• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PARTAI DALAM PEMENUHAN KUOTA PO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI PARTAI DALAM PEMENUHAN KUOTA PO"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PARTAI DALAM PEMENUHAN KUOTA POLITIK PEREMPUAN

(Studi di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam upaya memenuhi Kuota 30% Caleg DPRD Kota Mojokerto)

JURNAL

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Ilmu Politik pada Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh :

Dewi Maya Sari

NIM. 105120507111005

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

ABSTRAK

Fenomena kuota politik 30% di Kota Mojokerto telah terpenuhi, dimana hal ini telah memperkuat asumsi bahwa setiap perempuan harus ikut ambil bagian untuk menciptakan dan mengkondisikan kepemimpinan nasional. Karena itu, peran politik perempuan harus mampu bersaing dan berpengaruh kepada kebaikan umat, dimana peran politik perempuan sudah tidak boleh di kesampingkan lagi. Sehingga, menjadi sebuah keniscayaan bagi perempuan untuk ikut terlibat dalam merumuskan kepemimpinan daerah ataupun nasional.

Kata kunci: Strategi Partai Politik, Pemenuhan Kuota 30%

ABSTRACT

The phenomenon of political quota 30% in Mojokerto been met, where this has reinforced the assumption that every woman should take part in creating and conditioning the national leadership. Therefore, the political role of women should be able to compete and affect the goodness of people, which has been the political role of women should not be ruled out again. So, being a necessity for women to be involved in formulating national or regional leadership..

A.Pendahuluan

1. Latar Belakang

Harapan akan terpenuhinya kuota 30% bagi perempuan dilembaga legislatif kiranya sangat berat sekaligus masyarakat luas khususnya para aktivis perempuan dan kelompok pro demokrasi harus berjuang lebih keras

demi terpenuhinya target-target politik. Walupun dalam teori gender telah menyatakan bahwa kedudukan yang kurang beruntung bagi kaum perempuan sesungguhnya sangat berkaitan antar yang satu dengan yang lain, serta tidak dapat terpisahkan dari keseluruhan sistem sosial dimana perempuan memiliki kedudukan lebih rendah dihadapan laki-laki. (Nasikun, 1990: 5).

(3)

kegiatan partai serta melakukan pembinaan dan kaderisasi yang berkelanjutan untuk dijadikan caleg. Seperti yang dilakukan oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kota Mojokerto yang terus mendorong perempuan untuk lebih terlibat di dunia perpolitikan. Karena PKB dianggap sebagai partai tradisional yang masih banyak orang berasumsi bahwa perempuan adalah “konco wingking”.

Selain itu PKB Mojokerto memiliki basis masa perempuan yang terbentuk di dalam organisasi Fatayat, namun sebagian besar kurang percaya diri untuk mencalonkan diri sebagai caleg. Sebab itu, PKB

Mojokerto berupaya untuk terus mendukung kaum perempuan semakin giat dalam berpolitik. Pergerakan Perempuan Kebangkitan Bangsa (PPKB), sebagai organisasi sayap PKB bisa berkontribusi dalam mencetak kader perempuan yang andal.

Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis ingin lebih jauh meneliti tentang tentang “Strategi Partai Politik di dalam Pemenuhan Kuota Politik Perempuan (Studi Kasus Partai PKB Kota Mojokerto dalam upaya Pemenuhan 30% Caleg DPRD Kota Mojokerto)” yang diharapkan mampu memberikan kontribusi kepada segenap pengurus atau partisipan parpol pada lapisan masyarakat dalam menyikapi sekaligus memahami kualitas partisipasi politik perempuan yang masih diragukan apakah mereka cukup reperesentatif mewakili aspirasi perjuangan politik perempuan.

2. Fokus Penelitian

a. Bagaimana strategi PKB dalam upaya Pemenuhan 30% Caleg DPRD Kota Mojokerto pada pemilihan legislatif 2014?

b. Apa saja kendala yang dihadapi PKB dalam upaya Pemenuhan 30% Caleg DPRD Kota Mojokerto pada pemilihan legislatif 2014?

