• Tidak ada hasil yang ditemukan

Email: ratna.farwatigmail.com Abstrak: Artikel ini melaporkan gambaran tentang keterampilan literasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Email: ratna.farwatigmail.com Abstrak: Artikel ini melaporkan gambaran tentang keterampilan literasi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

POTRET LITERASI LINGKUNGAN MAHASISWA CALON GURU KIMIA DI UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Ratna Farwati1, Anna Permanasari2, Harry Firman3, dan Tatang Suhery1

1Pendidikan Kimia, Universitas Sriwijaya 2Pendidikan IPA, Universitas Pendidikan Indonesia 3Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia

Email: ratna.farwati@gmail.com

Abstrak: Artikel ini melaporkan gambaran tentang keterampilan literasi lingkungan mahasiswa calon guru kimia di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sriwijaya. Keterampilan ini terdiri dari kompetensi lingkungan, pengetahuan lingkungan, dan sikap terhadap lingkungan. Data dikumpulkan dengan melakukan survei pada mahasiswa semester 4 dan 6. Dari hasil survey ditemukan bahwa mahasiswa calon guru kimia memiliki literasi lingkungan pada kategori sedang untuk aspek kompetensi lingkungan dan pengetahuan lingkungan, sedangkan untuk aspek sikap terhadap lingkungan berada pada kategori tinggi. Temuan ini mengindikasikan perlu dilakukan inovasi terhadap perkuliahan agar kompetensi lingkungan dan pengetahuan lingkungan mahasiswa dapat lebih baik lagi. Berdasar pada konsep literasi lingkungan, khususnya pada kompetensi lingkungan dan pengetahuan lingkungan, diduga kuat bahwa mata kuliah Kimia Lingkungan merupakan media potensial untuk membekalkan keterampilan tersebut kepada mahasiswa.

Kata Kunci: Literasi Lingkungan, Calon Guru Kimia

PENDAHULUAN

Menjaga keseimbangan lingkungan merupakan tanggung jawab semua orang. Keseimbangan lingkungan dapat terganggu karena kejadian alam dan/atau aktivitas manusia. Gangguan akibat kejadian alam tidak dapat dihindari. Namun gangguan akibat aktivitas manusia masih mungkin untuk dikendalikan. Oleh sebab itu sudah sewajarnya setiap orang memiliki wawasan yang baik terhadap lingkungan. Terlebih lagi bagi calon guru yang akan membekalkan wawasan tersebut kepada siswa-siswanya. Dengan demikian, sangat penting untuk mengetahui gambaran wawasan lingkungan mahasiswa calon guru tersebut. Gambaran tersebut dapat menjadi masukan dalam pengembangan rancangan suatu perkuliahan.

(2)

(Zuriyani, t.t.). Jenis instrumen tersebut dipilih sesuai dengan konsep literasi lingkungan yang diusung dan karakteristik subjek penelitian.

Konsep literasi lingkungan dikembangkan dari konsep literasi sains. Berdasarkan kajian literatur diketahui bahwa literasi lingkungan memiliki tiga komponen berbasis wawasan lingkungan. Ketiga komponen tersebut yaitu kompetensi lingkungan, pengetahuan lingkungan, dan sikap terhadap lingkungan (OECD, 2007; NAAEE, 2000). Ketiga aspek ini saling berhungan erat (Pe’er et al., 2007). Asesmen terhadap ketiga aspek tersebut dapat menggambarkan kemampuan literasi lingkungan seseorang secara utuh. Sehingga dengan ini akan tergambar lebih rinci tentang wawasan lingkungan dari seorang calon guru serta kemampuannya menggunakan pengetahuan dan sikapnya terhadap masalah-masalah lingkungan.

Untuk memetakan kemampuan literasi lingkungan calon guru kimia dapat dilakukan dengan cara survei (Joseph et al., 2015). Dengan metode ini memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari sebanyak-banyaknya subjek penelitian yang dapat dijangkau. Dengan mengimplementasikan metode ini, sangat cocok jika menggunakan instrumen berupa kuesioner. Instrumen ini sangat handal merekam sikap mahasiswa terhadap lingkungan (Swanepoel et al., 2002). Instrumen ini mungkin saja untuk digunakan mengidentifikasi pengetahuan lingkungan mahasiswa, tetapi akan diperoleh hasil yang kurang akurat. Oleh karena itu, instrumen untuk mengases pengetahuan lingkungan dan kompetensi lingkungan diases dengan jenis instrumen yang berbeda.

