• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II filsafat yunani kuno rizal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II filsafat yunani kuno rizal "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PEMBAHASAN

1. Filsafat Sebagai Ciptaan Yunani

Tanah Yunani adalah tempat persemaian dimana pemikir ilmiah mulai tumbuh. Brouwer dan Heryadi ( 1986:2 ) mendefinisikan sejarah kebudayaan Yunani, bahwa orang-orang Yunani pada abad ke-6 sebelum Masehi masih mempercayai dongeng-dongeng atau mitos. Segala sesuatu harus diterima sebagai suatu kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Saat itu ( logos ) tidak dapat berbicara, segala sesuatunya harus diyakini dengan iman. Hal ini merupakan awal kebangkitan pemikir filsafat Yunani, dimana orang-orang mulai mencari kebenaran dengan menggunakan logis dan meninggalkan mitos.

2. Sejarah Filsafat Yunani

Bertens ( 1975:2 ) mengemukakan pendapat mengenai sajarah filsafat Yunani, Bertens mengatakan, pemikiran Yunani sebenarnya tidak asing bagi kita. Sekitar abad ke-6 sebelum Masehi mulai muncul para pemikir yang tidak puas dengan segala dongeng-dongeng yang berkembang. Mereka menghendaki jawaban yang dapat diterima oleh akal dan meninggalkan mitos.

Para pemikir filsafat Yunani yang pertama berasal dari Miletos. Menurut Hadiwijoyo ( 1980:15 ) mengemukakan bahwa, para filsuf yang pertama hidup di Meletos kira-kira abad ke- 6 sebelum Masehi. Bagaimana persis ajarannya sulit ditetapkansebab sebelum Plato tidak ada hasil karya para filsuf itu yang telah seutuhnya dibukukan. Pemikiran mereka mencakup segala sesuatu yang dapat difikirkan akal. Kajian berfikirnya adalah alam, bukan manusia. Alam ( fusis ) adalah seluruh kenyataan hidup dan kenyataan badaniah. Orang yang pertama melakukan penyelidikan ini adalah Thales yang beranggapan asal mula segala sesuatu adalah air.1

Faktor-faktor lahirnya filsafat Yunani

(2)

Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat Yunani ini lahir, yaitu:

1. Bangsa Yunani yang kaya akan mitos ( dongeng ), dimana mitos dianggap sebagai awal dari upaya orang untuk mengetahui atau mengerti,

2. Karya sastra Yunani yang dapat dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat Yunani, 3. Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia ( Mesir ) di lembah

sungai Nil, kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak didasarkan pada aspek praktis saja, tetapi juga aspek toritis kreatif.

Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos ( akal ), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir. Periode Yunani kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati sekitarnya, mereka membuat pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati ( berdasarkan akal pikir ) dan tidak berdasarkan pada mitos.

Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta ( arche ) yang sifatnya mutlak, yang berada dibelakang segala sesuatu yang serba berubah. Para pemikir filsafat Yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia kecil.

3. Filsafat Pra-Sokrates

Filsafat Pra-Sokrates adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu baik di dunia maupun manusia para pemikir atau ahli filsafat yang disebut orang bijak yang mencari-cari jawabannya sebagai akibat terjadinya alam semesta beserta isinya tersebut.

Pemikiran filusuf inilah yang memberikan asal muasal segala sesuatu baik di dunia maupun manusia yang menyebabkan akal manusia tak puas dengan keterangan dongeng tersebut dengan dimulai oleh akal manusia untuk mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam semesta yang menakjubkan itu.

(3)

yang sangat maju, rasional dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap dengan inderanya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang di lain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang.2

Filsuf-filsuf Yunani Kuno:

a. Thales ( 625-545 SM )

Ia termasuk orang yang disebut “ tujuh orang bijak “. Menurut dia, asas pertama yang menjadi asal mula segala sesuatu adalah air. Barang kali penemuannya didasarkan kenyataan, bahwa air dapat diamati dalam bentuknya yang bermacam-macam. Air tampak sebagai benda halus ( uap ), sebagai benda yang cair ( air ) dan sebagai benda yang keras ( es ). Air terdapat pada bahan makanan, tetapi juga pada bantuan yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Di pantai Miletos air tampak sebagai lautan yang luas, sehingga mudah orang berfikir, bahwa bumi tentu keluar dari air itu, dan selanjutnya terapung-apung diatasnya.3

b. Anaximandros ( 610-540 SM )

Kata Anaximandros, “ bukan air, tetapi yang tak terbatas”. Disebut demikian, karena tidak memiliki sifat-sifat benda yang dikenal manusia. Anaximandros berkesimpulan bahwa hanya ada satu asal mula, yaitu yang tak terbatas. Ia ada dari semua keabadian, lingkupnya tak terbatas, dan ia dapat bergerak. Materi kasar ini tidak dapat dilihat atau dirasakan dengan penyerapan, tetapi hanya dapat diketahui dengan perkiraan.