3. Tujuan Penelitian

a. Untuk mendiskripsikan strategi PKB dalam upaya Pemenuhan 30%

(4)

b. Untuk mendiskripsikan kendala yang dihadapi PKB dalam upaya

Pemenuhan 30% Caleg DPRD Kota Mojokerto pada pemilihan legislatif 2014.

4. Manfaat Penelitian

a. Secara Akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan wacana keilmuan bagi Program Studi Ilmu Politik, khususnya terhadap studi tentang pemenuhan politik perempuan terkait dengan kuota 30%, terutama bagaimana memandang kaum perempuan

sebagai kaum yang juga memiliki kemampuan untuk terjun pada dunia politik dan mampu membawa aspirasi kaum perempuan.

b. Secara praktis, dengan penelitian ini mampu memberikan sumbangan

dan berguna bagi masyarakat, partai politik, LSM, ataupun instansi, baik yang berada di dalam pemerintahan maupun di luar pemerintahan dalam mamahami partisipasi politik perempuan di Kota Mojokerto. Seperti masalah diskriminasi gender, juga sebagai pengembangan institusi di tubuh parpol, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan pijakan dalam menciptakan perubahan yang lebih baik.

B.Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan rancangan penelitian studi kasus dalam usaha mengungkap Strategi Partai Politik di dalam Pemenuhan Kuota Politik Perempuan (Studi Kasus Partai PKB Kota Mojokerto dalam upaya Pemenuhan 30% Caleg DPRD Kota Mojokerto). Penelitian berbasis kasus adalah penelitian kualitatif yang menggunakan kasus untuk menjelaskan suatu fenomena dan mengkaitkannya dengan teori tertentu. Mengacu pada metode studi kasus, maka penelitian ini dilakukan secara mendalam terhadap kasus yang diteliti, serta mengikuti struktur studi kasus Strategi Partai Politik di dalam

(5)

2. Penetapan Lokasi Penelitian

Lokasi yang di maksud dalam penelitian ini adalah di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kota Mojokerto, dengan alasan memilih tempat tersebut karena ditempat tersebut terdapat banyak informasi mengenai tingginya partisipasi politik perempuan terkait sekaligus ketersediaan informan untuk memberikan informasi mengenai Strategi PKB dalam upaya memenuhi Kuota 30% Caleg perempuan DPRD Kota Mojokerto. Maka sebagai pertimbangan, lokasi yang kami teliti adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kota Mojokerto. Pada lokasi ini dicari beberapa informan

yang aktif sebagai pengurus politik dan memiliki peluang (potensial) untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif DPRD di Kota Mojokerto. 3. Fokus Penelitian

a. Strategi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam merekrut 30% Caleg

perempuan pada pemilihan legislatif 2014:

1) Sistem Kaderisasi

2) Perekrutan

b. Kendala yang dihadapi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam

merekrut 30% Caleg perempuan pada pemilihan legislatif 2014:

1) Individu caleg

2) Asumsi masyarakat

4. Pemilihan Informan

Penentuan subyek penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan alasan bahwa sampel yang hendak diambil, kemudian

(6)

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik wawancara mendalam dipilih dalam penelitian ini untuk mengeksplorasi secara mendalam makna-makna subyektif pada kegiatan partai PKB dalam merekrut 30% Caleg perempuan pada pemilihan legislatif 2014.

b. Dalam pengumpulan data sekunder yaitu melalui teknik catatan lapangan digunakan untuk mendokumentasi respon non verbal yang berisi tentang tanggal, waktu, tempat, deskripsi, (gambaran proses wawancara). Catatan lapangan dibuat selama proses wawancara

berlangsung. 6. Teknik Analisis Data

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–catatan lapangan dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali.

b. Display Data

Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian, baik yang berbentuk matrik atau pengkodean, dari hasil reduksi data dan display data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan data memverifikasikan sehingga menjadi kebermaknaan data. c. Kesimpulan dan Verifikasi

(7)

7. Triangulasi Data

Setelah data yang diperoleh tersebut dikelompokkan, maka penulis memeriksa dan mengoreksi kembali keabsahan data tersebut dengan menggunakan metode sebagai berikut:

a. Ketekunan peneliti, berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Peneliti mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol, khususnya faktor-faktor upaya memenuhi Kuota 30% Caleg DPRD Kota

