• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Melati Nurman Sari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Skripsi Melati Nurman Sari"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi

Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan

Disusun oleh:

MELATI NURMAN SARI NIM. A2D009030

PROGRAM STUDI S1 ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

(2)
(3)

iii

Motto

Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah perbuatan-perbuatan baiknya dan

kasihnya yang tidak diketahui oleh orang lain –William Wordsworth

“Seseorang tidak akan mendapatkan dari apa yang dia harapkan, tetapi akan

mendapatkan dari apa yang dia kerjakan”

Persembahan

1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Ayahanda H. Rochman, S.Pd., M.H dan Ibunda Hj. Nurul

Aeni, S.Pd yang senantiasa memberikan dorongan semangat

serta doa, agar penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

3. Adekku Aninditya Nurman Rizki dan Nenekku Masrucah

Trima kasih atas dukungan serta doanya.

4. Sahabatku angkatan 2009 yang telah memberikan motivasi dan

dukungannya.

(4)
(5)
(6)

vi

berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah Terhadap Prestasi Belajar

Siswa VI SDN Kebonsari 02 Tuban” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana program S1 Ilmu

Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari peran banyak pihak yang membantu

baik dalam bantuan moral maupun material. Oleh karena itu, dalam kesempatan

ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Prof. Sudharto P. Hadi, MES, Ph. D. selaku Rektor Universitas Diponegoro.

2. Dr. Agus Maladi Irianto, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Diponegoro.

3. Dra. Sri Ati, M.Si, selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu Perpustakaan

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro yang telah memberikan

kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Yuli Rohmiyati, S.Sos. M. Si selaku Dosen pembimbing yang telah

memberikan arahan, bimbingan, petujuk dan saran dengan penuh kesabaran

hati dalam penulisan skripsi ini.

5. Dra. Tri Wahyu Hari Murtiningsih, M. Si dan Albertus Pramoekti, S. Hum.,

M.IP selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan demi

sempurnanya skripsi ini.

6. Bapak Amin Taufiq, S.Sos selaku Dosen Wali, terima kasih bapak atas

pengarahannya selama penulis menempuh studi.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Diponegoro yang telah memberikan ilmu selama penulis

menempuh studi.

8. Ibu Suwartik, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN Kebonsari 02 Tuban yang

telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian di SDN Kebonsari 02

(7)

vii

mendoakan semua usaha yang dilakukan peneliti untuk menyelesaikan skripsi

ini.

11. Achmad Rizal Effendi terima kasih atas dukungan, semangat, kasih sayang

serta kesabaranmu.

12. Sahabat-sahabatku Tata “emot”, Nurma “endood”, Anri “mbem”, Ismi

“emik” terima kasih atas dukunga, bantuan dan kasih sayang kalian selama

ini.

13. Penghuni kos Tirto Agung 21 Aini, Eneng, Putri, Melan, Avi trimakasih buat

semangat dan hiburan-hiburan dari kalian selama ini.

14. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penyelesaia skripsi ini tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu peneliti

bersedia menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kebaikan

peneliti di waktu yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

untuk semua pihak terutama pihak SDN Kebonsari 02 Tuban yaitu agar selalu

meningkatkan koleksi perpustakaan agar prestasi belajar siswa juga dapat

meningkat.

Semarang, 05 September 2013

(8)

Viii

Adapun tujuan dari penelirian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemanfaatan perpustakaan sekolah terhadap peningkatan prestasi belajar siswa kelas VI di SDN Kebonsari 02 Tuban.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi Penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN Kebonsari 02 Tuban tahun ajaran 2013-2014 yang terdiri dari 2 kelas sejumlah 60 siswa. Sampel yang diambil seluruh siswa kelas VI SDN Kebonsari 02 Tuban. Pengambilan sampel dengan menggunakan penelitian populasi yaitu meneliti seluruh siswa kelas VI tersebut.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dan kuesioner. Teknik pengolahan data dengan cara editing, koding dan tabulasi. Adapun teknik analisis data menggunakan metode analisis deskriptif dengan menggunakanproduct moment.

Simpulan dari hasil penelitian ini adalah hasil perhitungan nilai koefisien determinasi, diperoleh nilai pengaruh pemanfaatan perpustakaan sekolah dengan prestasi belajar siswa kelas VI SDN Kebonsari 02 Tuban adalah sebesar 56,55% menunjukkan bahwa pemanfaatan perpustakaan memberikan nilai kontribusi yang besar terhadap prestasi belajar siswa, dan sisanya 55,55% dipengaruhi oleh variable yang lain.

(9)

ix

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Permasalahan ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 7

1.6 Kerangka Pikir ... 7

1.7 Hipotesis ... 8

1.8 Batasan Istilah ... 8

BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Pengertian Perpustakaan Sekolah ... 9

2.2 Fungsi Perpustakaan Sekolah ... 10

(10)

x

2.8 Model Pembelajaran ... 22

2.9 Prestasi Belajar ... 25

2.9.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi ... 28

2.10 Pemanfaatan Perpustakaan ... 32

2.11 Penelitian Terdahulu ... 34

2.12 Keistimewaan Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain dan Jenis Penelitian ... 36

3.2 Populasi dan Sample ... 37

3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Data Primer ...38

3.3.2 Data Sekunder ... 38

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Observasi ...38

3.4.2 Kuesioner ...39

3.4.3 Wawancara ...39

3.5 Variable dan Indikator ... 40

3.6 Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1 Pengolahan Data ... 40

3.6.2 Analisis Data ... 43

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN SDN KEBONSARI 02 TUBAN 4.1 Sejarah Perpustakaan ... 48

(11)

xi

4.6.1 Sistem Layanan ... 52

4.6.2 Jenis Layanan ... 53

4.7 Sarana Prasarana ... 54

4.8 Petugas Perpustakaan... 55

4.9 Kegiatan Perpustakaan... 56

4.9.1 Administrasi Perpustakaan ... 58

4.9.2 Program Perpustakaan ... 60

4.10 Struktur Organisasi ... 63

4.11 Tata Tertib Perpustakaan ... 64

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Data Responden ... 67

5.2 Data Penelitian ... 67

5.2.1 Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah ...68

5.2.2 Variabel Prestasi Belajar Siswa ...86

5.3 Data Pemanfaatan Perpustakaan 5.3.1 Analisis Data Pemanfaatan Perpustakaan ... 91

5.3.2 Analisis Data Prestasi Belajar Siswa ... 91

5.3.3 Analisis Data Pemanfaatan Perpustakaan terhadap Prestasi Belajar Siswa ... 93

BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan ...96

6.2 Saran ...97

(12)

xii

Tabel 4.1 Koleksi Buku Perpustakaan ... 51

Tabel 4.2 Koleksi Buku Referensi Perpustakaan ... 52

Tabel 4.3 Jenis Sarana Prasarana ... 54

Tabel 4.4 Kegiatan Perpustakaan ... 56

Tabel 4.5 Program Perpustakaan ... 60

Tabel 5.1 Data Responden... 67

Tabel 5.2 Kunjungan Responden ke Perpustakaan dalam 1 minggu ... 68

Tabel 5.3 Kunjungan Siswa ke Perpustakaan karena Tugas dari Guru ... 69

Tabel 5.4 Pembuatan Tugas di Perpustakaan dalam 1 minggu ... 71

Tabel 5.5 Siswa lebih suka membaca daripada mengerjakan tugas ... 72

Tabel 5.6 Kunjungan siswa ke perpustakaan karena kemauan sendiri ... 73

Tabel 5.7 Siswa membaca buku pengetahuan sosial di perpustakaan ... 74

Tabel 5.8 Siswa membaca majalah untuk menambah pengetahuan ... 75

Tabel 5.9 Siswa membaca buku tentang pengetahuan umum ... 76

Tabel 5.10 Suasana perpustakaan nyaman ... 77

Tabel 5.11 Siswa berkunjung ke perpustakaan untuk memperoleh informasi ... 79

Tabel 5.12 Pemanfaatan waktu istirahat untuk pergi ke perpustakaan ... 80

Tabel 5.13 Proses peminjaman buku diperpustakaan ... 81

Tabel 5.14 Koleksi perpustakaan memadai ... 82

(13)

xiii

Tabel 5.19 Nilai siswa diatas 80 pada saat ujian sekolah ... 88

Tabel 5.20 Nilai rapot yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh adanya perpustakaan sekolah ... 89