c. Anaximenes ( 580-500 SM )

Ia tidak dapat menerima pandangan Anaximandros. Udara adalah asal muasal itu. Bukankah, udara meliputi seluruh jagat raya? Bukankah udara yang menyebabkan manusia dapat hidup? Seperti halnya jiwa manusia yang berbentuk hawa yang dengannya seluruh organ manusia tersatukan, alam semesta pun berasal dan dipersatukan oleh udara. Bagaimana kejadiannya? Begini, menurut Anaximenes. Pada mulanya adalah, kemudian ada pemadatan dan pengenceran. Udara yang memadat menjadikan angin, air, tanah, dan batu. Udara yang mengencer menjadi api.

Sebagai kesimpulan ajarannya disebut : “ sebagai mana jiwa kita, yang tidak lain dari pada udara, menyatakan tubuh kita, demikian pula udara mengikat dunia ini jadi satu “. Disini buat pertama kali pengertian jiwa masuk kedalam pandangan filosofi. Hanya Anaximenes tidak melanjutkan pikirannya kepada soal penghidupan jiwa.4 d. Pythagoras ( 572-497 )

2 Bertens, 1976, Ringkasan Sejarah Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, hal. 8

(4)

Pythagoras juga ada sedikit memfilsafatkan manusia, ia mengemukakan pendapat bahwa pada manusia adalah sesuatu yang bukan jasmani dan yang tak dapat mati, yang masih terus ada , jika manusia sudah tak ada. Manusia menurut Pythagoras mempunyai jiwa dan jiwa itu sekarang terhukum dan terkurung dalam badan. Maka dari itu, manusia harus membershkan diri untuk melepaskan dirinya dari kurungan dan dengan demikian dapatlah ia masuk ke dalam kebahagiaan.

Pythagoras yang mengataka pertama kali bahwa alam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang teratur, sesuatu yang harmonis seperti dalam musik. Sehingga ia juga dikenal sebagai ahli ilmu pasti dan juga ahli musik. Dia berpendapat bahwa keharmonisan dapt tercapai dengan menggabungkan hal-hal yang berlawanan, seperti : Terbatas – tak terbatas

Ganjil – genap Satu – banyak

Laki-laki – perempuan Diam – gerak

Dan lain-lain

Menurut Pythagoras kearifan yang sesungguhnya hanya dimilki oleh Tuhan saja, oleh karenanya ia tidak mau disebut sebagai seorang yang arif seperti Thales, akan tetapi menyebut dirinya philosopos yaitu pencipta kearifan. Kemudian istilah inilah yang digunakan menjadi philosofia yang terjemahan harfiah dalah cinta kearifan atau kebjaksanaan sehingga sampai sekarang secara etimologis dan singkat sederhana filsafat dapat diartikan sebagai cinta kearifan atau kebijaksanaan (Love of Wisdom).

e. Xenophanes ( 570 - ? SM )

Pendapatnya yang termuat dalam kritik terhadap Homerus dan Herodotus, ia membantah adanya antromorfosisme Tuhan-Tuhan, yaitu Tuhan digambarkan sebagai (seakan-akan) manusia. Karena manusia selalu memilki kecendrungan berfikir dan lain-lainnya. Ia juga membantah bahwa Tuhan bersifat kekal dan tidak mempunyai permulaan. Ia juga menolak anggapan bahwa Tuhan mempunyai jumlah yang banyak dan menekankan atas ke-Esa an Tuhan. Kritik ini ditujukan kepada anggapan-anggapan lama yang berdasarkan pada mitologi.5

f. Heraclitos (535 – 475 SM)

(5)

Ia mengemukakan bahwa segala sesuatu (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu berubah. Menurutnya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tidak satu orangpun yang dapat masuk ke sungai dua kali. Alasannya, karena air sungai yang pertama telah mengalir , berganti dengan air yan berada di belakanganya. Demikian juga dengan segala yang ada, tidak ada yang tetap, semuanya berubah. Akhirnya dikatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah menjadi, maka filsafatnya dikatakan filsafat menjadi.

Menurut pendapatnya, di alam arche terkandung sesuatu yang hidup (seperti roh ) yang disebut sebagai logos ( akal atau semacam wahyu) . logos inilah yang menguasai sekaligus mengendalikan keberadaan segala sesuatu. Hidup manusia akan selamat sesuai dengan logos.6

g. Zeno ( ± 490-430 SM )

Menurut Aristoteles, Zeno lah yang menemukan dialektika yaitu suatu argumentasi yang bertitik tolak dari suatu pengandaian ayau hipotesa, dan dari hipotesa tersebut ditarik suatu kesimpulan. Dalam melawan penentang-penentangnya kesimpulan yang diajukan oleh Zeno dari hipotesa yang diberikan adalah suatu kesimpulan yang mustahil, sehingga terbukti bahwa hipotesa itu salah.

