• Tidak ada hasil yang ditemukan

jurnal efektivitas metode demontrasi ber

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "jurnal efektivitas metode demontrasi ber"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan Kreativitas Sains Melalui Metode Pembelajaran Demontrasi berupa Eksperimen Sains Sederhana pada Anak Usia Dini (PAUD)

Kelompok B TK Melati Mulyorejo – Surabaya

Oleh

Novia Solichah (B77212110)

Siti Auliyatus Sholawati (B07212029)

Siti Maisyaroh (B07212030)

Fitri Yanuar Aini (B07212050)

(Fakultas Psikologi-Universitas Islam Negeri Surabaya) Desember, 2014

ABSTRACT

The aim of the research was to investigate the relationship between the rise of

sciences creativity with demonstrative method for kindergarten children. The subjects

of the study are children of “TK Melati” Mulyorejo. The sample size is 22 children,

quasi chosen from B1 class and B2 class that were assigned to both experimental and

control groups.

Data that were collected within a day via a post-test only design with

nonequivalent groups. The experimental group was taught by the researchers who

assessed, using demonstrative method, and the control group with no assessment. Both

groups answered the children worksheet to measure the rise on sciences creativity.

The research uses children work sheet to measure raising sciences creativity

.data analysis was done by using two-way anova. The result showed that the

experimental group outperformed the control group on the measure. The indicates that

the demonstrative method may have a significant positive effect on the rise of sciences

creativity to children in the sample.

(2)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kenaikan

kreativitas sains dengan metode demonstrasi untuk anak-anak Taman

Kanak-Kanak.Subjek dari penelitian ini adalah siswa-siswa dari TK MELATI

Mulyorejo.Sampel terdiri dari 22 siswa, pemilihan dengan kuasi dari kelas B1 dan

kelas B2 yang kemudian dipilih keduanya sebagai kelompok eksperimen dan kelompok

control.

Pengumpulan data selama satu hari dengan post-test only design with

nonequivalent group. Kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan oleh

eksperimenter dengan metode demonstrasi, dan kelompok kontrol tidak diberikan

perlakuan.Kedua grup mengisi lembar kerja untuk mengetahui kenaikan dari kreativitas

sains anak.

Peneliti menggunakan two-way anova.Hasil menunjukkan bahwa kelompok

eksperimental menunjukkan kenaikan dari pada kelompok kontrol.Ini menunjukkan

bahwa metode demonstrasi menunjukkan signifikansi positif pada kenaikan kreativitas

sains pada anak-anak yang menjadi sampel.

(3)

A. Pendahuluan

Kreativitas merupakan proses kognitif dalam otak dengan kemampuan

umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk

memberikan gagasan-gagasan baru untuk memecahkan suatu masalah.

Faktanya sering dijumpai banyak anak kecil (anak usia dini) sering

bertanya kepada orang yang lebih tua (guru, orang tua, kakak) tentang sesuatu

hal. Mereka menanyakan banyak hal, seperti mengapa sesuatu itu dapat terjadi,

kapan sesuatu itu terjadi dan sesuatu itu berasal dari apa atau dari mana. Namun

sering kali bukan jawaban yang mereka dapatkan, melainkan amarah karena

dianggap cerewet (terlalu banyak Tanya) dan berujung pada di suruh diamnya si

anak kecil, kadang kala ditinggal pergi bahkan malah di ejek banyak omong.

Hal-hal tersebut membuat si anak ini menjadi tidak percaya diri,

penakut, tidak lagi menjadi anak yang kritis. Sehingga tidak berani dan tidak

semangat mempelajari hal-hal baru, bahkan mereka bisa kehilangan daya

kreativitas dan imajinasinya karena ketika dia ingin tahu sesuatu justru dia

selalu dimarahi.Padahal masa ini merupakan masa yang terpenting bagi anak,

karena peluang perkembangan anak sangat berharga.

Pendapat RosmaliaDewi (2005: 3) menyebutkan bahwa Masa usia dini

sering disebut sebagai golden age (masa emas). Pada masa emas ini anak

sedang dalam masa sangat mudah untuk mengoptimalkan potensi yang ada

dalam diri mereka.Masa setiap aspek pengembangan seperti sosial emosional,

kognitif, bahasa, motorik halus, motorik kasar, dan kreativitas yang ada dalam

diri anak dapat berkembang dengan pesat.