Tabel 5.21 Siswa yang mengikuti lomba dan mendapat juara ... 90

Tabel 5.22 Data Pemanfaatan Perpustakaan ... 91

(14)

xiv

Lampiran 3 Analisis Pemanfaatan Perpustakaan ... 106

Lampiran 4 Analisis Pemanfaatan perpustakaan dengan Prestasi Belajar ... 108

Lampiran 5 Analisis Data Pemanfaatan Perpustakaan dengan Prestasi Belajar ... 110

Lampiran 6 Skor Hasil Kuesioner ... 112

Lampiran 7 Perhitungan Product Moment ... 114

Lampiran 8 Uji T ... 115

Lampiran 9 Koefisien Determinan ... 116

Lampiran 10 Dokumentasi Keadaan Sekolah ... 117

Lampiran 11 Dokumentasi Wawancara dan Kuesioner ... 119

(15)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan

penunjang kegiatan belajar siswa yang memegang peranan sangat penting

dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Perpustakaan

sekolah merupakan perpustakaan yang tergabung pada sebuah sekolah

dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan dengan tujuan utama

membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus dan tujuan pendidikan

pada umumnya (Sulistyo-Basuki, 1991:50).

Perpustakan sekolah adalah perpustakaan yang diselenggarakan di

sekolah guna menunjang program belajar mengajar dilembaga pendidikan

formal tingkat sekolah baik Sekolah dasar maupun sekolah menengah (

Bafadal, 2008:4).

Perpustakaan SDN Kebonsari 02 Tuban merupakan jenis

perpustakaan sekolah, yang memiliki tujuan utama memberikan layanan

kepada pemustaka di lingkungan sekolah yaitu kepala sekolah, guru, peserta

didik, dan staf administrasi lainnya.

Salah satu bagian yang cukup vital di perpustakaan adalah bagian

(16)

berhubungan langsung antara petugas dengan pemustaka. Aktivitas bagian

layanan menyangkut masalah citra perpustakaan. Baik tidaknya sebuah

perpustakaan berkaitan erat dengan bagaimana layanan perpustakaan

diberikan kepada pemustaka. Bagian layanan merupakan tolok ukur

keberhasilan sebuah perpustakaan. Perpustakaan akan dinilai baik secara

keseluruhan oleh pemustaka jika mampu memberikan layanan yang terbaik

dan dinilai buruk secara keseluruhan jika layanan yang diberikan buruk.

Untuk mencapai sebuah citra layanan yang baik maka diperlukan

adanya penilaian tentang sikap yaitu sikap petugas bagian layanan dalam

melayani pemustaka maupun sikap dari pemustaka itu sendiri. Dengan

mengetahui sikap pemustaka, maka petugas dapat mengevaluasi kinerja

bagian layanan. Sehingga akan diketahui kekurangan dan kelebihan yang

telah dicapai untuk meningkatkan mutu layanan.

Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa perpustakaan terdiri

dari banyak rak dengan tumpukan buku yang tersusun rapi yang kapan saja

bisa dipinjam, dan dikembalikan sewaktu-waktu. Mereka belum menyadari

arti pentingnya sebuah perpustakaan. Padahal perpustakaanlah yang

memberikan informasi paling lengkap, karena didalam perpustakaan

terdapat buku-buku yang memberikan pengetahuan yang sangat besar dan

tak ternilai. Dalam sebuah lembaga seperti sekolah, perpustakaan

merupakan jantung sekolah, karena perpustakaan merupakan kunci inti

(17)

Perpustakaan merupakan unit kerja yang menghimpun, mengelola,

dan menyajikan kekayaan intelektual untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa (Lasa HS:12). Unit ini dimaksudkan baik secara

organisasi maupun fasilitas tenaga dan tempat, bagian tersebut merupakan

bagian integral dari lembaga yang bernama sekolah, bukan sesuatu yang

berdiri sendiri. Disamping itu perpustakaan dapat diartikan tempat yang

didalamnya terdapat kegiatan pengolahan, dan penyebarluasan segala

macam informasi baik yang tercetak maupun yang terekam guna untuk

kepentingan belajar (Pawit M Yusuf, 2007:1).

Perpustakaan merupakan sarana yang paling dibutuhkan dalam

proses belajar mengajar siswa. Sehingga penyediaan bahan koleksi pada

perpustakaan harus sesuai dengan kurikulum yang ada dan dapat menunjang

pembelajaran siswa. Dalam proses belajar diperpustakaan perlu adanya

bimbingan pustakawan atau guru dalam memilih buku, pemeliharaan dan

pemakaian fasilitas. Disamping itu guru juga berperan penting dalam

meningkatkan minat belajar siswa dalam menggunakan perpustakaan

sebagai tempat yang nyaman untuk belajar dan mencari bahan pembelajaran.

Hal ini diharapkan dapat memicu tingkat prestasi belajar siswa dan peran

perpustakaan sebagai penyedia sarana ilmu pengetahuan dan informasi.

Kebutuhan akan adanya perpustakaan sekolah timbul dari proses pendidikan

itu sendiri, sehingga banyak hal yang perlu dilayani oleh perpustakaan

(18)

yang diharapkan dapat menunjang efektifitas dan efisiensi belajar-mengajar,

serta menyediakan berbagai sumber informasi. Selain itu perpustakaan juga

menyediakan multimedia guna menunjang minat belajar para siswanya, agar

siswa juga tidak merasa jenuh dengan buku teks.

Pendidikan yang sesungguhnya bukanlah sekedar memberikan ilmu

yang ada dari guru kepada siswanya, melainkan juga merangsang murid

untuk selalu mengembangkan diri,mengembangkan bakat dan

kemampuannya. Untuk itu siswa sendiri juga perlu aktif dan tidak hanya

merasa puas dengan apa yang diberikan oleh guru kelasnya saja.

Perpustakaan dapat menyumbangkan bantuan yang besar dan berguna dalam

proses pendidikan, sedangkan para guru tidak lepas dari tugas pembinaan

siswa agar mencintai dan menggunakan perpustakaan smaksimal mungkin.

Dengan demikian perpustakaan sekolah merupakan salah satu aspek yang

dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Koleksi yang disediakan perpustakaan SDN Kebonsari 02 Tuban,

sudah memadai untuk membantu peningkatan minat belajar para siswanya.

Letak perpustakaannya juga sudah strategis yaitu ditengah- tengah kelas

sehingga mempermudah siswa jika ingin meminjam buku atau mengerjakan

tugas diperpustakaan. Koleksi buku yang ada diperpustakaan ini sangat

bervariasi mulai dari buku teks sampai buku penunjang dalam kegiatan

belajar siswa. Siswa juga bisa menggunakan fasilitas hotspot yang

disediakan di perpustakaan ini untuk mencari bahan bacaan atau refrensi

(19)

berbagai kebutuhan belajarnya adanya perpustakaan yang lengkap membuat

siswa senang untuk mengunjungi dan mencari refrensi buku guna

menambah pengetahuan dan wawasan sehingga minat belajar mereka

bertambah.