Argumentasi Zeno ini selama 20 abad lebih tidak dapat dipecahkan orang secara logis. Baru dapat dipecahkan setelah para ahli matematika membuat pengertian limit dari seri tak terhingga.

h. Parmenides ( 540-475 SM )

Ia berpendapat bahwa hanya pengetahuan yang tetap dan umum yang mengenai yang satu sajalah (pengetahuan budi) yang dapat dipercaya. Pengetahuan budi itulah yang dapat dipercayai, kalau ia benar maka sesuailah ia dengan realitas. Sebab itu yang merupakan realitas bukanlah yang berubah dan bergerak serta beralih dan bermacam-macam, melainkan yang tetap. Realitas bukanlah yang menjadi melainkan ada. Hal ini berbeda dengan pendapat Heraclitos yaitu bahwa realitas adalah gerak dan perubahan. Dalam The way of Truth Parmanides bertanya: Apa standar kebenaran dan apa

ukuran realitas? Bagaimana hal itu dapat dipahami? ia menjawab : ukurannya ialah logika yang konsisten. Contoh. Ada 3 cara berfikir tentang Tuhan : pertama ada, kedua tidak ada, dan ketiga ada dan tidak ada. Yang benar ialah ada (1) tidak mungkin menyakini yang tidak ada (2) sebagai ada karena yang tidak ada pastilah tidak ada. Yang (3) tidak mungkin karena tidak mungkin Tuhan itu ada dan sekaligus tidak ada. Jadi, benar-tidaknya suatu pendapat diukur dengan logika. Disinilah muncul masalah. Bentuk ekstrem pernyataan itu adalah bahwa ukuran kebenaran adalah akal manusia.7

(6)

i. Empedocles (490-435 SM )

Menurutnya, dalam kejadian di alam semesta ini, unsur cinta dan benci selalu menyertai. Juga, proses penggabungan dan penceraian tersebut berlaku untuk melahirkan anak-anak makhluk hidup. Sedangkan manusia pun terdiri dari empat unsur (api, udara, tanah dan air) juga mengenal akan empat unsur. Hal ini karena teori pengenalan yang dikemukakan oleh Empedocles bahwa yang sama mengenal yang sama.

j. Anaxagoras (±499-20 SM )

Pemikirannya, realitas bukanlah satu , akan tetapi terdiri dari banyak unsur dan tidak dapat dibagi-bagi, yaitu atom. Atom ini sebagai bagian dari materi yang terkecil dari materi sehingga tidak dapat terlihat dan jumlahnya tidak terhingga.8

k. Democritos (460-370 SM)

Pemikirannya, bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian materi yang sangat tidak dapat dibagi-bagi lagi. Unsur tersebut dikatakan sebagai atom yang berasal dari satu dari yang lain karena ini tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan, tidak berubah dan tidak berkualitas.

Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu bergerak, berarti harus ada ruang yang kosong. Sebab satu atom hanya dapat bergerak dan menduduki satu tempat saja. Sehingga Democratos berpendapat bahwa realitas itu ada dua, yaitu : atom itu sendiri (yang patuh) dan ruang tempat atom bergerak (kosong).

Democritos pun membedakan adanya dua macam pengetahuan, yaitu pengetahuan indera yang keliru dan pengetahuan budi yang sebenarnya.”ada dua pengetahuan katanya, pengetahuan yang sebenarnya dan pengetahuan yang tidak sebenarnya. Adapun yang tidak sebenanya adalah penglihatan, penciuman, rasa”.9

4. Kaum Sofis dan Sokrates ( 469-399 )

Menurut Cicero, Sokrates memindahkan filsafat dari langit ke bumi, artinya sasaran yang diselidiki bukan lagi jagat raya melainkan manusia. Akan tetapi bukan hanya Sokrates yang berbuat demikian, kaum Sofis juga. Mereka juga menjadikan manusia menjadi sasaran pemikiran mereka. Itulah sebabnya Aristophanes menyebut Sokrates seorang sofis. Sekalipun demikian ada perbedaan yang besar antara Sokrates dan Kaum Sofis. Filsafat Sokrates adalah suatu reaksi dan suatu kritik terhadap pemikiran kaum Sofis.10

8 Poedjawijatna, 1980, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, Pembangunan, Jakarta, hal. 23-24 9 Muzairi, 2009, Filsafat Umum, Teras, Yogjakarta, hal. 24

(7)