Mojokerto.

b. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu.

c. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi, dilakukan dengan cara

mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat.

d. Pengecekan data-data melalui pembandingan antara hasil analisis

peneliti dengan data yang sebenarnya. C.Hasil Penelitian

1. Strategi PKB dalam merekrut 30% Caleg perempuan

secara realitas perempuan yang menjadi Kader PKB melalui PPKB di Kota Mojokerto memang sangat kapabel dan berkualitas, Seringnya diadakan pelatihan PPKB Kota Mojokerto menjadi motivator bagi kaum perempuan untuk terus meningkatkan kualitas dan kauntitas perjuangan demi capaian Target PKB. Dari hasil observasi di Kota Mojokerto kondisi perempuan sekarang lebih maju sumber daya manusianya, terbukti dengan banyaknya intelektual serta akademisi perempuan yang mempunyai nama besar, begitu pula di internal PKB, kader perempuan yang terwadai PPKB dari tingkat pusat mapun daerah sekarang mempunyai peran yang sejajar

(8)

yang mampu mendapatkan kepercayaan dari konstituen untuk duduk di legislatif.

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menilai perempuan mendominasi jumlah pemilih pada Pemilu 2014 nanti. Satu laki-laki akan berbanding lima perempuan. PKB saat ini terus menggalang simpati kaum perempuan. Mereka diharapkan dapat mendukung PKB pada 2014 nanti. Karena selama ini permasalahan keterlibatan warga negara perempuan dibidang politik telah lama menjadi perhatian masyarakat terutama bagi yang memperjuangkan kesetaraan gender. Sebenarnya keinginan tersebut

tidak menjadi monopoli sebagai masyarakat saja tetapi sudah menjadi tuntutan dan cita-cita kita semua yaitu bahwa laki-laki dan perempuan punya hak yang sama khususnya dibidang politik.

Sesuai dengan komitmen PPKB, kader perempuan siap memenangkan PKB pada pemilu tahun 2014 mendatang. Apalagi ada komitmen dari partai, untuk kuota keterwakilan perempuan yag diberikan dalam pemilu 2014 nanti. Jika pada Pileg 2009 lalu hanya terpenuhi 10 persen kuota perempuan, pada pemilu mendatang PPKB siap memenuhi kuota 30 %, karena PPKB memiliki kader-kader dengan SDM yang mumpuni.

DPC PKB Kota Mojokerto telah berkomitmen untuk meningkatkan partisipasi politik perempuan dalam menghadapi pemilu 2014 hal ini ditunjukkan dengan dilibatkannya atau ditempatkanya unsur perempuan dalam tim penetapan atau majelis penetapan caleg yaitu sebuah tim yang betul-betul bisa menentukan posisi caleg dalam nomor urut. Keterlibatan perempuan dalam majelis penetapan caleg bertujuan agar caleg perempuan dapat diartikan secara lebih seimbang. Dengan demikian dibentuknya PPKB merupakan salah satu upaya partai untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam dunia politik, dimana DPC PKB Mojokerto telah memberikan kesempatan kepada perempuan untuk mengelola organisasi

(9)

Untuk mencapai tujuannya PPKB menjalankan beberapa program kerja dengan bentuk pendidikan politik dan sosialisasi politik dalam bentuk seminar, dialog politik dengan materi tentang pengetahuan politik praktis dan pengenalan plat form serta visi misi perjuangan partai. Mengenai kriteria yang harus dimiliki untuk menjadi Caleg perempuan pada pemilihan legislatif 2014 yang penting memiliki visi untuk membesarkan PKB dan punya jaringan masa. Karena selama ini PKB tidak hanya membela kepentingan rakyat di legislatif tapi lebih konkret langsung turun di masyarakat untuk berdialog dan mendengarkan keluh

kesah yang mereka alami.