Harlock edisi kelima (1980:109) mengatakan bahwa usia 5-6 tahun ini

sering juga disebut dengan usia kreatif. Dari bermain kreatif ini anak usia 5-6

tahun akan terlihat kekreatifannya yaitu lewat Senang bertanya, eksploratif,

mempunyai rasa ingin tahu yang besar, imajinatif, percaya pada diri sendiri,

terbuka, mencoba sesuatu yang baru, suka bereksperimen, senang bermain

sendiri.

Pada masa ini pendidikan sains untuk anak usia dini menjadi sangat

(4)

sains dari awal ini akan meningkatkan dan mengembangkan daya kreativitas

anak sejak usia dini.

Di Indonesia masih banyak Taman Kanak-Kanakyang belum

menerapkan pendidikan sains sejak usia dini, sehingga kemampuan sains anak

tidak dioptimalkan sejak dini. Padahal, apabila periode emas ini tidak dapat

dioptimalkan dengan baik untuk mengembangkan potensi anak, maka hasilnya

akan menjadi buruk.

Hal ini dibuktikan dengan berita yang dilansir oleh Yohanes

Surya, tentang kualitas pendidikan di Indonesia menempati peringkat ke-69 dari

127 Negara di dunia. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global

Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education

yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Senin

(1/3/2011), indeks pembangunan pendidikan atau Education Development Index

(EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan

Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia1.

Tidak hanya itu, untuk pendidikan sains, dilansir oleh Novi Christiatuti2, mengatakan bahwa dalam bidang sains Indonesia mendapatkan peringkat 64

dari 65 Negara.Jakarta - Indonesia berada di peringkat dua terbawah untuk skor sains dalam survei "Programme for International Student Assessment" (PISA)

tahun 2012.

Dari total 65 negara dan wilayah yang masuk survei PISA, Indonesia

menduduki ranking ke-64 atau hanya lebih tinggi satu peringkat dari

Peru.Survei PISA diikuti oleh negara-negara yang tergabung dalam The

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

PISA menguji kemampuan siswa di tiga bidang yaitu matematika,

membaca, dan sains. Untuk PISA 2012, diikuti oleh lebih dari 510.000 siswa

usia 15 tahun di 65 negara dan wilayah. Di bidang membaca, Indonesia berada

1

Yohanes Surya.Jakarta Kompas.com yang diakses, tanggal 30 Juni 2014 jam 10:45

2

(5)

di ranking 60 atau setingkat di bawah Malaysia yang berada di ranking

59.Sedangkan untuk bidang sains, Indonesia juga berada di urutan 64.

Untuk itu pelaksanaan pembelajaran menjadi sangat penting bagi anak

usia dini. Hal ini dilansir oleh Dwi Yulianti, mengatakan bahwa Pentingnya

mengenalkan sains bagi anak usia dini. 3

Dalam beberapa tahun terakhir ini, belajar IPA (sains dan matematika)

di berbagai sekolah di Indonesia menunjukkan hasil yang kurang

memuaskan.Ini menandakan penyadaran sains pada generasi mendatang masih

harus dilakukan secara terus-menerus.Sebab empat cabang ilmu yang sangat

diperlukan dalam pengembangan teknologi adalah fisika, kimia, biologi

modern, dan matematika.Keempat cabang ilmu inilah yang kemudian disebut

sebagai sains dan matematika.

Saat ini terjadi kontroversi mengenai pembelajaran pada pendidikan

anak usia dini. Mungkinkah anak usia dini diberi materi pelajaran, diajari

membaca, menulis, dan berhitung? Menurut Jerome Bruner, setiap materi dapat

diajarkan kepada setiap kelompok umur. Tentu cara-caranya disesuaikan

dengan perkembangan umur masing-masing.