Pada penelitian ini digunakan instrumen berupa soal esai untuk mengases kompetensi lingkungan, soal pilihan ganda untuk mengases pengetahuan lingkungan, dan skala sikap untuk mengases sikap terhadap lingkungan. Ketiga jenis instrumen ini telah dikembangkan dalam penelitian sebelumnya. Instrumen asesmen tersebut telah dinyatakan layak untuk digunakan memotret keterampilan literasi lingkungan mahasiswa. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian berikutnya dan/atau menjadi bahan pertimbangan bagi dosen FKIP Kimia Universitas Sriwijaya dalam mengembangkan rencana perkuliahan, khususnya pada mata kuliah berbasis lingkungan.

METODE

(3)

Instrumen tersebut merupakan asesmen literasi lingkungan. Asesmen literasi lingkungan terdiri dari 16 soal pilihan ganda, 12 soal esai, dan 15 skala sikap. Waktu pengisian asesmen ini sekitar 90 menit. Tidak ada waktu tambahan bagi mahasiswa untuk mengisi asesmen tersebut. Keadaan saat pengisian asesmen dibuat senyaman mungkin dan dikondisikan agar mahasiswa mengerjakan asesmen tersebut secara mandiri.

Asesmen literasi lingkungan dianalisis dengan cara yang sama. Ketiga asesmen yang telah dikumpulkan, kemudian dihitung skor dari masing-masing mahasiswa dan ditabulasi. Asesmen pilihan ganda memiliki bobot skor 1 untuk tiap item soal yang dijawab dengan benar. Sedangkan untuk asesmen esai, bobot skor tiap soal berbeda dan penskoran mengikuti rubrik kunci jawaban yang telah disiapkan. Namun untuk skala sikap, bobot skor per item pernyataan antara 1-5. Setiap mahasiswa memiliki total skor masing-masing. Total skor ini kemudian dikonversi ke dalam skala 100. Berdasarkan angka tersebut kemudian dihitung nilai rata-rata untuk mahasiswa dari masing-masing semester. Lalu, nilai rata-rata literasi lingkungan mahasiswa semester 4 dibandingkan dengan mahasiswa dari semester 6. Untuk dapat melihat signifikansi perbedaan kedua rata-rata tersebut, dilakukan pula uji beda rata-rata menggunakan program SPSS 18.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Literasi lingkungan mahasiswa calon guru kimia berada pada kategori sedang. Kategori yang sama ditemukan pula untuk komponen literasi lingkungan dari kompetensi lingkungan dan pengetahuan lingkungan. Namun berbeda dengan sikap terhadap lingkungan, mahasiswa calon guru kimia memiliki sikap yang sangat baik terhadap lingkungan. Berdasarkan hasil temuan, komponen tersebut berada pada kategori tinggi.

Temuan di atas memiliki kecenderungan yang sama dengan laporan dari Özgürler & Cansaran (2014) tentang literasi lingkungan mahasiswa calon guru di Turkey. Keduanya menemukan bahwa mahasiswa tersebut memiliki sikap yang sangat positif terhadap lingkungan, tetapi pengetahuan lingkungan mahasiswa tersebut tidak begitu tinggi. Kesamaan temuan ini mungkin saja terjadi karena terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan lingkungan mahasiswa dengan

sikap mahasiswa terhadap lingkungan (Pe’er et al., 2007; Goldman et al., 2006).

Sehingga, jika pengetahuan lingkungan mahasiswa berada pada kategori baik, maka sikap terhadap lingkungan pun akan berada pada kategori baik.

(4)

6. Kategori ini didasarkan pada nilai rata-rata mahasiswa pada setiap aspek literasi lingkungan.

Pengetahuan lingkungan mahasiswa terdiri dari lima indikator yang telah dirumuskan oleh OECD dan NAAEE. Skor rata-rata setiap indikator dari pengetahuan lingkungan secara rinci disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Perbedaan Nilai Rata-Rata Setiap Indikator Pengetahuan Lingkungan Mahasiswa Calon Guru Kimia Semester 4 dengan Semester 6

Mayoritas kedua kelompok mahasiswa ini memiliki kategori yang sama pada setiap indikator. Hanya saja pada indikator sistem fisik dan ekologi, mahasiswa semester 4 memiliki kategori yang lebih tinggi dari pada mahasiswa semester 6. Selain itu, terdapat dua indikator lain yang perlu menjadi perhatian saat mengembangkan rencana perkuliahan pada mata kuliah berbasis lingkungan.