Maka diperlukan upaya perekrutan kaum perempuan sebagai salah satu hak perempuan untuk ikut serta dalam pemerintahan. Menjelang Pemilihan Umum 2014, ada kebijakan penting terkait dengan permasalahan kuota perempuan. Selama ini upaya yang dilakukan PKB dalam merekrut 30% Caleg perempuan pada pemilihan legislatif 2014 melalui berbagai media masa, seperti surat kabar, radio, televise dan berbagai media pertemuan muslimat atau organisasi intern NU agar perempuan memiliki kesadaran untuk terlibat dalam dunia politik yang selama ini mengalami deskriminasi.

Dengan demikian kebijakan internal PKB terkait dengan rekrutmen calon anggota legislatif perempuan pada pemilihan legislatif 2014 disesuaikan dengan potensi yang dimilikinya. Dalam hal ini kebijakan internal PKB terkait dengan rekrutmen calon anggota legislatif perempuan pada pemilihan legislatif 2014 sangat terbuka dan menghargai keterwakilan perempuan, nomor urut sesuai dengan pengalaman dan jenjang karir, ekstabilitas serta pendidikannya. Selain itu dilihat juga elektabilitas dari masyarakat,jadi melakukan survey terlebih dahulu di lapangan bagaimana latar belakang caleg tersebut kalau memenuhi syarat seperti berkelakuan baik dan berwibawa serta memiliki kepercayaan yang

(10)

Dengan demikian dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap strategi PKB dalam merekrut 30% Caleg perempuan pada pemilihan legislatif 2014, ditemukan ada tiga bentuk strategi untuk membuat model alternatif. Pertama, strategi perekrutan yang mengutamakan pengalaman pendidikan politik bagi perempuan, model ini mencoba mengenalkan norma, institusi, dan praktek-praktek politik umum pada perempuan. Seringkali strategi seperti ini membantu perempuan untuk dapat mengespresikan aspirasinya (voice), mengenal institusi dan proses politik, serta pengetahuan tentang negara dan pembuatan kebijakan.

Kedua, adalah strategi pendidikan partai politik. Model ini

mencoba mengenalkan konsep, skill, dan dinamika dari institusi partai politik bagi perempuan. Seringkali model seperti ini membantu perempuan untuk mengenal dan memahami bekerjanya, fungsi, dan dinamika partai politik.

Ketiga, adalah model-model organisasi dan manajemen.

Model-model ini mencoba mengenalkan konsep, skill dan dinamika dari organisasi dan manajemen umum dalam kaderisasi. Seringkali model-model seperti ini membantu perempuan untuk mengenal dan memahami bekerjanya, fungsi dan dinamika organisasi dan manajemen umum. Keunggulan model ini adalah mengenalkan dan melatih kemampuan pengorganisasian dan manajemem (perencanaan, program, pelaksanaan, evaluasi) dan berbagai bidang organisasi (keuangan, HRD, riset, auditing, komunikasi, data base dan lain-lain).

2. Kendala PKB dalam merekrut 30% Caleg perempuan

a. Individu caleg

Mekispun PPKB siap memberikan anggota dengan SDM terbaiknya pada Pileg 2014 nanti, tetap ada kendala yang dirasakan PPKB dalam memenuhi kuota 30 % keterwakilan perempuan itu. kendala PKB dalam merekrut 30% Caleg perempuan, misalnya saja setiap pengurus

(11)

banyak para kader perempuan yang tidak memiliki kepercayaan diri karena banyaknya caleg dari laki-laki yang ada di PKB ini.

Secara umum, perempuan basis memandang Pemilu sebagai ajang untuk memilih wakil rakyat. Wakil rakyat dipahami sebagai orang yang dapat dipercaya oleh rakyat, bisa menyampaikan suara rakyat, dan mampu membawa kehidupan rakyat Indonesia ke arah yang lebih baik. Dari eksplorasi yang dilakukan, mayoritas caleg perempuan belum mengerti urgensi keterwakilan perempuan di lembaga legislatif. Bagi mereka, tidak masalah caleg laki-laki atau perempuan asal mau mengerti penderitaan

rakyat. Namun, mereka bisa bersepakat ketika dijelaskan pentingnya perempuan ada dilembaga legislatif, termasuk untuk memilih calon wakil rakyat perempuan. Perempuan yang diinginkan adalah perempuan ideologis, yaitu perempuan yang memiliki intelektual dan emosional serta mampu memperjuangkan agenda perempuan.