Sehingga, kemampuan kreativitas anak perlu kita tingkatkan dan

kembangkan sejak dini. Upaya para pengajar dalam menerapkan

metode-metode pembelajaran sains untuk meningkatkan kreativitas anak sejak usia dini

sangat diperlukan. Penerapan metode yang sesuai untuk hal tersebut juga

berlaku di TK Melati yang ada di daerah Mulyorejo.Disini murid-muridnya

diajarkan untuk belajar dalam bemain.Banyak metode yang dapat di aplikasikan

dalam pembelajaran dalam kurikulum TK, salah satu metode yang digunakan

adalah metode demontrasi.

Metode demonstrasi adalah suatu metode yang memberikan pengalaman

belajar melalui melihat dan mendengarkan yang diikuti dengan meniru

pekerjaan yang didemonstrasikan, kegiatan yang sesuai dengan metode ini

adalah (1) Kegiatan demonstrasi yang dimulai dengan penjelasan.(2) kegiatan

3

(6)

demonstrasi dalam bentuk dramatisasi. Kegiatan ini pada umumnya untuk

menanamkan nilai-nilai sosial, nilai-nilai moral, dan nilai-nilai keagamaan.

Metode demontrasi yang berupaya untuk mengajak anak-anak ikut serta

aktif dalam bereksperimen sains ini pun menjadi salah satu bahan yang

diajarkan para Gurunya. Berdasarkan hasil observasi, murid-murid khususnya

yang berusia 5 sampai 7 tahun yang diajarkan metode ini, mendapatkan efek

yang positif terhadap perkembangan kreativitas anak.

Metode ini dapat memberikan semangat anak untuk tetap mencari

terobosan baru (kreatif), menuangkan ide-ide mereka yang banyak sekali, dan

mencoba langsung ide-ide mereka dengan percobaan yang di demontasikan

(diperagakan langsung) dengan tetap dibimbing oleh gurunya, karena hal ini

menyenangkan dan anak-anak akan senang apabila ide-ide cemerlang mereka

diterima dengan baik. Sehingga dia akan selalu mengembangkan potensi

kreativitasnya.

Berdasarkan uraian di atas, agar penelitian ini tidak terjadi kerancuan, maka

penulis dapat membatasi dan merumuskan permasalahan yang akan diangkat

dalam penelitian ini sebagai berikut : Bagaimana peningkatan kreativitas sains

melalui metode pembelajaran demontrasi berupa eksperimen sains sederhana pada

anak usia dini (paud) kelompok B.

Mengkaji beberapa permasalahan yang telah dikemukakan di atas, Adapun

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kreativitas sains melalui

metode pembelajaran demontrasi berupa eksperimen sains sederhana pada anak

usia dini (paud) kelompok B.

Dari latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian

ini adalah untuk membantu meningkatkan kreativitas anak. Hal ini didukung dari

beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan landasan penelitian yang

dilakukan. Berikut beberapa penelitian pendukung tersebut.

Penelitian Subamia (2010), dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran

Pendekatan Starter Eksperimen (PSE) Terhadap Keterampilan Proses Sains dan

Hasil Belajar Sains Siswa Kelas IV SD”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan proses

(7)

pembelajaran PSE dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses

sekaligus hasil belajar sains siswa SD kelas IV.4

Penelitian Lestari (2011), dengan judul “Pengaruh Eksperimen Terbuka (Open –Ended Experiment) Terhadap Pemahaman Konsep Fisika dan Kinerja

Ilmiah Siswa. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pemahaman

konsep dan kerja ilmiah antara kelompok siswa yang mengikuti model

pembelajaran eksperimen terbuka lebih besar dibandingkan dengan yang

mengikuti model pembelajaran eksperimen konvensional.5

Suwama (2012), dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Dengan Starter Experiment Approach Dan Advance Organizer TerhadapHasil Belajar Biologi Dan

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA”.Berdasarkan hasil analisis penelitian

diperoleh hasil terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis antara kelompok

siswa yang belajar dengan starter experiment approach dan advance organizer.6 Sarini (2012), dengan judul “Pengaruh Virtual Experiment Terhadap Hasil Belajar Fisika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri 1