(5)

Kompetensi lingkungan memiliki empat indikator yang telah dirumuskan oleh OECD dan NAAEE. Pencapaian mahasiswa semester 4 dan 6 untuk semua indikator kompetensi lingkungan berada pada kategori yang sama. Skor rata-rata tiap indikator kompetensi lingkungan diilustrasikan dalam Gambar 2. Kedua kelompok mahasiswa ini memiliki kemampuan yang sama untuk mengidentifikasi, menganalisis, menggunakan bukti, serta mengevaluasi dan membuat keputusan dalam mengatasi masalah lingkungan. Temuan ini didukung oleh laporan dari Altun-Yalçin et al. (2011) yang mengemukakan bahwa grade level mahasiswa tidak memberi dampak yang signifikan pada hasil literasi lingkungannya.

Gambar 2. Perbedaan Nilai Rata-Rata Setiap Indikator Kompetensi Lingkungan Mahasiswa Calon Guru Kimia Semester 4 dengan Semester 6

Dua diantara empat indikator kompetensi lingkungan berada dalam kategori sedang. Namun dua indikator lainnya berada dalam kategori rendah. Kedua indikator ini perlu diperhatikan saat mengembangkan rencana perkuliahan yang berorientasi pada pembekalan literasi lingkungan. Kedua indikator tersebut ialah indentifikasi masalah lingkungan dan analisis masalah lingkungan.

(6)

rinci, pencapaian skor rata-rata untuk sikap terhadap lingkungan dari kedua kelompok tersebut disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Skor Rata-Rata Tiap Indikator Sikap terhadap Lingkungan Mahasiswa Calon guru Kimia

Indikator

Sikap terhadap Lingkungan

Mahasiswa Calon Guru Kimia Semester 4 Semester 6

Ketertarikan terhadap isu lingkungan 66 69

Kepedulian terhadap lingkungan 68 71

Internal locus of control 78 82

Tanggung jawab menjaga lingkungan 68 64

Niat untuk bertindak mengatasi masalah

lingkungan 80 81

Literasi lingkungan merupakan salah satu bagian penting dari pengembangan keterampilan literasi (Bybee, 2008). Sehingga dari itu, literasi lingkungan termasuk bagian utama dalam pendidikan abad-21 (ELTF, 2015). Berdasarkan temuan dari penelitian ini terdapat beberapa indikator dari masing-masing aspek literasi lingkungan yang menjadi perhatian untuk mengembangkan rencana perkuliahan. Pembelajaran dengan pendekatan multidisiplin berpotensi mendorong mahasiswa untuk menggunakan pengetahuan dari teori hingga praktik untuk menghasilkan pemecahan masalah lingkungan (Scholz, 2011). Salah satu pendekatan multidisiplin yang berpotensi untuk mengembangkan literasi lingkungan mahasiswa yaitu pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan science, technology, engineering, and mathematics (STEM) termasuk pendekatan multidisiplin (Doerschuk et al., 2016).

PENUTUP

Keterampilan literasi lingkungan mahasiswa mencakup gambaran tentang kompetensi lingkungan, pengetahuan lingkungan, dan sikap mahasiswa terhadap lingkungan. Mahasiswa semester 4 dan 6 memiliki nilai rata-rata yang hampir sama untuk kompetensi lingkungan dan sikap terhadap lingkungan. Namun untuk pengetahuan tentang lingkungan, mahasiswa semester 4 memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dari pada mahasiswa semester 6.

(7)

REFERENSI

Altun-Yalçin, S., Açişli, S., & Turgut, Ü. (2011). Determining the levels of pre

-service science teachers’ scientific literacy and investigating effectuality of

the education faculties about developing scientific literacy. Proceedings of World Conference on Education Sciences (pp. 783-787). Istanbul: Elsevier Ltd.