b. Asumsi masyarakat terhadap Ideologi Patriarki

Mengacu pada kendala individu caleg di atas, tercermin bahwa dalam proses pemilu nanti, caleg perempuan yang mengusung agenda perempuan dan memiliki kemampuan yang memadai sebagai anggota legislatif perlu disosialisasikan ke masyarakat luas agar keberpihakan kepada caleg perempuan tidak terjebak pada keberpihakan yang hanya berdasarkan atas jenis kelamin dan bisa menjadi pelopor serta teladan dalam kepedulian dan kepekaan nurani. Karena selama ini asumsi masyarakat tentang politik sangat negatif, sehingga menjadi kendala bagi partai politik, khususnya PKB dalam merekrut 30% Caleg perempuan.

Ada asumsi masyarakat yang melihat politik itu kejam dan kotor sehingga para perempuan enggan untuk terjun ke dunia politik. Selain itu banyaknya kompetensi perempuan yang diragukan mengenai apakah mereka mampu untuk mewakili aspirasi rakyat. Persoalan yang dimunculkan dalam merekrut 30% Caleg perempuan bukan sekadar

(12)

perempuan secara kultural atau manusia domestik. Dengan demikian pekerjaan domestik, seperti merawat, mengasuh, mendidik anak, memasak, membersihkan rumah, merawat orangtua, membantu suami disawah adalah kegiatan-kegiatan produktif yang dilakukan oleh sektor rumah tangga. Sebagian besar dari pekerjaan domestik ini dilakukan oleh perempuan sebagai akibat pembagian peran secara kultural yang sudah berjalan berabad-abad lamanya. Beban kerja domestik dialami oleh setiap perempuan, terutama perempuan yang sudah menikah, baik ia bekerja diluar rumah maupun tidak.

Karena selama ini beberapa hambatan keberhasilan partisipasi dan keterwakilan perempuan untuk terlibat secara di bidang politik adalah: 1) Faktor Manusianya, dalam hal ini diri perempuan sendiri yang selama

ini belum terkondisikan untuk terjun dan berperan di arena politik dan kehidupan publik, karena sejak kecil lebih dibiasakan atau ”ditempatkan” dalam lingkup kehidupan rumah tangga dan keluarga, yang selalu dinilai lebih rendah dari pada yang dikerjakan oleh laki-laki di lingkup kehidupan publik dan karenanya kedudukan (status) perempuan dianggap lebih rendah (subordinasi) dari laki-laki. Akibatnya, perempuan lebih berperan sebagai objek dan pelaksana, serta tidak mendapat akses/kesempatan untuk berperan sebagai pengambil keputusan dan penentu kebijakan publik, sehingga perempuan tertinggal di berbagai bidang kehidupan dan tidak menerima manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan seperti yang dijamin oleh Pasal 27 ayat 2 Undang-undang Dasar 1945.

2) Hambatan Nilai-nilai Sosial Budaya, yaitu nilai-nilai, citra-baku/Stereotype, pandangan dalam masyarakat yang dikonstruksi/dipengaruhi oleh budaya patriarki yang ”menempatkan” laki-laki di posisi pemimpin, penentu dan pengambil keputusan dengan kedudukan ”superior”, sehingga perempuan menjadi warga negara kelas

(13)

lembaga-lembaga perwakilan, pemerintahan, didominasi oleh laki-laki, termasuk di partai-partai politik.

3) Hambatan struktural dan kelembagaan, termasuk dalam pengertian ini ialah system politik Indonesia yang maskulin, peraturan perundang-undangan yang diskriminatif dan bias gender, sistem kuota dalam UU Pemilu yang setengah hati. Sistem perencanaan pembangunan nasional yang ”Top-down” dan tata pemerintahan yang tidak tanggap gender, belum optimalnya permainan politik dari para penentu kebijakan di pusat dan daerah untuk melaksanakan kebijakan yang berbasis gender

dalam merumuskan program/proyek pembangunan. Akibatnya, yang Subordinat (perempuan) tetap di bawah dan terpinggirkan.