Singaraja”.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: model pembelajaran dengan

virtual experiment dan motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar fisika

siswa.7

Christiani (2014) dengan judul “ Meningkatkan Kreativitas Dan

Keterampilan Motorik Melalui Pengenalan Sains Berbasis Eksperimen Sederhana

Pada Anak Tk Tunas Mekar II Dalung”. Berdasarkan hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa (1) Pengenalan sains berbasis eksperimen sederhana dapat

meningkatkan kreativitas anak dari siklus I sebesar 73,91% (17 anak) mencapai

kriteria ketuntasan dengan kategori keberhasilan baik dan sangat baik menjadi

100% (23 anak) pada siklus II; (2) Pengenalan sains berbasis eksperimen

4

Subamia, I Dewa Putu , Pengaruh Model Pembelajaran Pendekatan Starter Eksperimen (PSE) Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Sains Siswa Kelas IV SD, Tesis, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, 2010.

5

Lestari, I Gusti Ayu Dian, Pengaruh Eksperimen Terbuka (Open –Ended Experiment) Terhadap Pemahaman Konsep Fisika dan Kinerja Ilmiah Siswa, Tesis, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, 2011.

6

Suwama, I Nengah, Pengaruh Pembelajaran Dengan Starter Experiment Approach Dan Advance Organizer TerhadapHasil Belajar Biologi Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA, Tesis, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, 2012.

7

(8)

sederhana dapat meningkatkan keterampilan motorik anak dari siklus I sebesar

69,56% (16 anak) mencapai kriteria ketuntasan dengan kategori keberhasilan baik

dan sangat baik menjadi 100% (23anak) pada siklus II. 8

Dari paparan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti apakah metode

pembelajaran demontrasi yang berupa eksperimen sains dapat meningkatkan

kreativitas sains anak. Dan penelitian yang akan dilakukan ini berjudul

“Peningkatan Kreativitas Sains Melalui Metode Pembelajaran Demontrasi berupa

Eksperimen Sains Sederhana pada Anak Usia Dini (PAUD) Kelompok B TK

Melati Mulyorejo –Surabaya”.

B. Metode Penelitian a. Design Penelitian

Desain eksperimen yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah

Posttest-Only Design with Nonequivalent groups.

(KE) x Oe

(KK) Ok

Ke = kelompok eksperimen

Kk = kelompok control

O = pengukuran terhadap variable dependen

X = pemberian perlakuan

Desain ini disebut static group design (Robinson,1981) atau

non-equivalent posttest-only design (Christensen, 2001), karena tidak dilakukan

randomisasi untuk membentuk kelompok KE dan KK, sehingga kedua

kelompok dianggap tidak setara.

8

(9)

b. Validitas Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar kerja siswa,

lebih jelasnya terdapat pada lampiran, telah diverifikasi oleh ahli.

c. Validitas Eksperimen

Penelitian ini menggunakan validitas internal.Validitas internal berkaitan

dengan sejauhmana hubungan sebab-akibat antara variabel bebas (metode

demontrasi) dan variabel terikat (kreativitas) yang ada dalam penelitian.

Jenis ancaman pada validitas internal ini adalah demoralisasi imbangan,

yakni keuntungan diadakannya penelitian bisa tidak setara karena yang di

treatment hanyalah kelompok eksperimen.Sebagai tindakan responsif untuk

mengatasi ancaman tersebut, peneliti akan memberikan treatment juga pada

kelompok kontrol namun setelah berakhirnya penelitian (debiefing).

Penelitian ini juga menggunakan validitas eksternal.Validitas eksternal

berkaitan dengan sejauhmana suatu hasil eksperimen dapat digeneralisasikan

atau sejauhmana eksperimen dapat mewakili populasi di luar eksperimen.

Ancaman validitas eksternal pada penelitian ini adalah antara pemilihan,

setting dan treatmen, karena ditetapkan karakteristik-karakteristik khusus dalam

memilih setting yaitu di Taman Kanak-Kanak serta sempitnya

karakteristik-karakteristik yang ditetapkan dalam memilih partisipan, dalam penelitian ini

rentang usia 5-7 tahun dan dengan IQ rata-rata (90-110). Peneliti sering kali

tidak mampu menggeneralisasikan treatmen berupa metode demontrasi

eksperimen sains “terapung-tenggelam” kepada siapa saja yang memiliki salah satu dari karakteristik atau tidak memiliki karakteristik khusus yang telah

dikontrol oleh peneliti, sehingga sulit untuk digeneralisasikan.