5. Filsafat Plato ( 427-347 )

Plato adalah filsuf Yunani yang pertama yang kita ketahui lebih banyak berdasarkan karya-karyanya yang utuh. Ajran Plato tentang etika kurang lebih mengatakan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan hidup yang baik, dan hidup yang baik ini dapat dicapai dalam polis. Ia tetap memihak pada cita-cita Yunani Kuno yaitu hidup sebagai manusia serentak juga berarti hidup dalam polis, ia menolak bahwa negara hanya berdasarkan nomos/adat kebiasaan saja dan bukan physis/kodrat. Plato tidak pernah ragu dalam keyakinannya bahwa manusia menurut kodratnya hidup dalam polis atau negara. Menurut Plato negara terbentuk atas dasar kepentingan yang bersifat ekonomis atau saling membutuhkan antara warganya, maka terjadilah suatu spesialisasi bidang pekerjaan, sebab tidak semua orang bisa mengerjakan semua pekerjaan dalam satu waktu. Polis atau negara ini dimungkinkan adanya perkembangan wilayah karena adanya pertambahan penduduk dan kebutuhanpun bertambah sehingga memungkinkan adanya perang dalam perluasan ini. Dalam menghadapi hal ini maka disetiap negara harus memiliki penjaga-penjaga yang harus dididik khusus.

Ada tiga golongan dalam negara yang baik, yaitu pertama, golongan penjaga yang tidak lain adalah para filusuf yang sudah mengetahui yang baik dan kepimimpinan dipercayakan pada mereka. Kedua, pembantu atau prajurit, yang bertujuan menjamin keamanan, menjamin ketaatan pada warga negara kepada pimpinan para penjaga. Dan ketiga, golongan pekerja atau petani, yang menanggung kehidupan ekonomi. Plato tidak mementingkan undang-undang dasar yang bersifat umum, sebab menurutnya keadaan itu terus berubah-ubah dan peraturan itu sulit disama ratakan itu semua tergantung masyarakat yang ada di polis tersebut. Adapun negara yang diusulkan oleh Plato berbentuk demokrasi dengan monarki, karena jika hanya monarki maka akan terlalu banyak kelaliman, dan jika terlalu demokrasi maka akan terlalu banyak kebebasan, sehingga perlu diadakan penggabungan, dan negara ini berdasarkan pada pertanian bukan perdagangan. Hal ini dimaksudkan menghindari nasib yang terjadi di Athena.11

6. Filsafat Aristoteles

Arisototeles lahir di Stageira suatu kota di Yunani Utara. Bapaknya adalah seorang dokter pribadi Amyntas II, Raja Makedonia. Pada usia 18 tahun Aristotelespergi ke Athena untuk belajar pada Plato. Selama 20 tahun Aristoteles menjadi murid Plato. Perkembangan pemikiran Aristoteles di bagi menjadi tiga tahap, yaitu :

a. Tahap di akademia, ketika masih setia kepada gurunya Plato dan ajarannya tentang idea,

(8)

b. Tahap di assos, Aristoteles mulai mengkritik ajaran Plato mengenai idea dan mengukuhkan pandangan filsafatnya sendiri,

c. Tahap di Athena, Aristoteles mulai meninggalkan filsafat spekulatif dan menuju pada penyelidikan empiris.

Pemikiran Aristoteles tentang “ Yang ada “ berdasarkan ajaran para filsuf yang mendahului tidak setuju dengan ajaran Plato, yang mengatakan bahwa ada dua bentuk yang ada. Menurut Aristoteles, “ ada “ hanya dimiliki oleh benda-benda kongkrit, diluar benda kongkrit tidak ada sesuatu yang berada.12

Referensi

Dokumen terkait

mendapati bahawa pengarang tidak begitu mementingkan sandaran sesebuah riwayat. Ini kerana dalam 73 buah riwayat yang ditemui hanya 7 buah riwayat dibawakan

Kondisi pada kuadran II ini merupakan kondisi yang cukup rawan karena akan menjadi ajang kepentingan banyak pihak, termasuk pihak asing untuk berebut memanfaatkan (eksploitasi)

Untuk melihat 7 3 % , klik tab 7 3 pada halaman Data Akademis yang berada di bagian atas. Riwayat Akademik dibagi menjadi 3 bagian yaitu Laporan per Term seperti Gambar 19, Laporan

“Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi.”

MANFAAT PENGGUNAAN JOBSHEET PADA KEGIATAN PRAKTIKUM DASAR BOGA DI SMKN 9 BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui perbedaan pembelajaran matematika metode Numbered Heads Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS)

Dalam rangka mengamati dan membina bank, Bank Indonesia menetapkan peraturan memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari Bank,

Wallpaper sangat praktis di gunakan untuk menggantikan cat dinding sebab bahan tersebut banyak sekali motif yang sangat unik sehingga sangat tepat jika anda menggunakan bahan