D.Kesimpulan

a. Strategi PKB dalam merekrut 30% Caleg perempuan pada pemilihan

legislatif 2014 adalah, sebagai berikut:

1) Lebih memperhatikan latar belakang visi caleg bersangkutan, seperti

keterlibatannya dalam ormas atau muslimat fatayat, jaringan yang luas dan basis masa serta memperoleh kepercayaan dari masyarakat untuk mewakili mereka di lembaga legeslatif sehingga tidak diragukan lagi mengenai kemampuan kader di masa depan.

2) Selain itu strategi yang dilakukan PKB dalam merekrut 30% Caleg

perempuan melalui berbagai media masa, seperti media cetak dan media elektronik serta melibatkan diri dengan berbagai pertemuan muslimat, fatayat NU dengan bertujuan untuk terjun langsung mencari kader- kader yang potensial dan mau untuk menjadi caleg dari PKB. b. Kendala yang dihadapi PKB dalam merekrut 30% Caleg perempuan pada

pemilihan legislatif 2014 adalah:

1) Masih banyaknya para kader perempuan yang tidak memiliki kepercayaan diri karena banyaknya caleg dari laki-laki yang ada di PKB.

2) Adanya asumsi masyarakat yang melihat politik itu kejam dan kotor

(14)

Dari penjelasan di atas ada beberapa saran dan rekomendasi yang nantinya di harapkan mampu menjadi referensi mahasiswa dan partai politik khususnya di Kota Mojokerto.

Dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan dalam hal penyajian data. Peneliti juga menyadari, bahwa dalam pembahasan penelitian ini sumber-sumber dan referensi yang terkait secara langsung dengan objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini masih kurang. Oleh karena itu, diharapkan bagi peneliti selanjutnya menggunakan objek dan variabel penelitian yang sama agar lebih

memperbanyak referensi terkait dengan permasalahan yang diangkat. Selain itu juga, diharapkan juga bagi yang hendak melakukan penelitian tentang Strategi Partai dalam Pemenuhan Kuota Politik Perempuan, di harapkan dapat melakukan kajiannya dari permasalahan dan sudut pandang yang berbeda atau menggunakan variabel penelitian yang berbeda, sehingga, nantinya, akan memperluas khasanah pengetahuan politik bagi peneliti dan pembaca.

Setiap Partai Politik, khususnya PKB sebaiknya menggunakan sistem baru untuk menyeleksi kandidat Caleg perempuan dan mekanisme-mekanisme pengambilan kebijakan yang mengedepankan transparansi dan akuntabilitas.

Pandangan yang negatif tentang kemampuan perempuan dalam berpolitik hendaknya dibahas secara terbuka dan proporsional sehingga minat dan kemampuan berpolitik mereka tidak terhambat oleh berbagai intrik politik yang ada di Kota Mojokerto.

Saling memberikan informasi aktual mengenai tindakan politik perempuan, sehingga peranan dan kemampuan serta kemauan politik perempuan di Mojokerto betul-betul merasa diperhatikan, disamping para perempuan yang terlibat politik diharapkan mampu mengkoreksi diri akan kekurangan dan kesadaran berpolitik dan disitulah akan muncul makna

(15)

E.Daftar Pustaka

Ahmad Syamsia. MA. 1995. Peningkatan Peranan Wanita dalam Pembangunan. Jakarta

Ahmad, Suhelmi, 2001. Pemikiran Politik Barat, Jakarta, Gramedia

Ali Enginees, Asghar. 2001. Hak-hak Perempuan Dalam Islam. Penerbit Yayasan Prahara (SSPPA)

Arbi, Sanit, 2003. Sistem Politik Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo

Bungin,B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo. Persada.

Dowling Colette, 2002. The Cinderella Complex, Tantangan Wanita Masa Depan (Ketakutan wanita akan kemandirian ). Penerbit Erlangga

Eko, Sutoro, 2003. Membuat Rekrutmen Legislatif Lebih Bermakna, Makalah Diskusi tentang “Menyukseskan Penyelenggaraan Pemilihan Umum 2002 di Provinsi DIY”, Yogyakarta, 17 Desember 2003.