C. Hasil Penelitian I. Deskripsi Subjek

Dalam observasi eksperimen sains yang peneliti lakukan, subjek yang

diambil merupakan anak-anak usia 5 sampai 7 tahun dengan IQ kategori normal.

Mereka adalah anak-anak kelompok B TK Melati Mulyorejo-Surabaya. Data IQ,

(10)

a. IQ (Intellegent Quotient)

kecerdaasan didefinisikan sebagai kemampuan mental untuk belajar

dan menerapkan pengetahuan . Intellegent Quotient merupakan alat ukur

kecerdasan seseorang. Peneliti memilih subjek yang memiliki hasil skor

kategori rata-rata yaitu antara 90-110.

b. Usia

Usia dapat menjadi tolak ukur kematangan manusia, dalam

penelitian ini eksperimenter menentukan batasan usia pada subjek yang

akan diteliti yaitu pada anak usia dini antara usia 5 sampai 7 tahun.

Berdasarkan observasi kegiatan Demontrasi Eksperimen Sains yang

peneliti lakukan pada anak-anak TK Melati Mulyorejo tanggal 24

November 2014, yang dimulai pada pukul 07.30 sampai dengan pukul 9.30

di TK Melati Mulyorejo yang di ikuti oleh TK B dengan jumlah siswa

sebanyak 22 anak yang terbagi atas 11 kelompok kontrol dari kelas B2 dan

11 kelompok eksperimen dari kelas B1. Pada kelompok kontrol (B2),

anak-anak tidak diberikan perlakuan, setelah masuk ke dalam kelas anak-anak-anak-anak

diminta langsung mengisi angket yang telah dibagikan oleh eksperimenter

tanpa menerima penjelasan apa pun mengenai “Tengelam dan Terapung”.

Berbeda dengan pada kelompok eksperimen (B1), pada kelompok ini

anak-anak diberikan perlakuan yaitu dengan diberikan penjelasan terlebih dahulu

mengenai “Tenggelam dan Terapung” dan memberikan beberapa contoh

bendanya.

Usia anak-anak di TK B ini merupakan masa dalam usia 5 sampai 7

tahun, dimana pada usia tersebut merupakan masa pre-operational (1,5

sampai 6 tahun) dan contcrete-operational (6 sampai 12 tahun).

Periode Pre-operational (1,5 sampai 6 tahun), anak telah

menunjukkan aktivitas kognitif dalam berbagai hal diluar dirinya. Aktivitas

berpikirnya belum mempunyai sistem yang terorganisasi. Anak sudah dapat

(11)

simbol. Cara berpikir anak pada masa ini bersifat tidak sistematis, tidak

konsisten dan tidak logis. Cara berpikir anak pada fase ini ditandai dengan

ciri-ciri:

a. Tansductive reasoning, yaitu cara berpikir yang bukan induktif dan

bukan deduktif tetapi tidak logis.

b. Ketidakjelasan hubungan sebab akibat, yaitu anak mengenal hubungan sebab akibat secara tidak logis.

c. Animism, yaitu menganggap semua benda itu hidup seperti dirinya.

d. Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan

itu mempunyai jiwaseperti manusia.

e. Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang

ia lihat atau dengar.

f. Mental eksperiment, yaitu anak melakukan sesuatu untuk menemukan

jawaban dari persoalan yang dihadapinya.

g. Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya pada sesuatu ciri

yang paling menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya.

h. Egocntrism, artinya anak melihat dunia lingkungannya menurut

kehendak dirinya sendiri.

Periode concrete-operational (6 sampai 12 tahun), anak telah dapat

membuat pemikiran tentang situasi atau hal konkrit secara logis.

Perkembangan kognitif pada peringkat operasi konkrit, memberikan

kecakapan anak yang berkenaan dengan konsep-konsep klasifikasi,

hubungan dan kuantitas. Konsep klasifikasi adalah kecakapan anak untuk

melihat secara logis persamaan-persamaan suatu kelompok objek dan

memilihnya berdasarkan ciri-ciri yang sama.