Berdasarkan pertimbangan hal tersebut di atas, maka peneliti ingin

mengetahui seberapa besar pengaruh pemanfaatan perpustakaan terhadap

prestasi belajar siswa kelas VI di SDN Kebonsari 02 Tuban. Jenis layanan

sebagai objek penelitian adalah layanan sirkulasi. Alasan pemilihan jenis

layanan ini, karena jenis layanan ini merupakan jenis layanan yang sering

dimanfaatkan oleh pemustaka, oleh sebab itu penulis tertarik untuk menulis

skripsi dengan judul “ Pengaruh Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VI di SDN Kebonsari 02 Tuban”.

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang terjadi adalah seberapa besar pengaruh

pemanfaatan perpustakaan sekolah terhadap peningkatan prestasi belajar

siswa kelas VI yang ada di SDN Kebonsari 02 Tuban.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh pemanfaatan perpustakaan sekolah terhadap peningkatan prestasi

(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini untuk :

1. Bagi Perpustakaan SDN Kebonsari 02 Tuban

a) Sebagai masukan kepada pustakawan guna perbaikan

perpustakaan agar kedepannya perpustakaan akan lebih maju

dan dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk kebutuhan informasi

b) Sebagai masukan bagi SDN Kebonsari 02 Tuban dalam upaya

peningkatan prestasi belajar siswa kelas VI SDN Kebonsari 02

Tuban.

2. Bagi Penulis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pengaruh

pemanfaatan perpustakaan sekolah terhadap peningkatan prestasi

belajar siswa, selain itu untuk mengetahui koleksi apa saja yang

sering dipinjam untuk menambah pengetahuan guna meningkatkan

prestasi belajar.

3. Bagi Pembaca

Memberikan informasi kepada pembaca yang berhubungan dengan

pengaruh pemanfaatan perpustakaan terhadap prestasi belajar siswa,

agar pembaca mengetahui pentingnya perpustakaan untuk

(21)

1.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian adalah perpustakaan SDN Kebonsari 02 Tuban

yang berada di jalan AKBP Suroko No 39 Tuban. Sedangkan waktu

penelitian ini dimulai bulan Juni 2013 sampai September 2013.

1.6 Kerangka Pikir

Kerangka pikir ini dibuat untuk memperjelas pola penelitian yang

akan dilakukan. Sehingga mempermudah peneliti untuk tetap fokus pada

topik dan tujuan penelitian yang akan dicapai. Adapun kerangka pikir dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

(X) (Y)

1. Keterpakaian Koleksi 1. Nilai

2. Penggunaan Fasilitas 2 Peringkat

3. Keaktifan

Pemanfaaan perpustakaan dalam penelitian ini meliputi

keterpakaian koleksi, dan penggunaan fasilitas yang berpengaruh terhadap

prestasi belajar siswa yang meliputi nilai akademis siswa, peringkat dikelas,

dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Prestasi Belajar Siswa Pemanfaatan Perpustakaan

(22)

1.7 Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap permasalahan yang

terjadi, karena sifatnya masih sementara maka perlu dibuktikan

kebenarannya.

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada pengaruh antara pemanfaatan perpustakaan sekolah terhadap

prestasi siswa di SDN Kebonsari 2 Tuban

2. Hipotesis Nol ( Ho)

Tidak ada pengaruh antara pemanfaatan perpustakaan sekolah terhadap

prestasi siswa di SDN Kebonsari 2 Tuban.

1.8 Batasan Istilah

1. Pemanfaatan

Pemanfaatan adalah penggunaan seluruh informasi / koleksi yang

dibaca ditempat maupun dibawa pulang yang dimiliki oleh perpustakaan

sebagai sarana belajar guna menunjang peningkatan prestasi akademik

para siswa.

2. Prestasi belajar

Prestasi beajar dalam penelitian ini adalah tingkat penguasaan

materi yang telah dicapai oleh siswa yang ditunjukkan dengan nilai

(23)

9

2.1 Pengertian Perpustakaan

Perpustakaan merupakan unit kerja dari suatu badan atau lembaga

tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka. Baik berupa buku mupun non

buku yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat

digunakan sebagai sumber informasi (suhendar, 2005:3). Selain itu

perpustakaan merupakan tempat mengumpulkan, menyimpan dan

memelihara koleksi bahan pustaka. Mengumpulkan berarti ada usaha dari

perpustakaan untuk mengadakan koleksi bahan pustaka tersebut. Ini dapat

dilakukan dengan cara membeli, memperoleh secara gratis dengan tukar

menukar ataupun dari sumbangan.

Istilah koleksi bahan pustaka dipergunakan untuk menunjukkan

bahwa yang dikumpulkan, yang disimpan dan dipeihara dalam perpustakaan

itu tidak hanya buku tetapi juga bahan yang memuat informasi. Untuk

perpustakaan sekolah pembagian buku-buku lebih baik disesuaikan dengan

(24)

2.2 Fungsi Perpustakaan Sekolah

Fungsi perpustakaan sekolah lebih ditekankan kepada fungsi edukatif

dan rekreatif. Hal ini berdasarkan bahwa pemakai perpustakaan sekolah dari

murid-murid sekolah dasar sampai sekolah menengah. Pada usia tersebut

mereka diarahkan unuk bisa belajar sambil bermain.

Dari uraian diatas dapat dijelaskan fungsi perpustakaan sekolah

menurut Pawit M Yusuf adalah :

1. Fungsi edukatif

Perpustakaan memberikan kesempatan kepada para siswanya unuk

menambah pengetahuan dengan cara mencari materi- materi yang

diajarkan oleh para guru kelas mereka didalam perpustakaan. Sehingga

mereka dapat memperdalam materi yang telah diajarkan.

2. Fungsi informatif

Fungsi informatif disini adalah perpustakaan berusaha menyediakan

koleksi perpustakaan yang dibutuhkan untuk pemunuhan rasa ingin tahu.

3. Fungsi rekreasi

Perpustakaan disamping menyediakan buku-buku pengetahuan juga

perlu menyediakan buku-buku yang bersifat rekreatif (hiburan) dan

bermutu, sehingga dapat digunakan para pembaca untuk mengisi waktu

senggang, baik oleh siswa maupun oleh guru.

4. Fungsi riset

Perpustakaan menyediakan bacaan yang dapat dijadikan sebagai sumber/

(25)

Perpustakaan diadakan bukan hanya untuk sekedar melayani seluruh

anggota perpustakaan saja, tetapi seluruh anggota tersebut harus mampu

mamanfaatkan perpustakaan tersebut untuk menamah wawasan serta

pengetahuan mereka.

2.3 Manfaat Perpustakaan

Peran perpustakaan dalam dunia pendidiakan sangatlah penting,

selain untuk membantu terselenggaranya pendidikan yang berkualitas,

perpustakaan sekolah berupaya memperkaya, mendukung, memberikan

kekuatan kepada setiap siswanya untuk mengoptimalisaikan potensi mereka

sebagai pelajar. Dengan adanya penyelenggaraan perpustakaan sekolah

dimaksudkan dapat membantu murid serta guru untuk menyelesaikan tugas

dalam proses belajar mengajar. Adapun manfaat perpustakaan sekolah yaitu

:

1. Perpustakaan sekolah dapat meningkatkan kecintaan siswa terhadap

membaca.

2. Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar siswa.

3. Perpustakaan sekolah dapat menamankan kebiasaan belajar mandiri,

pada akhirnya siswa dapat belajar mandiri tanpa dampingan guru.

4. Perpustakaan sekolah dapat mempercepat proses penguasaan teknik

membaca.

5. Perpustakaan sekolah dapat membantu perkembangan kecakapan

(26)

6. Perpustakaan sekolah dapat melatih siswa kearah tanggung jawab.

7. Perpustakaan sekolah dapat memperlancar siswa dalam menyelesaikan

tugas sekolah.

8. Perpustakaan sekolah dapat membantu guru dalam menemukan sumber

pengajaran.