Faturrohman, Deden dan Wawan Sobari. 2002. Pengantar Ilmu Politik. Malang: UMM Press

Maruto MD, 2002. Reformasi Politik dan Kekuatan Masyarakat, LP3ES, Jakarta

Michael Rush, Phillip Althoff, 2003. Pengantar Sosiologi Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Budiardjo, Miriam. 2008. Partisipasi dan Partai Politik (Sebuah Bunga Rampai). Jakarta: PT Gramedia

Almond, Gabriel, 1978. Kelompok Kepentingan dan Partai Politik, dalam Mochtar Mas’oed dan Collin Mac.Andrew, 2001. Perbandingan Sistem Politik, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Nasikun J. 1991. Kerangka Konseptual Perumusan Indikator Kesejahteraan Keluarga dalam Seminar Dampak Industri dan Penggeseran Peran Perempuan Terhadap Kestabilan dan Kesejahteraan Keluarga. Penerbit Jurusan Sosiologi FISIPOL UGM Yogyakarta. Makalah tidak diterbitkan

(16)

Nurul Zuriah, 2005. Kesetaraan gender (Gender Party) dan peningkatan partisipasi politik perempuan di Indonesia, Agenda dan Evaluasi pasca pemilu 2004. Jurnal Politik

Peter Scholder, 2003. Strategi Politik, Jakarta. PT Mita Alembana Grafika.

Ritzer George-Douglas J. Goodman, 2004. Teori Sosiologi Modern, Edisis keenam. Penerbit Kencana Jakarta

Sanderson, Stephen K, 1995, Sosiologi Makro, Penerbit PT Raja Grafindo Persada Jakarta

Saptari R. dkk, 1997. Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial. Penerbit Pustaka Utama Grafiti Jakarta

Sedyono, Crisanty Hasibuan, 1996. Perempuan di Sektor Formal: Kerja Ya Carier Tidak dalam Mayling oey-Gardiner dkk. Perempuan Dulu dan Kini. Penerbit Gramedia Pustaka Utama

Siti Komariah M.Si.dkk, 2010. Studi tentang Kedudukan, Peran, dan Partisipasi Politik Perempuan di Lembaga Legislatif Jawa Barat. Data Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia

Suharno, M.Si. 2004. Diklat Kuliah Sosiologi Politik. UNY.

Syamsudin Nazaruddin. 1988. Materi Pokok Sistem Politik Indonesia. Penerbit Karunia Jakarta

Widagdo. 1999. Manajemen Pemasaran Partai Politik Era Reformasi. Jakarta : PT. Golden Terayon.

Sumber lain:

Affirmative Action Menciderai Demokrasi dan Merendahkan Kaum Perempuan. http://rivailbs.blogdetik.com/tag/kuota-30perempuan/

Undang Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi partai politik dalam pemenangan calon anggota legisatif perempuan pada pemilu legislatif

Strategi pemberdayaan perempuan dalam kampanye pemilu memberikan peluang kepada perempuan untuk ikut serta dalam kegiatan politik secara khusus dalam kampanye

Bagaimana strategi calon legislatif perempuan untuk DPRD Provinsi Lampung dalam pemenangan pemilu 2014, dari 10 partai pemenang pemilu tahun 2014 penulis hanya mengambil

Melalui hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) partai politik memberikan respon positif terhadap pemenuhan kuota 30% keterwakilan perempuan dalam

29 Dengan mengusung nilai budaya dalam sebuah teknologi canggih seperti robot yang memiliki kemampuan untuk meringankan pekerjaan manusia Jepang mampu membuat robot

Berbagai cara maupun strategi untuk menguatkan partisipasi perempuan dalam ranah politik salah satunya yaitu dengan kebijakan affirmative action yang ditetapkan oleh

Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk memiliki kemampuan terutama keterampilan konsep, kepala madrasah senantiasa melakukan kegiatan-kegiatan yang mengacu pada

Namun manusia (laki-laki dan perempuan) juga memiliki kemampuan spesifik, yaitu kemampuan yang berbeda antara laki- laki dan perempuan karena adanya keragaman biologis,