Konsep hubungan ialah kematangan anak memahami hubungan

antara suatu perkara dengan perkara lainnya. Konsep kuantitas yaitu

kesadaran anak bahwa suatu kuantitas akan tetap sama meskipun bentuk

(12)

Berikut ini merupakan tabel penyebaran inteligensi.

Tabel 1. Kategorisasi Intelengensi

IQ Klasifikasi Persentase

140

keatas Genius 0,25

130-139 Sangat Cerdas 0,75

120-129 Cerdas 6

110-119 Diatas normal 3

90-109 Normal atau rata-rata 60

80-89 Dibawah normal 13

Setelah para siswa mengisi lembar tugas siswa dan bereksperimen, di

bawah ini merupakan hasil skor dari kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol.

Tabel hasil perolehan skor anak kelompok B1 Kelompok Eksperimen

(Perlakuan) TK Melati Mulyorejo

Tabel 2. Hasil Perolehan skor anak kelompok B1

(13)

Tabel hasil perolehan skor anak kelompok B2 Kelompok Kontrol (Tidak

diberi perlakuan) TK Melati Mulyorejo

Tabel 3. Hasil Perolehan skor anak kelompok B2

No Nama Anak Hasil Nilai

Benar Salah

1 Subjek 1 3 7 3

2 Subjek 2 4 6 4

3 Subjek 3 4 6 4

4 Subjek 4 6 4 6

5 Subjek 5 6 4 6

6 Subjek 6 5 5 5

7 Subjek 7 6 4 6

8 Subjek 8 6 4 6

9 Subjek 9 5 5 5

10 Subjek 10 6 4 6

11 Subjek 11 5 5 5

Dari perolehan nilai anak-anak yang telah mengisi angket tersebut, dapat

diketahui bahwa terjadi perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen

dan kontrol. Pada kelompok eksperimen, anak-anak yang diberikan arahan

terlebih dahulu mereka dapat mengerjakan angket dengan hasil rata-rata

mendapatkan nilai 10. Berbeda dengan hasil yang terjadi pada kelompok

eksperimen, anak-anak yang tidak mendapatkan arahan apa pun didapati banyak

mengalami kesalahan ketika mengisi angket, rata-rata perolehan nilai pada

kelompok kontrol adalah sebesar 4,6. Pada masa ini anak belum memiliki cara

berfikir yang terorganisari dengan baik, sehingga kreativitas pada anak harus

mendapatkan arahan yang tepat.

II. Pengujian Homogenitas

Dari observasi eksperimen sains yang peneliti lakukan, adapun pengujian

homogenitas memiliki ketentuan sebagai berikut:

Hipotesis :

Ho : Variansi data hasil perolehan siswa adalah sama/identik

(14)

Keputusan :

a. Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima

b. Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak

Berdasarkan Levene’s Test of Equality of Error Variances (a), diperoleh

signifikansi 0,014 , karena signifikansinya > 0,05 maka Ho diterima, dan berarti

Ha ditolak. Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa variansi data hasil

perolehan siswa adalah sama/identik/homogen. sehingga dalam penelitian ini IQ

dan usia anak-anak Kelompok control maupun eksperimen adalah sama.

III. Pengujian Hipotesis

Dari observasi eksperimen sains yang peneliti lakukan, adapun

pengujian hipotesis Perbedaan hasil perolehan siswa dilihat dari metode

demontrasi dan non demontrasi memiliki ketentuan sebagai berikut::

a. Jika signifikansi > 0,05 Ho diterima, maka tidak terdapat hubungan

antara Peningkatan Kreativitas Sains dengan Metode Pembelajaran

Demontrasi Eksperimen Sains.

b. Jika signifikansi < 0,05 Ho ditolak, maka terdapat hubungan antara

Peningkatan Kreativitas Sains dengan Metode Pembelajaran

Demontrasi Eksperimen Sains.