2.4

Pengertian Belajar

Menurut (Iskandarwassid, 2008:4) belajar merupakan kegiatan

yang kompleks, hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang

memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas

tersebut adalah stimulus yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif

yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian belajar adalah

seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus lingkungan,

melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru.

Menurut (Hamalik, 2003:27) adalah Belajar adalah modifikasi

atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as

the modification or strengthening of behavior through e xperienceng).

Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan

dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan

tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu

penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakukan. Pengertian

ini sangat berbeda dengan pengertian lama tentang belajar, yang

(27)

belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomotis

dan seterusnya.

Menurut Dimyati belajar adalah merupakan kegiatan yang

kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah orang memiliki

keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas

tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii)

proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian, belajar

adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi

lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru

(Dimyati, 2009:10)

2.5

Kesulitan Belajar

Kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah

karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat

menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa

mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang

justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar

siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk

mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun

fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar

yang dicapainya berada di bawah semestinya.

Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya

(28)

slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan

dari masing-masing pengertian tersebut.

(akhmadsudrajat/2013/01/25/kesulitan-dan-bimbingan-belajar/)

1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana

proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang

bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar,

potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau

terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga

hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang

dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras

seperti karate, tinju dan sejenisnya.

2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang

dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya

siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental,

gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa

yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok

menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain

bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan

baik.

3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki

tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi

belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites

(29)

unggul (IQ = 130–140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau

malah sangat rendah.

4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam

proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama

dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi

intelektual yang sama.

5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada

gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar,

sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam

pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan

dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun

afektif. Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan

belajar, antara lain :

1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang

dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.

2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.

Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang

diperolehnya selalu rendah.

3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu

tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.

4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh,

(30)

5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang

terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam

atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam

kegiatan belajar, dan sebagainya.

6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung,

mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam

menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah,

tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.

7. Sementara itu, mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami

kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam

mencapai tujuan-tujuan belajar. Siswa dikatakan gagal dalam belajar

apabila,

8. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran

tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level)

minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru

(criterion reference).

9. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat

berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang

dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever.

10. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang

diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran

(31)

belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang

(repeater)

Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai

siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria

sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat

ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan

belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau

kemajuan belajar siswa: (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam

kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan

potensi; dan (4) kepribadian.

1. Tujuan Pendidikan

Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan

merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting, karena akan

memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan

pendidikan atau kegiatan pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan

pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai target tujuan-tujuan tersebut

dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil. Sedangkan, apabila siswa

tidak mampu mencapai tujuan-tujuan tersebut dapat dikatakan

mengalami kesulitan belajar. Untuk menandai mereka yang mendapat

hambatan pencapaian tujuan pembelajaran, maka sebelum proses

belajar dimulai, tujuan harus dirumuskan secara jelas dan operasional.

Selanjutnya, hasil belajar yang dicapai dijadikan sebagai tingkat

(32)

normal, seseorang dikatakan berhasil jika siswa telah dapat menguasai

sekurang-kurangnya 60% dari seluruh tujuan yang harus dicapai.

Namun jika menggunakan konsep pembelajaran tuntas (mastery

learning) dengan menggunakan penilaian acuan patokan, seseorang

dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila telah menguasai standar

minimal ketuntasan yang telah ditentukan sebelumnya atau sekarang

lazim disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebaliknya, jika

penguasaan ketuntasan di bawah kriteria minimal maka siswa tersebut

dikatakan mengalami kegagalan dalam belajar. Teknik yang dapat

digunakan ialah dengan cara menganalisis prestasi belajar dalam bentuk

nilai hasil belajar.

2. Kedudukan Dalam Kelompok

Kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya akan menjadi

ukuran dalam pencapaian hasil belajarnya. Siswa dikatakan mengalami

kesulitan belajar, apabila memperoleh prestasi belajar di bawah prestasi

rata-rata kelompok secara keseluruhan. Misalnya, rata-rata prestasi

belajar kelompok 8, siswa yang mendapat nilai di bawah angka 8,

diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian, nilai yang

dicapai seorang akan memberikan arti yang lebih jelas setelah

dibandingkan dengan prestasi yang lain dalam kelompoknya. Dengan

norma ini, guru akan dapat menandai siswa-siswa yang diperkirakan

mendapat kesulitan belajar, yaitu siswa yang mendapat prestasi di bawah

(33)

Secara statistik, mereka yang diperkirakan mengalami kesulitan

adalah mereka yang menduduki 25 % di bawah urutan kelompok, yang

biasa disebut dengan lower group. Dengan teknik ini, kita mengurutkan

siswa berdasarkan nilai nilai yang dicapainya. dari yang paling tinggi

hingga yang paling rendah, sehingga siswa mendapat nomor urut

prestasi (ranking). Mereka yang menduduki posisi 25% di bawah

diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Teknik lain ialah dengan

membandingkan prestasi belajar setiap siswa dengan prestasi rata-rata

kelompok. Siswa yang mendapat prestasi di bawah rata– rata kelompok

diperkirakan pula mengalami kesulitan belajar.

3. Perbandingan Antara Potensi dan Prestasi

Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa akan tergantung dari

tingkat potensinya, baik yang berupa kecerdasan maupun bakat. Siswa

yang berpotensi tinggi cenderung dan seyogyanya dapat memperoleh

prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya, siswa yang memiliki

potensi yang rendah cenderung untuk memperoleh prestasi belajar yang

rendah pula. Dengan membandingkan antara potensi dengan prestasi

belajar yang dicapainya kita dapat memperkirakan sampai sejauhmana

dapat merealisasikan potensi yang dimikinya. Siswa dikatakan

mengalami kesulitan belajar, apabila prestasi yang dicapainya tidak

sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Misalkan, seorang siswa setelah

mengikuti pemeriksaan psikologis diketahui memiliki tingkat kecerdasan

(34)

Namun ternyata hasil belajarnya hanya mendapat nilai angka 6, yang

seharusnya dengan tingkat kecerdasan yang dimikinya dia paling tidak

dia bisa memperoleh angka 8. Contoh di atas menggambarkan adanya

gejala kesulitan belajar, yang biasa disebut dengan istilah underachiever.

4. Kepribadian

Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang akan tercerminkan

dalam seluruh kepribadiannya. Setiap proses belajar akan menghasilkan

perubahan-perubahan dalam aspek kepribadian. Siswa yang berhasil

dalam belajar akan menunjukkan pola-pola kepribadian tertentu, sesuai

dengan tujuan yang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa

diakatan mengalami kesulitan belajar, apabila menunjukkan pola-pola

perilaku atau kepribadian yang menyimpang dari seharusnya, seperti :

acuh tak acuh, melalaikan tugas, sering membolos, menentang, isolated,

motivasi lemah, emosi yang tidak seimbang dan sebagainya.

2.6

Prinsip-prinsip Mengajar

Beberapa pendapat telah dikemukakan orang tentang mengajar.

Ada pula yang berpendapat bahwa mengajar itu adalah sebuah seni dan

karena itu guru adalah seniman. Salah seorang ahli yang berpendapat

demikian itu adalah Gilbert Hihget dalam bukunya The art of teaching,

yang mengemukakan bahwa:”……..teaching is an art, not a science” yang

selanjudnya mengatakan “You must throw your heart into it-you must

(35)

and your pupils, and yourself.” Jika seorang artis ditentukan oleh

seperangkat prinsip yang dapat membantunya untuk memiliki keahlian

dalam profesinya maka guru demikian pula halnya. Hal itu adalah karena

bahan (siswa) yang dihadapi guru adalah barang hidup yang oleh guru

dalam tingkatan tertentu akan dibentuk berdasarkan prinsip-prinsip

tertentu. Guru haruslah memahami sifat-sifat dan karakteristik

perkembangan siswa pada berbagai tingkatan agar guru dapat mengambil

keuntungan dari minat dan motifasi anak dalam tugas-tugas belajar siswa

(Abdul Azis Wahab, 2007:5-8).

