BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Status Gizi
1.1. Pengertian Status Gizi
Gizi adalah segala sesuatu yang dikonsumsi oleh manusia yang
mengandung unsur-unsur zat gizi yaitu karbohidrat, vitamin, mineral,
lemak, protein dan air yang dipergunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan dan organ-organ tubuh
manusia. (Mitayani dan Wiwi Sartika, 2010). Status gizi adalah keadaan
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. (Almatsier,
2010).
Gizi kurang merupakan suatu keadaan yang terjadi akibat tidak
terpenuhinya asupan makanan. Gizi kurang dapat terjadi karena seseorang
mengalami kekurangan salah satu zat gizi atau lebih di dalam tubuh
(Almatsier, 2009). Akibat yang terjadi apabila kekurangan gizi antara lain
menurunnya kekebalan tubuh (mudah terkena penyakit infeksi), terjadinya
gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, kekurangan
energi yang dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja, dan sulitnya
seseorang dalam menerima pendidikan dan pengetahuan mengenai gizi.
Menurut model web sebab akibat (the web of causation), suatu
penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri, melainkan
merupakan serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian
timbulnya penyakit dapat dicegah atau di atasi dengan memotong mata
rantai pada berbagai titik. Berdasarkan metode ini dalam usaha memerangi
masalah gizi harus dilakukan intervensi berdasarkan penyebab utama dari
masalah gizi (root causes of malnutrition) contohnya di Negara
berkembang umumnya Filipina dan Indonesia masalah gizi disebabkan
oleh faktor sosial ekonomi yang rendah, disamping faktor lain. Dalam
model ini digambarkan beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya
masalah gizi serta kaitan suatu faktor dengan faktor lain (Supariasa, dkk,
2001).
1.3. Konsep Gizi Pada Anak Sekolah
Usia anak sekolah periode yang sangat menentukan kualitas
seorang manusia dewasa nantinya. Saat ini masih terdapat perbedaan
dalam penentuan usia anak. Menurut UU No. 20 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak dan WHO yang dikatakan masuk usia anak adalah
sebelum usia 18 tahun dan yang belum menikah. American Academic of
Pediatric tahun 1998 memberikan rekomendasi yang lain tentang batasan
usia anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21 tahun.
Pada usia sekolah ini, anak banyak mengikuti aktivitas fisik
pertahanan tubuhnya baik dan tidak mudah terserang penyakit. Umumnya
orang tua kurang memperhatikan kegiatan makan anaknya lagi. Mereka
beranggapan bahwa anak seusia ini sudah tahu kapan ia harus makan.
Disamping itu, anak mulai banyak melakukan kegiatan di luar rumah,
sehingga agak sulit mengawasi jenis makanan apa saja yang mereka
makan.
Anak usia sekolah membutuhkan lebih banyak energi dan zat gizi
di bandingankan balita. Diperlukan tambahan energi, protein, kalsium,
fluor, zat besi, sebab pertumbuhan sedang pesat dan aktivitas kian
bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, anak seusia
ini membutuhkan 5 kali waktu makan, yaitu pagi (sarapan), makan siang,
makan malam, dan 2 kali makan selingan. Perlu ditekankan pentingnya
sarapan supaya dapat berpikir dengan baik dan menghindari hipoglikemia.
Bila jajan harus diperhatikan kebersihan makanan supaya tidak tertular
penyakit tifoid, disentri, dan lain-lain.
Tumbuh kembang anak usia sekolah yang optimal tergantung
pemberian nutrisi yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan
kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh
kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak
selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul masalah
terutama dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang.
Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada organ-organ dan sistem
Kebutuhan kalori anak sekolah dasar adalah sekitar 1500-2000
kkal setiap hari, tergantung kelompok usia. Untuk memenuhi kebutuhan
energi tersebut dapat diperoleh dari makanan yang disediakan di rumah
dan dari makanan jajanan. Anak sekolah memerlukan makanan yang
kurang lebih sama dengan yang dianjurkan untuk anak pra-sekolah
terkecuali porsinya harus lebih besar, oleh sebab kebutuhannya lebih
banyak mengingat bertambahnya berat badan dan aktivitasnya (Pudjiadi,
2000).