Berdasarkan Tests of Between-Subjects Effects tersebut di atas diperoleh

harga F sebesar 96,300 dan signifikansinya 0,000, karena signifikansinya < 0,05

maka Ho ditolak, dan berarti Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa rata-rata hasil perolehan siswa bila dilihat dari metode demontrasi yang

diberikan adalah berbeda, atau dengan kata lain ada perbedaan yang signifikan

rata-rata hasil perolehan siswa antar siswa yang diberikan metode demontrasi

dan non demontrasi.

Dari perolehan data yang signifikansinya 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak,

dan berarti Ha diterima. Jadi terdapat hubungan antara peningkatan kreativitas

sains dengan metode pembelajaran demontrasi eksperimen sains. Dari hasil

(15)

memeroleh skor perolehan lebih tinggi dari pada kelompok kontrol yang tidak

diberi perlakuan berupa metode demontrasi eksperimen sains sederhana.

D. Pembahasan

Dalam penelitian ini, subjek yang kami gunakan adalah anak-anak dengan

usia 5 sampai 7 tahun. Menurut Piaget, pada fase ini anak mulai menyadari bahwa

pemahamannya terhadap benda-benda yang ada disekitarnya tidak hanya dapat

dilakukan melalui aktifitas sensorimotor akan tetapi dapat juga dilakukan melalui

aktifitas yang bersifat simbolik. Kegiatan simbolik ini dapat berupa percakapan

melalui telepon mainan atau berpura-pura menjadi bapak atu ibu dan kegiatan

simbolik lainnya. Fase ini memberikan andil besar dalam kognitif anak. Fase ini

anak sudah tidak berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang

dilakukan dengan cara menginternalisasikan suatu aktivitas anak yang

memungkinkan anak mengaitkan dengan kegiatan yang telah dilakukannya

sebelumnya.

Dalam usia ini, anak-anak mulai memahami benda-benda yang ada

disekitarnya dengan aktivitas sensorik-motorik, yaitu dengan mengoptimalisasikan

pemahaman terhadap alat indra yang kita kenal seperti audio, visual, dan

kinestetik. Selain itu Mereka melakukan aktivitas yang bersifat simbolik, yaitu

dengan memberikan simbol-simbol pada benda-benda yang ada disekitarnya.

Setelah mengetahui hal tersebut, ada banyak metode yang dapat digunakan

untuk menstimulasi kognitif anak usia pra sekolah. Salah satunya adalah metode

demontrasi, hal ini sesuai dengan metode yang kami gunnakan, yaitu metode

demontrasi berupa eksperimen sains sederhana. Metode ini merupakan suatu

metode yang memberikan pengalaman belajar melalui melihat dan mendengarkan

yang diikuti dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan, kegiatan yang

sesuai dengan metode ini adalah (1) Kegiatan demonstrasi yang dimulai dengan

penjelasan. (2) kegiatan demonstrasi dalam bentuk dramatisasi.

Kegiatan demontrasi yang dilakukan oleh eksperimenter akan menstimulasi

kognitif anak. Karena kegiatan demontasi dimulai dengan penjelasan oleh

eksperimenter, kemudian anak-anak akan melihat dan mendengarkan. Hal ini akan

(16)

kinestetik. Sehingga anak akan menirukan apa yang didemontrasikan oleh

eksperimenter.

Kegiatan ini tidak hanya melibatkan kemampuan sensorik dan motorik anak,

tetapi juga dapat meningkatkan kemampuannya. Selain itu, dengan metode

demontrasi anak akan meningkatkan kemampuan simbolik mereka, karena dalam

metode tersebut setiap anak dituntut untuk menyebutkan simbol-simbol (benda)

baru saat kegiatan eksperimen berlangsung.

Menurut Piaget, kreativitas adalah aktivitas kognitif yang menghasilkan cara

pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi. Drevdal menjelaskan kreativitas

sebagai kemampuan seseorang utnuk menghasilkan komposisi, produk, atau

gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal

pembuatannya.

Dalam eksperimen sains sederhana yang eksperimenter lakukan, anak-anak

diberikan stimulus berupa beberapa benda yang dapat terapung atau tenggelam.

Stimulasi-stimulasi yang diberikan oleh eksperimenter tersebut, akan membuat

anak sekreatif mungkin menyebutkan beberapa benda-benda baru.