Bybee, R. W. (2008). Scientific literacy, environmental issues, and PISA 2006: The 2008 Paul F-Brandwein lecture. Journal of Science Education and Technology, 17, 566–585. doi: 10.1007/s10956-008-9124-4

Cheng, I. N., & So, W. W. (2015). Teachers’ environmental literacy and teaching

stories of three Hong Kong primary school teachers. International Research in Geographical and Environmental Education, 24(1), 58-79. Chu, H. E., Sinh, D. H., & Lee, M. N. (2006). Korean students’ environmental

literacy and variables affecting environmental literacy. Makalah diseminarkan di Conference of the Australian Association of Environmental Education, Perth: Australian Association of Environmental

Education. Retrieved from

www.aaee.org.au/docs/2006%20conference/33_Chu1_Shin_Lee.pdf Kruger, J., Mann, J., & Martin, C. (2016). Closing the gaps and filling the STEM

pipeline: A multidisciplinary approach. Journal of Science Education and Technology, 25, 682–695. doi: 10.1007/s10956-016-9622-8

Environmental Literacy Task Force. (2015). A blueprint for environmental literacy: Educating every student in, about, and for the environment. Redwood City: Californians Dedicated to Education Foundation.

Goldman, D., Yavetz, B., & Pe’er, S. (2006). Environmental literacy in teacher training in Israel: Environmental behavior of new students. Fall, 38(1), 3-22.

Joseph, C., Nichol, E. O., Janggu, T., & Madi, N. (2015). Environmental literacy and attitudes among Malaysian business educators. International Journal of Sustainability in Higher Education, 14(2), 196-208.

North American Association for Environmental Education. (2000). Developing a framework for assessing environmental literacy: Executive summary. Washington, DC: Author.

Organization for Economic Co-operation and Development. (2007). PISA 2006: Science competencies for tomorrow’s world, volume I analysis. Paris: Author. world, volume I analysis. Paris: Author.

Özgürler, S. & Cansaran, A. (2014). Graduate students, study of environmental literacy and sustainable development. International Electronic Journal of Environmental Education, 4(2), 71-83.

Pe’er, S., Goldman, D., & Yavetz, B. (2007). Environmental literacy in teacher

training: attitudes, knowledge, and environmental behavior of beginning students. Fall, 39(1), 45-59.

(8)

Shell, D.F., Hazley, M.P., Soh, L.K., Ingraham, E., and Ramsay, S. (2013). Associations of students’ creativity, motivation, and self-regulation with learning and achievement in college computer science courses. UK: IEEE. Swanepoel, C., Loubser, C. P., & Chacko, C. P. (2002). Measuring the environmental literacy of teachers. South African Journal of Education, 22(4), 282-285.

Gambar

Gambar 1. Perbedaan Nilai Rata-Rata Setiap Indikator Pengetahuan Lingkungan Mahasiswa Calon Guru Kimia Semester 4 dengan Semester 6
Gambar 2. Perbedaan Nilai Rata-Rata Setiap Indikator Kompetensi Lingkungan Mahasiswa Calon Guru Kimia Semester 4 dengan Semester 6
Tabel 1. Skor Rata-Rata Tiap Indikator Sikap terhadap Lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan observasi dan mendapatkan data berjumlah 20 siswa, data tersebut kemudian dianalisis. Maka hasil penelitian mengenai “Realisasi Pematuhan Kesantunan Berbahasa

Pengaruh tidak langsung antar variabel dapat dilihat dari hasil analisis indirect effect atau pengaruh tidak langsung antar variabel yang tersaji pada Tabel 7 dan hubungan

penelitian yang membandingkan keberadaan satu.. variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. c) Rumusan masalah asosiatif

PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar.. menyayat kulit dahan, tetapi apabila pisau ini dianggap mahal, dapat saja menggunakan pisau biasa asalkan cukup

Matthews (1997 : 220- 221, 337) mendefinisikan arti sebagai hubungan antara bentuk bahasa dengan sesuatu diluar bahasa, sedangkan makna didefinisikan sebagai hubungan di antara

Berdasarkan perbandingan metode wavelet linier dan wavelet thresholding dengan menggunakan tiga filter yaitu filter Haar, D4, dan C6 diperoleh kesimpulan bahwa

d. Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak. Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berkeinginan untuk membantu guru Seni Budaya SMAN 1 Jogorogo dalam mengembangkan media pembelajaran buku paket menjadi