap aspek. Diantara semua permasalahan dalam merancang metode penelitian, prosentase tertinggi ada pada pengumpulan data dan analisis data. Selanjutnya adalah pada aspek perencanaan sebesar 10% dan 9,5% proposal guru menunjukkan kelemahan dalam merencanakan tindakan, observasi, refleksi dan membuat indikator keberhasilan.

Model pelatihan reflektif yang telah didisain kemudian dilakukan validasi draft model. Draft model diberikan kepada 4 validator yang terdiri dari 2 orang ahli dalam metodologi penelitian Tindakan Kelas dan dua orang ahli dalam metode dan strategi pembelajaran. Hasil validitas draft model tersebut dapat dilihat dari Tabel 08.

Tabel 08

Hasil Penilaian Draft Awal Model

Kategori

No Aspekyang dinilai

Kuat Lemah

Keterangan

1 Teori yang melandasi model √ - Ada satu dari 4 validator yang menyatakan perlunya

mempertajam teori yang

melandasimodel Komponen Model √ -

2

(16)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

(pemberian informasi) b. Previous experiencial knowledge (refleksi) 3. Presentasi cara pemecahan masalah

√ -

d. Reflect (refleksi) √ - e. Perbaikan proposal yg

menunjukkan kompetensi profesional guru

√ - Ada satu dari 4 validator yang masih ragu dengan kemampuan

3 Dampak pelatihan dan dampak pengiring

√ -

4 Keterkaitan antara komponen-komponen model

√ -

Kepraktisan model √ - 5

ƒ model dapat dipergunakan di segala pelatihan PTK

ƒ Pelatih merasa mudah mengaplikasikan model pelatihan ini

√ -

(17)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

Pelaksanaan uji empiris dari model reflektif ini mengikuti sintaks seperti pada tabel 09.

Tabel 09

Sintaks model dan aktivitas pelatihan

Aktivitas

2. Ada beberapa materi yang diberikan dengan jig-saw yang

mengharuskan

pembentukan kelompok 3. Pemberian model PTK

1. Mendengarkan dan

1. Meminta peserta untuk merefleksi

pembelajarannya terutama pada aspek-aspek : permasalahan, sumber masalah dan cara pemecahan masalah 2. Meminta peserta untuk

mempresentasikan

3. Meminta peserta untuk melakukan simulasi tentang metode, strategi pembelajaran atau cara evaluasi yang

(18)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266 sudah dihasilkan oleh guru

Mencermati hasil penilaian, merefleksi dan melakukan perbaikan

Dengan mengaplikasikan sintaks di atas dalam pelatihan PTK ditemukan bahwa permasalah-permasalahan yang dihadapi dalam menulis proposal seperti yang ditemukan dalamhasilmeta analisis dapat dikurangi secara drastis. Sebanyak 80% peserta mengalami peningkatan secara signifikan dalam menulis proposal.

Pembahasan

(19)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

Model pembelajaran yang dihasilkan dari penelitian ini merupakan model yang valid dan praktis diterapkan untuk meningkatkan kompetensi profesional guru dalam menyusun proposal penelitian PTK. Melalui pemberian (received knowledge), guru memiliki pengetahuan yang lengkap tentang Penelitian Tindakan Kelas. Melalui pemberian (previous experiential knowledge), guru secara langsung diberi kesempatan untuk merefleksi kualitas proses belajar mengajar yang dilakukan sehari-hari. Dengan menggabungkan kedua pengetahuan tersebut guru mampu mendeteksi masalah pembelajarannya, mendeteksi factor-faktor yang menjadi penyebab masalah tersebut dan selanjutnya guru mampu memilih metode yang tepat untuk menanggulangi permasalahan pembelajaran yang ditemukan.

Terciptanya Model Pelatihan Penelitian Tindakan yang dapat meningkatkan kemampuan guru untuk (a) melakukan refleksi terhadap masalah-masalah dalam pembelajaran mereka, (b) menentukan tindakan perbaikan terhadap masalah-masalah yang dihadapi, (c) menentukan langkah-langkah penelitian, dan (d) menentukan indikator keberhasilan, berimplikasi pada meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran di sekolah. Oleh sebab itu, berdasarkan luaran yang diperoleh dari penelitian ini, pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional sebaiknya menggunakan model ini sebagai model pelatihan Penelitian Tindakan Kelas sehingga secara strategis dapat mengubah iklim akademik di sekolah serta mampu memberikan pendidikan untuk semua (education for all) dengan baik. Apabila semua anak bangsa ini sudah memperoleh pendidikan yang layak mereka akan mampu mencari pekerjaan dengan kualitas yang lebih baik sehingga kemiskinan dapat perlahan-lahan dientaskan.

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pelatihan reflektif dengan sintaks (a) receive knowledge (pemberian informasi), b) Previous experiencial knowledge (refleksi), (c) Practice (d) Reflect (refleksi), (e)

Proffesional competence (Perbaikan proposal) dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun proposal PTK.