2.7

Belajar dan Pembelajaran

Menurut (Iskandarwassid, 2008:4) belajar merupakan kegiatan

yang kompleks, hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang

memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas

tersebut adalah stimulus yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif

yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian belajar adalah

seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus lingkungan,

melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru.

Menurut (Hamalik, 2003:27) adalah Belajar adalah modifikasi atau

memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the

modification or strengthening of behavior through experienceng). Menurut

pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan

(36)

luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil

latihan melainkan pengubahan kelakukan. Pengertian ini sangat berbeda

dengan pengertian lama tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar

adalah memperoleh pengetahuan, bahwa belajar adalah latihan-latihan

pembentukan kebiasaan secara otomotis dan seterusnya.

Berbagai ahli mendefinisikan belajar sesuai aliran filsafat yang di

anutnya, antara lain sebagai berikut : Ernes ER. Hilgrad, mendefinisikan

sebagai berikut : ”learning is the process by which activity originates or is

charged throught training procedures (whether in the laboratory or in the

natural environments) as disitinguished from changes by factor not

auributable to training” Artinya (seseorang dapat di katakan belajar kalau

dapat melakukan sesuatu dengan cara latihan latihan sehingga yang

bersangkutan menjadi berubah (Riyanto, 2002:3).

2.8

Model Pembelajaran

Model pembelajaran berasal dari bahasa Latin dan merupakan

bentuk jamak dari kata Medium yang secara harfiah berarti perantara atau

pengantar. Model pembelajaran adalah perantara atau pengantar pesan dari

pengirim ke penerima pesan. Secara umum model pembelajaran

pembelajaran dalam pendidikan disebut model pembelajaran, yaitu

berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

merangsangnya untuk berfikir. Sedangkan menurut (Sadiman, 2002:6)

(37)

serta merangsang siswa untuk belajar. Jadi, model pembelajaran

merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan

dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

minat dan perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Model pembelajaran ini merupakan bahan, alat, atau teknik yang

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses

interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung

secara tepat guna dan berdayaguna.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan

perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi antara guru dan

siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna.

Menurut (Daryanto, 2010:124) mengemukakan bahwa jenis model

pembelajaran pembelajaran yang biasa di gunakan dalam kegiatan

pendidikan dan pengajaran dapat digolongkan menjadi 8 (delapan) macam

tipe, yaitu:

1. Benda sebenarnya, yang termasuk kategori ini meliputi: kejadian dan

obyek atau benda-benda tertentu yang menyerupai benda yang

sebenarnya termasuk didalamnya mode.

2. Prestasi verbal, meliputi: model pembelajaran cetak, kata-kata yang

(38)

3. Prestasi grafis, meliputi: chart, grafik, peta, diagram, lukisan atau

gambar yang sengaja dibuat untuk mengkomunikasikan suatu ide.

4. Potret kejadian (still picture), yakni potret dari bermacam-macam obyek

yang mungkin dipresentasikan melalui buku, film, majalah dinding dan

sebagainya.

5. Film (motion picture), film atau video tape dari pemotretan atau syuting

benda atau kejadian sebenarnya maupun film dari pemotretan gambar

(film animasi).

6. Rekaman suara (audio recorder), dapat menggunakan bahasa verbal atau

efek suara dan musik.

7. Program, meliputi: pengajaran berprogram, yakni sikwen dari informasi

baik verbal, visual atau audio yang sengaja dibuat untuk merangsang

adanya respon dari siswa.

8. Simulasi, yakni peniruan yang sengaja diadakan untuk mendekati atau

menyerupai kejadian sebenarnya.

Berdasarkan uraian di atas menegaskan bahwa berdasarkan

ukuran serta komplek tidaknya alat dan perlengkapannya model

pembelajaran pembelajaran dapat dibedakan menjadi 5 (lima) macam

yaitu:

1. Model pembelajaran tanpa proyeksi dua dimensi, yaitu model

pembelajaran yang penggunaannya tanpa menggunakan proyektor dan

(39)

dalam kategori ini antara lain: gambar bagan, grafik, poster, peta.

Penggunaan dapat menggunakan papan tulis, papan tempel.

2. Model pembelajaran tanpa proyeksi tiga dimensi, yaitu model

pembelajaran yang penggunaannya tanpa menggunakan proyektor dan

mempunyai ukuran panjang lebar dan tebal atau tinggi. Termasuk

kategori ini antara lain: benda sebenarnya, model boneka dan

sebagainya.

3. Model pembelajaran audio, yaitu model pembelajaran yang hanya dapat

memberikan rangsangan suara saja, seperti radio dan tape recoeder.

4. Model pembelajaran dengan proyeksi, yaitu model pembelajaran yang

penggunaannya menggunakan proyektor seperti: film, slide, OHP.

2.9

Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil kemampuan menerima pelajaran.

Menurut Sudjana (2004:22), berpendapat prestasi belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya. Pendapat Sudjana (2006:11) lainnnya

menyebutkan bahwa “prestasi belajar adalah suatu kegiatan untuk

melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai oleh

siswa”. Reigeluth dan Meril (dalam Dengeng 2001:166) mengemukakan

bahwa “pengukuran keefektifan pengajaran harus selalu dikaitkan

(40)

Belajar digerakkan oleh beraneka ragam macam stimulus yang

ada dalam lingkungan sekitar si pelajar. Stimulus itu merupakan

masukan untuk proses belajar. Sedangkan perubahan tingkah laku yang

dapat diamati dari penampilan si belajar merupakan hasilnya.

Penampilan yang dapat dipandang itu bukti belajar sekolah sangat

banyak dan beragam mulai dari yang sedemikian sampai dengan yang

paling komplek.

Gagne memandang kemampuan seseorang yang memungkinkan

bervariasinya penampilan itu sebagai “out come of learning” (hasil

belajar). Hasil belajar itu dikategorikan menjadi lima, yaitu: (1)

informasi verbal, (2) ketrampilan intelektual, (3) strategi kognitif, (4)

sikap dan (5) ketrampilan motorik.

Menurut Hakim (2000:11-21) menyatakan bahwa ada beberapa

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Secara umum faktor –

faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari

individu itu sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis dan

psikologis. Faktor biologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan

keadaan fisik dan jasmani individu yang bersangkutan, misalnya kondisi

fisik. Faktor psikologis meliputi segala hal yang berkaitan dengan

kondisi mental seseorang, misalnya kondisi kondisi mental yang mantap

dan stabil, intelegensi, kemauan, bakat, daya ingat, dan daya konsentrasi.

(41)

meliputi: faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah dan

faktor waktu. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan

hasil yang telah dicapai dalam proses belajar yang berupa perubahan

tingkah laku yang dinyatakan dengan skor atau nilai yang dilakukan oleh

penilaian yang diberikan kepada subyek didik. Dimana prestasi belajar

menunjukkan suatu hasil yang dimiliki oleh siswa yang berupa

pengetahuan, ketrampilan serta sikap tingkah laku dalam proses belajar

mengajar.

Menurut Purwanto (2010:162) belajar adalah suatu proses yang

menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam

tingkah laku dan kecakapan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat

tercapai atau dengan kata lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu

tergantung kepada bermacam-macam faktor.

Menurut Slameto (2003:54-71) faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan

saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor

yang ada dalam diri individu itu sendiri yang sedang belajar, sedangkan

faktor ekstern adalah yang ada di luar individu itu sendiri.