Adanya aktivitas yang tinggi mulai dari sekolah, kursus,
mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dan mempersiapkan pekerjaan untuk
esok harinya, membuat stamina anak cepat menurun kalau tidak ditunjang
dengan asupan pangan dan gizi yang cukup dan berkualitas. Agar stamina
anak usia sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan di sekolah maupun
kegiatan ekstra kurikuler, maka saran utama dari segi gizi adalah jangan
meninggalkan sarapan pagi (Khomsan, 2003). Jika anak meninggalkan
sarapan pagi maka kemungkinan akan terjadi ketidak-seimbangan antara
energi yang masuk dengan energi yang keluar atau konsumsi makanan
tidak seimbang dengan kalori yang diperlukan (Notoatmodjo, 2003). Dan
selama berada di sekolah, penting untuk mengkonsumsi makanan
selingan/snack agar kadar gula tetap terkontrol baik sehingga konsentrasi
1.4. Penilaian Status Gizi
Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran langsung terdiri dari
Antropometri, biokimia, klinis, dan biofisik. Sedangkan pengukuran tidak
langsung terdiri dari survey konsumsi, statistic vital, faktor ekologi.
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.
Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri.
Berikut diterangkan beberapa indeks antropometri tersebut :
1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu paramaeter yang memberikan
gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,
menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang
dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat
badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Mengingat
karakterisktik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih
menggambarkan status gizi seseorang saaat ini (current nutritional status).
2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh
seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti
dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi
badan akan nampak dalam waktu relatif lama. Berdasarkan karakteristik
tersebut di atas, maka indeks TB/U menggambarkan status gizi masa lalu.
3. Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
IMT merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak
tubuh seseorang. IMT pada anak dan remaja berbeda dengan orang
dewasa. Leatk cut-off point yang digunakan berbeda antara anak remaja
dan orang dewasa. Pada anak dan remaja status gizi diperoleh dari
perbandingaan IMT dan umur. Indikator IMT/U merupakan indicator yang
paling baik untuk mengukur keadaan status gizi yang menggambarkan
keadaan status gizi masa lalu dan masa kini karena berat badan memiliki
hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal,
perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan
dengan kecepatan tertentu. Indeks ini tidak menimbulkan kesan
underestimate pada anak yang overweight dan obese serta kesan
berlebihan pada anak gizi kurang (WHO, 2007).
IMT = BERAT BADAN Kg
2. Prestasi Belajar
2.1Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan dan
ketrampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru (Christien, 2007)
Prestasi belajar siswa meliputi prestasi kognitif ( kemampuan
berpikir dan analisis, prestasi afektif ( sikap ) dan prestasi psikomotor (
tingkah laku). Namun dari tiga aspek tersebut aspek kognitiflah yang
menjadi tujuan utama dalam suatu sistem pendidikan tanpa
mengesampingkan aspek yang lain (Syah, 2001).
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Adapun dalam penelitian ini
yang dimaksud prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan peserta didik
setelah menempuh proses pembelajaran tentang materi tertentu, yakni
tingkat penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku
yang dapat diukur dengan tes tertentu dan diwujudkan dalam bentuk nilai
atau skor.
2.2 Faktor Yang mempengaruhi
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan
individu itu sendiri terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis
sebagai contoh : faktor kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan (
intelegensia ), daya ingat, kemauan, bakat.
a. Faktor internal :
1) Faktor biologis
a) Kandungan sampai lahir sesudah lahir sudah tentu merupakan
hal yang sangat menentukan keberhasilan seseorang.
b) Kondisi kesehatan fisik yang sehat dan segar sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Namun demikian
didalam menjaga kesehatan fisik ada beberapa hal yang sangat
diperlukan diantaranya makan dan minum harus teratur serta
memenuhi persyaratan kesehatan, olahraga dan istirahat yang
cukup.
2) Faktor psikologis
a) Intelegensi
Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar memang berpengaruh
besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang mempunyai
intelegensi jauh dibawah normal akan sulit diharapkan untuk mencapai
prestasi yang tinggi dalam proses belajar. Sangat perlu dipahami bahwa
intelegensi itu bukan merupakan satu-satunya faktor penentu keberhasilan
seseorang. Intelegensi itu hanya merupakan salah satu faktor dari sekian
banyak faktor. Sebaliknya, seseorang yang intelegensinya tidak seberapa
proses belajarnya ditunjang dengan berbagai faktor lain yang
memungkinkan untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal.
b) Kemauan
Kemauan dapat dikatakan sebagai faktor utama penentu
keberhasilan belajar seseorang. Lebih dari itu, dapat dikatakan kemauan
merupakan motor penggerak utama yang menentukan keberhasilan
seseorang dalam setiap segi kehidupannya. Bagiamanapun baiknya proses
belajar yang dilakukan seseorang hasilnya akan kurang memuaskan jika
orang orang tersebut tidak mempunyai kemauan yang keras.
c) Bakat
Bakat memang merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang
keberhasilan belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu. Kegagalan
dalam belajar yang sering terjadi sehubungan dengan bakat justru
disebabkan seseorang terlalu cepat merasa dirinya tidak berbakat dalam
suatu bidang.
d) Daya ingat
Daya ingat sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang.