Dengan demikian, metode demontrasi sains sederhana dapat meningkatkan

kreativitas sains anak.

E. Simpulan

Dari perolehan data yang signifikansinya 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak, dan

berarti Ha diterima. Jadi terdapat hubungan antara peningkatan kreativitas sains

dengan metode pembelajaran demontrasi eksperimen sains. Dari hasil tersebut

dapat diketahui bahwa kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan memeroleh

skor perolehan lebih tinggi dari pada kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Ardy, N.W., &Barnawi. 2012. FORMAT PAUD. Jogjakarta : Ar-Ruz Media.

Chandra, Julius. 1994. Kreativitas Bagaimana Menanam, Membangun,

danMengembangkannya. Yogyakarta :Kanisius.

Christiani.E.P, Nyoman.D., Gede.R.D, 2014. Meningkatkan Kreativitas Dan

Keterampilan Motorik Melalui Pengenalan Sains Berbasis Eksperimen

Sederhana Pada Anak Tk Tunas Mekar II Dalung, e-Journal Program

Pascasarjana Universitas Ganesa, Singaraja.

Creswell, W. J.. 2013. Research Design. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Harlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga

Jatmika,Y. N. Yusep Nur. Profesor Cilik!!! . 2011. Jogjakarta : Diva Press.

Kartono,K. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajawali Pers.

Lestari, I Gusti Ayu Dian, 2011. Pengaruh Eksperimen Terbuka (Open –Ended

Experiment) Terhadap Pemahaman Konsep Fisika dan Kinerja Ilmiah Siswa,

Tesis, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.

Munandar, U. 2009. Pengembangan Kreatifitas Anak berbakat. Jakarta: RinekeCipta.

Panitia Sertifikasi Guru. 2012 MATERI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROFESI

GURU PAUD. Surabaya : UNESA.

Sarini, Putri, 2012. Pengaruh Virtual Experiment Terhadap Hasil Belajar Fisika

Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri 1 Singaraja, Tesis,

Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.

Seniati, Liche. 2009. Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT Indeks

Solso, R. C.,dkk.2008.psikologiKognitifedisike-8. Jakarta :Erlangga

Stenberg, R. J. 2008. PsikologiKognitif. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Subamia, I Dewa Putu , 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Pendekatan Starter

Eksperimen (PSE) Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Sains

Siswa Kelas IV SD, Tesis, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.

Susanto, A. PerkembanganAnakUsia Dini: PengantarDalamBerbagai

(18)

Suwama, I Nengah, 2012. Pengaruh Pembelajaran Dengan Starter Experiment

Approach Dan Advance Organizer TerhadapHasil Belajar Biologi Dan

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA, Tesis, Universitas Pendidikan

Ganesha, Singaraja.

Gambar

Tabel 2. Hasil Perolehan skor anak kelompok B1
Tabel hasil perolehan skor anak kelompok B2 Kelompok Kontrol (Tidak

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ana (2005) dan I Gusti (2010) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan

Subyek penelitian adalah bahan dasar pembuatan dangke sebagai keju khas Indonesia yaitu susu kedelai dan susu kambing etawa, dan jeruk nipis3. Obyek

tahap identifikasi jenis dashboard dan kelompok pengguna dapat dilihat pada.

Health consequences of work-family conflict: The dark side of the work family interface.. Conciliating work and family: A catholic social teaching

Daya dukung tiang pancang atau kapasitas ijin tiang dihitung menggunakan Persamaan 2.3 dengan variasi dimensi dapat diperoleh hasil pada Tabel 1 berikut.. D-37

Berdasarkan hasil wawancara kepada Ibu Sri selaku guru ZEY di SLB Muhammadiyah mengenai interaksi sosial anak disekolah, guru memaparkan bahwa dalam proses interaksi

Kata kerja (1) ngeplak berkomponen makna ‘memukul dengan telapak tangan terbuka pada wajah orang’ ; (2) nabok dan nggablog berkomponen makna ‘memukul dengan telapak tangan

Pada akhir tahap perkembangan folikel sekunder mulai terbentuk antrum folikuli yang berisi cairan folikel yang mengandung transudat dari plasma dan produk yang disekresi oleh