(20)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

Daftar Rujukan

Abdurrahman, M. & Totok Bintoro. 2000. Memahami dan menangani siswa dengan problem dalam belajar: pedoman guru. Jakarta: Proyek Peningkatakan Mutu SLTP. Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Abrami, P. C & Chambers, B. 1996. Research on cooperative learning and achievement: Comments on Slavin. Contemporary Educational Psychology. 21. 70-79

Bridges, D. 1990. The character of discussion: A focus on students. In W. Willen (Ed.) Teaching and learning through discussion. 15-28. Norwood, NJ: Ablex

Brookfield, S. D. 1990. The skillful teacher: On technique, trust, and responsiveness in the classroom. San Fransisco: Jossey-Bass

Frederick, P. J. 1994. Classroom Discussions. In K.W. Prichard & McLaren Sawyer, R. (Eds.) Handbook of college teaching: Theory and application. Westport, Connecticut: Greenwood Press.

Hudson, P. 1991. A comparison of two group methods of teaching communication skills to high school students. Journal of Specialists in Group Work. 16 (4). 255-263

Johnson, D. W., Johnson, R. T. & Johnson-Holubec, E. J. 1993. Cooperation in the Classroom. (6th ed.). Edina, M. A: Interaction Book

Johnson, D. W. & Johnson, R. T. 1994. Learning together and alone. cooperative, competitive, and indiviadualistic learning (4th Ed.). Needham Heights, MA: Allyn and Bacon.

Jones, B. F., Palinscar, S., Ogle, D. S. & Carr, E. G. (Eds.). 1987. Strategic teaching and learning: Cognitive instrcution in the content areas.

Alexandria, V. A: Association for Supervision and Curriculum Development.

(21)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

O’Malley, M. J., Pierce, L. V. 1996. Authentic assessment for english language learners: A practical approach for teachers. United States of America: Addison-Wesley Publishing Company.

Padmadewi, N. N., Artini, L. P., & Heri Santosa, M. 2008. Studi penelusuran alumni tentang relevansi kurikulum dengan kebutuhan pekerjaan guru di sekolah. Laporan penelitian. Universitas Pendidikan Ganesha.

Rindjin, K., Sarna, K., & Padmadewi. N. N. 2006. Diagnosis masalah pembelajaran. Makalah. Disampaikan dalam Focused Group Discussion antar Guru-Guru SD, SMP se-Kabupaten Buleleng Tanggal 21 Oktober 2006.

Slavin, R. E. 1995. Cooperative learning: Theory, research and practice. Englewood Cliffs, N. J.: Prentice Hall.

Tantra, D. K. 2005. Peningkatan profesionalisme guru dengan paradigma baru. Makalah. Disampaikan dalam workshop menumbuhkan komitmen guru dan pegawai SMA Negeri 3 Denpasar, pada tanggal 3 Januari 2005 di Candikuning Tabanan.

Tantra, D. K. 2005. Penelitian tindakan kelas. Makalah. Disampaikan dalam Workshop Menumbuhkan Komitmen Guru dan Pegawai SMA Negeri 4 Denpasar tanggal 3 Januari 2005 di Candikuning Tabanan).

Whitman, C. 1990. Break a leg, Touch a mind: Using teacher-created skits.

Gambar

Tabel 2
Tabel 03
Tabel 06 Kelemahan-Kelamahan yang Ditemukan dalam Manfaat Penelitian
Tabel 08 Hasil Penilaian Draft Awal Model
+3

Referensi

Dokumen terkait

Maka pendekatan visual dalam perancangan buku pop up ini adalah dengan menggunakan pendekatan visual yang berupa gambar ilustrasi kartun yang sederhana dan tidak

Skizogoni banyak terjadi pada organ dalam (hati, limpa, dan sumsum tulang) dan kelainan patologis pada organ tersebut sering ditandai dengan adanya pigmen malaria yang dideposit

Meskipun demikian, kuat tekan normal yang dihasilkan oleh perbandingan komposisi 1semen : 1,5pasir : 2,5split ini pada sisa sampel benda uji menghasilkan kuat tekan yang

2 Wakil Dekan Bidang I SALINAN TERKENDALI 02 3 Wakil Dekan Bidang II SALINAN TERKENDALI 03 4 Manajer Pendidikan SALINAN TERKENDALI 04 5 Manajer Riset dan Pengabdian

Artinya kegiatan PKM berupa Pelatihan Parenting (Komunikasi dasar pengasuhan anak usia dini pada orang tua, pendidik paud, dan penggerak PKK di Desa Nagrog Cicalengka

Menyepakati organisasi pengelola dana bergulir dibawah BUM Desa Bersama, dengan ketentuan pengurus organisasi pengelola tersebut adalah Prioritas bagi Pengurus Unit

Pengawasan kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila dipergunakan, mempertahankan kualitas produk yang sudah tinggi dan

Pertunjukan Nini Thowong merupakan salah satu kesenian yang ada di Desa Panjangrejo Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul.Pada awalnya warga sekitar mempunyai keyakinan bahwa