2.9.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

2.9.1.1 Faktor Intern

a. Faktor Kesehatan

Proses belajar mengajar seseorang akan terganggu

(42)

cepat lelah, kurang semangat, mudah pusing dan mengantuk

jika badannya lemah karena kurang darah. Agar seseorang

dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan

kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara makan yang

teratur, istirahat dan berolahraga sehingga prestasi belajar

yang dicapai meningkat.

b. Faktor Intelegensi

Intelegensi besar pengarunya terhadap kemajuan

belajar. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang

normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia

belajar dengan baik artinya belajar dengan menerapkan

metode belajar yang efisien dan faktor-faktor yang

mempengaruhi belajarnya. Sehingga memberi pengaruh

positif terhadap prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.

c. Faktor Perhatian

Untuk menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa

harus mempunyai perhatian terhadap materi atau bahan

yang akan dipelajari. Agar siswa dapat belajar dengan baik,

hendaknya mengusahakan bahan pelajaran selalu menarik

perhatian dengan cara disesuaikan hobi atau bakat.

2.9.1.2 Faktor Entern

A Faktor Keluarga

(43)

Agar siswa dapat belajar dengan baik diperlukan

suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam

suasana rumah yang tenang dan tentram selain anak

kerasan atau betah tinggal di rumah, ia juga dapat

belajar dengan baik sehingga prestasi yang dicapai

memuaskan.

2. Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya

dengan belajar siswa. Anak yang sedang belajar selain

harus terpenuhi kebutuhan pokok yaitu makan, pakaian,

kesehatan juga membutuhkan fasilitas belajar seperti:

ruang belajar, alat tulis, buku-buku pelajaran,dan

lain-lain. Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya

kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu

menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah justru

keadaan yang seperti itu menjadi cambuk baginya

untuk belajar lebih giat dan mendapatkan sukses besar.

3. Pengertian Orang Tua

Anak yang belajar memerlukan dorongan atau

motivasi dan pengertian dari orang tua. Kadang-kadang

anak tidak bersemangat dalam belajar, maka orang tua

wajib memberi pengertian untuk memotivasi kesulitan

(44)

B. Faktor Sekolah

1. Metode Mengajar

Metode mengajar guru yang kurang baik akan

mempengaruhi cara belajar siswa yang tidak baik pula.

Guru yang progresif berani mencoba metode-metode

yang baru yang dapat membantu meningkatkan

kegiatan belajar mengajar dan dapat meningkatkan

motivasi siswa untuk belajar.

2. Metode Belajar

Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang

salah. Dalam hal ini siswa memerlukan pembinaan dari

guru mengenai cara belajar yang efektif. Dengan cara

belajar yang tepat dan efektif maka dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.

3. Keadaan Fisik Sekolah

Keadaan fisik sekolah juga berpengaruh terhadap

prestasi belajar yang akan dicapai siswa nantinya.

Karena siswa dapat merasakan nyaman untuk belajar

apabila keadaan gedung atau ruang kelas memadai serta

didukung dengan fasilitas belajar yang lengkap.

4. Mass Model pembelajaran

Yang termasuk mass model pembelajaran adalah

(45)

masyarakat. Mass model pembelajaran yang baik dapat

memberi pengaruh yang baik pula terhadap siswa dan

kegiatan belajarnya. Jika tidak ada kontrol dan

pembinaan dari orang tua maka dapat menurunkan

semangat belajarnya.

C. Faktor masyarakat

1. Teman Bergaul

Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka

siswa perlu memiliki teman bergaul yang baik dan

pembinaan yang baik serta pengawasan dari orang tua

dan guru harus cukup bijaksana.

2. Bentuk Kehidupan masyarakat

Kehidupan masyarakat disekitar siswa juga

berpengaruh terhadap belajar siswa. Siswa tertarik

untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan orang-orang

di sekitarnya. Maka perlu untuk mengusahakan

lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh

yang positif terhadap siswa sehingga dapat belajar

dengan baik.

2.10 Pemanfaatan Perpustakaan

Peranan perpustakaan di dalam pendidikan amatlah penting, yaitu

(46)

demikian sasaran dan tujuan operasional dari perpustakaan sekolah adalah

untuk memperkaya, mendukung, memberikan kekuatan dan

mengupayakan penerapan program pendidikan yang memenuhi setiap

kebutuhan siswa, disamping itu mendorong dan memungkinkan tiap siswa

mengoptimalkan potensi mereka sebagai pelajar

(http://maunglib.wordpress.com).

Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya untuk

menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan

perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu murid-murid dan guru

menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu

segala bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan sekolah harus dapat

menujang proses belajar mengajar, maka dalam pengadaan bahan pustaka

hendaknya mempertimbangkan kurikulum sekolah, serta selera para

pembaca yang dalam hal ini adalah murid-murid.

Perpustakaan sekolah sebagai perangkat perlengkapan pendidikan

mempunyai tugas: menyerap dan menghimpun informasi guna kegiatan

belajar mengajar.

1. Mewujudkan suatu wadah pengetahuan dengan administrasi dan

organisasi yang sesuai sehingga memudahkan penggunanya

2. Menyediakan sumber-sumber rujukan yang tepat guna untuk kegiatan

(47)

3. Menyediakan bahan-bahan yang bermanfaat bagi kegiatan rekresi yang

berkaitan dengan bidang budaya dan dapat meningkatkan selera,

mengembangkan daya kreatif

4. Melaksanakan layanan perpustakaan yang sederhana, mudah dan

menarik sehingga pengajar dan pelajar tertarik dan dapat menjadi

terbiasa dalam menggunakan perpustakaan

5. Pusat layanan bahan pustaka bagi siswa dan guru.

6. Memberikan bimbingan membaca

Perpustakaan sekolah tampak bermanfaat apabila benar-benar

memperlancar pencapaian tujuan proses belajar mengajar di sekolah.

Indikasi manfaat tersebut tidak hanya berupa tinginya prestasi siswa, tetapi

lebih jauh lagi, antar lain adalah siswa mampu mencari, menemukan,

menyaring dan menilai informasi, siswa terbiasa belajar mandiri, siswa

terlatih kearah tanggung jawab, siswa selalu mengikuti perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebagainya.

Oleh karena itu, seorang pustakawan dituntut tidak boleh hanya

sekadar menjadi penjaga buku, tetapi juga harus memiliki rasa kepedulian

terhadap keberadaan buku yang menjadi koleksi perpustakaan. Ia

mengatakan dari rasa kepedulian dan kecintaan terhadap pekerjaan yang

digelutinya itu diharapkan akan melahirkan generasi-generasi muda yang

akan merasa kurang lengkap hari-harinya, tanpa menikmati bacaan-bacaan

(48)

dipersiapkan sumber daya manusia yang handal dan ditunjang sistem

teknologi informasi yang mumpuni. Namun, selain itu, hal lain yang

dinilai juga dapat membangkitkan minat pelajar untuk ke perpustakaan

adalah dengan mengadakan pembelajaran di luar kelas, namun,

memanfaatkan perpustakaan sebagai ruangan belajar selain kelas biasanya.

2.11 Penelitian Sebelumnya

Penelitian sejenis sebelumnya dilakukan oleh Rini Purwanti (2010)

yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Perpustakaan Terhadap Prestasi

Belajar Siswa Kelas X SMA N 1 Karangdowo Tahun Ajaran 2009/2010.”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan

perpustakaan terhadap prestasi belajar pada siswa kelas X SMA N 1

Karangdowo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungan

pemanfaatan perpustakaan terhadap prestasi belajar termasuk katagori

sangat tinggi, perhatian orang tua dan perhatian guru di sekolah juga

termasuk katagori tinggi. Ini berarti bahwa siswa di SMA N 1

Karangdowo khususnya kelas X sudah memanfaatkan perpustakaan

dengan sangat baik.

Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa

UNDIP bernama Tri Utami Kusuma Putri (2008) dengan judul “Pengaruh

Pemanfaatan Perpustakaan Jurusan Matematika Terhadap Prestasi Belajar

(49)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara pemanfaatan

perpustakaan jurusan matematika terhadap prestasi belajar mahasiswa

angkatan 2007-2008 FMIPA UNNES. Hasil analisis deskriptif diketahui

bahwa pemanfaatan perpustakaan di jurusan matematika . pengaryh

prestasi belajar mahasiswa hanya 2,1% sedangkan sisanya 97,9%

dipengaruhi oleh faktor lain.

2.12 Keistimewaan Penelitian

Keistimewaan dari penelitian ini adalah peneliti dapat mengetahui

pengaruh peningkatan prestasi belajar selain dari peran perpustakaan

sekolah. Disamping itu peneliti juga dapat mengetahui pemanfaatan

perpustakaan sekolah di SDN Kebonsari 02 Tuban sudah cukup baik.

Peminjaman yang menggunakan sistem terbuka dengan mengambil dan

(50)

36

3.1 Desain dan Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan jalan yang ditempuh dalam usaha

menyelidiki ilmu pengetahuan dengan jalan penelitian guna menemukan,

mengembngkan dan menguji kebenaran secara ilmiah. Cara ilmiah

merupakan kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri keilmuan, rasional,

empiris dan sistematis. Data yang valid dapat dilakukan melalui pengujian

reliabilitas dan obyektifitas. Reliabilitas adalah berkenaan dengan derajad

konsistensi data dalam interval waktu tertentu. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif.

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk

menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data,

menyajikan data, menganalisis dan menginterpresiakan. Penelitian ini

berupaya untuk memecahkan masalah atau menjawab permasalahan yang

hendak dihadapi pada situasi sekarang berdasarkan fakta yang ada.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk memecahkan masalah secara sistematis

dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi

(51)

Deskriptif merupakan penelitian yang berfungsi untuk memberikan

gambaran terhadap objek yang diteliti melalui sample dan populasi yang ada

dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono,2004:2)

Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu, dan

tujuan tersebut dapat dibagi menjadi tiga,yaitu : penemuan, berarti data yang

diperoleh dari peneliti itu adalah yang betul tahu dan sebelumnya belum

pernah diketahui. Pembuktian, berarti data yang diperoleh itu digunakan

untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau

pengetahuan tertentu. Pengembangan, berarti memperdalam dan

memperluas pengetahuan yang ada, melalui penelitian hasilnya dapat

digunakan.

3.2 Populasi dan sampel

Pupulasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsmi Arikunto, 2002 : 108) . populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI

SDN Kebonsari 02 Tuban yang berjumlah 60 siswa

Sample adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti (Arikunto, 1988 : 117). Jika subyeknya kurang dari 100 maka seluruh populasi

sebaiknya diteliti, sehingga penelitian tersebut merupakan penelitian

populasi. Besarnya sampel yang diambil tergantung dari kemampuan

peneliti, luas wilayah pengamatan, dan besar kecilnya resiko yang

(52)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Pengolahan data dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu data primer dan

data sekunder, memperoleh data yang akan diperlukan dan bertujuan sesuai

dengan masalah yang dihadapi, dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

3.3.1 Data primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

sumbernya atau dari objek penelitian itu sendiri. Data primer ini

diperoleh secara langsung dari hasil kuesioner siswa kelas VI SD

kebonsari 02 Tuban

3.3.2 Data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

dalam penelitian. Data ini biasanya diperoleh dari studi pustaka yang

berupa buku, refrensi, dan dokumen dari hasil pengamatan penelitian

yang berfungsi untuk melengkapi data primer.

3.4 Metode pengumpulan data yang digunakan adalah :

3.4.1 Observasi

Observasi merupakan metode atau cara-cara menganalisis dan

mengadakan pencatatan secara sistematis menganai tingkah laku

dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara

langsung (Ngalim purwanto dalam Sudjarwo, 2009:161). Atas dasar

(53)

satu metode pengumpulan data di mana peneliti melihat, mengamati

secara visual sehingga validitas data sangat tergantung pada

kemampuan observer (Sudjarwo, 2009:161). Observasi tersebut,

peneliti lakukan dengan cara melihat secara langsung kegiatan di

perpustakaan SDN kebonsari 02 Tuban dan pengamatan secara

langsung kepada siswa yang datang ke perpustakaan.

3.4.2 Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien untuk memperoleh informasi

dariresponden yang diharapkan oleh peneliti (Arikunto, 1988:140).

Kuesioner tersebut diberikan kepada siswa kelas VI yang dijadikan

sampel untuk memberikan penilaian pengaruh pemanfaatan koleksi

perpustakaan terhadap prestasi belajar siswa.

3.4.3 Wawancara

Wawacara merupakan dialog atau tanya jawab antara

pewawancara dengan responden yang bertujuan untuk memperoleh

jawaban yang dikehendaki (Sudjarwo, 2009: 165). Wawancara

dilakukan kepada siswa untuk mendukung jawaban dari hasil kuesioner,

wawancara juga dilakukan pada guru untuk mengetahui motivasi guru

(54)

3.5 Variable dan Indikator

1. Variable bebas (X) adalah pengaruh pemanfaatan koleksi perpustakaan.

Variable bebas merupakan variable yang mempengaruhi perubahan atau

yang menjadi sebab perubahan timbulnya variable terikat (Suyono, 2008

: 30)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemanfaatan perpustakaan

oleh siswa,dan indikator dalam variabel ini adalah keterpakaian koleksi

bahan pustaka yang menjadi sumber referensi disekolah,buku penunjang

dan alat penelusuran yang digunakan diperpustakaan.

2. Variable terikat ( Y) adalah prestasi belajar siswa.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa yang

ditunjukkan dalam nilai rapot mereka. Prestasi belajar diukur dari nilai

mata pelajaran mereka, sedangkan indikator yang digunakan dalam

penelitian ini adalah keaktifan siswa di kelas dan siswa yang aktif

membaca.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Pengolahan data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data

ringkasan dengan menggunakan rumus (Hasan, 2006 : 24)

Semua data yang telah terkumpul diolah agar menjadi

(55)

termasuk dalam kegiatan pengolahan data adalah menghitung

frekuensi mengenai pengaruh dengan menggunakan metode statistik,

yaitu mendeskripsikan jawaban dari responden dalam penelitian ini

mengenai pengaruh pemanfaatan dan prestasi belajar.

Kegiatan Pengolahan data meliputi:

a. Editing

Adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai

menghimpun data dilapangan (Bungin, 2005: 165). Pada tahap ini

penulis menyeleksi jawaban satu persatu dengan tujuan untuk

memeriksa apakah setiap jawaban kuesioner yang sudah diisi oleh

responden sudah sesuai dengan petunjuk pengisian, setelah itu

peneliti akan memilih kuesioner yang sesuai, dan apabila

ditemukan kuesioner yang pengisianya salah atau tidak sesuai

dengan petunjuk pengisian yang sudah ditentukan maka responden

yang melakukan kesalahan tadi akan disuruh mengisi ulang.

Jumlah kuesioner yang disebarkan adalah 60, dari 60 kuesioner

yang disebar semuanya kembali kepada penulis dan terisi lengkap.

b. Koding

Koding merupakan kegiatan untuk mengklasifikasi data-data yang

telah ada. Data yang telah dikumpulkan dapat berupa angka,

kalimat pendek atau panjang ataupun hanya “ya” atau “tidak”.

Untuk memudahkan analisis, jawaban-jawaban tersebut perlu

(56)

artinya, jika pengolahan data dilakukan dengan komputer.

Mengkode jawaban adalah menaruh angka pada tiap jawaban

(Nazir, 2009: 348). Tujuan pengkodean ini adalah untuk

menyederhanakan jawaban responden.

c. Tabulasi

Tabulasi adalah bagian terakhir dari pengolahan data (Bungin, 2005:

168). Tabulasi yaitu kegiatan melakukan pengolahan data dalam

bentuk tabel dengan menghitung frekuensi masing-masing katagori

baik secara manual maupun dengan bantuan komputer. Membuat

tabulasi termasuk dalam kerja memproses data. Membuat tabulasi

tidak lain adalah memasukkan data ke dalam tabel-tabel, dan

mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam

berbagai katagori (Nazir, 2009: 355).

d. Pemberian Skor / nilai

Dalam penelitian ini jawaban yang diberikan responden secara

menyeluruh nantinya akan diberi skor pada masing – masing

katagori. Denagn demikian penentuan nilai mempunyai tujuan

untuk mengukur konsep yang telah dirumuskan dengan

menggunakan seperangkat indikator yang telah dipergunakam

dalam bentuk pertanyaan. Adapun skor yang di berikan sebagai

berikut :

a. Jawaban A, skor yang diberi 4

(57)

c. Jawaban C, skor yang diberi 2

d. Jawaban D, skor yang diberi 1

3.6.2 Analisis Data

Data yang telah terkumpul dari hasil kuesioner kemudian

dianalisis dalam bentuk analisis deskriptif. Analisis data dalam

penelitian ini adalah distribusi frekuensi, sehingga dapat diketahui

frekuensi atau modus (terbanyak) tentang pengaruh pemanfaatan

perpustakaan sekolah terhadap prestasi belajar siswa kelas VI di SDN

Kebonsari 02 Tuban. Statistik deskriptif merupakan suatu metode

untuk memaparkan hasil penelitian yang dilakukan dalam bentuk

statistik popular yang sederhana, sehingga setiap orang lebih mudah

mengerti hasil penelitian. Untuk menentukan ada tidaknya hubungan

yang signifikan. Metode ini digunakan untuk mengetahui siswa yang

memanfaatkan perpustakaan. Dengan menggunakan metode ini,

peneliti membuat tabel kriteria tentang skor dengan cara :

1. Penentuan skor tertinggi yaitu :

Skor tertinggi x item (4 x 30=120)

2. Penentuan skor terendah yaitu :

Skor terendah x item (1 x 30 = 30)

3. Penentuan skor tinggi dengan cara :

Skor tertinggi – skor terendah ( 120 – 30 = 90)

4. Menetapkan interval dengan cara :

(58)

Setelah diintervalkn maka dapat ditentukan batas banyak tiap kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.1

Kriteria Pemanfaatan Perpustakaan

No Skor Kriteria

1 20-35 Tidak Aktif

2 36-50 Cukup Aktif

3 51-65 Aktif

4 66-80 Sangat Aktif

Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistik dengan uji

korelasi berguna untuk memilih kandidat variabel bebas yang memang

didukung oleh data, teknik pengolahan data :

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2002: 144). Sebuah

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan

dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.Tinggi

rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang

dimaksud.

Cara yang dipakai dalam menguji tingkat validitas adalah dengan

variabel internal, yaitu menguji apakah terdapat kesesuaian antara

bagian instrumen secara keseluruhan. Untuk mengukurnya menggunakan

(59)

yang ada kem

nilai r =-1 artinya

antara X dan Y

korelasi, r = 1 b

Sedangkan arti ha

(2007) pedoman

sebagai berikut:

emudian dikorelasikan dengan menggun

product moment yang dikemukakan oleh P

(2002: 146) sebagai berikut:

efisien korelasi antara x dan y rxy

lah Subyek

kor item

kor total

lah skor items

lah skor total

lah kuadrat skor item

lah kuadrat skor total

harsimi Arikunto, 2002 : 146 )

korelasi sederhana dilambangkan (r) adala

tan hubungn linier antara dua variabel bebas(

an ketentuan nilai r berkisar dari harga (-1

a korelasinya negatif sempurna (menyatakan

adalah negatif dan sangat kuat), r = 0 ar

berarti korelasinya sangat kuat dengan ara

arga r akan dikonsultasikan dengan tabel. Me

tabel untuk memberikan interpretasi ko

(60)

Tabel interpretasi koefisien kolerasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat kuat

Untuk menyatakan besar atau kecilnya sumbangan variabel X

terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan

KD = r2x 100% Keterangan :

R2: nilai koefisien determinasi r2 : nilai koefisien korelasi

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel independen terhadap variabel dependen dengan menganggap

variabel independen lainnya konstan (Imam Ghozali: 2009 :17). Untuk

mengetahui nilai t statistik tabel ditentukan tingkat signifikansi 5% dengan

derajat kebebasan yaitu df = (n-k-1), dimana n = jumlah observasi dan k =

jumlah variabel

(61)

a. Jika thitung> ttabelmaka Ho ditolak (ada pengaruh signifikan)

b. Jika thitung< ttabelmaka Ho diterima (tidak ada pengaruh signifikan)

Pada uji t, nilai probabilitas dapat dilihat pada hasil pengolahan

dari program SPSS pada tabelcoefficientskolom sig atausignificance. Nilai

thitung dapat dicari menggunakan excel dengan rumus “=TINV(0,05,59)”

kemudian tekan enter.

Pengambilan keputusan uji hipotesis secara parsial juga

didasarkan pada nilai probabilitas yang didapatkan dari hasil pengolahan

data melalui program SPSS Statistik Parametrik sebagai berikut :

a). Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima.

b). Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak.

Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang

diajukan diterima atau dikatakan signifikan (H1 diterima dan H0 ditolak),

artinya secara parsial variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen (Y) = hipotesis diterima, sementara jika tingkat

signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan

ditolak atau dikatakan tidak signifikan (H1 ditolak dan H0 diterima), artinya

secara parsial variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

(62)

48

PERPUSTAKAAN SDN KEBONSARI 02 TUBAN

4.1 Sejarah Perpustakaan

SDN Kebonsari 2 terletak di Jl. AKBP Suroko No 39 Tuban,

letaknya yang strategis membuat sekolah ini diminati, selain mudah

dijangkau dan suasana belajar yang nyaman, SDN Kebonsari 2 Tuban

mempunyai perpustakaan yang sangat kondusif

Perpustakaan sekolah SDN Kebonsari 2 Tuban yang didirikan pada

tahun 1970 dijadikan sebagai jantung program pendidikan disekolah.

Perpustakaan sekolah tersebut pernah beberapa kali mengalami perubahan

tempat dan renovasi pada gedungnya. Luas perpustakaann SDN Kebonsari 2

Tuban 190 m², sehingga mampu menampung beberapa koleksi untuk

menunjang sarana belajar mengajar.

Perpustakaan pernah mendapat penghargaan juara pertama dalam

Lomba Perpustakaan Sekolah Dasar / Madrasah ibtidaiyah (SD / MI)

Tingkat Provinsi Jawa Timur Tahun 2009. Perpustakaan tersebut bisa

menjadi juara karena penataan koleksi yang disusun secara teratur,ruang

perpustakaan yang nyman,serta koleksi yang memadai sebagai sumber

Gambar

Tabel 3.1Kriteria Pemanfaatan Perpustakaan
Tabel interpretasi koefisien kolerasi
Tabel 4. 1Koleksi Buku Perpustakaan
Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Penilaian secara keseluruhan pelayanan- pelayanan tersebut telah diukur dan dapat dikategorikan baik dalam kinerja pelayanannya, hal tersebut dapat dibuktikan dari

On request of Indonesia, or on its own initiative, the United States Customs and Border Protection shall inform Indonesia's Directorate General of Customs and

[r]

baiknya memiliki jangka waktu yang ditetapkan. Tujuannya agar dapat mengetahui tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Hasil perolehan jawaban wawancara penelitian

Jumlah dan tingkat keahlian sumberdaya manusia yang berperan dalam menanggulagi kebakaran sangat mempengaruhi Manajemen penanggulangan kebakaran di suatu wilayah. Dua

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah ada perbedaan yang sangat signifikan motivasi kerja antara pengemis dan pengamen, dimana motivasi kerja