Daya ingat dapat didefinisikan sebagai daya jiwa untuk memasukan,
menyimpan dan mengeluarkan kembali suatu kesan. Sesuai dengan
b. Faktor eksternal
Adalah merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu
sendiri. Faktor meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan
sekolah, faktor lingkungan masyarakat dan faktor waktu.
1) Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan
pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan
seseorang. Kondisi lingkungan keluarga sangat menentukan keberhasilan
belajar seseorang diantaranya ialah adanya hubungan yang harmonis
diantara sesama anggota keluarga, tersedianya tempat dan peralatan belajar
yang cukup memadai, keadaan ekonomi keluarga yang cukup suasana
lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian yang besar dari
orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan
anak-anaknya.
2) Faktor lingkungan sekolah
Hal mutlak yang harus ada di sekolah untuk menunjang
keberhasilan belajar adalah tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara
konsekuen dan konsisten. Kondisi lingkungan sekolah yang juga
mempengaruhi kondisi belajar antara lain adanya guru yang baik dalam
jumlah yang cukup dan memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang
ditentukan, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang
adanya teman yang baik, adanya keharmonisan hubungan diantara semua
personil sekolah.
3) Faktor lingkungan masyarakat
Didalam masyarakat ada lingkungan atau tempat tertentu yang
dapat menunjang keberhasilan belajar, ada pula lingkungan atau tempat
tertentu yang menghambat keberhasilan belajar. Lingkungan atau tempat
tertentu yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah
lembaga-lembaga pendidikan non formal yang melaksanakan
kursus-kursus tertentu seperti kursus-kursus bahasa inggris dll. Lingkungan atau tempat
tertentu yang dapat menghambat keberhasilan belajar antara lain adalah
tempat hiburan tertentu yang banyak dikunjungi yang mengutamakan
kesenangan atau hura-hura seperti diskotik, bioskop dll.
4) Faktor waktu
Adanya keseimbangan antara kegiatan belajar dan kegiatan yang
bersifat hiburan atau rekreasi. Tujuannya agar selain dapat meraih prestasi
belajar yang maksimal, siswa tidak dihinggapi kejenuhan dan kelelahan
pikiran yang berlebihan serta merugikan.
2.3. Penilaian Prestasi Belajar
Menurut Syah (2010) evaluasi berarti pengungkapan dan
pengukuran hasil belajar yang pada dasarnya merupakan proses
penyusunan deskripsi siswa, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa
ruang lingkupnya. Evaluasi prestasi belajar atau hasil belajar dapat
dilakukan dengan beragam cara, mulai yang paling sederhaan sampai yang
paling kompleks. Berikut beberapa cara evaluasi prestasi belajar menurut
Syah (2010) :
1) Pre-test dan Post-test
Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap penyajian
materi batu. Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi pengetahuan siswa
mengenai bahan yang akan disajikan. Sedangkan post-test adalah
kebalikan dari pre-test, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada
setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf
penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.
2) Evaluasi Prasyarat
Evaluasi ini sangat mirip dengan pre-test. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari
materi baru yang akan diajarkan.
3) Evaluasi Diagnostik
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan
pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang
belum dikuasai siswa.
4) Evaluasi Formatif
Evaluasi jenis ini kurang lebih sama dengan ulangan yang
dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul.
evaluasi diagnostik, yakni untuk mengetahui kesulitan belajar siswa. Hasil
diagnosis kesulitan belajar tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan
rekayasa pengajaran remedial (perbaikan).
5) Evaluasi Sumatif
Ragam penilaian sumatif kurang lebih sama dengan ulangan umum yang
dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa
pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini lazim
digunkan pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran.
Datanya didapat dari hasil penilaian yang dilakukan oleh guru di
sekolah berupa nilai raport yaitu nilai rata-rata untuk semua mata pelajaran
pada semester ganjil terakhir (Syah, 2010), kemudian diurutkan sesuai
ranking atau peringkat dikelas:
- Baik : Peringkat 1 - peringkat 13
- Cukup : Peringkat 14 - peringkat 27
- Kurang : Peringkat 28 - peringkat 41
6) Ujian Akhir Nasional (UAN)/UN (Ujian Nasional)
UAN atau UN pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti